bab i kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar latar belakang

advertisement
BAB I
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
DI SEKOLAH DASAR
LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan.
Seorang guru SD harus memahami bahwa komponen anak merupakan komponen terpenting dalam proses pengajaran. Karenanya proses pengajaran itu harus diciptakan
atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan
kata lain kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah
dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu
pendekatan pengajaran yang dikenal dengan ”Developmentally Appropriate Practice”
Hal utama yang penting dipahami oleh guru SD adalah bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi pada perkembangan anak (DAP), merujuk pada pemahaman yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengejawantahan mengenai
perkembangan anak dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek
pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak
maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajaran berorientasi
pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa
yang peserta didik inginkan. Pendekatan ini menghendaki pengajaran menjadi bersifat ”child initiated, child-directed, dan ”teacher-supported”, yang Carot (1995)
ungkapkan hal itu sebagai komponen esensial dalam pendekatan DAP.
Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi
demikian penting. Karena komponen tujuan dalam pengajaran, harus dipertimbangkan dengan cermat. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan
instuksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar
yang diharapkan anak SD, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya
tujuan-tujuan pengiring. Demikian juga suatu keluaran yang dikehendaki dari proses
pengajaran itu bukan sekedar dilihat dari dampak instruksionalnya saja (intructional
effect), melainkan pula mencakup pertimbangan tentang pentingnya dampak pengiring (nurturent effect).
Tujuan
Setelah Anda mempelajari dan mengkaji materi ini, Anda dapat : :
1. Menjelaskan hakekat pendekatan DAP beserta pemahaman akan dimensi umur
anak dan dimensi individualnya dalam pengajaran
2. Menjelaskan karakteristik anak usia SD secara umum dan tanggung jawab guru
dalam mengembangkan sistem pengajarannya
3. Menjelaskan arti belajar bagi anak usia sekolah dasar dalam pandangan ahli psiko
1
logi konstruktivistik
4. Menjelaskan tujuan kegiatan belajar mengajar bagi anak sekolah dasar
5. Menjelaskan hakekar mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan ahli psikologi konstruktivistik
6. Menggambarkan penciptaan kondisi lingkungan belajar yang dibutuhkan dilihat
dari tiga dimensi perkembangan anak usia sekolah dasar
7. Menjelaskan tujuan pengajaran dan tujuan pengiring, demikian halnya dengan
keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dampak pengiring
A. HAKEKAT PENDEKATAN ”DAP”
Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah suatu kerangka acuan;
suatu filosofis atau juga pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja
bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data
atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang memerankan tentang apa yang peserta
didik sukai. Menurut konsep ini pengejawantahan pengetahuan tentang perkembangan peserta didik atau hal-hal yang berkenaan bagi anak SD ke dalam setiap
implikasi praktis pengembangan pengajaran tidaklah diabaikan.
Dalam setiap pelaksanaan pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu
membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu pengajaran yang ditempu guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai
anak atau belum. Jika keputusan itu benar-benar mengakomodasikan ”siapa anak
SD sebenarnya”, maka keputusan tersebut dapat dikatakan telah mendasarkan
pada pendekatan DAP.
Menyimak pendapat Bredekamp (1987) tentang konsep ”developmental
appropriateness” menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi
pada perkembangan anak itu mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama
adalah dimensi umur (age appropriate) dan yang kedua adalah dimensi individual
(individually appropriate).
Dengan memahami dimensi umur peserta didik, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya tidak akan pernah bisa mengabaikan aspek perkembangan peserta didik. Misalnya diakui Bredekamp bahwa hasil pendidikan mengenai perkembangan manusia itu memperlihatkan hal yang berlaku umum, yakni adanya
perkembangan yang dapat diramalkan mengenai urutan pertumbuhan (growth)
dan perubahan (change) yang terjadi terutama selama umur 9 tahun. Perubahan
yang dapat diramalkan itu menyangkut aspek perkembangan fisik, emosional,
sosial dan perkembangan kognitif. Pemahaman tentang keunikan perkembangan
peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau
dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang disediakan guru. Guru
sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dari pengalaman belajar yang benar-benar ”approratee” (layak, pantas, cocok, padan atau
tepat) dengan perkembangan anak.
2
Selanjutnya dengan memahami dimensi individual, guru dalam menyelenggarakan pengajarannya tidak akan pernah mengabaikan keunikan peserta didik.
Bukankah mereka itu bersifat khas (unique) atau utuh (individed) baik dari segi
pola ataupun waktu perkembangannya sebagaimana mereka itu khas dalam kepribadiannya, gaya belajarnya latar belakang keluarganya. Keunikan sebenarnya
memperlihatkan eksistensi perbedaan sekaligus akan menolak perlakuan yang
”mempersamakan” atau menyamaratakan.
Pemahaman lebih lanjut atas keunikan peserta didik menyiratkan bahwa
demokratisasi dalam pengajaran menjadi sebuah tuntutan. Pelayanan pengajaran
yang diindividualisasikan (individually guided education/IGE) juga akan cenderung muncul (trendy) di masa yang akan adatang di Indonesia dan ini tidak boleh
dihindari secara sengaja. Kurikulum (bahan ajar apa yang harus dilaksanakan?)
dan interaksi yang diciptakan, selayaknya (akan menjadi approriate/tepat atau
mendapat pembenaran), manakala pembelajaran itu benar-benar responsif atas
keragaman (individual) peserta didik. Belajar yang merupakan hasil interaksi
antara pikiran dan pengalaman dengan bahan gagasan dan orang lain ”haruslah”
cocok (mached) dengan dan memang menantang (Challenging) minat dan pemahaman peserta didik.
Pemahaman atas perkembangan peserta didik sekaligus dengan keunikannya,
dibutuhkan guru dalam mengidentifikasi tentang perilkaku yang cocok (perilaku
pada diri anak) sebagai tujuan yang dapat dicapai dalam pengajaran, kegiatan dan
pengalaman belajar yang tepat diciptakan, dan bahan pelajaran yang padan bagi
kelompok usia tertentu, serta sistem evaluasi yang hendak digunakan. Pemahaman akan dimensi individual yang mengakui adanya keragaman latar belakang
keluarga peserta didik, maka DAP dengan sendirinya memandang penting keterlibatan aktif orang tua baik sebagai sumber ataupun pembuat keputusan mengenai
ketepatan perlakuan atau pelayanan individual bagi pendidikan anak.
B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR
Masa usia SD (sekitar 6,0 – 12,0) merupakan tahapan perkembangan penting
dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu,
guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. guru selalu
dituntut memahami karakteristik anak, arti belajar, dan tujuan kegiatan belajar.
Karakteristi usia anak SD secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett. Jacka,
dan Logan (1983) seperti berikut ini :
1. Mereka secara alamia memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri
2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang
3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, meneksplorasi
suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru
3
4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak
kegagalan-kegalan
5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang
terjadi
6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Khusus, untuk anak usia dini (TK) atau usia anak SD di kelas-kelas rendah,
John Dewey menggambarkan adanya pemahaman kontroversial antara siapa anak
dan apa kurikulum itu. Pemahaman itu dapat dipelajari dari tabel berikur ini :
Tabel:1 Karakteristik anak vs Kurikulum
THE CHILD
THE CURRICULUM
Akctive
Static
Practical
Abstract
Immature
Mature
Wholistik
Logical-categories
Immediate
Historical
Narrow
Road scope
Kinesthetic
Tekstual
psychologize the curriculum
Menurut tabel 1 karakteistik anak dibanding dengan karakteristik suatu kurikulum nampak kontroversial. Sebagai contoh, kurikulum itu sesuatu yang statis
dalam bentuk bahan pelajaran yang diberikan guru, bersifat statis itu dapat
menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif, sedangkan anak
itu adalah individu yang aktif. Persoalannya adalah bagaimana kurikulum yang
bersifat pasif itu menjadi sesuatu yang benar-benar menarik baghi anak, sehingga
dalam pelajaran menjadi benar-benar aktif.
Contoh lainnya adalah bahwa kurikulum itu bersifat abstrak dan bagaimana
sesuatu yang abstrakaitu dapat menjadi klonkret dihadapan anak. Kurikulum itu
merupakan sesuatu yang ”matang” (hasil pertimbangan yang mendalam dan melibatkan banyak ahli), tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon bagi anak yang memang ”belum matang”. Kurikulum itu bersifat sekuesial
atau historikal, tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon
anak secara spontan, ”immediate”, dan seterusnya. Karena itu betapa seorang
guru penting menekankan ”psychologize the curriculum”, yakni bagaimana mem-
4
buat (memanipulasi) kurikulum itu sebagai sesuatu yang dapat diterima anak
secara psikologis.
Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik usia anak SD serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru idak asal suka begitu
saja mengembangkan pengajaran di kelasnya. Guru dituntut dalam mengembangkan sistem pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang
ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan guru harus dapat melayani kebutuhan peserta didik dan pengajaran itu
benar-benar menjadi menarik dan bermakna.
C. ARTI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAGI ANAK SD
Belajar secara tradiasional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang moderen diungkapkan
Morgan dkk (1986) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua
unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku,
dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.
Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan
dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Misalnya seorang anak telah belajar
tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari
muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhankebutuhan sekolah dan masyarakat.
Gagne mengemukakan 5 macam kemampuan manusia yang merupakan hasil
belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar
untuk pencapaiannya, yaitu :
1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung
sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung
kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan
belajar yang tersedia
2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dansebagainya
5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang
dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingah laku terhadap barang atau kejadian
Kegiatan belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntutan pendekatan DAP
sepatutnyalah didasarkan atas pemahaman bagaimana anak usia SD itu belajar.
Paham yang dianggap moderen tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersifat konstruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Bruner.
5
1. Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun
pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian timbul secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis
2. Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa
(guru) itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol untuk
kemudian anak itu tunbuh ke arah pemikiran-pemikiran verbal
3. Sedangkan bagi Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru)
mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai
dari ”pre-speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal
yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudia dapat terlibat dalam
penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu
realitas.
Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan dapat dipelajari
persamaan dan perbedaannya. Persamaan ketiga pendapat ahli tersebut antara lain
ketiganya memandang bahwa anak adalah seseorang yang aktif, memiliki
kemampuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri
Menyangkut perbedaannya, Piaget menekankan bahwa penciptaan lingkungan
belajar menjadi sorotan penting. Lingkunganlah yang akan menarik si anak; membuat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si
anak; mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bukan guru yang mengkonstruksi
pengetahuan sianak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru
dengan sianak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami dunia anak. Suatu interaksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-benar ia mampu
menjembatani arti dan simbol-simbol atau lambang-lambang yang digunakan.
Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses pikiran si anak dalam
mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilannya berbentuk spiral, mulai dari format, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhan/pre-speach) hingga
terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji suatu
realitas kehidupan.
Hal penting yang menjadi pelajaran bagi kita adalah anak SD merupakan
seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivis yang baik adalah mereka yang
suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak
didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar.
Guru itupun akan berusaha menciptakan sistem interaksi pengajaran dengan siapa
saja anak itu berinteraksi (guru dengan temannya sendiri) yang menjembatani arti
yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplorasi liungkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si
anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik
mereka sendiri.
6
Sesuai dengan pandangan-pandangan tersebut di atas, maka terdapat sejumlah
tujuan belajar yang seharusnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar
anak didiknya di SD, yakni :
1. Menjadikan anak senang, bergembira dan riang dalam belajar
2. Memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingin tahuan, kerja sama, harga diri
dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan
akadcemik
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar
4. Mengembangkan afeksi kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam linkungan sosial.
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting.
Semua komponen pengajaran lainnya seperti pemilihan materi atau bahan pengajaran, kegiatan guru, dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan
dipakai, serta penyusunan tes, akan beretolak dari tujuan belajar yang hendak
dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena itu, kesadaran tentang
tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru SD dalam kerangka
membantu peserta didik meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan mereka selanjutnya.
Selanjutnya, rumusan tujuan belajar adalah penting dinyatakan guru secara
khusus dan eksplisit. Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakaan secara
spesifik dan eksplisit adalah; Untuk peserta didik :
1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik
2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan
3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya
dalam usaha belajarnya
Untuk Guru :
1. Dapat memilih materi, strategi, instruksional, dan sumber belajar yang sesuai
untuk dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya
2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya
Walaupun banyak keuntungan dari tujuan belajar yang spesifik, gurupun perlu
menyadari mengenai kelemahan-kelemahan suatu tujuan belajar dinyatakan secara spesifik dan terinci, yaitu :
1. Peserta didik hanya belajar dari tujuan yang tersurat, tanpa berusaha belajar
lebih lanjut
2. Guru cenderung hanya mengajarkan yang tercantum sebagai tujuan belajar
3. Banyak tujuan belajar yang sulit dinyatakan secara operasional atau yang
dapat dilihat dan diukur secara nyata, sehingga guru tidak mencantumkannya
dalam pengajarannya
4. Seringkali tujua-tujuan dibuat agar dapat dilihat dan diukur dan terkesan
dicari-cari
5. Guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam proses belajar mengajar.
7
D. HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
1. Pengertian Mengajar
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari
guru kepada peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok bahasan ”Rotasi Bumi” dengan menggunakan metode sosiodrama,
peserta didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan
sebagai kegiatan mengajar.
Kegiatan belajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada peserta didik. Hal itu sebenarnya
menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik
untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta dideik untuk belajar
diperlukan kemampuan profesional dari guru.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Mengajar dipandang sebagai suatu ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologis dan prosedural
b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology), yaitu penggunaan
perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris
c. Mengajar sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan performance/penampilan guru secara khas dan unik yang bersal dari sifat-sifat khas
guru dan perasaan serta nalurinya
d. Mengajar sebagai pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada
pilihan nilai atau wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum pendidikan
nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun
kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofisnya yang mendasar
e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching as a skill), yaitu suatu proses penggu
naan seperangkat keterampilan secara terpadu
Selanjutnya T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai
pencipta suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai , guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan,
bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana mengajar yang
tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menuntut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai komponen
dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas
profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan
8
Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar usia anak sekolah
dasar, Piaget, Vygotsky dan Bruner mengemukakan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Bagi Piaget
seorang guru dalam mengembangkan belajar anak itu dengan memperalat situasi
eksperimental yakni menyediakan lingkungan belajar untuk menfasilitasi pertumbuhan atau perkembangan anak.
Bagi Vigotsky, guru mengembangkan belajar anak itu dengan menetapkan
area atau batas-batas (tingkat) perkembangan yang diperkirakan (Zone of
Proximal Development atau ZPD). ZPD merupakan kesenjangan antara tingkat
perkembangan nyata si anak (child’s actual level of development) dengan apa
yang secara potensial sebenarnya dapat anak lakukan (child’s potensial level
development) tetapi perlu atau melalui bantuan guru. Peranan guru adalah mengorientasikan pengajaran terhadap kekuatan-kekuatan si anak pada saat anak itu
tertantang. Ini penting dipahami, karena pengajaran itu hanya akan menjadi baik
pada saat tantangan itu ada dihadapan si anak, dan kemudian mendorong si anak
merespons tantangan itu.
Sedangkan bagi Bruner, guru mengembangkan belajar anak itu dengan cara
menyediakan siatuasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif dipihak anak,
dimulai dari format atau bentuk-bentuk yang berada di sekitar kehidupan si anak,
peran dan kegiatan-kegiatan yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemudian melangkah ke hal melalui penggunaan bahasa yang lebih kompleks. Guru
dapat mendorong perkembangan anak dengan berperan sebagai ”scaffolder” yaitu
memahami adanya batas-batas perkembangan anak secara temporer dan memerlukan bantuan tersebut secara tepat dan membiarkannya si anak tumbuh melewati
batas-batas perkembangannya sendiri.
Untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan suatu sistem
pengajaran, seorang guru SD paling tidak bertanggung jawab dalam :
a. Mengkondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di
sekolah. Guru SD dituntut untuk mahir menciptakan suatu siatuasi yang
memungkinkan anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir dan
perasaan mencekam. Hal demikian adalaah penting tidak hanya bagi
kemajuan belajar mereka tetapi juga menyangkut kehidupannya di masa yang
akan datang
b. Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di
dalam mengajar secara terpadu, seperti ceramah, berceritra, memimpin diskusi
dan proses penemuan, menengahi konflik, pemecahan masalah yang dihadapi anak dan sebagainya.
c. Menjembatani ”gap” antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu
sendiri dalam pengajaran
d. Mengobservasi gaya mengajar mereka, kebutuhannya dan menaruh perhatian
atas tuntutan individual si anak dalam kaitannya dengan imnplementasi
kurikulum yang berlaku.
9
Selanjutnya dalam rangka penerapan pendekatan DAP untuk mengembangkan
program dan praktek pengajaran, Sunaryo (1995) mengemukakan pentingnya
pemahaman atas perkembangan anak sebagai landasan bagi pengembangan
proses pengajaran. Ia mengungkapkan bahwa guru SD harus selalu peduli dan
memahami anak sebagai keseluruhan dan karenanya kurikulum dan pembelajaran
di SD itu harus bersifat terpadu. Carol (1995) menuntut penciptaan lingkungan
belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak SD, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan sosial-emosiuonal, dan dimensi
perkembangan bahasa atau kognisi.
1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik
Perkembangan fisik anak usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang
terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak mengendalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode
waktu yang relatif lebih lama merupakan ciri perkembangan fisik anak usia SD.
Kegiatan fisik merupakan hal yang penting bagi anak usia SD, tidak hanya
akan mmemperhalus perkembangan ketrampilan dan harga dirinya tatapi juga
aspek kognisinya. Misalnya pada saat anak menghadapi suatu konsep yang
abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu memberi pengalaman nyata bagi anak memahami arti suatu konsep yang abstrak.
Sehubungan hal tersebut di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan lingkungan belajar dilihat dari perkembangan fisik anak, adalah anak akan dapat belajar dengan cara terlibat aktif (secara fisik) dari pada bersifat pasif, lingkungan belajar selayaknya disediakan yang memungkinkan anak bereksplorasi dengannya.
2. Dilihat dari aspek perkembangan sosial-emosional/moral
Ketrlibatan dalam kelompok (kolaborasi atau kerjasama) bagi anak usia SD
merupakan minat dan perhatiannya. Perkembangan hubungan sosial-emosional
dan adanya kesadaran etis normatif pada anak usia SD merupakan ciri yang kuat
nampak pada usia SD. Kompetensi-kompotensi sosial yang positif dan produktif
akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran berkompetisi, menghargai karya orang, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya
lainnya.
Sehubungan hal di atas, prinsip yang relevan dengan penciptaan lingkungan
belajar anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan
anak untuk secara kelompok adalah sangat penting. Pemikiran dan keputusan
guru untuk membuat kelompok belajar secara fleksibel (alasan kemampuan, minat, sahabat, dan lain-lain) untuk aetiap pengajaran yang dilakukannya, merupakan implikasi praktis pendekatan DAP ysng memperhatikan aspek perkembangan
sosial-emosional dan moral anak usia sekolah dasar.
10
3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia SD menurut Piaget berada dalam
tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi dari pra operasional ke masa operasional konkret, dan masa transisi operasional konkret ke tahap operasional formal.
Skema perkembangan kognitif pada tahap ini berkaitan dengan ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah, seperti mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu
yang tetap atau tidak berubah, mengurutkan dan seterusnya. Juga pada tahap anak
usia SD ini, perkembangan kognisinya memperlihatkan ke arah kemampuan atau
kecakapan berpikir secara simbolik, yaitu berpikir yang lebih logis, abstrak dan
imajinatif. Namun demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan
antara tahap operasional konkrit ke tahap opersional formal, anak usia SD ini
masih memerlukan bantuan obyek nyata untuk berpikir tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan linglungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan
kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan memperoleh kesempatan
untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain (guru, teman-temannya atau
pihak lain). Kemampuan guru dalam memanipulasi obyek fisik menjadi obyek
berpikir anak, akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya.
2. Tujuan Pengajaran dan Tujuan Pengiring
Dalam rangka suatu kegiatan, menentukan tujuan merupakan hal penting.
Tujuan itu menentukan arah kemana suatu kegiatan akan dilakukan. Tujuan juga
memudahkan suatu penilaian apakah suatu kegiatan menyimpang atau tidak.
Menentukan tujuan dalam rangka kegiatan belajar mengajar, adalah suatu
keharusan bagi guru. Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar ini disebut tujuan
instruksional atau tujuan pengajaran.
Tujuan instruksional dalam setiap proses belajar mengajar dibedakan menjadi:
a. Tujuan Instruksional Umum, adalah pernyataan umum tentang tujuan yang
hendak dicapai dalam satu kesatuan materi pelajaran. TIU ini masih bersifat
umum dan harus dijabarkan secara spesifik dalam TIK. Yujuan ini merupakan
tujuan yang dinyatakan dalam kurikulum (GBPP) untuk setiap bidang studi
sebagaiman kurikulum yang berlaku.
b. Tujuan Instruksional Khuisus (TIK), yaitu tujuan instruksional yang harus dicapai dalam satu pokok bahasan. TIK dirumuskan dengan kata kerja opersional dan mengandung perilaku yang dapat diamati.
TIK harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak meniumbulkan penafsiran yang beragam. TIK ini bersifat khusus (spsifik) dan mudah diukur. Suatu
rumusan TIK biasanya memuat kriteria berikut :
A = Audiance, yaitu peserta didik sebagai subyek didik yang akan ditangani guru
dalam kegiatan pembelajaran.
B = Behavior, yaitu tingkah laku yang dapat diukur karena sifatnya yang khusus
dan dapat diketahui perubahaannaya.
