Nama Penulis 1, Penulis 2, Penulis 3

advertisement
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster)
Volume 05, No. 3 (2016), hal 195 – 204.
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL
LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TRANSFORMASI ARTION-FUNDO
Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono
INTISARI
Persamaan diferensial parsial linear (PDPL) dapat diselesaikan secara analitik dan numerik. Salah satu
penyelesaian PDPL secara analitik yaitu dengan menggunakan metode transformasi Artion-Fundo. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan penyelesaian PDPL menggunakan metode transformasi
Artion-Fundo. Penyelesaian persamaan diferensial parsial linear dengan metode transformasi ArtionFundo dilakukan dengan cara mentransformasikan PDPL sehingga diperoleh persamaan diferensial biasa
linear (PDBL). Selanjutnya PDBL yang diperoleh diselesaikan, dan kemudian penyelesaian dari PDBL
ditransformasikan dengan menggunakan invers transformasi Artion-Fundo. Hasil inversi penyelesaian
PDBL merupakan penyelesaian dari PDPL. Penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi Artion-Fundo
dapat menyelesaikan PDPL orde satu dan orde dua dengan koefisien konstan.
Kata kunci : Transformasi Artion-Fundo, Persamaan Diferensial Parsial Linear
PENDAHULUAN
Secara umum persamaan diferensial terbagi dalam dua jenis persamaan, yaitu persamaan diferensial
biasa dan persamaan diferensial parsial. Dalam teknik penyelesaiannya, persamaan diferensial dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode analitik dan numerik. Umumnya, persamaan diferensial
diselesaikan dengan menggunakan metode analitik, tetapi terdapat beberapa kasus persamaan diferensial
parsial yang tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik sehingga alternatif pemecahan solusinya
dilakukan dengan menggunakan metode numerik. Namun seiring dengan berkembangnya metode,
persamaan diferensial tersebut ternyata bisa diselesaikan dengan metode analitik. Salah satu metode
analitik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial adalah transformasi
Artion-Fundo.
Transformasi Artion-Fundo merupakan salah satu bentuk transformasi integral yang diperkenalkan
oleh Artion Kashuri dan Akli Fundo pada tahun 2013. Transformasi Artion-Fundo merupakan suatu
metode yang dapat menyederhanakan persamaan diferensial biasa menjadi bentuk persamaan aljabar
dan telah ditunjukkan pula bahwa transformasi Artion-Fundo dapat digunakan untuk menyelesaikan
persamaan diferensial biasa linear orde satu dan orde dua [1]. Transformasi Artion-Fundo juga dapat
diterapkan pada persamaan diferensial parsial linear. Penyelesaian persamaan diferensial parsial linear
diperoleh dengan melakukan inversi terhadap penyelesaian persamaan hasil transformasi dengan
menggunakan invers transformasi Artion-Fundo. Kelebihan utama dari metode transformasi ArtionFundo adalah dapat menyelesaikan persamaan diferensial linear homogen maupun tak homogen. Selain
itu, metode transformasi Artion-Fundo juga dapat menghasilkan penyelesaian khusus sesuai dengan
syarat awal dan syarat batas yang diberikan. Namun, apabila persamaan diferensial yang diketahui tidak
melibatkan syarat awal dan syarat batas, maka persamaan diferensial tersebut tidak dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode transformasi Artion-Fundo.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji sifat-sifat dari transformasi Artion-Fundo dan
menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear (PDPL) menggunakan sifat-sifat dari transformasi
Artion-Fundo. Penelitian ini membahas tentang penyelesaian PDPL orde satu dan orde dua dengan
koefisien konstan yang melibatkan syarat awal dan syarat batas dengan dua variabel bebas.
195
196
N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO
Langkah-langkah penyelesaian PDPL orde satu dan orde dua dilakukan dengan mentransformasi
kedua ruas pada PDPL dengan menggunakan definisi dan sifat-sifat dari transformasi Artion-Fundo
sehingga diperoleh suatu persamaan hasil transformasi. Setelah itu, syarat awal PDPL yang diketahui
disubstitusikan pada persamaan hasil transformasi sehingga diperoleh suatu persamaan diferensial biasa
linear (PDBL). Kemudian PDBL yang diperoleh diselesaikan sehingga diperoleh penyelesaian umum
dari PDBL. Selanjutnya syarat batas yang diketahui ditransformasi menggunakan transformasi ArtionFundo dan hasil transformasi syarat batas disubstitusikan pada penyelesaian umum sehingga diperoleh
penyelesaian khusus PDBL. Kemudian penyelesaian khusus PDBL yang diperoleh ditransformasi
dengan menggunakan invers transformasi Artion-Fundo sehingga diperoleh penyelesaian dari PDPL.
