Paper Title (use style: paper title)

advertisement
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
APLIKASI PUPUK MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN
KACANG HIJAU [Vigna radiata (L) Wilczeck] DI TANAH TERCEKAM GARAM
Laily Maghfiro Kamil Mastika, Nugrahaningsih, Betty Lukiati
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dan menentukan dosis efektif dari pupuk hayati Mikoriza
Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau atau Vigna
radiata (L.) Wilczeck varietas VIMA 1 di tanah tercekam garam. Penelitian ini menggunakan
desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor dan lima ulangan. Pupuk hayati
MVA terdiri dari lima taraf yaitu 0 g/tanaman, 3 g/tanaman, 6 g/tanaman, 9 g/tanaman dan 12
g/tanaman. Parameter pertumbuhan yang diamati mencakup tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah
anak daun. Parameter produksi yang diamati mencakup umur berbunga, jumlah polong, berat polong,
berat biji, berat basah dan kering tajuk, berat basah dan kering akar dan diameter akar. Data yang
diperoleh dianalisis dengan ANOVA tunggal dan dilanjutkan dengan uji lanjut LSD (BNT) taraf
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati MVA dengan dosis 6-9 g/tanaman
merupakan dosis efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang hijau varietas VIMA
1 di tanah salin atau tanah tercekam garam.
Kata Kunci: kacang hijau, pupuk hayati MVA, tanah tercekam garam
PENDAHULUAN
Kacang hijau atau Vigna radiata (L)
Wilczeck adalah tanaman polong yang menduduki
peringkat ketiga sebagai tanaman pangan setelah
kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki zat
gizi yang tidak kalah dengan kedelai maupun kacang
tanah. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
Indonesia menyatakan bahwa dalam 100 gram kacang
hijau mengandung 345 kalori energi; 22 g protein; 1,20
g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125 mg
kalsium; 320 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157 IU
vitamin A; 0,64 mg vitamin B; 6 mg vitamin C
(Rukmana, 2004); 6 mg natrium; 1132 mg kalium dan
4,4 g serat (Depkes, 2005).
Berbagai macam olahan makanan bergizi dari
kacang hijau beredar luas di masyarakat dalam skala
sederhana maupun industri sehingga kebutuhan kacang
hijau dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Pemanfaatan kacang hijau selain untuk bahan makanan
maupun bahan campuran, tanaman kacang hijau juga
diolah menjadi pupuk hijau dan tanaman penutup
tanah. Kebutuhan kacang hijau yang terus meningkat ini
belum diimbangi dengan produksi panen kacang hijau di
Indonesia. Data Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2014 menunjukkan bahwa luas area panen
kacang hijau di Indonesia mengalami penurunan dari
tahun 2008 hingga tahun 2013 kemudian mengalami
kenaikan area panen seluas 20.290 ha (11,14%) dan
produktivitas 0,57 kuintal/ha (5,07%) pada tahun
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
2014. Peningkatan produksi kacang hijau pada tahun
2014 ternyata tetap belum mencukupi kebutuhan
konsumsi masyarakat, sehingga pemerintah Indonesia
mengimpor kacang hijau dari luar negeri. Negara
pengimpor kacang hijau bervariasi diantaranya Myanmar,
Etiopia, Thailand, Australia, Brasil dan negara lainnya
(Setiaji, 2014).
Usaha pemerintah untuk meningkatan produksi
kacang hijau dalam mengurangi impor ialah dengan
cara ekstensifikasi yaitu memperluas area tanam kacang
hijau dengan memanfaatkan tanah marjinal. Lahan
marjinal secara sederhana adalah lahan dimana tanahnya
kurang menguntungkan secara ekonomi. Lahan marjinal
di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 macam yakni
lahan bekas tambang, lahan asam, lahan salin dan lahan
kritis (Riwandi dkk, 2014). Direktorat Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi (2013) menyatakan bahwa tanaman
kacang hijau memiliki aspek agronomi yang
menguntungkan karena tahan kekeringan, dapat tumbuh
pada tanah yang kurang subur, serta tahan terhadap
hama
dan penyakit
sehingga berpotensi untuk
dibudidayakan di lahan marjinal khususnya lahan salin.
