analisis pengungkapan biaya aktivitas

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS
PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN
KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelas Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Gregorius Adhytama Krishantoro
NIM : 132114113
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS
PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN
KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelas Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Gregorius Adhytama Krishantoro
NIM : 132114113
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebuah amanat yang tidak akan pernah kulupakan, amanat yang disampaikan
padaku saat hari keberangkatan perantauan ke Yogyakarta 7 tahun yang lalu;
“Dimana ada perjuangan, disitu ada pengorbanan.”
-Pius Yuli Kristiyanto-
I never lost. Either I win or I learn.
-Unknown-
Kupersembahkan skripsi ini sebagai hadiah ulangtahun untuk:
Bapakku Pius Yuli Kristiyanto
Ibuku Catharina Wahyuning Widhi
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
“ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS PERTAMBANGAN
(EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON
INVESTMENT PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
dan dimajukan untuk diuji pada 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang
saya aku seolah-olah sebagai tlisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpamemberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut, baik sengaja maupun tidak sengaja,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan lain seolah-olah hasil pemikiran saya
sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya
terima.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Gregorius Adhytama Krishantoro
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Gregorius Adhytama Krishantoro
NIM
: 132114113
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA AKTIVITAS PERTAMBANGAN
(EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) TERHADAP RETURN ON
INVESTMENT PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Gregorius Adhytama Krishantoro
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenehi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Peneliti
mendapatkan
bantuan,
bimbingan,
dan
arahan
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc. Phd selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada peneliti.
2. Albertus Yudi Yunarto selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Akt., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi.
5. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Ak., QIA, CA selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
6. Bapak (Pius Yuli Kristiyanto) dan Ibuku (Catharina Wahyuning Widhi)
yang selalu memberi semangat, motivasi, dukungan spritual, moral, dan
kasih sayang yang tiada henti hingga skripsi ini selesai.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kedua adikku, Michael Adhykusuma Krishantoro dan Gabriella
Adhyningsing Widhiastuti, yang selalu menjadi semangat agar diriku
dapat menjadi panutan.
8. Om (Ignatius Joko Suprihanto) dan Bulekku (Yosefin Hantoro Supriatun)
yang telah menjadi orang tuaku selama di Yogyakarta.
9. Nicko Kornelius Putra, SE., M.Sc. yang telah memberi banyak masukan
dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai.
10. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA yang telah berperan sangat besar
dalam pendalaman konsep dasar skripsi ini.
11. Advionika Resy Bella Putri yang selalu menemaniku saat suka ataupun
duka, selalu memberi semangat dan motivasi sehingga skripsi ini selesai.
12. Ignatius Pandu Punto Aji, JB ’08 dan Akuntansi USD ’08, yang telah
membantu memahami konsep dasar skripsi ini.
13. Sahabat “Gaje” dan “Pejuang Skripsi” serta kelas “MPAT Bunda Gien”
yang telah memberi semangat dan motivasi sehingga skripsi ini selesai.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini berguna
dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Gregorius Adhytama
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………………………………….
Halaman Persetujuan Pembimbing …………………………………….
Halaman Pengesahan ..............................................................................
Halaman Persembahan ............................................................................
Halaman Keaslian Karya Tulis................................................................
Halaman Persetujuan Publikasi Karya Tulis ...........................................
Halaman Kata Pengantar ........................................................................
Halaman Daftar Isi ……………………………………………………..
Halaman Daftar Tabel ………………………………………………….
Abstrak …………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................
C. Batasan Masalah ........................................................
D. Tujuan Penelitian .......................................................
E. Manfaat Penelitian .....................................................
F. Sistematika Penulisan ................................................
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntansi Manajemen …...........................................
B. Akuntansi Lingkungan …..........................................
C. Akuntansi Manajemen Lingkungan ..........................
D. Teori Stakeholder ......................................................
E. Teori Legitimasi ........................................................
F. Akuntansi Pertambangan Umum ..............................
G. Kewajiban Pengelolaan Lingkungan Hidup ….........
H. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan .................
I. Pengembalian Atas Investasi (Return on Investment)
J. Penelitian Terdahulu ….............................................
K. Perumusan Hipotesis ................................................
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …......................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian …...............................
C. Subyek dan Obyek Penelitian …...............................
D. Data Penelitian …......................................................
E. Cara Pengumpulan Data ….......................................
F. Populasi dan Sampel ….............................................
G. Variabel Penelitian ....................................................
H. Ukuran Penelitian …..................................................
I. Teknik Analisis Data ….............................................
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Adaro Energy (ADRO) ..............................................
B. Aneka Tambang (ANTM) ..........................................
ix
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xii
xiii
1
5
5
7
7
8
9
10
12
13
14
15
16
18
19
20
23
26
26
26
26
29
29
29
31
31
34
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Atlas Resources (ARII) ..............................................
D. ATPK Resources (ATPK) ..........................................
E. Baramulti Suksessarana (BSSR) ................................
F. Bayan Resources (BYAN) .........................................
G. Benakat Integra (BIPI) ...............................................
H. Bukit Asam (PTBA) ..................................................
I. Cakra Mineral (CKRA) .............................................
J. Central Omega Resources (DKFT) ............................
K. Cita Mineral Investindo (CITA) .................................
L. Citatah (CTTH) ..........................................................
M. Delta Dunia Makmur (DOID) ....................................
N. Elnusa (ELSA) ............................................................
O. Eksploitasi Energi Indonesia (CNKO) .......................
P. Golden Eagle Energy (SMMT) ..................................
Q. Golden Energy Mines (GEMS) ..................................
R. Harum Energy (HRUM) .............................................
S. Indika Energy (INDY) ................................................
T. Indo Tambangraya Megah (ITMG) ............................
U. J Resources Asia Pasifik (PSAB) ...............................
V. Leyand International (LAPD) .....................................
W. Medco Energy Internasional (MEDC) .......................
X. Mitra Investindo (MITI) ............................................
Y. Perdana Karya Perkasa (PKPK) .................................
Z. Perusahaan Gas Negara (PGAS) ................................
AA. Renuka Coalindo (SQMI) ...................................
BB. Samindo Resources (MYOH) ..............................
CC. Surya Esa Perkasa (ESSA) ..................................
DD. Timah (TINS) ......................................................
EE.
Toba Bara Sejahtera (TOBA) ..............................
FF.
Vale Indonesia (INCO) .......................................
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................
B. Analisis Data ..............................................................
C. Pembahasan ................................................................
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................
B. Keterbatasan Penelitian ..............................................
C. Saran ..........................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................
Lampiran
..........................................................................................
x
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44
46
47
48
49
50
50
51
52
53
54
54
54
54
55
56
57
58
59
60
61
62
69
75
80
80
81
82
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
Tabel 7.5
Tabel 7.6
Tabel 7.7
Tabel 7.8
Tabel 7.9
Tabel 7.10
Tabel 7.11
Tabel 7.12
Tabel 7.13
Tabel 7.14
Tabel 7.15
Tabel 7.16
Tabel 7.17
Tabel 7.18
Tabel 7.19
Tabel 7.20
Tabel 7.21
Tabel 7.22
Tabel 7.23
Tabel 7.24
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya dan ROI
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji Korelasi Pearson
Intepretasi Koefisien Korelasi
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Hasil Perhitungan ROI tiap Perusahaan
Jumlah perusahaan yang mengungkapan biaya atas
aktivitas pertambangan
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ADRO
periode 2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ANTM
periode 2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ARII periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ATPK periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BSSR periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BYAN
periode 2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BIPI periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PTBA periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CKRA
periode 2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DKFT periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CITA periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CITA periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DOID periode
2015
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ELSA periode
xi
68
73
74
74
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2015
Tabel 7.25 Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CNKO
periode 2015
Tabel 7.26
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SMMT
periode 2015
Tabel 7.27
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) GEMS
periode 2015
Tabel 7.28
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) HRUM
periode 2015
Tabel 7.29
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INDY periode
2015
Tabel 7.30
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ITMG periode
2015
Tabel 7.31
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PSAB periode
2015
Tabel 7.32
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) LAPD periode
2015
Tabel 7.33
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MEDC
periode 2015
Tabel 7.34
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MITI periode
2015
Tabel 7.35
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PKPK periode
2015
Tabel 7.36
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PGAS periode
2015
Tabel 7.37
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SQMI periode
2015
Tabel 7.38
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MYOH
periode 2015
Tabel 7.39
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ESSA periode
2015
Tabel 7.40
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TINS periode
2015
Tabel 7.41
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TOBA
periode 2015
Tabel 7.42
Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INCO periode
2015
xii
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA ATAS AKTIVITAS
PERTAMBANGAN (EKSPLORASI, PENGEMBANGAN DAN
KONTRUKSI, PRODUKSI, SERTA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP) TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (ROI) PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Gregorius Adhytama Krishantoro
NIM : 132114113
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan yang
timbul akibat pengungkapan biaya atas aktivitas pertambangan
(eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan lingkungan hidup) terhadap Return on Investment
(ROI) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang
digunakan dalam penelitian berupa data ordinal yang bersifat
sekunder. Data diperoleh melalui dokumentasi laporan keuangan
konsolidasian. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
ceklis, uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi
Pearson.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengungkapan biaya
atas aktivitas pertambangan (eksplorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup) memiliki
hubungan yang semakin melemah dengan Return on Investment.
Hubungan kedua variabel berbanding terbalik, yang artinya
semakin tinggi tingkat pengungkapan biaya maka semakin rendah
tingkat ROI pada perusahaan.
Kata Kunci : Akuntansi Lingkungan, Eksplorasi, Pengembangan
dan Kontruksi, Produksi, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Return
on Investment
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
COST DISCLOSURE ANALYSIS OF MINING ACTIVITIES
(EXPLORATION, DEVELOPMENT AND CONSTRUCTION,
PRODUCTION, AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT) ON
RETURN ON INVESTMENT (ROI) IN MINING COMPANIES LISTED
ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
Gregorius Adhytama Krishantoro
NIM : 132114113
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
This study was conducted to analyze the relationship that
arises from the disclosure of costs for exploration activities,
development and construction, production, and environmental
management with Return on Investment (ROI) in mining companies
listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)
The type of this research is an empirical study. The data
used in the study was ordinal data. The data obtained through the
documentation of the consolidated financial statements. Data
analysis techniques used were checklists, Kolmogorov-Smirnov
normality test and Pearson correlation test.
The results show that the disclosure of costs for mining
activities (exploration, development and construction, production,
and environmental management) has a weakening relationship
with Return on Investment. The relationship between the two
variables is inversely proportional, which means if the level of cost
disclosure is more increasing, the ROI level in the company will
getting lower.
Keywords: Environmental Accounting, Exploration, Development
and Construction, Production, Environmental Management, Return
on Investment
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Isu lingkungan bukan lagi suatu isu yang baru. Akan tetapi secara
perlahan
terjadi
perubahan
yang
mendasar
dalam
pola
hidup
bermasyarakat yang secara langsung atau tidak memberikan pengaruh
pada lingkungan hidup. Era industrialisasi di satu pihak menitikberatkan
pada penggunaan teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang
mengabaikan aspek-aspek lingkungan. Wihardandi (2013) menuliskan
dalam situs mongabay.co.id bahwa pada Februari 2013 Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) melaporkan ke Bareskrim Polri bahwa terdapat 26
perusahaan bisnis pertambangan di Indonesia yang melanggar aturan
eksplorasi dan eksploitasi. Pelanggaran yang dilakukan 26 perusahaan
tersebut adalah tidak memiliki ijin penggunaan lahan untuk aktivitas
pertambangan. BPK melaporkan berbagai pelanggaran atas ijin tambang
ini berdasarkan hasil audit yang dilakukan terhadap perusahaan
pertambangan di Indonesia tahun anggaran 2011. Poin utama yang
dilakukan oleh audit BPK ini terkait dengan tata ruang atas penggunaan
sumber daya alam, proses ijin atas penggunaan lahan termasuk analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Atas dasar tersebut, lingkungan menjadi instrumen penting yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan produksi suatu perusahaan. Saat ini
pemerintah telah menjadikan lingkungan sebagai bentuk perhatian dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tanggungjawab pemerintah terkait dengan pemeliharaan lingkungan.
Bidang akuntansi menyikapi hal tersebut dengan menyatakan bahwa
dibutuhkan akuntansi lingkungan bagi perusahaan-perusahaan baik besar
maupun kecil (Ikhsan:2008).
Akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan
kegiatan konservasi
berdasarkan
ringkasan dan klasifikasi
biaya
konservasi lingkungan (Ikhsan:2008). Salah satu konsep dalam akuntansi
lingkungan adalah akuntansi keuangan lingkungan. Kusumaningtyas
(2013) menjelaskan bahwa akuntansi lingkungan dalam konteks keuangan
mengacu pada penyusunan laporan akuntabilitas lingkungan untuk
pengguna eksternal disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah
Indonesia telah membuat regulasi yaitu Undang-undang No 32 Tahun
2009 yang berisi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pemerintah kembali menegaskan peraturan tersebut dalam Peraturan
Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012 mengenai Program
Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER). PROPER bertujuan untuk mendorong penataan perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah juga mempertegas
kembali di Undang-undang No. 78 Tahun 2010 yang berisi tentang
Reklamasi dan Pascatambang. Undang-undang tersebut menyatakan
bahwa setiap perusahaan yang melakukan aktivitas eksplorasi harus
melakukan reklamasi terhadap lingkungan yang terganggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Banyaknya
perhatian
lingkungan menjadi
dan
kebijakan
mengenai
persoalan
penting untuk mempertimbangkan kewajiban
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 6 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa; (1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan, (2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
pengelolaan
lingkungan
hidup. Perhatian dan kebijakan terkait
lingkungan hidup tersebut juga tidak luput diterapkan pada perusahaan
perindustrian. Pasal 21 ayat (1) Undang-undang Perindustrian Nomor 5
Tahun 1984 memaparkan bahwa perusahaan industri yang didirikan pada
suatu tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber
daya alam yang dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan
timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat
usaha dan proses industri yang dilakukan. Dampak negatif dapat berupa
gangguan, kerusakan, dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
masyarakat di sekelilingnya yang ditimbulkan karena pencemaran tanah,
air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan industri. Tri Jata
(2013) dalam artikelnya yang berjudul “Dasar Hukum Kewajiban
Perusahaan Menjaga Lingkungan” menegaskan bahwa pemerintah perlu
mengadakan pengaturan dan pembinaan untuk menanggulanginya dampak
negatif dari aktivitas produksi suatu perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Aktivitas eksplorasi dan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan
pertambangan akan membawa dampak yang sangat signifikan pada
lingkungan sekitarnya. Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
umum memiliki tingkat risiko lingkungan yang sangat tinggi. Berdasarkan
hal tersebut, perusahaan pertambangan memiliki peran yang sangat
penting dalam pertanggungjawaban tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Pertanggungjawaban itu berupa pengungkapan alokasi biaya lingkungan
untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan akibat eksplorasi sumber daya
alam yang telah dilakukan perusahaan.
Gray (1993) menjelaskan bahwa pengungkapan biaya lingkungan
merupakan
bagian
penting
dari
laporan
keuangan
perusahaan.
Pengungkapan biaya lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang
sangat besar terkait dengan pengembangan perusahaan di waktu yang akan
datang. Pengungkapan dan pengembangan serta fokus perusahaan terhadap
lingkungan akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Pentingnya pertanggungjawaban terhadap lingkungan membuat
bidang akuntansi menanggapi hal tersebut dengan terbentuknya regulasi
terhadap pengungkapan dan pengembangan lingkungan yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 33 tentang Akuntansi Pertambangan.
PSAK 33 berisi segala hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan terkait
pengelolaan lingkungan hidup. PSAK 33 menyatakan bahwaterdapat 4
aktivitas utama pertambangan yaitu ekslorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup. Akan tetapi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dalam perkembangannya PSAK tersebut sudah ditarik, dan akuntansi
dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan dapat dilihat pada PSAK 1
dan PSAK 57 serta ED PSAK 33 tahun 2011. Bentuk tanggung jawab
terhadap lingkungan hidup terkait pengungkapan biaya atas aktivitas
perusahaan pertambangan akan mempengaruhi kinerja laporan keuangan
perusahaan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam
penelitian ini
adalah:
Apakah
terdapat
hubungan
antara
pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup terhadap Return
on Investment pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
C.
Batasan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini masih bersifat
luas. Berdasarkan hal tersebut, maka pembatasan masalah dalam penelitian
ini adalah Return on Investment yang didapat dari laporan keuangan
konsolidasian perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015
dan biaya-biaya utama atau biaya induk yang berada di dalam 4 aktivitas
utama pertambangan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.
2.
3.
4.
Eksplorasi
a.
Biaya Eksplorasi
b.
Cadangan Terbukti
c.
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
d.
Area of Interest
e.
Alasan pembebanan biaya eksplorasi
Pengembangan dan Kontruksi
a.
Dasar penentuan biaya pengembangan
b.
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
c.
Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
Produksi
a.
Metode penentuan beban pokok persediaan
b.
Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
c.
Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup
d.
Biaya pengupasan tanah
e.
Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
a.
Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan
lingkungan hidup
b.
Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan
lingkungan hidup
c.
Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup
d.
Biaya pengelolaan lingkungan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Return on Investment didapatkan dari total laba bersih
perusahaan dibagi dengan total aktiva perusahaan yang telah dikurangi
aktivalain-lain pada Laporan Keuangan Konsolidasian perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup terhadap ROI
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaaat bagi:
1.
