Kajian Struktur Kepemilikan Tanah Serta

advertisement
METODE PENELITIAN
Kerangka Pendekatan
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah penelusuran
studi literatur terhadap penelitian-penelitian dan kajian-kajian pustaka untuk
menjawab dan lebih memfokuskan terhadap pennasalahan penelitian, selain itu
perlunya penelusuran data-data sekunder kepemilikan tanah yang bersifat digital.
Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan untuk mendukung dan sebagai
cross check terhadap data sekunder yang telah ada.
Untuk mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah
penelitian digunakan analisa deskriptif kepemilikan tanah serta untuk melihat
keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian
digunakan analisa hgrnentasi tanah, rasio gini lorentz, dan analisa entropy
sedangkan untuk menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah di
daerah penelitian digunakan analisa kuantifikasi hayashi I1 dan analisa location
quotient. Sementara itu analisa keterkaitan spasial dilakukan untuk menampilkan
dan merangkum seluruh analisa yang bersifat deskriptif dan kuantitatif sosial
ekonomi wilayah.
Selain itu dilakukan pula studi terhadap penelitian-penelitian yang
mendukung, seperti analisa input-output Jawa Barat dan Rencana Tata Ruang
Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah pusat pengembangan utama pada
wilayah pembangunan Bogor Tengah, oleh karena itu
Kelurahan Pakansari
Kecamatan Cibinong ditentukan sebagai lokasi penelitian yang dapat mewakili
salah satu lokasi kawasan suburban dengan struktw data yang mendukung
dibandingkan dengan daerah lainnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa lokasi sampling merupakan daerah
suburban dengan struktur kepemilikan beragam yang terkait dengan struktur sosial
ekonomi masyarakat dalam berbagai keragaan sumberdaya biofisik dan
sumberdaya manusia.
Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 10 (sepuluh) bulan, dari tahap
persiapan hingga pelaporan yang dimulai dari akhir Mei 2001 sampai dengan
Maret 2002.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini semaksimal munglun memanfaatkan data-data sekunder yang
telah ada, baik di Kantor Pertanahan, Kantor Kelurahan Pakansari ataupun instansiinstansi terkait dalam upaya pembangunan daerah.
Data untuk kepemilikan tanah (dalam hal ini berdasarkan peta bidang
tanah) didapat dari hasil pensertifikatan masal secara sistematis melalui Proyek
Ajudikasi Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor pada tahun 2000. Sedangkan datadata yang terkait dengan karakteristik pemilik tanah, yang terdiri dari : jenis
pekerjaan, usia dan domisili serta yang terkait dengan karakteristik tanah, yang
terdiri dari : luas tanah, jarak ke kelurahan, jarak ke kecamatan, jarak ke kabupaten,
jarak ke pasar, jar& ke rurnah sakit, kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, Nilai
Jual Obyek Pajak dan kemiringan tanah didapat dari data pemilik tanaWbuku tanah
dan peta bidang tanah yang merupakan lampiran dari hasil pensertifikatan masal
secara sistematis melalui Proyek Ajudikasi pada tahun 2000 di Kelurahan
Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
Data primer dikumpulkan sebanyak 30 sampel yang dilakukan secara acak
(random sampling) sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada.
Keseluruhan data sekunder yang terkumpul sebanyak 2319 bidang tanah
dengan status kepemilikan tanah adalah sertifikat hak milik.
Selain itu, wawancara semi terstruktur atau pun diskusi dengan pemerintah
daerah yang berkompeten dalam penentuan kepemilikan tanah, akan dilakukan
untuk mendapatkan informasi atau data yang tidak ditemukan dalam data sekunder.
Wawancara semi terstruktur atau diskusi tidak hanya dilakukan dengan pihak-pihak
yang secara langsung berkepentingan sebagai pembuat kebijakan, tetapi juga
dilakukan terhadap pihak-pihak lain yang sebenarnya berkepentingan dalam
menentukan struktur kepemilikan tanah. Pihak-pihak lain tersebut antara lain
tokoh-tokoh masyarakat, Lurah/kepala Kelurahan atau wakil instansi lain yang
berkepentingan dalam menentukan stnlktur kepemilikan tanah. Dengan demikian,
informasi diharapkan tidak datang dari satu arah melainkan dari dua arah (ada
cross chek and balance).