TRANSFORMASI ARTION-FUNDO
Transformasi Artion-Fundo merupakan salah satu transformasi integral baru yang diperkenalkan
oleh Artion Kashuri dan Akli Fundo pada tahun 2013. Transformasi Artion-Fundo didefinisikan untuk
suatu fungsi 𝑓 dengan satu variabel bebas.
Definisi 1 [1] Diberikan fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang terdefinisi untuk 𝑑 ∈ ℝ+ . Transformasi Artion-Fundo
dari fungsi 𝑓 didefinisikan sebagai
∞
𝑑
1
−
𝐾[𝑓(𝑑)] = ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑 = 𝐴(𝑣)
𝑣
(1)
0
dengan 𝑣 ∈ (−π‘˜1 , π‘˜2 ) adalah variabel dalam transformasi Artion-Fundo untuk π‘˜1 > 0 dan π‘˜2 > 0
dengan π‘˜1 , π‘˜2 ∈ ℝ.
Transformasi Artion-Fundo dari fungsi 𝑓 dinyatakan dalam notasi 𝐾[𝑓(𝑑)] dengan 𝐾 adalah operator
transformasi Artion-Fundo. Transformasi Artion-Fundo dalam Persamaan (1) juga dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan
∞
𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝑣 ∫ 𝑓(𝑣 2 𝑑) 𝑒 −𝑑 𝑑𝑑
0
Transformasi Artion-Fundo untuk beberapa fungsi dasar disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Transformasi Artion-Fundo Beberapa Fungsi Dasar
No.
𝒇(𝒕)
𝑨(𝒗) = 𝑲[𝒇(𝒕)]
1
π‘Ž
π‘Žπ‘£
2
𝑑 𝑛 , 𝑛 = 0,1,2, β‹―
𝑛! 𝑣 2𝑛+1
3
𝑒 π‘Žπ‘‘
𝑣
1 − π‘Žπ‘£ 2
4
sin π‘Žπ‘‘
5
cos π‘Žπ‘‘
6
sinh π‘Žπ‘‘
7
cosh π‘Žπ‘‘
π‘Žπ‘£ 3
1 + π‘Ž2 𝑣 4
𝑣
1 + π‘Ž2 𝑣 4
π‘Žπ‘£ 3
1 − π‘Ž2 𝑣 4
𝑣
1 − π‘Ž2 𝑣 4
197
Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear...
SIFAT-SIFAT TRANSFORMASI ARTION-FUNDO
Transformasi Artion-Fundo suatu fungsi 𝑓 dapat lebih mudah diperoleh dengan menggunakan sifatsifat transformasi Artion-Fundo. Sifat-sifat dari transformasi Artion-Fundo dinyatakan dalam teoremateorema berikut ini.
Teorema 2 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴1 (𝑣) dan 𝐾[𝑔(𝑑)] = 𝐴2 (𝑣), maka untuk sebarang konstanta π‘Ž, 𝑏, dan 𝑐
berlaku
a. 𝐾[π‘Žπ‘“(𝑑)] = π‘Žπ΄(𝑣)
b. 𝐾[𝑏𝑓(𝑑) ± 𝑐𝑔(𝑑)] = 𝑏𝐴1 (𝑣) ± 𝑐𝐴2 (𝑣)
Bukti:
∞
𝑑
1
−
a. 𝐾[π‘Žπ‘“(𝑑)] = ∫ π‘Žπ‘“(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
0
∞
𝑑
1
−
= 𝑏 ( ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑)
𝑣
0
= π‘ŽπΎ[𝑓(𝑑)]
= π‘Žπ΄(𝑣)
∎
∞
𝑑
1
−
b. 𝐾[𝑏𝑓(𝑑) ± 𝑐𝑔(𝑑)] = ∫ (𝑏𝑓(𝑑) ± 𝑐𝑔(𝑑)) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
0
∞
∞
𝑑
𝑑
1
1
−
−
= 𝑏 ( ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑) ± 𝑐 ( ∫ 𝑔(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑)
𝑣
𝑣
0
0