Lahan salin adalah istilah untuk tanah yang mengandung
kadar garam tinggi. Degradasi tanah pertanian akibat
salinisasi di Indonesia telah menjadi isu nasional.
Tsunami menyebabkan tanah pertanian di Kabupaten
Aceh bersifat salin dengan daya hantar listrik (DHL) 40,
97 dS/m (Rachman dkk, 2008). Tanah pertanian yang
terindikasi tanah salin juga terdapat di Provinsi Jawa
Timur yakni di desa Lekok, Kecamatan Jatirejo,
Kabupaten Pasuruan. Tanah salin di desa Lekok
berdasarkan hasil uji salinitas memiliki tingkat salinitas
319
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
rendah hingga sedang. Tanah salin tersebut juga tidak
diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga
menjadi lahan marjinal salin.
Pengembangan
budidaya
kacang
hijau
diharapkan dapat dilakukan pada lahan marjinal
salin, walaupun menghadapi tantangan yang berat.
Tantangan tersebut berupa kadar garam terlarut yang
tinggi menyebabkan larutan dalam tanah bersifat
hipertonis terhadap sel akar tanaman kacang hijau.
Larutan yang hipertonis ini menyebabkan air dari
dalam sel-sel jaringan akar mengalir keluar menuju
tanah sehingga sel-sel akar mengalami hambatan
osmotik dalam proses penyerapan unsur hara dan
apabila terjadi terus menerus dapat menyebabkan gagal
panen (Hasibuan 2008). Permasalahan budidaya
tanaman kacang hijau di lahan marjinal salin ini dapat
diatasi penggunaan pupuk organik dan hayati untuk
membantu
memperbaiki
struktur
tanah serta
penyediaan unsur hara. Pupuk hayati yang telah diteliti
baru baru ini adalah pupuk hayati mikoriza. Pupuk
hayati mikoriza atau Mikoriza Vesikular Arbuskular
(MVA) ini merupakan pupuk yang mengandung
spora endomikoriza. Spora tersebut tumbuh menjadi
hifa dan menginfeksi area korteks akar tanaman.
Hifa membantu akar untuk menyerap lebih banyak
nutrisi sehingga
bersifat
menguntungkan
bagi
tanaman (Sastrahidayat, 2011). Hasil penelitian Kadian
(2014) tentang aplikasi jamur mikoriza G. mosseae, A.
laevis dan bakteri B. japonicum pada tanaman kacang
hijau di tanah salin menunjukkan hasil bahwa simbiosis
antara bakteri, jamur mikoriza dan tanaman legum
dapat menurunkan efek negatif dari cekaman garam
atau cekaman salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan dosis penggunaan pupuk hayati MVA
yang efektif untuk meningkatkan produktivitas
tanaman kacang hijau VIMA 1 di tanah salin.
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
metode
eksperimental dengan melakukan penanaman kacang
hijau di dalam polybag di kebun Biologi, Universitas
Negeri Malang sejak bulan Maret hingga Juli 2015.
Obyek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di
tanah tercekam garam.
a. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan menggunakan desain
Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan berupa
dosis pupuk hayati Mikoriza Vesikular
arbuskular
(MVA)
dengan
5 taraf
dosis
yakni
0
g/tanaman; 3g/tanaman; 6g/tanaman; 9g/tanaman dan
12 g/tanaman.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
b. Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan mencakup beberapa tahap
sebagai berikut.
1. Persiapan media tanam. Media tanam yang
digunakan berupa campuran tanah tercekam garam
dan pupuk kompos dengan perbandingan
2:1.
Tanah tercekam garam diperoleh dari Desa Jatirejo,
Kec. Lekok, Kab. Pasuruan dengan nilai Daya Hantar
Listrik (DHL) sebesar 2.75 mS/cm. Tanah yang
diambil merupakan tanah bagian top soil dengan
metode komposit. Tanah yang diperoleh kemudian
dikeringanginkan dan diayak menggunakan ayakan
diameter 2 mm.