Metode Pengolahan Data
Analisa Sebaran dun Distribusi Kepemilikan Tanah
Untuk melihat sebaran distribusi kepemilikan tanah dilakukan analisa
diskriptif secara tabulasi b e r k k a n distribusi persentase pemilikan tanah yang
dimiliki masing-masing golongan. Data untuk kepemilikan tanah (dalam ha1 ini
berdasarkan bidang tanah) dihitung b e r k k a n domisili masing-masing golongan
sebagai berikut :
1. Jumlah dan persentase kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh
penduduk yang berdomisili di Kelurahan Pakansari;
2. Jumlah dan persentase kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh
penduduk yang berdomisili di luar Kelurahan Pakansari tetapi masih di
Kecamatan Cibinong;
3. Persentase status kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh penduduk
di luar Kecamatan Cibinong.
Analisa Keragaan Kepemllikan Tanah
Adanya gejala pemecahan bidang tanah yang dilakukan oleh pemilik asal,
baik itu dilakukan secara turun temurun, jual-beli atau melalui transfer hak lainnya
maka perlu dilakukan analisa fiagmentasi tanah. Analisa ini dilakukan untuk
melihat keragaan kepemilikan tanah dilihat dari jumlah bidang tanah, jumlah
pemilik tanah masing-masing RW di Kelurahan Pakansari.
Rumus Indeks Fragmentasi Tanah, adalah :
Pa :jumlah bidang tanah di wilayah a
Xu :jumlah pemilik tanah di wilayah a
Fa : Indeks Fragmentasi Tanah ke a
a : RW ke i (RW1,2,3,4, 10 dan 12)
Semakin besar nilai indeks fiagmentasi tanah, maka semakin banyak
jumlah b i h g tanah yang dimiliki.
Analha Tingkat Kdimpartgan Kepemilikan Tanah
Adanya fenomena mayoritas kepemilikan tanah pada luasan yang kecil
sedangkan luas tanah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat maka
untuk melihat fakta ini perlu dilakukan Analisa Rasio Gini Lorentz (RGL),
sehingga dapat diketahui tingkat ketimpangan
distribusi kepemilikan tanah.
Disarnping itu, Kurva Lorenz juga digunakan untuk memperjelas adanya
ketimpangan atau pememtaan dalam distribusi kepemilikan tanah. Kurva ini akan
menggambarkan seberapa besar penyimpangan distribusi kepemilikan tanah
terhadap distribusi yang merata. Untuk lebih jelasnya, bentuk kurva lorentz terlihat
dalam gambar 8 berikut ini:
100
%Luas Pemilikar
Tanah
Garis Pemerataan
B
0
% pemilik tanah
100
Gambar 8. Kurva Lorenz dan Perkiraan Koefisien Gini
Distribusi luas kepemilikan tanah dikatakan sempurna jika pada setiap
persentase
pemilik tanah sarna dengan persentase luas kepemilikan tanah,
misalnya saja 25 % pemilik tanah memiliki 25 % luas kepemilikan tanah. Dalam
gambar di atas tingkat distribusi luas kepemilikan tanah yang sempurna diwakili
oleh garis pemerataan yang memiliki kemiringan (nilai tangen) satu. Kurva Lorenz
dibuat berdasarkan data faktual melalui pemetaan. Jika I adalah luas daerah antara
garis pemerataan dan kurva lorenz 11 adalah luas daerah di bawah kurva lorentz,
maka Rasio Gini-Lorentz (RGL) dapat dituliskan sebagai berikut:
RGL =
dengan
I
I
+I-
..............................................................................(2)
Pi
= Golongan luas tanah
= banyaknya golongan luas tanah
= % kumulatif jurnlah pemilik tanah
4i
= % kumulati luas kepemilikan tanah
i
n
Selanjutnya Samuelson (1973) mengklasifikasikan indeks Gini menjadi 3
(tiga) kelas, yaitu sebagai berikut :
IG I 0.30
= menandakan ketimpangan yang ringan;
IG = 0.4
= menandakan ketimpangan yang sedang;
IG = 0.50
= menandakan ketimpangan yang berat.
