azas-azas hukum nasional pada hukum perd~ta internasional

advertisement
17
AZAS-AZAS HUKUM NASIONAL PADA
HUKUM PERD~TA INTERNASIONAL
INDONESIA *
Oleh: Prof. Mr. Dr. S . Gautllma
Prinsip nasional' hendaknya dikombinasikan
dengan prinsip domisili kedalam Roo-HPI
Indonesia, karena akan memperluas bi(lang
berlakunya hukum nasionalIndonesiadan akan
memperlancar tugas hakim. Keuntungan dari
dipertahankannya prinsip nasionaIi' adalah
agar hukum naSional Indonesia dapat diberIakukan ter\ladap setlap WNI di manaDun ia .
benda. Sedangkan keunlongan dari diber·
lakukatinyaprinsipdomisiliadalah,agarhukum
nasional Indonesia' juga dapat diberlakukan
terhadap orang asing yang telah menetap di
sini. Karangan berikut akan menguraikan alasan-alasan dari pencantuman asas-asas hukum
nasional pada HPI Indonesia yangsedang dipersiapkan.
Hukwn Penlata In1emasional adalah Hukwn Nasional
Jika kila heooak bicara lenlang "Azas2 l;Iul\um,Nasional pada Hukum Perdata
Intemasional" maka perlu kiran)ll kila per-lama2 men)lldarkan bahwa aJll )ling
diperkenalkan sebagai "Hiikum Perdata Internasional", (HPI) JlIda hakekain)ll
i4la merupakan Hukwn Nasional. Walaupun istilahn)ll mengandung perkataan
"Inlemasional, menurut paooangan )ling kami anut, hukum ini merupakan hukum
,nasional pula, Hukum Perdala Intemasionaladalah '1lUkum Perdata untuk htbung,Hal ini
ani , int!masional (;'pri",alrechl voor in1ernationale verboudingen").
disellabkan karena kami menganut ' alira" .... sional dar! Hukd'li\ Perctata
Inte~asional.J~~; ' kami adak berfihak 'keJllda me-reka )ling memandang Hukum
Perdata Inteniasional sebagai hukum yaog'supllllll$ional" seperti haln)ll dalam
bidang Hukum Publik Intemasional.
Alilitn "supra nasional" mengalakan bah ..... ada "satu macam Hukum Perdata
Intemasional )ling daplt berlaku uotuk semua negara di dunia ini n , Pandangan
sedentikiah han)ll cila-cita loealtsme yang menytmJllng dari keny.ttaan. Seorang
* Di~mrxlikan
Jakarta.
pada ~mlnar Badan Pcmbinaan Hukum NasionallB-20 Janwri 1989
1. Meyers, E.M. Het vraagsluk der herverwijzing, WPNR 1938,
NO.
3555 dst.
/'dll1l1l1i IWlY
18
Huk um dan Pembanglolall
penulis Hukum Perdata Internasional Belanda kenamaan, , mengemukakan bahwa
setelah pecah pernngdunia kedua, telah runtuhlah cita' muluk ini! Menurut kenyataan maka yang ada ialah plurnlisme Hukum Perdata Internasional, karena ornng
tidak akan dapat bermufakat dan tidak akan dapat meyakinkan satu terhadap yang
lain mengenai 'hal' yang prinsipil rekalipun sekitar azas' Hukum Perdata Internasional ini. Dengan menyebut apa yang telah dikatakan oleh Pascal yaitu " Verite en
deca des Pyrennees, erreur au dela" (Oisebelah sini dari bukit pegunungan Pyrenneen
dianggap sebagai hal yang benar, tetapi hal yang sarna dipandang rebagai buruk
disebernng bukit perbatasan Pnyrenneen, ini antara Pernncis dan SpanYol). Contoh
konkrit : di Pernncis ornng dapat leluasa bereerai. Di Spanyol, sesuai dengan
pengarub agama Katolik, ornng tidak boleh bereerni. Co ntoh lain: Apa yang,dianggap paling tepat, prinsip hukunn domicille atau prinsip na sionalis (seperti yang
dianggap dalam pasal 16 AB kita)? Mengenai hal ini dunia terbelah dua : sep"ub,
retengah manusia did unia ini menganut prinsip na sionalita s, se parub Iagi menganut
primiip donmisili. 3
Persoalan mengenai sifat nasional dari Hukum Perdata Internasional ini kami
saksikan waktu membuat seri karangan Hukum Perdata Intemasional Indonesia
yang terdiri d~ri 8 buku.
Pada waktu buku pertama diterbitkan, seornng k"v.ln sesa ma mahasiswa hukunn
dan kini sama2 dalam pmktek hukum, telah me nanyakan pada kami , apakah tidak
keliru merna kaijud ul "Hukum Perdata'Intemasional Indonesia". Apakahjudul itu
tidak sala h pilih karena nampaknya kum ng log is. Mengapa bisa "Intemasioml dan
sekamng "Indones;a". Hingga kami perlu jelaskan bah"" sebenarnya tidak ada
kekhilafan da ndengan rengaja kami .,Iah memakai "Hukum Perdata Internasional
Indonesia" ini . .lstilah ini bukan merupakan contradictio in terminis. Karena tiap
HuklDO Perdata Internasionaladalah HuklDO Nasional pula. Iiapnegam berdauIat rrempunyai HPlnya sendiri. Seomng penuiis H PI mengatakan demikian banyak
negam-n ega rn didunia ini , demikian ban)'lk pula sistim Hukum Perdata Internasional. 4 Oleh karena ituj udul yang dipilih untuk karnngan ini "Aspek2 Hukum
Nasional dan liukunn Pemata Internasionallndonesia" ada lah "pat.
Apa saja yang. tennasuk bidang HPI?
Meninja u lebih Ia njut persoalan rekitar hal ini, maka perlu kimnya ditinjau lebih
2. Van Brakel, S, Grondslagen en beginsclen van Nederlandsch international priwa-
lreehl, eel. ke-2, Zwolle (1950), eel.ke-3 (1953) 8dgk. pula mengenai perso.lan ini,
bab I: "Pengertian Hukum Antar Tata Hukum", no. 2: "HPI Intemasional atau
nasional", dalam buku kami, Pengantar Hukum Perdata Intemasional Indonesia,",
diterbitkan oleh DadaD Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Penerbit Binacipta,
Bandung (1976), hall dst. kemudian dicetak ulang,juga buku kami, Hukum Perdata
Internasional Indonesia,jilid I, Jakarta (1961), kemudian berkali-kali decetak ulang.
3. Bdgk. negara-nega di dunia ketiga yang masing-masing menganul prinsip ini, S.
G.utama HPllndonesi., buku ke-2, eet. ke-4. Ereseo 8.ndung (1986), no. 187 dst.
4. Niboyet, J.e, Traite de _droit international prive francais I, ,cet. ke-2 (1947) no. 7.
Azas-azas
19
J3 uh a(ll saja
)II1l! lermasuk dalam bidang Hukum Perdata Inlenlasional ini ' .
Ada 4 alilan, dari)llll! IerS!mpil'saI!lpii )ling paling luas.
perlama. Apa )ling termasuk Hukum Perdata Inlemasional ini han)ll mencalmp
bidall! "huk um)llll! menentukan hukum)llng berlaku". (',Rechlsloepassingsrechl'),'
Dalam pandall!an .ini)llng lermasuk HPI ha nJ'! persoalan me Il!em i "Applicable
i.aw" . Hukum mamkah )ling harus dipakai unluk smlu peristi"" )ling sifaln)"
intemasionalartin)ll sualu peristiwa )ling memperlihatkan tilik Ia ul dengan sistim
hukum Imr negeri . .Sistim HPI yang terbatas ini kita saksikan antaran)ll di Nederland.
Kedw. Yall! agak lebih luas adalah konS!psi )ling dianul dinegara Anglo Saxon,
'yailU HPI mencakup bukan Soja soal-soal hukum yang harus diberlakukan; letapi
j~a soal2 tentang 'juri!£diction" (kompetensi Hakim). Daiam tiap persoalan )ling
bersifal HPI, maka hakim per-tama' akan memn)llkan dirinJ'! : Apakah kami
berwe.nang mengadili perkam ini? \ni adalah kompetisi hakim )ling lermasuk HPJ.
Setelah ilu, kala u hakim, menganggap dirin)ll berwenang, ia' akan tiba pada pertan)llan "Hukum mamka-h)llll! harus kami pakai, hukum mam )ling harus diberlakukan? (Applicable Law).
Ketiga. Pend irian y..ng lebih luas lagi memandangj~a masala h' berkenaandengan
Status orang asing (condition des etrangers, Vreemdelingen statuut, sebagai
bagian dari Hukum perdata Ioteroasional. Jadi HPI terdiri dari 3 bagiao-:
a. Hukum yall! harus dlperguna kan
b. Sea I Kom petensi
c. Me~ena i sta tus om ng asing
KonS!psi ini kita lihat antam lain di negara' Latin (Italia, Spanyol, Amerika
Selatan.).
Keempat. KonS!psi ya ng paling luasj ~a memandang masalah 3' kitar nasionalisme
(kewarganegaraan, nationalisme) sebagai lermasuk didalam HPJ.
ConlOh dari(llda alian)llng lua s ini: Pemncis.
Bandi~kan mis1lnya majalah kemmaan Pemnci&dibidang HPI, Revuecritique de
droit international prive, yang memwt 4 bagian )"itu tentang "Ioi applicable,
Competence. Condition des elm ngers, na tiona lite".
Pendirian kami: kon,.,psi HPI yang Iws.
Kami me ll!anutalim n)llng paling luas ini. Maka dalam seri buku Hukum rerdata
Interna sional Indonesia , lerdiri dari 8 jilid, bukan saja dibahas masalah' tentan~
huk Ull) yang harus dipergunakan. Tetapi karya ini j~a mencakup masalah kompelensi hakim (jurisJiction), nasionalitasdengan pembahasandari Undang' Kewargane-
5. Lihat S. Gautama, Pengantar ·PHI Indonesia, supra no.2, no. 8: "Aneka ragam
pandangan tentang has bidang UPI".