2. Penanaman. Penanaman benih kacang hijau
dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan
kedalaman ± 2 cm. Setiap polybag ditanami 4 benih
kacang hijau. Penanaman benih kacang hijau
dilakukan pada pagi hari bersamaan dengan
pemberian pupuk hayati mikoriza.
3. Pemupukan
MVA.
Pemupukan
mikoriza
diberikan
dengan
cara
ditaburkan
pada
singkapan tanah di bawah lubang tanam dan
dilaksanakan sebelum pembenaman benih dalam
tanah.
4. Penjarangan. Penjarangan tanaman dilaksanakan pada
saat tanaman berumur 4 Minggu Setelah Tanam (4
MST). Setiap polybag disisakan hanya satu tanaman
yang paling baik kondisinya.
5. Pemeliharaan. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak
dua kali dengan cara manual yakni pada saat tanaman
berumur 15 Hari Setelah Tanam (HST) dan 30 HST.
Pengendalian karat daun menggunakan fungisida
Dithane 0.5 g/l.
6. Panen. Panen dilakukan pada saat polong telah
berwarna hitam dengan cara dipetik.
c. Pengambilan dan Analisis Data
Pengambilan data dilaksanakan pada awal
penanaman hingga tanaman berumur 8 Minggu Setelah
Tanam (8 MST) dan pada saat panen. Data yang diamati
berupa data pertumbuhan dan produksi. Data
pertumbuhan yang diamati meliputi pertambahan tinggi
tanaman, diameter batang dan jumlah anak daun,
sedangkan data produksi yang diamati adalah umur
berbunga, jumlah polong, berat polong, berat biji, berat
basah dan berat kering tajuk, berat basah dan berat
kering akar dan diameter akar. Data hasil penelitian
dianalisis menggunakan analisis ragam Anova tunggal
dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
320
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
HASIL
1. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati MVA
terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
varietas VIMA 1 di Tanah Tercekam Garam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pupuk hayati MVA berpengaruh terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di
tanah tercekam garam. Data pertumbuhan yang
diamati meliputi pertambahan tinggi tanaman,
diameter batang dan jumlah daun tanaman kacang
hijau selama 8 minggu setelah tanam (MST). Hasil
analisis BNT 5% data pertambahan tinggi tanaman,
diameter batang dan jumlah anak daun dapat dilihat
pada Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Notasi BNT 5% untuk Pertambahan Tinggi
Tanaman
Hasil uji BNT 5% pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa perlakuan efektif untuk pertambahan tinggi
tanaman adalah M2 dengan dosis 3 g/tanaman karena
pengaruhnya berbeda tidak nyata dengan perlakuan M3
dan M5.
Tabel 2. Notasi BNT 5% untuk Rerata Pertambahan
Diameter Batang
Hasil uji BNT 5% pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk hayati MVA yang efektif untuk
pertambahan diameter batang adalah perlakuan M5
dengan dosis 12 g/tanaman karena berbeda tidak nyata
dengan perlakuan dosis sebelumnya, M1, maupun dosis
selanjutnya (M3, M4 dan M5).
Tabel 3. Notasi BNT 5% untuk Rerata Pertambahan
Jumlah Anak Daun Tanaman
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Hasil uji BNT 5%
menunjukkan bahwa
perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan
selanjutnya.
Perlakuan
M1, M3, M4 dan M5
menunjukkan
hasil berbeda
tidak nyata karena
memiliki notasi yang sama yaitu b. Dosis efektif
untuk pertambahan jumlah anak daun berdasarkan
notasi BNT 5% adalah perlakuan M2 dengan dosis
3 g/tanaman karena berbeda nyata dengan dosis
lainnya.
2. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza
terhadap Parameter Produksi Tanaman Kacang
Hijau varietas VIMA 1 di Tanah Tercekam
Garam
Pengaruh pupuk hayati MVA terhadap
produksi tanaman mengacu pada data produksi yang
diamati yaitu rerata umur berbunga, jumlah polong,
berat polong, berat biji, biomassa tajuk dan akar, serta
diameter akar yang diamati saat panen.