Selain itu menurut Todaro (1998), untuk negara-negara berkembang
distribusi yang sangat timpang berkisar antara IG
=
0.50-0.70, sedangkan untuk
negara-negara yang pemerataannya relatif seimbang berkisar antara 0.20-0.35.
Selain itu adanya konsentrasi pada luas kepemilikan yang kecil dengan
mayoritas penggunaan tanah tertentu maka untuk menentukan sebaran dan
ketimpangan kepemilikan tanah digunakan konsep Entropy sebagai tool (alat) di
dalam anaiisa teori informasi spasial, yang dikembangkan oleh Shannon dalam
R.W.Thomas (1981) untuk melihat penyebaran suatu aktifitas/sektor pada suatu
wilayah.
Analisa ini selain dipakai untuk melihat penyebaran suatu aktivitas atau
sektor pada suatu wilayah juga untuk melihat sebaran kepemilikan tanah
berdasarkan kelompok luas bidang tanah.
Persamaan dari entropy adalah :
-zp,lnp,
m
H=
............................................................................
(4)
i
Pi
H
= proporsi pemilik tanah
= entropy
Maksimum Entropy dicapai pada saat proporsi untuk semua n kejadian
adalah sama atau daiam konteks penelitian ini, maksimum entropy dicapai pada
saat proporsi kepemilikan yang merata di semua wilayah penelitian. Kondisi
entropy maksimum tercapai jika nilai probabilitas atau proporsi memiliki nilai, pi
=
1111. Sehingga rumus Hmx adalah :
Jika nilai entropynya (H) kecil maka terjadi ketimpangan dalam struktur
kepemilikan tanah. Semakin besar nilai H maka s W u r kepemilikan sernakin
merata di seluruh wilayah penelitian.
Analisa Keterkaitan Karakterisdk Tanah dan Pemilik Tanah dengan
Penggunaan Tanah
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempenganh pola penggunaan
tanah dilakukan analisa terhadap peubah-peubah yang diduga mempengaruhi pola
penggunaan tanah seperti yang tertera dalam tabel dan yang terpenting dalam
analisa iini perlu dipahamai, yaitu pengertian tentang :
Nilai kisaran (range).
Range adalah beda antara nilai terbesar dan terkecil dari aiidalam satu item.
Nilai kisaran ini dapat ditafsirkan sebagai tingkat kepekaan (elastisitas) dari
objective variable terhadap pergeseran kategori dalam predictor item. Semakin
tinggi nilainya berarti sernakin peka (elastis).
Korelasi parsial
Untuk menghitung korelasi parsial pada hayashi 11 sama dengan hayashi I
dimana dihitung skornya untuk masing-masing item dengan rumus :
Dengan diperolehnya skor untuk masing-masing predictor item, selanjutnya
bisa dihitung korelasi antara objective variable (y) dengan masing-masing predictor
item (Xi), sehingga diperoleh matriks korelasi sebagai berikut :
Tabel 3. Matrik Korelasi Kuantifikasi Hayashi II
Dari matriks korelasi diatas, kemudian kita bisa men&tung nilai korelasi
parsial antara masing-masing predictor item dengan objective variable. Misalkan
model yang kita terapkan hanya memiliki 2 predictor item saja, maka nilai korelasi
parsial antara xi dengan y(=rly.2) dan antara x2 dengan y(=r2y.l) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Nilai rly.l dapat ditafsirkan sebagai besarnya pengaruh langsung dari
predictor item ke 1 terhadap objective variable (dimana pengaruh yang bersifat
tidak langsung yang mungkin ada melaluipredictor item yang ke 2 di eliminasikan.
Sebaliknya nilai rly.l dapat ditafsirkan sebagai besarnya pengaruh langsung dari
predictor item ke 2 terhadap objective variable (dimana pengaruh yang bersifat
tidak langsung yang mun&n
dieliminasikan).
ada melalui predictor item yang ke 1
Untuk mengetahui nyata tidaknya nilai korelasi parsial dapat digunakan
dengan menghtung nilai t sebagai berikut :
dimana :
f : derajat bebas, f = n-(r-1)-2 = n-r-3
n : banyaknya predictor item dalam model
r, : nilai korelasi parsial antara predictor item yang diuji dengan objective
variable
a : taraf nyata
Tabel 4. Peubah-Peubah Yang Diduga Mempengaruhi Penggunaan Tanah
1.