11
C = Condition, yaitu kondisi atau keadaan yang semestinya tercipta menyertai
kegiatan pembelajaran.
D = Degree, yaitu tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang diharapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang secara eksplisit terkandung dalam
TIU dan TIK. Namun adakalanya guru mengharapkan peserta didiknya dapat
mencapai tujuan-tujuan lainnya yang terkandung secara implisit atau tidak tertulis
dalam perumusan yang telah dibuat. Tujuan ini secara tidak langsung dapat terwujud melalui kegiatan belajar mengajar yang sama. Tujuan yang dinyatakan secara tidak tertulis dan merupakan hasil ikutan melalui kegiatan belajar mengajar
secara tidak langsung, seperti sikap-sikap kreatif, mandiri, jujur, sportif, humanis,
dan sebagainyamerupakan tujuan pengiring. Walaupun dirumuskan secara tidak
tertulis, tuyjuan pengiring tersebut harus tetap mengarah kepada tujuan umum
pengajaran.
3. Keluaran Pengajaran
Sejalan dengan adanya tujuan instruksional dan tujuan pengiring, maka suatu
pengajaran yang dikembangkan guru akan melahirkan dampak tidak hanya
dampak instruksional/pengajaran (instructional effect) itu saja, melainkan juga
memiliki dampak lain sebagai pengiringnya (naturrent effect)
Dampak pengiring merupakan akibat yang dihasilkan dari pencapaian tujuan
belajar jangka panjang dan bersifat tidak langsung. Dampak pengiring biasanya
muncul bersama akibat adanya tantangan di sekitar kehidupan anak. Dampak
pengiring harus menjadi kesadaran guru secara moral untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Dampak pengiring bagi suatu kegiatan belajar anak usia SD akan nampak demikian penting sehubungan dengan usaha membantu anak meletakan dasar-dasar
kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mereka selanjutnya. Sebagai refleksi dari tujuan
instruksional yang dapat dicapai peserta didik, dampak pengiring terwujud dalam
sikap-sikap seperti kerjasama, mandiri, sportif, disiplin, kerja keras, semangat dan
sebagainya. Sebagai contoh : ”Peserta didik mencintai tanaman dan lingkungan
hidup di sekitarnya atau peserta didik menjadi gemar menabung karena
penjelasan guru tentang hidup hemat”.
12
Pertanyaan / Tugas
Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan singkat !
1. Jelaskan hakekat pendekatan ”Developmentally Approriate Practice” beserta
pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individual dalam pengajaran!
2. Siapakah anak menurut Piaget, Vigotsky, dan Bruner? Bagaimanakah karakteristik anak usia SD secara umum?
3. Bagaimana tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya
menurut karakteristik anak di atas?
4. Apakah arti belajar bagi anak usia SD dalam pandangan ahli psikologi konstruktivistik ?
5. Jelaskan tujuan kegiatan belajar bagi anak SD !
6. Jelaskan hakekat mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan
ahli psikologi konstruktivistik !
7. Jelaskan apakah yang dimaksud tujuan pengajaran dan tujuan pengiring dalam
kegiatan belajar mengajar !
8. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dalam bentuk dampak pengiring !
Kerjakanlah soal-soal di atas dengan penuh rasa tanggung jawab, dan diskusikanlah
dengan teman Anda jika mendapat kesulitan dalam menjawab, atau tanyalah pada
dosen pengasuh mata kuliah ini
13
BAB II
METODE PENGAJARAN IPS
Dewasa ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar dari guru yang mendominasi kelas menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru seharusnya berperan sebagai fasilitator pembelajaran dari pada sebagai pengajar dan tidak merupakan
satu-satunya sumber informasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran,
guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
harus menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman
sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir siswa (Dikti, 2005)
Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila guru menguasai teknikteknik penyajian materi atau metode yang tepat ((Roestiyah NK. 1989:1). Metode
atau pendekatan merupakan pelicin jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.
Setelah mempelajari materi tentang metode pembelajaran IPS, Anda diharapkan
dapat :
1. Menjelaskan pengertian metode,
2. Menjelaskan teknik memilih metode
3. menjelaskan macam-macam metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS
4. Menerapkan berbagai metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS di SD
A. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu”methodo” yang berarti ”jalan”.
Dengan demikian metode erat hubungannya dengan pemilihan jalan, arah atau pola
dalam berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu
ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan itu Winarno Suracmad (1976:76), menyatakan bahwa
metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan mengajar diartikan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni, 1980:1).
Dengan demikan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh
seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E.
Kusmana, 1974:1).
Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961), bahwa metode
mengajar adalah cara-cara pelaksanaan belajar mengajar, atau bagaimana tehniknya
sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi sebagai
suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur
lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru berusaha dengan
14
seperangkaat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya memiliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah
dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah
yang disebut sebagai metode pembelajaran.
Kenyataannya memang manusia dalam segala hal selalu mencari efisiensi kerja
dengan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuan. Demikian halnya guru/pendidik selalu berusaha memilih metode yang
tepat, dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan
dan pengetahuan yang diberikan oleh guru benar-benar menjadi milik anak didiknya.
Jadi jelas metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai
dengan efektif.
Makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Tujuan adalah pedoman yang memberi petunjuk akan dibawah kearah mana kegiatan
pembelajaran tersebut. Guru tidak dapat membawa kegiatan pembelajaran menurut
kehendaknya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan
pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan sama saja dengan orang yang pergi ke
pasar tanpa tujuan. Sehingga terjadi pembelian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, sebaliknya barang yang sangat dibutuhkan tidak dibeli, hal ini disebabkan
tidak ada tujuan. Demikian pula di dalam pembelajaran pasti mempunyai tujan.
Tujuan dari kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya komponenkomponen lainnya, salah satu diantaranya adalah metode. Dengan memanfaatkan
metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Maka ketika tujuan dirumuskan agar anak didik mempunyai ketrampilan tertentu,
maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Oleh karena itu guru
harus mengunakan metode yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga
dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan pembelajaran dan jenis mata pelajaran menentukan metode atau metodemetode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran mempunyai metode sesuai
dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat
menentukan metode apa yang paling efisien untuk mata pelajarannya sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun
metode yang dianggap sempurna dari pada yang lain, karena masing-masing metode
mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Oleh karena itu dalam proses kegiatan
pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode (multi metode).
Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk menguasai
macam-macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling
tepat digunakan dalam proses pembelajarannya, sehinga kecakapan dan pengetahuan
yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa. Menurut Ida Badariyah
Almatsir ada beberapa hal yang menentukan efektif tidaknya suatu metode mengajar.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
15
1. Tujuan pengajaran
2. Bahan pengajaran
3. Siswa yang belajar
4. Kemampuan guru yang mengajar
5. Besarnya jumlah siswa
6. Alokasi waktu yang tersedia
7. Fasilitas yang tersedia
8. Media dan sumber
9. Situasi pada suatu saat
10. Sistem evaluasi
Begitu juga Winarno Surachmad (1990:97) mengatakan, bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
1. Anak didik
Dalam kelas guru akan menghadapi siswa yang mempunyai perbedaan-perbedan;
jenis kelamin, latar belakang kehidupan, status sosial, kecerdasan, kreativitas, dan
prilakunya.. Perbedaan individual siswa tersebut akan mempengaruhi guru dalam
memilih dan menentukan metode mana yang cocok, untuk mencapai lingkungan
yang aktif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang direncanakan. Dengan demikian kematangan siswa yang bervariasi mempengaruhi pemilihan penentuan metode.
2. Tujuan
Perumusan tujuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, proses pembelajaran dan pemilihan metode. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa, artinya metode harus tunduk terhadap tujuan.
3. Situasi
Situasi kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru dari hari ke hari tidak selalu
sama. Dalam hal ini tentu guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan
yang diciptakan. Misalnya, sesuai dengan sifat bahan dan tujuan yang akan dicapai, maka guru menciptakan lingkungan belajar secara kelompok. Siswa dibagi
dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Dengan demikian guru telah menerapkan metode problem
solving. Jadi jelas bahwa situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode mengajar.
4. Fasilitas
Fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang proses pembelajaran. Lengkap
tidaknya fasilitas akan menentukan pemilihan metode mengajar. Karena tidak
adanya laboratorium IPA, maka kegiatan praktikum, eksperimen, demonstrasi dan
inquiry tidak dapat dilaksanakan. Demikian juga pembelajaran IPS, karena tidak
ada laboratoriumnya maka kegiatan inquiry, demonstrasi, sosiodrama dan simulasi tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Namun masalah ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan lingkungan dan masyarakat sebagai laboratorium IPS.
16
5. Guru
Latar belakang pendidikan dan kemampuan guru akan mempengaruhi kompetensi
Kurangnya kemampuan terhadap berbagai metode akan menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode, apalagi belum mempunyai pengalaman mengajar yang memadai. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru
yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
B. Kriteria Menentukan Metode Pembelajaran
Anda sudah belajar tentang macam-macam metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana Anda
memilih netode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
kepada siswa.
Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (et-al; 80) ada tga kriteria
yang dapat digunakan dalam menentukan metode, antara lain :
1. Tujuan
Tujuan merupakan landasan utama menentukan metode sesuai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap
dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama
2. Kebutuhan dan Minat Anak
Kebutuhan anak itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan pengalaman tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula. Sebagai guru
harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan
pembelajaran’
Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang bertumpu pada bahan-bahan buku
bacaan, sosiodrama, permainan, membaca ceritra, dan penyusunan bagan. Minat
anak sebagian juga ditentukan oleh metode yang ditentukan guru. Siswa yang
senang mengoleksi perangko dan pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang
gemar membaca ataupun melalui akting. Oleh karena itu dengan mengenal
perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menetukan metode yang akan
digunakan.
3. Cara Penampilan Guru
Kepribadian guru dapat dilihat melalui penampilannya waktu mengajar. Dalam
beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain
pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembelajaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas untuk
mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki ketrampilan memilih
metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi
dalam mengajar.
Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode
yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar
17
merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi
syarat, kalau penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan rendah. Menurut Husein Ahmad, dkk (1981:58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengajar (guru)
Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan : pengetahuan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Personalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbinanya sarana komunikasi yang efektif.
2. Siswa
Cara-cara yang dipilih guru hendaknya mempertugkan linkungan siswa dari mana
ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa
serta lingkungan budaya siswa.
3. Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan yang hendak dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih
bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif.
4. Materi / Bahan
Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara
mengajar yang sesuai dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat
abstrak akan berbeda dengan dengan materi yang bersifat konkrit.
5. Waktu
Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu
untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan
saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.
6. Fasilitas yang tersedia
Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam
memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi
suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk mempermudah proses belajar mengajar.
C. Macam-macam Metode / Pendekatan Pembelajaran IPS
Dewasa ini timbul kesan bahwa pengajaran IPS membosankan, dikarenakan
materinya terlalu luas dan hanya menghafalkan fakta-fakta. Selain itu metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik bagi siswa, bahkan guru
seringkali tidak mempunyai acuan yang jelas dan tidak menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan kreatif. Kebosanan juga muncul karena materi pelajaaran
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan anak. Oleh kanrena itu diciptakan metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa.
18
Tuntutan dalam dunia pendidikan sekarang ini sudah berubah, proses pembelajaran tidak bisa lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Guru harus merubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif
dan kreatif. Sehubungan dengan hal tersebut Anna Lie (2002:4-5), menyatakan
bahwa guru harus menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran antara lain :
1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa
2. Siswa membangun pengetahuannya secara aktif
3. Guru harus bersedia mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa
4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan interaksi guru dan siswa
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus menciptakan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga dapat menemukan
sendiri pengetahuannya. Untuk itu guru harus menfasilitasi dan menciptakan kondisi belajar siswa. Oleh karena itu guru harus merencanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Namun
perlu diingat bahwa pendekatan pembelajaran itu sangat banyak macamnya
sehingga guru harus memilih metode/pendekatan manakah yang paling cocok
untuk mencapai tujuan instruksional suatu pokok bahasan.
Pada uraian berikut akan diberikan gambaran atau penjelasan singkat tentang
metode/pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran IPS
antara lain :
• Contextual Teaching and Learning (CTL)
• Cooperative Learning
• Metode Karyawisata
• Metode simulasi
1. Contextual Teaching and Learning.
Pendekatan Contextual and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini
akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat
Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiaah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami langsung, bukan sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa Ini sejalan dengan pendapat aliran konstruktivisme yang menekankan
bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya, membuat penafsiran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna,
dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang dipelukan
dalam pengalaman yang baru.
19
Jadi CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari,
kemudian menghubungkan dengan kontek kehidupan sehar-hari, yaitu kontek
lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya. Tugas guru adalah membantu siswa
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan
pembelajaran yang aktif untuk menemukan pengetahuan atau konsep baru.
Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL
a. Kerja sama
b. Menyenangkan
c. Pembelajaran terintegrasi
d. Menggunakan berbagai sumber
e. Siswa (aktif, kreatif, dan kritis), guru (harus kreatif)
f. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya
peta, gambar, ceritra, puisi.
g. Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil
karya siswa, misalnya laporan/tugas, karangan.
Menurut Widyaswara LPMP (2005), menyatakan bahwa guru dikatakan telah
menerapkan pendekatan pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen
sebagai berikut :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik/pokok
bahasan
c. Mengembangkan sikap ingin tahui siswa dengan mengajukan pertanyaan
d. Menciptakan masyarakat belajar, misalnya belajar dalam kelompok-kelompok
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dan seobyektif
mungkin
Adapun uraian tentang unsur-unsur yang terkandung dalam CTL sebagai berikut :
a. Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit) dan secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau akidah yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sersuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan ide-idenya.
20
Penerapannya di kelas, misalnya mengerjakan tugas, praktik, menulis karangan,
mendemonstrasikan sesuatu.
b. Menemukan (inquiry)
Menemukan adalah merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, konsep
dan kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Maka guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun
materi/pokok bahasannya.
Adapun langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut: merumuskan
masalah, melakukan observasi atau pengamatan, menganalisis dan menyajikan
hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan lain-lain, dan mengkomunikasikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau guru.
c. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utamadalam pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inquiry,
yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah doketahui,
dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai upaya guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa.
d. Masyarakat belajar (learning Community)
Masyarakat belajar bisa terjdi bila ada proses komunikasi dua arah atau lebih.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi
yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, dan
setiap orang mau menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengetahuan dan pengalamannya.
Masyarakat belajar dapat diterapkaan dalam kegiatan pembelajaran, seperti pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli/nara
sumber di dalam kelas, bekerja dengan kelas sederajat, belajar kelompok dengan
kelompok di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelam (modeling)
Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model didatangkan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, polisi lalulintas.
Model dapat berupa mengoperasikan sesuatu, cara sederhana memadamkan kebakaran dan sebagainya.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir tentang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna dipero-
21
leh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontak pembelajaran dan kemudia diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan sntara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada
prinsipnya bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Refleksi biasanya dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, guru menyiapkan waktu sejenak untuk memberi kesempataan kepada siswa melakukan refleksi. Realisasinya
berupa: pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, catatan-catatan
dibuku siswa, kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari itu, diskusi, hasil
karya dan sebagainya.
g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi
gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui
karena untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa?
Hal yang dapat digunakan untuk penilaian, antara lain, laporan, pekerjaan rumah,
kuis, karyasiswa, presentasi, demonstrasi, karya tulis, dan hasil tes tulis.
2. Cooperative Learning
Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning bahwa
manusia adalah mahluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpaa kerjasama manusia akan
terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan
orang lain.
Cooperative learning atau sering disebut kooperasi, adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang berisi serangkaian aaktivitas yang diorgasasikan. Pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam
kelompok yang bersifat sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya
masing-masing.
Menurut Thomson, dkk (1995), di dalam pembelajaran cooperrative learning,
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan siswa, jenis kelamin, suku
bangsa dan latar belakang sosial budaya. Hal ini sangat bermanfaat karena untuk
melatih siswa dapat menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan
teman yang berbeda dengan latar belakangnya.
Dalam pembelajaran cooperative learning proses belajar tidak harus berasal
dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lain
Bahkan menurut Anita Lie (2002:30), menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan
sebaya (peer taching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal
22
ini disebabkan latar belakang, pengalaman, (dalam pendidikan sering disebut skemata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.
Selanjutnya Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie:2002) menyatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning.
Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari cooperative learning yang
harus dikembangkan antara lain :
• Saling ketergantungan
• Tanggung jawab perseorangan
• Tatap muka
• Tatap muka antar anggota, dan
• Evaluasi prosews kelompok
Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut ini :
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
mencapai kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingsemua anggota kelompok terus menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dalam
metode jigsow, Aronson menganjurkan setiap kelompok dibatasi hanya 4 siswa
saja dan anggota kelompok itu ditugasi bagian yang berlainan Ke-4 anggota tersebut kemudian berdiskusi atau bertukar informasi. Guru akan mengevaluasi semua bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain juga dapat berhasil. Untuk
penilaian setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.
b. Tanggungjawab Perseorangan
Sesuai model jigsow di di atas, setiap kelompok terdiri terdiri dari 4 siswa, bahan
bacaan dibagi beberapa bagian, masing-masing siswa mendapat bagian membaca
satu bagian. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui
dengan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lainnya.
Oleh karena itu tanggungjawab perseorangan merupakan prinsip yang mempunyai keterkaitan erat dengan prinsip saling ketergantungan positif. Siswa harus
mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya ia harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya, sehingga tidak mengganggu kinerja tim..
Tanggungjawab perseorangan ini dapat tercipta di dalam kelas apabila guru dapat
memberikan tugas yang bobot dan tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap
siswa dalam kelompok. Dengan demikian setiap siswa merasa mempunyai tanggung jawab yang sama dengan teman-teman lainnya dan dapat menyelesaikan tugas kelompoknya bersama-sama.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota, karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik dari pada hasil pemi-
23
kiran satu anggota saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing anggota. Tatap muka ini merupakan suatu bentuk ketrampilan sosial yang
memungkinkan siswa berinteraksi dengan anggota lainnya untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu siswa harus diberi kesempatan untuk saling mengenal,
saling menerima satu sama lainnya dalam kegiatan tatap muka, dan interaksi
pribadi.
d. Komunikasi Antar Anggota
Siswa harus dibekali berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan kelompok
sangat bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan
dan kemampuan mereka untuk mengemukakan pendapatnya.
Dalam hal ini siswa perlu diberi tahu tentang cara berkomunikasi secara efektif
misalnya bagaimana cara menyangga pendapat orang lain dengan ungkapan yang
halus tanpa menyinggung perasaan orang lain. Ketrampilan berkomunikasi dalam
kelompok kini memerlukan proses yang panjang, namun ini sangat bermanfaat
untuk memperkaya pengalaman belajar dan untuk pembinaan perkembangan
mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi Kelompok
Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dalam bekerja sama secara lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada
kerja kelompok, melainkan dapat diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning
a. Teknik Mrncari Pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang
harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan
sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkat umur anak.
Adapun caranya guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik tertentu, setiap siswa mendapat satu kartu. Kemudia setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang bertuliskan ”Jakarta” akan berpasangan dengan pemegang
kartu yang bertuliskan ”Ibu kota Negara Republik Indonesia”. Pemegang karttu
”rempah-rempah” berpasangan dengan kartu ”Maluku”. Siswa dapat bergabung
dengan dua atau tiga pemegang kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pemahaman konsep atau 2 atau 3 topik dikartu masing.
b. Bertukar Pasangan
24
Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain. Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua
tingkatan umur anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa
untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam kelompok, setelah selesai setiap
pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan
jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
c. Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, karena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukan partisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik.
Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempatdan memberikan
tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugassecara sendirisendiri, kemudian bergabung dengan teman lain dari anggota kelompoknya untuk
berdiskusi. Setelah selesai kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompoknya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanyaa kepada
anggota kelompok berempat.
d. Keliling Kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia
anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan salah satu siswa
dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga
ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat
diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
e. Jigsaw
Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis,mendengarkan dan berbicara.Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa
dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaraan menjadi lebih bermakna.
Siswa saling bekerjasama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan kesempatan berkomunikasi.
Teknik ini dapat diterapkan untuk semua kelas/tingkatan dan cocok untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Agama. Adapun caranya
adalah :
• Guru membagi bahan/materi menjadi empat bagian
• Guru sebelum membagikan tugas kepada kelompok, hendaknya menanyakan
apakah siswa sudah mengenal/mengetahui tentang topik tersebut. Kegiatan
braistorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa dalam
mendapat bahan/materi baru.
• Siswa dibagi dalam kelompok berempat
25
•
•
Bagian materi pertama diberikan kepada siswa pertama, bagian kedua
diberikan kepada siswa kedua, dan seterusnya.
Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian masing-masing.
3. Metode Karyawisata
Suryabrata (1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar
mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya
demgan pelajaran tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan
dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke
tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya memenuhi syarat tujuan instruksional IPS. Jadi jangan selalu membayangkan bahwa
metode karyawisata itu harus dilaksanakan dengan menempuh suatu perjalanan
yang jauh, menggunakan waktu berhari-hari dan menghabiskan biaya yang besar.
Inilah hakekat karyawisata dalam pengajaran IPS yang berbeda dengan wisata
atau tamasya.