Tabel 4. Notasi BNT 5% untuk Kecepatan Berbunga
Perlakuan M5 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan M4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
selanjutnya. Pengaruh pupuk hayati MVA pada
perlakuan M4 juga berbeda tidak nyata dengan pengaruh
perlakuan dosis M1, M2, dan M3. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa perlakuan M3 dengan dosis 6
g/tanaman merupakan dosis efektif untuk kecepatan
berbunga.
Tabel 5. Jumlah Polong Tanaman
Pemberian pupuk hayati MVA pada perlakuan
M4 memiliki notasi yang berbeda dengan lainnya
yaitu c. Notasi c menunjukkan bahwa perlakuan M4
memberikan pengaruh yang paling berbeda nyata
terhadap jumlah polong yang dihasilkan. Pengaruh
perlakuan M4 berbeda nyata daripada dosis lain yang
lebih rendah (M1, M2 dan M3) maupun perlakuan
yang lebih tinggi (M5),
sehingga pemberian
pupuk
hayati
MVA
yang
efektif
untuk
321
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
meningkatkan
jumlah polong tanaman kacang
hijau di tanah tercekam garam adalah perlakuan
M3 dengan dosis 9 g/tanaman.
Tabel 6. Rerata Berat Polong
Tabel 9. Rerata Biomassa Tajuk sesudah dikeringkan
Tabel 10. Rerata Biomassa Akar sebelum dikeringkan
Perlakuan pupuk hayati MVA M4 memiliki
notasi b yang artinya memberikan pengaruh paling
berbeda nyata terhadap berat polong daripada perlakuan
lainnya. Pengaruh perlakuan M4 berbeda nyata dengan
perlakuan yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi
(M5), sehingga dosis efektif untuk meningkatkan berat
polong tanaman kacang hijau di tanah tercekam garam
adalah perlakuan M4 dengan dosis 9 g/tanaman.
Tabel 7. Notasi BNT 5% untuk Berat Biji
Perlakuan M4 memiliki notasi yang berbeda
diantara lainnya, yaitu b, yang berarti memiliki
pengaruh paling berbeda nyata. Perlakuan pupuk hayati
MVA yang efektif untuk meningkatkan berat biji
adalah perlakuan M4 dengan dosis 9 g/tanaman karena
pengaruhnya berbeda nyata dengan dosis yang lebih
rendah maupun dengan dosis yang lebih tinggi.
Data pengamatan
rerata biomassa
tajuk
tanaman sebelum dan setelah dikeringkan, rerata
biomassa akar sebelum dan sesudah dikeringkan dan
rerata diameter akar disajikan pada tabel 8 hingga tabel
12.
Hasil uji ANAVA tunggal pada rerata biomassa
tajuk tanaman sebelum dan setelah dikeringkan, rerata
biomassa akar sebelum dan sesudah dikeringkan dan
rerata diameter akar menunjukkan tidak berpengaruh
sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut BNT 5%.
Tabel 8. Rerata Biomassa Tajuk sebelum dikeringkan
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Tabel 11. Rerata Biomassa Akar sesudah dikeringkan
Tabel 12. Rerata Diameter Akar
PEMBAHASAN
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pemberian pupuk hayati MVA dengan dosis 3
g/tanaman merupakan dosis efektif pada fase vegetatif.
Tanaman kacang hijau pada fase vegetatif
membutuhkan unsur nitrogen yang lebih banyak
daripada unsur fosfor. Hanafiah (2005) menyatakan
bahwa unsur fosfor diperlukan pada fase vegetatif
digunakan untuk membentuk energi kimia sel yaitu
adenosine triphosphate (ATP) yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman sedangkan unsur nitrogen
dibutuhkan untuk penyusunan semua protein (asam
amino dan enzim), klorofil, asam nukleat serta hormon
tumbuh seperti auksin dan sitokinin yang berkorelasi
erat dengan perkembangan jaringan meristem.
