PEMBERIAN TEPUNG IKAN DAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) UNTUK PERTUMBUHAN IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal Blkr) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA Oleh : Rukmini Fakultas Perikanan UNLAM Banjarbaru Kalimantan Selatan Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian tepung cacing tanah dan tepung ikan untuk pertumbuhan dan kelangsungan ikan benih ikan patin jambal yang dipelihara dalam hapa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL 4 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan A tepung ikan (Feeding guide 999-1), perlakuan B tepung cacing tanah, perlakuan C tepung ikan + tepung cacing tanah, dan perlakuan D pellet (Poppan CV 189). Pemberian pakan 5 % BB ikan dengan frekuensi 2 kali sehari. Hasil penelitian, pertumbuhan berat relatif individu ikan patin jambal tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (2999,83 %), pellet (27865,80 %), tepung ikan + cacing tanah (20757,06 %), tepung ikan (14823,71 %). Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pertumbuhan panjang relatif individu tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (334,16 %), pellet (332,97 %), tepung ikan + cacing tanah (308,16 %), tepung ikan (282,33 %). Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Konversi pakan tertinggi perlakuan tepung ikan (1,16), tepung cacing tanah (1,05), tepung ikan + cacing tanah (1,05), pellet (1,01). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kelangsungan higup tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (78,90 %), tepung ikan + cacing tanah (77,80 %), pellet (76,60 %), tepung ikan (74,43 %). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak berbeda nyata. Kisaran parameter kualitas air menunjukkan bahwa pada perairan tersebut sangat menunjang bagi kelangsungan pertumbuhan ikan patin jambal. PENDAHULUAN Ikan patin jambal (Pangasius djambal Blkr) merupakan salah satu jenis ikan introduksi, dalam soal rasa, daging ikan patin memiliki karakteristik rasa yang sangat khas. Rasa daging patin boleh dibilang termasuk yang sangat enak dan gurih. Dari analisis kandungan gizi, nilai protein daging ikan patin juga tergolong cukup tinggi, yaitu mengandung 68,6% protein. Kandungan lemaknya sekitar 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3%. Bobot ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari bobot awal (Anonim, 2002). Ikan patin jambal merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias. Tubuhnya seperti ikan lele, warnanya perak mengkilat, dan gerakannya lincah sehingga banyak pecinta ikan hias yang menyukai ikan patin sebagai koleksi. Ikan patin juga dapat digunakan sebagai hiasan kolam taman dan kolam hias, karena tampak gagah dan termasuk ikan yang jinak. Ikan patin jambal merupakan ikan asli Indonesia, namun dalam usaha budidaya masih belum berkembang, khususnya di wilayah Kalimantan yang juga merupakan wilayah perkembangan budidaya ikan patin yang cukup pesat. Ikan patin jambal tidak mudah hidup dalam kondisi perairan yang tercemar dan air yang tergenang, oleh sebab itu dilakukan penelitian dengan menggunakan sistem jaring (hapa) di sungai. Ikan patin jambal menyukai pakan tambahan berupa tepung ikan. Karena adanya kendala biaya yang dihadapi pada saat ini maka tepung ikan cukup sulit untuk didapatkan, dan harga jualnya dipasaran semakin tahun semakin meningkat, untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya bahan pengganti yang lebih murah dan mudah untuk didapatkan, bahan pengganti tersebut dapat digunakan berupa cacing tanah. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian tepung cacing tanah dan tepung ikan untuk benih ikan patin yang dipelihara dalam hapa. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani mengenai pemberian pakan berupa tepung cacing tanah dan tepung ikan untuk memacu pertumbuhan ikan patin. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di dalam hapa jaring apung di sungai, di Desa Aranio Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Secara keseluruhan masa persiapan hingga penyusunan laporan diperkirakan memerlukan waktu lebih kurang 6 bulan. A. Alat dan bahan 1. Tempat pemeliharaan Tempat pemeliharaan yang digunakan adalah hapa sebanyak 12 unit, ukuran 1m x 1m x 1m, dengan mesh size jala 1 inchi, yang di letakkan di dalam jaring besar, dengan kedalaman 60 cm. 2. Alat pengukur parameter kualitas air Alat-alat yang digunakan dalam pengujian kualitas air yaitu : termometer, DO meter, pH meter, amonium testkit, CO2 teskit, Secchidisk. 3. Ikan uji Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan patin jambal dari Balai Air Tawar (BAT) Jambi ukuran panjang 1-2 cm dan berat rata-rata 0,4 g, dengan padat penebaran 30 ekor/hapa. 4. Pakan Pakan yang digunakan : tepung ikan rucah, tepung cacing tanah, dan pakan pellet yang tenggelam. B. Manajemen Penelitian Sebelum dilakukan penebaran benih ikan patin jambal terlebih dahulu diaklimatisasi selama tujuh hari. Padat penebaran pada setiap wadah pemeliharaan 30 ekor. Benih diberi pakan berbentuk tepung yaitu tepung ikan dan tepung cacing tanah serta pellet. Persentase pemberian pakan 5 % dari berat tubuh ikan dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari. Untuk mengetahui pertumbuhan ikan uji maka setiap sepuluh hari dilakukan pengukuran panjang baku dan berat ikan dengan pengambilan sampel sebanyak 10% dari total populasi. Selain itu dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air yang meliputi suhu, DO, CO2, pH dan NH3. C. Perlakuan Perlakuan A = tepung ikan (Feeding guide 999-1) Perlakuan B = tepung cacing tanah Perlakuan C = tepung ikan dan tepung cacing tanah Perlakuan D = pellet (Poppan CV 189) D. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan (A,B,C, D) dan 3 ulangan (1,2,3). E. Parameter yang Diamati 1. Pertumbuhan berat (%) relatif : RGR = Wt – Wo x 100% Wo Keterangan : RGR : Laju pertumbuhan relatif (%) Wt : Berat akhir ikan uji (g) Wo : Berat awal ikan uji (g) 2. Konversi pakan : FCR = TF (Wt + D ) –Wo Keterangan : FCR : Food conversiotn ratio (konversi pakan) TF : Total food (g) Wt-Wo : pertambahan berat (g) 3. Kelangsungan hidup : S = Nt x 100% No Keterangan : S : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan uji pada akhir pemeliharaan (ekor) No : Jumlah ikan uji pada awal pemeliharaan (ekor) 4. Parameter kualitas air meliputi suhu air, kadar oksigen terlarut, kadar amoniak, tingkat keasaman (pH), karbondioksida dan kecerahan. G. Hipotesis H0 : Pemberian pakan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin jambal. H1 : Pemberian pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin jambal. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Berat Relatif Pertumbuhan berat relatif rata-rata individu ikan patin jambal pada masingmasing perlakuan selama pemeliharaan dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan berat relatif (%) rata-rata individu ikan patin jambal Berat rata-rata individu (g) Awal Akhir 0,25 36,65 0,24 70,24 0,23 48,60 0,25 69,24 Perlakuan A B C D Pertambahan Berat Laju Pertumbuhan Berat Relatif (%) 36,40 70,00 48,37 68,99 14823,71 29991,83 20757,06 27865,80 Dari Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan berat relatif (%) individu tertinggi terdapat pada perlakuan B (cacing tanah) yaitu 29991,83 %, D (pellet) yaitu 27865,80 %, C (tepung cacing tanah + tepung ikan) yaitu 20757,06 %, dan A (tepung ikan) P e rta m b a h a n B e ra t yaitu 14823,71 %. 35000 30000 29991,83 27865,8 25000 23390,58 20757,06 1 7 1 6 5 , 9 16552,98 14823,71 12211,32 20000 15000 10000 5000 0 B C D 59 4 07 33 9,9 12 5 36 74 30 3,4 11 2 6 0 3 0 2 3 9 7 4 7 15 84 92 6 ,, 9 74 9 91 8 6,1 7 4 79 4 5 3 4 2 A 4 6 8 10 M in g g u K e - Gambar 1. Grafik pertambahan berat ikan patin jambal Dari Gambar 1 terlihat bahwa nilai pertambahan berat relatif saat masih penelitian terus mengalami peningkatan. Pada perlakuan B pertambahan berat relatifnya lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan D, C, dan A. Hal ini dikarenakan bahwa pada perlakuan B mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dan