Masyarakat umum
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu masyarakat mengetahui
bahwa perusahaan pertambangan memiliki 4 (empat) aktivitas yang
dilakukan perusahaan yaitu eksplorasi, pengembangan dan kontruksi,
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dan hubungan
aktivitas tersebut terhadap ROI pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI.
2.
Akademisi
Penelitian ini sebagai bentuk kontribusi dan bahan refrensi bagi
penelitian
selanjutnya
manajemen lingkungan.
yang
berhubungan
dengan
akuntansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3.
Investor
Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan investor dalam melihat
penerapan kelestarian lingkungan pada perusahaan pertambangan,
sehingga dapat menjadi panduan dalam melakukan investasi pada
perusahaan terkait.
4.
Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan
menerapkan ilmu tersebut khususnya bidang akuntansi manajemen
lingkungan.
F.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini:
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung proses
penelitian, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek
dan objek penelitian, data penelitian, cara pengumpulan data, populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian, ukuran penelitian, serta teknik
anaisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bab IV Gambaran Umum
Bab ini menguraikan tentang profil singkat perusahaan-perusahaan yang
digunakan dalam penelitian.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian
sesuai dengan teori dan metode penelitian yang digunakan.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan
saran yang diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Akuntansi Lingkungan
Akuntansi lingkungan merupakan penilaian dan pengungkapan
lingkungan terkait informasi keuangan dalam konteks akuntansi keuangan
dan pelaporan (Ikhsan:2009). Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA)
menyatakan bawa akuntansi lingkungan adalah; Suatu fungsi penting
tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya
lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang
mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau
menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang
memperbaiki kualitas lingkungan.
Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan
jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan dan
menggunakannya.
Akuntansi
lingkungan
merupakan
sebuah
alat
manajemen lingkungan. Peran tersebut digunakan untuk menilai
keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi
biaya konservasi lingkungan (Ikhsan:2008).
Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk
menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
lingkungan. Ikhsan (2009) mengatakan bahwa pada tahun 1999 terjadi
perubahan nama organisasi Badan Lingkungan Hidup Jepang (The
Environmental
Agency)
menjadi
Kementerian
Lingkungan
Hidup
(Ministry of Environment / MOE). Kemudian MOE membuat gerakan
perubahan
dengan
mengeluarkan
panduan
akuntansi
lingkungan
(environmental accounting guidelines) pada bulan Mei tahun 2000.
Panduan ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 2002 dan 2005.
Panduan tersebut membawa dampak positif bagi perusahaan industri.
Kesadaran lingkungan para manajer dan pekerjanya meningkat, upaya
mengurangi biaya berhasil baik dan terdapat hasil positif tentang
penanganan persoalan lingkungan. Kini, akuntansi lingkungan menjadi
suatu bidang yang terus berkembang dalam mengidentifikasi pengukuranpengukuran dan mengomunikasikan biaya-biaya aktual perusahaan atau
dampak potensial lingkungannya.
Kusumaningtias (2013) menyatakan akuntansi lingkungan dari sisi
pengguna dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Laba Akuntasi Nasional
Akuntansi nasional dalam konteks akuntansi pendapatan
nasional mengacu pada akuntansi sumber daya alam,
menyajikan informasi statistik suatu negara tentang kualitas
dan nilai konsumsi sumber daya alam, yang terbarukan maupun
yang tidak terbarukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Akuntansi Keuangan
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi keuangan
mengacu pada penyusunan laporan akuntabilitas lingkungan
untuk penggua eksternal disesuaikan dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
3. Akuntansi Manajemen
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi manajemen
mengacu pada proses bisnis dengan pertimbangan penentuan
biaya, keputusan investasi modal, dan ealuasi kinerja yang
terkait dengan pelestarian lingkungan.
B.
Teori Legitimasi
Teori legitimasi adalah teori yang menegaskan bahwa perusahaan
terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan
norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan sekitar perusahaan.
Perusahaan harus memastikan bahwa aktivitas yang mereka lakukan
diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang legitimat/sah (Deegan, 2004).
Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa guna melegitimasi
aktivitas perusahaan di
mata
masyarakat, perusahaan cenderung
menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi
lingkungan. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka
untuk
menggambarkan kesan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup,
sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
C.
Akuntansi Pertambangan Umum
Akuntansi Pertambangan Umum adalah bidang akuntansi yang
menjadi pembahasan dalam PSAK 33. PSAK 33 memaparkan bahwa
akuntansi industri pertambangan umum memiliki 4 karakteristik yaitu,
ekplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengolahan.
Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha
terpadu jika memiliki 4 karakteristik tersebut sebagai satu kesatuan usaha.
Keempat aktivitas tersebut antara lain:
a.
Eksplorasi
1) Biaya Eksplorasi
2) Cadangan Terbukti
3) Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4) Area of Interest
5) Alasan pembebanan biaya eksplorasi
b.
Pengembangan dan Kontruksi
1) Dasar penentuan biaya pengembangan
2) Biaya pengembangan yang ditangguhkan
3) Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
c.
Produksi
1) Metode penentuan beban pokok persediaan
2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
3) Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup
4) Biaya pengupasan tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5) Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup
d.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan
lingkungan hidup
2) Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan
lingkungan hidup
3) Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup
4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup
Akan tetapi, dalam perkembangannya aktivitas eksplorasi diatur
lebih lanjut pada PSAK 64. Aktivitas pengembangan masuk ke PSAK 19
revisi 2010, sedangkan kontruksi masuk ke PSAK 16. Aktivitas produksi
diatur kembali pada ISAK 29. Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup
diatur dalam PSAK 57. Akuntansi Pertambangan Umum resmi dihapuskan
pada tahun 2013 dan digantikan dengan ISAK 29 tentang Pengupasan
Lapisan Tanah (aktivitas produksi). Bidang akuntansi menegaskan terkait
akuntansi lingkungan dalam PSAK No 1 revisi 2009 paragraf 12 sebagai
berikut:
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan
keuangan, laporan mengenai lingkungn hidup dan laporan
nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan
penting dan bagi industri yang menganggap karyawan
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang
lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
D.
Kewajiban Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya (PSAK 33, alinea 54).
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu kewajiban yang harus
diperhatikan dalam semua aktivitas perusahaan industri. Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 87 ayat (1) menyatakan bahwa setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum
berupa
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan
hidup
yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Pemanfaatan lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pengambilan barang sumberdaya alam (kayu hutan, mineral, minyak bumi,
dan lain sebagainya), khususnya di Indonesia telah ditunjuk lembagalembaga sektoral yang semuanya berkaitan langsung dengan eksploitasi
dan pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah Indonesia telah memiliki
lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden yaitu Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Selanjutnya pengelolaan langsung
kegiatan-kegiatan
diserahkan
yang
kepada
mempunyai
Badan
dampak
Pengendalian
terhadap
Dampak
lingkungan
Lingkungan
(BAPEDAL). BAPEDAL bertugas dalam penyelenggaraan bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
teknis terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan serta memulihkan kualitas lingkungan.
Mardikanto (2014) menyatakan bahwa kewajiban perusahaan
terhadap dampak lingkungan masuk kedalam dimensi lingkungan untuk
perusahaan yang bertanggungjawab sosial. Praktik perusahaan yang dapat
berdampak negatif harus disadari oleh perusahaan pertambangan.
Perusahaan harus menyadari semua aspek lingkungan langsung dan tidak
langsung yang berhubungan dengan kinerja usahanya, penyerahan jasa,
dan manufaktur produk.
ISO 14001 pada butir 4.3.1 tentang aspek lingkungan menyebutkan:
“Organisasi
harus
membuat
dan
memelihara
prosedur
untuk
mengidentifikasi aspek lingkungan dari kegiatan, produk atau jasanya
sehingga organisasi tersebut dapat mengendalikan dan dengan prosedur ini
dapat diharapkan mempunyai suatu pengaruh, agar dapat menentukan halhal yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting pada
lingkungan. Organisasi harus menjamin bahwa aspek yang berkaitan
dengan dampak penting ini dipertimbangkan dalam menyusun tujuan
lingkungannya.” Butir 4.3.1 dimaksudkan untuk menyediakan suatu proses
bagi perusahaan dalam mengidentifikasi aspek lingkungan penting yang
sebaiknya diprioritaskan oleh perusahaan (Hadiwiarjo, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
E.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau disingkat Amdal
adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan. Amdal dirumuskan sebagai “Suatu analisis mengenai dampak
lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan
pendugaan dampak proyek dari bangunannya, prosesnya maupun sistem
dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup
manusia (Gunarwan, 1993).
Manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya akan
melakukan berbagai aktivitas apapun dari yang sederhana sampai yang
sangat canggih, dari bangunan kecil hingga besar. Perubahan tersebut juga
membawa pengaruh pada sumber daya alam dan lingkungan. Pada
awalnya, aktivitas-aktivitas tersebut masih dalam kemampuan alam untuk
memulihkan diri secara alamiah. Akan tetapi, aktivitas yang semakin
berkembang akan menimbulkan semaki banyak perubahan lingkungan dan
menimbulkan kerugian bagi manusia. Keadaan tersebut membuat manusia
harus melakukan Amdal.
F.
Pengembalian Atas Investasi (Return on Investment)
Suatu perusahaan mempunyai tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu
memperoleh laba dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan tersebut adalah melakukan investasi baru. Return
on Investment (ROI) adalah salah satu rasio probabilitas. ROI merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bentuk probabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2004).
Abdullah (2002) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar
Manajemen Keuangan” menyatakan bahwa ROI memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1. ROI berguna untuk alat kontrol dan keperluan perencanaan.
ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
apabila perusahaan akan melakukan pengembangan.
2. ROI digunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Secara prinsip, kegunaan ROI yang paling utama adalah
sebagai tolok ukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi
produk, dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila
perusahaan telah melaksanakan praktik akuntansi secara tepat
dengan mengikuti sistem dan prinsip akuntansi yang berlaku.
G.
Penelitian Terdahulu
Suaryana (2011) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi
Akuntansi Sosial dan Lingkungan Indonesia” mengungkapkan bahwa
penerapan akuntansi lingkungan masih perlu ditingkatkan di Indonesia.
Selain itu, penerapan akuntansi lingkungan tersebut karena adanya banyak
kendala
yang
muncul.
Perusahaan
yang
mengungkapkan
biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pengelolaan lingkungan hidup harus mematuhi standar yang berlaku yakni
standar pelaporan sustainability reporting (SR).
Penelitian lain dalam konteks akuntansi lingkungan dilakukan oleh
Ja'far dan Arifah (2006) dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 di
Padang. Ja'far dan Arifah meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia.
Berdasarkan
jawaban
kuesioner,
mereka
menemukan adanya tindakan proaktif pihak manajemen untuk melakukan
manajemen lingkungan dan rata-rata kinerja lingkungan mereka cukup
tinggi. Sementara itu manajer mempersepsikan bahwa dorongan
manajemen lingkungan yang dilakukan pihak eksternal berada pada level
sedang. Dari 53 perusahaan sampel, 20 perusahaan menerbitkan
environmental disclosure dalam annual report. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut beberapa perusahaan telah mengungkapkan aktivitas
sosial karena dorongan persaingan yang semakin ketat dan adanya
peraturan yang mewajibkan.
Ronald (2003) dalam skripsinya yang berjudul “Akuntansi
Lingkungan dan Penerapannya. Studi Kasus pada PT Sari Husada Tbk.”
menyimpulkan
bahwa
perlakuan
dan
pencatatan
akuntansi
atas
pengorbanan (arus keluar) biaya lingkungan harus sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Pelaporan biaya lingkungan ke dalam laporan
keuangan dapat menunjukan bahwa perusahaan memiliki konsen pada
pelestarian lingkungan hidup. Laporan tersebut akan berfungsi bagi
pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis (bisnis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
untuk jangka panjang yang menyangkut kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba di masa mendatang sekaligus melestarikan fungsi
lingkungan hidup untuk kesinambungan hidup operasional perusahaan.
Aniela (2011) melakukan penelitian skripsi tentang “Peran
Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan dan
Kinerja Keuangan Perusahaan”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
bahwa penerapan akuntansi lingkungan memiliki dampak positif terhadap
kinerja finansial perusahaan, yaitu meningkatnya persepsi positif dari
konsumen yang berakhir pada peningkatan penjualan dan laba perusahaan.
Selain itu, penerapan akuntansi lingkungan juga berdampak pada
peningkatan kinerja lingkungan baik dalam dimensi environmental health
maupun dalam environment vitality. Peningkatan kinerja lingkungan ini
disebabkan oleh adanya kerelaan perusahaan untuk mematuhi kebijakan
dan peraturan pemerintah dan tuntutan konsumen untuk mendapatkan
produk yang berorientasi lingkungan.
Hasanah
(2017)
melakukan
penelitian
tentang
“Pengaruh
Pengungkapan Biaya Lingkungan Sesuai PSAK 33 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Terhadap Kinerja Keuangan”.
Penelitian
tersebut
mengungkapkan
bahwa
pengungkapan
biaya
lingkungan yang terdiri dari biaya pengupasan lapisan tanah, biaya
pengelolaan lingkungan hidup akibat produksi, biaya lingkungan hidup
akibat eksplorasi dan evaluasi, dan biaya penutupan tambang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan Return on Investment. Hasil tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menandakan bahwa secara keseluruhan variabel pengungkapan biaya
lingkungan sesuai standar PSAK 33 dan UU No 78 Tahun 2010 saling
berkaitan dalam membantu perusahaan untuk mendapatkan Return On
Investment yang semakin besar.
Bintang
(2015)
melakukan
penelitian
tentang
“Penerapan
Akuntansi Lingkungan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan
terhadap Lingkungan”. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dalam
pengungkapan biaya lingkungan perusahaan harus sesuai dengan
International Guidance Document Enviromental Management Accounting
yang dikeluarkan oleh IFAC pada tahun 2005. Selain itu, PT Pesona
Khatulistiwa Nusantara yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut
sudah menerapkan akuntansi lingkungan sehingga pengguna luar laporan
keuangan perusahaan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas lingkungan
yang dilakukan oleh PT Pesona Khatulistiwa Nusantara.
Tirta (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan
Akuntansi Manajemen LingkunganTerhadap Inovasi Produk”. Penelitian
tersebut mengungkapkan bahwa Akuntansi Manajemen Lingkungan tidak
berpengaruh terhadap inovasi produk dalam suatu perusahaan. Akan tetapi
pengembangan atas suatu produk tidak lepas pada konsep eco-efficiency
dan sustainability development sehingga dapat meningkatkan penjualan
dan pertumbuhan operasi pada perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
I.
Perumusan Hipotesis
Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor industri
yang memiliki kontak langsung dengan lingkungan akibat aktivitas
produksinya.
Perusahaan
wajib
melakukan
pertanggungjawaban
pengelolaan lingkungan hidup untuk mengurangi dan mengendalikan
dampak negatif kegiatan usaha penambangan.
tersebut
meliputi
usaha
terpadu
dalam
Pertanggungjawaban
pemanfaatan,
penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan
hidup.
Penelitian ini didukung oleh 1 teori utama yaitu teori legitimasi.
Perusahaan wajib memberikan informasi yang relevan terkait upaya dan
prestasi tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui pengungkapan
biaya pengelolaan lingkungan hidup. Pada hakikatnya, perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat sehingga perusahaan wajib menaati dan
bertindak sesuai dengan nilai dan norma serta peraturan yang berlaku
dalam masyarakat ataupun yang telah disepakati dengan pemerintah.
Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan investor untuk
mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan.
Laporan keuangan berisi semua hal yang diungkapkan oleh
perusahaan sesuai dengan yang telah diatur dalam PSAK. Laporan tersebut
dapat berupa finansial ataupun non finansial. Informasi finansial ini antara
lain adalah pelaporan dan pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan
hidup
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
terkait
dalam
aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pertambangan yang meliputi eksplorasi, pengembangan dan kontruksi,
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan
ROI sebagai proxy untuk kinerja keuangan. Penelitian ini mencoba untuk
mengungkapkan bagaimana hubungan antara pengungkapan biaya atas
aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan
lingkungan
hidup
terhadap
ROI
pada
perusahaan
pertambangan. Pengungkapan biaya-biaya yang timbul atas aktivitas
pertambangan perusahaan dalam pelestarian lingkungan hidup yang
dilakukan oleh perusahaan membuktikan bahwa perusahaan telah
melakukan praktik lingkungan yang baik. Pengungkapan biaya lingkungan
akan mengurangi masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup di
masa yang akan datang. Perusahaan yang mengungkapkan biaya atas
aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan lingkungan hidup secara penuh akan berpengaruh positif
terhadap ROI. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan,
maka peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut;
H0
: Tidak terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas
aktivitas
eksplorasi,
pengembangan
dan
kontruksi,
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode 2015
Ha
: Terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas
aktivitas
eksplorasi,
pengembangan
dan
kontruksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi empiris pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti
akan mengidentifikasi laporan keuangan konsolidasian perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B.
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai dengan April 2017
di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
C.