Penggunaan
Tanah
2.
Jenis pekerjaan
3.
Usia (Tahun)
4.
Domisili
5.
Luas(rn2)
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3
1.
2.
3.
4.
5.
Kebun Campuran
Tegalan
Bangundrumah
Dibiarkan
PNS
Peg. Swasta
Wiraswasta
Petani
Buruh/tukang
Lain-lain
< 20
21-30
31-40
41-50
51-60
> 60
Satu Desa
Satu Kecamatan
Luar Kecamatan
< 200
200-400
400 - 600
600 - 800
>800
Y
XI
X2
X3
X4
7. Jarak
ke
Kecamatan (m)
8.
Jarak
ke
Kabupaten (m)
9. Jarak ke Pasar
(m)
10. Jarak ke Rumah
Sakit (m)
11. Aksesibilitas
Jual
12. Nilai
Obyek Pajak
(Rp.000,-)
13. Kemiringan
Tanah
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
401 - 600
601 - 800
801 - 1000
>I000
2000 - 2500
2501 - 3000
3001 - 3500
3501 - 4000
4001 - 4500
> 4500
<= 2000
2001 - 2500
3001 - 3500
350 1 - 4000
>4000
2000 - 2500
2501 - 3000
3001 - 3500
350 1 - 4000
400 1 - 4500
> 4500
2001 - 2500
2501 - 3000
3001 - 3500
3501 - 4000
400 1 - 4500
> 4500
Jalan Raya;
Jalan desa
gangljalan kecil
Rp.27 - 36/mZ
Rp.36-48/m2
Rp.200 - 260/m2
Rp.325 - 360/m2
0-3%
3-8%
X6
X7
X8
X9
XI 0
XI 1
X12
Selain menggunakan metode Kuantifikasi Hayashi II, untuk melihat
keterkaitan penggunaan tanah digunakan analisa Location Quotient (LQ) yang
dalam konteks masalah pertanahan untuk melihat hubungan antara konsentrasi dan
pemusatan pada suatu luas kepemilikan dengan penggunaan tanah tertentu atau
antara beberapa peubah lainnya dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan tanah. Sebagai contoh untuk hubungan keterkaitan
antara luas kepemilikan dan penggunaan tanah, dirumuskan sebagai berikut :
dimana :
LQih = indeks kuosien lokasi
i
=
kelompok luas tanah
h
=
kelompok penggunaan tanah
Xh
=
jumlah pemilik tanah pada kelompok luas tanah ke-i dan
penggunaan tanah ke-h di Kelurahan Pakansari;
&
=
jumlah pemilik tanah total pada kelompok luas ke-i di
KelurahanPakansari;
Xh
=
jumlah pemilik tanah total pada kelompok penggunaan tanah ke-h
di Kelurahan Pakansari
X
= jumlah
pemilik tanah total di Kelurahan Pakansari
Kriteria penilaian adalah apabila nilai LQ > 1 maka terjadi konsentrasi
antar peubah sedanqkan apabila nilai LQ < 1 maka kurang terjadi konsentrasi antar
peubah.
Anallsa Spasial Keterkaitan Witiayah
Analisa yang mula-mula dilakukan adalah mengubah data yang ada, baik
data spasial maupun atribut menjadi data digital. Data peta bidang tanah yang ada
masih dalam bentuk data atribut sehingga harus diubah menjadi data digital dengan
bantuan program Autocad.
U k m indeks keterkaitan (konektifitas) dikembangkan oleh Taylor dalam
Stephen L J Smith (1995) yang menggambarkan aksesibilitas keseluruhan dari
sebuah bidang tanah berdasarkan tingkat keterkaitan antara batas-batas bidang
tanah. Secara umum semakin besar nilai indeks keterkaitan, semakin baik bagi
pemilik tanah. Untuk menghrtung indeks keterkaitan, diperlukan peta administrasi
Kelurahan Pakansari.
Rumus dari indeks keterkaitan adalah :
dimana :
y = indeks konektifitas (keterkaitan)
L =jumlah yang terkait langsung antar RW;
2 =jumlah total yang terhubungkan
Nilai ekstrim adalah 0 untuk sistem yang tidak saling terhubungkan dan 1
untuk sebuah sistem dimana setiap kemungkinan hubungan dapat dibuat.