6. Van Z.",nbe1&en, ·Iibal S Gautarna Pengantar supra no. 2 h. 31
/'dmmll 1911'1}
HukW1/ dan j'embang ullo ll
raan 7 dan bagia n "peIllisia n" dariptdan)li 8 " yakni bemagai pera tura n-peratura n
meIllenai 'stalus orang asing (The Legal Status of Foreigne rs, ' ;', Doing business in
IndonesialO dsb,
Pemlumn2 deregulasi yang recenl
Akhir' ini menarik perhalian pula rangkaian peraturan' yang dikcluarkan oleh
Pemerintahdalam ra ngka deregul!lri .. si. PAKDES 27. 19S7, PAKTO 27, J 988 dan
akhir ini PAKNOV 24, 1988 Paket' kebijak .. naan deregulari .. si )ling semua
memberi perlunaka ndan kebijak.. naanderegulari .. si )ling semua memberi perlu
akan dan mempeme.. r bidaIll u.. ha yang tadin)li tertulup, tetapi kini dibuka
kembali untuk orang asing di Indonesia, 'MIlau rmsih secara tematas,
Dalam buku."The Legal Stalus of Foreigners" kami telah mengadakan ul1lian,
Stmbil nrngikuti "pemberian isi" dariptda status kewarganegarn.an Indonesia.
Bagaimana diberi "isi" oleh pembuat Undang-Undang secara bertahapdan sebagai
konsek\\<!nsi, status orang asiIll dalam dunia u.. ha perdagangan !elah diperl)ecil.
Kulminasin)li deIllan adan)li Peraturan Pemerinlah no. 36 tahtin 1977 tentang
'~ PeIllakhil1l n kegiatan u.. ba asing dalam bidang perdagangan. " Be rdasarkan Bedrijfsreglementeringsordonnatie 1934 (Staatsblad 1938 no. 86) maka pemerintah
!elah mengakhirkan kegiatan u.. ba asing dalam bidang perdagangan(Lembaran
.Negal1l tahun 1977 no. 60 (TLN 31(3). Boleh dikatakan, kegiatan dariptda fihak
asing dalam bidaIll perdagangan, telah dihentikan. Proses pembatasan u.. ha asing
'ini, yang telah mulai kami ikuti dalam penyelidikan mengenai slatus hukum ol1lng
asiIll dan kemudian dip'ptrkan pula dalam buku kedua dari Seri Hukum Perdata
Intemasional Indonesia qalam karangan " Joint Business in Indonesia." yang dimwt
dalam buku Legal Aspects of doing Business in Indonesia" kita lihal"sekarang kran
)ling ditulup telah kembali dibuka, sesuai d engan pemberian isi ke'MIrganegaraan
YaIll mele'MIti phasi ' ini.
PAKNOV 24,1988
PMA dimungkinkan menj ... I produksi-nya sendi';.
7. S. Gautama 1 Hukwn Perdala Intemasional Inuonesia, BUku ke-2, eel. ke-3,. Eresco
Bandung (1986) no. 287 ds!.
8. · s: ·Gautama, supra no.7 no. 361 dst. dan permasalaha.n-permasaiahan chu~us: no. 362
Perbedaanantarn WNI dan orang asing, no. 363. Pengawasan khusus terhadaporang asing,
no. 364. Pekerjan bagi orang asing, no. 365 a Usaha da~ng orang asing no. 365 b.
Tindakan-tindakan khusus terhadap gOlongan-golongan orang asing terteJ;l1.u, no. 365. c.
Peraturan yang recent, no. 365 d. Perwakilan dagang orang asing no. 366. Pengertian
arti-arti kata " Nasional" dan "asing" , no. 367. a. Mengenaibidang-bidang khusus, no. 367
c. Status orang asing dan warganegara berubah-ubah, no. 367 d. Penanaman ¥odal Asing
no. 361 Perusahaan-peruSlhaan Negara, no. 369 Bank-bank Nega.ra, no. 370, Per.tambang-
an.'no.371 Hak-hakatas tanah, no. 372, di bidang Pendidikan no. 373 di bidang Hukum
Perdata.
9. S. Gautama (Gouw Giok Siong), The legal status of foreigners, Jakarta, PT. Kinta,
lO.S. Gautama, LQing businessin Indonesia, dalam D. Compbell (editor), Legal aspect of
doing business in Asia, and the Pacific, h. 193 cist.
A~as-azas
21
Disinipun kita saksikan bahw.l band ulan lonceng.sejarah kembali Iagi. Dari tapin}'l
sarna sekali tidak memberil\an keleluasaan apapun kepada kegja.tari,),erdagangan
asing, kini d .. ngga p perlu untuk diperlunak. Maka dirubah Pemtum n Pemerintah no.
36 ta hun 1977 mengemi pengakimn kegiatan usaha asing dan bidang perdagangan
ini. Secam tematas, kini pintu dibuka Iagi bagi usaha asing dibidang produksi }'lng
didirikandalam mngka Urdang2 Pemmam Modal Asing no. 1 tahun 1987. Ditentukan sekamng, bahw.l mereka yang tadin)" dilarang, kini dapat mengadakan
"penjualanhasil produksin}'l sendiri" untuk pasamndalam negeri. Kemungkimn ini
dibuka sampai pada tingkat penyalur. Tetapi camn}'l adalah dengan mendirikan
.sua tu pe rusa haan pa tunga n (joint venture) anta m perusahaanasing bersa ngkuta n itu
dengan sebuah perusahaan nasional, ya ng bertindak sebagai pen}'llur atau agen
(pemtumn Pemerinta h ta hun 1988 tgl. 24 NO\ember 1988, L. Negam L.N. 1988 no.
39). Dibukan}'l kembali pintu yang tadin)" ditutup untuk usa rui penelahanasing ini
adalah dalam mngka memperlancar arus bamng untuk pasamn dalam negeri }'lng
dihasilkan oleh perusahaan dibidang produksi dalam mngka Urdang2 Penamrnan
Modal Asing. Dahulu ditentukan bahw.l perusahaan asing penanarnan modal itu
'harus menunjuk perusahaan Perdagangan Nasional sebagai pen}'llur/agen untuk
mernasarkan hasil produksin}'l. Dalam praktek ha l ini dimsakan sebagai sangat
membatasigaira b keDa daripada perUSll haan Penamma n Modal Asing bersangkutan
itu. KaTena hasil produksin}'ltidak dapat dipasarkan sesuai dengan apa }'lng dikehendaki oleh mereka sebagai prod use n ini. Maka dihampkan agar supa}'l ketentua n
baru ini dapll memperlancar arus bamng. Tetapi, kita sa"ksikan bahw.l walaupun
sudah diberikan kesempatan bagi perwahaan Pemnaman Modal Asing, ternyata
joga diharuskan ikut sertan}'l peru",haan nasional dalam bentuk perna",ran itu,
}'litu harus dibe'ntuk lagi pen}'llur/ agen yang merupakan suatu peru!llhaan Joint
Venture dengan Perusahaan Nasional ini. pandidalam penjelaSl ndaripada PP DO.
19 tahun 1988 ini ditentukan bahw.l pemaSlmn ber",ngkutan mencakup tingkat
pen}'llur "Dealer" sebagai agen. Sedangkan pemaSlmn pada tingkat ("Retailer"
han}'l dilakukan oleh perusahaan nasionaI dibidang perdagangan. Karena retailer
ini Iangsung bemadapan dengan End user atau Consumer }'lng belanja dipaSlran.
Untuk peru", haan Pem naman Modal Dalam Negeri dialUr dalam Undang2 no. 6
ta hun 1%8. Bala'" n kegia Ia n dibida ng perdaga nga n '" perti d itentuka n dalam pa'" 16
U rdang2 no. 6 ta hun: 968 tc nW ng peru~l haan Peru na man Modal Dalam Negeri ini
telapberlaku. OJ '
Perbedaan antaq Peraturan Pemerintah dan Keputusan M enteri Perdagangan.
Kila ",ksikan hahwJ Menteri I'erdagangan dengan Keputu",n No. 376/ KI'/ XI / 19~8 te~lh mengalUr Ichihja uh mengem i peruhahan KepulU'" n Menterll'erdagangan No. 77 I K (>(111178. Seka rJ ng ini l~rU:-i1 haan <Ising PMA ya ng JiJirik<.1 n Illcnurul
11. Perusahaan V.V. Penanaman Modal Dalam Ncgcri menjadi dipersamakan perlakwn
dengan PMA dalam hal fasilitas-fasilitas.
IHmwr/ /!Jc'\Y
22
Huklln! dall I'emballgullall
Undang2 No. 111987 dalXlt melakukan penjualanhasil pruduksinya. Keleluasaan ioi
dinyatakan dalXlt dilakukan "samlXli IXlda tingkat pengeeer" (retailer). Vaitu dengan
mendirikan perusahaan pat!l"gan antara perushaan asing bersangkutan dan perusahaan nasionaL Joint Venture inilah yang bertiodak sebagai penyalur/ agen.