Sastrahidayat (2011) menyatakan bahwa pupuk
322
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
hayati MVA selain memiliki fungsi utama untuk
penyerapan
fosfor
juga
membantu
tanaman
menyerap nitrogen. Fakta ini didukung oleh hasil
penelitian Miransari and Latef
(2014) yang
menyatakan bahwa aplikasi mikoriza vesikular
arbuskular (MVA) dapat meningkatkan asimilasi
nitrogen pada tanaman kacang hijau yang ditanam di
tanah tercekam garam. Enzim nitrat reduktase yang
ditemukan pada
arbuskular
memicu
terjadinya
asimilasi nitrat pada miselium ekstraselular dan
menurunkan efek toksik dari ion Na dengan cara
mengurangi penyerapan Na. Hasil penelitian Barea et
al. (1996) juga menjelaskan bahwa aktivitas
jamur MVA menyebabkan pembentukan bintil akar
meningkat. Bintil akar yang terbentuk semakin banyak
menyebabkan peyerapan unsur nitrogen menjadi
semakin efektif. Kebutuhan unsur fosfor yang lebih
sedikit pada fase vegetatif dan kemampuan jamur MVA
yang juga dapat menambat unsur nitrogen
menyebabkan pemberian pupuk hayati MVA
dengan dosis kecil 3 gram/tanaman sudah efektif
daripada pemberian dosis lain yang lebih tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pemberian pupuk hayati MVA pada dosis sekitar 6-9
g/tanaman merupakan dosis efektif pada fase generatif.
Fase reproduksi atau fase generatif
tanaman
membutuhkan
unsur fosfor yang lebih banyak
daripada unsur nitrogen, sehingga dosis pupuk hayati
MVA yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi lebih
besar daripada fase vegetatifnya.
Hanafiah (2005)
menyatakan
bahwa
unsur
fosfor
membantu
mempercepat matangnya buah dan biji. Fosfor pada fase
generatif dibutuhkan dalam bentuk ATP
sebagai
sumber energi dalam proses pembentukan biji dan
organ generatif tanaman lainnya. Biji merupakan
organ yang sangat kompleks karena mengandung
materi genetik suatu tanaman dan cadangan makanan
yang berperan penting dalam perkecambahan tanaman.
Coelho and Benedito (2008) menjelaskan bahwa fosfor
berperan dalam proses sintesis asam fitat pada biji.
Hampir 80% fosfat disimpan dalam biji dalam bentuk
asam fitat. Jumlah asam fitat pada biji bergantung pada
fosfor yang tersedia pada tanaman.
Jumlah fosfor pada tanaman bergantung pada
penyerapan fosfor. Penyerapan fosfor oleh tanaman
bergantung pada ketersediaan fosfor dalam tanah, sistem
perakaran tanaman dan mikroba tanah Pemberian pupuk
hayati MVA menyebabkan penyerapan unsur hara fosfor
lebih efisien daripada
tanaman tanpa mikoriza.
Kenyataan ini juga diperkuat dengan hasil penelitian
Sastrahidayat (2011) yang menunjukkan bahwa
inokulasi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah dan berat kering polong tanaman kedelai.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Penelitian Nurhayati (2010) juga menunjukkan bahwa
pemberian mikoriza arbuskular vesikular berdasarkan
analisis sidik ragam berpengaruh nyata terhadap jumlah
dan berat buah tomat.
Fosfor tersedia dalam dua bentuk yakni organik
dan anorganik di dalam tanah. Fosfor organik diserap
oleh jamur MVA dengan cara mensekresikan enzim
asam fosfatase yang nantinya akan berikatan dengan
fosfor pada material organik yang ada dalam tanah
dan disimpan dalam bentuk polyfosfat di dalam vakuola
(Deacon, 2005). Mekanisme penyerapan fosfor anorganik
seperti apatit atau AlPO4 oleh jamur MVA adalah
dengan cara mengubah pH rizosfer menjadi 6,3 dan
merangsang aktivitas enzim ekstraseluler akar yaitu
fosfatase-alkalin yang berfungsi untuk menghidrolisis
ikatan ester C-O-P dan melepaskan fosfor dari ikatan ini
menjadi fosfor tersedia (Mosse, 1981 dalam Hanafiah,
2005).
