Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… APLIKASI PUPUK MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU [Vigna radiata (L) Wilczeck] DI TANAH TERCEKAM GARAM Laily Maghfiro Kamil Mastika, Nugrahaningsih, Betty Lukiati Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dan menentukan dosis efektif dari pupuk hayati Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau atau Vigna radiata (L.) Wilczeck varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam. Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor dan lima ulangan. Pupuk hayati MVA terdiri dari lima taraf yaitu 0 g/tanaman, 3 g/tanaman, 6 g/tanaman, 9 g/tanaman dan 12 g/tanaman. Parameter pertumbuhan yang diamati mencakup tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah anak daun. Parameter produksi yang diamati mencakup umur berbunga, jumlah polong, berat polong, berat biji, berat basah dan kering tajuk, berat basah dan kering akar dan diameter akar. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA tunggal dan dilanjutkan dengan uji lanjut LSD (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati MVA dengan dosis 6-9 g/tanaman merupakan dosis efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang hijau varietas VIMA 1 di tanah salin atau tanah tercekam garam. Kata Kunci: kacang hijau, pupuk hayati MVA, tanah tercekam garam PENDAHULUAN Kacang hijau atau Vigna radiata (L) Wilczeck adalah tanaman polong yang menduduki peringkat ketiga sebagai tanaman pangan setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki zat gizi yang tidak kalah dengan kedelai maupun kacang tanah. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia menyatakan bahwa dalam 100 gram kacang hijau mengandung 345 kalori energi; 22 g protein; 1,20 g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125 mg kalsium; 320 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157 IU vitamin A; 0,64 mg vitamin B; 6 mg vitamin C (Rukmana, 2004); 6 mg natrium; 1132 mg kalium dan 4,4 g serat (Depkes, 2005). Berbagai macam olahan makanan bergizi dari kacang hijau beredar luas di masyarakat dalam skala sederhana maupun industri sehingga kebutuhan kacang hijau dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pemanfaatan kacang hijau selain untuk bahan makanan maupun bahan campuran, tanaman kacang hijau juga diolah menjadi pupuk hijau dan tanaman penutup tanah. Kebutuhan kacang hijau yang terus meningkat ini belum diimbangi dengan produksi panen kacang hijau di Indonesia. Data Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menunjukkan bahwa luas area panen kacang hijau di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga tahun 2013 kemudian mengalami kenaikan area panen seluas 20.290 ha (11,14%) dan produktivitas 0,57 kuintal/ha (5,07%) pada tahun Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 2014. Peningkatan produksi kacang hijau pada tahun 2014 ternyata tetap belum mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, sehingga pemerintah Indonesia mengimpor kacang hijau dari luar negeri. Negara pengimpor kacang hijau bervariasi diantaranya Myanmar, Etiopia, Thailand, Australia, Brasil dan negara lainnya (Setiaji, 2014). Usaha pemerintah untuk meningkatan produksi kacang hijau dalam mengurangi impor ialah dengan cara ekstensifikasi yaitu memperluas area tanam kacang hijau dengan memanfaatkan tanah marjinal. Lahan marjinal secara sederhana adalah lahan dimana tanahnya kurang menguntungkan secara ekonomi. Lahan marjinal di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 macam yakni lahan bekas tambang, lahan asam, lahan salin dan lahan kritis (Riwandi dkk, 2014). Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2013) menyatakan bahwa tanaman kacang hijau memiliki aspek agronomi yang menguntungkan karena tahan kekeringan, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, serta tahan terhadap hama dan penyakit sehingga berpotensi untuk dibudidayakan di lahan marjinal khususnya lahan salin. Lahan salin adalah istilah untuk tanah yang mengandung kadar garam tinggi. Degradasi tanah pertanian akibat salinisasi di Indonesia telah menjadi isu nasional. Tsunami menyebabkan tanah pertanian di Kabupaten Aceh bersifat salin dengan daya hantar listrik (DHL) 40, 97 dS/m (Rachman dkk, 2008). Tanah pertanian yang terindikasi tanah salin juga terdapat di Provinsi Jawa Timur yakni di desa Lekok, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Pasuruan. Tanah salin di desa Lekok berdasarkan hasil uji salinitas memiliki tingkat salinitas 319 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… rendah hingga sedang. Tanah salin tersebut juga tidak diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga menjadi lahan marjinal salin. Pengembangan budidaya kacang hijau diharapkan dapat dilakukan pada lahan marjinal salin, walaupun menghadapi tantangan yang berat. Tantangan tersebut berupa kadar garam terlarut yang tinggi menyebabkan larutan dalam tanah bersifat hipertonis terhadap sel akar tanaman kacang hijau. Larutan yang hipertonis ini menyebabkan air dari dalam sel-sel jaringan akar mengalir keluar menuju tanah sehingga sel-sel akar mengalami hambatan osmotik dalam proses penyerapan unsur hara dan apabila terjadi terus menerus dapat menyebabkan gagal panen (Hasibuan 2008). Permasalahan budidaya tanaman kacang hijau di lahan marjinal salin ini dapat diatasi penggunaan pupuk organik dan hayati untuk membantu memperbaiki struktur tanah serta penyediaan unsur hara. Pupuk hayati yang telah diteliti baru baru ini adalah pupuk hayati mikoriza. Pupuk hayati mikoriza atau Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) ini merupakan pupuk yang mengandung spora endomikoriza. Spora tersebut tumbuh menjadi hifa dan menginfeksi area korteks akar tanaman. Hifa membantu akar untuk menyerap lebih banyak nutrisi sehingga bersifat menguntungkan bagi tanaman (Sastrahidayat, 2011). Hasil penelitian Kadian (2014) tentang aplikasi jamur mikoriza G. mosseae, A. laevis dan bakteri B. japonicum pada tanaman kacang hijau di tanah salin menunjukkan hasil bahwa simbiosis antara bakteri, jamur mikoriza dan tanaman legum dapat menurunkan efek negatif dari cekaman garam atau cekaman salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis penggunaan pupuk hayati MVA yang efektif untuk meningkatkan produktivitas tanaman kacang hijau VIMA 1 di tanah salin. METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan penanaman kacang hijau di dalam polybag di kebun Biologi, Universitas Negeri Malang sejak bulan Maret hingga Juli 2015. Obyek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam. a. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan berupa dosis pupuk hayati Mikoriza Vesikular arbuskular (MVA) dengan 5 taraf dosis yakni 0 g/tanaman; 3g/tanaman; 6g/tanaman; 9g/tanaman dan 12 g/tanaman. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 b. Pelaksanaan Percobaan Pelaksanaan percobaan mencakup beberapa tahap sebagai berikut. 1. Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah tercekam garam dan pupuk kompos dengan perbandingan 2:1. Tanah tercekam garam diperoleh dari Desa Jatirejo, Kec. Lekok, Kab. Pasuruan dengan nilai Daya Hantar Listrik (DHL) sebesar 2.75 mS/cm. Tanah yang diambil merupakan tanah bagian top soil dengan metode komposit. Tanah yang diperoleh kemudian dikeringanginkan dan diayak menggunakan ayakan diameter 2 mm. 2. Penanaman. Penanaman benih kacang hijau dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman ± 2 cm. Setiap polybag ditanami 4 benih kacang hijau. Penanaman benih kacang hijau dilakukan pada pagi hari bersamaan dengan pemberian pupuk hayati mikoriza. 3. Pemupukan MVA. Pemupukan mikoriza diberikan dengan cara ditaburkan pada singkapan tanah di bawah lubang tanam dan dilaksanakan sebelum pembenaman benih dalam tanah. 4. Penjarangan. Penjarangan tanaman dilaksanakan pada saat tanaman berumur 4 Minggu Setelah Tanam (4 MST). Setiap polybag disisakan hanya satu tanaman yang paling baik kondisinya. 5. Pemeliharaan. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali dengan cara manual yakni pada saat tanaman berumur 15 Hari Setelah Tanam (HST) dan 30 HST. Pengendalian karat daun menggunakan fungisida Dithane 0.5 g/l. 6. Panen. Panen dilakukan pada saat polong telah berwarna hitam dengan cara dipetik. c. Pengambilan dan Analisis Data Pengambilan data dilaksanakan pada awal penanaman hingga tanaman berumur 8 Minggu Setelah Tanam (8 MST) dan pada saat panen. Data yang diamati berupa data pertumbuhan dan produksi. Data pertumbuhan yang diamati meliputi pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah anak daun, sedangkan data produksi yang diamati adalah umur berbunga, jumlah polong, berat polong, berat biji, berat basah dan berat kering tajuk, berat basah dan berat kering akar dan diameter akar. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam Anova tunggal dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. 320 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… HASIL 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati MVA terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau varietas VIMA 1 di Tanah Tercekam Garam Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati MVA berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam. Data pertumbuhan yang diamati meliputi pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman kacang hijau selama 8 minggu setelah tanam (MST). Hasil analisis BNT 5% data pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah anak daun dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1. Notasi BNT 5% untuk Pertambahan Tinggi Tanaman Hasil uji BNT 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan efektif untuk pertambahan tinggi tanaman adalah M2 dengan dosis 3 g/tanaman karena pengaruhnya berbeda tidak nyata dengan perlakuan M3 dan M5. Tabel 2. Notasi BNT 5% untuk Rerata Pertambahan Diameter Batang Hasil uji BNT 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati MVA yang efektif untuk pertambahan diameter batang adalah perlakuan M5 dengan dosis 12 g/tanaman karena berbeda tidak nyata dengan perlakuan dosis sebelumnya, M1, maupun dosis selanjutnya (M3, M4 dan M5). Tabel 3. Notasi BNT 5% untuk Rerata Pertambahan Jumlah Anak Daun Tanaman Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Hasil uji BNT 5% menunjukkan bahwa perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan selanjutnya. Perlakuan M1, M3, M4 dan M5 menunjukkan hasil berbeda tidak nyata karena memiliki notasi yang sama yaitu b. Dosis efektif untuk pertambahan jumlah anak daun berdasarkan notasi BNT 5% adalah perlakuan M2 dengan dosis 3 g/tanaman karena berbeda nyata dengan dosis lainnya. 2. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza terhadap Parameter Produksi Tanaman Kacang Hijau varietas VIMA 1 di Tanah Tercekam Garam Pengaruh pupuk hayati MVA terhadap produksi tanaman mengacu pada data produksi yang diamati yaitu rerata umur berbunga, jumlah polong, berat polong, berat biji, biomassa tajuk dan akar, serta diameter akar yang diamati saat panen. Tabel 4. Notasi BNT 5% untuk Kecepatan Berbunga Perlakuan M5 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan selanjutnya. Pengaruh pupuk hayati MVA pada perlakuan M4 juga berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan dosis M1, M2, dan M3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan M3 dengan dosis 6 g/tanaman merupakan dosis efektif untuk kecepatan berbunga. Tabel 5. Jumlah Polong Tanaman Pemberian pupuk hayati MVA pada perlakuan M4 memiliki notasi yang berbeda dengan lainnya yaitu c. Notasi c menunjukkan bahwa perlakuan M4 memberikan pengaruh yang paling berbeda nyata terhadap jumlah polong yang dihasilkan. Pengaruh perlakuan M4 berbeda nyata daripada dosis lain yang lebih rendah (M1, M2 dan M3) maupun perlakuan yang lebih tinggi (M5), sehingga pemberian pupuk hayati MVA yang efektif untuk 321 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… meningkatkan jumlah polong tanaman kacang hijau di tanah tercekam garam adalah perlakuan M3 dengan dosis 9 g/tanaman. Tabel 6. Rerata Berat Polong Tabel 9. Rerata Biomassa Tajuk sesudah dikeringkan Tabel 10. Rerata Biomassa Akar sebelum dikeringkan Perlakuan pupuk hayati MVA M4 memiliki notasi b yang artinya memberikan pengaruh paling berbeda nyata terhadap berat