= 𝑏𝐾[𝑓(𝑑)] ± 𝑐𝐾[𝑔(𝑑)]
= 𝑏𝐴1 (𝑣) ± 𝑐𝐴2 (𝑣)
∎
Teorema 3 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴(𝑣), maka untuk sebarang konstanta π‘Ž berlaku
𝐾[𝑒 π‘Žπ‘‘ 𝑓(𝑑)] =
1
𝑣
𝐴(
)
√1 − π‘Žπ‘£ 2 √1 − π‘Žπ‘£ 2
Bukti:
∞
(1−π‘Žπ‘£2 )𝑑
1
−
π‘Žπ‘‘
𝑣2
𝐾[𝑒 𝑓(𝑑)] = ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒
𝑑𝑑
𝑣
(2)
0
𝑑𝑀
Misalkan 𝑀 = (1 − π‘Žπ‘£ 2 )𝑑, maka 𝑑𝑑 =
sehingga Persamaan (2) menjadi
1 − π‘Žπ‘£ 2
∞
𝑀
1
𝑀
𝑑𝑀
−
𝐾[𝑒 𝑓(𝑑)] = ∫ 𝑓 (
) 𝑒 𝑣2
2
𝑣
1 − π‘Žπ‘£
1 − π‘Žπ‘£ 2
π‘Žπ‘‘
0
1
𝑀
𝑓(
)]
2
1 − π‘Žπ‘£
1 − π‘Žπ‘£ 2
1
𝑣
=
𝐴(
)
√1 − π‘Žπ‘£ 2
√1 − π‘Žπ‘£ 2
= 𝐾[
∎
198
N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO
Teorema 4 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴(𝑣) dan 𝑔(𝑑) = {
0
, 0≤𝑑<π‘Ž
, maka untuk sebarang konstanta
𝑓(𝑑 − π‘Ž) , 𝑑 ≥ π‘Ž
π‘Ž dan π‘Ž > 0 berlaku
π‘Ž
𝐾[𝑔(𝑑)] = 𝑒
− 2
𝑣 𝐴(𝑣)
Bukti:
∞
𝑑
1
−
𝐾[𝑔(𝑑)] = ∫ 𝑔(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
0
∞
=
𝑑
1
−
∫ 𝑓(𝑑 − π‘Ž) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
(3)
π‘Ž
Misalkan 𝑑 − π‘Ž = π‘˜ maka 𝑑𝑑 = π‘‘π‘˜ sehingga Persamaan (3) menjadi
∞
π‘˜+π‘Ž
1
−
𝐾[𝑓(𝑑 − π‘Ž)𝐻(𝑑 − π‘Ž)] = ∫ 𝑓(π‘˜) 𝑒 𝑣2 π‘‘π‘˜
𝑣
0
π‘Ž
=𝑒
− 2
𝑣 𝐾[𝑓(π‘˜)]
=𝑒
− 2
𝑣 𝐴(𝑣)
π‘Ž
∎
Teorema 5 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴(𝑣), maka untuk 𝑛 = 1,2,3 β‹― berlaku
𝑛−1
𝑑𝑛 𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
𝐾[
]
=
−
∑
𝑑𝑑 𝑛
𝑣 2𝑛
𝑣 2(𝑛−π‘˜)−1 π‘‘π‘‘π‘˜
π‘˜=0
Bukti:
Pembuktian Teorema 5 dilakukan menggunakan induksi matematika.
Misalkan 𝑃 adalah pernyataan
𝑛−1
𝑑𝑛 𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
𝐾[
]
=
−
∑
𝑑𝑑 𝑛
𝑣 2𝑛
𝑣 2(𝑛−π‘˜)−1 π‘‘π‘‘π‘˜
π‘˜=0
1) Akan ditunjukkan P bernilai benar untuk 𝑛 = 1 atau 𝐾 [
𝑑𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣) 𝑓(0)
]= 2 −
.
𝑑𝑑
𝑣
𝑣
∞
𝑑𝑓(𝑑)
1 𝑑𝑓(𝑑) − 𝑑2
𝐾[
]= ∫
𝑒 𝑣 𝑑𝑑
𝑑𝑑
𝑣
𝑑𝑑
0
𝐿
𝐿
𝑑
𝑑
1
1
− 2
−
𝑣
= lim (( 𝑓(𝑑)𝑒 )| + 3 ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑)
𝐿→∞
𝑣
𝑣
0
0
∞
𝑑
1 1
1
−
= 2 ( ∫ 𝑓(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑) − 𝑓(0)
𝑣 𝑣
𝑣
0
=
𝐴(𝑣) 𝑓(0)
−
𝑣2
𝑣
𝑑𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣) 𝑓(0)
Karena 𝐾 [
]= 2 −
, maka terbukti bahwa P bernilai benar untuk 𝑛 = 1.
𝑑𝑑
𝑣
𝑣
199
Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear...
π‘ž−1
π‘‘π‘ž 𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
2) Diasumsikan P bernilai benar untuk 𝑛 = π‘ž atau 𝐾 [
]
=
−
∑
.