mempunyai kandungan asam amino yang lengkap sehingga dapat memacu pertambahan berat ikan patin jambal. Hasil analisis keragaman rerata kecepatan pertambahan berat relatif (%) ratarata individu ikan patin jambal menunjukkan Fhitung = 7.344 lebih besar dari Ftabel 5 % = 4.07 dan Ftabel 1 % = 7.59 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis keragaman diatas maka data dapat dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasilnya, perlakuan B tidak berbeda nyata dengan D tetapi berbeda nyata dengan C dan berbeda sangat nyata dengan A. Kemudian Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan C dan berbeda sangat nyata dengan A. Sedangkan untuk perlakuan C tidak berbeda nyata dengan perlakuan A. Dari hasil uji Duncan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pakan buatan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat ikan patin jambal yang dipelihara dalam hapa. B. Pertumbuhan Panjang Relatif Pertumbuhan panjang relatif (%) ikan patin jambal masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan panjang relatif (%) rata-rata individu ikan patin jambal Perlakuan Panjang rata-rata (cm) Awal Akhir A B C D 3,53 3,53 3,59 3,63 13,5 15,3 14,6 15,6 Pertambahan Panjang (cm) 9,97 11,77 11,01 11,97 Laju Pertumbuhan Panjang Relatif (%) 282,33 334,16 308,16 332,97 Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai pertumbuhan panjang relatif (%) individu tertinggi adalah perlakuan B (334,16 %), D (332,97 %), C (308,16 %) dan A (282,33 %). P ertam b ah an Berat 400 350 334,16 332,97 308,16 282,33 300 250 215,56 200 150 149,46 115,71 113,63 100 50 28,31 20,84 17,94 15,95 0 2 A B C 161,44 149,74 149,59 139,97 D 98,63 91,06 74,81 9,91 4 6 8 10 M in g g u Ke - Gambar 2. Grafik pertumbuhan panjang ikan patin jambal Hasil analisis keragaman rerata kecepatan pertumbuhan panjang relatif rata-rata individu ikan patin jambal menunjukkan F hitung = 0.662 lebih kecil dari F tabel 5 % 4.07 dan F tabel 1 % = 7.59 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan hal ini disebabkan karena pemberian pakan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang relatif ikan patin jambal yang dipelihara dalam hapa. Hal ini sesuai dengan pendapat Djarijah (1995) bahwa pertambahan panjang dapat dilihat dari perubahan panjang tubuh. C. Konversi Pakan Jumlah pakan yang di berikan dan nilai konversi pakan ikan patin jambal dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai konversi pakan ikan patin jambal Perlakuan A B C D Total Pakan Yang Diberikan (%) 1030.05 1637.85 1291.35 1363.35 Total Pertambahan Berat Populasi (g) 874.39 1558.55 1216.62 1336.39 Konversi Pakan 1.16 1.05 1.05 1.01 Dari Tabel 3 di atas nilai konversi pakan tertinggi perlakuan A (1.16), B dan C, dan D yaitu 1.01. Hal ini berarti bahwa semua perlakuan mempunyai nilai yang baik karena nilai konversi pakan 1,01 sampai 1,16 merupakan nilai pakan yang efisien bagi ikan patin jambal. Hasil analisis ragam konversi pakan ikan patin jambal menunjukkan F hitung = 1.126 lebih kecil dari F tabel = 4.07 artinya data tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tepung ikan dan pakan tepung cacing tanah dapat mempengaruhi terhadap nilai konversi pakan ikan patin jambal yang dipelihara dalam hapa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmansyah (2001) bahwa tepung ikan dan tepung cacing tanah mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan buatan lain seperti pellet. C. Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup ikan patin jambal selama pemeliharaan dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kelangsungan hidup (%) ikan patin jambal Perlakuan A B C D Jumlah Rerata Ikan Kelangsungan Hidup Awal Akhir (%) 30 30 30 30 23,7 22,3 23,3 23,0 78,90 74,43 77,80 76,60 Dari Tabel 4 di atas di ketahui bahwa kelangsungan hidup yang tertinggi adalah terdapat pada perlakuan B (92,23 %), C (86,7 %), D (78,87 %) dan A (58,9 %). Hasil Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa data berbeda nyata dimana F hitung = 2.177 lebih kecil dari F tabel 5 % = 4.07 artinya tidak adanya perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tepung ikan dan tepung cacing tanah tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan patin jambal. D. Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air selama pemeliharaan adalah suhu air 29o – 30oC, oksigen terlarut 4,8–6,4 ppm, pH 7,5 – 7,7, amoniak 0,05 – 0,1, karbondioksida 4,4 – 4,95 ppm, dan kecerahan pada level 45 cm. Kualitas air sangat berperan penting untuk pertumbuhan ikan patin jambal, karena ikan patin jambal tidak dapat hidup pada perairan yang kotor atau tercemar, oleh sebab itu persyaratan perairan yang baik untuk kehidupan ikan patin jambal adalah suhu 260C – 320C, oksigen terlarut (DO) > 3 ppm, pH 6,5 – 8,6, amoniak (NH3) < 0,5, karbondioksida (CO2) 5 mg/l dan kecerahan air 30 - 50 cm, hal ini bahwa berarti perairan optimal karena diperairan tersebut terdapat plankton yang cukup (Khairuman, 2007) KESIMPULAN Pertumbuhan berat relatif individu ikan patin jambal tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (2999,83 %), pellet (27865,80 %), tepung ikan + cacing tanah (20757,06 %), tepung ikan (14823,71 %). Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pertumbuhan panjang relatif individu tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (334,16 %), pellet (332,97 %), tepung ikan + cacing tanah (308,16 %), tepung ikan (282,33 %). Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Konversi pakan tertinggi perlakuan tepung ikan (1,16), tepung cacing tanah (1,05), tepung ikan + cacing tanah (1,05), pellet (1,01). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kelangsungan higup tertinggi perlakuan tepung cacing tanah (78,90 %), tepung ikan + cacing tanah (77,80 %), pellet (76,60 %), tepung ikan (74,43 %). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak berbeda nyata. Kisaran parameter kualitas air menunjukkan bahwa pada perairan tersebut sangat menunjang bagi kelangsungan pertumbuhan ikan patin jambal. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Ikan patin jambal (Pangasius djambal). Rencana Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional, 6 halaman. . Boyd, C. E., 1972. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Departemen Of Fisheries and Allied Aquaculture Exsperiment Station. Auburn University Alabama, USA. 507 pages. Cholik, F., dan Rahmat,A., 1986. Manjemen kualitas Air Pada Kolam Budidaya Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Research Centre. Jakarta. 51 halaman. Djarijah. A.S., 1995. Pakan Alami. Kanisius. Yogyakarta Hanafiah. K. A., 1985. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Edisi ke 2, cetakan ke 5. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta 230 Halaman. Hamis. Teknik Pembesaran Patin Jambal. Desiminasi Budidaya Patin Jambal, Juni 2006 Hardjamulia, 1996. Teknologi pembenihan ikan patin jambal, Makalah pada temu aplikasi. Paket teknologi Pertanian IPPTP banjarbaru, tanggal 28-29 februari 2000. Huet, M., 1975. Text Book Of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fishing News Book. Ltd 23 Reusemount Avenaeu West Bylfleet, Surrey England.303 pp. Komarudin, O. “ Ikan Patin Jambal Andalan Indonesia” Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000 Khairuman, 2007. Budidaya Patin Super. Edisi 1. Agromedia Pustaka. Jakarta. 1118 Halaman. Nasoetion. H., dan Berizi.1988. Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. PT gramedia. Jakarta. 233 halaman. Nazir, M., 1988. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. 622 halaman Rachmansyah. 2001., Pengaruh Pemberian Protein yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan patin jambal. Jurnal Penelitian Indonesia. Volum 7 No. 4. 40 Halaman. Sudjana. 1984. Desain dan Analisis Eksperimen. Tarsito Bandung. 109 Halaman Weber, M., and L.F. De Beafort., 1992. The Fishes Of The Indo-Australia Archipelago. W. Leiden, J. Brill.399-340. Zonneveld, N.H., Husman, E.A., dan Boon, J.H., 1991. Prinsip Budidaya Ikan. Garamedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 71-124 halaman.