Disini kila saksikan adanya pembedaan .nlara keputusa n Menteri Perdagangan
no. 376/KP/XI/1988 ini dan Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 1988 Ill!. 21
No-.ember 1988. Dimana dalam Keputusan Menteri Perdagangan dinyata'kan
bah'Ml usa ha perdaga~an yangdalXltdilakukan oleh perusahaanlXlt<Jngan ini ialah
samlXli tingkat "pengecer"jadi ,amlXli eoo-useratau konsumen. Sedangkandidalam
Pem turan Pemerinlah No. 19lahun 1988 ini pemasaran yang boleh dilakukan oleh
joint venture hanya IXlda ti~kat pen)<l lur ("Dealer") h~n)<l dilakukan olehperusahaannasional dibidang perdagangan. Jadi mung kin KeputuSl n Menteri Perdagangan no. 376 / KP / XIIl988 IXlsal La ini memang dimaksudkan han)<l samlXli tingkat
"dealer" dan bukan sebagai tingkat pengecer. Karena ternl'lla ada perWnlangan
de~an Pem tumn Pemerinlah no. 19lahun 1988 ini )<lng tentun)<l harus diJ"pdang
sebagai lebih ti~gi danlXlda Keputusan Menteri Perdagangan No. 376/ KPR / XI / 1988. Didalam KeputuSl n Menten Perdaga~an tersebutdin)<lIaKanbah'Ml IXlsal 14
diganti hi~ga memberi keleluasan kelXlda perusahaan asing dibidang 'produksi
dalam rangka UPA PMA tahun 1967 no. 1 uotuk dalXlt meiakukan hasil produksin)<l seooiri keplda perusahaan lain yang me~gunakan hasil produksi ini sebagai
bara ~ modal, termasuk suku cadang, bahan, peralatan bangunan, bahan baku/ bahan'penolong untuk proses produksin)<l. Jadi dalam hal inidin)<l takan bah'Ml dalXlt
diadakan tmnSlksi penjlllian anlara Perusa h.an Modal Asing seodiri kelXlda jJerusabaan lain )<l~ memakai hasil produksi ini jl4la untuk prod uksin)<l sendiri sebagai
barang modal suku cada~ dsb. Jadi keleluasaan terouka untuk melakukan perdaga~an secam terbatls ini.
Alhasil yang·kita saksikan IXIda proses perlunakan usaha dagang bagi fihaJ< asing di
Indonesia ·ini ialah bukan keleluasaan untuk seluruhn)<l melakukan perdagangan,
tela pi dalam bidang2 tertentudalam rangka penanaman modalasing danjnga han)<l
secara teroatas pula. Tematas pada "Dealer" danj l4la p1da penj ua Ian la ngsung. tidak
melalui perusahaan IXItungan, han)<l kelXlda perusahaan lain )<lng memakai hasil
produksi ini untuk produksi meieka.
Pen)Clmdupan syamt "naslonal" dalam pmktek.
Tentunya didalam praktek akan timbul bemagai kesuJitan pula dengan adan)<l
knteria2 pembatasan. Bukan saja sukar'untuk me'nga 'Mlsi segala sesuatu tetapi masih
diperlukan'perlunakan lebihja uh danlXlda alXl yang tela hdiadakan. Dalam praktek,
alXlbila masihdis)<lratkan bahwa perusahaannasional yang harus melakukan tran·
saksi perdaga ~an bersangkuta n ini, maka dalXlt saja fihakasing ini memakai seperti
yang seringkali dilakukan, peru£lhaan "nasional" merupakan "nominee" atau
013. ng ya ng dij:erca ya ("trustee") ata u lebih baik disebul sebagai "steooman".
Sedangkan milik sebem rnya dari perusahaan nasional ituadalah fihakasing. Hal ini
dilakukan dengan cara mela kukan "pen)C lundupan hokum" (wetsonduiking) di
Azas-azas
23
bidang ini. " Sep' rti bany.!k ",kali kita sa ksikan didalam prnkte k p'rdagangan di
negam kim ",kamng ini.
Bah",. bajuny.! adalah nasional. Tetapi sesungguhny.! yang menemukan dan berkwsa ",rta menjediakan modal dalam perusahaan nasional ilU
adalah fihak
asing lJ
PAKTO, 27 Oktober 1988
Oalam Paket Kebijaksa naan Oktober 27, Pakta 27 tahun 1988 tentang Kebijaksa naandibidang kewngan, "Maneterdan Pernankan" kita saksikan pula perlunakan
dibidang usa ha remankan.
Dimana ",mula tidakdip'rkenankan untuk mendirikanbankcampumnantarn bank
nasianal dan bank asing ·dari Iwr negeri, kini hal ini dip'rkenankan. Bentuk
kerjasarna ini adalah dalam Per",roan Ternatas (Keputusan Menteri Keuangan no.
106 / KMK .OO / : 988 tanggal 27 Otkober 1988 dan Sumt Edamn Oireksi Bank
Indonesia no. 21 /6 / BPPP tl nggal 27 Oktober 1988). Bank asing y.!ng dapat ikut
",rta mendirikan Bank Campumn ini harussudah mempuny.!i Kantor Perwakilandi
Indonesia dan negam tempa tasa I bankasing ter",but menganutapa y.!ngdinamakan
"azas resiprosilas" dengan Indonesia. Artiny.! dalam'negam asingasal bersangkutan
pihak bank2 Indonesia jtga dip'rkenankan beropemsi sarna seperti bank2 asing di
Indonesia.
Azas resiprositas yang dikenal dengan HPH . 14 . kita saksikan memegang pernnan
y.!ng lebih b.",r sekamng ini dalam pmktek hukum di Indonesia.
Oalam mngka ini kita teringat Keputusan Presiden Keppres na. 34 tahun 1981 yang
meny.!takan bahwa Indonesia ikut serta dalam Kanvensi New York 1958tentang
Pengakw.n dan Pelak",naan Keputusan Arbitmse 'Oagang Luar Negeri. Keikut
sertaan ini dilakukan dengan sy.!m t resiprosita s.
Azas resiprosita s inijtga memegang pemnan p'ntingdalam mngka GAIT (General
Agreementon Tariffsand Trade) yangakhir2 ini mniai dibicamkandenganadany.!'
sidangny.! di Montreal. IS Juga teIab diperrnudab Usaha bank asing daIam
bidang perbaukan dan' membuka Kantor Cabang pembantu,
Hal ini teIab diatur lebih jauh daIam "Keputusan Menteri Keuangan No.
1069 / KMK.00/1988Ianggal 27 Oktober 1988 tenlang Usaha Bank Asing dan
Pembukuaan Kantor Cabang Pembantu Bank Asing."
Kini Bank Asing diperbolebkan untuk mendirikan satu KanlOrCabang Pembantu
di rnasing-masing kota be",r Jakilrta , SUia bay.!, Semamng, Bandung, Medan, Ujung
Pandang dan Oenpasar. Jadi tidak di",mua kota di Indonesia dan tidak lebih dari
SItU.
12. Lihat tentang ini S. Ga utama, Pengantar, supra nO.2 bab · VII
13. Lihat untuk contoh-contoh eara pcngikatan fihak nasional ini buku kami "Contoh-contoh
Komrn.k·konta k! Rekes-rekes- dan 'Surat-surat Resmi sehari-hari", A1umni (1979), jiJid
ke-2 no. 50, 51 , dst.
14. Pengamar HPJ supra no. 3 Bab XII
15.HPI Indonesia, buku " ke-6, Numni Bandung (1988) h. 152 dst.
24
Hukum dan Pembangunan
PAKDES 24 De",rilber 1987
Kemmian untuk usaba asing smah kita saksikan pada dalam Paket Kebijaksanaan 24 De",mber 1987, dima na kita sa ksikan bah"" untuk meningkatkan ekspar
produksi Nan-Migas khususnya ekspar dari hasil dalam negen pengalaban UUPA
telah diatur kembali dengan "Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 1987 tentang
kegiatan Pem nama n Modal Asing dibidang perdagangan Ekspor" dan pelaksanaannya dalam "Keputusan Menten Perdagangan no. 335/KP/XIV87 tentang kegiatan
Pena nama n Modal Asing dibidang perdagangan Ekspor". Sekarang ini ditentukan
bah"" perusabaan PMA dibidang produksi yang lelah berproduksi dapat melaksanakan ekspo', hasil produksinya sendiri. Disamping itu peru",baan PMA ini dapat
jnga mengekspor hasil produksi perusahaan lain yang berada didalam negen.
Demikian pUlamereka dapat melakukan pembelian barang hasil produksi pe[ilsahaan lain didalam ne~eri untuk diekspar.
Jadi dengan demikian klta sangslkan keglatan dibldang perdagangan, khus,usnya
eksjiar ini diperluas dan dibuka pintu uotuk perusahaan PMA yang didirikan 'sesuai
dengan U ndang-U ndang 1967 na.l. Dimana tadinya dimaksudkan bahwa Penartam
Modal ini perusahaan yirng ·didirikan hanya berger4k dibidang produksi sekarang
juga diperluas sampai dapat meIakukan kegiatan. ekspar dan pembelian barang
dalam negeri untuk ekspar.
Tentunya dapat rupakai untuK suatu perusabaan pallingan den~an ·eeri1sabaan
nasianal yangdapat melakukan perdagangan ekspori1asil produksi industri pengalahan PMA ini, (pasal 3). Perusahaan parungan ini </idirikan dalam bentuk badan
hukum Indonesia dan. tentu yang dipakai adalah~erseroan Terbatas yang harus
berkedudu.k an d.iwilayah Republik Indonesia. Disi i kita saksikan ·ketentuan y,,;ng
serupa dengan apa yang dicantumkan dalam U nd ng2 Penanaman Modal asing
1967 na.1 yaitu bahwa Perusahaan PMA ini harus ula berbentuk Badan Hukum
Indonesia yaitu Perseroan Terbatas serla berkedudukan pula didalam wilayab
Republik Indooesia. Berkenaandenganitu maka apakah dianut "prinsipincorporatie" atau "prinsiplegal Seat" ata u "Siege sociale", seperti dipermasalahkandala~
IImu HPI, ternyata tidakjelas/ 6 ),'Menuruthemat kilmi semua prinsip dipakai. Baik
prinsip incorpo'rJtie~ YJ.itu hiuus incorporated sesuai dengan ketentuan hukum
Indonesia, bent uk badan hukumnYd jlEa suatu perseroan terbatas sesuai dcngan
K UHD indonesia. Maupun ketentuan mengena i cmpat kedudukan yang harusj uga
didalam wilayah Republik Indonesia . .fadi yang bclakangan ini menunjuk pada
prinsip "legal seat" atau "Siege sociale", "Central Management".