Keberadaan jamur MVA yang menginfeksi
akar selain berpengaruh terhadap penyediaan unsur
hara pada fase vegetatif dan generatif tanaman juga
berperan dalam perubahan kualitatif maupun kuantitatif
populasi mikroba di rhizosfer, karena banyak bakteri
ditemukan berasosiasi dengan jamur MVA. Bonfante and
Anca (2009) menjelaskan bahwa bakteri yang berasosiasi
dengan jamur mikoriza dapat ditemukan pada
permukaan hifa ekstraradikal, spora, ataupun pada
sitoplasma sebagai endobacteria. Hasil penelitian
Bianciotto et al. (2001) juga menyatakan bahwa bakteri
Rhizobium sp. dan Azozpirillum mensekresikan
polisakarida untuk menempel pada hifa MVA.
Asosiasi antara jamur MVA, tanaman legum dan
Rhizobium sp. disebut dengan tripartite symbiosis
legume (Barea, 2000). Tripartite symbiosis legume ini
menguntungkan tanaman, hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian Goicoechea et al. (1998) dan RuizLozano et al. (2001) yang menjelaskan bahwa interaksi
antara
bakteri
Rhizobium
sp.
dan
mikoriza
memberikan
dampak
yang
positif terhadap
pertumbuhan tanaman legum pada cekaman kekeringan.
Keberadaan mikoriza pada perakaran tanaman
kacang hijau juga menyebabkan area penyerapan akar
menjadi lebih luas dan penyerapan hara yang lebih
efisien (Sastrahidayat, 2011; Rosmarkam dan
Yuwono, 2002; Lambers et al., 2008). Area
penyerapan akar yang luas ini disebabkan adanya hifa
yang menjulur ke permukaan luar akar yang disebut
dengan hifa ekstraradikal. Area tanah yang dapat
dijangkau oleh 1 cm akar yang mengandung hifa
ekstraradikal adalah 6-15 kali lebih luas daripada
akar tanaman tanpa MVA. Mikoriza vesikular
arbuskular juga meningkatkan daya serap akar
terhadap hara yang mobilitasnya rendah di dalam
323
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
larutan tanah seperti
P, Cu, dan Zn, serta hara
+
yang mobilitasnya
tinggi seperti K, S, NH4
(Hanafiah, 2005). Hifa
MVA yang tumbuh dan
berkembang di dalam jaringan
korteks
akar
tanaman
inang
akan
membentuk
struktur
percabangan
seperti percabangan
pohon yang
disebut dengan arbuskel. Keberadaan arbuskel
menyebabkan volume sitoplasma membesar, sehingga
area pertukaran metabolit antara hifa dan sel inang
menjadi lebih luas. Hifa yang berada diantara sel
korteks juga membentuk vesikel yang berfungsi
menyimpan lipid sebagai cadangan makanan (Hopkins
and Hiiner, 2008). Perluasan area jelajah akar, area
pertukaran nutrisi di dalam sel-sel korteks dan daya
serap hara yang lebih efisien menyebabkan tanaman
kacang hijau bermikoriza
tumbuh
lebih baik
daripada tanpa mikoriza di tanah tercekam garam.
SIMPULAN
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah (1)
Pupuk hayati MVA berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman yang meliputi
pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
daun, umur berbunga pertama, jumlah polong, dan
berat biji tanaman kacang hijau varietas VIMA 1 di
tanah tercekam garam (2) Dosis efektif pemberian
pupuk
hayati
MVA
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
pada fase vegetatif
adalah 3
g/tanaman dan dosis 6-9 g/tanaman pada fase generatif
untuk produksi tanaman kacang hijau varietas VIMA 1
di tanah tercekam garam.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data
Sosial
Ekonomi.(Online),
(http://www.bps.go.id/webbeta/website/pdf_publik
asi/IP_Desember_2014.pdf), diakses 12 Februari
2015.
Barea J.M., Tobar R. M. and Azcón-Aguilar C. 1996.
Effect of a Genetically –Modified Rhizobium
meliloti Inoculant on The Development of
Arbuscular Muchorrhizas, Root Morphology,
Nutrient Uptake and Biomass Accumulation in
Medicago sativa L. New Phytol, 134:361-369
Barea, J.M. 2000. Rhizosphere and Mycorrhiza of Field
Corps. Dalam Toutant J.P., Balzs E., Galante E.,
Lynch j.M., Schepers J.S, Werner D. and Werry
P.A.