Guru dapat menerapkan metode karyawisata dengan terarah sesuai dengan tujuan instruksionalnya, apabila memperhatikan hal-hal seperti berikut ini:
a. Mengetahui hakekat karyawisata
b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan karyawisata
c. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya
d. Mengetahui ketrampilan memilih pokok-pokok bahasan yang cocok dikembangkan dengan metode karyawisata
Selain itu guru juga harus memperhatikan keadaan siswa yang terlibat dalam
proses belajar mengajar, bahwa :
a. Siswa memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari (sense of interest)
b. Siswa memiliki dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality)
c. Siswa memiliki dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik
perhattiannya (sense of discovery)
Ketiga hakikat naluriah siswa tersebut harus mendapat perhatian guru, untuk
selanjutnya dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Dalam melaksanakan
metode karyawisata harus tetap diusahakan mengembangkan minat siswa yang
dilibatkan. Dari minat siswa yang tinggi tersebut, kita arahkan mereka untuk
mencocokan hal-hal yang mereka peroleh di dalam kelas dengan kenyataan yang
dijumpai di masyarakat.
Selanjutnya melalui proses berikutnya siswa akan mampu menemukan sendiri gejala-gejala dan masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan di kelas pada
kenyataan praktisnya di masyarakat atau dilapangan’ Proses pengembangan dan
pemantapan sense of discovery inilah yang akan membantu siswa menjadi seorang peneliti.
26
a. Fungsi Metode Karyawisata
1) Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan
2) Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan atau sebaliknya
3) Membekali pengalaman riel pada siswa
b. Langkah-langkah Metode Karyawisata
Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan metode karyawisata, tahap pelaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Tahap persiapan
Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek lain yang menunjang pelaksanaan karyawisata.
2) Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan
Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan
akan berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini secara ketat harus tetap berlandaskan pada perencanaan, misalnya rencana dan tujuannya.
3) Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat)
Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata
Adapun laporan sebagai pertanggungan jawab, bobotnya harus disesuaikan
tingkat atau jenjang pendidikan siswa yang melaksanakan karyawisata. Misalnya untuk siswa SD cukup dengan mampu menceritrakan kembali dengan
kata-kata yang sederhana, atau membuat karangan bebas tentang apa yang
mereka lihat dan alami pada waktu melaksanakan karyawisata. Apabila tahap
ketiga ini terpenuhi dengan baik berarti guru telah memenuhi salah satu
indikator keberhasilan pelaksanaan karyawisata.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Karyawisata
Kelebihan Karyawisata
1) Siswa dapat menguasai obyek secara nyata dan bervariasi, seperti peninggalan sejarah, pasar, pantai, pabrik, dan lain-lain
2) Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan cara melihat,
mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari
3) Siswa mendapatkan informasi langsung dari nara sumber
Kelemahan Metode Karyawisata
1) Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran
2) Perlu pengawasan dan bimbingan guru
3) Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan transportasi dan pembiayaan
4) Jika pelaksanaan karyawisaata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan
minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai
27
4. Metode Role Playing (Bermain Peran)
Pengertian
Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama,
sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan
tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein
Achmad;1981:80).
Dengan demikian role playing adalah merupakan suatu teknik atau cara agar
para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial
(Winarno Surachmad;1973:125).
Jadi metode sosiodrama adalah cara mengungkapkan kehidupan dan hubungan
sosial secara keseluruhannya pada sekelompok siswa. Sedangkan metode bermain
peran lebih ditekankan psda setiap individu siswa dalam memerankan suatu tokoh
tertentu pada drama yang bersangkutan.
Dengan metode bermain peran siswa dapat menghayati dan berperan dalam berbagai figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang terencana dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja
sama dengan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Metode ini dapat diterapkan dalam pengajaran IPS pokok bahasan hubungan jehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh susunan dan masyarakat veodal.
Melaui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif
meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan,
nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlibat ketika siswa memainkan peran di dalam kelas. Dengan
demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu
kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.
Tujuan dan Manfaat Role Playing (menurut Shaftel)
1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup
2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya
3) Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu
4) Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan
5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemamapuan siswa
6) Pembentukan konsep secara mandiri
7)Menggali peranan-peranan dari seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan
8) Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis,
berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain
9) Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikirnya, dan perbuatannya.
28
Langkah-langkah Role Playing
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritra dari guru)
Memilih siswa yang akan berperan
Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi
Mengatur panggung/ruang
Permainan
Diskusi dan evaluasi
permainan berikutnya
Diskusi lebih lanjut
Generalisasi
Masalah-masalah sosial yang dapat dijajaki dengan metode role playing adalah
sebagai berikut (Max H. Waney dalam Husein Achmad;1981:82)
a. Masalah pertentangan antar pribadi-pribadi
1) Mengungkap perasaan orang-orang yang bertentangan
2) Menentukan cara-cara pemecahannya
b. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkap masalah hubungan antar suku,
bangsa, kepercayaan
c. Masalah kemelut pribadi. Kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya,
juga antara kelompok dan kemauannya.
d. Masalah masa lampau dan sekarang. Hal ini meliputi situasi yang kritis di waktu
lampau dan sekarang, dimana para pejabat dan pemimpin politik menghadapi berbagai permasalahan dan harus mengambil keputusan.
5. Metode Simulasi
Pengertian
Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura, dan simulation
yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura. Menurut Soli Abimanyu
(1980), bahwa simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
Dengan demikian simulasi itu dapat digunakan untuk melakukan proses-proses
tingkah laku secara imitasi. Contoh, misalnya simulasi tentang seorang pemimpin
yang otoriter, simulasi mengajar dan sebagainya.
Sebagai metode mengajar simulasi diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu ketrampilan tertentu
melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (B. Suryabroto;1986:63).
Tujan Simulasi
Rumusan tujuan simulasi berikut ini akan merupakan pegangan guru dalam memilih topik-topik yang akan disimulasikan. Tujuan langsung maupun tidak langsung
yang ingin diperoleh dari simulasi adalah:
1) Untuk melatih ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
29
2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep yang prinsip
3) Untuk latihan memecahkan masalah
Manfaat Metode Simulasi
Menurut Naissbit, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat
merangsang timbulnya berbagai alur pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkajian-pengkajian lebih lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka ketrampilan dan pengetahuan siswa yang dapat dikembangkan melalui simulasi antara lain :
1) Belajar tentang persaingan
Persaingan dan ketegangan yang timbul dalam permainan simulasi disebabkan peserta harus mengatasi sejumlah rintangan yang sengaja dirancang untuk permainan ini. Hal inilah yang dapat membanghkitkan rasa asyik para pemain.
2) Belajar kerjasama
Pada umumnya permainan pendidikan dirancang untuk memperoleh manfaat dari
kerjasama, tidak ada permainan yang dibuat untuk menimbulkan persaingan yang
kasar.
3) Belajar empaty (merasakan perasaan orang lain)
Taraf dimana permainan berhasil mendorong kerjasama atau sikap bersahabat
tergantung dari seberapa jauh mereka itu terlibat dalam peranan-peranan tersebut.
Semakin pemain mengenal peranannya, semakin ia peka dan mengerti keberadaan
orang lain yang menjalankan peran seperti itu
4) Belajar tentang sistem sosial
Seperti pada butir 3 di atas hanya ruang lingkupnya lebih luas yaitu sistem sosial
atau proses sosial, seperti menirukan proses legislatif, Pemilu, dan sebagainya.
5) Belajar konsep
Pengajaran dengan metode simulasi sangat sesuai untuk pengajaran konsep,
karena dapat mengembangkan aspek kognitif.
6) Belajar menerima hukuman
Siswa dapat melakukan kesalahan dalam simulasi, hal ini mungkin disebabkan
kurang terampil atau keputusan yang salah. Namun melakukan kesalahan dalam
simulasi adalah wajar dari kesalahan.
7) Belajar berpikir kritis
Simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikirkritis pada pemainnya,
karena mereka dapat dilatih mempelajari berbagai alternatif strategi sendiri, memperkirakan strategi lawan, menganalisis kebolehan simulasi dan sebagainya.
Prinsip-Prinsip Simulasi
Agar simulasi dapat mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal maka hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Simulasi itu dilakukan oleh oleh kelompok siswa. Tiap kelompok dapat melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2) Semua siswa harus terlbat langsung
30
3) Penentuan topik dapat dibicarakan bersama antara guru dengan siswa dan disesesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, tingkat sekolah, dan situasi setempat
4) Petunjuk simulasi dapat disiapkan lebih dahulu secara terperinci, tetapi dapat secara garis besarnya, tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya.
5) Dalam simulasi hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut aspek
kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian),
aspek afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati dan sebagainya), serta aspek psikomotor.
6) Harus diingat bahwa simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik
7) Dalam simulasi harus dapat digambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.
8) Dalam simulasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta
terjadinya beberapa proses dari seperti akibat-akibat, problem solving dsb.
Langkah-langkah Simulasi
Menurut Ida Badariyah Almatsir, Mulyono Tjokrodikaryo ()et-al:22-23), kegiatan
simulasi dapat dilakukan dalam 4 tahap yaitu: orientasi, latihan, simulasi (operasi),
dan debriefing (diskusi). Penjelasannya sebagai berikut :
1) Tahap I, orientasi
* Mengemukakan pokok bahasan dan konsep yang akan disimulasikan
* Menjelaskan model dan permainannya
2) Tahap II (pelaksanaan simulasi)
* Menetapkan skenario (aturan, peranan, prosedur, jenis keputusan yang akan
diambil sasaran)
* Tugas-tugas peran
* Latihan singkat
3) Tahap III: Pelaksanaan simulasi
* Kegiatan permainan dan pengaturannya
* Balikan dan penilaian (dari penampilan dan pengaruh keputuasn)
* Penjernihan (klarifikasi)
* Kelanjutan simulasi
4) Tahap IV: debriefing dengan peserta:
Mengandung semua atau beberapa dari kegiatan-kegiatan berikut ini:
• Ringkasan peristiwa dan persepsi
• Kesulitan dan pemahaman
• Analisis proses
• Perbandingan antara kegiatan dan dunia nyata
• Kaitan kegiatan simulasi dan materi pelajaran
• Rancangan ulang simulasi
Dalam simulasi guru bertindak sebagai fasilitator, guru dalam menghadapi
siswanya harus bersikap membantu dan tidak bersikap menilai. Guru harus mem-
31
bantu siswa mengembangkan pengertian dan penafsirannya terhadap peraturanperaturan permainan. Guru harus mendorong keikut sertaan siswa dan membantu
siswa menghadapi ketidak pastian.
Oleh karena dalam simulasi siswa belajar dari pengalaman yang disimulasikan, bukan belajar dari ceramah atau pidato dari guru, maka dalam hal ini guru
berperan sebagai :
1) Informan
Guru harus menjelaskan tentang simulasi, karena siswa harus benar-benar
mentaati aturan-aturan main yang telah ditentukan, terutama bagaimana cara
memulainya. Siswa harus mengetahui atau menyadari implikasi dari setiap
kegiatan simulasi. Guru dalam memberi penjelasan harus seminimal mungkin,
jelas, tidak bertele-tele, dan tidak perlu diulang-ulang..
2) Mengawasi atau mewasiti simulasi
Guru harus mengawasi keikut sertaan siswa dalam simulasi agar dapat memperoleh manfaat sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini guru harus bertindak
sebagai wasit, yaitu memegang ketat aturan-aturan mainnya, tetapi ia sendiri
tidak ikut main.
3) Melatih Siswa
Dalam melatih guru harus bertindak sebagai penasehat, suportif, bukan sebagai pengkhotbah. Misalnya guru harus memberi nasehat kepada yang meminta
atau memerlukan (seperti pada siswa yang pemalu)
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
1. Kelebihan Metode Simulasi
*
*
*
*
*
Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga terdorong untuk berpartisipasi
Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkunganm
yang sebenarnya
Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi
tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas
Strategi ini menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang
cakap dan kurang motivasinya
Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam analisis atau proses kemajuan simulasi
2. Kelemahan Metode Simulasi
*
Simulasi menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa
32
*
*
Menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas
atau gedung yang memadai
Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnyaa melibatkan permainan
Latihan
1. Jelaskan mengapa metode itu dianggap penting dalam kegiatan pembelajaran ?
(untuk jelasnya silahkan baca kembali tentang pengertian dan fungsi metode)
2. Anda telah mengenal bermacam-macam metode pembelajaran. Menurut pendapat
Anda metode apakah yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran IPS? (untuk lebih jelasnya silahkan Anda baca prinsip-prinsip dan teknik memilih metode)
3. Anda sebagai guru, bagaimanakah cara menciptakan kegiatan pembelajaran yang
berkualitas ? (lebih jelasnya Anda mencari sumber dari berbagai literatur yang
berkaitan dengan pembelajaran yang aktif dan berkualitas)
4. Guru dalam menentukan metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Cobalah Anda jelaskan tentang faktor-faktor tersebut!
5. Cobalah Anda jelaskan tentang pendapat konstruktivisme tentang pembelajaran
33
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI SD
Perlu Anda ketahui bahwa materi ini sangat penting karena memuat berbagai
ketentuan yang yang perlu dipahami sebagai dasar untuk mempelajari, memahami,
dan selanjutnya dapat mengaplikasikannya dalam mengajar di sekolah dasar. Dengan
menguasai materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian tentang media pembelajaran
2. Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran IPS
3. Menyebutkan macam-macam media menurut klasifikasinya
4. Menjelaskan teknik memilih media dalam pengakaran IPS di SD
Kemampuan di atas sangat penting bagi Anda sebagai guru IPS, karena dengan memiliki kemampuan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPS.Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana
sampai yang canggih. Dengan kata lain media itu tidak hanya sekedar sebagai alat
bantu, melainkan dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dewasa ini telah banyak menggunakan multi media dan mulai mengurangi penyampaian bahan pelajaran dengan cara ceraamah. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaaran yang yang menekankan ketrampilan proses, maka peranan
media menjadi sangat penting.
Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi,
baik perangaakat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) akan membawa perubahan yaitu bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan/informasi.
Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena
siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya buku literatur,
TV, siaran radio, surat kabar, dan majalah, bahkan dari jaringan internet.
A. Pengertian Madia
Secara harfiah kata ”media” dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak
dari ”medium” yang berarti perantara dan alat (sarana) untuk mencapaai sesuatu.
Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.
Sedangakan Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen
yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengaja, sehingga dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional. Lebih jelas lagi Koyo K dan
Zulkarimen Nst, (1983) mendefinisikan media se- bagai berikut
”Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya”.
34
Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar pada dirinya. Penggunaan media
secara efektif memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Selanjutnya Husein Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengertiannya identik dengan keperagaan. Keperagaan berasal dari kata ”raga” yang berarti sesuatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati
melalui indera kita (Husesin Achmad, 1981:102).
Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode,dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
(Oemar Hamalik, 1977:23).
Sedangkan media pengajaran (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66) adalah segala
alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Alat bantu mengajar
ini berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran guru harus menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiata
mengajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah alat
atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) untuk menyampaikan
pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang di dalamnya ada unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan
(siswa), dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil dari kurikulum.
Sumber pesan harus melakukan enconding, yaitu menerjemahkan gagasan, pikiran perasaan atau pesannya ke dalam bentuk tertentu. Lambang tersebut berupa
bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan enconding, guru harus memperhatikan latar belakang penerima pesan, agar pesan tersebut mudah diterima.
Di lain pihak penerima pesan harus melakukan decoding, yaitu menafsirkan
lambang-lambang yang mengandung pesan. Apabila pesan/pengertian yang diterima oleh penerima pesan (siswa) sama atau mendekati pesan/pengertian yang dimaksud oleh sumber pesan (guru), maka komunikasi dapat dikatakan efektif.
Media dapat membantu guru menyalurkan pesan. Semakin baik medianya makin
kecil distorsi/gangguannya, makin baik pesan tersebut diterima siswa.
B. Fungsi Media
Di dalam proses belajar mengajar dewasa ini, masih banyak guru yang enggan
memanfaatkan media yang tersedia. Tetapi terjadi kecenderungan para siswa dibiasakan sekedar mendengarkan apa yang dianjurkan oleh guru, kemudian mencatat, dan kemudian dipaksa menghafalkan di luar kepala, atau sering dikenal dengan istilah duduk, dengar, catat, hafal.
Keadaan seperti ini akan menghasilkan sikap verbalisme yang mengakibatkan
siswa hanya pasif di dalam proses belajar mengajar. Dalam rangka menciptakan
35
1.
2.
3.
4.
CBSA serta mengembangkan ketrampilan proses pada siswa, penggunaan berbagai macam media (multi media sangat membantu proses pembelajaran.
Pada kakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan di
kelas merupakan tempat guru dan siswa melakukan tukar pikiran dan mengembangkan ide-idenya. Dalam berkomunikasi sering terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan
verbalisme, ketidak siapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha mengatasinya adalah dengan menggunakanmedia secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disamping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga juga untuk meningkatkan
keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta memberikan umpan balik.
Sejalan dengan perubahan pandangan tentang pengertian belajar mengajar,
maka berubah pula pandangam terhadap media. Dewasa ini media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu yang digunakan jika perlu atau sekedarselingan,
melainkan dipandang sebagai komponen dari sitem instruksional. Oleh karena itu
penggunaan media harusdirancang, disiapkan, dipilih dan disusun secara cermat
sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Sebagai salah satu
komponen sistem, maka media ikut mempengaruhi bekerjanya komponen lain,
dengan demikian ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dapat
disimpulkan bahwa media bukan lagi hanya sekedar alat mantu, tetapi merupakan
bagian integral dari sistem instruksional. Maka penggunaan media dalam proses
pembelajaran mutlak diperlukan.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Basyaruddin Usman
dan H. Asnawir (2002;13-15) mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa
Pengalaman masing-masing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang
berasal dari dua lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda akan menampakkan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat mengatasi mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
Media dapat mengatasi ruang kelas
Di dalam kelas banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misalnya obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat
atau terlalu lambat, dan hal-hal yang terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas
dengan menggunakan media.
Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan
Misalnya mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalahmasalah sosial di masyarakat
Media menghasilkan keragaman pengamatan
Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal
yang penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
36
5. Media dapat menanamkan konsep dasar, yang benar, konkrit, dan realistis
Penggunaan media gambar, film, model, grafik, atau bahkan benda aslinya dapat
memberikan konsep yang benar
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
Dengan menggunakan media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin
tajam, pemahaman konsep-konsep semakin lengkap.Dengan demikian menambah
rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan minat baru untuk belajar.
7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan
siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsanagan
untuk belajar lebih lanjut.
8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang abstrak
Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang wujud,
ukuran, dan lokasi. Selain itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang
arti kepercayaan dan kebudayaan.
Dengan konsepsi yang semakin mantap itu fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa
Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran harus dipersiapkan
secara matang. Sebelum menetapkan jenis media apa yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan hal-hal penting tentang
media pengajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pengajaran adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang
manunggal (integrated) dengan proses atau sistem mengajar, bukan merupakan tambahan atau ekstra yang digunakan apabila waktu mengijinkan atau
mengisi waktu senggang saja Sebab penggunaan media pengajaran diperuntukan mencapai tujuan tertentu.
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dari pada data. Hal
ini sangat dibutuhkan dalam metode inquiry, problem solving dan diskusi.
3. Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar
hirakhi (sequance) dari pada jenis alat dan kegunaannya. Sebab kita pahami
siswa lebih mudah menghayati hal yang langsung dari pada yang tidak
langsung, begitu pula lebih mudah memahami hal-hal yang konkrit dari pada
hal yang abstrak.
Berdasarkan konkrit abstraknya gambar yang disajikan, kerucut Edgar Dale
menggambarkan tingkat-tingkat pengalaman sebagai berikut :
a. pengalaman langsung
b. pengalaman tiruan
c. pengalaman dramatisasi
37
d. demonstrasi
e. karyawisata
f. pameran
g. televisi
h. gambar hidup dan film
i. rekaman, radio, gambar tetap, grafik, peta
j. lambang visual, seperti : bagan, grafik, peta
k. lambang kata, seperti membaca, mendengarkan, bicara
4, Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum,
selama, dan sesudah penggunaannya. Artinya guru harus memperhitungkan
untung rugi dan kebaikan dari penggunaan atau memilih media tersebut.
5. Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila diorganisir secara sistematis, jadi jangan hanya sekedar menggunakan
6. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar
proses dan merangsang semangat belajar siswa. Dengan multi media akan mengurangi rasa bosan siswa dan membantu siswa memfungsikan aneka jenis
inderanya, sehingga proses belajar siswa akan lebih mudah dan mantap (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66-68)
C. Macam-macam Media Dalam Pengajaran IPS
Dalam rangka pengajaran IPS banyak sekali media yang dapat dipakai. Karena beranekaragamnya media yang dapat dipakai, maka dapat dilakukan berbagai
macam penggolongan atas dasar kategori tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada 4 klasifikasi media pengajaran yaitu:
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro
projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi
electris, radio, rekaman pada tape recorder
3. Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya film, televisi, benda-benda
tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan (model, bak pasir, peta elekktris,
koleksi diorama)
4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya
Selain itu media pengajaran juga dapat digolongkan atas kategori-kategori:
1. Berdasarkan atas penggunaannya, media pengajaran terdiri dari:
a. Media yang tidak diproyeksikan (non-projected). Trdiri dari papan tulis,
gambar peta, globe, foto, model, sketsa, diagram, grafik.
b. Media yang diproyeksikan . Terdiri dari: slide, filmstrip, over head
proyektor (OHP, micro projection)
2. Berdasarkan atas gerakannya, media pengajaran terdiri dari:
a. Media yang tidak bergerak. Terdiri atas: filmstrip, OHP, micro projector
b. Media yang bergerak. Terdiri dari: film lop, TV, Video tape, dan lain-lain
38
3. Berdasarkan fungsinya:
a. Visual media, media untuk dilihat seperti, gambar, foto, bagan, skema,
grafik, film, slide
b. Audio media, yaitu media untuk didengar, seperti, radio, piringan hitam,
tape recorder
c. Gabubgan a da b; misalnya film bicara, TV, video tape
d. Print media; misalnya barang-barang cetak, buku, koran, majalah, buletin
e. Display media; seperti papan tulis, papan buletin, papan flanel
f. Pengalaman sebenarnya dan tiruan; misalnya praktikum, permainan, karyawisata, dramatisasi, simulasi.