𝑑𝑑 π‘ž
𝑣 2π‘ž
𝑣 2(π‘ž−π‘˜)−1 π‘‘π‘‘π‘˜
π‘˜=0
π‘‘π‘ž 𝑓(𝑑)
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa 𝑃 bernilai benar untuk 𝑛 = π‘ž + 1. Misalkan πœ“(𝑑) =
𝑑𝑑 π‘ž
dengan 𝐾[πœ“(𝑑)] = 𝛹(𝑣), maka
π‘‘π‘ž+1 𝑓(𝑑)
π‘‘πœ“(𝑑)
𝐾[
] = 𝐾[
]
π‘ž+1
𝑑𝑑
𝑑𝑑
=
Ψ(𝑣) πœ“(0)
−
𝑣2
𝑣
π‘ž−1
1 𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
1 π‘‘π‘ž 𝑓(0)
= 2 ( 2π‘ž − ∑ 2(π‘ž−π‘˜)−1
)− (
)
𝑣
𝑣
π‘‘π‘‘π‘˜
𝑣
𝑑𝑑 π‘ž
𝑣
π‘˜=0
π‘ž
=
𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
−
∑
𝑣 2(π‘ž+1)
𝑣 2((π‘ž+1)−π‘˜)−1 π‘‘π‘‘π‘˜
π‘˜=0
π‘ž
π‘‘π‘ž+1 𝑓(𝑑)
𝐴(𝑣)
1
π‘‘π‘˜ 𝑓(0)
Karena 𝐾 [
]
=
−
∑
, maka terbukti bahwa 𝑃 bernilai
𝑑𝑑 π‘ž+1
𝑣 2(π‘ž+1)
𝑣 2((π‘ž+1)−π‘˜)−1 π‘‘π‘‘π‘˜
π‘˜=0
benar untuk 𝑛 = π‘ž + 1.
Dari pernyataan 1) dan 2) dapat disimpulkan bahwa Teorema 5 terbukti.
Teorema 6 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴(𝑣), maka untuk 𝑛 = 1,2,3 β‹― berlaku
𝑑 𝑑
𝑑
𝐾 [∫ ∫ β‹― ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ 𝑛 ] = 𝑣 2𝑛 𝐴(𝑣)
0 0
0
Bukti:
Pembuktian Teorema 6 dilakukan menggunakan induksi matematika.
Misalkan 𝑅 adalah pernyataan
𝑑 𝑑
𝑑
𝐾 [∫ ∫ β‹― ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ 𝑛 ] = 𝑣 2𝑛 𝐴(𝑣)
0 0
0
𝑑
1) Akan ditunjukkan R bernilai benar untuk 𝑛 = 1 atau 𝐾 [∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ] = 𝑣 2 𝐴(𝑣).
0
𝑑
Misalkan β„Ž(𝑑) = ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ , maka
0
π‘‘β„Ž(𝑑)
= 𝑓(𝑑) dan β„Ž(0) = 0, dan misalkan 𝐾[β„Ž(𝑑)] = 𝐻(𝑣).
𝑑𝑑
Dengan menggunakan Teorema 4 untuk 𝑛 = 1 diperoleh
π‘‘β„Ž(𝑑)
𝐻(𝑣) β„Ž(0)
𝐾[
] = 𝐾[𝑓(𝑑)] ⟺ 2 −
= 𝐴(𝑣)
𝑑𝑑
𝑣
𝑣
⟺
𝐻(𝑣) (0)
−
= 𝐴(𝑣)
𝑣2
𝑣
⟺ 𝐻(𝑣) = 𝑣 2 𝐴(𝑣)
200
N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO
π‘‘β„Ž(𝑑)
𝐾[
] = 𝐾[𝑓(𝑑)] ⟺ 𝐾[β„Ž(𝑑)] = 𝑣 2 𝐴(𝑣)
𝑑𝑑
𝑑
⟺ 𝐾 [∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ] = 𝑣 2 𝐴(𝑣)
0
𝑑
Karena 𝐾 [∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ] = 𝑣 2 𝐴(𝑣), maka terbukti bahwa 𝑅 benar untuk 𝑛 = 1.
0
𝑑 𝑑
𝑑
2) Diasumsikan R bernilai benar untuk 𝑛 = π‘Ÿ atau 𝐾 [∫ ∫ β‹― ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ π‘Ÿ ] = 𝑣 2π‘Ÿ 𝐴(𝑣).
0 0
0
𝑑 𝑑
𝑑
Akan ditunjukkan bahwa 𝑅 bernilai benar untuk 𝑛 = π‘Ÿ + 1. Misalkan πœ”(𝑑) = ∫ ∫ β‹― ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ π‘Ÿ
0 0
0
dengan 𝐾[πœ”(𝑑)] = Ω(𝑣), maka
𝑑 𝑑
𝑑 𝑑
𝑑
𝐾 [∫ ∫ β‹― ∫ ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ π‘Ÿ+1 ] = 𝐾 [∫ πœ”(𝑑) π‘‘πœ]
0 0
0 0
0
= 𝑣 2 Ω(𝑣)
= 𝑣 2 (𝑣 2π‘Ÿ 𝐴(𝑣))
= 𝑣 2(π‘Ÿ+1) 𝐴(𝑣)
𝑑 𝑑
𝑑 𝑑
Karena 𝐾 [∫ ∫ β‹― ∫ ∫ 𝑓(𝜏) π‘‘πœ π‘Ÿ+1 ] = 𝑣 2(π‘Ÿ+1) 𝐴(𝑣), maka terbukti bahwa 𝑅 bernilai benar untuk
0 0
0 0
𝑛 = π‘Ÿ + 1.