(Eds.),
Biological
Resources
and
Management:Connecting Science and Policy
(OECD) (hlm. 110-125). New York: INRA,
Editions and Springer.
Bonfante, P. and Anca, I.A. 2009. Plants, Mycorrhizal
Fungi, and Bacteria: A Network of Interactions.
The Annual Review of Microbiology, (Online), 63:
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
363-383,
(http://www.micro.annualreviews.org),
diakses 10 Agustus 2015.
Coelho, C. M. M. and Benedito, V. A. 2008. Seed
Development and Reserve Compoun Accumulation
in Common Bean (Phaseolus vulgaris L.). Seed
Science and Biotechnology, 2 (2): 42-52.
Deacon, J.W. 2005. Fungal Biology, 4th Edition.
Australia : Blackwell Publishing
Depkes. 2005. Piranti Lunak Nutri Clin versi 2.0 edisi
kedua, Subdit Gizi Klinis, Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia.
Goicoechea, N., Antolin, M.C., Pald.,E., Sánchez-Díaz,
M. and Szalai, G. 1998. Influence of Arbuscular
Mycorrhizae and Rhizobium on Free Polyamines
and Proline Levels in Water-Stresses Alfalfa.
Journal of Plant Physiology 153 : 706-711.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hasibuan, B.E.
2008. Pupuk dan Pemupukan.Medan : USU Press
Hopkins, W.G and Hiiner, N. P A. 2008. Introduction to
Plant Physiology. United States of America: John
Wiley and Sons, Inc.
Kadian, N., Yadav, K. and Anggarwal, A. 2014.
Application of AM Fungi with Bradyrhizobium
japonicum in Improving Growth, Nutrient Uptake
and Yield of Vigna radiata L. under Saline Soil.
Journal of Stress Physiology & Biochemistry,
(Online),
10
(3)
:
134-152,
(http://www.jspb.ru/issues/2014/N3/JSPB_2014_3_
134-152.pdf), diakses 12 Februari 2015.
Lambers, H., Chapin, III F.S. and Pons, T.L. 2008. Plant
Physiological Ecology, Second Edition. New York:
Springer Science + Bussines Media.
Miransari, M and Latef, A.A.A.H. 2014. Use of
Microbes for the Alleviation of Soil Stresses. New
York : Springer Abtin Berkeh Limited Co, Malek
Ave.
Nurhayati. 2010. Pengaruh Waktu Pemberian Mikoriza
Vesikular arbuskular Pertumbuhan Tomat. Jurnal
Agrivigor, 9(3): 280-284.
Riwandi, Handajaningsih, M. dan Hasanudin.2014.
Teknik Budidaya Jagung dengan Sistem Organik di
Tanah Marjinal. Bengkulu : Universitas Bengkulu
Press. Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. A. 2002.
Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Rukmana, R. 2004. Kacang Hijau :Budidaya dan
Pascapanen. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Rachman, A. Erfandi, D., Ali, M. N. 2008. Dampak
Tsunami Terhadap Sifat-Sifat Tanah Pertanian di
NAD dan Strategi Rehabilitasinya. Jurnal Tanah
Dan Iklim 28: 27-38. Ruiz-Lozano J.M., Collados,
C., Barea J. M. and Azcón R. 2001. Arbucular
Mycorrhizal Symbiosis can Alleviate Drought
324
Aplikasi Pupuk Mikoriza terhadap Produktivitas.…
Induced Nodule Senescence in Soybean Plant. New
Phytol, 151:493-502.
Sastrahidayat, 2011. Rekayasa Pupuk Hayati Mikoriza
dalam Meningkatkan Produksi Pertanian. Malang:
UB Press.
Setiaji, H. 2014. RI Juga Impor Kacang Hijau, Salah
Satunya dari Etiopia. Detikfinance, (Online),
(http://finance.detik.com), diakses 12 Februari
2015.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
325
Download