Suat~ contoh lain dalam ra~gka PADES 24, i 987 ini adalah keputusan Preslden
no.17 tahun 1986 tgl. 24 Desember 1987 tentang persyaratan Pemilikan Saham
Nasional dalam perusahaan Penanaman Modal Asmg untuk diberikan perlakuan
sarna seperti perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Keppres
1987,22 Desember no.50 tahun 1987. Yang dirub~n adalah pasal 2 dari Keppres
no.17 tahun 1986. Ditentukan bah"" kepada Per~sahaan PMA yang sahamnya
16 lihat. mengemi hal ini, bab XXII, Buku ke-7 tentang "Hadan Hukum"
Azas-azas
,
25
I
minimal 15% dimiliki oleh negara atau swasta na$lOnal ·atau yang minimal 45%
sahamnya dimiliki oleh Negara dan/atau swasta n~slOnal dengan syarat 20% dari
jumlah seluruh saham dijual melalui pasar modal sebagai saham atas nama, status
dari
perusahaan PMA ini memperoleh.perlaktl3n yang sama seperti perusahaan yang telah dibenluk dalam rangka PMD~ ~?6 tahun 1968.
Jadi jelasnya, PMA walaupun didirikan sebagai PMf memperoleh perlakuan yang
sama seperti PMDN asal saja mayoritas daripada ",odal saham ini dimiliki oleh
Swasta Nasional dan Negara aiau 45% sekurangn~ dimiliki oleh Swasta Nasional
atau Negara ini (dengan syarat 20% darijumlah seluruh saham telah dijual melalui
bursa pasar modal). J>.etentuan yang terakhir ini adalah untuk memajukan kegiatan
pasar modal, di Indonesia sesuai dengan policy pemerintah. Demikian pula dalam
PADES telah diberikan·fasilitas lebihba'l)'llk untuk ·membuka kantor perwakilan
wilayah perusahaan asing (Keppres no.53 tahun 1987 tgl. 24 Desember 1987).
Menurul peraturan ini maka sesuai dengan ketentuaridalam Bedrijfreglementeerings
ordonnantie 1938(Staatsblad 1938no.86) kantor Perwakilan Wilayahdapatdibuka
disamping perusahaan head office. Kantor perwakilan wilayah perusahaan asing ini
adalah kantor yang dipimpin oleh perorangan warbanegara asing yang ditunjuk
oleh suatu perusahaan asing diluar negeri sebagai perwakilan mereka uotuk mengurus kepentingan perusahaan disesuatu wilayah. Kanlor perwakilan wilayah perusahaanasing ini dapat dibuka di salah satu kota besar di Indonesia. Perizinan untuk ini
dikeuarkan oleh Ketua BI,(PM(pasal 4) .
. Menarik pula dalalft mngka pemberian kemudahan-kemudahan ini adalahadanya
Keputusari Menteri Perinduslrian no.48/ M / SK/12/1997, yang rriengadakan penyederhanaan ketentuan mengenai "Pengakual1 keage,jan lunggal kendaraan benno,
lor dan alai-alai besar serta alat-alal eleklronikaldan alai lislrik unluk rumah
tangga (no.48/M/SK/1987 Igl. 23 Desember 1987);;. Prosedure memperoleh
Surat Pengakuan Keagenan tunggal dipermudah seWrli dieanturnkan dalam pasal 9
dengan fonnulir permohonan terteniu. Sural Peng~kuan ini berlaku untuk 5 tahun
dan dapat diperpanjang lagi untuk 5 tahun berikutnya-rerta prosedure perpanjangannyajuga dipermudah, yailudengan membuat lapomndalam waktu 6 bulan sebdum
masa bemkhiniya untuk disahkan dan diberikan perpanjangan pengakuan keagenan
tunggal pada Menteri bersangkutan itu.
Lonccng sejarah kembali memperlunak usaha-asing
Apa yang telah kita saksikan dalam semua usaha deregulaSi herkenan dengan
usaha daripada.fihak asing di Indonesia ini? Ternyata bahwa sekara~g ·ini bandulan
lonceng sejarah telah kembali .~ dari ';Iidak diperbolehkan sarna sekali" kita
saksikan gejala kearah perlunakan dari "pinlu yang tertutup rapat" kemudian
mengenai "pinlu lercoak" dan mulai pembukaan bagi usaha asing. Juga dibidang
perdagangan. Sedangkan pada semula dalam iklim kemerdekaan dan pengisian
Kemerdekaandan pengisian dari paham kewarganegaraan setelah adanya Undang2
Kewarganegaraan R.l. 1'l~8 kita saksikan telah "diiSi" pengertian kewarganegaraan
ini. Sesuai dengan iklirn·bergeloranya nasionalisme setelah. memperoleh kedaulatan
daripada fihak penjajah ·yakni fihak asing yang telah melakukan ';explo.itation de
"l'homme par "homme" kIla saksikanproses perigisian kewarganegaraan Indollesia
_ Pebruari J989
26
fiukllm dan Pembattgunall
ini dengan serangkaian peratura.n-peraturan yang memperkecli usaha b.ldang drai
fihak .sing disegala lapangan. Juga dalam bida,ng peedagangan kita saksikanadanya
gejalan ini. Serangkaian peraturan ini telah kami ikuti sejak menelaah secaia formal
apakah yang di"tikan dengan stat~s kewarganegaraan R.1. Kemudian pemberian
"isinya" dalam bl!ku "Warganegara dan Orang Asing'" 17.
Kemudian kami ikuti pada !Ialam buku ''The Legat Status of Foreigners in
"Indonesia" yang memperlnci bidang yang telah ditutup dari·Yang masih lerbuka bagi
usaha fihak ~sing diberbagai bidang, baik pendidikan, kepegawaian, perdagangan,
industri, pertanian, permnahan, .dsb.
Kemudian kulminasinya .dengan dilutup rapat semua usaha asing di negara kita· ini
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteei Perdagangan tentang pengakhiean
usaha perdagangan fihakasing yangdisebut diatas tagi. Kemudian kita saksikan pula
pergunakannya dengan berabgai rangkaian peralUran dalam bentuk PAKDES 1987,
PakTO 1988, PAKNOV 1988.
.
Penanaman M.odal Asing di Indonesia
Gejala yang serupa dan se-irama kita saksikan dengan ·diundangnya kembali
negeri ke negara Indonesia. Dimana sebel umnya hal ini
penanaman modal dari
tidakdimungkinkanatau hanya seeara terbatas sesuai dengan peraturandahulu·, 18
kemudian diubah dengan di-undangnya kembali penanaman modal asing ini, dengan
Undang-Uodang Penanaman Modal Asing (U.U. PMA 1967 no.l ) serta peraturanperaturan pelaksanaannya dan berikutnya.
.
Semua ini yang telah kami ikuti pula dengan seksama dalam studi "Doing business
in Indonesia." yang telah kami sebut pula pada permulaan dari karangan ini.
Apa yang kita saksikan ini adalah rejalan dengan perkembangan yang bukan saja
dihadapi di Indanesia, tetapi juga di negara-negara lain.
Berkenaan dengan pembinaan *Iim yang sehat untuk penanaman modal mereka di
negara kita ini, disaksikan adanya juga angin yang herubah dan meceka di negara
kita, disaksikan adanya juga angin yang berubah dan menjadikan lebih favarable
untuk beeusahanya fihakasing di negara kita ini. Jadi bandulan sejarah lelah kembali
: dari alam setelah baru merdeka, dengan diisinya sta lus kewarganegaraan dengan
rangkaian pera"turan yang bersifat lebih "anti orang asing", kembali menjadi tecbuka dan lebih candang menjadi "pro berusahanya orang .asing kembali" di
negara kita ini. Demikian pula dimana dahulu dikedepankan dalam iklim semula ini
erat nasianalisme, bahwa "hak milik ini berfungsi sasia\" dan lebih mudah dapal
dinasionalisasi demi kepentingan umum 19 Jika dibandingkan sekarang dengan
adanya ketenluan yang candan·g kepada-lafilngan untuk melakukan .nasionalisasi
sepeni dicantumkan dalam Uodang-Undang·Pokok Penanaman Modal Asing UU
PMA 1967 no.l, yang tidak membenarkan lidak diadakan nasionalisasi ini, kecuali
"ar
17. Semula PeneIbit PT. Kinta
18. Telah dibahas dalam buku .. Segi-segi hukum internasional pada nasionaJisasi ·di.Indonesia", PT. Kinta , Jakarta.
19. 8dgk, UU. tentang nasionalisisi perusahaan milik Belanda, dibahas dalam buku Supra n.
18.
27
dengan terpenulimJ" 6Y<lrat'sJ"rat tertentu yai tu pembayarart kompensasi secara
waJa r segem dan eitektlp (prompt adequate 'arld'elleeti",)
Dengan kemungkinan untuk memprotes melalui Dewan Arbitrase apabila jumlan
penggantiarr I<erugian ini di~nd.ang kurang memul.skan bagi fihak yang terkena
nasionalisasi. Scmua ini kita lihat melalui sejarah J"ng berubah-ubah tergantungdari
situasi dan kondisi ("sikon") sa tu saat nasionalisasi dianggap boleh s:fja dilalrukan,
disaat lain diperketat sJ"ratnya.
RUtJ-HPI Indonesia yang bani.
Setelah melihat rangka ian peraturan aktual berkenaan dengan status orang asing
dinegara kiia, maka kita beralih pada prinsip-prinsip nasion~1 yang kiranya dapal
kita ketemuka n dalam Raneangan Undang-Undang yang Baru dalam Hukum
Perdata lnternasionallndonesia,
Seperti diketahui telah menjadi salah satu program p<!merintah untuk Pelita V bahwa
sebelum berakhirnJ" pe riode inr Sudah rampung beb~rapa "Basic laws", Diilfltaranya
termasuk perundang-undangan baru, semacam kodifikasi Undang-Undang Hukum
Pcrdata Interilasionallndonesia. RUU Hukum Perdata Internasionaiindonesia ini
sudah disetujui oleh PanitJ" Inlerdep dan telah pula di Seminar-kan oleh BPHN.