D. Jenis-jenis Media Dalam Pengajaran IPS
Jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam
pengajaran IPS antara lain :
• Media yang tidak diproyeksikan
• Media yang diproyeksikan
• Media audio
• Sistem multimedia
Untuk jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Media yang tidak dapat diproyeksikan
Jenis media ini tidak memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya,
media yang tidak diproyeksikan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam; yaitu:
gambar diam, bahan-bahan grafis, model, dan realita (Makminan;2000:91)
a. Gambar diam (still picture)
Gambar diam adalah gambar fotografik atau menterupai foto-grafik yang menggambarkan lokasi atau tempat, benda-benda serta obyek tertentu. Gambar
diam yang paling banyak digunakan dalam pengaajaran IPS adalah peta,
gambar obyek-obyek tertentu, misalnya, gunung, pegunungan lereng, lembah,
serta benda-benda bersejarah.
b. Bahan-bahan grafis (graphic materials)
Bahan-bahan grafis adalah bahan-bahan non fotogrfik dan bersifat 2 dimensi
yang dirancang terutama untuk mengkimunikasikan suatu pesan kepada siswa
(audience). Bahan grafis ini umumnya memuat lambang-lambang verbal dan
tanda-tanda visual secara simbolis. Bahan-bahan grafis ini terdiri dari grafik,
diagram, chart, sketsa, poster, kartun, dan komik.
c. Model dan realita
Model adalah media yang menyerupai benda sebenarnya dan bersifat tiga dimensi. Jadi benda ini merupakan tiruan dari benda atau obyek sebenarnya
yang sudah disederhanakan. Dengan model ini siswa mendapatkan pengertian
yang konkrit tentang benda atau obyek yang sebenarnya dalam bentuk yang
disederhanakan (diperbesar atau diperkecil). Model seperti ini banyak dipakai
di sekolah-sekolah dewasa ini, misalnya model gunung berapi yang dibuat
39
dari (tanah liat, kertas atau semen), tiruan tentang rumah, model candi, pabrik,
model tiruan bumi (globe) dan sebagainya.
Realita adalah model dan benda yang sesungguhnya seperti uang logam,
tumbuh-tumbuhan, binatang yang pada umumnya tidak dianggap sebagai
visua, karena istilah visual mengandung makna representatif (mewakili suatu
benda/obyek dan bukan benda itu sendiri). Media semacam ini banyak digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Media visual yang diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua
macam yaitu: media proyrksi yang tidak bergerak dan media proyeksi yang
bergerak.
a. Media proyeksi yang tidak bergerak
(1) Slide
Slide adalah gambar atau ”image” transparansi yang diberi bingkai
yang diproyeksikan dengan cahaya melalui sebuah proyektor. Slide
dapat ditampilkan satu persatu, sesuai dengan keinginan. Ada pula
yang urutan penampilannya sudah diatur sedemikian rupa dan diberi
suara, sehingga disebut slide suara (sound slide). Presentasi slide berada di bawah kontrol guru, sehingga kecepatan serta frekuensi putarnya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
(2) Film strip (film rangkai)
Pada dasarnya film strip ini sama dengan slide. Perbedaan yang prinsip: kalau slide menyajikan gambarnya secara terpisah atau satu persatu, sedang film strip gambar-gambar itu tidak terpisah tetapi sudah
tersusun secara teraturberdasarkan sequensinya. Seperti slide, film
strip dapatdisajikan dalam bentuk bisu (tanpa suara) atau dengan suara
(sound-film).
(3) Overhead Projector (OHP)
OHP adalah alat yang dirancang untuk menayangkan bahan yang berbentuk lembaran transparasi berisi tulisan, diagram atau gambar dan
diproyeksikan ke layar yang terletak di belakang operatornya.
(4) Opaque Projector)
Media ini disebut demikian karena yang diproyeksikan bukan transparansi tetapi bahan-bahan sebenarnya, baik benda-benda dasar atau tiga
dimensi, seperti mata uang dan model-model.
(5) Micro projection
Berguna untuk memproyeksikan benda-benda yang terlalu kecil (yang
biasanya diamati dengan microscope), sehingga dapat diamati secara
jelas oleh siswa.
b. Media proyeksi yang bergerak
(1) Film
Sebagai media pengajaran film sangat bagus untuk menerangkan suatu
proses, gerakan, perubahan, atau pengulangan berbagai peristiwa masa
40
lampau. Film dapat berupa visual saja, apabila film itu tanpa suara,
dan dapat bersifat audio-visual, apabila film itu dengan suara.
(2) Film Loop (Loop film)
Media ini berbentuk serangkaian film ukuran 8 mm atau16 mm yang
ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga dapat berputar terus
berulang-ulang selama selama tidak dimatikan. Karena tanpa suara
(silent) maka guru harus memberi narasi (komentar) sendiri, sementara
film terus berputar.
(3) Televisi
Sebagaai media pendidikan, TV mempunyai beberapa kelebihan antara lain, up to date, dan selalu siap diterima anak-anak karena merupakan bagian dari kehidupan luar sekolah mereka. Sifatnya langsung dan
nyata. Melalui TV siswa akan mengetahui kejadian-kejadian mutakhir, mereka dapat mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh penting,
serta melihat den mendengarkan pendapat mereka.
(4) Video Tape Recorder (VTR)
Walaupun sebagian fungsi film dapat digantikan oleh video, namun
tidak berarti bahwa video tape akan menggantikan film, karena
masing-masing karakteristik tersendiri.
3. Media Audio
Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan transmisi suara
(manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan pembelajaran.Yang termasuk media audio adalah
a. Radio Pendidikan
Media ini dianggap penting dalam dunia pendidikan, sebab dapat berguna
bagi semua tingkat pendidikan. Melalui radio, orang dapat menyampaikan
ide-ide baru, kejadian dan peristiwa penting dalam dunia pendidikan.
Dibanding media yang lain, radio mempunyai kelebihan, diantaranya:
daya jangkauannya luas, dalam waktu singkat, radio dapat menjangkau
audiece yang sangat besar jumlahnya, dan berjauhan lokasinya. Tetapi karena sifat komunikasinya hanya satu arah menyebabkan hasilnya sukit
untuk dikontrol.
b. Rekaman Pendidikan
Melalui rekaman (recording), dapat direkam kejadian-kejadian penting,
seperti: pidato, ceramah, hasil wawancara, diskusi dan sebagainya. Selain
itu juga dapat digunakan untuk merekam suara-suara tertentu, seperti: nyanyian, musik, atau suara binatang tertentu yang tidak mungkin didengar
langsung di ruang kelas. Kelebihan rekaman ini adalah ”play back” dapat dilakukan sewaktu-waktu dan berulang-ulang sehingga bagi guru mudah melakukan kontrol.
4. Sistem Multi Media
Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan visual
yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi penggunaan secara kom-
41
binasi dua atau lebih media pengajaran, dikenal sistem multi media. Perlu dimengerti bahwa konsep multi media ini, bukan sekedar penggunaan media
secara majemuk untuk suatu tujuan pembelajaran, namun mencakup pengertian perlunya integrasi masing-masing media yang digunakan dalam suatu
penyajian yang tersusun secara baik (sistematik). Masing-masing media
dalam sistem media ini dirancang untuk saling melengkapi, sehingga secara
keseluruhan, media yang dipergunakan lebih akan lebih besar peranannya dari
pada sekedar penjumlahan dari masing-masing media.
Bentuk-bentuk sistem multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah
kombinasi slide suara, kombinasi sistem audio kaset, dan kit (peralatan) multi
media. Satu perangkat (kit) multi media adalah gabungan bahan-bahan-bahan
pembelajaran yang meliputi dari satu jenis media dan disusun atau digabungkan berdasarkan atas satu topik tertentu. Perangkat (kit) itu dapat memenuhi
slide, film rangkai, pita suara, piringan hitam,gambar diam, grafik, transparan,
peta, buku kerja, chart, model dan benda sebenarnya.
E. Teknik Pemilihan Media
Media sebagai salah satu sarana dalam rangka membantu meningkatkan proses pembelajaran, mempunyai aneka ragam jenis dan karakteristik yang berbedabeda. Oleh karena itu seorang guru profesional seharusnya memiliki kemampuan
memilih secara cermat dan dapat menggunakan media pengajaran secara tepat.
John Jarolimek mengemukakan hal-hal yang hendaknya diperhatikan oleh
guru dalam menentukan pemilihan media, yaitu :
1. tujuan instruksional yang akan dicapai,
2. tingkat usia dan kematangan anak,
3. kemampuan baca anak,
4. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran, dan
5. keadaan/latar belakang pengetahuan atau pengalaman anak
John U Michaels menambahkan jenis ragam media, jangan sampai membingungkan atau berlebihan bagi anak.
Sedangkan A. Kosasih Djahiri dalam bukunya ”Studi Sosial/IPS” menambahkan lagi beberapa kriteria lain yaitu:
1. Keadaan dan kemampuan ekonomi guru, sekolah, siswa, serta masyarakat.
2. Keadaan dan kemampuan guru dalam menggunakan media
3. Tingkat kemanfaatan dari alat tersebut dengan membandingkan satu dengan
lainnya (A. Kosasih Djahiri; 1978/1979:68)
Menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002), ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras
(heardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya.
Oleh karena itu beberapapertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih media, antara lain::
42
1. Media yang dipilih harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus
diperhatikan dalam memilih media. Dalam penerapan media harus jelas dan
operasional, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku.
2. Aspek materi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media. Sesuai tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran
3. Kondisi siswa, dari segi subyek belajar, guru harus memperhatikan betul kondisi siswa dalam memilih media. Misalnya faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan
pertimbangan dalam memilih media.
4. Keberhasilan media di sekolah akan memungkinkan bagi guru untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, nerupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru. Seringkali guru menganggap bahwa suatu media
sangat tepat digunakan untuk suatu pokok bahasan/tema tertentu, tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media yang diperlukan. Sedangkan untuk
mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tidak mungkin
dilakukan oleh guru.
5. Media yang dipilih hendaknya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
kepada siswa secara tepat, dalam arti tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Media sederhana mungkin akan lebih menguntungkan dari pada menggunakan media canggih tetapi hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan dana yang dikeluarkan.
Latihan
1. Apakah media itu menurut pendapat Anda?
2. Mengapa media merupakan komponen penting dalam pembelajaran? Jelaskan
menurut pendapat Anda!
3. Anda sebagai calon guru tentunya telah memahami jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran terutama
untuk bidang studi IPS. Cobalah Anda jelaskan tentang jenis-jenis media
tersebut!
4. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan maka guru harus dapat memilih media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran secara secara tepat. Cobalah Anda jelaskan hal-hal apa sajakah
yang harus diperhatikan untuk memilih media yang tepat?
5. Cobalah Anda jelaskan fungsi dari media dalam pembelajran IPS!
43
BAB IV
PENDEKATAN INQUIRY, PROBLEM SOLVING, DAN
SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)
Pendahuluan
Pokok bahasan ini sangat penting untuk dipelajari karena nantinya, Anda akan
menerapkan dalam proses pembelajaran di SD. Harus disadari bahwa saat ini sering
dijumpai guru mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang sesuai dengan
karakteristikmateri pokok bahasan. Kelemahan ini disebabkan pemahaman tentang
macam-macam metode dan penerapannya masih sangat kurang, misalnya metode
inquiry, problem solving dan STM masih jarang digunakan dalam pembelajaran IPS.
Lebih memprihatinkan lagi ada anggapan bahwa metode inquiry dan STM hanya
untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA atau matematika saja.
Adapun cakupan dari materi ini meliputi:
1. pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD (peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD, peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD, pemanfaatan
sumber belajar, kapan metode inquiry diterapakan dalam pebelajaran;
2. metode pemecahan masalah (problem solving) yang terdiri masalah dan hakikat
pemecahannya, kelebihan dan kelemahan penerapan metode pemecahan masalah;
3. pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS (hakikat pendekatan STM,
pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS
Setelah mempelajari materi ini Anda dapat:
1. Mengubah cara mengajar yang konvensional menjadi konstruktivistik
Artinya bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru harus dirubah menjadi berpusat pada siswa. Siswa merupakan individu yang harus diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri isi, tujuan, dan cara belajarnya, peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.
2. Menanambah wawasan Anda tentang strategi pembelajaran
3. Menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan
evaluasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka pokok bahasan ini meliputi :
1. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD
1.1 Peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD
1.2 Peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD
44
1.3 Pemanfaatan sumber belajar
1.4 Bilamanakah pendekatan inquiry digunakan?
2. Metode pemecahan masalah (problem solving)
2.1 Masalah dan hakikat pemecahannya
2.2 Kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah
2.3 Penerapan metode pemecahan masalah
3. Pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS
3.1 Hakikat pendekatan STM
3.2 Pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS
45
A. Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran IPS
Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajaran guru harus
menfasilitasi peserta didik untuk membangun sendiri konsep-lonsep baru berdasar
konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang
hampa, melainkan dalam konteks sosial, dimana mereka dapat berinteraksi dengan
orang lain untuk merekonstruksi ide-idenya. Dengan demikian konsep lama yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman konsepkonsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Inquiry-discovery-problem solving, adalah istilah-istilah yang sesungguhnya
mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukan kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan. Selanjutnya Sund menyatakan bahwa discovery adalah proses mental
dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental
tersebut misalnya, mengamati, mengklasifikasi, membuat bagan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.
Sedangkan inquiry dibentuk melalui discovery, dengan kata lain inquiry adalah
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry
mencakup proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
Pendekatan inquiry, sebenarnyasudah dikenal sejak lama, dan sudah digunakan
dalam proses pembelajaran. Hanya penggunaannya relatif masih jarang, dan bahkan
sering diabaikan. Pada umumnya guru IPS lebih banyak menggunakan metode yang
bersifat instructur centered, dimana guru sebagai penentu utama jalannya proses pembelajaran, sedankan siswa sebagai pihak penerima belaka.
Menurut Syah (Nursid Sumaatmadja:2003), penguasaan guru tentang metode
mengajar masih di bawah standar. Kenyataan ini diperkuat oleh penelitian Balitbang
Depdikbud yang menyatakan bahwa kemampuan mebaca siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah, salah satu penyebabnya adalah kegiatan dalam proses belajar.
Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan penerapan/penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut
adalah inquiry, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hal yang terpenting dalam inquiry adalah siswa mencari sesuatu sampai tingkatan ”yakin” (beliefpercaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis, interpretasi, dan pembuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inquiry akan dicapai tingkat pencarian
alternative pemecahan masalah tersebut. Dengan inquiry siswa akan dilibatkan melakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan, dan ini akan
memberi motivasi yang tinggi.
46
Pada inquiry, proses adalah produk dari belajar, dan di dalam proses tersebut
kurang diperhatikan terhadap ”kebenaran” jawaban, sebab kesimpulan yang mereka
buatadalah kesimpulan tentatif dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu.
Pendekatan inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri
untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban
atau masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan
bersikap pasif, menerima dan menghafal, pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Melakukan inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Oleh karena itu strategi inquiry dalam proses pembelajaran adalah, strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi
dan melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggung jawab untuk
memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan yang eksplorasi, mengajukan hipotesis
untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang dipakai untuk menguji
hipotes, dan sampai pada pengambilan yang masih tentatif.
Berdasarkan kadar inquirynya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
• free inquiry
Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara
belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya.
• modified free inquiry
Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan pengawasan guru.
• guided inquairy
Kebebasan siswa makin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar
I. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Inquiry
Pada prinsipnya inquiry adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator, dan fasilitator. Guru harus
membimbing dan membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan
masalah-masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang
tepat, dan membimbing siswa melakukan penyelidikan.
Guru menciptakan suasana belajar yang menjamin kebebasan untuk melakuukan eksplorasi, mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan berbagai cara. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara bersikap
terbuka dalam menerima pendapat, bersedia menerima, memeriksa/menimbang
semua usaha yang diajukan siswa, dengan ringan hati memberikan kunci-kunci
pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbuat kreatif dan
mandiri, mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat dan tafsiran yang berbeda-beda.
Didalam pembelajaran inquiry guru berperan sebagai fasilitaor :
1. Menyiapkan tugas, masalah/problem yang akan dipecahkan oleh siswa
47
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Memberikan klarifikasi-klarifikasi
Menyiapkan setting kelas
Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
Memberikan kesempatan pelaksanaan
Sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa
membantu siswa agar dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan
implikasi-implikasinya.
Guru sebagai fasilitator, bersedia menstimulir siswanya untu berpikir aktif,
dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data
dan informasi. Selain itu guru juga harus menghadapkan siswa pada masalah,
kontradiksi, implikasi, asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai. Kemudian
guru mengklasifikasi respon siswa dan menyarankan alternatif penafsiran terhadap data. Guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa
menemukan dan menglasifikasi jawaban yang tepat. Oleh karena itu guru diminta
memiliki ketrampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan
memecahkan masalah.
Menurut Kosasih (1978:46), untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inquiri antara lain :
a. Memiliki kemampuan sebagai perencana (paner), baik rencana program
pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi
b. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaikbaiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya
c. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik
d. Guru memiliki kemamnpuan sebagai menejer
e. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai
cara untuk memotivasi siswa belajar
f. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai.
II. Peranan Siswa Dalam Pembelajaran Inquiry di Sekolah Dasar (SD)
Dalam inquiry siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan,
merespon masalah dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan.
Siswa bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan
pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami
oleh siswa sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang
sangat cepat dewasa ini, siswa dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan
berpikir secara ilmiah pula. Dengan melalui inquiry, siswa akan belajar bagaimana belajar.
48
Melalui pembelajaran inquiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut menentukan tujuan, isi, dan cara belajar; misalnya siswa aktif mencari dan menemukan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih
banyak bersifat pemikiran dan penerapanprinsip dan generalisasi agar dapat
mengembangkan dinamika dan kreativitas siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.
Ditinjau dari segi siswa, dengan inquiri terjadi proses mental yang tinggi,
sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan
self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto 1986:
44). Dengan demikian pendekatan inquiri sebenarnya sangat bermanfaat bagi
siswa. Manfaat tersebut (Mukminun; 2000:68), antara lain :
1. Mengembangkan ketrampilan siswa untuk untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri
2. Mengembangkan kemamampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi
intelektualnya
3. Membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir
obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun
kelompok, dan
4. Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery,
dimana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam
menhgadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari.
III. Pemanfaatan Sumber Belajar
Seperti halnya metode yang lain, inquiri juga membutuhkan sumber belajar.
Misalnya bukan sumber belajarnya apa, melainkan bagaimana sumber belajar
tersebut dapat dimanfaatkan/digunakan dalam proses pembelajaran. Inquiri memerlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran tersebut digunakan
untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis. Sebenarnya banyak
sekali sumber belajar yang luput dari pengamatan kita atau kita mengetahui
sumber-sumber belajar tersebut tetapi tidak termanfaatkan. Hal ini disebabkan karena sumber-sumber belajar tersebut tidak terjangkau oleh kemampuan guru,
sebagian lagi disebabkan karena guru tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan teknis untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut.
Sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran oleh
guru dalam pembelajaran inquiri adalah :
1. Gambar. Sangat bermanfaat untuk membantu siswa guna memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat
transportasi, peristiwa-peristiwa penting dan berbagai macam bentuk pakaian.
2. Model. Anda dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku bangsa dengan
pakaian adatnya masing-masing. Boneka yang berpasangan tersebut sangat
efektif untuk menjelaskan betapa kayanya ragam budaya kita. Selain itu dapat
juga digunakan model alat transportasi tradisiuonal misalnya delman/gerobak.
49
3. Peta dinding. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep
ruang, konsep jarak, perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berbagai daerah yang berbeda.
4. Barang-barang bekas. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang
pencemaran, pemanfaatan bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
5. Slide dan Film. Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu
peristiwa, permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, perkembangan suatu wilayah/kota.
6. Bahan cetak. (buku teks, dokumen, arsip). Buku teks masih tetap digunakan,
mengingat luasnya persoalan yang berkembang selama kegiatan inquiri.
Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar
Guru harus mengupayakan agar siswa dapat belajar efektif dan menyenagkan.
Siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan tetapi terlibat secara
fisik, mental maupun emosionalnya. Oleh karena itu diharapkan hasil belajarnya akan bermanfaat dan bermakna untuk diterapkan/digunakandalam situasi
yang berbeda. Sebagai guru harus kreatif dan selalu mengikuti perkembangan.
Guru harus secara terus-menerus memberi rangsangan kepada siswa untuk
selalu mencari informasi, memecahkan masalah-masalah yang cukup menantang, akan tetapi yang oleh mereka dapat capai.
2. Guru harus mengetahui tempat dan letak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana prosedur memperolehnya. Untuk sumber belajar yang
ada di sekolah, prosedur pemakaian dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. Sumber belajar yang ada di luar sekolah diperlukan cara-cara dan prosedur sesuai dengan lembaga/instansi tempat sumber
belajar berada. Sumber belajar yang bersifat alamiah tidak diperlukan persyaratan khusus. Namun demikian unsur-unsur keselamatan dan efisiensi penggunaan sumber belajar patut diperhitungkan.
3. Guru harus memiliki ketrampilan untuk menoperasikan sumber belajar. Guru
sebaiknya berlatih membaca informasi atau petunjuk pengoperasian sehingga
tidak tergantung pada orang lain.
Adapun manfaat sumber belajar antara lain :
1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep
2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar
3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran dengan baik.