Subjek dan obyek penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obyek pada penelitian ini adalah
laporan keuangan konsolidasian pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio yang
bersifat sekunder. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa
laporan keuangan konsolidasian tahun 2015 perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Laporan keuangan konsolidasian perusahaan yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Adaro Energy
2. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Aneka Tambang
3. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Apexindo
4. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Atlas Resources
5. Laporan Keuangan Konsolidasian PT ATPK Resources
6. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Baramulti Suksessarana
7. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bayan Resources
8. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Benakat Integra
9. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Berau
10. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Borneo
11. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bukit Asam
12. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bumi Resources
13. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Cakra Mineral
14. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Central Omega
Resources
15. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Cita Mineral Investindo
16. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Citatah
17. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Delta Dunia Makmur
18. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Elnusa
19. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Energi Mega Persada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
20. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Exploitasi Energi
Indonesia
21. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Garda Tujuh Buana
22. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Golden Eagle Energy
23. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Golden Energy Mines
24. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Harum Energy
25. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Indika Energy
26. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Indo Tambangraya
Megah
27. Laporan Keuangan Konsolidasian PT J Resources Asia Pasifik
28. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Leyang International
29. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Medco Energy
Internasional
30. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Mitra Investindo
31. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Perdana Karya Perkasa
32. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Perusahaan Gas Negara
33. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Renuka Coalindo
34. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Samindo Resources
35. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Sugih
36. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Sumber Energi Andalan
37. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Surya Esa Perkasa
38. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Timah
39. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Toba Bara Sejahtera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
40. Laporan Keuangan Konsolidasian PT Vale Indonesia
E.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang
menunjang penelitian. Dokumen diperoleh dengan mengunduh laporan
keuangan konsolidasian perusahaan pertambangan di situs resmi Bursa
Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
F.
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan di
Indonesia. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling
jenuh. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa teknik sampling jenuh
digunakan apabila semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian
karena jumlah populasi relatif kecil. Perusahaan yang digunakan sebagai
sampel adalah perusahaan pertambangan yang mempublikasikan laporan
keuangannya di situs resmi Bursa Efek Indonesia.
G.
Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah;
1. Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya didapatkan dengan
mengidentifikasi
biaya-biaya
yang
diungkapkan
terkait
4(empat) aktivitas pertambangan yang dilakukan perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Hasil identifikasi tersebut kemudian ditotal dan dihitung
presentase pengungkapannya.
2. Return on Investment
Return on Investment adalah bentuk probabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasional perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
H.
Ukuran Penelitian
Penelitian ini diukur dengan mengidentifikasi pengungkapan biaya
atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan lingkungan hidup pada laporan keuangan konsolidasian
periode 2015. Biaya-biaya tersebut antara lain:
a.
Eksplorasi
1) Biaya Eksplorasi
2) Cadangan Terbukti
3) Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4) Area of Interest
5) Alasan pembebanan biaya eksplorasi
b.
Pengembangan dan Kontruksi
1) Dasar penentuan biaya pengembangan
2) Biaya pengembangan yang ditangguhkan
3) Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c.
Produksi
1) Metode penentuan beban pokok persediaan
2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
3) Metode perhitungan rasio rata-rata tanap penutup
4) Biaya pengupasan tanah
5) Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup
d.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan
lingkungan hidup
2) Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan
lingkungan hidup
3) Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup
4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup
I.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif
dengan studi empiris. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau
berbagai variabel yang timbul dalam tingkat penerapan PSAK 33 dan
tingkat pengembalian atas investasi pada laporan keuangan konsolidasian
perusahaan pertambangan yang menjadi objek penelitian. Langkahlangkah yang akan dilakukan peneliti dalam menganalis data sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1.
Peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan yaitu data
sekunder. Data sekunder didapat melalui metode dokumentasi.
Dokumentasi berupa data-data dokumen yang diperoleh dengan
mengunduh di website Bursa Efek Indonesia yaitu laporan
keuangan konsolidasian tahun 2015.
2.
Peneliti mengidentifikasi pengungkapan atas penerapan PSAK 33
tentang akuntansi pertambangan umum.
3.
Peneliti melakukan ceklis terhadap kriteria-kriteria apa saja yang
diungkapkan oleh perusahaan.
4.
Peneliti menghitung tingkat presentase pengungkapan tiap-tiap
kriteria sebagai hasil dari ceklis.
5.
Peneliti menghitung indeks presentase atas pengungkapan biaya
atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi,
serta pengelolaan lingkungan hidup dengan rumus:
n = jumlah kriteria yang diungkapkan perusahaan
17 = total biaya yang harus diungkapkan perusahaan
6.
Peneliti menghitung ROI masing-masing perusahaan.
Laba bersih adalah laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang
merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu
termasuk pajak. Total aset adalah jumlah keseluruhan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kekayaan perusahaan yag terdiri dari aktiva tetap, aktiva lancar,
dan aktiva lain-lain, yang memiliki nilai seimbang dengan total
liabilitas dan ekuitas. Pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan tambang banyak yang menggunakan mata uang dolar
Amerika Serikat, maka peneliti melakukan konversi ke rupiah
menggunakan kurs beli per tanggal 31 Desember 2015 yaitu Rp
13.726,00.
7.
Peneliti melakukan uji normalitas atas data yang terkumpul
menggunakan software SPSS 16 dengan metode KolmogorovSmirnov. Apabila data terdistribusi dengan normal maka peneliti
melanjutkan pengujian korelasi menggunakan uji korelasi pearson.
Namun, apabila tidak normal, penguji akan melanjutkan penelitian
dengan uji korelasi spearman.
8.
Peneliti melakukan pengujian korelasi antara indeks presentase
pengungkapan
biaya
atas
aktivitas
(x)
dengan
ROI
(y)
menggunakan uji korelasi pearson. Uji korelasi pearson digunakan
untuk melihat hubungan antara 2(dua) atau lebih variabel dengan
data terdistribusi normal. Rumus koefisien korelasi pearson yaitu:
∑
9.
Ì…
Ì…
Peneliti melakukan pengujian korelasi antara indeks presentase
pengungkapan
biaya
atas
aktivitas
(x)
dengan
ROI
(y)
menggunakan uji korelasi spearman. Uji korelasi spearman
digunakan untuk 2(dua) atau lebih variabel dengan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terdistribusi tidak normal. Rumus koefisien korelasi spearman
yaitu:
∑
10.
Peneliti melakukan kesimpulan atas hasil penelitian menggunakan
statistik deskriptif kuantitatif. Peneliti telah membuat hipotesis
yang telah disampaikan pada perumusuan hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A.
Adaro Energy (ADRO)
Sejarah Adaro Energy dimulai dari guncangan minyak dunia
sekitar tahun 1970. Hal ini menyebabkan Pemerintah Indonesia melakukan
perubahan terhadap kebijakan energi, yang pada saat itu berfokus kepada
minyak dan gas, untuk mengikutsertakan batubara sebagai bahan bakar
untuk penggunaan dalam negeri. Pengubahan fokus terhadap energi
batubara pada tahun 1976 membuat Departemen Pertambangan membagi
Kalimantan Timur dan Selatan menjadi 8 blok batubara dan membuka
tender untuk blok-blok tersebut.
Beberapa waktu kemudian, perusahaan pemerintah Spanyol,
Enadimsa, mengetahui keberadaaan batubara di Kaliantan Timur dan
Selatan. Enadimsa memasang tawaran untuk Blok 8 di wilayah Tanjung,
Kalimantan Selatan dan mulai mendirikan perusahaan batubara dengan
nama, Adaro Energy. Nama “Adaro” dipilih oleh perusahaan Enadimsa
dalam rangka menghormati keluarga Adaro, yang sangat terkenal dalam
sejarah Spanyol. Keluarga Adaro memiliki peran yang sangat besar dalam
kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
B.
Aneka Tambang (ANTM)
Aneka Tambang (ANTM) merupakan perusahaan pertambangan
yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi
ekspor. Wilayah operasi ANTM tersebar di seluruh Indonesia yang kaya
akan bahan mineral. Kegiatan ANTM mencakup eksplorasi, penambangan,
pengolahan serta pemasaran dari komoditas bijih nikel, feronikel, emas,
perak, bauksit dan batubara. ANTM memiliki konsumen jangka panjang
yang loyal di Eropa dan Asia. ANTM memiliki luas lahan konsesi
pertambangan dan jumlah cadangan serta sumber daya yang besar, maka
ANTM membentuk beberapa usaha patungan dengan mitra internasional
untuk dapat memanfaatkan cadangan yang ada menjadi tambang yang
menghasilkan keuntungan.
ANTM menyadari bahwa kegiatan operasi perusahaan memiliki
dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya
pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi
merupakan bagian dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik.
Karakteristik industri pertambangan di Indonesia sebagai industri
pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan
tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar
dan beroperasi sebagai good corporate citizen sangat penting. Hal ini akan
berperan penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
operasi perusahaan. Beranjak dari konsepsi ini maka perhatian yang
mendalam terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara
proaktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci
kesuksesan kegiatan pertambangan.
C.
Atlas Resources (ARII)
PT Atlas Resources Tbk berdiri sejak tahun 2007. Perusahaan
pertambangan ini merupakan salah satu produsen batubara yang cukup
diakui di Indonesia. Perjalanan usahanya selama kurun waktu delapan
tahun, membuat Atlas Resources pertumbuhan bisnis yang pesat menyusul
dilakukannya aksi akuisisi dan eksplorasi serta pengembangan. Atlas
Resource memiliki fokus awal pada wilayah pertambangan batubara
regional berskala kecil.
Performa bisnis yang terus bertumbuh tersebut tidak hanya
membuktikan totalitas Atlas Resources dalam mewujudkan komitmennya
untuk melakukan diversifikasi lokasi lahan produksi batubara yang dapat
menghasilkan
produk
yang
beragam.
Namun,
juga
menunjukan
keberhasilan pelaksanaan berbagai strategi Atlas Resources. Pada awal
beroperasinya,
Atlas
Resources
telah
terlibat
dalam
sejumlah
pengembangan proyek, diantaranya eksplorasi di lokasi tambang Berau
Bara Energi (BBE) di Hub Berau yang memproduksi batubara jenis
thermal coal serta proyek eksplorasi di lokasi tambang Diva Kencana
Borneo (DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batubara dengan
kandungan kalori tinggi dan batubara jenis metallurgical coal. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Atlas Resouces juga mengakuisisi Hanson Energy di Hub Oku. Ekspansi
aset pertambangan perusahaan ini kemudian dilengkapi dengan aksi
akuisisi atas Grup Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek Mutara
(Proyek Muba), serta atas Optima Persada Energi (OPE), yang memiliki 6
lahan konsesi pertambangan dan 2 anak usaha di bidang jasa logistik.
Atlas Resources mampu memperluas skala produksi batubara yang
dimilikinya dengan berbagai langkah-langkah strategis tersebut.
D.
ATPK Resources (ATPK)
Perseroan didirikan pada tahun 1988 di Medan dengan nama PT
Anugrah Tambak Perkasindo. Pada tahun 2002, Perseroan melakukan
Penawaran Umum Saham Perdana dan selanjutnya mencatatkan seluruh
saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh pada Bursa Efek Jakarta
(Company Listing) pada tanggal 17 April 2002.
Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tangga
l7 Juni 2006 menyetujui perubahan nama Perseroan semula dari PT
Anugrah Tambak Perkasindo menjadi PT ATPK Resources, perubahan
domisili Perseroan dari Medan ke Jakarta, dan diversifikasi bidang usaha
Perseroan ke bidang usaha pertambangan umum dan pembangunan
infrastruktur. Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada
tanggal 30 November 2006 menyetujui penambahan kegiatan usaha utama
Perseroan ke bidang pertambangan batubara, pertambangan minyak dan
gas bumi dan bidang industri pembangkit tenaga listrik swasta sebagai
usaha turunannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Perseroan memulai investasi pada bidang batubara dengan
mengakuisisi PT Modal Investasi Mineral (MIM) dimana pada saat
terjadinya investasi oleh Perseroan, MIM telah memiliki 6 (enam) anak
perusahaan yaitu: PT Saptajaya Menjak Sengewari (SMS), PT MegaAlam
Sejahtera (MAS), PT Sarana Mandiri Utama (SMU), PT Damanka
Prima(Damanka), PT Tuhup Coal Mining (TCM) dan PT MIM
Geoservices Technology (MGT).
E.
Baramulti Suksessarana (BSSR)
PT Baramulti Suksessarana didirikan di Indonesia pada tanggal 30
Oktober 1990 berdasarkan Akta No. 68 dari Notaris H.A. Kadir Usman,
S.H. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan
Hak
Asasi
Manusia
dalam
Surat
Keputusan
No.
C2.17.186.HT.01.01.Th.1994 dan telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 7 Tambahan No. 998/1996 tanggal 23 Januari
1996.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, kegiatan utama
Baramulti
Suksessarana
adalah
bidang
pertambangan
batubara,
perdagangan, transportasi darat dan industri. Kantor pusat Baramulti
Suksessarana berada di Gedung Landmark Centre Menara B, Lantai 8,
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta Selatan. Perusahaan memiliki
tambang batubara dan infrastruktur terkait di Kalimantan Timur.
Perusahaan telah memulai operasi komersialnya pada tahun 1990. Namun,
tambang batubara perusahaan baru beroperasi pada bulan Juni 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
F.
Bayan Resources (BYAN)
Sejarah Bayan Group dimulai sejak bulan November 1997, saat
Pemegang Saham Pendiri mengakuisisi konsesi tambang batubara
pertamanya yang berlokasi di Muara Tae, Kalimantan Timur, yang dikenal
dengan nama PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP). Kemudian para
Pemegang Saham Pendiri, mendirikan PT Bayan Resources Tbk. pada
tanggal 7 Oktober 2004 dan sejumlah konsesi batubara telah diakuisisi
sebelumnya, termasuk pengambilalihan saham mayoritas PT Dermaga
Perkasa Pratama (DPP). DPP merupakan perusahaan pengelola pelabuhan
khusus batubara “Balikpapan Coal Terminal” (BCT) yang memiliki
kapasitas hingga 15,0 juta MT per tahun di Kalimantan Timur.
Pada tahun 2006, PT Bayan Resources Tbk diubah dari perusahaan
non-investasi menjadi perusahaan terbatas di bidang investasi dalam
negeri berdasarkan undang-undang Republik Indonesia. Kemudian, pada
tanggal 12 Agustus 2008, PT Bayan Resources Tbk resmi mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Saham
Perdana (IPO) dengan harga perdana sebesar Rp. 5.800/saham. Di tahun
yang sama, PT Bayan Resources Tbk membeli Kalimantan Floating
Transfer 1 (KFT-1), guna melayani pengiriman Batubara PT Wahana
Batubara Mining (WBM). KFT-1 dapat melayani kapal berukuran kecil
dan atau tongkang hingga capesize yang berada di wilayah Kalimantan
Selatan. Pada tahun 2010 PT Bayan Resources Tbk terus melakukan
ekspansi dengan mengakuisisi saham Kangaroo Resources Limited (KRL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dan 13 konsesi pertambangannya, sehingga menjadikan PT Bayan
Resources Tbk menjadi Pemegang Saham mayoritas di perusahaan yang
berdomisili dan terdaftar di Bursa Efek Australia. Pada tahun 2012, PT
Bayan Resources Tbk juga membeli Kalimantan Floating Transfer 2
(KFT-2) guna melayani pengiriman batubara di wilayah Kalimantan
Timur.
G.
Benakat Integra (BIPI)
Perseroan didirikan dengan nama PT Macau Oil Engineering and
Technology pada 4 tanggal 19 April 2007. Pada 30 September 2009 PT
Macau Oil Engineering and Technology resmi merubah namanya menjadi
PT Benakat Petroleum Energy Tbk. Kemudian pada tanggal 11 Februari
2010, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat.
Perseroan pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan kode perdagangan BIPI.
Berangkat dari penyertaan pada unit-unit bisnis yang bergerak
dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, BIPI telah
berkembang menjadi perusahaan energi terintegrasi yang memiliki
fortofolio investasi dan aset pada sektor pertambangan yang mencangkup
jasa infrastruktur batubara. Pada 2 Oktober 2013, PT Benakat Petroleum
Energy Tbk kembali melakukan perubahan nama menjadi PT Benakat
Integra Tbk. Perseroan meyakini bahwa perubahan nama ini adalah sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
untuk mempertegas nilai korporat pada bidang infrastruktur sumber daya
energi terintegrasi dengan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan.
H.
Bukit Asam (PTBA)
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak
zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode
penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu
di tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode
penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan
produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah
air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan
status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI
kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang
Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981 PN TABA kemudian berubah
status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam
rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada
1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara
dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional,
pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan
usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode
“PTBA”.
I.
Cakra Mineral (CKRA)
Cakra Mineral Tbk (sebelumnya Citra Kebun Raya Agri Tbk)
(CKRA) didirikan dengan nama PT Ciptojaya Kontrindoreksa tanggal 19
September 1990 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli
1992. Kantor pusat CKRA di Komplek Perkantoran RedTop E 7,8,9 Jl.
Raya Pecenongan No. 72, Kebon Kelapa, Jakarta Pusat. Induk usaha dan
induk usaha terakhir CKRA adalah Redstone Resources Pte. Limited, yang
berkedudukan di Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
CKRA adalah bergerak dalam bidang pertambangan khususnya di bidang
pertambangan mineral, perdagangan, perindustrian, perhubungan dan
penanaman modal. Kegiatan utama CKRA adalah investasi pada
perusahaan pertambangan, terutama biji besi.
Pada tanggal 5 Mei 1999, CKRA memperoleh pernyataan efektif
dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
CKRA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 63.600.000 dengan nilai
nominal Rp250,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 19 Mei 1999.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
J.
Central Omega Resources (DKFT)
PT Central Omega Resources Tbk didirikan tahun 1995. Sejak
tahun 2008, perusahaan mulai terjun di bidang pertambangan bijih nikel
dan pada tahun 2011, perusahaan mulai mengekspor bijih nikel ke luar
negeri. Perusahaan sudah mampu memproduksi bijih nikel sebanyak 3 juta
ton per tahun dalam waktu yang relatif singkat.