Sekarang ini, menurut keteranga n ya ng kami peroleh juga sudah diajukan kepada
Sekneg dan tinggaI menunggu giliran untuk di.jukan kepada DPR. Harapan kami
kiranya dapat terwujud eita-eita ~ntuk memberikan suatu pegangan J"ng positifbagi
Badan Peradilan dinegara kita dalam lIienghadapi peristiwa-peristiwa perdata J"ng
memperlihatkan unsur-unsur luar negen. (foreign elements 20,
Dalam rangka ini pertama-tama hendak kami kemuRakanada9J" sifat nasional dan
eiri nasionalisasi pada HPI kita ini de.ngan diteriman)ll apa yang dinamakan "pfinsip
nasionalitas" dalam menentukan status personal (Hnkum' Kekeluargaan) dari
seseorang 21 . Dalam pada itu sesuai dengan sistim 16 AB ya ng hingga kini masih
dipakai untuk sistim HPI di negara kita, sebagai warisan,pemerintah Hindia Belanda,
maka tetap dipertahankan ' prinsip' nasionalitas itu. 22 ' Dengan demikian telah
dius ulkan agar supaJ" warganega ra Indonesia yang berada diluar negeri tetap
dibawah hukum kekeluargaannJ" bilamana hendak !l1elakukan tindakan-tindakan
-berkenaan dengan status wewenang dan hak-hak ~seorang itu. MisaJnJ", seorang
Warganegara Indonesia J"ng hendak menikahdiluarnegeri harus memeoulii sJ" ratsJ" rat materiildaripada hukum Indonesia sendiri mengenai perkawinan. Jugajika ia
hendak bereera i hamsdilangsungkan hlli ini ses uai dengan sJ"rat-sJ"rat yangdikenal
d idalam-hukum Indonesia sendiri berkenaan dengan pereeraian itu. Jadi tidakdapat
diperglinakan hukum dari domisilinJ" ditempat luar negeri sebagai J"ng menentu-
kan untuk rerkawinan atau perceraiannya.
Prinsi p nasionalisasi ini· telah kami usulkan uotuk dikombinasikan dengan prinsip
20. Unsur-un'SUI asing ini yang membuat suatu penstlwa rnenjadi bersi(a~ -HPI
21. Bdgk, bab III buku "Pengantar HPllndonesia", supra n. 2 "Prinsip kewaQ\llne8ai-aan dan
prinsip domisili".
22. Pasal 16 A.B. ini, melalui Belanda, diwariskan dari Code Civil Peraneis pasal 3.
Pebruan" } P89
28
Hukum (km Pembangunan
domisili, mengingat bahwa ada kemungkinan bahwa akan dipersulit, hakim kita di
Indonesia ini apabila tetap harus diperlakukan hukum asing sekalipun orang asing
yang bersangkutan sudah lama sekali berada di Indonesia.
.
Dengan demikian kami telah usulkan agar supaya dipakai hukum perdata dari
Indonesia untuk mengatur masalah-rtiasalah dibidang status hukum kekeluargaan
dari orang asing yang menetap disini. 23
Dipertahankannya prinsip nasioniim> untuk status perso nal ini mengakibatkan
bahwa hukum nasional Indonesia diperluas pemakaiann ya. Bukan saja untuk
wilayah diluar negeri, dimana warganegara Indonesia yang berada. Untuk hal-hal
hukum kekeluargaan mereka dianggap' harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan
hukum Nasional Indonesia iendiri.
Tetapi sebaliknya,juga kompromi yang diusulkan, yaitu bahwa orang asing yang
sudah menetap lama di Indonesia dan memenuhi syarat kediaman sedemikian, akan
ditaruh dibawah berlakunya hukum Nasional Indonesia juga untuk hal-hal status
personal ini,..Jadi dengan menganut prinsip nasionalitas serta usul kompromi berkenaandengan hukum domisili untuk orang asing ini, akan d'iperluas bidang berlakunya hukum nasional Indonesia, juga terhadap orang-orang asing yang telah
menetap disini.
Ketertiban Umum mengakibatkan pemakaian hukum nasional
Satu hal lain yang juga mengakibatkan hukum nasional intern Indonesialah yang
dipergunakan kita saksikan pad~ Lembaga "Ketertiban Umum" (Ordre Public,
openbare ome, public policy)" . 1, Dengan .diterimanya prinsip bahwa hukum
asing yang seyogyanya harusdip&rgunakan menurut ketentuan Hl'llndonesia, dalam
hal khusus,jika dianggap melanggar ketertiban umum di Indonesia, akan dikesampingkan dan kemudian diperlakukan sebagai pengganti daripada hukum asing ini,
ketentuan dari Hukum Nasionallndonesia sendiri;akan diperluasjuga berlakunya
. Hukum Nasionallndonesia. Seperti dalam conlOh yang seringkali kita scbut mengenai perbudakan, dimana prinsip AB pasal 16 (dan kemudian prinsip didalam RUU
HPI yang baru untuk Indonesia ini) huk.um nasional yang bersangkutan harus
diperlakukan. Misalnya dua warganegara Afrika yang dalam Hukum Nasional
mereka masih 'mengenal sistim perbudakan, mengajukan perkara dihadapan l'engadilan Negeri Jakarta. Sesuai. dengan keientuan Hl'llndonesia hakim akan mempergunakan Hukum Nasiona1.Afrika bersangkutan. Tetapi oleh karena sistim hukum
Nasional Afrika ini, untukkasusdemikian masih mC!}gcnai sistim pcrbudakan. fihak
rnajikan yang mcngdaim 'scgala hasil karya ~j budak ini. mcnjaui Illilik uari filial\.
majikannyJ. itu, h.:rnyata lIuak aka 11 tlarlll Jip.:r1ahankan olch hakim t.1i Inuonesia .
lIakim Indonesia akan mcmpcf'gunakan scbagai penggartti dari hukum asing
tcrscbUL kctcntuan
dalam huku~ Nasionallndonesia. ~ndiri ya ng tiuak. nicngcnaI
.
-.
perbudakan itu. Karena "Exploitation de I'hommc par I'homme" adalah bertcntang23.Lihat mengemi ini, infra, dibawah "Resume RUU-HPI"
24. Pengantar HPI lndones.ia, supra n.2 bab VI
Azas·azas
29
an denga" Paneasila dan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 2S
Maka hukum asing yang seyogyanya diperlakukan ini karena bertenfarigan dengan
ketertiban urn urn, ya ilU rneia nggar sendi-sendi azasi daripada sislim. hukum dan
masya(akatlndonesia sendiri, akan sebagai pe n gee ua I ia n dikesampingkan 26
Jadi dengan diterimanya lembaga keterliban umum ini kita saksikan diperluas lagi
bedakunya hukum nasional kita sendiri.
Prinsip Renvoi
Demikian pula dengan diterimanya prinsip renvoi (penunjukan kembali), terugverwijzing dalam HIP Indonesia ini) seperti tebh diusulkan dalam RUU PHI
lndqn~sia yang baru, maka akan berlaku hukum nasional intern Indonesia sendiri: 27 ' Sepe'rli diketahui, berlakunya prinsip renvoi ini adalah karena adanya
pemt.eUaan antara prinsip nasionalitas dan p(jnsip domisili tlibidang kekeluargaan
atau status personal seseo rang. Misalnya HPI Indonesia mempergunakan prinsip
nasionalitas dan menyatak!O.n hukum Inggris yang berlaku untuk orang Inggris yang
berdomisi li di Indonesia. 28 ) Tetapi HPIlnggris menyatakan bahwa prinsipdomisili
ya ng berlaku dan memuljnk kembali pada hukum Indonesia. Kita menerima
renvoi ini dan menyatakan hukum intern Indonesialah yang akan berlaku untuk
om ng.lnggris yang telah rl1enetapdi Indonesia karena hukum Inggris sendiri Ikaedah
Hl'lnya) menunJuk kembali kepida hokum Intern Indonesia. Hasil dar.1 peneri
rnaan renvoi iniadalah'bal)wa hukum inter n.,ional indonesialah yang akan berlaku
pula . .Iadi disini.kita saksikan lagi, bahwa berlakunya hukum Nasionallndonesia
bertambah dalam praktek hukum Badan Peradilan Indonesia apabila kita menerima
prinsip renvoi. Hal ini adalah salah satu pendorong bagi kami untuk menganjurkan diterimanya renvoi. Alasan kuat untuk 'menerima renvoi ialah bahwa dengan
demikian hukum intern Indonesia akan diperlakukanoleh Badan Peradilan kita itu.
Hal ini disebabkan karena kita telah menawarkan lerlebih dahulu kepada hukum
asing untuk dipergunakan. Tetapi hukum asing ini sendiri tidak mau mempergunatan kesempatan terseb ut dan telah menunjuk kembali kepada hukum kita. 'Maka kita
akan memakai hukum na sional intern kita ini sendiri.
Seperti seorang berdiri dimuka pintudan menawarkan pada tamunya untuk "jalan
lerlebi h dahul,,", ("Monsieur a vo us l'honneur" ). Tetapi omng asing ini tidak mau
masuk Ichili nulu walaupun "host"n ya telail mempersilahkan untuk jalan terlebih
dahu lt>'." Kita sobag,i host akan mempergubakan kesempatan jalan lebih dahulu
oleh lihak tamu ini. Kita " masuk melalui pintu terbuka". Kita akan pergunakan dan
paka i hukum intern na s ionallndon ~ ia se ndiri.
25. Bdgk, perumusan dalam RUU HPI Indonesia yang telah kami usulkan, lihat "Resume
RUU-HPI", infra
26. "Public policy" harus dipergunakan se-irit mungkin, "as a shield and not as a sword.".
27. Bdgk. infra "'Resume RUU -HPI"
28.Liha t bali IV, buku Peng.nlar HPI Indonesia; supra n.2
29. Liliat mengenai contoh int dan contoh-contoh lain supra, Pengantar HPI Indonesia, supra
02 no. 52 dst.