4. Mendorong penerapan pendekatan secara aktif
5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
6. Adanya kerjasama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya
dapat meningkatkan semangat kerja guru
7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan,
sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber belajar untuk memperbaiki hasil belajarnya.
50
IV. Bilamanakah Metode/Pendekatan Inquiry Digunakan?
Meskipun inquiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif
dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat
dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di
”inquirikan”. Pendekatan inquiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan mengembangak kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang kurang cocok jika pengajaran itu bermaksud menyampaikan informasi.
Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inquiri akan tertanam
secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan meninggalkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya. Dengan latihan yang secara
teratur, duharapkan pengalaman itu akan memjadi ketrampilan yang selanjutnya
akan menimbulkan sikap percaya diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan
atau masalah yang sulit.
Nilai intrinsik dari penggunaan pendekatan inquiri afalah orang menjadi tabah
dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan
cara yang sudah biasadilakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia
akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan dan kemudian menyusun cara mengatasi/memecahkan masalah.
Namun demikian jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri pasti bermakna bagi siswa. Harus diingat bahwa
masing-masing materi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri dapat bermakna, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswasiswanya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri.
Suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi,
serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin
salah menurut gurunya.
2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan
pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan ”studi trip”
untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu harus disediakan
bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai
pandangan dan pendapat.
3. Pendekatan inquiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya
dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus.
V. Penerapan Metode Inquiri
Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil (Sunaryo:1989, 99-100), ada 5 tahap
pelaksanaan inquiri tang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.
Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inquiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses
pelaksanaan inquiri dengan ”yes and no quertions”. Artinya pertanyaan hendak-
51
nya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya ”ya” dan ”tidak”. Maksudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan
siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang terbuka
(open-ended) dari guru. Pelaksanaan inquiri dapat dimulai dengan masalah, ide,
atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses
berpikir secara inquiri.
Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi
tentang peristiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan
pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ”ya” atau ”tidak”.
Tahap ketiga, adalah melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau
unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat
terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi dan
menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihat apa yang
akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan menguji
langsung, terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses merubah hipotesis ke dalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan dan
praktek.
Selanjutnya guru harus memperdalam proses inquiri siswa dengan memperluas
jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benda (object)), sifat (properties), kondisi
(conditiopns), dan peristiwa (events).
Pertanyaan tentang benda dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identitas benda.
Contoh: Apakah kepadatan penduduk di kota itu karena urbanisasi?
Pertanyaan tentang sifat berusaha untuk menverifikasi perilaku suatu benda di
bawah suatu kondisi tertentu sebagai suatu cara menambah informasi baru untuk
membantu menyusun teori.
Contoh: Apakah banyak sedikitnya barang akan menentukan harga?
Pertanyaan tentang kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem yang
ada pada saat itu.
Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar?
Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk menverifikasi kejadian atau keadaan dari suatu peristiwa.
Contoh: Apakah kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi manusia?
Tahap keempat, Guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun
suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.
Tahap kelima, Siswa diminta untuk menganalisis proses inquiri. Dalam hal ini
siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif
atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara memperolehnya sehingga data/informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini
52
penting karena menjadi dasar pelaksanaan inquiri berikutnya, artinya guru harus
memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan.
Berikut ini secara garis besar dapat dilihat sistematiakamodel inquiri:
1. Tahap satu
: - menghadapkan pada permasalahan
- menjelaskan prosedur inquiri
- menyampaikan permasalahan
2. Tahap kedua : - pengumpulan data dan verifikasi
- menverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa
3. Tahap ketiga : - mengumpulkan data eksperimentasi
- mengisolasi variabel yang relevan
- menyusun dan menguji hipotesis
- hubungan sebab akibat
4. Tahap keempat : - mengorganisir, formulasi, dan penjelasan
- menyusun deskripsi atau penjelasan
5. Tahap kelima : - analisis proses inquiri
- analisis strategi inquiri dan dan mengembangkan proses
inquiri agar lebih efektif.
Latihan
1. Istilah inquiri-discovery-problem solving, sebenarnya mempunyai arti yang
sejiwa. Apakah maksud dari pernytaan tersebut? Cobalah Anda jelaskan
jelasnya baca pendapat Sund
2. Kegiatan apakah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan
pendekatan inquiri? Jelaskanlah! (jelasnya baca ”peran siswa dalam
pembelajaran inquiri)
3. Sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran dengan pendekatan inquiri. Mengapa
demikian? Cobalah Anda jelaskan!
4. Bagaimanakah pendekatan inquiriBilamanakah pendekatan inquiri dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPS? Jelaskanlah! (penjelasan lebih lanjut Anda
dapat baca pada pembahasan tentang bilamana inquiri harus dilaksanakan.
5. Cobalah Anda jelaskan tahap-tahap inquiri menurur Bruce Joyce dan Marsha
Weil! (penjelasan lebih lanjut baca tentang tahap-tahap pelaksanaan inquiri)
:
53
B. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
I. Masalah dan Hakikat Pemecahannya
Dalam berpikir akan banyak melibatkan pemecahan masalah. Hal itu tidak
berarti bahwa berpikir itu hanya terbatas pada pemecahan masalah saja. Masalah
itu merupakan suatu hal yang mengandung keragu-raguan, ketidak pastian, atau
kesulitan yang harus dipecahkan, dikuasai, dan dijinakkan (Moh. Umar & Mas H.
Waney; 1980 : 2 ), Contoh: penyakit flu burung, pencemaran (udara, air dan
tanah), banjir, pertambahan penduduk alami di Indonesia yang sangat tinggi.
Berkaitan dengan masalah, Johnson & Johnson (Moh. Umar & Mas H.
Waney; 1980 ), mengatakan ada ketidak cocokan atau perbedaan antara keadaan
yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Dapat dikatakan bahwa masalah/
problem adalah suatu keadaan yang negatif yang tidak sesuai dengan keadaan
yang diharapkan.
Secara umum masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan yang oleh mereka/orang lain dianggap sebagai sumber kesulitan (difficuities), ketidak-puasan (unhappiness), dan yang memungkinkan untuk ditanggulangi.
Jadi masalah sosial merupakan situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Lebih jelasnya bahwa dengan adanya suatu masalah,
menuntut adanya suatu pemecahannya.
Dalam proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan terutama
masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat, mengenai diri siswa, masalahmasalah aktual yang menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti itu akan menyeret siswa berpikir tentang bagaimana cara pemecahannya. Jadi yang ditekankan
dalam problem solving adalah terpecahkannya suatu masalah secara rasional,
logis, dan benar.
Menurut sifatnya masalah itu beraneka ragam macamnya: statis-dinamis,
besar-kecil, dan sederhan-kompleks. Dengan demikian strategi pemecahannya
juga bermacam-macam, ada yang diperoleh dengan cara intuitif, coba-coba, tradisional, berdasar pengalaman masa lampau, dan sebagainya.
Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah, yaitu:
1. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan oleh penguasa yang
berwenang (pejabat, guru). Dalam hal ini sifat siswa pasif, karena segalanya
(isi, tujuan, dan cara belajar) yang menentukan adalah guru.
2. Pemecahan secara ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa metode, misalnya inquiri, discovery, problem solving dan sebagainya.
3. Pemecahan secara metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara
yang tidak rasional, misalnya secara gaib.
Dari ketiga pemecahan masalah di atas, yang sesuai dan rasional adalah pemecahan secara ilmiah. Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan atau yang disebut
54
ilmiah itu dapat dikatakan ilmiah, apabila:
1. Mempunyai obyek, artinya apaabila akan mencari kebenaran maka ilmu itu
harus sesuai dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan, melainkan kebenarannya, sebab tujuan ilmu yang utama adalah untuk mencapai
kebenaran.
2. Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran itu menggunakan metode ilmiah.
3. Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat dari segi waktu dan tempat.
4. Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada sebagai keseluruhan itu
mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain
Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini melalui suatu proses sebagai berikut::
1. Menyadari adanya suatu masalah
2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya:
a. Pikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya (hipotesis) pendekatannya.
b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan tersebut berdasar kriteria-kriteria tertentu
3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan
kemungkinan pemecahan lainnya.
Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan yaitu:
1. Menciptakan lingkunyan yang merangsang sehingga siswa memperoleh motivasi yang kuat untuk menjawab permasalahan dan kemudian menemukan
jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompoten.
2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari pemecahannya.
Kedua pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Hanya
perbedaannya jika pendekatan pertama didasarkan pada situasi nyata, sedangkan
pendekatan kedua didasarkan pada satu situasi buatan atau direncanakan.
Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan,
bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama,
mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan. Metode ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif. Dikatakan induktif, apabila dalam proses pembelajaran, guru dalam menjelaskan berangkat dari
data menuju ke pembuatan generalisasi. Sedangkan deduktif, apabila dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan memulai dari generalisasi menuju ke data
yang mendukungnya (Sunaryo:1989;127). Di dalam induktif siswa dihadapkan
pada masalah-nasalah atau ditempatkan pada situasi buatan yang ingin diketahui.
Siswa mulai berpikir, mengumpulkan data dan mengaturnya ke dalam kelompokkelompok yang diperlukan. Berangkat dari langkah-langkah tersebut, dibentuklah
konsep-konsep, pemikiran lebih lanjut terus dikembangkan untuk sampai pada
satu generalisasi.
55
II. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah
Kelebihan Metode Pemecahan Masalah
1. Siswa memiliki ketrampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal
dalam menghadapi dan memecahkan masalah baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun di tempat kerjanya kelak.
2. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan
pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya.
3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja. Karena siswa telah terbiasa memecahkan masalah dengan
lengkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa
pula untuk menghadapi kehidupan yang semakin kompleks.
4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan
ide-idenya.
Kelemahan Metode Problem Solving
1. Menemukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dan ketrampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan tingkat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa.
2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan lebih banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa.
3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa mengambil waktu pelajaran yang lain.
4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan
baru
5. Metode ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa.
III. Penerapan Metode Pemecahan Masalah
Menurut Johnson & Johnson (Husein Achmad dkk; 1981) pemecahan masalah
sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Definisi masalah
2. diagnose masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya)
3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya
4. Penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih, dan
5. Evaluasi keberhasilan
56
1. Definisi Masalah
Guru hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberlkan batasan terhadap
pengertian yang terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dianjurkan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Semua pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak
dan sekonkrit mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan
jangan mempersoalkan ketepatannya.
b. Rumuskan kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gambaran yang ideal dan aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki
sumber-sumber yang cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah
salah satu definisi yang oleh kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang
dipilih harus bersifat penting (important), dapat dipecahkan (solubble), dan
mendesak (urgent).
2. Diagnose Masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya)
Dalam langkah yang kedua ini kita akan mengupas penyebab timbulnya masalah dan akibat lebih lanjut apabila masalah tersebut tidak diatasi. Adapun
tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan-kekuatan
pendorong menuju kearah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang
menghambat atau menentang arah etrsebut.
3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya
Pada tahap ini adalah merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemecahan masalah . Setelah itu mencari faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Oleh karena itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami
pertentangan ide, dan mempunyai daya temu yang tinggi.
4. Penerapan dan penetapan suatu strategi
Setelah berbagai alternatif pemecahan masalah dipeoleh, maka pada tahap
ini kelompok memutuskan :
a. memeilih alternatif yang sesuai dengan masalah
b. memilih alternatif yang mempunyai banyak faktor pendukung dan sedikit
faktor penghambatnya, dan
c. meninjau keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila
diterapkan.
5. Evaluasi keberhasialan strategi yang dicapai
Alternatif-alternatif yang mempunyai alasan rasional, logis praktis, serta
tepat bila diterapkan, diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan:
* masalah apa yang sudah dipecahkan
* seberapa jauh pemecahannya
* masalah apa yang belum terpecahkan, dan
* masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini
Dalam penerapannya, metode pemecahan masalah ini dilaksanakan secara
kelompok, guru berfungsi sebagai pengarah dan motivator, sedangkan semua
pendapat digali dari siswa. Semua pendapat ditampung, kemudian diseleksi de-
57
ngan mencari alasan-alasan rasional, logis, dan tepat. Apabila sesuatu yang
tidak dapat digali dari siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan
metode pemecahan masalah ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah
menguasai langkah-langkahnya tahap-demi tahap.
Berdasar hasil penelitian bahwa anak didik melaksanakan problem solving
pada permulaan kelas tiga (Cheppy HC,u:100). Sesuai perkembangan usia anak
SD yang masih dalam tingkatan operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, ini merupakan kunci pokok dalam belajarnya. Selanjutnya Cheppy
mengatakan pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat mengumpulkan data, mengembangakan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi
dalam dalam bidang ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu mengikuti pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah.
Latihan
1. Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah. Cobalah Anda sebutkan dan
lelaskan masing-masing (lebih jelasnya bacalah kembali uraian tentang cara
pemecahan masalah)
2. Pengetahuan atau ilmu itu dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Jelaskan persyaratan tersebut! (lebih jelasnya
bacalah kembali tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah)
3. Cobalah Anda jelaskan perbedaan tentang pembelajaran secara induktif dan
pembelajaran secara deduktif . (untuk lebih jelasnya bacalah tentang masalah
dan hakikat pemecahannya)
4. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan. Cobalah
Anda jelaskan. (lebih jelasnya baca tentang kelebihan dan kelemahan metode
pemecahan masalah).
5. Bagaimanakah langkah-langkah kerja pemecahan masalah yang sistematik
dan benar? Cobalah Anda jelaskan! (Untuk lebih jelasnya bacalah langkahlangkah/tahap metode pemecahan masalh
58
C. Pendekatan Konsep Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
Dalam Pembelajaran IPS
I. Hakikat Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
Beberapa istilah STM antara lain: Sains-Technology-Society (STS), Science
Technology Society and Environtmen (STSE) atau sains teknologi lingkungan dan
masyarakaat (Satelingmas). Sebenarnya intinya sama yaitu environment, yang
dalam berbagai kegiaatan perlu ditonjolkan.
Istilah STM untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya
”Teaching and Learning About Science and Society”. Ia mengemukakan bahwa
konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa
sehari-hari (Jim Washington; 2002:26)
STM merupakan tendekatan terpadu antara antara sains, teknologi dan isu
yang ada di masyarakaat. Adapun tujuan STM adalah menghasilkan peserta didik
yang memiliki bekal pengetahauan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar, 1996).
Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain
keterpaduan produk dan proses, keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar
bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk
kelas tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena
idealnya untuk pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang
studi. Sedangkan untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti
keterpaduan antar bidang studi, karena biasanya masih menggunakan sistem guru
kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.
IPS adalah salah bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan
merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif dan
memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, memainkan peranan sangat
penting dalam situasi global dewasa ini.
Namun demikian yang kita jumpai dalam pengajaran IPS didominasi oleh
proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur. Sehingga tidak salah jika
dikatakan bahwa pengajaran IPS hanya menghafal konsep dan tidak bermakna,
tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di
dalam masyarakat.
Menurut Yager (Arnie Fajar;2002:27), secara umum pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik , sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki dampak
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari inrormasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
59
4. Penekanan pada ketrampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam
memecahkan masalah.
5. kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.
6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di
masa depan.
7. Kebebasan atau otonomi dalam rposes belajar.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa pendekatan STM dilandasi oleh 2
hal penting, yaitu:
1. Adanya keterkaitan yang eraty antara sains, teknologi, dan masyarakat yang
dalam pembelajarannyamenganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya
melalui interaksinya dengan lingkungan, dan
2. Dalam pembelajaran terkandung 5 ranah, yaitu: pengetahuan, sikap, proses,
kreativitas, dan aplikasi.
II. Pendekatan Sains dan Kaitannya dengan IPS
Keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat tidak diragukan lagi, ini
dapat dipahami melalui pernyataan-pernyataan berikut ini: Sebuah komite
nasional Amerika yaitu National Committee Science and Society (NCSS), mengeluarkan buku yang berjudul :”Ilmu Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menunjukan betapa pentingnya membahas dampak sosial dari kemajuan dan permasalahan ilmiah. Buku ini menjadi tonggak dalam upaya memperkenalkan pentingnya
STM sebagai jembatan antar program eksakta dan IPS.
William H. Cartwright (Arnie Fajar;2002:36), menyatakan bahwa ilmu alam
dan ilmu sosial mempunyai kaitan eratdan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu
alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah
dan yeknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap masyarakat. Inipun juga merupakan fenomena sosial. Pemikiran ilmiah akan berpengaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan
tersebut maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu
alam dengan dengan ilmu pengetahuan sosial.
Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukan bagi mata pelajaran IPA,
akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran
IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik
dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk mengatasi isu atau masalah yang timbuk di masyarakat tersebut, siswa dapat mengaplikasikan konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Sangat dimungkinkan dalam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep IPA.
Perkembangan sains dan teknologidapat menimbulkan perubahan masyarakat
itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing yang berupa teknologi. Misalnya
teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya mengubah kondisi kehidupan
60
masyarakat, tetapi juga dapat merubah cara hidup manusia dalam masyarakat tersebut (Mead; 1962:288).
Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai inovasi dalam bidang sains dan teknologiyang mengarah pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pada taraf teknologi mutakhir sekarang ini, sarjana sains dan teknologi hanya dapat hidup dan berkarya dalam suatu struktur masyarakat.
Dunia teknologi sudah mengambil skala dunia dan semakin menyatu dengan
totalitas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer (Manganwijaya;
1983). Dengan demikian antara sains, teknologi, dan masyarakat terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh dan untuk
masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika kehidupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya masalahmasalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi sering tidak diiringi dengan kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misalnya berbagai siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai
perrmasalahan terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah
meniru hal-hal yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis, mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi
dari kehidupan sekitar kita.
Dampak negatif dari penerapan sains dan teknologi menyebabkan berbagai
ketimpangan, misalnya goncangan fisik (physical shock) dan kejiwaan (psychological shock). Cobalah Anda amati dan hayati, kedatangan turis dari manca negara
ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat setempat,
dimana para remaja merasa gaul dan percaya diri tinggi jika mengikuti mode dari
luar, misalnya cara berpakaian, perilaku, makanan, potongan dan warna rambut.
Selain itu jhuiga menyebabkan munculnya masalah perilaku individu atau
masyarakat terhadap berbagai penyakit sosial. Misalnya di tempat-tempat wisata
Kaliurang di lereng gunung Merapi dan pantai Parangtritis di Yogyakartaakan
muncul wanita tuna susila, mereka ini merupakan media penularan penyakit
AIDSyang sangat menakutkan karena sampai sekarang belum ditemukan obatnya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia,
dimana penyebarannya dapat melalui kontak seksual dari pengidap atau penderita
kepada penerioma pertama. Selanjutnya penyakit tersebut dapat menular kepada
pasangannya. Penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril juga dapat menyebarkan penyakit tersebut dengan cepat.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi) harus dapat mensintensiskan konsep yang
relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut selain itu perlu dimasukkan unsur-unsur
pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M. Nu’man
Sumantri; 2001:198). Dengan demikian IPS dapat mengkanter berbagai permasa-
61
lahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat
dijadikan media dalam memberikan pemehaman tentang saians dan teknologi
dalam kehidupan manusia.
Peran IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat penerapan
sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masayarakat dapat menerima berbagai hasil sains teknolologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya
diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak
sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas Pejiadi (2002), pendidikan sains
yang pada mulanya yang hanya menekankan pada pembelajaran pembelajaran
konsep dan proses sains untuk untuk meningkatkan aspek kognitif saja. Tetapi
melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan aspek afektif, yaitu nilai
dalam bentuk kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif
dari perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsepkonsep pendsidikan IPS telah dimasukkan kedalam pengkajian pendekatan STM.
Artinya Pendidikan IPA dan IPS memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan
saling melengkapi.
Pendekatan STM ini sesuai dengan hakikat kurikulum Kurikulum Berbasis
Kompetensi KBK), yaitu merupakan upaya menyiapkan peserta didik memiliki
kemampuan intelektual, emosiaonal, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi.
Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut
kesediaannya untuk mengambil tindakan melalui instrumen-instrumen demokratis untuk menontrol kekuatan teknologi teknologi baik kepada manusia maupun
kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia.
Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru,
melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang sudah ada. Dengan
pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek
kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang yang
lebih menekankan pada segi prgmatis yang mengunkapkan hal-hal yang
bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa.
Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil
dengan baik, maka seorang guru penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Adapun tahap-tahap implemenatasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah:
1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/
masalah aktual yang ada di masyarakaat.
2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen dan diskusi.
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan diawal pembelajaran berdasar konsep yang
yang telah dipahami.
62
4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep
agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Latihan
1. Cobalah Anda jelaskan mengapa konsep STM dimasukkan kedalam
pembelajaran IPS?
2. Jelaskan tiga karakteristik pendekatan STM
3. Keterpaduan dalam STM sebenarnya terdiri dari empat pola. Cobalah Anda
sebutkan dan dari pola-pola tersebut pola manakah yang cocok untuk diterapkan di SD? Jelaskan pendapat Anda!
4. Ada beberapa ahli menyatakan bahwa antara mata pelajaran IPA dan IPS itu
mempunyai kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Mengapa
demikian? Cobalah Anda jelaskan!
5. Tuliskanlah sistematika tahap-tahap implementasi STM!
63
BAB V
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL (PKPS)
PENDAHULUAN
Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Pengetahuan Sosial secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya
bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber
pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan.
Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan
global sangat besar mempe- ngaruhi ekonomi suatu bangsa.
Pengembangan Pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial
dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin
pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan
kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya dan kewarganegaraan. sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.
A. Rasional
Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2004
yang dimulai dari SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk SD dan MI mata pelajaran Pengetahuan Sosial memuat materi pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Melalui mata pelajaran Pengetahuan sosial, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu
untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif.
Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan
tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Untuk itulah, Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan
kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus-menerus.
Pada hakikatnya Pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi
wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri saya?
Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri
saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya
menjadi anggota masyarakat dan dunia? Bagaimana kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya
telah dirancang dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan konpherensif.
Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan dalam kehidupan di masyarakat
dan proses menu- ju kedewasaan.
64
B. Pengertian
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan.
C. Fungsi dan Tujuan
Pengetahuan Sosial di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan ketrampilan tentang masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
Pengetahuan Sosial bertujuan :
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan sosial;
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pengetahuan Sosial meliputi :
1. Sistem sosial dan budaya
2. Manusia, tempat, dan lingkungan
3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
5. Sistem Berbangsa dan Bernegara
E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan
belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi :
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling
menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola,
struktur, dan hubungan
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan
dari berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup dan teknologi,
serta menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan
budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan
historis.
65
7. Berkreasi, menghargai karya artistik, budaya, intelektual serta menerapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab.
8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan
bekerja sama dengan orang lain
F. Standar Kompetensi Bahan Kajian Ilmu-Ilmu Sosial Kewarganegaraan
Standar kompetensi bahan kajian merupakan seperangkat kompetensi yang
dibakukan sebagaii hasil belajar pada bahan kajian tertentu. Standar Kompetensi
bahan kajian ilmu-ilmu sosial dan kewarganegaraan sebagai berikut :
1. Kemampuan memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial
dan budaya dan menerapkannya untuk :
a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul sebagai
akibat perbedaan yang ada dalam masyarakat;
b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan proses sosial
budaya;
c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur.
2. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang manusia,
tempat dan lingkungan dan menerapkannya untuk :
a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara
gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu;
b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi.
3. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang perilaku
ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk :
a. Berperilaku rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya
ekonomi
b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan;
c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi;
d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.
4. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu,
berkelanju- tan dan perubahan dan menerapkannya untuk :
a. Menganalis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian;
b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa
depan;
c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama,
etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa
sejarah
5. Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan
bernegara dan menerapkannya untuk :
a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum, dan menjalankan peraturan;
66
c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masayarakat dan pemerintahan yang
demok- ratis, menjunjung tinggi, melaksanakan, dan menghargai hak azasi
manusia.
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI
Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasi siswa
setelah melalui proses pembelajaran Pengetahuan sosial, antara lain :
Kelas I
Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di
ling- kungan rumah
Kelas II
Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan
hidup he- mat dalam keluarga serta memelihara lingkungan.
Kelas III
Kemampuan memahami :
(1) Kronologis peristiwa penting dalam keluarga;
(2) Kedudukan dan peran anggota keluarga;
(3) Aturan dan kerja sama di lingkungan;
(4) kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam
masyarakat;
(5) Kenampakan lingkungan
Kelas IV
Kemampuan memahami :
(1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi;
(2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitasnya dalam jual beli
(3) Menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat
(4) Sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara
Kelas V
Kemampuan memahami :
(1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya dan kegiatan ekonomi di
Indonesia;
(2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-budha, Islam sampai masa
kemerdekaan;
(3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras para tokoh
ke- merdekaan.
Kelas VI
Kemampuan memahami :
(1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan
kemerdekaan;
(2) Kegiatan ekonomi Indonesia dan negara teangga;
(3) Kenampakan alam dunia; dan
(4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi
manusia dan nilai-nilai Pancasila.
67
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS I
Standar Kompetensi
Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di
lingkung- an rumah
Kompetensi Dasar
1. Kemampuan
menunjukkan
identitas diri
Hasi Belajar
Indikator
1.1Mengetahui nama, a- •
lamat, nama orang tua
dan jumlah anggota
•
keluarga
1.2Menceritakan perila- •
ku kasih sayang dalam keluarga
•
•
2. Kemampuan me- 2.1Mengetahui manfaat
wujudkan hidup
hidup rukun dalam kerukun dalam kemajemukan keluarga
majemukan keluarga
•
•
•
•
•
•
Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
Menyebutkan nama ayah &
ibu atau wali
Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah
Menceritakan kasih sayang
ibu &ayah kepada anak
menceritakan hubungan kasih sayang antar anggota
keluarga
Memberi contoh kemajemukan dalam keluarga (misalnya: jenis kelamin, agama suku bangsa, kebiasaan)
Menjelaskan manfat hidup
hidup rukun dalam keluarga.
Mengidentifikasi hidup rukun dan tidak rukun
Menceritakan akibat jika tidak menjaga kerukunan
Menunjukan sikap saling
menghargai perbedaan dalam lingkungan keluarga
Menunjukan sikap tidak
membeda-bedakan perlakuan dalam keluarga
Materi Pokok
Identitas diri,
keluarga dan
kekerabatan
Hidup rukun
dalam kemajemukan keluarga
68
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
3. Kemampuan me- 3.1 Menguraikan perisngingat peristiwa
tiwa yang pernah diyang dialami
alami
•
3.2 Menguraikan peristiwa masa kecil berdasarkan cerita
orang tua/orang lain
•
•
•
4. Kemampuan me- 4.1 Menyebutkan fungnjelaskan lingkusi ruang dalam rungan rumah sehat
mah
•
4.2 Membiasakan kerapian dan kebersihan
rumah
•
•
•
5. Kemampuan me- 5.1 Menyebutkan tem•
mahami kegiatan
pat kegiatan jual beli
jual beli
•
5.2 Menyebutkan jenis
kegiatan jual beli
•
•
Menyebutkan peristiwa yg
pernah dialami
Menceritakan peristiwa me
nyenangkan yang pernah
dialami sendiri
Materi Pokok
Peristiwa
masa kecil
Menceritakan kembali halhal yang pernah dialami ber
dasarkan cerita orang tua/
orang lain
Menyebutkan peristiwa yg
terjadi di lingkungan keluar
ga berdasarkan cerita orang
tua/orang lain
Mengidentifikasi ruang da- Lingkungan
rumah
lam rumah
Menceritakan tentang fung
si dari setiap ruang
Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat
Menceritakan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Kegiatan jual
Mengidentifikasi warung,
beli
toko, dan pasar
Menyebutkan barang kebutuhan sehari-hari
Menceritakan kegiatan jual
beli
Menyebutkan barang-barang yang diperjual belikan
69
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS II
Standar Kompetensi
Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup
hemat dalam keluarga, serta memelihara lingkungan
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
1. Kemampuan
1.1 Menguraikan hak &
mengetahui hak
kewajiban anggota
dan kewajiban
keluarga di rumah
anggota keluarga di rumah
1.2 Menyadari hak dan
kewajiban anak
Indikator
•
•
•
•
2. Kemampuan me- 2.1 Mengetahui penwujudkan sikap
tingnya sikap saling
saling menghormenghormati dalam
mati dalam lingkehidupan keluarga
kungan keluarga
•
2.2 Menyadari pentingsikap saling menghormati dalam kehidupan keluarga
•
3.1 Mengetahui pentingnya hidup hemat
•
3. Kemampuan
membiasakan hidup hemat
•
•
•
3.2 Membiasakan hidup •
hemat dalam menggunakan barang-barang kebutuhan
Menyebutkan hak dan kewajiban orang tua dan anak
Menyebutkan hak dan kewajiban anggota keluarga
lainnya di rumah
Menceritakan akibat jika
anak tidak melaksanakan
kewajibannya dirumah
menceritakan jika hak anak
terabaikan
Menjelaskan pentingnya
menghormati orang tua dan
anggota keluarga lainnya
Menceritakan akibat jika
tidak saling menghormati
dalam kehidupan keluarga
Materi Pokok
Hak dan kewajiban anggota keluarga
Saling menghormati di
lingkungan
keluarga
Memberikan contoh sikap
menghormati orang tua dan
anggota keluarga lainnya
Menceritakan cara menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya
Menyebutkan pentingnya
hidup hemat
Memberikan contoh perilaku hidup hemat
Menceritakan pelaksanaan
hidup hemat (misalnya
menghemat air, listrik, pakaian, alat tulis, uang)
70
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
4. Kemampuan me- 4.1 Menemutunjukkan
manfaatkan dodokumen diri dan
kumen keluarga
keluarganya
sebagai sumber
belajar
4.2 Menceritakan cara
memelihara dokumen dan koleksi barang keluarga
5. Kemampuan me- 5.1 Menceritakan keandeskripsikan lidaan lingkungan
ngkungan alam
alam dan buatan di
dan buatan di sesekitar rumah
kitar rumah
5.2 Menceritakan cara
memelihara lingkungan alam di sekitar
rumah
•
•
•
•
•
•
•
•
Materi Pokok
Menceritakan pengalaman
hidup hemat
Menunjukkan dokumen diri Dokumen diri
dan keluarga
dan keluarga
Menceritakan peristiwa
yang terkesan waktu kecil
tentang diri dan keluarganya melalui dokumen (foto
dan akte)
Menjelaskan pentingnya
memelihara dokumen dan
koleksi barang keluarga
Menceritakan cara memelihara dokumen dan koleksi
barang keluarga
Mengidentifikasi lingkungan alam dan lingkungan
buatan
Menceritakan keadaan dan
buatan di sekitar rumah
Lingkungan
alam dan
buatan di
sekitar rumah
Memberikan contoh cara
memelihara dan menjaga
lingkungan alam di sekitar
rumah
Menceritakan pengalaman
membersihkan lingkungan
di sekitar rumah
71
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III
Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) kronologis peristiwa penting dalam keluarga (2)
Kedudukan dan peran anggota keluarga (3) Aturan dan kerjasama di lingkungan (4)
Kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat
dan (5) Kenampakan lingkungan
Kompetensi Dasar
1. Kemampuan
mendeskripsikan peristiwa
penting secara
kronologis dalam keluarga
Hasi Belajar
Indikator
1.1 Menemutunjukkan
•
peristiwa penting
yang terjadi pada
masa lalu dan mengurutkannya dalam •
garis waktu
•
1.2 Menentukan sikap
•
dalam rangka memperbaiki diri dengan
belajar dari pengalaman masa lalu
•
2. Kemampuan me- 2.1 Menceritakan kedundeskripsikan kedukan anggota kedudukan dan peluarga
ran anggota kelu- 2.2 Menyadari pentingarga
sikap saling menghormati dalam kehidupan keluarga
•
•
•
•
Mengumpulkan informasi
tentang peristiwa penting
masa lalu dalam kehidupan
keluarga
Membuat urutan peristiwa
penting dalam keluarga
menggunakan garis waktu
Menceritakan hubungan
antar peristiwa secara kronologis
Menceritakan pengaruh peristiwa yang terjadi pada
masa lalu terhadap masa
kini
Memberi contoh perilaku
yang perlu dipertahankan,
diperbaiki dan ditingkatkan
berdasarkanpengalaman
masa lalu
Menyebutkan kedudukan
setiap anggota keluaraga
Membuat silsilah keluarga
Menjelaskan peran setiap
anggota keluarga
Menjelaskan kecenderugan
perubahan peran dikeluarga
misalnya ibu yang bekerja
mencari nafkah
Materi Pokok
Peristiwa pen
ting
dalam
keluarga
Kedudukan
dan peran
anggota
keluarga
72
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan
ndeskripsikan
bentuk-bentuk kerja
bentuk-bentuk
sama di lingkungan
kerjasama di lingtetangga
kungan tetangga
•
•
3.2 Menguraikan manfaat kerjasama di
lingkungan tetangga
•
•
4.
4.1 Mendeskripsikan je- •
nis aturan sekolah
•
4.2 Menguraikan Manfaat aturan sekolah
•
•
•
•
•
Materi Pokok
Menceritakan pengalaman
siswa dalam melaksanakan
perannya dalam keluarga
Kerjasama di
Mengidentifikasi bentuklingkungan
bentuk kerja sama di lingkungan tetangga (mis. ber- tetangga
gotong royong membuat
rumah, membersihkan lingkungan, menjaga keamanan
lingkungan
Menjelaskan kerjasama
(gotong royong) sebagai
ciri khas bangsa Indonesia
Menceritakan pengalaman
siswa dalam melakukan
kerjasama di lingkungan
tetangga
Menyimpulkan manfaat
kerja saama di lingkungan
tetangga
Mengidentifikasi aturanaturan tertulis di sekolah
Mengidentifikasi aturanaturan tdak tertulis di sekolah
Menjelaskan kegunaan tata
tertib sekolah bagi kehidupan di sekolah
Mengidentifikasi perilaku
ketaatan dan pelanggaran
aturan di sekolah
menjelskan akibat melanggar aturan sekolah
Menyusun tata terib kelas
secara bersama-sama
Mempraktekan tata tertib
sekolah
Aturan-aturan sekolah
73
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan
nggunakan uang
manfaat uang dalam
sesuai dengan
memenuhi kebutukebutuhannya
han diri sendiri
Indikator
•
•
•
5.2 Mendeskripsikan
cara mengelola
uang
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrisikan jemahami jenis-jenis-jenis pekerjaan
nis pekerjaan
yang menghasilkan
baran dan jasa
•
•
•
•
6.2 Menguraikan pentingnya semangat
kerja untuk kemajuan masyarakat
•
•
•
7.Kemampuan me- 7.1 Memahami hak dan
nyadari hak &kekewajibanindividu
wajiban individu
sebagai warga masebagai warga ma
syarakat
syarakat
•
•
Menceritakan berbagai alat
tukar mis. barang dan uang
Menunjukkan jenis uang
yang beredar di masyarakat
(logam dan kertas)
Menceritakan kegunaan
uang
Materi Pokok
Uang
Menjelaskan cara mengelola uang dengan baik
Menjelaskan cara mengelola uang dengan baik
Jenis-jenis
Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di lingkungan pekerjaan
tempat siswa yang menghasilkan barang dan jasa
Membuat daftar pekerjaan
orang tua siswa yg mengha
silkan barang dan jasa
Memberikan alasan orang
harus bekerja
Menjelaskan pentingnya
memiliki semangat bekerja
Memberi contoh ciri-ciri se
mangat bekerja (misalnya
kerja keras, disiplin, jujur)
yang telah dilakukannya
dalam kehidupan seharihari
Menjelaskan hak dan kewa
jiban individu srbagai warga masyarakat
memberi contoh pelaksanaan hak dan kewajiban individu sebagai warga masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
Hak dan kewajiban individu sebagai
warga masyarakat
74
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
7.2 Menghargai hak dan •
kewajiban individu
sebagai warga masyarakat
•
8. Kemampuan ber
bicara dan berperilaku laku jujur
8.1 Mengetahui pengertian kejujuran
•
•
8.2 Membiasakan berbi
bicara dan berprilakiu jujur
9. Kemampuan me- 9.1 Menjelaskan letak
mahami denah &
ruang gedung sekopemanfaatannya
lah pada denah
•
9.2 Membuat denah sekolah & lingkungan
sekitar
•
•
•
•
10. Kemampuan memahami kenampakan alam dan pelestariannya
10.1 Mendeskripsikan kenampakan alam di
lingkungan sekitar
•
•
•
10.2 Membiasakan berprilaku untuk melestarikan lingkungan
•
•
Materi Pokok
Memberi contoh akibat jika
seorang warga masyarakat
tidak mendapatkan hak
Memberi contoh akibat jika
seseorang tidak melaksanakan kewajiban
Menjelaskan makna kejuju- Kejujuran
ran
Memberikan contoh berbicara dan berperilaku jujur
berdasarkan pengalamannya sendiri
Menunjukan sikap berprilaku jujur dalam kehidupan
sehari-hari
Denah
Membuat mata angin
Menggunakan denah seko- sekolah
lah untuk mencari suatu
obyek tempat dilingkungan
sekolah
Memberi contoh pemanfaatan denahdalam kehidupan
sehari-hari
Membuat denah sekolah
lengkap dengan rencana
penghijauan sekolah
Mengidentifikasi kenampakkan alam dan kenampakan
buatan di lingkungan sekitar
Menjelaskan manfaat kenampakan alam dan kenampakan
buatan bagi kehidupan
Menunjukan letak kenampakan alam dan kenampakan
buatan sesuai dengan arah
mata angin
Memberi contoh cara yang
baik dalam memperlakukan
lingkungan
Menjelaskan cara pelestarian
lingkungan
Kenampakan
alam dan
buatan
75
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV
Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan
teknologi (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitas dalam perekonomian
(3) sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara (4)
Pentingnya menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
1. Kemampuan
menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya setempat
1.1 Mendeskripsikan ke
ragaman suku bangsa dan budaya masyarakat setempat
Indikator
•
•
•
•
1.2 Mewujudkan sikap
menghargai keragaman suku bangsa &
budaya di
masyarakat
2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan SDA
nunjukan jenis &
yang ada di lingkupersebaran SDA
ngan setempat
serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat (kabupaten/ 2.2 Mendeskripsikan
kota, provinsi
manfaat SDA yang
ada di lingkungan
setempat
•
•
•
•
•
•
Menjelaskan pengertian
Bhinneka Tunggal Ika
Menjelaskan pentingnya
persatuan dalam keragaman
Membandingkan bentukbentuk keragaman suku
bangsa & budaya setempat
Mengidentifikasi adat/kebiasaan di masyarakat setempat
Memberi contoh cara meng
hargai keragaman yang ada
di masyarakat setempat
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa & budaya di masyarakat
Mengidentifikasi jenis-jenis SDA dan kaitannya dengan kegiatan ekonomi
Menggunakan peta setempat untuk menunjukkan per
sebaran SDA
Materi Pokok
Keaneka ragaman suku
bangsa dan
budaya
Sumber Daya
Alam dan kegiatan ekonomi
Menjelaskan manfaat SDA
yang ada di lingkungan setempat
Menjelaskan perlunya menjaga kelestarian SDA
76
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
2.3 Menjelaskan hubungan SDA dengan
kegiatan ekonomi
Indikator
•
•
3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan
mahami perkemperkembangan tekbangan teknologi
nologi produksi
untuk produksi,
komunikasi, dan
transportasi
•
•
•
3.2 Mendeskripsikan
perkembangan
teknologi komunikasi
•
•
3.3 Mendeskripsikan
perkembangan teknologi transportasi
•
•
Menjelaskan bentuk-bentuk
kegiatan ekonomi di lingkungannya
Membuat daftar tentang kegiatan pemanfaatan SDA se
tempat untuk kegiatan ekonomi
Membandingkan jenis-jenis
teknologi untuk berproduksi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan
masa kini
Membuat diagram alur ten
tang proses produksi dari
kekayaan alam yang tersedia
Memberikan contoh bahan
baku yang dapat diolah
menjadi beberapa barang
produksi
Materi Pokok
Perkembangan teknologi
untuk produksi, komunikasi dan
transportasi
Membandingkan alat-alat
teknologi komunikasi yang
digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan
masa kini
Menunjukan cara-cara penggunaan alat teknologi
komunikasi pada masa lalu
dan masa kini
Membandingkan jenis-jenis teknologi transportasi
pada masa lalu dan masa
kini
Menceritakan pengalaman
menggunakan teknologi
tranportasi
77
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
4. Kemampuan me- 4.1 Menceritakan aktindeskripsikan aktivitas jual beli di pafitas jual beli di
sar setempat
pasar setempat
Indikator
•
•
•
4.2 Melaporkan hasil
kunjungan ke pasar
setempat
•
•
5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan
•
wujudkan sikap
pentingnya sikap kekepahlawanan &
pahlawanan dan patpatriotisme dalam
riotisme dalam kehi- •
lingkungannya
dupan sehari-hari
•
5.2 Membiasakan berjiwa besar dalam
kehidupan seharihari
•
•
•
Mengidentifikasi jenis pasar dan barang yang diperjual belikan
Memperagakan proses terjadinya transaksi di pasar
Menjelaskan cara bersaing
secara sehat dalam jual beli barang
Menulis laporan singkat
hasil pengamatan tentang
berbagai kegiatan di pasar
Membuat denah pasar
setempat
Menjelaskan pentingynya
memiliki sikap kepahlawanan dan patriotisme
Memberi contoh rela berkorban dalam kehidupan
sehari-hari
Menunjukan sikap positif
terhadap para pahlawan dalam membela bangsa dan
negara
Materi Pokok
Pasar
Kepahlawanan dan patriotisme
Menghargai para pahlawan
bangsa dengan mengingat
jasa-jasa mereka
Memberi contoh bersedia
menerima kekalahan dan
kemenangan dengan jiwa
besar
Bersedia meminta dan
memberi maaf
78
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan
mahami hak dan
hak dan kewajiban
kewajiban warga
warganegara
negara
Indikator
•
•
6.2 Menghargai hak dan •
kewajiban warganegara
•
7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskripsikan
nghayati budaya
pentingnya Pancasiluhur bangsa
la sebagai dasar neIndonesia
gara dan budaya luhur bangsa
•
•
•
7.2 Membiasakan melaksanakan nilainilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
•
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan
mahami hubungkenampakan alam,
an kenampakan
sosial dan budaya di
alam, sosial dan
kabupaten/kota dan
budaya dengan
provinsi setempat
gejalanya
•
•
•
8.2 Mendeskripsikan hu •
bungan kenampakan
alamsosial & budaya
dengan gejalanya di
kabupaten/kota dan
provinsi setempat
Menjelaskan hak dan
kewa- jiban warganegara
Membuat daftar hak dan
kewajiban warganegara ter
hadap pemerintah
Memberi contoh akibat bila
warganegara tidak melaksa
nakan kewajibannya
Memberikan contoh akibat
jika warganegar tidak mem
peroleh haknya
Menjelaskan secara singkat
lahirnya Pancasila
Menceritakan kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara
Menunjukan kedudukan
Pancasila sebagai budaya
bangsa
Melaksanakan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
Menunjukan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
Mengidentifikasi ciri-ciri
dan manfaat kenampakan
alam, serta ciri-ciri sosial &
budaya di kabupaten/kota
dan provinsi
Mengidentifikasi peristiwaperistiwa alam (mis. gempa
bumi,banjir,letusan gunung
api, angin topan)
Mengidentifikasi peristiwaperistiwa alam ( gempa bumi, banjir, letusan gunung
api, angin topan) & pengaruhnya terhadap kehidupan
sosial di kabupaten/kota
Materi Pokok
Hak dan kewajiban warganegara
Nilai-nilai
Pancasila
Kenampakan
alam dan
keragaman
lingkungan
79
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
•
9 Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan
nghargai berbagai
berbagai bentuk pepeninggalan di
ninggalan sejarah di
lingkungan setem
lingkungan setempat
pat (kabupaten/
kota, provinsi)
9.2Menceritakan jenisjenis peninggalan
sejarah
•
•
•
•
•
9.3 Menjaga kelestarian peninggalan sejarah
•
•
10. Kemampuan
10.1 Menggambar peta
menggambar peta
kabupaten/kota,
lingkungan setedan provinsi
mpat (kabupaten/
kota, provinsi
•
•
dan provinsi setempat
Mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat
yang dapat mempengaruhi
peristiwa alam di lingkungan setempat
Membuat laporan perjalanan/wisata antar kota kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota dan provinsi setempat
Mencatat peninggalan-peninggalan sejarah di lingkungan setempat
Mengumpulkan informasi
tentang asal usul nama suatu tempat dari berbagai
sumber
Mengklasifikasi jenis-jenis
peninggalan bersejarah di
lingkungan setempat
Menceritakan peninggalan
sejarah yang ada di lingkungan setempat
Mengidentifikasi ciri-ciri
peninggalan sejarah di
lingkungan setempat
Menjelaskan cara menjaga
kelestarian peninggalan sejarah
Menjelaskan manfaat menjaga kelestarian peninggalan sejarah
Menggambar peta desa/kelurahan/kecamatan/kabupa
ten/kota dengan menggunakan simbol dan tema tertentu
Menggambar peta provinsi
dengan menggunakan sim-
Materi Pokok
Peninggalan
sejarah
Peta dan
komponennya
80
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
Materi Pokok
bol dan tema tertentu
10.2 Menggunakan ska- •
la untuk mengukur
jarak tempat
•
Menghitung jarak tempat
dengan menggunakan skala
peta
Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan
garis-garis koordinat
81
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V
Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, dan kegiatan
ekonomi di Indonesia (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha,
Islam, sampai kemerdekaan; dan (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan
pemerintahan serta kerja keras pra tokoh kemerdekaan.