Tambang bijih nikel perusahaan berlokasi di Sulawesi, yang
merupakan salah satu sumber cadangan nikel laterite terbesar di dunia,
tepatnya di Morowali, Sulawesi Tengah dan Konawe Utara, Sulawesi
Tenggara. Perusahaan dalam upaya memenuhi ketentuan Pemerintah
dalam UU Minerba Nomor 4 tahun 2009, Perusahaan berencana untuk
melakukan hilirisasi produk pertambangan bijih nikelnya dengan
membangun fasilitas smelter NPI di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Pembangunan ini dilaksanakan Perusahaan bekerjasama dengan PT
Macrilink Nickel Development dengan membentuk satu perusahaan baru,
PT COR Industri Indonesia.
PT Central Omega Resources Tbk bersama dengan PT Macrolink
Nickel Development sedang melakukan langkah strategis, baik dalam
perbaikan tata kelola tambang yang berkelanjutan maupun peningkatan
nilai tambah sumberdaya mineral bijih nikel sebagai komitmen untuk
menjadi perusahaan nikel yang penting di Indonesia. Salah satu usahanya
dengan pengoperasian smelter NPI di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Tahap pertama akan dioperasikan smelter dengan kapasitas produksi NPI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sebesar 100 ribu t/a, smelter tahap pertama ini dijadwalkan akan
beroperasi pada tahun 2017.
K.
Cita Mineral Investindo (CITA)
Cita Mineral Investindo berdiri pada tahun 1992 dengan nama PT
Cipta Panel Utama dan bergerak pada bidang industri panel dan furniture.
Kemudian pada tahun 1997, Cita Minera Investindo melakukan
pengembangan antara lain; computer workstation dan home entertainment
centre. Seiring perkembangan yang meningkat secara bertahap, pada tahun
2002, Cita Mineral Investindo mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia. Lalu secara berturut-turut pada tahun 2005,2010, dan 2012
melakukan Penyertaan pada 3 perusahaan pertambangan lainnya yaitu
Harita Prima Abadi Mineral, Karya Utama Tambang Jaya, dan Well
Harvest Winning Alumina Refinery.
L.
Citatah (CTTH)
PT
Citatah
adalah
perusahaan
swasta
pertama
yang
mengembangkan sumber daya marmer di Indonesia dan telah melakukan
penambangan serta pengolahan marmer selama lebih dari tiga puluh tahun.
Perusahaan yang didirikan tahun 1974 mulai menambang batu marmer
putih gading (beige marble) dari lokasi penambangannya dekat Bandung
dan berkat produknya Perusahaan kemudian menempati posisi terkemuka
di pasar Indonesia.
Pada
bulan Januari
1996,
Perusahaan
mengakuisisi
90%
kepemilikan saham PT Quarindah Ekamaju Marmer, sebuah perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
marmer yang mempunyai tambang dan pabrik pengolahan modern di
Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah pelaksanaan akuisisi ini, pada bulan
Juli 1996, Citatah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
menghimpun dana sebesar Rp 104,5 miliar melalui emisi saham baru
untuk membiayai pengembangan fasilitas pengolahannya di Pangkep,
yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penambangan Citatah, dan untuk
membangun sebuah Sentra Proyek Khusus baru di Karawang, yang
terletak 70 km di sebelah timur kota Jakarta.
Selama masa reorganisasi antara 1998 dan 2002, Citatah
mendivestasikan kepemilikan saham strategisnya dalam beberapa anak
perusahaannya di Malaysia dan Amerika Serikat, dan melaksanakan
program restrukturisasi yang bertujuan merampingkan semua aspek
operasional
Perusahaan
untuk
meningkatkan
produktivitas
dan
pelayanannya. Sejak 2009, Perusahaan telah mengembangkan penjualan
domestiknya untuk mengikutsertakan serangkaian besar produk penutup
permukaan impor guna memenuhi kebutuhan pasar konstruksi yang
sedang berkembang di Indonesia. Saat ini Perusahaan adalah penghasil
marmer terbesar di Indonesia, dan merupakan agen tunggal serangkaian
produk penutup permukaan ternama internasional termasuk Bisazza,
Caesarstone dan Priante. Perusahaan adalah penghasil marmer terbesar
dan tertua di Indonesia, dan agen tunggal untuk bahan impor penutup
permukaan ternama dari Bisazza, Caesarstone dan Priante.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
M.
Delta Dunia Makmur (DOID)
Delta Dunia Makmur Tbk (dahulu Delta Dunia Property Tbk)
(DOID) didirikan tanggal 26 Nopember 1990 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1992. Kantor pusat DOID beralamat di Cyber 2
Tower, Lantai 28, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 No. 13, Jakarta 12950 –
Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta
Dunia Makmur Tbk, yaitu: Northstar Tambang Persada Ltd. (39,21%) dan
Andy Untono (7,59%). Northstar Tambang Persada Ltd merupakan sebuah
konsorsium pemegang saham yang terdiri dari TPG Capital, Government
of Singapore Investment Corporation Pte. Ltd., China Investment
Corporation dan Northstar Equity Partners.
Pada awal didirikan DOID bergerak di bidang tekstil yang
memproduksi berbagai jenis benang rayon, katun dan poliester untuk
memenuhi pasar ekspor. Kemudian pada tahun 2008, DOID mengubah
usahanya menjadi pengembangan properti komersial dan industrial di
Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir, ruang lingkup
kegiatan
DOID
adalah
jasa,
pertambangan,
perdagangan
dan
pembangunan. Sejak tahun 2009 kegiatan utama DOID adalah jasa
penambangan batubara dan jasa pengoperasian tambang melalui anak
usaha utamanya yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).
Pelanggan utama DOID yang mempunyai transaksi lebih besar dari 10%
dari nilai pendapatan bersih (31/12/2016), yaitu: PT Berau Coal (57%), PT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kideko Jaya Agung (14%), PT Adaro Indonesia (12%) dan PT Sungai
Danau Jaya (11%).
Pada tanggal 29 Mei 2001, DOID memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
DOID (IPO) kepada masyarakat sebanyak 72.020.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp150,- per saham
dan disertai 9.002.500 Waran seri I dan batas akhir pelaksanaan tanggal 14
Juni 2004 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp150,- per saham. Saham
dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 15 Juni 2001.
N.
Elnusa (ELSA)
Elnusa merupakan satu-satunya perusahaan nasional
yang
menguasai kompetensi di bidang jasa minyak dan gas bumi antara lain :
Jasa Seismic, Pengeboran dan Pengelolaan Lapangan Minyak. Elnusa
menyediakan jasa migas dengan strategi aliansi global bagi perusahaan
migas berkelas dunia dan juga sesuai dengan standar keselamatan dan
lindung lingkungan.
Sebagai
bagian dari
afiliasi
Pertamina, pemegang saham
pengendali Elnusa memberikan konstribusi yang sangat besar atas
keberadaan Elnusa saat ini. Elnusa memiliki 40 tahun lebih pengalaman di
industri jasa migas dengan klien baik perusahaan nasional maupun
internasional. Elnusa merupakan market leader di industri jasa migas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dengan keahlian yang mumpuni dan membawa sampai kancah pasar
internasional.
Elnusa mengawali kiprahnya sebagai pendukung operasi PT
Pertamina (Persero) pada tahun 1969. Jasa yang ditawarkan Elnusa antara
lain terutama dalam memberikan pelayanan termasuk pemeliharaan dan
perbaikan, di bidang peralatan komunikasi elektronik, peralatan navigasi
dan sistem radar yang digunakan oleh kapal-kapal milik Pertamina.
Pada Oktober 2007, Elnusa kembali melakukan restrukturisasi
menjadi perusahaan pertama Indonesia yang memberikan layanan hulu
migas terpadu (Integrated Upstream Oil and Gas Services Company).
Selain itu, untuk memperkuat lini bisnis, Elnusa memiliki empat afiliasi
yang dikonsolidasikan juga dalam struktur korporasi. PT Elnusa Tbk
secara resmi terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tanggal 6 Februari
2008. Dengan sikap profesional, transparansi, clean dan dengan etika
bisnis yang terpercaya, Elnusa siap untuk menghadapi tantangan baik
secara regional, nasional maupun internasional. Saat ini, Elnusa
merupakan pemimpin di sektor jasa migas dengan kliennya yang
merupakan perusahaan nasional maupun multi-nasional.
O.
Eksploitasi Energi Indonesia (CNKO)
Eksploitasi Energi Indonesia berdiri pada 13 September 1999
dengan nama PT Central Korporindo Internasional Tbk. Perusahaan ini
memiliki fokus pada pertambangan dan penjualan batu bara. Pada tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
21 November 2001, PT Eksploitasi Energi Indonesia mendaftarkan
sahamnya ke Bursa Efek Indonesia.
PT Eksploitasi Energi Indonesia merupakan pemasok utama PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Indonesia Power (IP). Ruang
lingkup perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan
perdagangan batubara juga menjadikan PT Eksploitasi Energi Indonesia
sebagai pengelola dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU). PT Eksplotasi Energi Indonesia memiliki PLTU yang berlokasi di
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rengat dan Tembilahan serta Riau.
Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tahun 2001. Perusahaan
berdomisili di Jakarta dan kantor pusat perusahaan terletak World Trade
Centre Lantai 16, Jalan Jenderal Sudirman, Kavling 29-31, Jakarta Selatan.
P.
Golden Eagle Energy (SMMT)
Golden Eagle Energy lahir pada 14 Maret 1980 dengan nama PT
The Green Pub. PT Golden Eagle Energy mengalami beberapa kali
perubahan
nama
yaitu
PT
Setiamandiri
Mitratama
(1996),
PT
Eatertainment International (2004), dan terakhir menjadi PT Golden Eagle
Energy di tahun 2012.
Ruang lingkup perusahaan berada di bidang pertambangan
batubara. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan tergabung dalam
kelompok usaha PT Rajawali Corpora. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial sejak berdiri pada tahun 1980 dan telah memiliki 110 karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Q.
Golden Energy Mines (GEMS)
PT Golden Energy Mines didirikan dengan nama PT Bumi
Kencana Eka Sakti pada tanggal 13 Maret 1997. Perusahaan ini bergerak
di bidang pertambangan melalui penyertaan pada entitas anaknya dan
perdagangan batubara. Perusahaan memulai usaha komersialnya pada
tahun 2010. Kantor pusat PT Golden Energy Mines terletak di Sinar Mas
Land Plaza, Menara III, Lantai 6, Jalan MH. Thamrin Kavling51, Jakarta.
R.
Harum Energy (HRUM)
PT Harum Energy didirikan dengan nama PT Asia Antrasit pada
tanggal 12 Oktober 1995. PT Harum Energy merupakan induk perusahaan
yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Pada tanggal 13
November 2007, perusahaan berganti nama menjadi PT Harum Energy.
Kegiatan utama PT Harum Energy pada saat ini adalah beroperasi dan
berinvestasi dalam bidang pertambangan batubara dan logistik melalui
entitas anak.
Sepanjang perjalanan bisnisnya,
PT
Harum
Energy terus
melakukan ekspansi untuk menjadi perusahaan pertambangan terkemuka.
Kekuatan perusahaan ini terletak pada ranta produksi yang terintegrasi
secara vertikal, mulai dari kegiatan penambangan hingga pengapalan di
laut lepas, serta jalan angkut, pelabuhan, dan fasilitas pengolahan lainnya.
Kegiatan operasional perusahaan digerakkan melalui empat anak
perusahaannya yaitu PT Mahakam Sumber Jaya (2004), PT Santan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Batubara (2009), serta PT Tambang Batubara Harum dan PT Karya Usaha
Pertiwi yang mulai beroperasi tahun 2017.
S.
Indika Energy (INDY)
PT Indika Energy berdiri pada 19 Oktober 2000 dan memulai
bisnis komersialnya pada tahun 2004. Pada tahun 2008, Indika Energy
tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai upaya pengembangan dan
perluasan bisnis. Indika Energy memiliki tiga pilar utama bisnis
perusahaan yaitu aspek sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur
energi.
Indika Energy telah lebih dari 10 tahun melakukan kegiatan
eksplorasi,
produksi,
dan
pengoalahan
batubara.
Indika
Energy
menyediakan layanan lengkap, mencakup rekayasa teknik, pengadaan dan
kontruksi, operasional dan pemeliharaan, manajemen proyek, dan logistik
untuk sektor pertambangan batubara serta industri minyak dan gas. Indika
Energy membangun nilai di sepanjang rantai nilai energi, mulai dari
pertambangan batubara, layanan logistik darat dan laut, hingga pembangkit
listrik untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
T.
Indo Tambangraya Megah (ITMG)
Indo Tambangraya Megah didirikan pada tanggal 2 September
1987 dan memulai usaha komersialnya pada tahun 1988. Pada tahun 2007,
perusahaan mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia dan mulai
menjual sahamnya. Ruang lingkup PT Indo Tambangraya Megah adalah
pertambangan dan perdagangan batubara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
PT Indo Tambangraya Megah merupakan induk perusahaan yang
memiliki entitas anak yang bekerja di bidang perdagangan dan penunjang
kegiatan pertambangan. Pada 16 April 2013, perusahaan mendirikan
entitas anak usaha baru yang bernama PT ITM Indonesia yang bergerak di
bidang perdagangan batubara. Kemudian pada tahun yang sama di bulan
September, perusahaan kembali mendirikan entitas anak usaha baru
dengan nama PT Tambang Raya Usaha Tama. Bidang usaha utama entitas
ini adalah jasa penujang kegiatan pertambangan. Selain itu masih ada
beberapa entitas anak lagi yang bekerja di bidangnya masing-masing.
U.
J Resources Asia Pasifik (PSAB)
J Resources Asia Pasifik berdiri pada 14 Januari 2002 dengan
nama PT Pelita Sejahtera Abadi. Ruang lingkup perusahaan bergerak di
bidang pertambangan, industri, pembangunan, perdagangan, transportasi,
pertanian dan perbengkelan pada mineral emas. Perusahaan memulai
usaha komersialnya pada tanggal 1 Mei 2002. Saat ini, PT J Resources
Asia Pasifik berdomisili di Equity Tower, Lantai 48, Kawasan Niaga
Terpadu Sudirman, Jakarta.
V.
Leyand International (LAPD)
Leyand International Tbk (LAPD) didirikan tanggal 07 Juni 1990
dengan nama PT Lemahabang Perkasa dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat LAPD berdomisili di Panin
Tower, lantai 11, Senayan City Jln. Asia Afrika Lot 19, Jakarta. LAPD
beberapa
kali
melakukan perubahan nama, diantaranya: 1)
PT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lemahabang Perkasa, saat berdiri pertama kali; 2) Lapindo Packaging Tbk,
per 2001; 3) Lapindo International Tbk, per 2002; dan 4) Leyand
International Tbk, per 2007.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
LAPD meliputi; 1) Perindustrian meliputi: industri pembangkit tenaga
listrik; industri mesin listrik; industri gas dan LPG (Liquid Petroleum Gas);
2) Perdagangan meliputi: penyalur bahan bakar minyak tanah, solar dan
gas; perdagangan bahan bakar minyak; 3) Jasa meliputi: konsultasi bidang
industri;Konsultasi bidang energy; konsultasi bidang lapangan minyak dan
gas bumi; dan4) Pembangunan meliputi: pengelolaan sumber daya alam
untuk ketenagalistrikan; pemborong bidang pertambangan minyak dan gas
bumi.
Kegiatan utama LAPD adalah menjalankan industri pembangkit
tenaga listrik, dengan lokasi pembangkit listrik berada di kota Medan
(107,3 MW Perusahaan Listrik Tenaga Diesel / PLTD), Palembang (2 x 57
MW Perusahaan Listrik Tenaga Gas / PLTG) dan Pontianak (35,8 MW
PLTD).
Pada tanggal 27 Juni 2001, LAPD memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
LAPD (IPO) kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham
dan disertai sebanyak 31.000.000 Waran Seri I. Saham dan Waran Seri I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli
2001.
W.
Medco Energy Internasional (MEDC)
Medco Energy Internasional didirikan pada 9 Juni 1980 dan mulai
berperasi pada 13 Desember 1980. Medco Energy Internasional
merupakan entitas anak dari Encore Energy yang berdomisili di Singapura.
Ruang lingkup aktivitas perusahaan terdiri dari, eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi, usaha pengeboran darat dan lepas pantai serta
melakukan investasi pada entitas anak.
X.
Mitra Investindo (MITI)
PT Mitra Investindo didirikan pada 16 September 1993 dengan
nama PT Minsuco International Finance. PT Mitra Investindo beberapa
kali melakukan perubahan nama antara lain, Maharani Intifinance (1997),
Mandiri Inti Finance (1998), Siwani Trimitra (2000), dan Mitra Investindo
(2006). Ruang lingkup Mitra Investindo berada pada bidang pertanbangan,
perindustrian, pertanian, pembangunan, perdagangan dan jasa atas batu
granit, minyak dan gas bumi.
Y.
Perdana Karya Perkasa (PKPK)
Perdana Karya Perkasa didirikan pada 7 Desember 2983 dengan
nama PT Perdana Karya Kaltim dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1983. Kantor Pusat PKPK berlokasi di Graha Perdana, Jalan
Sentosa 56, Samarinda, Kalimantan Timur, dan memilikikantor perwakilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
di Jalan KH Hasyim Ashari, Komplek Roxy Mas Blok C4 No. 5, Jakarta
Pusat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
PKPK adalah berusaha dalam bidang pembangunan, perdagangan, industri,
pertambangan, pertanian, pengangkutan darat, perbengkelan, dan jasa-jasa
melalui divisi-divisi usaha pertambangan batubara, kontruksi, dan
persewaan alat berat. Kegiatan usaha yang dijalankan PKPK adalah
persewaan peralatan berat dan jasa yang terkait dengan kontruksi
bangunan dan pertambangan batubara.