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam pengukuran peubah-peubah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Luss tanah (m2)adalah luas tanah yang tercantum dalam sertifikat tanah;
2. Jenis pekerjaan adalah jenis pekerjaan berdasarkan KTP dan data administrasi
pada saat pendaftaran permohonan sertifikat;
3. Usia adalah umur pada saat pendaftaran permohonan sertifikat;
4. Domisili adalah tempat tinggal berdasarkan KTP dan data administrasi pada
saat pendaftarm permohonan sertifikat;
5. Penggunaan tanah adalah penggunaan tanah berdasarkan tutupan tanah (land
cover);
6. Kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah adalah adanya ketersediaan fasilitas
jalan di lokasi tanah;
7. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga tanah berdasarkan pen&tungan
kantor pelayanan pajak;
8. Kemiringan tanah (%) adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah
dengan bidang horisontal yang menunjukkan perbandingan antara beda tinggi
(antara kedua ujung lereng) dengan jarak proyeksi lereng (100 m).
9. Jarak ke pusat pemerintahan (meter) adalah jarak dari lokasi tanah ke pusat-
pusat kantor pemerintahan, dalam ha1 ini ke kantor kelurahan, kecamatan dan
kabupaten.
10. Jarak ke pusat pelayanan urnum adalah jarak dari lokasi tanah ke pusat-pusat
pelayanan masyarakat dalarn ha1 ini ke rumah sakit dan pasar.
Tabel 5. Perincian jenis analisa, notasi, parameter serta sumber data
1
1.
2
Rasio Gini Lorentz (RGL)
3
pi
Qi
i
2.
Analisa
(Fa
Fragmentasi
Tanah Pa
Xa
a
3.
Entropy
n
i
Pi
Hi
4.
Metode Kuantifikasi
Hayashi I1
Y
XI
X2
X3
X4
XS
X6
X7
X8
X9
XI0
Xll
XI2
4
% kumulatif jumlah pemilik
tanah di Kelurahm Pakansari
% kumulatif jumlah luas tanah
masing-masing bidang tanah
Kel. Pakansari
Kelompok luas amah
Jumlah bidang tanah di d a y a h
ke a
Jumlah pemilik tanah di wilayah
ke a
RW ke-a(RW 1,...,12)
Jumlah Bidang Tanah
Luas Tanah
Proporsi bidang tanah
Nilai Entropy
5
Kantor
Pertanahan
Kab. Bogor,
Kelurahan
Pakansari
-
Kantor
Pertanahan
Kab. Bogor,
Kelurahan
Pakansari
Penggunaan Tanah masing
masing bidang tanah di
Kelurahan P a k d
Jenis Pekerjaan masing-masing
bidang tanah di Kelurahan
Pakansari
Usia masing-masing bidang
tanah di Kel. Pakansari
Domisili masing-masing bidang
tanahdi Pakansari
Luas Tanah ma!&~-masing
bidang tanah di Pakansari
Jarak ke Kelurahall pada masingmasing bidang tanah
Jar& ke Kecmatan pada
masing-masing bidang tanah di
Kel. Pakansari
Jarak ke Kabupaten pada
masing-masing bidang tanah di
Kel. Pakansari
Jarak ke Pasar pada masingmasing bidang tanah di Kel.
P a k d
Jarak ke RS pada masing-masing
bidang tanah
Kelas jalan masing-masing
bidang tanah di Pakansari
Harga tanah masing-masing
bidang tanah di Pakansari
Lereng pada masing-masing
bidang tanah di Pakansari
Kantor
Pertanahall
Kab. Bogor,
Kelurahan
Pakansari
Kantor
Pertanahan
Kab. Bogor
Kelurahan Pakansari
Jumlah bidang tanah total pada
suatu
penggmaan tanah
tertentu
di
Kelurahan
6.
Analisa Spasial Keterkaitan y
Wilayah clan Bidang Tanah
L
Z
Indeks koneMtas
Kantor
Jumlah yang terkait langsung Pertanahan
antar RW
Kab. Bogor,
Jdah
total
yang Kelurahan
terhubungkan
Pakansari.
Download