Kompetensi Dasar
1.1 Kemampuan
menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia
Hasi Belajar
Indikator
1.1Mendeskripsikan ke- •
ragaman suku bangsa di Indonesia
•
1.2 Mendeskripsikan ke
anekaragaman budaya di Indonesia
2. Kemampuan me- 2.1 Mengidentifikasi
mahami keadaan
keadaan penduduk
penduduk dan pedi Indonesia
merintahan di
Indonesia
•
•
•
•
•
2.2 Mendeskripsikan pe
ran dan tanggung jawab pemerintah
•
•
•
Menemutunjukkan pada pe
ta persebaran daerah asal
suku bangsa di Indonesia
Mengembangkan sikap
menghormati keragaman su
ku bangsa
Mengidentifikasi keragaman budaya yang terdapat
di Indonesia
Menjelaskan perkembangan jumlah, penggolongan,
peebaran dan kepadatan penduduk Indonesia
Menginterpretasi berbagai
grafik penduduk
Menjelaskan permasalahan
penduduk Indonesia
Mengidentifikasi bentuk, se
bab dan akibat perpindahan
penduduk yang terjadi di
Indonesia
Menguraikan pengertian
pemerintah: pemerintah dae
rah dan pemerintah pusat
Menjelaskan sistem
pemerintahan demokrasi
Memberi contoh tugas dan
tanggung jawab pemerintah
terhadap masyarakat
Materi Pokok
Keragaman
suku bangsa
dan budaya
Indonesia
Penduduk &
sistem pemerintahan di
Indonesia
82
Kompetensi Dasar
3. Kemampuan hidup berwawasan nusantara
Hasi Belajar
Indikator
3.1Mendeskripsikan pe- •
pentingnya wawasan
nusantara
•
3.2 Menganalisis peranan budaya daerah
Indonesia
•
•
•
4. Kemampuan me- 4.1 Menguraikan jenismahami kegiatan
jenis usaha dalam
ekonomi di
bidang ekonomi
Indonesia
•
4.2 Mendeskripsikan ke
giatan ekonomi di
Indonesia
•
•
•
5. Kemampuan me- 5.1 Menguraikan kerandeskripsikan kejaan dan peninggarajaan dan pening
lan Hindu di
galan Hindu-BuIndonesia
dha dan Islam di
Indonesia
•
•
•
Menjelaskan pentingnya
wawasa nusantara untuk
mempersatukan wilayah
NKRI
Menceritakan berbagai perbedaan dalam ikatan persatuan Indonesia
Menunjukan keberagaman
dan keunikan setiap daerah
Menunjukan sikap positif
terhadap pentingnya budaya daerah untuk memperkuat persatuan bangsa
Menceritakan pengalamannya ketika menampilkan
budaya daerah
Menyebutkan jenis usaha
perekonomian dalam masyarakat
Memberikan contoh usaha
yang dikelola sendiri dan
kelompok
Memberi contoh kegiatan
produksi, distribusi dan
konsumsi di Indonesia
Membuat laporan hasil kunjungan ke salah satu produsen
Menyusun daftar peninggalan-peninggalan sejarah
bercorak Hindu yang ada di
Indonesia
Menceritakan peninggalan
sejarah bercorak Hindu
yang ada di Indonesia
Menceritakan peninggalan
sejarah bercorak Hindu
(miisalnya :candi, tradisi
agama) di berbagai daerah
Indonesia
Materi Pokok
Wawasan
Nusantara
Kegiatan
Ekonomi
Kerjaan Hindu, Budha
dan Islam di
Indonesia
83
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
5.2Menguraikan kerajaan dan peninggalan Budha di Indonesia
•
•
5.3 Menguraikan kerajaan dan peninggalan Islam di Indonesia
•
•
•
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrpsiikan
mahami perjuapenjajahan Belanda
ngan para tokoh
di Indonesia
dalam melawan
penjajah dan tokoh pergerakan
nasional di Indonesia
6.2 Mendeskripsikan
pendudukkan Jepang di Indonesia
•
•
•
•
•
Menceritakan kejayaan Ma
japahit dan peranan Gajah
Mada dalam upaya menyatukan Nusantara
Mengidentifikasi peninggalan sejarah yang bercorak
Budha (mis. Stupa Borobudur, tradisi agama) berbagai daerah di Indonesia
Menceritakan Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim dan
pusat penyebaran agama
Budha
Mengidentifikasi peninggalan sejara yang bercorak
Islam di Indonesia
Menceritakan peninggalan
sejarah yang bercorak Islam (mis. Masjid, pesantren
tradisi agama)
Menceritakan tokoh-tokoh
kerajaan Islam di berbagai
daerah di Indonesia
Menceritakan sebab jatuhnya daerah-daerah Nusantara ke dalam kekuasaan pe
merintah Belanda
Menjelaskan sistem kerja
paksa dan penarikan pajak
yang memberatkan rakyat
Menceritaka perjuangan
para tokoh daerah dalam
upaya mengusir penjajah
Belanda
Menceritakan pendudukan
Jepang di Indonesia
Menceritakan sebab & akibat pengerahan tenaga Romusha oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia
Materi Pokok
Perjuangan
melawan
penjajahan
dan Pergerakan Nasional
Indonesia
84
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
6.3 Mengidentifikasi
•
tokoh-tokoh penting
pergerakan nasional
dan tokoh-tokoh
pejuang setempat
•
6.4 Mengidentifikasi pe •
ranan Sumpah Pemuda 28 Oktober
•
1928 dalam memper
satukan Indonesia
5.4
•
7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskrpsiikan
mahami kerja kekerja keras para toras para tokoh dakoh selama masa
lam mempersiappersiapan kemerdekan kemerdekaan
kaan dan proses perumusan dasar negara
7.2 Menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan
•
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan ke
mahami keragaragaman kenampakman kenampakan
kan alam di Indonealam dan hutan di
sia
Indonesia
•
•
•
•
•
Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh-tokoh
penting pergerakan nasional (mis. R.A Kartini, Dewi
Sartika, Ki Hajar Dewantoro, Douwes Dekker
Membuat laporan tentang
tokoh pejuang yang ada di
provinsinya
Menceritakan peristiwa
Sumpah Pemuda
Menceritakan peranan
masing-masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Menceritakan peranan Sum
pah Pemuda 28 Oktober
1928 dalam mempersatukan Indonesia.
Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan
Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan
Materi Pokok
Persiapan kemerdekaan
Indonesia &
perumusan
dasar negara
Mengidentifikasi beberapa
tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan
Menunjukan sikap menghar
gai jasa pera tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan
Menggambar peta Indone- Kenampakan
alam dan husia dengan menggunakan
tan Indonesia
simbol
Mengidentifikasi ciri-ciri
kenampakan alam wilayah
Indonesia
85
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
•
8.2 Mendeskripsikan
•
kenampakan buatan
di wilayah Indonesia
•
9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan pe
mahami perubahrubahan wilayah pro
an wilayah di
vinsi di Indonesia
Indonesia
•
•
9.2 Mendeskripsikan pe •
rubahan wilayah laut
teritorial Indonesia
•
•
10. Kemampuan
10.1 Menemutunjukan
menggunakan peinformasi keruangan
ta/atlas/globe dan
melalui peta/atlas/
media lainnya unlobe
tuk mencari infor
masi keruangan
10.2 Menemutunjukan
letak gejala alam
dari berbagai media
•
•
•
Menemutunjukan pada peta
persebaran flora dan fauna
di berbagai wilayah Indonesia
Menjelaskan perubahan
cuaca/iklim dan dampaknya terhadap aktivitas masyarakat Indonesia
Mengidentifikasi kenampakan buatan di wilayah
Indonesia
Menjelaskan keuntungan &
kerugian pembangunan kenampakan buatan (waduk,
pelabuhan, kawasan industri, perkebunan) bagi masyarakat
Menceritakan perkembangan jumlah provinsi-provinsi
di Indonesia
Menemutunjukkan letak &
nama provinsi-provinsi di
Indonesia
Menceritakan perubahan wi
layah laut teritorial Indo.
Menemutunjukan pada peta wilayah laut teritorial
Indonesia
Memberi contoh usahausaha dalam upaya pelestarian laut di Indonesia
Menjelaskan pembagian
wilayah waktu di Indonesia
Mengidentifikasi kenampakkan alam utama di wilayah Indonesia melalui peta/
atlas/globe
Mengidentifikasi gejala
alam mutakhir dari berbagai media
Materi Pokok
Perubahan
wilayah di
Indonesia
Persebaran
gejala alam
86
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
Materi Pokok
Menjelaskan letak pada
peta/atlas/globe tentang
gejala alam mutakhir
87
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI
Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam
mempertahan- kan kemerdekaan (2) Kegiatan ekonomi negara Indonesia dan negara
tetangga (3) Kenam- pakkan alam dunia, (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi
bangsa dalam pelaksanaan HAM dan nilai-nilai Pancasila
Kompetensi Dasar
1Kemampuan
menganalisis
bentuk-bentuk
perilaku yang mu
ncul sebagai
dampak
globalisasi
Hasi Belajar
1.1Menguraikan
dampak globalisasi
Indikator
•
•
•
1.2 Menguraikan latar
belakang berdirinya
perusahaan asing di
Indonesia
•
•
2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan persia
nganalisis perispan sampai dengan
tiwa di sekitar
detik-detik proklaproklamasi
masi
•
Menjelaskan terjadinya glo
balisasi dalam kehidupan
masyarakat
Membuat daftar perubahan
perilaku masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi (mis. gaya hidup, makanan, pakaian,komunikasi,
perjalanan, nilai-nilai dan
tradisi)
Menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisasi
Menjelaskan beberapa alasan beroperasinya perusahaan asing di Indonesia
(seperti: besarnya konsumen, murahnya tenaga kerja, dan lain-lain
Memberikan contoh keuntungan beroperasinya perusahaan asing di Indonesia
Menceritakan peristiwaperistiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi
peristiwa Rengsdengklok,
penyusunan teks proklamasi, detik-detik proklamasi
kemerdekaan)
Materi Pokok
Dampak globalisasi
Peristiwa sekitar proklamasi
88
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
•
•
2.2 Mendeskripsikan
•
tokoh-tokoh penting
yang berperan dalam
peristiwa proklamasi
•
3. Kemampuan me- 3.1 Mengenal perjuang
ngenal dan mengan bangsa Indonesia
hargai perjuangan
dalam mempertahan
para para tokoh
kan kemerdekaan
dalam mempertahankan kemerdekaan
•
•
•
3.2 Menghargai jasa pa- •
ra tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
•
Materi Pokok
Menjelaskan peranan
BPUPKI dan PPKI dalam
perumusan dasar negara &
UUD 1945
Membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa men
jelang proklamasi
Membuat riwayat singkat/
ringkasan tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa proklamasi (mis. Soekarno, Moh. Hatta, A.Soebardjo, Fatmawati)
Memberikan contoh cara
menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan
Menceritakan peristiwa 10
Novemb. 1945 di Surabaya
Membuat Laporan tentang
peristiwa-peristiwa dalam
rangka mempertahankan ke
merdekaan di daerah masing-masing berdasarkan
hasil wawancara atau hasil
membaca kepustakaan
Menceritakan agresi militer
Belanda terhadap RI
Perjuangan
mempertahan
kan
kemerdekaan
Menceritakan pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh
Belanda.
Menceritakan peranan bebe
rapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan,mis:
Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta,
Sultan Hamengkubuwono
IX, dan Bung Tomo
89
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
4. Kemampuan me- 4.1 Mendeskripsikan
mahami kedudukan
kedudukan masyaramasyarakat sebagai
kat sebagai potensi
potensi bangsa
mempersatukan
bangsa
Indikator
•
•
•
4.2 Menghargai peranan pemuka masyarakat dalam menyelesaikan masalah
•
•
•
5. Kemampuan memahami penerapan nilai-nilai
Pancasila
5.1 Mendeskripsikan
usulan perubahan piagam Jakarta menjadi
UUD 1945
•
•
5.2 Menguraikan cara
menghargai pendapat orang lain
•
•
Mengidentifikasi sumbersumber potensi bangsa
Menganalisis usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan potensi
bangsa
Menguraikan peranan masyarakat dalam mempersatukan bangsa dan negar
Materi Pokok
Masyarakat
sebagai potensi bangsa
Menjelaskan peranan pemu
ka masyarakat dalam menyelesaikan masalah di
lingkungannya
Mengidentifikasi bentuk
partisipasi masyarakat dalam dalam memajjukan lingkungannya
Mendeskripsikan bentukbentuk penyelesaian masala
dimasyarakat yang dilakukan secara jujur & terbuka
Penerapan
Menceritakan para tokoh
yang mengusulkan peruba- nilai-nilai
han piagam Jakarta menja- Pancasila
di Pembukaan UUD 1945
Menganalisis usulan perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD 1945
sebagai keputusan bersama
Menunjukan cara menerihasil keputusan bersama se
perti PPKI menerima perubahan Piagam Jakarta sebagai keputusan bersama
Melaksanakan hasil keputu
san bersama dengan ikhlas
dalam kehidupan seharihari
90
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan
•
mahami pentingnya
pentingnya koperasi
koperasi dalam perdalam melayani eko- •
ekonomian Indonenomi rakyat
sia
•
•
6.2 Mendeskripsikan
barang/jasa yang
dieks por & diimpor
•
•
•
7. Kemampuan me- 7.1 Membandingkan
mahami gejala
gejala alam negara
alam dan sosial
Indonesia dengan
negara Indonesia
negara-negara tetadan negara tetangga
ngga
7.2 Mendeskripsikan ge
jala sosial Indonesia
dan negara-negara
tetangga
•
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan
nggeneralisasi ke
ciri-ciri utama kenampakan alam
nampakan alam dudunia melalui kania
jian peta
•
•
•
•
•
Menjelaskan tujuan dan
manfaat koperasi
Menceritakan pentingnya
usaha bersama melalui koperasi
Memberikan contoh berbagai jenis koperasi
Menceritakan salah satu
kegiatan koperasi di lingkungannya
Menemutunjukan jenis barang/jasa yang diekspor &
diimpor oleh Indonesia
Menjelaskan bentuk- bentuk kegiatan pertukaran ba
rang & jasa antara Indonesia dengan luar negri
Menemutunjukan manfaat
adanya pertukaran barang
dan jasa
Menemutunjukan pada peta
letak dan nama negaranegara tetangga Indonesia
membandingkan ciri-ciri ge
jala alam Indonesia dengan
negara tetangga
Membandingkan ciri-ciri
gejala sosial di Indonesia
dengan negara tetangga
memberikan contoh sikap
waspada terhadap gejala so
sial di Indonesia
Menunjukan pada peta nama dan letak benua, samudra, ciri khas beberapa negara besardi setiap benua
Mengidentifikasi ciri-ciri utamakenampakan alam &
kenampakan buatan dunia
yang terkenal
Materi Pokok
Koperasi dalam perekonomian Indonesia & pertu
karan barang/
jasa antar negara
Gejala (fenomena) alam
dan sosial
Indonesia dan
negara tetangga
Kenampakan
alam dunia
91
Kompetensi Dasar
Hasi Belajar
Indikator
8.2 Mendeskripsikan
•
perkembangan negara dunia
•
Menceritakan perkembangan negara-negara di setiap
benua
Menggambarkan peta benua dan dunia
•
Menjelaskan pengertian
hak azasi manusia di Indonesia
Menjelaskan pasal yang
berkaitan dengan hak anak
mendapatkan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam UUD 1945
9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskrikan hak
mahami pelaksaazasi manusia
naan hak azasi
manusia dalam
masyarakat
9.2 Mendeskripsikan
pelaksanaan hak
azasi manusia
•
•
•
Materi Pokok
Hak Azasi
Manusia
Menjelaskan pelaksanaan
hak memperoleh pendidikan dan pengajaran di
Indonesia
Menceritakan cita-cita anak
setelah mendapatkan pendidikan dan pengajaran
92
BAB VI
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004
PEDOMAN PENGEMBANGAN SILABUS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemmberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidikan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000
Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah
otonom, dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemberlakuan otonomi daerah memberikan implikasi pada penyelenggaraan
peme- rintahan dan pendidikan termasuk pada pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum. Pe- merintah dalam hal ini Depdiknas bertugas menetapkan kerangka
dasar kurikulum anta- ra lain meliputi : standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pkok. dan indikator hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang
disebut dengan kurikulum 2004. Pemerintah daerah dan sekolah berkewajiban
mengembangkan kerangka dasar kurikulum ter- sebut menjadi silabus yang lebih
operasional.
Dengan berlakunya kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi maka perlu
disusun suatu pedoman perencanaan pembelajaran di sekolah dalam bentuk silabus. Hal ini di-maksudkan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif.
Profil pembelajaran yang efektif senantiasa didasari oleh prinsip relevansi,
konsistensi, kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi yang harus dipelajari,
alokasi waktu dan sumber bahan yang tersedia.
B. Pengertian
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembela- jaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan
komponen pokok yang dapat menjawab permasalahan berikut :
• Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa ?
• Bagaimana cara mengembangkannya ?
• Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai
siswa ?
C. Landasan Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus didasari alur berpikir :
• Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengem-
93
bangkan potenai peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
• Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang tertentu.
• Kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan , sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat
dan ketramilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi
lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaran-pembelajaran dari
semua rumpun pelajaran.
• Kompetensi rumpun pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu.
• Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang
pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub
aspek mata pelajaran tertentu.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang selajutnya dijabarkan ke
dalam kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun
dan kompetensi dasar diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang
selajutnya disebut “silabus”
II. KOMPONEN DAN FORMAT SILABUS
A. Komponen Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta penilaiaannya.
Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponenkomponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi
Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu
para guru dalam me- ngelola pembelajaran, antara lain :
1. Kompetensi dasar
Penempatan Kompetensi Dasar dalam silabus sangat disarankan, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi
yang harus dicapainya.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu Kompetensi Dasar.
94
3. Indikator
Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah tercapai, berarti target
Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi.
4. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang harus dilakukan ole
siswa untuk mencapai hasil belajar tertentu. Pengalaman belajar merupakan
ganbaran mengenai kegiatan/perbuatan siswa, pembiasaan kecakapan hidup
suasana hati siswa, suasana kelas, dinamika kelompok dan model interaksinya.
5. Alokasi Waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mem
pelajari suatu Kompetensi Dasar perlu ditentukan. Penentuan alokasi waktu ini
tergantung pada jenis dan bentuk pengalaman belajar, keluasan dan kedalaman
materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
6. Sarana dan Sumber Belajar
Dalam proses belajar sarana dan sumber belajar sangat membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pelajaran dalam
uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga; sedangkan sumber belajar mengacu pada barang cetak seperti : buku, brosur, majalah,
koran, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan
sekitar (lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya).
7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengam- bilan keputusan. Penilaian harus mengacu pada kompetensi
yang tertuang dalam silabus.
B. Format Silabus
Dalam menyajikan silabus ada beberapa hal penting yang perlu mendapat
perhatian, yaitu : aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan
penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang
mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Format
silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan
digunakannya. Berikut contoh format silabus yang disajikan dalam bentuk matrik.