Pebruari 1989
30
Pembuktian Hukum Asing tidak dapat
HukUni dall PemballglO1GlI
dilakukal~
Salah satu canton lain dari diperlua sny.l pemakaian hukum intern nasional
sendiri adalah ketentuan mengenai pembuktian hukum asmg. Apabila hukum asing
yang harus dipakai dalam suatu· peristiwa HPI, temyata tidak dapat dikenal oleh
hakim Indonesia walaupun usaha kearah ini ,udah diadakan. maka hakim I{ldone.iaakan memakaihukum nasional perdittanya sendiri dan tidak momakai hukum
asing yang tidak dapat diketemukan itu. Jadi terlebih dahulu harusdicari. kearah
penemuan hukum asing ini illeh Badan Peradilan IQdonesia .. Tetapi apabila dalam
I2rakteknya karena keadaan ~an kekurangan tersediany. informasi ata u reserach
mengenai Hukum Perd.ata Asing bersangkutan itu, dibenarkan jika Pengadilan
Indonesia daripada sarna sekali tidak memberikan keputusan mengenai perkara ini,
menyelesaikanjuga perkaraitudengan mengandalkan keptda Hukum Perdata intern
lndonesia sendiri.
Hal ini pernah kami usulkan dan temyata telah membingun~kan beberapa sarjana
hukum Indonesia. Kawan saya yang dahulu telah memberi komentarpula mengenai
hal apakah kami tidak keliru de'llan mempergunakan yang dia ·anggap sct1agai
"Contradictio in terminis" Hukum Perdata Il)Iernasirmal Indonesia" (pertentangan
anlara istilah asing "intern~sional" da'n "Indonesia"). Kini juga te1ah menanyakan
kami Iagi mengenai usul pasal bersangkutan itu. Seomng notaris kenamaan di Jakarta
katanya·telah inempersoalkan dengannya apa yang ielah kami usulkan dalam RUU
in~ yaitu bahwa hakim Indonesia dalam hal tidakQarlat menemukan Hu.kum Perdata
Asing, akan memakai hukum Indonesia sendiri. JO Yai)"g menjadi kekhawatiran
mereka ialah : apakah dengan adanya pasal sepeni ini tidak nanti pengadilanpengadilan ·disi.ni hany.l.akan memakai hukum Nasional Indonesia sendiri tanpa·
berusaha untuk · mencari hukum asiog itu. Tentu kekhawatiran ini· bisa diakui
beralasan adanya. Kami menganjurkan ·supaya hakim terlebih dahlllu berusaha
dengan baik dan sekUat.tenaga imtuk dapat mengehaldan mengetahui is; Hukum
Perdata Asing be~sangkutan ini. Antara lain dengan menghubungi Kedutaan il~r
negara asing bersangkutan dari mengadakan hubungan dengan lembaga-Iembaga
ilmiah, baik didalam maupun diluar negeri, serta expert-expert dibidang hukum asing
bersangkutan itu sehelum memutus perkara bersangkut:ln. Jadi jangan secara langsung "hanya menyerah" dan mengatakan tidak dapat mengenal isi daripada hukum
. . asing ini dan dengan demikian akaB. memakai hukum nasion.1lndonesia sendiri.
Sebenamya apa yang kami utarakan dalam pasal RUU ber;"ngkutim ini adalah
suatu "verlegenheidsoplossing" agar supay' haki'r' Indonesia,dapat tetap memutuska n peristiwa HPI bersangkutan, karena scomng hakim harus menyelesaikan
perkara dengan mengadili perkar' ya ng diajukan kepad.nya 31 Maka jelaslah
bahwa apabila~cam de facto sukar untuk menamtik,n hukum asihg 15ersangkutan ini,
30. Lihat, Peng.nlar HPJ, supra n.2, no. J69
31. Liha, lebih ja Uh mengenai persoalan pernbuktian h uk urn asing ini, bab XII, Pengantar HPJ
Ifldonesia. supra 0.2
Azas..azas
,31
maka perlu diadakan suat u "way out" setelah itu. Pemecahan ya ng dipilih adalah
dengan memakai'hukum perdata kita sendiri!
Dengan demikian,sepenijuga daJam hal masalah "Ketertiban Vmum diatas, atau
penerimaan'renvoi" sekarang inijikaklU hukum asing twak dapa! dibuktikanoleh
Hakim Indonesia! ma,ka kita akan Dlemakai huk'u m riasional indonesia .sendiri.
Semua peristiwa dikemuka"kan ini · kiranya menjelaskan tendensi untuk lebih
lDemberi tempat ke""da pemakaian hukum 'in!em nasional Indonesia sendiri,
wa laupun sudah terlebih dahulu diberikan kerempatan kepada hukum luar negeri
untuk diperla kukan dalamperistiwa yang bersifat HPI ,itu,.
K walifoka$i
Mengenal soal kwalifikasi diantara 3 macam kemungkina'n kwalifikasi, yaitu
kwalifokasi,lelCfori (kwa lifi kasi-kwalifikasi menurut hukum sang hakim), lex. causae (.kwalifikasi menurut hukum yang dipakai urituk peristiwa HP1'bersangkutanj
dan kwalifikasi secara otonom, kami telah memilih kwalifikasi yang pertama yailu'
menu;ut lex fori, 31 Alasan, pemakaian prinsip lex'fDri ini adalah bahwa apabila
sua!u persoalan HI!I diajukan kepada fihak H~kim IndDnesia, maka ketentuan
hukum nasiorial intern Indonesia-Iah yang akan menentukan apa yang diartikan
dengan istilah-istilah dan pengenian hukum yang dipertautkan itu.
Menurut hemat kami pemilihan kwalifikasi menurut hukum sang hakim ini adalah
ya ng paling tepat dipakai dan dapat di.pertanggung jawabkan untuk negara kita.
Dengandemikia n maka sistem HPI dali ma sing-masingnega l1l yang merupakan
sistim hukum nasional pula, berbieara dal~m bahasa hukum nasionalnya sendiri:
Kwa lifikasi, yaitu prDses memasukari fakta-fakta dalam kotak-.kotak hukimi, ruangruang ataukategorihukum inj hendaknya Dleh Hakim Indonesia dilaksanakan,sesuai
deng"n ketentuan pengertian hukum intern nasi Dna I Indonesia sendiri. Bahasa
hukum nasional ini tidak lain daripada bahasa istilah hukum dari fihak hakitri'
sendiri. Dalam hal diajukan persoalannya dihadapan Hakim IndDnesia, maka
bahasa hOkum ya ng dipakal adalah Hukuin NasiDnal Indonesia itu. Demikian akan
sekali lagi diberi tempat lebih banyak untuk ,p emakaian dari Hukum IndDnesia
sendiri Dleh fihak IndDnesia dalam 'menghadapi masalah HPJ. Perumusan yang telan
kami usulkan sebagai berikut : "Dalam hal.terjadinya perselisihan antara berbagai
soal-soal hukum dalam status' proses perka,ra iertent~" maka Hukum Indonesia
menjadi . satu-satunya yang herwenang untuk menentukan dalam kategQri
manakah hukum tersebut termasuk, sehingga dapat ditentukan hukum yang berlaku"_ 33
Jadi ~isini kita dapat sa ksikafl bahwa apabila sua!u persoalan diajukan kehadapan
Hakim lndDnesia, maka yang akan dipakai adalah Hukum IndDnesia dalam hal
penentuan kwalifikasi atau klasifikasi ini, )4'
32.Bab Y, bllku Pengantar HPI Indonesia, sup .. n.2
33. Bdgk, inf.. ,. "Resume-HPI"
34, Usul perumusan ini adalah,resuai dengan teks dari pasall 0 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Mesir 1948 (Beri'ta Nega .. Peme,rintah M";ir nomor khusus 29 Juli1988 'no. 108
bis A)
Pebruari 1989
32
Hukum dan Pemballgllllan
Mengenai masalah kemampuan huku",.
Sesuai dengan ketentuan pasal/6 AB yang menganut prinsip nasionalitas dan juga
.telah pada prinsipnya kami pertah,nkan dalam RUU HPI baru Indonesia ini, maka
telan kami usulkan agar supaya dicantumkan pem.kaian prinsip nasioan.litas ini
sebagai berikut :
.
"Kemampuan hukum alau ketidak mampuarr seseorang untuk bertindak daIam
hukum diatur oleh hukum nasional orang yang be~sangkulan". Jadi dalam hal ini
'Prinsip Nasionalitas .yang dikedepankan. Oleh kart!na soal kemampuan bertindak
dalam hukum ini termasuk status dan wowenang seseorang, maka termasuklah
dalam status personal, hingga prinsip nasionalitas dipergunakan sesuai dengan apa
yang telah dikemukakan diatas.
Akan tetapi untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat di Indonesia
pada u'1'umnya, apabila mengbadapi transaksi-transaksi dongan orang asing, maka
kami tclah usulkan pula sebagai ayat ke-2 sebagai berik4t : "Akan tetapi apabila
orang asing melakuk3Jl suatu perbuatan bukum di Indonesia, sedangkan menurut
hukum nasioilalnya untuk perliuataimya yang bersangkutan orang tersebu\ tidak
mempunyai kemampuan hukum atau hanya mempunyai kemampuan hukum yang
terbatas; maka .orang itu dianggap sebagai mempunyai kemampuan hukullL)l!ltuk
perbuatan itu sepanjang menurut hukum Indonesia III dianggap demikian" "
MaksLd . ketentuan dalam. ayal . ked~ ini ~dalah untuk memberi pCrli~ .
dungan bagl masyarakat hukum Indonesiiumumnya terhadap perbua'tan-perbuatan
dari fihak orang asing. Misalnya telah diadakan kobtrak dagang dan di Indon";;ia
orang asing bersangkutan dianggall cakap.untuk me/akukan hal itu (menu rut inter- ·
pretasi terakhir cukup 18 tahun) 36 Qrang asing yang misalnya meilUrut Hukum
Nasionalnya sendiri dipandang bduJll'dewasa karena belum 26 tahun, harus diang'
gap sudah berwenang untuk melakukan transaksi bersangkutan itu karena menurut
hukum Indonesia ia dipandang sudah berwenang u.ntuk melakukan hal demikian.