Pada tanggal 27 Juni 2007, PKPK memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
PKPK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 125.000.000 dengan nominal
Rp 200,- per saham dengan harga penawaran Rp 400,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal
11 Juli 2007.
Z.
Perusahaan Gas Negara (PGAS)
Perusahaan Gas Negara berdiri pada tahun 1859 dengan nama
Firma L. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage. Pada tahun 1950,
perusahaan diambil alih oleh Belanda dan diberi nama NV. Netherland
Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Pada tahun 1958, Pemerintah
Republik Indonesia mengambil alih dan memberi nama Badan Pengambil
Alih Perusahaan-Perusahaan Listik dan Gas (BP3LG). Kemudian, pada
tahun 1994 kembali berganti menjadi PT Perusahaan Gas Negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Perusahaan Gas Negara merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang transportasi dan distribusi gas bumi. Perusahaan Gas Negara
merupakan pengubung antara pasokan gas bumi Indonesia dengan
konsumen di seluruh nusantara. Perusahaan Gas Negara memperkuat
pondasi yang ada dan bertransformasi dari perusahaan transmisi dan
distribusi gas bumi menjadi penyedia solusi energi terintegrasi, yang
mendorong pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan masyarakat dan
industri yang semakin meningkat.
AA.
Renuka Coalindo (SQMI)
Renuka Coalindo Tbk (dahulu Allbond Makmur Usaha Tbk)
(SQMI) didirikan tanggal 21 Maret 2000 dengan nama PT Sanex
Qianjiang Motor International dan memulai kegiatan komersial pada tahun
2001 sebagai perusahaan perakitan sepeda motor Tiongkok – SANEX.
Kantor Pusat SQMI beralamat di Gedung Wisma Nugra Santana Lantai 8,
Suite 810 Jl. Jend. Sudirman Kav. 7 – 8 Jakarta Pusat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
SQMI terutama bergerak dalam bidang perdagangan dan pertambangan.
Saat ini, SQMI bergerak dalam bidang perdagangan batubara (memulai
kegiatan komersial tahun 2010), sedangkan kegiatan pertambangan
dilakukan melalui anak usaha (PT Jambi Prima Coal).
Pada tanggal 30 Juni 2004, SQMI memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
SQMI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp250,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 15 Juli 2004.
BB.
Samindo Resources (MYOH)
Samindo Resources Tbk (dahulu Myoh Technology Tbk) (MYOH)
didirikan dengan nama PT Myoh Indonesia tanggal 15 Maret 2000 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Mei 2000. Kantor pusat
MYOH berdomisili di Menara Mulia lantai 16, Jl. Jend. Gatot Subroto
Kav 9-11 Jakarta, sedangkan Anak Usaha berlokasi di Ds. Batu Kajang,
Kec. Batu Sopang, Kab. Paser, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Induk usaha dan induk usaha terakhir Samindo Resources Tbk
adalah Samtan Co. Ltd. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan MYOH adalah bergerak dalam bidang investasi,
pertambangan batubara serta jasa pertambangan (sejak tahun 2012). Saat
ini, kegiatan usaha utama Samindo adalah sebagai perusahaan investasi.
Kemudian melalui anak usaha Samindo menjalankan usaha, yang meliputi:
jasa pemindahan lahan penutup, jasa produksi batubara, jasa pengangkutan
batubara dan jasa pengeboran batubara.
Pada tanggal 30 Juni 2000, MYOH memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
MYOH (IPO) kepada masyarakat sebanyak 150.000.000 dengan nilai
nominal Rp25,- per saham dengan harga penawaran Rp150,- per saham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya (BES)
(sekarang Bursa Efek Indonesia / BEI) pada tanggal 30 Juli 2000
CC.
Surya Esa Perkasa (ESSA)
PT Surya Esa Perkasa Tbk. (SEP) memiliki dan mengoperasikan
kilang bahan bakar gas cair domestik (LPG) yang merupakan kilang
terbesar kedua milik swasta di Indonesia. Bisnis utamanya adalah
melakukan pemurnian dan pengolahan gas alam untuk menghasilkan LPG
(campuran Propana dan Butana) dan Kondensat, dengan kapasitas 190
TPD (Ton Per Hari) untuk LPG dan 500 BPD (Barel Per Hari) untuk
Kondensat. Kilang SEP terletak di Palembang.
SEP telah ikut serta memainkan peran aktif dan utama dalam
swasembada nasional terhadap nilai tambah produk hilir gas. Peranan
utama tersebut ditujukan untuk mendayagunakan keahlian para promotor,
karyawan dan jaringan pendukungnya. Keragaman sumber daya alam di
Negara Indonesia di mana SEP beroperasi memberikan kesempatan
berlimpah
untuk
mempelopori
dan
melaksanakan
proyek-proyek
greenfield bernilai tinggi dan investasi yang akan memberikan dampak
positif pada perekonomian, infrastruktur dan masyarakat bangsa. Sebagai
bagian dari langkah keseriusan kami menjalankan bisnis ini, SEP juga
telah mengambil saham mayoritas dalam proyek Amoniak PT Panca
Amara Utama, yang saat ini sedang dikembangkan. SEP menangani setiap
proyeknya dengan kinerja, keandalan, integritas, inovasi, dan kerja sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tim sebagai kekuatan pendorong untuk menciptakan keuntungan jangka
panjang.
DD.
Timah (TINS)
PT Timah sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02
Agustus 1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sejak tahun 1995. PT Timah merupakan produsen dan eksportir
logam timah, dan memiliki segmen usaha penambangan timah terintegrasi
mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga
pemasaran.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga bidang
pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa.
Kegiatan utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang
melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa
pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Perusahaan memiliki
beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan
galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi
dan penelitian pertambangan serta penambangan non timah. Perusahaan
berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan memiliki
wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon, Banten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
EE.
Toba Bara Sejahtera (TOBA)
PT Toba Bara Sejahtera adalah salah satu produsen utama batubara
termal yang kompetitif di Indonesia. PT Toba Bara Sejahtera didirikan
pada tahun 2010 sebagai anak perusahaan PT Toba Sejahtra Group, Toba
Bara telah berkembang menjadi produsen batubara utama yang beroperasi
pada tiga konsesi area tambang batubara di Kalimantan Timur. Area-area
tambang yang berdekatan ini, yang dikelola oleh tiga anak perusahaan,
berada pada lokasi tambang yang menguntungkan, serta dekat jaraknya
dengan pelabuhan setempat. Sejak memulai produksi pada tahun 2007, PT
Toba Bara Sejahtera mengalami kenaikan yang cepat menjadi sebuah
perusahaan terkemuka di bidang batubara. Hal tersebut didukung oleh
kinerja yang kuat dan pertumbuhan yang solid. Luas area tambang Toba
Bara secara keseluruhan sekitar 7087 hektar dengan total estimasi sumber
daya sebesar 236 juta ton.
Pembangunan pertama PT Toba Bara Sejahtera dimulai dengan PT
Indomining pada tahun 2007, diikuti dengan PT Adimitra Baratama
Nusantara pada tahun 2008. Kemudian, pembangunan PT Trisensa
Mineral Utama dimulai pada tahun 2011. Secara paralel, PT Toba Bara
Sejahtera terus mengintegrasikan rantai pasokan batubara untuk lebih baik
dalam efisiensi biaya, serta berusaha untuk memperbesar cadangan
batubara dan sumber daya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
FF.
Vale Indonesia (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan dari Vale,
sebuah perusahaan pertambangan global yang berkantor pusat di Brasil.
sebelumnya bernama PT International Nickel Indonesia Tbk. (PT Inco),
perusahaan mengoperasikan tambang nikel open pit dan pabrik
pengolahan di Sorowako, Sulawesi, sejak tahun 1968. Saat ini, INCO
menjadi produsen nikel terbesar di Indonesia dan menyumbang 5%
pasokan nikel dunia.
Nikel
banyak
dikombinasikan
dengan
logam
lain
untuk
membentuk campuran yang dikenal karena fleksibilitas dan ketahanannya
terhadap oksidasi dan korosi. Logam ini mampu mempertahankan
karakteristiknya bahkan dalam suhu ekstrem. Nikel digunakan dalam
berbagai produk, seperti televisi, baterai isi ulang, koin, peralatan makan
bahkan gerbong kereta.
Lini produksi INCO beroperasi dengan energi terbarukan yang
dihasilkan oleh tiga pembangkit listrik tenaga air, yang secara keseluruhan
menghasilkan 365 mega watt tenaga listrik. Saat ini, tingkat produksi
tahunan INCO mencapai rata-rata 75.000 metrik ton nickel matte. Dengan
investasi lanjutan sebesar AS$2 miliar, INCO menargetkan peningkatan
produksi tahunan menjadi 120 ribu metrik ton nikel matte dalam lima
tahun ke depan. PT Vale berkomitmen untuk memberi nilai tambah dan
mengembangkan warisan yang positif bagi generasi selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi melalui pengamatan
pada laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015. Hasil dari pengamatan tersebut,
ditemukan 40 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Namun,
hanya 32 perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan periode
2015 di situs resmi BEI (www.idx.co.id). Laporan keuangan tersebut
kemudian akan dilakukan uji ceklis terhadap penerapan PSAK 33.
PSAK 33 menjelaskan bahwa ada 4 (empat) kegiatan usaha pokok
yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan, yakni; 1) Eksplorasi; 2)
Pengembangan dan Kontruksi; 3) Produksi; dan 4) Pengolahan. Apabila
perusahaan dapat melakukan keempat kegiatan usaha pokok tersebut
secara satu kesatuan ataupun terpisah, maka perusahaan dinilai sebagai
suatu usaha yang terpadu. Keempat kegiatan tersebut memiliki dampak
yang sangat signifikan terdapat lingkungan hidup di sekitar perusahaan.
Akan tetapi, dalam perkembangannya aktivitas eksplorasi diatur
lebih lanjut pada PSAK 64. Aktivitas pengembangan masuk ke PSAK 19
revisi 2010, sedangkan kontruksi masuk ke PSAK 16. Aktivitas produksi
diatur kembali pada ISAK 29. Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup
diatur dalam PSAK 57. Akuntansi Pertambangan Umum resmi dihapuskan
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pada tahun 2013 dan digantikan dengan ISAK 29 tentang Pengupasan
Lapisan Tanah (aktivitas produksi). 4 (empat) aktivitas yang dilakukan
oleh perusahaan pertambangan memiliki biaya-biaya yang harus
diungkapkan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan.
Hal-hal berikut ini wajib diungkapkan dalam catatan laporan keuangan
berdasarkan kegiatan usaha pokok perusahaan:
1.
Eksplorasi
a. Kegiatan akuntansi sehubungan dengan dasar penentuan:
1) Biaya
Eksplorasi
yang Ditangguhkan
atas
kegiatan
eksplorasi yang masih berjalan dengan penjelasan mengenai
jangka waktu kontrak untuk Area of Interest yang
bersangkutan.
2) Biaya
Eksplorasi
yang Ditangguhkan
atas
kegiatan
eksplorasi yang sudah menemukan adanya Cadangan
Terbukti dengan penjelasan bahwa amortisasinya baru akan
dilaksanakan pada saat dimulainya produksi.
b. Dalam penyajian Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus
dibedakan antara Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas
kegiatan eksplorasi yang masih berjalan dengan Biaya
Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang
telah menemukan Cadangan Terbukti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
c. Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest, maka harus
diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan
untuk tiap-tiap Area of Interest.
d. Jumlah pembebanan biaya eksplorasi pada periode berjalan
serta alasan pembebanannya.
Berdasarkan hal-hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan,
maka perusahaan pertambangan wajib melaporkan:
a. Biaya Eksplorasi
b. Cadangan Terbukti
c. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
d. Area of Interest
e. Alasan pembebanan
2.
Pengembangan dan Kontruksi
a. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
1) Dasar penentuan ditangguhkannya biaya pengembangan
dan kapitalisasi biaya pekerjaan konstruksi dan prasarana.
2) Metode amortisasi dan penyusutan yang dipergunakan
dengan penjelasan jangka waktu perijinan penambangan
dan taksiran umur ekonomis tambang.
b. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan atas kegiatan
pengembangan yang masih berjalan.
c. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan di
mana terjadi penundaan masa produksi, meliputi penjelasan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1) Alasan terjadinya penundaan
2) Amortisasi belum diperhitungkan karena belum dinilainya
produksi
3) Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya
evaluasi bila ada, terhadap biaya yang ditangguhkan
tersebut, serta metode dan asumsi utama yang dipergunakan
dalam menghitung penurunan nilai tersebut.
d. Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest maka harus
diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi dan Pengembangan
yang Ditangguhkan untuk tiap-tiap Area of Interest.
Berdasarkan hal-hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan,
maka perusahaan pertambangan wajib melaporkan:
a. Dasar Penentuan Biaya Pengembangan
b. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
c. Amortisasi Aset Eksplorasi dan Evaluasi
3.
Produksi
a. Kebijakan akuntansi yang sehubungan dengan:
1) Metode penentuan Beban Pokok Persediaan dan dasar
penilaiannya
2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
3) Metode perhitungan Rasio Rata-Rata Tanah Penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Jumlah Biaya Pengupasan Tanah yang Ditangguhkan dengan
penjelasan mengenai perbedaan antara Rasio Aktual Tanah
Penutup terhadap rasio rata-ratanya
c. Perubahan atas Rasio Rata-Rata Tanah Penutup (bila ada)
Berdasarkan hal-hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan,
maka perusahaan pertambangan wajib melaporkan:
a. Metode Penentuan Beban Pokok Persediaan
b. Metode Pembebanan Biaya Pengupasan Tanah
c. Metode Perhitungan Rasio Rata-rata Tanah Petutup
d. Biaya Pengupasan Tanah
e. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Petutup
4.
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH)
a. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2) Metode amortisasi atas biaya PLH yang ditangguhkan
3) Metode penyusutan prasarana PLH
b. Mutasi taksiran kewajiban PLH selama tahun berjalan dengan
menunjukan:
1) Saldo awal
2) Penyisihan yang dibentuk
3) Pengeluaran sesungguhnya
4) Saldo akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
c. Kegiatan PLH yang telah dilaksanakan dan yang sedang
berjalan
d. Kewajiban bersyarat sehubungan dengan PLH dan kewajiban
bersyarat lainnya sebagaimana diatur dalam standar akuntansi
keuangan
Berdasarkan hal-hal yang wajib diungkapkan oleh perusahaan,
maka perusahaan pertambangan wajib melaporkan:
a. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
b. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
c. Taksiran kewajiban PLH
d. Biaya PLH
Berdasarkan penjelasan diatas, maka terdapat 17 kriteria yang
wajib diungkapkan oleh perusahaan pertambangan. Peneliti kemudian
melakukan identifikasi pada laporan keuangan 32 perusahaan dengan
acuan ke-17 kriteria tersebut. Setelah melakukan proses identifikasi,
peneliti menghitung indeks presentase pengungkapan biaya (X) dan ROI
(Y) setiap perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berikut hasil perhitungan kedua variabel tersebut;
Perusahaan
X
Y
ADRO
64,71%
2,55%
ANTM
64,71% -4,77%
ARII
76,47% -7,40%
ATPK
47,06% -9,11%
BSSR
58,82% 15,36%
BYAN
64,71% -8,76%
BIPI
58,82% -2,80%
PTBA
47,06% 12,24%
CKRA
47,06% -5,56%
DKFT
47,06% -2,40%
CITA
58,82% -12,32%
CTTH
29,41%
0,33%
DOID
17,65% -1,02%
ELSA
11,76%
8,72%
CNKO
64,71% -9,63%
SMMT
64,71% -8,65%
GEMS
52,94%
0,65%
HRUM
76,47%
5,07%
INDY
58,82%
3,65%
ITMG
64,71%
5,39%
PSAB
76,47%
3,79%
LAPD
23,53% -9,56%
MEDC
76,47% -6,23%
MITI
64,71% -16,91%
PKPK
41,18% -36,17%
PGAS
58,82%
6,21%
SQMI
76,47% -16,72%
MYOH
35,29% 15,72%
ESSA
29,41%
1,75%
TINS
41,18%
1,15%
TOBA
88,24%
9,22%
INCO
58,82%
2,22%
Tabel 4.1: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya dan ROI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
B.
Analisis Data
1.
Eksplorasi
Hal-hal
yang
wajib
diungkapkan
oleh
perusahaan
pertambangan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah;
a. Biaya Eksplorasi
Peneliti menguji 32 perusahaan, namun hanya 47%
yang mengungkapkan biaya eksplorasi. Hal tersebut
dikarenakan
perusahaan telah
selesai
melakukan
aktivitas eksplorasi dan membebankan pengeluaran atas
aktivitasnya ke dalam biaya eksplorasi.
b. Cadangan Terbukti
Pengungkapan atas cadangan terbukti sebesar 41%.
c. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Perusahaan yang melakukan pengungkapan atas aset
eksplorasi dan evaluasi sebesar 69%. Perusahaan
mengungkapan aset eksplorasi dan evaluasi apabila
perusahaan
masih
akan
menggunakan
aktivitas
eksplorasinya di periode selanjutnya.
d. Area of Interest
Area of interest adalah area yang berada di tempat lain
yang
menjadi
lokasi
perusahaan
dalam
mengembangkan aktivitas eksplorasinya. Area of
interest merupakan area yang dikoordinasi oleh anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
perusahaan dan wajib memasok hasil aktivitasnya ke
induk
perusahaan
untuk
kelangsungan
produksi
perusahaan. Peneliti menemukan sebesar 91% yang
mengungkapkan terkait area of interest.
e. Alasan pembebanan
Biaya eksplorasi yang telah dikapitalisasi menjadi aset
eksplorasi dan evaluasi harus dijelaskan alasan
pembebanan menjadi aset tersebut. Peneliti menemukan
perusahaan yang menjelaskan alasan pembebananan
sebesar 47%.