Dari pernyataan 1) dan 2) dapat disimpulkan bahwa Teorema 6 terbukti.
Teorema 7 Jika 𝐾[𝑓(𝑑)] = 𝐴1 (𝑣) dan 𝐾[𝑔(𝑑)] = 𝐴2 (𝑣) dan ht  ο€½
t
 f  g t ο€­  d , maka
0
𝐾[β„Ž(𝑑)] = 𝑣𝐴1 (𝑣)𝐴2 (𝑣)
Bukti:
∞
𝑑
1
−
𝐾[β„Ž(𝑑)] = ∫ β„Ž(𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
0
∞
𝑑
𝑑
1
−
= ∫ (∫ 𝑓(𝜏)𝑔(𝑑 − 𝜏) π‘‘πœ) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
0
0
Misalkan πœ” = 𝑑 − 𝜏, maka 𝑑𝑑 = π‘‘πœ” sehingga Persamaan (4) menjadi
∞
∞
𝜏
πœ”
1
−
−
𝐾[β„Ž(𝑑)] = ∫ 𝑓(𝜏) 𝑒 𝑣2 π‘‘πœ ∫ 𝑔(πœ”) 𝑒 𝑣2 π‘‘πœ”
𝑣
0
0
= 𝑣 𝐾[𝑓(𝑑)] 𝐾[𝑔(𝑑)]
= 𝑣𝐴1 (𝑣)𝐴2 (𝑣)
∎
(4)
201
Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear...
INVERS TRANSFORMASI ARTION-FUNDO
Definisi transformasi Artion-Fundo menyatakan bahwa tranformasi fungsi 𝑓 adalah suatu fungsi
yang dinyatakan dalam notasi 𝐴(𝑣). Apabila transformasi dari suatu fungsi diketahui, maka hasil inversi
fungsi transformasi tersebut akan menghasilkan fungsi asal.
Definisi 8 [1] Jika 𝐴(𝑣) = 𝐾[𝑓(𝑑)] adalah transformasi Artion-Fundo dari 𝑓(𝑑), maka 𝑓(𝑑) adalah
invers dari transformasi Artion-Fundo 𝐴(𝑣) yang dinotasikan dengan
𝐾 −1 [𝐴(𝑣)] = 𝑓(𝑑)
dan 𝐾 −1 adalah operator invers transformasi Artion-Fundo.
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR
Transformasi Artion-Fundo dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial
linear (PDPL). PDPL yang ditransformasi menggunakan transformasi Artion-Fundo akan direduksi
menjadi persamaan diferensial biasa linear (PDBL). Penyelesaian PDPL diperoleh dengan melakukan
inversi terhadap penyelesaian PDBL dengan menggunakan invers transformasi Artion-Fundo.
Contoh 9 Persamaan diferensial parsial linear tak homogen orde satu
Tentukan penyelesaian dari persamaan diferensial yang dinyatakan dalam persamaan
πœ•π‘§ πœ•π‘§
−
= 1 − 𝑒 −𝑑
πœ•π‘₯ πœ•π‘‘
(5)
dengan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = π‘₯ dan syarat batas 𝑧(1, 𝑑) = 2 − 𝑒 −𝑑 .
Penyelesaian:
Kedua ruas Persamaan (5) ditransformasi dengan menggunakan transformasi Artion-Fundo sehingga
diperoleh
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
𝐾[
]−𝐾[
] = 𝐾[1] − 𝐾[𝑒 −𝑑 ]
πœ•π‘₯
πœ•π‘‘
⟺
𝑑𝑍(π‘₯, 𝑣)
𝑍(π‘₯, 𝑣) 𝑧(π‘₯, 0)
𝑣
−(
−
=
𝑣
−
)
𝑑π‘₯
𝑣2
𝑣
1 + 𝑣2
(6)
Dengan mensubstitusikan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = π‘₯ pada Persamaan (4.6) diperoleh
𝑑𝑍(π‘₯, 𝑣) 1
𝑣3
π‘₯
− 2 𝑍(π‘₯, 𝑣) =
−
𝑑π‘₯
𝑣
1 + 𝑣2 𝑣
(7)
Selanjutnya Persamaan (7) diselesaikan dengan menggunakan metode Lagrange sehingga diperoleh
𝑣3
π‘₯ − π‘₯2
𝑍(π‘₯, 𝑣) =
−
) 𝑒 𝑣 𝑑π‘₯ + 𝐢)
π‘₯ (∫ (
2
− 2
1
+
𝑣
𝑣
𝑣
𝑒
1
1
=
π‘₯
𝑒
− 2
𝑣
∫(
π‘₯
𝑣3
1 − π‘₯2
𝐢
− 2
𝑣 −
𝑒
π‘₯𝑒 𝑣 ) 𝑑π‘₯ + π‘₯
2
−
1+𝑣
𝑣
𝑒 𝑣2
π‘₯
π‘₯
𝑣5
𝐢
− 2
−
𝑣 + (𝑣π‘₯ + 𝑣 3 )𝑒 𝑣2 ) +