Perlindungan masyarakat mi akan tetapi tidali diperluas hlngga mencalrup.soalsoal yang berkenaandengan Hukum Kekeluargaan dan Hukum Warisan. Maka ayat
selanjutnya dari pasal bersangkutan yang kami us~kan ini berbunyi sebagai beriku!:
"Ketentuan initidak berlaku bagi perbuatan hukuln di bidang Hukum Kekeluargaan
dan Hukum Warisao"
Di sinilah kita saksikan bahwa hUkum nasio\l31 Indonesiapun akan diperluas
bidang pemakaiannya
demi p<;rlindungan
masyarakat hukum Indonesia
sendiri di bidang trans.lisi perdata dandag/lIl/1.
35. Bdgk. infra, Resume HPI
.36.Lihat.PurWoto S.Gandasubraia. SH "Pembabasal) terhadapMakalah Rasjim Wirj~al-'
madja SH tentang "Perse\ujpan isiri/s';"";, UD(ukmen!amittkan harta persama dim batas
umw kedewasilan bagj seol'ii~·calon nasaba~ untulc membuka reK~ning serta:memio,Jam
uangkep.d8 bank-hank, Seminar sebari disele~rkaan oleh' Banker's Club Indonesia,
bekerja sarna de~an FakUItas Hukum universita~ Tarumanegara, BPHN, Lembaga Pengembangan Peroattkan Indonesia, Jakarta 8 Nopember 1988
Azas-ozos"
33
Prinsip-Iex rei sillle
Sesuai dengan prinsip bersangkutan inipun maka'kita memakai prinsip lex iei siiae
berkenaandengan benda yang terletak di Indonesia. Di sinijuga akan dipakai hukum
yang berlaku di Indonesia sendiri. Dan segala perbuatan yang berkenaan dengan
benda yang tidak bergerak, dinyatakan bahwa isepanjang mengenai benda yang
1erletak di Indonesia akan diperfakukan prinsip 1'1X rei sitae ini, hukum'Indonesialah
yang akan berlaku. Maka teJilh kami usulkan '\Yl't selanjutnya dalam RUU HPI
Indonesia ini: "Dalam hal perbuatan hukum yarig·berkenaan dena.n benda tidak
bergerak, maka kemaplpuan hukum diltiseseojang ~engenai perbuatin hukum
yang berkenaan dengan itu diatur menurut hukum dari tempat <!imana benda.tidak
bergerak terletak" .
Maka' sekalang :ioi, dengan interl'retasi ;babwa 18 tahUIl. sudah. cukup untuk
melakukan perbuatan bukum berkenaan dengan benda yang terletak ·di Indonesia,
tam. Pandang syarat kedewasaan yang ditentukan oleh Hukum Nasional Asingdari
fibak bersangkutan berkenaan (tengan benda-beqda tidak bergerak, jDga talduk di
bawah ketentuan Hukum Perdata Indonesia sendiri berkenaan dengan batas umUT
ini. Tetapi tentunya sekarang ini masih menjadi persoalan "Apakah intepretasi 18
lahun sebagai apa yang menentukan untuk menganggap orang sudah dewasa atau
tidak, memang dapat dipenahankan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia',? Apakali interpretasi yang hendak diperkenalkan ' oleh Wakil Ketua
Mahkamah Agung mengeIJ!li hal ini dapat dipertahankan. Kami sendiri masih
meragukan hal ini. Bagi kami sesungguhnya 18 tahun ini memang cukup apabila
hal-hal menyangkut kewarganegaraan karena dttentukan demikian oleh UndangUodang Kewarganegaraan RI tahun 1958 No. 62 atau bilamana menghadapi
masalah-masalah perka winan Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perkawinan.
1976 No. I, berkenaandeIlgan perwdliananak. {\kan tetapijika halnya berkenaan
4lengan hal lain diluar kewarganegaraan dan pe""risan; maka kiranya masih diper. .lkan apakah ketentuan lama yang menentukan soal ~saan ini.harus dipandang sudah tidak berlaku lagi pada waktu sekarang ini. J7
Dengan demikian dapat kita sal\sikan deIlgaO jelas!l1m 'contoh-contoh terurai
4iaIas, bahwa kita juga memberikan tenipat yang Jaya~ biihltlm seriIlg memberifcan
_pat yang utama bagi Hukulll Nasional kita sendiri palam hal timbul keiagumguan 'mengenai hukum yang harus dipakai. Akan tetapi segaJa sesuatu' penguta~ dari hukum sendiri ini dilakukan secara prinsipil bukan untuk mengutamakan
.., nienganggap hukum·kita sendiri adalah jauh lebih.tiIlggi daripada hukum asing.
&ami sorba)iknya berpendirioo babw4 priIlsip persamarataan dari' semua sistirn
.. .um; ·baik
hukum
Nasional maupun htikum Asing,adalah
yani'.hariIs menjadi
,.
I
I
JIO!8.ngan Yang sehat dalamrnenyeleSaikan masalah-maslaah HPI){" Akan tetapi
n_
lItTentang azas persama-;:'taan ini, dalam Hukum Antargolongan, dipupuk melalui pasal2
Peratumn Perkawinan Campuran, 8tbl 1898 no. 158, 'Mengenai ini, Imat thesis bmi,
Segi-segi Hukum Pemtu"," Perk"winan C.";p",*,, Jakarta (19SS), kemiJdian dicetak
ulaog beberapa kali
.
Pebruari J989
34
HukwlI dall Pembanglillan
sesnai.dengan alimn }ling dinamakan ;'Homewards Trend" alimn }ling menjunjung
tinggi diplkain}ll Hukum intern Nasional sendiri, setelah diberi kesempitilO yang
wajar bagi Hukum Asing untuk berIaku, daplt dipertanggung jaW<lbkan. Karena
dengan demikian Hukum Indonesia Intern sendiri adaIah }ling akan dipakai oleh
Badan Peradilan kita. Dan piacbagaimanapun tentun}ll para hakim Indonesia ini
lebih mahir dan daplt .menern"pkan hukum secara .lebih baik apabila dalam satu
'persoalan dengan unsur lnar negen ini, bisa memakai hukum Indonesia sendiri.
·Jaminan 'mutu pengadil.n Indonesia, jikalau memakai hukum Indonesia, lebih
terjamin dariplda harus memakai ketentuan hukum Perdana Asing, }ling pada
umumn}ll kumng dikenaln}ll, dan han}ll dapat diketahuin}ll dari kesaksian atau
legal opinion serta kar}ll·kar}ll dari plra Sarjaqa Hukum Luar Negeri. Daiipada
secara keliru menafsirkan hukum }ling harus diplkai ini, lebih baik dipakai Hukum
Nasional intern Indonesia sendiri demi jaminan mutu ini!
Resume RUU-HPI
Akhim}ll untuk memudahkan sebagai penutup kami..memberika~ resU)lle daripada RUU HPI Indonesia }IIngtelah kami susun itu. 39
1. Dianjurkan supaya dapat dipakai prinsip nasiolitas secara terhalas dan
diadakann}ll kompromi dengan prinsip domisili untuk hukum kekelnargaan; sesuai
denganpendaplt yang kini paling ban}llk penga?utny. di bidang HPi.
2 .. Kami usulkan agar supaya diadakan perubahan dalam pasal16 AB sebagai
beriku!:
Di samping Teks 16 AB yang kini berIaku 'agar supaya ditambahkari ketentuan
sebagai berikut
"Untuk omng asing yang bemda di wilayah RI tetap akan berlaku Hukum
Nasional mereka untuk status personal selama :2 tahun mereka menetap di sini"
Setelah itu akan berlakuIah Hukum Indonesia sebagai Hukum templt tinggal mereka
untuk segala hal-hal berkenaan dengan statu.; hak-hakdan wewenang". Dengan lain
perkataan, diadakan kombinasi da;; prinsip nasionalitas dan prinsip domisili.
Untuk memudahkan pelaksanaan hukum al negara kita dan luga aeml KepaslIan
h~klIm untuk lingkungan di Indonesia ini, maka ~itentukan bahwa juga orang-orang
asing }ling sudah menetap lebih lama"dari 2 iahun. di Indonesia ini, mengenal
·personal statusn}ll (Hukum Kekelnargaan) akan'ditentukan oleh hukum }ling berlaku di Indonesia.
3. Prinsip bahwa dalam menentukan apl yang merupakan Hukum Nasional
'seseornog, maka kewarganegaraan dari omng ituIah }ling menentukan. Apabila
tidak ada keW<lrganegaraan (apalndie), maka apn diplkai hukum dosimili. Jika
terdaplt dna atau lebih keW<lrganegaraan (bipairidie, multipat~ie), maka akan
dipilih .kewarganegaraan yang rnenurul kenyatal! paling efektif. ("ffec tieve
natlonaliteit).
4. Sup..ya diterima renvoi (Penunjukan kembali) karena hal ini akan membawa
lebih ban}llk diplkain}ll Hukum Indonesia Intefn. Dengan demikian dipermudah
39.l.ihat-pula bukukami,.Hukum Perdata dan Dagang Intemaisonal Alumni, Haodoog (1980)
h.221 ds!.
Azas-azas
1.35
bagi pelaksanaan hakum dan kesempatan unt~ memakai hukum kita ~ndiri.
SeP<;rtj diketahui, persoalan ini timbul karena perbedaan antara prinsip domisili dan
prins[p nasionalitas antara berbagai negara di dunia. Jika telah ditunjuk ole!) HPI kita
kepada 'hukum sesnatu negara lain dan HPI d~ri negara itu menunjuk kembali'
kepada hukum kita, maka akan kita pakai hukumintem kita. Dengan lain perkataan
kita menerima renvoi.