2.
Pengembangan dan Kontruksi
Hal-hal
yang
wajib
diungkapkan
oleh
perusahaan
pertambangan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah;
a. Dasar Penentuan Biaya Pengembangan
Tingkat presentase pengungkapannya sebesar 78%. Dasar
penentuan biaya pengembangan tertulis di catatan atas laporan
keuangan pada laporan keuangan konsolidasian perusahaan.
b. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
Peneliti menemukan perusahaan yang mengungkapkan biaya
pengembangan yang ditangguhkan sebesar 84%.
c. Amortisasi Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Peneliti
menemukan
perusahaan
yang
mengungkapkan
amortisasi atas aset eksplorasi dan evaluasi sebesar 78%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Aktivitas eksplorasi dan evaluasi yang masih akan digunakan
untuk periode selanjutnya memiliki penurunan nilai, maka
perusahaan wajib melaporkan amortisasi.
3.
Produksi
Hal-hal
yang
wajib
diungkapkan
oleh
perusahaan
pertambangan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah;
a.
Metode Penentuan Beban Pokok Persediaan
Peneliti menemukan perusahaan yang menjelaskan metode
penentuan beban pokok persediaan sebesar 53%. Metode ini
menjadi hal yang penting diungkapkan karena berkaitan erat
dengan penjualan yang akan dilakukan oleh perusahaan terkait
hasil pertambangan.
b.
Metode Pembebanan Biaya Pengupasan Tanah
Peneliti menemukan perusahaan yang menjelaskan metode
pembebanan biaya pengupasan tanah sebesar 59%.
c.
Metode Perhitungan Rasio Rata-rata Tanah Penutup
Peneliti tidak menemukan satu pun perusahaan yang
menjelaskan mengenai metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup.
d.
Biaya Pengupasan Tanah
Peneliti
menemukan
sebesar
56%
perusahaan
yang
mengungkapkan biaya pengupasan tanah. Biaya ini muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
saat awal mula perusahaan membuka lahan untuk melakukan
aktivitas eksplorasi.
e.
Perubahan Atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
Pengungkapan atas perubahan atas rasio rata-rata tertutup tidak
ditemukan dalam 32 perusahaan yang digunakan oleh peneliti.
4.
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH)
Hal-hal
yang
wajib
diungkapkan
oleh
perusahaan
pertambangan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah;
a. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
Peneliti
menemukan
perusahaan
yang
menjelaskan
pembebanan atas biaya PLH sebesar 81%. Perusahaan sadar
bahwa aktivitas eksplorasi perusahaan berkaitan erat dengan
lingkungan hidup, maka perusahaan memiliki tanggung jawab
sosial di bidang lingkungan hidup.
b. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
Pada periode yang berjalan, sarana dan prasarana yang
digunakan perusahaan akan mengalami penyusutan. Peneliti
perusahaan yang mengungkapkan amortisasi dan penyusutan
sarana dan prasarana PLH sebesar 50%.
c. Taksiran kewajiban PLH
Peneliti menemukan perusahaan yang menyampaikan taksiran
kewajiban PLH dalam bentuk provisi untuk reklamasi dan
kewajiban pengelolaan lingkungan hidup sebesar 72%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
d. Biaya PLH
Provisi untuk reklamasi dan kewajiban PLH yang telah terjadi
di periode sebelumnya diungkapkan menjadi biaya PLH.
Peneliti menemukan sebesar 22% perusahaan yang telah
mengungkapkan biaya PLH.
Berdasarkan tabel 4.1, peneliti melakukan uji normalitas dengan
metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan software SPSS 16. Berikut
hasil uji normalitas yang dilakukan peneliti;
Tabel 4.2 : Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Hipotesis pada uji normalitas ini, yaitu:
H0
: Populasi berdistribusi normal
Ha
: Populasi berdistribusi tidak normal
Dasar pengambilan keputusan adalah; 1) Jika nilai probabilitas >
0,05 maka H0 diterima; 2) Jika nilai probabilitas <= 0,05 maka H0 ditolak.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan metode KolmogorovSmirnov ditemukan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
1. Nilai probabilitas X sebesar 0,231 yang artinya > 0,05 maka
populasi berdistribusi normal
2. Nilai probabilitas Y sebesar 0,845 yang artinya > 0,05 maka
populasi berdistribusi normal
Langkah selanjutnya, peneliti melakukan uji korelasi Pearson
menggunakan software SPSS 16. Berikut hasil uji korelasi pearson yang
dilakukan peneliti:
Tabel 4.3 : Uji Korelasi Pearson
Dasar pengambilan keputusan atas hasil penelitian uji korelasi pearson
yakni;
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Tabel 4.4 : Intepretasi Koefisien Korelasi (Wuri, Josphine, 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Peneliti memiliki hipotesis, yakni:
H0
: Tidak terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas
aktivitas
eksplorasi,
pengembangan
dan
kontruksi,
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode 2015
Ha
: Terdapat hubungan antara pengungkapan biaya atas
aktivitas
eksplorasi,
pengembangan
dan
kontruksi,
produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode 2015
Uji korelasi pearson memperlihatkan bahwa kedua variabel memiliki
angka koefisien korelasi sebesar -0,068 yang artinya angka koefisien
korelasi berada di antara 0,00 – 0,199, maka kedua variabel memiliki
hubungan yang sangat rendah. Berdasarkan hasil uji korelasi pearson,
maka H0 ditolak. Tanda negatif menunjukan bahwa korelasi yang terjadi
antara pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup dengan ROI
adalah hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin besar tingkat
pengungkapan biaya, maka semakin rendah tingkat ROI pada perusahaan
pertambangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
C.
Pembahasan
Perusahaan pertambangan yang telah mendaftarkan dirinya ke
Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib mempublikasikan laporan keuangan
pada setiap periodenya. Akan tetapi, dari 40 perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI hanya 32 perusahaan yang menyampaikan laporan
keuangannya. 32 perusahaan tersebut digunakan peneliti sebagai objek
penelitian ini.
Perusahaan pertambangan dalam melakukan aktivitasnya wajib
memperhatikan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan hidup
atas dampak aktivitas produksi perusahaan. Kementerian Lingkungan
Hidup juga telah mengadakan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) untuk memacu
perusahaan dalam meningkatkan tanggung jawab tersebut. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
usahanya supaya kelangsung hidup alam lingkungan sekitar tidak
tereksploitasi oleh efek buruh dari operasi perusahaan.
Bidang Akuntansi juga menegaskan tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup dalam PSAK 33 tentang Akuntansi Pertambangan
Umum. Walaupun PSAK 33 telah dihapuskan, peraturan tentang
pengungkapan biaya atas aktivitas pertambangan telah dicantumkan
kembali di peraturan lainnya. Adanya pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap lingkungan hidup di laporan keuangan
diharapkan dapat memantik reaksi positif dari investor. Pengungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tersebut selain menaati peraturan juga dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata masyarakat.
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh peneliti, tidak ada
perusahaan yang mengungkapkan secara penuh biaya-biaya terkait
aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan
lingkungan
hidup.
Perusahaan
yang
paling
banyak
mengungkapkan adalah PT Toba Bara Sejahtera (TOBA) sebesar 88,24%.
Sedangkan perusahaan yang paling kecil adalah PT Elnusa (ELSA) yakni
11,76%.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang sangat
rendah
antara
pengungkapan
biaya
atas
aktivitas
eksplorasi,
pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan
hidup dengan ROI perusahaan. Berdasarkan identifikasi laporan keuangan
konsolidasian juga terlihat semua perusahaan tidak mengungkapkan secara
penuh biaya-biaya yang wajib diungkapkan terkait aktivitas pertambangan.
Hasil kedua uji tersebut menyatakan bahwa pengungkapan biaya atas
aktivitas eksplorasi, pengembangan dan kontruksi, produksi, serta
pengelolaan lingkungan hidup tidak memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkan informasi
tersebut. Laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terpublikasi di
BEI sebagian besar mengalami rugi pada periode 2015. Kerugian yang
dialami oleh perusahaan menjadi faktor utama hasil penelitian berupa
hubungan yang semakin melemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa perusahaan
seringkali melakukan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan
informasi lingkungan bertujuan agar aktivitas perusahaan dapat diterima
masyarakat. Perusahaan yang
mengungkapkan biaya-biaya
terkait
tanggung jawab terhadap lingkungan berarti memiliki kepedulian terhadap
lingkungan sehingga masyarakat mampu menerima kehadiran perusahaan
di lingkungan mereka.
Pengungkapan akuntansi lingkungan (Environmental Accounting
Disclosure) di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, memang
masih sangat kurang. Banyak penelitian di area Social Accounting
Disclosure
umumnya
Environmental
Accounting
Disclosure
pada
khususnya memperlihatkan bahwa pihak perusahaan melaporkan kinerja
lingkungan yang masih sangat terbatas. Kondisi ini disebabkan antara lain
karena lemahnya sanksi hukum yang berlaku (Lindrianasari, 2007). Mobus
(2005) dalam Lindrianasari (2007) menemukan bahwa terdapat hubungan
yang negatif antara sanksi hukum pengungkapan lingkungan yang wajib
dilakukan perusahaan dengan penyimpangan aturan yang dilakukan oleh
perusahaan. Artinya, semakin keras sanksi hukum akan semakin
mengurangi penyimpangan aturan yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukan bahwa sesungguhnya pihak regulator atau pemerintah
memiliki
kekuatan
untuk
menekan
pihak
perusahaan
dalam
meminimalisasikan dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan usaha perusahaan pertambangan (Utami, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi, pengembangan dan
kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan hidup memiliki
hubungan yang sangat rendah dengan
Return on Investment (ROI).
Hubungan antara kedua variabel tersebut adalah berbanding terbalik, yang
artinya semakin tinggi pengungkapan biaya atas aktivitas eksplorasi,
pengembangan dan kontruksi, produksi, serta pengelolaan lingkungan
hidup maka semakin rendah tingkat Return on Investment (ROI). Hasil
penelitian sangat dipengaruhi laba atau rugi bersih yang diperoleh
perusahaan pada suatu periode.
Akan
tetapi,
pada
praktiknya
perusahaan
pertambangan
memiliki kewajiban terhadap pengungkapan biaya-biaya terkait dengan
tanggung jawab perusahaan terhadap pelestarian lingkungan hidup. Hal
tersebut akan membuat investor menjadi paham dan mengetahui bahwa
perusahaan selain melakukan kegiatan usahanya, juga memikirkan dampak
yang timbul akibat kegiatannya sehingga menjadi pertimbangan yang
penting dalam melakukan investasi pada perusahaan.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
B.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang peneliti temui saat melakukan penelitian adalah:
1. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya 1
(satu)
periode
yaitu
tahun
2015
karena
perusahaan
pertambangan memiliki kecenderungan tidak melaporkan
secara lengkap terkait pengelolaan lingkungan hidup pada
periode
sebelumnya. Atas dasar hal
tersebut, peneliti
memutuskan hanya menggunakan 1 (satu) periode agar data
yang digunakan valid.
C.
Saran
Saran yang akan peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Data penelitian yang digunakan tidak hanya 1 (satu) periode
karena suatu studi empiris minimal menggunakan 3 (tiga)
sampai 5 (lima) periode. Penelitian selanjutnya dapat
menambahkan batasan masalah yaitu hanya menggunakan
perusahaan yang melaporkan pengelolaan lingkungan hidup
secara berturut-turut selama 3 (tiga) sampai 5 (lima) periode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Faisal, 2002, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, UMM Press,
Accountants Educational Project Ltd, Yogyakarta.
Anggraini, Fr. Reni Retno, 2006, Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Memperngaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta), disampaikan di Simposium
Nasional Akuntansi 9 di Padang.
Aniela, Yoshi, 2011, Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja
Lingkungan dan Kinerja Keuangan Perusahaan, Universitas Widya
Mandala, Surabaya.
Ayu, Tri Jata, 2013, Dasar Hukum Kewajiban Perusahaan Menjaga Lingkungan,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51c8753fef0ba/dasar-hukumkewajiban-perusahaan-menjaga-lingkungan Diakses pada tanggal 25
Oktober 2013.
Bintang, Galih, 2015, Penerapan Akuntansi Lingkungan Sebagai Bentuk
Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Lingkungan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Freeman, R.E, 2001, A Stakeholder Theory of Modern Corporation. Ethical
Theory and business
Ghozali, Imam dan Chairiri, Anis, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Ketiga. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gray, R.H, 1993, Accounting for Environmental, The Certified Accountants
Educational Projects Ltd.
Hadiwiarjo, Bambang H dan Purnomo, J. Dwi Helly, 1997, ISO 14001: Panduan
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hasanah, Jamingatun, 2017, Pengaruh Pengungkapan Biaya Lingkungan Sesuai
PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Terhadap
Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015), Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Ikhsan, Arfan, 2009, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan, 2008, Akuntansi Lingkungan Dan Pengungkapnnya, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
ISAK 29, 2014, Pengupasan Lapisan Tanah, Ikatan Akuntansi Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Ja’far S., Muhammad dan Arifah, Dista Amalia, 2006, Pengaruh Dorongan
Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja
Lingkungan terhadap Public Enviromental Reporting, disampaikan di
Simposium Nasional Akuntansi 9 di Padang.
Lindrianasari, 2007, Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indonesia, Jurnal JAAI Volume 11 Nomor 2 Bulan Desember.
Mardikanto, Totok, 2014, Corporate Social Responbility (Tanggungjawab Sosial
Korporasi), Penerbit Alfabeta, Bandung.
Munawir, S., 2004, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Salemba Empat,
Jakarta.
Prawironegoro P., Darsono dan Purwanti, Ari, 2009, Akuntansi Manajemen (Edisi
3), Mitra Wacana Media, Jakarta.
PSAK 1, 2013, Penyajian Laporan Keuangan, Ikatan Akuntansi Indonesia.
PSAK 16, 2011, Aset Tetap, Ikatan Akuntansi Indonesia.
PSAK 33, 2011, Akuntansi Pertambangan Umum, Ikatan Akuntansi Indonesia.
PSAK 33, Exposure Draft, 2011, Akuntansi Pertambangan Umum, Ikatan
Akuntansi Indonesia
PSAK 57, 2009, Provisi, Liabilitas, Kontijensi, dan Aset Kontijensi, Ikatan
Akuntansi Indonesia.
PSAK 64, 2011, Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber
Daya Mineral, Ikatan Akuntansi Indonesia.
PSAK 64, Exposure Draft, 2011, Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral,
Ikatan Akuntansi Indonesia.
Ronald, Eko, 2003, Akuntansi Lingkungan dan Penerapannya. Studi Kasus Pada
PT Sari Husada Tbk, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Saptono, Prianto Budi, 2014. PSAK 64 : Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada
Pertambangan Sumber Daya Mineral. http://www.transformasi.net/articles
/read/150/psak-64-aktivitas-eksplorasi-dan-evaluasi-pada-pertambangansumber-daya-mineral.html#sthash.Ehtz5OUD.dpuf Diakses pada tanggal
10 April 2014.
Sari,
Rifanni, 2013, Tanggung Jawab Kerusakan dan Bencana,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5560/tanggung-jawabkerusakan-dan-bencana Diakses pada tanggal 17 Juni 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Suaryana, Agung, 2011, Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di
Indonesia, Universitas Udayana, Bali.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung
Sukanto, Eman, 2011, Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responbility
Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Yang Berkaitan Dengan
Lingkungan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011,
STIE Pelita Nusantara, Semarang.
Suparmoko, 2000, Ekonomika Lingkungan (Edisi 1), BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta.
Tirta, Eki, 2013, Pengaruh Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan
Terhadap Inovasi Produk, Universitas Widyatama, Bandung.