=
𝑒
π‘₯ (−
π‘₯
−
−
1 + 𝑣2
𝑒 𝑣2
𝑒 𝑣2
1
=𝑣−
π‘₯
𝑣
+ 𝑣π‘₯ + 𝐢𝑒 𝑣2
2
1+𝑣
(8)
Persamaan (8) adalah penyelesaian umum dari Persamaan (7). Selanjutnya syarat batas yang diketahui,
yaitu 𝑧(1, 𝑑) = 2 − 𝑒 −𝑑 ditransformasi menggunakan transformasi Artion-Fundo sehingga diperoleh
𝑣
𝐾[𝑧(1, 𝑑)] = 𝐾[2 − 𝑒 −𝑑 ] ⟺ 𝑍(1, 𝑣) = 2𝑣 − 1+𝑣2
(9)
202
N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO
Dengan menggunakan Persamaan (9), maka dari Persamaan (8) diperoleh 𝐢 = 0, sehingga diperoleh
penyelesaian khusus Persamaan (7) yaitu
𝑣
𝑍(π‘₯, 𝑣) = 𝑣 −
+ 𝑣π‘₯
(10)
1 + 𝑣2
Kemudian Persamaan (10) ditransformasi menggunakan invers transformasi Artion-Fundo sehingga
diperoleh
𝑣
𝐾 −1 [𝑍(π‘₯, 𝑣)] = 𝐾 −1 [𝑣] − 𝐾 −1 [
] + π‘₯𝐾 −1 [𝑣]
1 + 𝑣2
⟺ 𝑧(π‘₯, 𝑑) = 1 − 𝑒 −𝑑 + π‘₯
Jadi, penyelesaian Persamaan (5) dengan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = π‘₯ dan syarat batas 𝑧(1, 𝑑) = 2 − 𝑒 −𝑑
adalah 𝑧(π‘₯, 𝑑) = 1 − 𝑒 −𝑑 + π‘₯.
Contoh 10 Persamaan diferensial parsial linear homogen orde dua
Tentukan penyelesaian dari persamaan diferensial yang dinyatakan dalam persamaan
4
πœ•2𝑧 πœ•2𝑧
−
=0
πœ•π‘₯ 2 πœ•π‘‘ 2
(11)
dengan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = 4 sin πœ‹π‘₯ + 3 sin 2πœ‹π‘₯ − 2 sin 3πœ‹π‘₯, dan 𝑧𝑑 (π‘₯, 0) = 0 serta syarat batas
𝑧(0, 𝑑) = 𝑧(1, 𝑑) = 0.
Penyelesaian:
Kedua ruas Persamaan (11) ditransformasi dengan menggunakan transformasi Artion-Fundo sehingga
diperoleh
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
πœ•π‘§ 2 (π‘₯, 𝑑)
4𝐾 [
]
−
𝐾
[
] = 𝐾[0]
πœ•π‘₯ 2
πœ•π‘‘ 2
⟺4
𝑑2 𝑍(π‘₯, 𝑣)
𝑍(π‘₯, 𝑣) 𝑧(π‘₯, 0) 1 𝑑𝑧(π‘₯, 0)
−(
−
−
)=0
2
𝑑π‘₯
𝑣4
𝑣3
𝑣 𝑑𝑑
(12)
Dengan mensubstitusikan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = 4 sin πœ‹π‘₯ + 3 sin 2πœ‹π‘₯ − 2 sin 3πœ‹π‘₯ dan 𝑧𝑑 (π‘₯, 0) = 0
pada Persamaan (12) diperoleh
𝑑2 𝑍(π‘₯, 𝑣)
1
4 sin πœ‹π‘₯ + 3 sin 2πœ‹π‘₯ − 2 sin 3πœ‹π‘₯
− 4 𝑍(π‘₯, 𝑣) = −
2
𝑑π‘₯
4𝑣
4𝑣 3
(13)
Penyelesaian homogen untuk Persamaan (13) adalah
π‘₯
π‘β„Ž (π‘₯, 𝑣) = 𝐢1 𝑒 2𝑣2 + 𝐢2 𝑒
π‘₯
− 2
2𝑣
(14)
Selanjutnya Persamaan (7) diselesaikan menggunakan metode variasi parameter, sehingga penyelesaian
umum Persamaan (13) adalah
𝑍(π‘₯, 𝑣)
π‘₯
4 𝑠𝑖𝑛 πœ‹π‘₯+3 𝑠𝑖𝑛 2πœ‹π‘₯−2 𝑠𝑖𝑛 3πœ‹π‘₯
− 2
2𝑣
)
𝑒
3
4𝑣
= −𝑒 (∫
𝑑π‘₯ + 𝐢)
1
(− 𝑣 2 )
π‘₯
4 sin πœ‹π‘₯+3 sin 2πœ‹π‘₯−2 sin 3πœ‹π‘₯
2𝑣2
(−
)
𝑒
π‘₯
−
4𝑣 3
+𝑒 2𝑣2 (∫
𝑑π‘₯ + 𝐢2 )
1
(− 𝑣 2 )
π‘₯
2𝑣2
=
(−
2𝑣(2πœ‹π‘£ 2 cos(πœ‹π‘₯) + sin(πœ‹π‘₯)) 3𝑣(4πœ‹π‘£ 2 cos(2πœ‹π‘₯) + sin(2πœ‹π‘₯))
+
1 + 4πœ‹ 2 𝑣 4
2(1 + 16πœ‹ 2 𝑣 4 )
𝑣(6πœ‹π‘£ 2 cos(3πœ‹π‘₯) + sin(3πœ‹π‘₯)) 2𝑣(sin(πœ‹π‘₯) − 2πœ‹π‘£ 2 cos(πœ‹π‘₯))
−
+
1 + 36πœ‹ 2 𝑣 4
1 + 4πœ‹ 2 𝑣 4
203
Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Linear...