No
Standar Kompetensi : (tertera dalam kurikulum/GBPP setiap mata pelajaran)
Kompetensi Hasil Belajar Indikator Pengalaman Alokasi Waktu
Sumber/alat/
Dasar
Belajar
(Jam Pelajaran)
Bahan Belajar
Gambar 1. Komponen Silabus
95
Penilaian
Pengembangan rencana perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan atau cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan
jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi
dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
III. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PROGRAM PEMBELAJARAN
Pengembangan Standar Kompetensi suatu mata pelajaran ke dalam silabus dilakukan melalui kegiatan :
(1) Pengembangan Program Semester
(2) Pengembangan Silabus
(3) Pengembangan Rencana Pembelajaran
Kurikulum (standar
Kompetensi Mata
Pelajaran
Program
Semester
Kompetensi Dasar/Hasil
Belajar/Indikator
Silabus
Kegiatan Pembelajaran
Rencana
Pembelajaran
Gambar 2. Pengembangan Kurikulum ke dalam Program Pembelajaran
A. Pengembangan Program Semester
Program semester dibuat untuk memetakan Kompetensi Dasar (beserta aspeknya kalau ada), Hasil Belajar, dan Indikator perminggu untuk satu semester termasuk alokasi jumlah jam pelajaran. Beberapa prinsip dalam Program Semester :
1. Program semester dibuat berdasarkan Analisis Kompetensi Dasar yang merupakan pemetaan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator per semester
untuk selama satu tahun beserta alokasi waktunya.
96
2. Alokasi waktu pada Program Semester dinyatakan dengan jumlah jam pelajaran untuk setiap hasil belajar. Pada kasus tertentu, alokasi waktu dapat ditentukan untuk setiap indikator.
3. Alokasi waktu pada Program Semester memperhitungkan jumlah efektif
sebanyak 17 minggu (34 minggu dalam satu tahun) dan kegiatan tengah semester selama satu minggu.
4. Penentuan alokasi waktu untuk setiap hasil belajar atau indikator memperhitungkan jenis dan bentuk Pengalaman Belajar dan keluasan serta kedalaman
materi.
B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
(1) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Tematik
Langkah awal pengembangan silabus pembelajaran tematik adalah:
1. Pengidentifikasian Kompetensi Dasar pada kalas dan semester yang sama
dari setiap mata pelajaran
2. Penentuan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.
3. Pembuatan “Matriks Hubungan Kompetensi Dasardengan Tema”. Dalam
langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan
tema tertentu. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.
Perhatikan contoh !
4. Pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk
matrik atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara
tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5. Pengembangan silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran
tematis, dengan mengikuti langkah pengembangan silabus mata pelajaran
Catatan :
a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran
b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan
kom- petensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya :
* mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik
* membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos,
tukang sayur, dan lain-lain
* memanfaatkan ceritra dalam buku atau majalah anak-anak
c. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran tematisdibuatkan silabus tersendiri.
(2) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Mata Pelajaran
1. Identifikasi (sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester)
2. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar (berdasarkan struktur keilmuan dan kompetensi lulusan; diurutkan dan disebarkan secara
sistematis)
97
3. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator (ukuran ketercapaian hasil
belajar
4. Penentuan materi pokok dan uraiannya/jabarannya
a. Menggunakan pendekatan prosedural, hirarhis, konkret-abstrak,
tematik
b. Prinsip relevansi, konsistensi, adekuasi/kecukupan
5. Pemilihan pengalaman belajar (pembelajaran tatap muka dan pengalaman
belajar, termasuk kecakapan hidup)
6. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian
* jenis tagihan: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas
individu, tugas kelompok, responsi/ujian praktek, laporan kerja praktek.
* Instrumen penilaian : tes uraian, tes obyektif, tes performansi, portofolio
7. Penentuan alokasi waktu. Prinsip dasarnya :
* Jenis dan bentuk pengalaman belajar,
* kesukaran materi,
* cakupan materi
* frekuensi penggunaan materi, dan
* tingkat pentingnya materi.
8. Penentuan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam pembelajaran.
Identifikasi
Pengurutan KD
Penjabaran KD
menjadi Indikator
Penentuan
Materi
Pemilihan
Pengalaman
Belajar
Penentuan
Alkokasi Waktu
Penentuan
Instrumen
Penilaian
Penentuan
Sumber/Sarana
Gambar 3. Langkah-langkah pengembangan Silabus
98
C. Langkah-langkah Penegembangan Rencana Pembelajaran
Rencana Pembelajaran merupakan jabaran lebih lanjut dari silabus yang disusun berdasarkan Hasil Belajar. Sebagai penjabaran Silabus, Rencana Pembelajaran
haruslah lebih operasional. Sebuah Rencana Pembelajaran dapat berisi beberapa
kali pertemuan. Jumlah pertemuan dalam dalah sebuah rencana pembelajaran didasarkan pada keutuhan hasil belajaryang akan dicapai. Sebuah Rencana Pembelajaran mungkin terdiri atas 4 atau 8 pertemuan , dan sebuah pertemuan dapat terdiri
atas 1 sampai 3 jam pelajaran.
Komponen-komponen yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran meliputi :
(1) Identitas Rencana Pembelajaran, (2) Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/ Indikator, (3) Langkah pembelajaran, (4) Sumber/Media/Bahan, (5) Penilaian, dan (6)
Identitas Penyusun. Penjelasan terhadap komponen rencana pembelajaran adalah
sebagai berikut :
Identitas Rencana Pembelajaran
Tiga hal yang harus dicantumkan pada identitas Rencana Pembelajaran, yakni
• Mata Pelajaran (untuk kelas III s.d. kelas VI) atau Tema (untuk kelas 1
dan 2 yang menggunakan pendekatan tematik)
• Kelas/Semester (kelas ditulis dengan angka Romawi, semester ditulis
dengan angka Arab
• Alokasi waktu (ditulis jumlah jam pelajaran dan jumlah pertemuan)
(Contoh penulisan Identitas Rencana Pembelajaran dapat diperiksa di
lampiran).
Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/Indikator/Tema
Sebagai jabaran dari silabus, Rencana Pembelajaran akan merujuk pada
Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, atau Indikator. Suatu Rencana Pembelajaran mungkin cukup hanya menyebutkan hasil belajarnya saja, tanpa harus menyebutkan
Kompetensi Belajar dan Indikatornya. Namun demikian, Penyusus Rencana Pembelajaran mungkin memandang perlu untuk mencantumkan Kompetensi Dasar
atau Indikatornya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman.
Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, pencantuman tema dipandang
perlu dilakukan, sebab pencantuman tema dimaksudkan untuk mengikat keempat
jenis kemahiran berbahasa.
Langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran berisi gambaran umum kegiatan pembelajaranyang
akan di- lakukan dalam setiap pertemuan. Setiap pertemuan dalam rencana
pembelajaran berisi 3 tahap kegiatan kegiatan, yakni kegiatan awal. kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
99
•
Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara
fisik maupun psikologis) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan dimaksud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi
siswa menguasai kompetensi tertentu, apersepsi dan seterusnya.
• Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai
kompetensi tertentu. Wujud kegiatan inti sangat beragam, tergantung pada
kompetensi dasar atau hasil belajar yang akan dipelajari. Kegiatan inti
dapat berupa melakukan percabaan, sosiodrama, diskusi, telaah pustaka,
dan sebagainya.
• Kegiatan akhir dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus
memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Wujud kegiatan akhir dapat berupa pembuatan simpulan, rencana kegiatan lanjutan, penugasan dan sebagainya..
Pentahapan kegiatan tersebut dibuat untuk setiap pertemuan. Dengan
demikian, Jika suatu Rencana Pembelajaran terdiri atas 5 pertemuan, maka
perlu dibuatkan 5 tahap kegiatan pembelajaran (contoh lihat pada lampiran).
Media dan Sumber Belajar
Yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang difungsikan untuk
memudahkan terjadinya proses pembelajaran, misalnya tape recorder, TV, CD,
dan sebagainya. Ciri media yang baik adalah :
• Menarik perhatian dan minat siswa
• Meletakan dasar memahami sesuatu secara konkret dan mengurangi
verbalisme.
• Merangsang tumbuhnya pengertian dan pengembangan nilai
• Berguna dan berfungsi ganda
• Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru
atau diambil dari lingkungan sekitarnya.
Sumber belajar yang utama adalah barang cetak seperti : buku, brosur.
majalah, su- rat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto,
dan lingkungan seki- tar (lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya). Setiap Rencana Pem- belajaran perlu mencantumkan media dan sumber
belajar yang digunakan dalam pembe- lajaran. (contoh penulisan media dan
sumber lihat pada lampiran)
Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan , sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
100
•
•
•
Penilaian proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
pedoman wa- wancara, pedoman observasi, mengamati hasil kerja siswa,
memberikan tes.
Penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes
uraian, tes obyektif, tes kinerja,hasil karya siswa, proyek (observasi),
portofolio.
Penilaian dapat dilakukan untuk setiap kompetensi dasar.
Identitas Penyusun
Dibagian akhir Rencana pembelajaran perlu dicantumkan nama guru/kelas
mata pelajaran dengan diketahui kepala sekolah.
101
BAB VII
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAYAH
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Mata pelajaran IPS bertjuan agar peserta didik memiliki kemampuan :
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiri, memecahkan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Manusia, Tempat, dan Lingkungan
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
Sistem Sosial dan Budaya
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
102
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami identitas diri dan ke- 1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga,
luarga serta sikap saling mengdan kerabat
hormati dalam kemajemukan
1.2 Menceritrakan pengalaman diri
keluarga.
1.3 Menceritrakan kasih sayang antar anggota keluarga
1.4 Menunjukan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga
Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Mendeskripsikan lingkungan ru- 2.1 Menceritrakan kembali peristiwa penting
mah
yang dialami
2.2 Mendeskripsikan letak rumah
2.3 Menceritrakan kasih sayang dalam kemajemukan keluarga
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami peristiwa penting 1.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran
dalam keluarga secara kronoloanggota keluarga
gis
1.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga
1.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja di
lingkungan keluargasama
Kelas II, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Memahami kedudukan dan pe- 2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran
ran anggota dalam keluarga dan
anggota keluarga
lingkungan tetangga
2.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakanperan dalam anggota keluarga
2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja
sama di lingkungan tetangga
103
Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi
1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar
rumah dan sekolah
Kompetensi Dasar
1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah
1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan
di sekitar rumah
1.3 Membuat denah dan peta lingkungan
rumah dan sekolah
1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa
Kelas III, Semester 2
Standar Kompetensi
2. Memahami jenis pekerjaan
dan penggunaan uang
2.1
2.2
2.3
2.4
Kompetensi Dasar
Mengenal jenis-jenis pekerjaan
Memahami pentingnya semangat kerja
Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
Mengenal penggunaan uang sesuai dengan
kebutuhan
Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah, kenampa- 1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabukan alam, dan keragaman supaten/kota, propinsi) dengan menggunakan
ku bangsa di lingkungan kaskala sederhan
bupaten/kota dan propinsi
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta
hubungannya dengan keragaman sosial dan
budaya
1.3 Menunjukan jenis dan persebaran sumber
daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya setempat (kabupaten/kota, propinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah
di lingkungan setempat (kabupaten/kota,
propinsi) dan menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme
tokoh-tokoh di lingkungannya
104
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam, 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
kegiatan ekonomi, dan kemadengan sumber daya alam dan potensi lain
juan teknologi di lingkungan
di daerahnya
kabupaten/kota dan propinsi
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta penga
laman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menghargai berbagai pening- 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan
galan dan tokoh sejarah yang
sejarah yang berskala nasional dari masa
berskala naional pada masa
Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Hindu-Budha dan Islam, kera- 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada magaman kenampakan alam dan
sa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
suku bangsa, serta kegiatan 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan
ekonomi di Indonesia
buatan serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/
globe dan media lainnya.
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dean kegiatan
ekonomi di Indonesia
Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pe- 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang dan masyarakat dalam
juang pada masa penjajahan Belanda dan
mempersiapkan dan memperJepang.
tahankan kemerdekaan Indo- 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuanesia
ngan dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan
2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan
105
Kelas VI, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami perkembangan wi- 1.1 Mendeskripsikan sistem administrasi wilalayah Indonesia, kenampakan
yah Indonesia
alam dan keadaan sosial nega- 1.2 Membandingkan kenampakan alam dan
ra-negara di Asia Tenggara,
keadaan sosial negara-negara tetangga
serta benua-benua
1.3 Mengidentifikasi benua-benua
Kelas VI, Semester 2
Standar Kompetensi
2. Memahami gejala alam yang
terjadi di Indonesia dan sekitarnya
3. Memahami peranan bengsa
Indonesia di era globsl
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam
yang terjadi di Indonesia dan negara-negara
tetangga
2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana
alam
3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era
global dan dmpak positif serta negatifnya
terhadap kehidupan bangsa Indonesia
3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di
Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar
bangsa
E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
F. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yaitu, secara matrik/
vertikal, dan horisontal.
Berikul ini adalah contoh model silabus bentuk matriks atau vertikal:
106
Silabus
Nama Sekolah
: SD . . . . . Kediri, Jawa Timur
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas
: IV/2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kema- juan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya.
Alokasi Waktu
: 12 X 35 Menit
Materi Pokok/
Pembelajaran
Perkembangan
teknologi produksi komunikasi dan transportasi
Kegiatan
Pembelajaran
* Mencari hubungan cara memproduksi ”tahu”
Kediri pada masyarakat masa
lalu dan masa
kini
* Membuat dan
membbaca
diagram/rafik
tentang proses
memproduksi
”tahu” Kediri
* Menganalisis
bahan baku
yang dapat
diolah menjadi
bebera- pa jenis
”tahu” Kediri
* Melakukan pengamatan alatalat teknologi
komunikasi yg
digunakan masyarakat Kediri
pada masa lalu
dan masa kini.
* Memberikan con
toh cara penggu
naan alat teknologi komunikasi
pada masa lalu
dan masa kini
Indikator
Penilaian
* Membandingkan
jenis-jenis teknologi untuk produksi yang digunakan
oleh masyarakat
pada masa lalu &
masa sekarang
* Membuat diagram
tentang proses pro
duksi dari kekayaan alam yang
tersedia
Tes tertulis:
Uraian tentang perkembangan teknologi, produksi
Alokasi
Waktu
4 X 35’
Sumber Belajar
* Gambar alat
produksi”tahu”
*Pabrik tahu
*Buku IPS
kelas IIV semester 2
*Majalah/koran
media elektronik
* Menganalisis bahan baku untuk
produksi barang
* Membandingkan
alat-alat komuni
kasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu
dan masa kini
* Menunjukkan cara
penggunaan alat
teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa sekarang
Non tes
Lembar pengamatan
3 X 35’
* Gambar-gambar alat komunikasi
*Buku IPS
kelas IIV semester 2
*Majalah/koran
media elektronik
107
Materi Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
*Memberikan contoh jenis-jenis teknologi transportasi
pada masa lalu dan
masa kini
*Melakukan pengamatan jenis-jenis
teknologi transportasi di Kediri pada
masa lalu dan masa kini
*Mendiskusikan
perbedaan jenis-jenis teknologi transportasi pada masa
lalu dan masa kini
*Bercerita tentang
pengalaman menggunakan teknologi
transportasi
Indikator
Penilaian
*Membandingkan jenis teknologi transportasi pada masa
lalu dan masa sekarang
Tes tertulis
bentuk uraian tentang
teknologi
tranportasi
Alokasi
Waktu
5 X 35”
Sumber Belajar
*Gambar alat
transportasi
*Buku IPS
kelas IIV semester 2
*Majalah/koran
media elektronik
*Lingkungan
sekitar
*Menceritakan pengalaman
menggunakan teknologi transportasi
Catatan : Pengambilan karakteristik daerah Kediri pada kegiatan pembelaajaran di atas
hanya sebagai contoh. Sekolah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan
karakteristik daerah masing-masing.
108
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
: SD . . . . . .
: Ilmu Pengetahuan Sosial
: IV/2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal Sumber daya Alam, Kegiatan Ekonomi, dan kemajuan teknologi dalam lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi.
Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi teknologi
produksi
: Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang
digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa sekarang
Alokasi Waktu
: 4 X 35 Menit
A. Tujuan Pembelajaran
1.
2.
3.
4.
Menjelaskan pengertian teknologi
Menjelaskan pengertian teknologi
Menjelaskan hubungan antara teknologi dengan produksi
Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada
masa lalu
5. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada
masa kini
6. Membandingkan jenis produksi yang digunakan masyarakat masyarakat pada
masa lalau dan sekarang.
C. Materi Pembelajaran
Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi
D. Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
* Motivasi dan apersepsi
* Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
* Menjelaskan jenis/langkah kegiatan pembelsjsrsn
b. Kegiatan Inti
* Melalui tanya jawab guru menanyakan kepada siswa, apakah kalian pernah
mendengar kata teknologi dan produksi?. Siapa yang dapat menjelaskan?
109
* Guru menfasilitasi dan memotivasi agar konsep teknologi produksi dapat
dibangun sendiri oleh siswa
* Setelah siswa memahami konsep tentang teknologi produksi, selanjutnya
siswa dibagi dalam kelompok untuk mengidentifikasi jenis teknologi produksi pada masa lalu dan sekarang, dengan membagikan lembar kerja siswa.
* Siswa bekerja dalam kelompok, dan guru mengawasi serta memberikan
bimbinga dan bantuan seperlunya apabila kelompok mengalami kesulitan.
* Selesai kerja kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil kerja kelompok
masing-masing
E. Kegiatan Penutup
* Dengan bimbingan guru, siswa merangkum dan meyimpulkan pelajaran
* Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar
* Guru melakukan tes berupa soal-soal
* Guru memberi tindak lanjut
F. Alat dan Sumber Bahan
1. Alat / Media
• Gambar dan alat-alat teknologi produksi tradisional dan moderen
• Media elektronik
2. Sumber Bahan
a. Buku IPS kelas IV Semester dua
b. Majalah/koran/brosur
G. Penilaian
1. Teknik : Tes Unjuk kerja
2. Bentuk instrumen : Uji petik kerja proses dan produk
3. Soal/instrumen : (Terlampir)
- Tes Tulis :
* Esay
* Obyektif
- L K S (terlampir)
Kendari, . . . . . . . . . . . . . 200...
Mengetahui,
Kepala SD . . . . . . .
______________________
NIP.
Guru/Praktikan,
________________________
NIP/NIM:
110
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
LATAR BELAKANG
Ibarat seorang jendral dalam kemiliteran, guru dituntut memiliki siasat atau
strategi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Strategi dalam proses belajar mengajar dimaksudkan untuk mensiasati peserta didik agar terlibat aktif belajar. Kemampuan guru dalam memahami dan mengimplementasikan strategi (mengajarnya)
merupakan hal yang sangat penting dalam semua peristiwa belajar mengajar. Karena
itu pengenalan terhadap berbagai model mengajar beserta penerapannya dalam kegiatan mengajar yang dikembangkan guru, merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Lebih-lebih pengembangan strategi belajar mengajar yang dimaksudkan
ditujukan bagi pembelajaran anak usia sekolah dasar yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Satu tugas utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan
di sekolah adalah mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang dapat mempengaruhi
kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan
dapat meraih prestasinya secara memuaskan. Menyelenggarakan kegiatan belajar me-
111
ngajar yang berlangsung secara efektif, merupakan pekerjaan yang bersifat kompleks
dan menuntut kesungguhan dari guru.
Sehubungan dengan pelaksanaan tugas di atas, yakni mengembangkan strategi
belajar mengajar yang efektif, seorang guru membutuhkan dasar pengetahuan yang
cukup mengenai ”Developmentally Approprieate Practice (DAP)”, yaitu pendekatan
strategi belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan anak. Pengembangan
strtegi belajar mengajar menurut pendekatan ini didasarkan atas : (a) pengetahuan
yang jelas mengenai perkembangan peserta didik, bagaimana sebenarnya anak tumbuh dan berkembang baik fisiknya kognisinya, maupun sosial-emosionalnya dan
moralnya, (b) perhatian yang kuat atas keunikan setiap peserta didik, baik dari kontek
latar belakang kehidupan keluarganya maupun kebiasaan dan budaya yang menyertai
hidupnya, dan (c) suatu pengertian yang mendalam mengenai bagaimana sesungguhnya peserta didik itu berpikir dan belajar.
Tujuan
Mempelajari pokok bahasan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep strategi belajar mengajar
2. Menjelaskan hakekat mengajar di sekolah dasar
3. Mengemukakan ciri-ciri model mengajar
4. Mengemukakan dasar pengelompokan model mengajar
5. Mengenal model-model mengajar
A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos
berarti jendrqal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jendral inilah yang
bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya
untuk mencapai kemenangan. Secara spsifik Sherly (1978) merumuskan strategi
sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu (1996:101) merumuskan
strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi
yang paling menguntungkan.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai situasi termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam kondisi belajar mengajar ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut :
1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan
kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan
melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dengan kondisi yang paling
menguntungkan . Lingkungan disini adalah lingkungan yang memungkinkan
peserta didik belajar dan guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan
112
sebagai suatu iklim kondusif dalam belajar dan mengajar seperti disiplin,
kreatif, inisiatif dan sebagainya.
2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajaar.
4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam dan urutan perbuatan yang dirampilkan guru-peserta didik dalam berbagai peristiwa belajar.
Secara singkat strategi belajar mengajar mencakup empat hal utama, yaitu
(1) Penetapan tujuan pengajaran, (2) Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar, (3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar, dan (4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari
evaluasi yang dilakukan (Twelker, 1972:40-43)
Perlu pula dijelaskan bahwa strategi belajar mengajar bukanlah suatu desain
instruksional seperti PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Satpel
(Satuan Pelajaran), atau sejenisnya. Strategi belajar mengajar lebih luas dari
semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model
dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan
kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang ingin
dicapai. Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru
untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponenkomponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.
113
Download