Ulfa, Retno, 2015, Akuntansi Manajemen Lingkungan, http://materikuliahretnoulf
a.blogspot.co.uk/2015/04/akuntansi-manajemen-lingkungan.html Diakses
pada tanggal 29 April 2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32, 2009, Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Utami, Rizki Putri, 2008, Pengaruh Pengungkapan Lingkungan Terhadap Kinerja
Keuangan dan Kinerja Saham, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
ADRO
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
11
64,71%
ANTM
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
11
64,71%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.1: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
ARII
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
13
76,47%
ATPK
v
v
v
v
v
v
v
v
8
47,06%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
BSSR
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-
BYAN
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
11
58,82%
64,71%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.2: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
BIPI
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
58,82%
PTBA
v
v
v
v
v
v
v
v
8
47,06%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
CKRA
v
v
v
v
v
v
v
v
8
47,06%
DKFT
v
v
v
v
v
v
v
v
8
47,06%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.3: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
CITA
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
58,82%
CTTH
v
v
v
v
v
5
29,41%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
DOID
v
v
v
3
17,65%
ELSA
v
v
-
CNKO
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
2
11
11,76%
64,71%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.4: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
SMMT
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
11
64,71%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
GEMS
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-
HRUM
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
9
13
52,94%
76,47%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.5: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
INDY
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-
ITMG
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
11
58,82%
64,71%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
PSAB
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
13
76,47%
LAPD
v
v
v
v
MEDC
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
4
13
23,53%
76,47%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.6: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
MITI
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
11
64,71%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
PKPK
v
v
v
v
v
v
v
7
41,18%
PGAS
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
58,82%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.7: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
SQMI
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
13
76,47%
MYOH
v
v
v
v
v
v
6
35,29%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
KONTRUKSI
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
TOTAL
17
ESSA
v
v
v
v
v
5
29,41%
TINS
v
v
v
v
v
v
v
-
TOBA
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
7
15
41,18%
88,24%
Indeks Presentase Pengungkapan Biaya
Tabel 7.8: Indeks Presentase Pengungkapan Biaya ( “v” = mengungkapkan; “-“ = tidak mengungkapkan)
INCO
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
58,82%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Perusahaan Laba/Rugi Bersih (Rp)
Total Aset (Rp)
ADRO
2.078.103.286.000 81.628.353.422.000
ANTM
(1.440.852.896.000) 30.210.610.108.000
ARII
(356.738.564.000) 4.823.512.190.000
ATPK
(161.555.929.000) 1.773.314.414.000
BSSR
362.988.232.250 2.363.850.834.478
BYAN
(1.125.704.819.148) 12.845.743.724.170
BIPI
(552.778.171.428) 19.774.709.840.256
PTBA
2.037.111.000.000 16.641.709.000.000
CKRA
(54.627.723.231)
982.426.859.724
DKFT
(32.644.552.934) 1.360.792.584.682
CITA
(341.205.918.018) 2.768.912.768.617
CTTH
1.949.752.745
597.969.742.589
DOID
(114.315.360.390) 11.212.511.992.416
ELSA
379.745.000.000 4.353.402.000.000
CNKO
(539.821.037.000) 5.603.339.360.000
SMMT
(60.578.867.106)
700.141.893.673
GEMS
28.745.804.122 4.435.472.287.288
HRUM
261.434.360.698 5.160.929.993.198
INDY
1.057.568.799.336 28.994.320.836.446
ITMG
868.478.534.000 16.114.462.518.000
PSAB
430.363.942.848 11.341.709.235.556
LAPD
(82.397.834.000)
861.964.062.000
MEDC
(2.476.270.548.178) 39.752.252.513.904
MITI
(50.520.141.734)
298.675.163.731
PKPK
(61.713.327.000)
170.598.564.000
PGAS
5.542.768.036.848 89.304.262.588.492
SQMI
(24.242.726.340)
144.974.027.464
MYOH
340.369.559.530 2.165.134.050.142
ESSA
67.031.178.928 3.823.006.629.134
TINS
101.561.000.000 8.855.145.000.000
TOBA
354.014.995.390 3.839.251.225.124
INCO
694.994.762.000 31.271.915.556.000
Tabel 7.9 : Hasil perhitungan ROI tiap perusahaan
ROI
2,55%
-4,77%
-7,40%
-9,11%
15,36%
-8,76%
-2,80%
12,24%
-5,56%
-2,40%
-12,32%
0,33%
-1,02%
8,72%
-9,63%
-8,65%
0,65%
5,07%
3,65%
5,39%
3,79%
-9,56%
-6,23%
-16,91%
-36,17%
6,21%
-16,72%
15,72%
1,75%
1,15%
9,22%
2,22%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
INDIKATOR PENGUNGKAPAN BIAYA
1. Biaya Eksplorasi
2. Cadangan Terbukti
A. EKSPLORASI
3. Aset Eksplorasi dan Evaluasi
4. Area of Interest
5. Alasan pembebanan
1. Dasar penentuan biaya pengembangan
B. PENGEMBANGAN DAN KONTRUKSI
2. Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan
3. Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi
1. Metode penentuan beban pokok persediaan
2. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah
C. PRODUKSI
3. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup
4. Biaya Pengupasan Tanah
5. Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah Tertutup
1. Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH
2. Metode amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
D. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Taksiran Kewajiban PLH
4. Biaya PLH
Tabel 7.10 : Presentase perusahaan yang mengungkapan biaya atas aktivitas pertambangan
Presentase Perusahaan yang
mengungkapkan
47%
41%
69%
91%
47%
78%
84%
78%
53%
59%
0%
56%
0%
81%
50%
72%
22%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
ADRO
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK ADRO, 43-46).
Rp 2.923.638 (LKK ADRO, 6)
Perusahaan memiliki area of interest di
Paringin, Kalimantan Selatan dengan
pembagian 86,5 % hasil pertambangan masuk
ke perusahaan dan 13,5 % sisanya ke
pemerintah (LKK ADRO, 18).
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK ADRO,
43).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK ADRO, 44).
Rp 6.198.584 (LKK ADRO, 83).
Beban pokok persediaan ditentukan dengan
metode rata-rata tertimbang (LKK ADRO, 34)
Biaya pengupasan tanah diakui sebagai biaya
pengembangan tambang (LKK ADRO, 46)
Rp 8.543.221 (LKK ADRO, 85)
-
Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan
yang berkaitan dengan pemulihan area yang
terganggu selama produksi dibebankan pada
beban pokok pendapatan (LKK ADRO, 50)
Amortisasi dan penyusutan prasarana PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
dicatat menggunakan metode garis lurus (LKK
prasarana PLH
ADRO, 51)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 129.257.742 (LKK ADRO, 107)
Biaya PLH
Tabel 7.11 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ADRO periode 2015
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
ANTM
Rp 7.079.184.000 (LKK ANTM, 82)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK ANTM, 42).
Rp 10.485.997.000 (LKK ANTM, 76)
Perusahaan memiliki area of interest di
Sangaji, Mandiondo, Papandayan,
Tapunopaka, Mempawah, Munggu Pasir, dan 7
tempat lainnya (LKK ANTM, 79)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK
ANTM, 42).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK ANTM, 44).
Rp 17.217.443.000 (LKK ANTM, 85).
Rp 41.691.610.000 (LKK ANTM, 80)
Penyisihan untuk pengelolaan lingkungan
hidup diakui ketika perusahaan memiliki
kewajiban hukum atau kontruktif masa kini
sebagai akibat peristiwa masa lalu. Perusahaan
melakukan pencatatan biaya lingkungan pada
Penyisihan untuk Pengelolaan dan Reklamasi
Lingkungan Hidup (LKK ANTM, 45)
-
Rp 20.018.911.000 (LKK ANTM, 7)
Rp 86.081.904.000 (LKK ANTM, 107)
Tabel 7.12 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ANTM periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
ARII
Biaya eksplorasi diakui sesuai area of interest
yang dimiliki perusahaan (LKK ARII, 21).
Rp 177.000.424.000 (LKK ARII, 54)
Perusahaan memiliki area of interest di Berau,
Mamberamo, Musi Rawas, Musi Banyuasin,
dan Kutai Barat (LKK ARII, 21)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK ARII,
36).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK ARII, 37).
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
diakui sesuai area of interest yang dimiliki
perusahaan bersama dengan biaya eksplorasi
(LKK ARII, 21).
Rp 2.141.256.000 (LKK ARII, 62).
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK ARII, 38).
Rp 150.958.548.000 (LKK ARII, 54)
-
Pemulihan, rehabilitasi dan biaya lingkungan
yang berkaitan dengan pemulihan atas area
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
yang terganggu selama tahap produksi
biaya PLH
dibebankan pada beban pokok pendapatan
(LKK ARII, 45)
Prasarana PLH disusutkan dengan metode
Metode amortisasi dan penyusutan
garis lurus sesuai periode berjalan (LKK ARII,
prasarana PLH
46)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 240.095.192.000 (LKK ARII, 105)
Biaya PLH
Rp 8.880.722.000 (LKK ARII, 83)
Tabel 7.13 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ARII periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
ATPK
Rp 3.372.620.000 (LKK ATPK, 46)
Perusahaan memiliki area of interest di Berau
dan Tana Tidung (LKK ATPK, 20)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK ATPK, 20).
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
diakui sesuai area of interest yang dimiliki
perusahaan (LKK ATPK, 54).
Rp 3.372.620.000 (LKK ATPK, 46)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK ATPK, 19).
Rp 1.561.493.000 (LKK ATPK, 54)
-
Prasarana PLH disusutkan dengan metode
garis lurus sesuai periode berjalan (LKK
ATPK, 67)
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
Tabel 7.14 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ATPK periode 2015
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
BSSR
Rp 15.280.936.184 (LKK BSSR, 7)
Perusahaan memiliki area of interest di Banjar,
Tapi, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai
Tengah, Kalimantan Selatan (LKK BSSR, 13)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK BSSR, 31).
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
diakui sesuai area of interest yang dimiliki
perusahaan (LKK BSSR, 52).
Rp 42.285.235.242 (LKK BSSR, 54)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK BSSR, 32).
Rp 610.095.581.420 (LKK BSSR, 76)
-
Pengelolaan lingkungan hidup berkaitan
Perlakuan akuntansi atas pembebanan dengan pemulihan area terganggu dibebankan
biaya PLH
pada beban pokok pendapatan (LKK BSSR,
34)
Prasarana PLH disusutkan dengan metode
Metode amortisasi dan penyusutan
garis lurus sesuai periode berjalan (LKK
prasarana PLH
BSSR, 35)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 20.902.927.346 (LKK BSSR, 8)
Biaya PLH
Tabel 7.15 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BSSR periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
BYAN
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK BYAN, 37).
Rp 65.426.873.188 (LKK BYAN, 72)
Perusahaan memiliki area of interest di
Kalimantan Timur (LKK BYAN, 13-14)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK BYAN, 38).
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
diakui sesuai area of interest yang dimiliki
perusahaan (LKK BYAN, 65).
Rp 65.426.873.188 (LKK BYAN, 72)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK BYAN, 49).
Rp 10.003.613.220 (LKK BYAN, 74)
Pengelolaan lingkungan hidup berkaitan
dengan pemulihan diakui sebagai liabilitas
pada saat timbulnya kewajiban hukum atas
aktivitas eksplorasi (LKK BYAN, 46)
-
Rp 115.345.754.700 (LKK BYAN, 6)
Rp 7.594.664.430 (LKK BYAN, 65)
Tabel 7.16 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BYAN periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
BIPI
Rp 49.784.366.712 (LKK BIPI, 25)
Perusahaan memiliki area of interest di Lahat,
Sumatera Selatan (LKK BIPI, 19)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK BIPI, 39).
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
diakui sesuai area of interest yang dimiliki
perusahaan dan akan dideplesi menggunakan
metode unit produksi (LKK BIPI, 38).
Rp 33.888.629.262 (LKK BIPI, 88)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang diakui
sebagai bagian dari biaya pengembangan
tambang (LKK BIPI, 38).
Rp 18.377.178.634 (LKK BIPI, 73)
Pengelolaan lingkungan hidup berkaitan
dengan pemulihan dibebankan pada beban
pokok pendapatan pada saat kewajiban dari
pemulihan tersebut timbul selama
penambangan (LKK BIPI, 42)
-
Rp 1.098.532.958 (LKK BIPI, 78)
Tabel 7.17 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) BIPI periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
PTBA
Perusahaan memiliki area of interest di
Tanjung Enim dan Kalimantan Selatan (LKK
PTBA, 18)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah (LKK PTBA, 40).
Rp 1.459.737.000.000 (LKK PTBA, 92).
Rp 88.208.000.000 (LKK PTBA, 99)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang diakui
sebagai bagian dari biaya pengembangan
tambang (LKK PTBA, 156).
Rp 444.160.000.000 (LKK PTBA, 156)
Perusahaan telah melakukan estimasi terhadap
pemulihan lingkungan dan diakui sebagai
biaya restorasi serta dibebankan langsung ke
beban pokok pendapatan (LKK PTBA, 115)
-
Rp 237.071.000.000 (LKK PTBA, 115)
Tabel 7.18 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PTBA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
CKRA
Rp 4.111.337.666 (LKK CKRA, 50)
Perusahaan memiliki area of interest di
Palangka Raya dan Kapuas, Kalimantan
Tengah (LKK CKRA, 14)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK CKRA,
31).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan diakumulasikan secara
terpisah dan akan dicatat sebagai aset tetap
dalam perusahaan sebagai bagian dari
Tambang yang Berproduksi dan Tambang
dalam Pengembangan (LKK CKRA, 31-32).
Biaya ini telah dijadikan satu oleh perusahaan
dalam Tambang yang Berproduksi dan
Tambang dalam Pengembangan (LKK CKRA,
32).
Rp 4.111.337.666 (LKK CKRA, 50)
Perusahaan telah melakukan estimasi terhadap
pemulihan lingkungan serta dibebankan
langsung ke beban pokok pendapatan (LKK
CKRA, 36)
-
Rp 136.045.030 (LKK CKRA, 63)
Tabel 7.19 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CKRA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
DKFT
Rp 276.284.751.336 (LKK DKFT, 18)
Rp 5.769.142.346 (LKK DKFT, 93)
Perusahaan memiliki area of interest di
Konawe, Morowali, Bull Halmahera, Kupang,
Luwuk, dan Lambolo (LKK DKFT, 18)
Biaya pengembangan untuk produksi yang
sedang berlangsung dibebankan pada saat
terjadinya sesuai area of interest (LKK DKFT,
33).
Rp 217.636.429 (LKK DKFT, 10)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang sebelum
dimulainya tahap produksi dikapitalisasi
sebagai bagian dari biaya pengembangan
tambang, dan setelah pengakuan awal akan
disusutkan atau diamortisasi menggunakan
metode unit produksi (LKK DKFT, 34)
Estimasi biaya PLH dihitung sendiri secara
internal oleh manajemen dan langsung
dibebankan ke beban pokok pendapatan (LKK
DKFT, 61)
-
Rp 5.183.500.000 (LKK DKFT, 61)
Tabel 7.20 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DKFT periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
CITA
Rp 4.100.255.003 (LKK CITA, 86)
Rp 477.399.461.499 (LKK CITA, 71)
Perusahaan memiliki area of interest di Marau,
Air Upas, Sandai, Simpang Dua,
Kendawangan, dan Simpang Hulu (LKK
CITA, 71)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK CITA,
49).
Rp 225.695.492.023 (LKK CITA, 71)
Biaya pengupasan lapisan tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang sebelum
dimulainya tahap produksi dikapitalisasi
sebagai bagian dari biaya pengembangan
tambang, dan setelah pengakuan awal akan
disusutkan atau diamortisasi menggunakan
metode unit produksi (LKK CITA, 51)
Rp 570.168.060 (LKK CITA, 85)
Estimasi biaya PLH dihitung sendiri secara
internal oleh manajemen dan langsung
dibebankan ke beban pengelolaan lingkungan
hidup (LKK CITA, 74)
-
Rp 84.661.527.655 (LKK CITA, 74)
Rp 18.256.266.013 (LKK CITA, 75)
Tabel 7.21 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CITA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
CTTH
Rp 22.418.013.000 (LKK CTTH, 42)
Perusahaan memiliki area of interest di
Bandung, Sukabumi, Karawang, dan Pangkep
(LKK CTTH, 39)
Biaya pengembangan merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh wilayah pertambangan ataupun
ekspansi di periode berjalan.Biaya-biaya
tersebut langsung dibebankan ke laba rugi pada
saat terjadinya (LKK CTTH, 24)
Rp 10.035.235.571 (LKK CTTH, 6)
Rp 12.382.777.429 (LKK CTTH, 42)
-
Tabel 7.22 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CTTH periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
DOID
Rp 498.911.549.920 (LKK DOID, 50)
Perusahaan memiliki area of interest di Muara
Tebo, Jambi dan Kutai Barat, Kalimantan
TImur (LKK DOID, 17)
Beban pokok persediaan dinyatakan sebesar
nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan
dan nilai realisasi neto serta ditentukan
menggunakan metode rata-rata tertimbang
(LKK DOID, 22)
-
Tabel 7.23 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) DOID periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
ELSA
Biaya pengembangan yang ditangguhkan
dikapitalisasikan sebagai aset tak berwujud
sebesar Rp 89.086.000.000 (LKK ELSA, 28,
58)
Biaya pengupasan lapisan diakui sebagai
bagian dari biaya pengembangan tambang, dan
setelah pengakuan awal akan disusutkan atau
diamortisasi menggunakan metode unit
produksi (LKK ELSA, 44)
-
Tabel 7.24 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ELSA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
CNKO
Rp 110.370.371.000 (LKK CNKO, 6)
Perusahaan memiliki area of interest di Riam,
Jilatan, Hampang, Pandan Sari, Kandui,
Santilik, Intan Banjar, dan Muara Sei (LKK
CNKO, 19)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasikan secara terpisah dan
didistribusikan secara langsung pada kontruksi
tambang dan infrastruktur terkait (LKK
CNKO, 38)
Rp 43.903.524.000 (LKK CNKO, 60)
Rp 1.644.551.000 (LKK CNKO, 60)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih
yang lebih rendah (LKK CNKO, 35)
Biaya pengupasan lapisan diakui sebagai
bagian dari biaya pengembangan tambang, dan
setelah pengakuan awal akan disusutkan atau
diamortisasi menggunakan metode unit
produksi (LKK CNKO, 39)
Rp 43.903.524.000 (LKK CNKO, 60)
-
Biaya-biaya yang terkait dengan program
reklamasi dan lingkungan yang berjalan
Perlakuan akuntansi atas pembebanan dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif
biaya PLH
saat terjadi atau dikapitalisasi dan disusutkan
berdasarkan manfaat ekonomis di masa depan
(LKK CNKO, 41).