3𝑣(sin(2πœ‹π‘₯) − 4πœ‹π‘£ 2 cos(2πœ‹π‘₯)) 𝑣(sin(3πœ‹π‘₯) − 6πœ‹π‘£ 2 cos(3πœ‹π‘₯))
+
−
2(1 + 16πœ‹ 2 𝑣 4 )
1 + 36πœ‹ 2 𝑣 4
π‘₯
π‘₯
−𝐢𝑒 2𝑣2 + 𝐢2 𝑒
π‘₯
𝑍(π‘₯, 𝑣) = 𝐢1 𝑒 2𝑣2 + 𝐢2 𝑒
− 2
2𝑣
π‘₯
− 2
2𝑣
+
4𝑣 sin(πœ‹π‘₯) 3𝑣 sin(2πœ‹π‘₯) 2𝑣 sin(3πœ‹π‘₯)
+
−
1 + 4πœ‹ 2 𝑣 4 1 + 16πœ‹ 2 𝑣 4 1 + 36πœ‹ 2 𝑣 4
(15)
Selanjutnya syarat batas yang diketahui ditransformasi menggunakan transformasi Artion-Fundo.
a) Untuk syarat batas 𝑧(0, 𝑑) = 0 :
𝐾[𝑧(0, 𝑑)] = 𝐾[0] ⟺ 𝑍(0, 𝑣) = 0
sehingga dari Persamaan (15) diperoleh
(16)
𝑍(0, 𝑣) = 𝐢1 + 𝐢2 ⟺ 𝐢1 + 𝐢2 = 0
b) Untuk syarat batas 𝑧(1, 𝑑) = 0 :
𝐾[𝑧(1, 𝑑)] = 𝐾[0] ⟺ 𝑍(1, 𝑣) = 0
sehingga dari Persamaan (15) diperoleh diperoleh
1
𝑍(1, 𝑣) = 𝐢1 𝑒 2𝑣2 + 𝐢2 𝑒
1
− 2
2𝑣
1
⟺ 𝐢1 𝑒 2𝑣2 + 𝐢2 𝑒
1
− 2
2𝑣
=0
(17)
Dari Persamaan (16) dan (17) diperoleh 𝐢1 = 0 dan 𝐢2 = 0, sehingga diperoleh penyelesaian khusus
Persamaan (13) yaitu
4𝑣 sin(πœ‹π‘₯) 3𝑣 sin(2πœ‹π‘₯) 2𝑣 sin(3πœ‹π‘₯)
𝑍(π‘₯, 𝑣) =
+
−
(18)
1 + 4πœ‹ 2 𝑣 4 1 + 16πœ‹ 2 𝑣 4 1 + 36πœ‹ 2 𝑣 4
Kemudian Persamaan (18) ditransformasi menggunakan invers transformasi Artion-Fundo sehingga
diperoleh
𝑣 sin(πœ‹π‘₯)
𝑣 sin(2πœ‹π‘₯)
𝑣 sin(3πœ‹π‘₯)
𝐾 −1 [𝑍(π‘₯, 𝑣)] = 4𝐾 −1 [
] + 3𝐾 −1 [
] − 2𝐾 −1 [
]
2
4
2
4
1 + 4πœ‹ 𝑣
1 + 16πœ‹ 𝑣
1 + 36πœ‹ 2 𝑣 4
⟺ 𝑧(π‘₯, 𝑑) = 4 sin(πœ‹π‘₯) cos(2πœ‹π‘‘) + 3 sin(2πœ‹π‘₯) cos(4πœ‹π‘‘) − 2 sin(3πœ‹π‘₯) cos(6πœ‹π‘‘)
Jadi, penyelesaian dari Persamaan (11) dengan syarat awal 𝑧(π‘₯, 0) = 4 sin πœ‹π‘₯ + 3 sin 2πœ‹π‘₯ − 2 sin 3πœ‹π‘₯
dan 𝑧𝑑 (π‘₯, 0) = 0, serta syarat batas 𝑧(0, 𝑑) = 𝑧(1, 𝑑) = 0 adalah 𝑧(π‘₯, 𝑑) = 4 sin(πœ‹π‘₯) cos(2πœ‹π‘‘) +
3 sin(2πœ‹π‘₯) cos(4πœ‹π‘‘) − 2 sin(3πœ‹π‘₯) cos(6πœ‹π‘‘).