Penerimaan renvoi ini dapat dirumuskan sebagai berikut "ApabiJa Hukum
Nasional dari seseorang yang dinyatakan berlaku dan !lpabila hukum tersebut
menunjuk kepada hukum Indonesia sebagai hukum yang berlaku baginya,"maka
llukum inlern Indonesialah yang berlaku".
5. Kwalifikasi supaya ditentukan menurut Lex Fori (hokum sang hakim).
Dengan demikian maka dipermudah kwalifikasi ini dalLkwalifikasi menurnt Lex
Fori (bukan menurut Lex Causae, hukunj yang harus dipergunakan, atau kwalifiwi secara otonom) yang akan kita pakai. 'Perumusan yang diusulkan adalah
sebagai berikut "Dalam hal teljadinya perselisihan antara berbagai stelsel hukum
dalam suatu proses perkara tertentu, maka hukum Indonesia menjadi satu-satunya
yang berwewenang untuk menentukan dalam ka.tegori manakah huhungan hukum
tersbut termasuk, sehingga dapat ditentukan huk\JOl yang berlaku"
6. Penenmaan dari Ketertiban Vmum (operibare oroe, Public Policy, ordre
public) sebagaisnatu rem darurat memang harus selalu dipakai. Lembaga Ketertiban
Vmum ini memungkinkan bahwa dalam hal yan~sangat perlu karena menyinggung
sendi-sendi asasi intern hukum dan masyarakat k sendiri, dikesampingkan hukum
asing'yang seyogyanya harus berlaku menurnt PI kita. Dengan demikian maka
abn dipaklii Hukum Indonesia. PerumuSan yang disusulkanadalah sebagai berikut
: "Kaedah-kaedah hokum asing yang sebenarpya haruS diperlakukan menurut
tctentuan-ketentuan Hukum Perdana InternasioIlltllndonesia, tidakakandipergunaU n bilamana kaedah-kaedah tersebut bertenta~gan dengan .Pancasila, ketertiban
mn urn atau kesusilaan baik"
7. Dipakamya prinsip nasionalitas untuk huhungan antara orang Ina dan anak.
Untuk pengesaban anik dipakai hukum sang ayah, untuk perwalian hukum sang
anak, untuk alimentasi tempal tinggal yang nyata s.hari-hari (Residence Habituelle)
dari sang anak.
8. Vntuk hubungan hukum antara snani islri dipakai prinsip nasionalilas. Dalam
... perbedaan kewarganegaraan antara sna'mi dan iSln, inaka dipakai hukum
..sonal sang suami. Hukum yang berlaku unluk harta benda perkawinan juga
llukum nasional dari para fihakjika snami islri berkewarganegaraan sama. Dalam hlII
iBi swmi istri berbeda kewarganegaraan maka akan dipakai domisili bersama yang
penama (eersle huwelijksdomicilie).
9~ Vntuk perkawinan maka kami usulkan dipakai Hukum Nasional dari masingBIASing fihak mengenai syarat-syarat perka winan. U ntuk penyelenggaraan daripada
pcrkawinan itu sendiri dan syarat-syarat formill11"ka dipakai hukumdari templlt di
_
perkawinan itu dilakukan'(Lex Loci Celebrationis).
10. Tentang percemianjuga diusulkan untuk dipakai Hukum Nasioilal dari para
Ibak suami dan istri apabila kewarganegaraan ini ,sama adanya. oa1am hal ada
Pebruan' 1989
36
f/ukuJ1I dan Pembal/gwlQl/
perbedaan kew."ganegaraan antara suami dan istri maka akan dipakai b)lkum dari
tempat tinggal mereka bersama. Jadi ditekankan lagi atas tempat kediaman bersama
(Residence Habituelle) yang sekarang dipentingkan dalam Konvensi-konvensi HPJ
Den Haag.
II. Mengenai Hukum Warisan berlaku Hukum Nasional dari sipewaris. Warisan
dalam hal ini diatur sebagai suatu Kesatuan, tanpa membedakan antara benda-benda
.berg~rak dan benda-benda tetap.
12. Mengenai bentuk dari testamen akan diatur pula oleh Hukum Nasional dari
orang yang membuat testamen atau ditempat di mana sipembuat testamen mempunyai domisili waktu membuatnya atau saat kematiannya atau tempat kediaman
nyata sehari-harinya, atau dari tempat dimaoo benda-benda bersangkutan terletak
(sepanjang mengenai benda-benda tidak bergerak). Ini adalah sesuai dengan ,prinsip
Favor Testamenti yang diterima dalam Konvensi HPI Den Haag tentang Y'arisan
dari lahun 1961 mengenai bentuk daripada testamen.
13. Mengenai Adopsi kami usulkan agar dipakai Hukum Nasional apaqila adoptant dan adoptandus mempunyai kewarganegaraan yang sarna. Jika kewarganegaraan antara kedua fihak ini berlainan, maka kemampuan dan syarat-syarat untuk
melakukan adopsi dan untuk diadopsi ditentukan oleh hukum yang berlaku di
tempat kediaman biasa sehari-hari dari sang anak. Tentang akibat.akibat bukum dari
adopsi antara kedna fihak ini diatur
, oleb hukum yang berlaku di tempat k!!diaman
.
biasa sang anak. Demikian pula h'ak-hak dan kewajiban para fihak adoptandus dan
keluarganya ka!llna kelahiran. Juga dalam hal ini hUkum dari tempat kediaman biasa
sehari-hari sang anaIi yang menentukan. Dengan demikian titik be(at diletakkan
pada tempH kediaman biasa sehari-bari dari sang anak (ResidenceHabitueUe) yang
diterima dalam Konpensi-konpensi Adopsi Den Haag lahun 1975.
14. Mengenai Kontrak kamimenganggapsebaiknya dipakai titik taut yang paling
karakteristik sebagai hukum yang harus diperlak;ukan. Maka ·kami usulkan supaya
dirumuskan babwa untuk PeIjanjian internasional berlakulah Hukum yang berlaku
untuk perjanjian-peIjanjian yang telah ,dipilih oleh para fihak. Apabila tidak ada
pilihan maka dipiliblah hukum dan fihak yang me1llPunyai prestasi paling karakteristik untuk till' kontrak masing-masing. (The most characteristic connection).
IS. Untuk Perbuatan Melanggat Hukum diusulkan agar supaya dipakai hukun
dari negara di mana peristiwa perbuittan melanggar bukum itu teIjadi untuk menentukan apakah peristiwa itu merupakan suatu perbuatan. melanggar hukum dan
menentukan kewajiban-kewajiban yang diakibatkan olehnya. Tetapi jika akibatnya
termasuk dalam suasana bukum negara lain daripada negara dimana peristiwa ini
teIjadi (Lex locus delicti), maka kewajiban-kew.ljiban yang.menjadi akibat daripadanya ditentukan oleh hukum dari negara itu sendiri. Dengan lain perkataan" telah
diusulkan penerimaan pada prinsipnya daripada teori klasik mengenai perbuatan
melanggar hukum (Lex locus delicti) sedangkan sebagai pengecualian akan dipakai
pelembutan yaitu hukum daripada "Soziale Umwelt"
16. Mengenai Badan Hukum, kami usulkan . agar
dinyatakan bahwa
tunduk kepada bukum dari negara dimana Badan Hukum itu didirikan. Jadi Prinsip
incorporatie yang kami kemukakan. Apabila Badan HukljlI) ini. melaksanakan
37
Azas-a::as
kegiatan utamanya di dalam wilayah Indonesia, maka akan berlakuHukum Indone·
sia.
: 7. Mengenai bentuk perbuatan hukuin maka perlu kiranya ditentukan bahwa
sahnya itu tunduk keplda hukum dari negara di mana perbuatJin itu diJakukan.
Tetapijika perbuatan hukiun itu mengenai benda tidak bergerak, maka huktimdari
negara dimana benda bersangkutan berada, mengatur bentuk yang disyaratkan untuk
sahnya perjanjian,surat-suratatau lain perbuatan hukurn yang berhubungan dengan
benda yang tidak bergerak itu.
18. Jadi di sini ditekankan kepadaLex Rei Sitae sesuai dengan ketentuan pasal 17 '
dari HPI kita. Mengenai kemampuan untuk bertindak dalam hukum, maka prinsip
nasionalitaslah yang plda umumnya dianut. Karena itu maka kemampuan hukum
atau ketidak mampuan seseorang untuk bertindak ditentukan menurut hukum
nasional daii plda orang benangkutan itu.
19. Tentang benda-benda tidak bergerak jnga diusulkan supaya diterima Lex Rei
Sitae. Kemampllan hukum dari seseorang untuk melakukan perbuatan hukum
meogenai benda yang tidak bergerak diaturdalam hukum dari templt di mana benda
lidak bergerak itu terletak.
20. Mengenai Perwalian dan Perwalian Safih (Curatele) maka aplbila seorang
asing berdomisili atau bertemplt kediaman di Indonesia daplt dilakukan Perwalian
ata u Perwalian Safih ini oleh Pengadilan Indonesia dengan memakai Hukum
asional dari omng bersangkutan.
21. Mengenai benda bergerak dan berida tidak bergerak diatur oleh hukum dari
Imlplt di mana benda itu berada (Lex Rei Sitae).
Demikian garis besar ketentuan-ketentuan Rancarigan U ndang-undang Hukum
Perdata lntemasional Indonesia.
ANDA MEMBlTI'UHKAN PERA11JRAN PERUNDANG-UNDANGAN?
...--Und·.....d....
_ _, "....-torI-Metori " _
LIm,,","-IoID,,"," ".... "_"
~
LIm""".....""'" _
dip I • • .
0-010_
HUBUNGILAHPUSAT DOKUNENTASI HUKUM
FAK. HUKUN UNIVERSITAS INDONESIA_
JL.C1RBBON 5 JAKARTA, TELP.(021).33S432
/'t'bmari 1989
Download