polong daripada perlakuan lainnya. Pengaruh perlakuan M4 berbeda nyata dengan perlakuan yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi (M5), sehingga dosis efektif untuk meningkatkan berat polong tanaman kacang hijau di tanah tercekam garam adalah perlakuan M4 dengan dosis 9 g/tanaman. Tabel 7. Notasi BNT 5% untuk Berat Biji Perlakuan M4 memiliki notasi yang berbeda diantara lainnya, yaitu b, yang berarti memiliki pengaruh paling berbeda nyata. Perlakuan pupuk hayati MVA yang efektif untuk meningkatkan berat biji adalah perlakuan M4 dengan dosis 9 g/tanaman karena pengaruhnya berbeda nyata dengan dosis yang lebih rendah maupun dengan dosis yang lebih tinggi. Data pengamatan rerata biomassa tajuk tanaman sebelum dan setelah dikeringkan, rerata biomassa akar sebelum dan sesudah dikeringkan dan rerata diameter akar disajikan pada tabel 8 hingga tabel 12. Hasil uji ANAVA tunggal pada rerata biomassa tajuk tanaman sebelum dan setelah dikeringkan, rerata biomassa akar sebelum dan sesudah dikeringkan dan rerata diameter akar menunjukkan tidak berpengaruh sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut BNT 5%. Tabel 8. Rerata Biomassa Tajuk sebelum dikeringkan Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Tabel 11. Rerata Biomassa Akar sesudah dikeringkan Tabel 12. Rerata Diameter Akar PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati MVA dengan dosis 3 g/tanaman merupakan dosis efektif pada fase vegetatif. Tanaman kacang hijau pada fase vegetatif membutuhkan unsur nitrogen yang lebih banyak daripada unsur fosfor. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa unsur fosfor diperlukan pada fase vegetatif digunakan untuk membentuk energi kimia sel yaitu adenosine triphosphate (ATP) yang berperan dalam pertumbuhan tanaman sedangkan unsur nitrogen dibutuhkan untuk penyusunan semua protein (asam amino dan enzim), klorofil, asam nukleat serta hormon tumbuh seperti auksin dan sitokinin yang berkorelasi erat dengan perkembangan jaringan meristem. Sastrahidayat (2011) menyatakan bahwa pupuk 322 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… hayati MVA selain memiliki fungsi utama untuk penyerapan fosfor juga membantu tanaman menyerap nitrogen. Fakta ini didukung oleh hasil penelitian Miransari and Latef (2014) yang menyatakan bahwa aplikasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA) dapat meningkatkan asimilasi nitrogen pada tanaman kacang hijau yang ditanam di tanah tercekam garam. Enzim nitrat reduktase yang ditemukan pada arbuskular memicu terjadinya asimilasi nitrat pada miselium ekstraselular dan menurunkan efek toksik dari ion Na dengan cara mengurangi penyerapan Na. Hasil penelitian Barea et al. (1996) juga menjelaskan bahwa aktivitas jamur MVA menyebabkan pembentukan bintil akar meningkat. Bintil akar yang terbentuk semakin banyak menyebabkan peyerapan unsur nitrogen menjadi semakin efektif. Kebutuhan unsur fosfor yang lebih sedikit pada fase vegetatif dan kemampuan jamur MVA yang juga dapat menambat unsur nitrogen menyebabkan pemberian pupuk hayati MVA dengan dosis kecil 3 gram/tanaman sudah efektif daripada pemberian dosis lain yang lebih tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati MVA pada dosis sekitar 6-9 g/tanaman merupakan dosis efektif pada fase generatif. Fase reproduksi atau fase generatif tanaman membutuhkan unsur fosfor yang lebih banyak daripada unsur nitrogen, sehingga dosis pupuk hayati MVA yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi lebih besar daripada fase vegetatifnya. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa unsur fosfor membantu mempercepat matangnya buah dan biji. Fosfor pada fase generatif dibutuhkan dalam bentuk ATP sebagai sumber energi dalam proses pembentukan biji dan organ generatif tanaman lainnya. Biji merupakan organ yang sangat kompleks karena mengandung materi genetik suatu tanaman dan cadangan makanan yang berperan penting dalam perkecambahan tanaman. Coelho and Benedito (2008) menjelaskan bahwa fosfor berperan dalam proses sintesis asam fitat pada biji. Hampir 80% fosfat disimpan dalam biji dalam bentuk asam fitat. Jumlah asam fitat pada biji bergantung pada fosfor yang tersedia pada tanaman. Jumlah fosfor pada tanaman bergantung pada penyerapan fosfor. Penyerapan fosfor oleh tanaman bergantung pada ketersediaan fosfor dalam tanah, sistem perakaran tanaman dan mikroba tanah Pemberian pupuk hayati MVA menyebabkan penyerapan unsur hara fosfor lebih efisien daripada tanaman tanpa mikoriza. Kenyataan ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Sastrahidayat (2011) yang menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah dan berat kering polong tanaman kedelai. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Penelitian Nurhayati (2010) juga menunjukkan bahwa pemberian mikoriza arbuskular vesikular berdasarkan analisis sidik ragam berpengaruh nyata terhadap jumlah dan berat buah tomat. Fosfor tersedia dalam dua bentuk yakni organik dan anorganik di dalam tanah. Fosfor organik diserap oleh jamur MVA dengan cara mensekresikan enzim asam fosfatase yang nantinya akan berikatan dengan fosfor pada material organik yang ada dalam tanah dan disimpan dalam bentuk polyfosfat di dalam vakuola (Deacon, 2005). Mekanisme penyerapan fosfor anorganik seperti apatit atau AlPO4 oleh jamur MVA adalah dengan cara mengubah pH rizosfer menjadi 6,3 dan merangsang aktivitas enzim ekstraseluler akar yaitu fosfatase-alkalin yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan ester C-O-P dan melepaskan fosfor dari ikatan ini menjadi fosfor tersedia (Mosse, 1981 dalam Hanafiah, 2005). Keberadaan jamur MVA yang menginfeksi akar selain berpengaruh terhadap penyediaan unsur hara pada fase vegetatif dan generatif tanaman juga berperan dalam perubahan kualitatif maupun kuantitatif populasi mikroba di rhizosfer, karena banyak bakteri ditemukan berasosiasi dengan jamur MVA. Bonfante and Anca (2009) menjelaskan bahwa bakteri yang berasosiasi dengan jamur mikoriza dapat ditemukan pada permukaan hifa ekstraradikal, spora, ataupun pada sitoplasma sebagai endobacteria. Hasil penelitian Bianciotto et al. (2001) juga menyatakan bahwa bakteri Rhizobium sp. dan Azozpirillum mensekresikan polisakarida untuk menempel pada hifa MVA. Asosiasi antara jamur MVA, tanaman legum dan Rhizobium sp. disebut dengan tripartite symbiosis legume (Barea, 2000). Tripartite symbiosis legume ini menguntungkan tanaman, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Goicoechea et al. (1998) dan RuizLozano et al. (2001) yang menjelaskan bahwa interaksi antara bakteri Rhizobium sp. dan mikoriza memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan tanaman legum pada cekaman kekeringan. Keberadaan mikoriza pada perakaran tanaman kacang hijau juga menyebabkan area penyerapan akar menjadi lebih luas dan penyerapan hara yang lebih efisien (Sastrahidayat, 2011; Rosmarkam dan Yuwono, 2002; Lambers et al., 2008). Area penyerapan akar yang luas ini disebabkan adanya hifa yang menjulur ke permukaan luar akar yang disebut dengan hifa ekstraradikal. Area tanah yang dapat dijangkau oleh 1 cm akar yang mengandung hifa ekstraradikal adalah 6-15 kali lebih luas daripada akar tanaman tanpa MVA. Mikoriza vesikular arbuskular juga meningkatkan daya serap akar terhadap hara yang mobilitasnya rendah di dalam 323 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… larutan tanah seperti P, Cu, dan Zn, serta hara + yang mobilitasnya tinggi seperti K, S, NH4 (Hanafiah, 2005). Hifa MVA yang tumbuh dan berkembang di dalam jaringan korteks akar tanaman inang akan membentuk struktur percabangan seperti percabangan pohon yang disebut dengan arbuskel. Keberadaan arbuskel menyebabkan volume sitoplasma membesar, sehingga area pertukaran metabolit antara hifa dan sel inang menjadi lebih luas. Hifa yang berada diantara sel korteks juga membentuk vesikel yang berfungsi menyimpan lipid sebagai cadangan makanan (Hopkins and Hiiner, 2008). Perluasan area jelajah akar, area pertukaran nutrisi di dalam sel-sel korteks dan daya serap hara yang lebih efisien menyebabkan tanaman kacang hijau bermikoriza tumbuh lebih baik daripada tanpa mikoriza di tanah tercekam garam. SIMPULAN Simpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) Pupuk hayati MVA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yang meliputi pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga pertama, jumlah polong, dan berat biji tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam (2) Dosis efektif pemberian pupuk hayati MVA untuk meningkatkan pertumbuhan pada fase vegetatif adalah 3 g/tanaman dan dosis 6-9 g/tanaman pada fase generatif untuk produksi tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.