PENUTUP
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Sifat-sifat transformasi Artion-Fundo yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial
parsial linear orde satu dan dua adalah sebagai berikut:
a. Transformasi Artion-Fundo dari
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
adalah
πœ•π‘₯ 2
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
𝑑2 𝑍(π‘₯, 𝑣)
𝐾[
]=
πœ•π‘₯ 2
𝑑π‘₯ 2
b. Transformasi Artion-Fundo dari
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
adalah
πœ•π‘₯πœ•π‘‘
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
𝑑 𝑍(π‘₯, 𝑣) 𝑧(π‘₯, 0)
𝐾[
]=
−
(
)
πœ•π‘₯πœ•π‘‘
𝑑π‘₯
𝑣2
𝑣
204
N. HELMI, M. KIFTIAH, B. PRIHANDONO
c. Transformasi Artion-Fundo dari
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
adalah
πœ•π‘‘ 2
πœ• 2 𝑧(π‘₯, 𝑑)
𝑍(π‘₯, 𝑣) 𝑧(π‘₯, 0) 1 𝑑𝑧(π‘₯, 0)
𝐾[
]=
−
−
2
πœ•π‘‘
𝑣4
𝑣3
𝑣 𝑑𝑑
d. Transformasi Artion-Fundo dari
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
adalah
πœ•π‘₯
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
𝑑𝑍(π‘₯, 𝑣)
𝐾[
]=
πœ•π‘₯
𝑑π‘₯
e. Transformasi Artion-Fundo dari
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
adalah
πœ•π‘‘
πœ•π‘§(π‘₯, 𝑑)
𝑍(π‘₯, 𝑣) 𝑧(π‘₯, 0)
𝐾[
]=
−
πœ•π‘‘
𝑣2
𝑣
f. Transformasi Artion-Fundo dari 𝑧(π‘₯, 𝑑) dan 𝑠(π‘₯, 𝑑) adalah
∞
∞
𝑑
𝑑
1
1
−
−
𝐾[𝑧(π‘₯, 𝑑)] = 𝑍(π‘₯, 𝑣) = ∫ 𝑧(π‘₯, 𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑 dan 𝐾[𝑠(π‘₯, 𝑑)] = 𝐴(π‘₯, 𝑣) = ∫ 𝑠(π‘₯, 𝑑) 𝑒 𝑣2 𝑑𝑑
𝑣
𝑣
0
0
2. Transformasi Artion-Fundo dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial
linear dengan koefisien konstan yang melibatkan syarat awal dan syarat batas. Penerapan sifat-sifat
dari transformasi Artion-Fundo dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial linear dengan
koefisien konstan akan mereduksi persamaan diferensial parsial menjadi persamaan diferensial biasa.
Selanjutnya dengan menerapkan invers transformasi Artion-Fundo pada penyelesaian persamaan
diferensial biasa diperoleh penyelesaian dari persamaan diferensial parsial.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Kashuri A, Fundo A, Kreku M. Mixture of A New Integral Transform and Homotopy Perturbation
Method for Solving Nonlinear Partial Differential Equations. Advances in Pure Mathematics. 2013;
3(1): 317-323.
[2]. Kashuri A, Fundo A, Liko R. On Double New Integral Transform and Double Laplace Transform.
European Scientific. 2013; 9(33): 82-90.
[3]. Prayudi. Matematika Teknik. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2006.
[4]. Raji A W Md and Mohamad M N. Differential Equations for Engineering Students. Johor Bahru:
Comtech Marketing Sdn. Bhd; 2008.
[5]. Darmawijaya S. Pengantar Analisis Real. Yogyakarta: Jurusan Matematika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM; 2006.
[6]. Wrede R C and Spiegel M R. Schaum's Outlines of Theory and Problems of Advanced Calculus.
2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2002.
NAUFAL HELMI
: FMIPA Untan, Pontianak, [email protected]
MARIATUL KIFTIAH : FMIPA Untan, Pontianak, [email protected]
BAYU PRIHANDONO : FMIPA Untan, Pontianak, [email protected]
Download