BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepariwisataan Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”. Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi. 9 10 2.1.1 Pengertian Industri Pariwisata Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lain: Menurut Yoeti industri pariwisata adaalah Sebagai kumpulan dari macammacam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985). Sedangkan, menurut Kusdianto pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996). Terakhir, menurut Ismayanti, Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam menghasilkan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan pada penyelenggaraan wisata. (Ismayanti, 2010). 2.1.2 Usaha Industri pariwisata Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelengaraan pariwisata. Orang yang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata disebut pengusaha pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan kegiatan sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik. 11 Adanya usaha pariwisata tentunya juga didukung oleh usaha-usaha lain, karena industri pariwisata adalah industri multi sektor. Usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai fasilitas wisata atau sarana wisata (superstructure), salah satunya adalah penyediaan akomodasi. Yang dimaksud penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan penginapan dan dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan, caravan, dan akomodasi lain yang digunakan untuk tujuan pariwisata. 2.2 Hotel Definisi Hotel, Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian hotel ini dapat disimpulkan dari beberapa definisi hotel seperti tersebut di bawah ini: a. Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil (Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987) b. Bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas 12 penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut: 1). Jasa penginapan 2). Pelayanan makanan dan minuman 3). Pelayanan barang bawaan 4). Pencucian pakaian 5). Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya. (Endar Sri, 1996) c. Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran. (Lawson, 1976) 2.2.1 Karakteristik Hotel Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya adalah (Tarmoezi, 2000, p.20): a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya yang artinya dalam pengelolaannya memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga pekerja yang banyak pula. b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut berada. c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan. d. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam pelayanan 13 jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat pada umumnya. e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan pelanggan sebagai patner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel tersebut. 2.2.2 Jenis Hotel Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan (Tarmoezi, 2000). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut ebut dibangun, sehingga dikelompokkan menjadi: a. City Hotel Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut. b. Residential Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk 14 seluruh anggota keluarga. c. Resort Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. d. Motel (Motor Hotel) Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk mobil. 2.2.3 Segi Jumlah Kamar Hotel Menurut Tarmoezi (Tarmoezi, 2000), dari banyaknya kamar yang disediakan, hotel dapat dibedakan menjadi: a. Small Hotel Jumlah kamar yang tersedia maksimal sebanyak 28 kamar. b. Medium Hotel Jumlah kamar yang disediakan antara 28- 299 kamar. 15 c. Large Hotel Jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari 300 kamar. 2.3 Wisatawan Menurut UN-WTO (Cooper 2006, Ritchie dan Goeldner, Gee 1999), wisatawan dapat digolongkan berdasarkan 3 kelompok tujuan kunjungan, diantara lain: (Ismayanti, 2010) 1. Leisure and recreation (vakansi dan rekreasi) Segala kegiatan yang memiliki tujuan: (1) vakansi dan rekreasi; (2) mengunjungi event budaya; (3) kesehatan; (4) olah raga aktif (yang bukan professional); dan (5) tujuan liburan lain termasuk dalam kategori bersenangsenang; 2. Business and professional (Bisnis dan professional) Beberapa tujuan kunjungan dalam kategori bisnis dan professional adalah: (1) rapat; (2) misi; (3) perjalanan intensif; (4) bisnis. Tujuan-tujuan itu berhubungan erat dengan pekerjaan. Perjalanan yang dilakukan tidak untuk mencari nafkah, tetapi kegiatanya berdampak pada pekerjaanya 3. Other Tourism purposes (Tujuan wisata lain) Wisata untuk (1) belajar; (2) pemulihan kesehatan; (3) transit; dan (4) berbagai tujuan lain. Tujuan lain diantaranya melakukan kunjungan kepada kerabat dan saudara, ia melakukan ziarah, ia melakukan perjalanan kegamaan atau religi, ia melakukan widyawisata. 16 2.4 Diferensiasi Berdasarkan Hermawan Kartajaya, diferensiasi ialah suatu usaha mengintegerasikan konten, konteks dan infrastruktur produk dan layanan yang ditawarkan kepada pelanggan. Untuk dapat menciptakan diferensiasi yang kukuh, ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, diantara lain adalah: 1. Konten Adalah dimensi diferensiasi yang menunjuk pada “apa” value yang ditawarkan kepada pelanggan. Ini merupakan bagian tangible dari diferensiasi. Konten biasanya merupakan offering utama produk dan perusahaan kepada pelanggan. 2. Konteks Merupakan dimensi yang menunjuk pada “cara perusahaan menawarkan value kepada pelanggan. Ini merupakan bagian intangible dari diferensiasi. 3. Infrastruktur Adalah faktor-faktor pemungkinan (enabler) terealisasinya diferensiasi konten maupun konteks. Diferensiasi haruslah customer-focused dalam artian bahwa perbedaan yang diciptakan tersebut, haruslah mampu memberikan manfaat yang sangat tinggi dimata pelanggan. Untuk dapat melakukannya, langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun diferensiasi adalah perusahaan harus mampu secara jeli mengurai needs, wants dan expectations dari setiap pelanggan. 17 2.5 Breakout Strategy Breakout adalah sebuah kemunculan perubahan dari yang tadinya berada pada posisi yang dibatasi oleh ruang lingkup tertentu. Ini merupakan pendekatan yang terstruktur dan sangat berguna dalam perubahan sebuah organisasi terhadap market maupun industrinya, yang bertujuan untuk perbaikan performa perusahaan. (Sydney.F, 2007) 2.5.1 Pengertian Breakout strategy Pengertian Breakout strategy berdasarkan Sydney.F, dkk adalah: 1. Action oriented framework for delivering accelerated growth and is founded on the concept of strategic excellence from beginning to end. It is systematic approach to market triumph that leaves rivals floundering in your wake a struggling to respond. 2. A state of mind as much a step by step process; it reflects both your intent to be the best method of getting there. 18 2.5.2. Jenis jenis breakout strategy Gambar 2.1 Breakout types (Finkelstein, 2007) Gambar diatas menggambarkan 4 jenis strategi breakout, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Taking by storm: Biasanya untuk perusahaan baru, yang muncul untuk mengambil posisi / cela tertentu di pasar. 2. Laggard to leader: Ketika suatu perusahaan yang sudah berdiri lama, namun mengalami masalah dalam jangka waktu tertentu, dan perusahaan tersebut kembali mebuat strategi untuk bangkit dari keterpurukannya. 3. Expanding Horizon: Expansi perusahaan, dari perusahaan lokal menjadi perusahaan global. 4. Shifting Shape: Perusahaan besar yang merubah core businessnya dengan memanfaatkan peluang yang baru untuk menciptakan sebuah image perusahaan yang berbeda.