Prasarana PLH diamortisasi secara
Metode amortisasi dan penyusutan
proporsional sesuai dengan taksiran perusahaan
prasarana PLH
(LKK CNKO, 42)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 25.334.585.000 (LKK CNKO, 7)
Biaya PLH
Tabel 7.25 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) CNKO periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
SMMT
Rp 303.114.289.102 (LKK SMMT, 6)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK SMMT, 39).
Rp 308.462.280.069 (LKK SMMT, 57)
Perusahaan memiliki area of interest di Musi
Rawas, Sumatera Selatan (LKK SMMT, 14)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasikan secara terpisah
bersama dengan biaya eksplorasi pada periode
(LKK SMMT, 39)
Rp 303.114.289.102 (LKK SMMT, 6)
Rp 5.347.990.967 (LKK SMMT, 57)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih
yang lebih rendah (LKK SMMT, 37)
-
Biaya-biaya yang terkait dengan restorasi,
rehabilitasi, dan pengelolaan lingkungan hidup
dibebankan sebagai bagian dari biaya produksi
(LKK SMMT, 42)
Prasarana PLH diamortisasi secara
Metode amortisasi dan penyusutan
proporsional berdasarkan sisa umur tambang
prasarana PLH
(LKK SMMT, 42)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 998.418.718 (LKK SMMT, 67)
Biaya PLH
Tabel 7.26 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SMMT periode 2015
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
GEMS
Rp 1.067.567.102 (LKK GEMS, 9)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK GEMS, 44).
Perusahaan memiliki area of interest di
Jujuhan, Jambi (LKK GEMS, 14)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasikan dan
dikapitalisasikan ke Tambang Dalam
Pengembangan (LKK GEMS, 45)
Rp 56.530.654.534 (LKK GEMS, 76)
Biaya Pengupasan Lapisan Tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK GEMS, 45)
Rp 1.136.501.695.666 (LKK GEMS, 76)
Biaya-biaya yang terkait dengan restorasi,
rehabilitasi, dan pengelolaan lingkungan hidup
dibebankan sebagai bagian dari biaya produksi
(LKK GEMS, 55)
-
Rp 5.628.593.368 (LKK GEMS, 101)
Tabel 7.27 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) GEMS periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
HRUM
Rp 7.233.602 (LKK HRUM, 83)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK HRUM, 38).
Rp729.862.370.912 (LKK HRUM, 57)
Perusahaan memiliki area of interest di Kutai,
Samarinda Utara, Kalimantan Timur (LKK
HRUM, 13)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK
HRUM, 37).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasikan dan
dikapitalisasikan ke Tambang Dalam
Pengembangan (LKK HRUM, 37)
Rp 65.807.755.962 (LKK HRUM, 57)
Rp 298.927.092.790 (LKK HRUM, 57)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (LKK HRUM,
35)
Biaya Pengupasan Lapisan Tanah yang timbul
pada tahap pengembangan tambang
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pengembangan tambang (LKK HRUM, 38)
Rp 964.682.153.250 (LKK HRUM, 65)
Biaya-biaya yang terkait dengan restorasi,
rehabilitasi, dan pengelolaan lingkungan hidup
dibebankan sebagai bagian dari biaya produksi
(LKK HRUM, 39)
-
Rp 10.789.294.848 (LKK HRUM, 7)
Tabel 7.28 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) HRUM periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
INDY
Rp 99.883.690.220 (LKK INDY, 7)
Perusahaan memiliki area of interest di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
(LKK INDY, 14)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK INDY,
51).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi secara terpisah untuk
setiap area of interest pada saat cadangan
terpulihkan yang secara ekonomis dapat
diidentifikasi. Biaya tersebut termasuk biaya
yang dapat didistribusikan secara langsung
pada konstruksi tambang dan infrastruktur
terkait (LKK INDY, 51)
Rp 22.714.375.018 (LKK INDY, 81)
Rp 99.714.489.818 (LKK INDY, 81)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (LKK INDY,
45)
Biaya pengupasan lapisan tanah dibebankan
sebagai biaya produksi berdasarkan rasio
pengupasan lapisan tanah tahunan yang
direncanakan. (LKK INDY, 53)
Rp 31.684.961.140 (LKK INDY, 7)
Biaya pengelolaan lingkungan hidup
dibebankan sebagai bagian dari biaya produksi
(LKK INDY, 53)
-
Tabel 7.29 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INDY periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
ITMG
Rp 1.135.812.774.000 (LKK ITMG, 6)
Perusahaan memiliki area of interest di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
(LKK ITMG, 13)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK ITMG,
23).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dikapitalisasi bersama biaya
eksplorasi (LKK ITMG, 23)
Rp 1.135.812.774.000 (LKK ITMG, 6)
Rp 1.344.214.632.000 (LKK ITMG, 68)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (LKK ITMG,
22)
Biaya pengupasan lapisan tanah akan
dikapitalisasi oleh perusahaan ke dalam
Tambang dalam Produksi (LKK ITMG, 28)
Rp 3.576.007.328.000 (LKK ITMG, 66)
Pengeluaran restorasi, rehabilitasi, dan
lingkungan yang akan terjadi sehubungan
dengan remediasi daerah terganggu selama
tahap produksi akan dibebankan ke beban
pokok penjualan (LKK ITMG, 29)
-
Rp 48.041.000.000 (LKK ITMG, 7)
Tabel 7.30 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ITMG periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
PSAB
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK PSAB, 32).
Rp 1.364.902.404.296 (LKK PSAB, 56)
Perusahaan memiliki area of interest di
Penjom, Lanut, Bakan, dan Seruyung,
Sulawesi Utara (LKK PSAB, 14)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK PSAB,
32).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dikapitalisasi ke Properti
Pertambangan (LKK PSAB, 33)
Rp 7.884.365.386 (LKK PSAB, 55)
Rp 2.629.518.740.682 (LKK PSAB, 57)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan dihitung
dengan metode rata-rata (LKK PSAB, 28)
Biaya pengupasan lapisan tanah akan
dikapitalisasi sebagai Tambang dalam
Pengembangan (LKK PSAB, 33)
Rp 340.412.486.560 (LKK PSAB, 58)
-
Restorasi, rehabilitasi dan biaya lingkungan
Perlakuan akuntansi atas pembebanan yang terjadi saat tahap operasi produksi
biaya PLH
dibebankan sebagai bagian dari biaya produksi.
(LKK PSAB, 38)
Prasarana PLH diamortisasi secara
Metode amortisasi dan penyusutan
proporsional berdasarkan sisa umur tambang
prasarana PLH
(LKK PSAB, 38)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 712.008.798 (LKK PSAB, 60)
Biaya PLH
Tabel 7.31 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PSAB periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
LAPD
Perusahaan memiliki area of interest di
Sicanan, Medan, Siantan, dan Pontianak. (LKK
LAPD, 50)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan dihitung
dengan metode rata-rata (LKK LAPD, 25)
Restorasi, rehabilitasi dan biaya lingkungan
yang terjadi saat tahap operasi produksi
dibebankan sebagai bagian dari beban umum
dan administrasi (LKK LAPD, 59)
-
Rp 433.400.000 (LKK LAPD, 59)
Tabel 7.32 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) LAPD periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
MEDC
Rp 93.491.464.568 (LKK MEDC, 10)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK MEDC, 43).
Rp 1.287.976.958.936 (LKK MEDC, 7)
Perusahaan memiliki area of interest di Blok
A, Kampar, Rimau, Semoro Toili, Lematang,
Tarakan, Bawean, dan Simenggaris (LKK
MEDC, 105)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK
MEDC, 43).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi sesuai area of interest
(LKK MEDC, 240)
Rp 3.753.045.276 (LKK MEDC, 240-241)
Rp 28.295.133.276 (LKK MEDC, 104)
Biaya pengupasan tanah dibebankan sebagai
biaya overhead lapangan dalam biaya produksi
berdasarkan rasio rata-rata pengupasan tanah
selama umur tambang (LKK MEDC, 49).
Rp 954.056.966.458 (LKK MEDC, 151)
-
Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan,
rehabilitasi dan lingkungan hidup yang terjadi
pada tahap produksi dibebankan sebagai
bagian dari biaya produksi. (LKK MEDC, 48)
Perubahan taksiran biaya restorasi dan
lingkungan hidup yang akan terjadi dihitung
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
secara prospektif berdasarkan sisa umur
tambang (LKK MEDC, 49).
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 1.001.397.158.076 (LKK MEDC, 83)
Biaya PLH
Tabel 7.33 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MEDC periode 2015
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
MITI
Rp 32.701.436.877 (LKK MITI, 78)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK MITI, 37).
Perusahaan memiliki area of interest di Bintan
dan Sorong (LKK MITI, 19)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK MITI,
37).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi sesuai area of interest
dan dikapitalisasi ke dalam Tambang dalam
Pengembangan (LKK MITI, 37)
Rp 5.271.760.800 (LKK MITI, 58)
Rp 8.648.941.954 (LKK MITI, 58)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan dihitung
dengan metode rata-rata (LKK MITI, 33)
-
Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan,
rehabilitasi dan lingkungan hidup yang terjadi
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
pada tahap produksi dibebankan sebagai
biaya PLH
bagian dari beban pokok pendapatan. (LKK
MITI, 38)
Perubahan taksiran biaya restorasi dan
lingkungan hidup yang akan terjadi dihitung
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
secara prospektif berdasarkan sisa umur
tambang (LKK MITI, 39).
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 14.706.551.729 (LKK MITI, 52)
Biaya PLH
Tabel 7.34 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MITI periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
PKPK
Rp 8.332.421.000 (LKK PKPK, 6)
Perusahaan memiliki area of interest di
Samarinda (LKK PKPK, 11)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi sesuai area of interest
bersama biaya eksplorasi perusahaan (LKK
PKPK, 16)
Rp 8.332.421.000 (LKK PKPK, 6)
Rp 196.242.210 (LKK PKPK, 6)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan dihitung
dengan metode rata-rata (LKK PKPK, 19)
Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan,
rehabilitasi dan lingkungan hidup yang terjadi
pada tahap produksi dibebankan sebagai
bagian dari beban pokok pendapatan. (LKK
PKPK, 32)
-
Tabel 7.35 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PKPK periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
PGAS
Rp 6.951.301.828.324 (LKK PGAS, 108)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK PGAS, 51).
Rp 687.387.761.452 (LKK PGAS, 112)
Perusahaan memiliki area of interest di Ujung
Pangkah, Susulu Selatan, Bangkanai, Muriah,
Ketapang, Muara Bakau, dan Lematang-Petar
(LKK PGAS, 21)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK PGAS,
51).
Rp 406.686.146.608 (LKK PGAS, 113)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan dihitung
dengan metode rata-rata bergerak (LKK
PGAS, 47)
-
Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan,
rehabilitasi dan lingkungan hidup yang terjadi
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
pada tahap produksi dibebankan sebagai
biaya PLH
bagian dari komponen biaya perolehan. (LKK
PGAS, 63)
Perubahan taksiran biaya restorasi dan
lingkungan hidup yang akan terjadi dihitung
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
secara prospektif berdasarkan sisa umur
tambang (LKK PGAS, 85).
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 139.197.510.536 (LKK PGAS, 161)
Biaya PLH
Tabel 7.36 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) PGAS periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
SQMI
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK SQMI, 34).
Rp 60.566.809.716 (LKK SQMI, 51)
Perusahaan memiliki area of interest di Jambi
(LKK SQMI, 13)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasikan
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK SQMI,
33).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi sesuai area of interest
bersama biaya eksplorasi perusahaan (LKK
SQMI, 33)
Rp 33.701.775.562 (LKK SQMI, 51)
Rp 1.461.579.448 (LKK SQMI, 51)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (LKK SQMI,
29)
Biaya pengupasan lapisan tanah umumnya
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
pembangunan, pengembangan dan konsentrat
tambang yang dapat disusutkan (LKK SQMI,
35).
Rp 2.634.982.616 (LKK SQMI, 53)
-
Pengeluaran yang terkait dengan pemulihan
lingkungan hidup yang terjadi dibebankan ke
biaya produksi (LKK SQMI, 34)
Perubahan taksiran biaya restorasi dan
lingkungan hidup yang terjadi dihitung secara
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
prospektif berdasarkan sisa umur tambang
(LKK SQMI, 54).
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 5.029.226.566 (LKK SQMI, 53)
Biaya PLH
Tabel 7.37 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) SQMI periode 2015
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
MYOH
Perusahaan memiliki area of interest di
Kalimantan Timur (LKK MYOH, 13)
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasi sesuai area of interest
(LKK MYOH, 28)
Rp 1.190.594.369.398 (LKK MYOH, 64)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan
menggunakan metode rata-rata tertimbang
(LKK MYOH, 27)
Rp 1.042.258.877.100 (LKK MYOH, 64)
-
Perubahan taksiran biaya restorasi dan
lingkungan hidup yang terjadi dihitung secara
prospektif berdasarkan sisa umur tambang
(LKK MYOH, 67).
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
Tabel 7.38 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) MYOH periode 2015
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
Taksiran Kewajiban PLH
Biaya PLH
ESSA
Rp 486.181.775.366 (LKK ESSA, 53)
Rp 372.892.275.742 (LKK ESSA, 56)
Rp 1.909.904.122 (LKK ESSA, 51)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan
menggunakan metode rata-rata tertimbang
(LKK ESSA, 35)
-
Rp 2.341.893.302 (LKK ESSA, 62)
Tabel 7.39 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) ESSA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
TINS
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
atau atas nama perusahaan diakumulasikan
secara terpisah untuk setiap area of interest
dan dicatat sebagai pertambangan dalam
pengembangan (LKK TINS, 39)
Rp 185.724.000.000 (LKK TINS, 82)
Rp 17.489.000.000 (LKK TINS, 82)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan harga perolehan atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah dan ditentukan
menggunakan metode rata-rata tertimbang
(LKK TINS, 31)
-
Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan
yang berkaitan dengan pemulihan atas area
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
yang terganggu selama tahap produksi
biaya PLH
dibebankan pada beban pokok pendapatan
(LKK TINS, 45).
Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai
dengan sisa umur tambang dan pengeluaran
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
sumber daya ekonomis perusahaan (LKK
TINS, 47)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 300.587.000.000 (LKK TINS, 88)
Biaya PLH
Tabel 7.40 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TINS periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
TOBA
Rp 60.344.649.750 (LKK TOBA, 80)
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK TOBA, 33).
Rp 66.697.973.384 (LKK TOBA, 6)
Perusahaan memiliki area of interest di Loa
Janan, Muara Jawa, Sanga-sanga, dan Kutai
Kertanegara (LKK TOBA, 18)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasi
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK TOBA,
33).
Biaya pengembangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan diakumulasikan ke Tambang dalam
kontruksi (LKK TOBA, 35)
Rp 321.617.940 (LKK TOBA, 80)
Rp 51.136.275.358 (LKK TOBA, 80)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan nilai terendah antara harga
perolehan dan nilai realisasi neto (LKK TOBA,
28)
Biaya pengupasan tanah diukur pada biaya
perolehan dan langsung dibebankan sebagai
aktivitas pengupasan tanah (LKK TOBA, 37)
Rp 314.352.636.150 (LKK TOBA, 80)
-
Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan
Perlakuan akuntansi atas pembebanan dibebankan sebagai kewajiban perusahaan dan
biaya PLH
diukur secara internal oleh manajemen (LKK
TOBA, 97).
Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai
dengan sisa umur tambang dan pengeluaran
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
sumber daya ekonomis perusahaan (LKK
TOBA, 97)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 59.007.602.640 (LKK TOBA, 7)
Biaya PLH
Rp 3.160.883.684 (LKK TOBA, 108)
Tabel 7.41 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) TOBA periode 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
INDIKATOR
Biaya Eksplorasi
Cadangan Terbukti
Aset Eksplorasi dan Evaluasi
Area of Interest
Alasan pembebanan
Dasar penentuan biaya
pengembangan
Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan
Amortisasi aset eksplorasi dan
evaluasi
Metode penentuan beban pokok
persediaan
Metode pembebanan biaya
pengupasan tanah
Metode perhitungan rasio rata-rata
tanah penutup
Biaya Pengupasan Tanah
Perubahan atas Rasio Rata-rata Tanah
Tertutup
INCO
Cadangan terbukti digunakan perusahaan
sebagai tolak ukur dalam pengakuan aset
eksplorasi dan evaluasi (LKK INCO, 27).
Rp 2.211.787.354.000 (LKK INCO, 28)
Perusahaan memiliki area of interest di
Sorowako, Sulawesi Selatan (LKK INCO, 8)
Biaya eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasi
menjadi aset eksplorasi dan evaluasi karena
hak mengeksplorasi dan mengevaluasi
diharapkan masih dapat diperoleh kembali
melalui keberhasilan perusahaan (LKK INCO,
13).
Rp 1.670.266.416 (LKK INCO, 46)
Beban pokok persediaan dinyatakan
berdasarkan nilai terendah antara harga
perolehan dan nilai realisasi neto (LKK INCO,
12)
-
Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya lingkungan
dibebankan pada laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif tergantung pada
masa manfaat ekonomis (LKK INCO, 14).
Amortisasi yang berkaitan PLH diukur sesuai
dengan sisa umur tambang dan pengeluaran
Metode amortisasi dan penyusutan
prasarana PLH
sumber daya ekonomis perusahaan (LKK
INCO, 14)
Taksiran Kewajiban PLH
Rp 59.176.600.000 (LKK INCO, 47)
Biaya PLH
Tabel 7.42 : Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) INCO periode 2015
Perlakuan akuntansi atas pembebanan
biaya PLH
Download