(Online), (http://www.bps.go.id/webbeta/website/pdf_publik asi/IP_Desember_2014.pdf), diakses 12 Februari 2015. Barea J.M., Tobar R. M. and Azcón-Aguilar C. 1996. Effect of a Genetically –Modified Rhizobium meliloti Inoculant on The Development of Arbuscular Muchorrhizas, Root Morphology, Nutrient Uptake and Biomass Accumulation in Medicago sativa L. New Phytol, 134:361-369 Barea, J.M. 2000. Rhizosphere and Mycorrhiza of Field Corps. Dalam Toutant J.P., Balzs E., Galante E., Lynch j.M., Schepers J.S, Werner D. and Werry P.A. (Eds.), Biological Resources and Management:Connecting Science and Policy (OECD) (hlm. 110-125). New York: INRA, Editions and Springer. Bonfante, P. and Anca, I.A. 2009. Plants, Mycorrhizal Fungi, and Bacteria: A Network of Interactions. The Annual Review of Microbiology, (Online), 63: Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 363-383, (http://www.micro.annualreviews.org), diakses 10 Agustus 2015. Coelho, C. M. M. and Benedito, V. A. 2008. Seed Development and Reserve Compoun Accumulation in Common Bean (Phaseolus vulgaris L.). Seed Science and Biotechnology, 2 (2): 42-52. Deacon, J.W. 2005. Fungal Biology, 4th Edition. Australia : Blackwell Publishing Depkes. 2005. Piranti Lunak Nutri Clin versi 2.0 edisi kedua, Subdit Gizi Klinis, Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. Goicoechea, N., Antolin, M.C., Pald.,E., Sánchez-Díaz, M. and Szalai, G. 1998. Influence of Arbuscular Mycorrhizae and Rhizobium on Free Polyamines and Proline Levels in Water-Stresses Alfalfa. Journal of Plant Physiology 153 : 706-711. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hasibuan, B.E. 2008. Pupuk dan Pemupukan.Medan : USU Press Hopkins, W.G and Hiiner, N. P A. 2008. Introduction to Plant Physiology. United States of America: John Wiley and Sons, Inc. Kadian, N., Yadav, K. and Anggarwal, A. 2014. Application of AM Fungi with Bradyrhizobium japonicum in Improving Growth, Nutrient Uptake and Yield of Vigna radiata L. under Saline Soil. Journal of Stress Physiology & Biochemistry, (Online), 10 (3) : 134-152, (http://www.jspb.ru/issues/2014/N3/JSPB_2014_3_ 134-152.pdf), diakses 12 Februari 2015. Lambers, H., Chapin, III F.S. and Pons, T.L. 2008. Plant Physiological Ecology, Second Edition. New York: Springer Science + Bussines Media. Miransari, M and Latef, A.A.A.H. 2014. Use of Microbes for the Alleviation of Soil Stresses. New York : Springer Abtin Berkeh Limited Co, Malek Ave. Nurhayati. 2010. Pengaruh Waktu Pemberian Mikoriza Vesikular arbuskular Pertumbuhan Tomat. Jurnal Agrivigor, 9(3): 280-284. Riwandi, Handajaningsih, M. dan Hasanudin.2014. Teknik Budidaya Jagung dengan Sistem Organik di Tanah Marjinal. Bengkulu : Universitas Bengkulu Press. Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Rukmana, R. 2004. Kacang Hijau :Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Rachman, A. Erfandi, D., Ali, M. N. 2008. Dampak Tsunami Terhadap Sifat-Sifat Tanah Pertanian di NAD dan Strategi Rehabilitasinya. Jurnal Tanah Dan Iklim 28: 27-38. Ruiz-Lozano J.M., Collados, C., Barea J. M. and Azcón R. 2001. Arbucular Mycorrhizal Symbiosis can Alleviate Drought 324 Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.… Induced Nodule Senescence in Soybean Plant. New Phytol, 151:493-502. Sastrahidayat, 2011. Rekayasa Pupuk Hayati Mikoriza dalam Meningkatkan Produksi Pertanian. Malang: UB Press. Setiaji, H. 2014. RI Juga Impor Kacang Hijau, Salah Satunya dari Etiopia. Detikfinance, (Online), (http://finance.detik.com), diakses 12 Februari 2015. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 325