Faktor Psikologis Konsumen yang Memengaruhi Perilaku Pembelian Impulsif (Impulse Buying Tendency) Produk Fas hion di Malang Town Square (Matos) Oleh : Yoan Wahyu Pricilia (0910220192) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Djumillah Zain, SE. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Abstract : Phenomena that occur in today's society is a society tend to have properties consumer spending, which it is because people are less conscious of differences fulfillment of wants and needs. It is increasingly the case, because on the other hand some shopping centers have a concept of one stop shopping even easier for people to fulfill their shopping desires. Sedlian several factors above, there is also the factor of the man himself that influence their shopping behavior, these factors are affective and cognitive factors. Affective aspect itself is the emotional or impulse in man to satisfy their desires and needs without regard to risks, whereas cognitive factors are aspects of human beings who are still concerned with the logic and value of the product to be purchased. Second aspect is the psychological aspect in man, where man pick 4 key psychological factors, namely motivation, perception, learning, and memory. While greater affective aspects affect what happens is impulse buying behavior in which the purchase was made without much consideration. In this research emphasis on fashion products because it is a product that has a lot of variety and has a continually changes following the change of time, and performed at Malang Town Square, which is a shopping center shopping center and within easy driving distance from anywhere a shopping center located in a strategic location. Keywords : psychological factor, motivation, perception, learning, memory, impulse buying behavior Dewasa ini fenomena kehidupan khas atau model, dan model tersebut akan konsumtif semakin menjadi gaya hidup berganti pada kurun masyarakat, hal ini tampak dari semakin Misalnya; banyaknya gerai-gerai yang melayani sebagainya. penyediaan barang-barang kebutuhan konsumen dalam berbagai kebutuhan. Banyak alasan yang menyebabkan konsumen melakukan kegiatan konsumtif, semua alasan dapat digolongkan dalam keinginan untuk memenuhi kebutuhan bahkan (needs) keinginan (wants). Aktifitas pemenuhan kebutuhan konsumtif dilakukan dengan istilah belanja. Berbelanja yang dilakukan konsumen pada dasarnya tidak hanya dilakukan untuk pembelian yang direncanakan tetapi termasuk juga untuk pembelian barangbarang yang tidak direncanakan. Di Indonesia kebutuhan konsumtif diimbangi oleh para produsen dan penjual dengan melakukan perubahan di hampir semua produk, pelayanan dan kemudahan dalam perolehannya Salah satunya penyedia barang kebutuhan konsumen yang saat ini menjadi tempat sasaran belanja adalah pusat perbelanjaan atau dikenal dengan istilah mal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mal terus melakukan berbagai inovasi dan perubahan dalam rangka menarik lebih banyak konsumen. Perubahan dan inovasi yang paling cepat berkembang biasanya terjadi pada produk fashion yakni barang yang mempunyai ciri pakaian, waktu tertentu. sepatu, tas dan Disisi lain, perubahan dan strategi pemasaran yang dilakukan pusat perbelanjaan yang didalamnya terdapat peran para peritel tersebut secara tidak langsung menarik minat konsumen untuk mencoba produk-produk terbaru yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen mereka. melihat Pada produk saat baru dan tertarik, lalu secara spontan membeli sebuah produk tanpa memperhatikan konsekuensi, hal inilah yang dinamakan pembelian impulsif ( impulse buying). Rook and Fisher dalam Samuel (2007) menyatakan bahwa pembelian impulsif adalah “a consumers tendency to buy spontaneously, immediately and kinetically and encouraged the emotional psychology of a product and tempted of persuasion activities undertaken marketers” atau suatu kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, dengan segera, dan kinetis (langsung bergerak) dan didorong aspek psikologi emosional terhadap suatu produk dan tergoda dari kegiatan persuasi yang dilakukan pemasar. Pembelian impulsif merupakan pembelian terencana yang mengacu pada pembelian yang tidak direncanakan terlebih dahulu (Stern dalam lebih dari Rp 1.5 juta per bulan di Jakarta, Jurnal External and Internal Trigger Cues Bandung, of An Medan, 21 persen pebelanja mengaku Dawson, tidak pernah membuat rencana belanja. Sandy, Minjeong 2009). Pada kegiatan Dan di Indonesia sendiri pada tahun 2011 pembelian impulsif, produk yang dibeli untuk jumlah konsumen dengan perilaku kebanyakan yang pembelian impusif meningkat dua kali diinginkan konsumen untuk dibeli (bukan lipat dari tahun 2003 yang hanya 13%. kebutuhan), dan kurang diperlukan oleh Secara konsumen. meningkatkan pendapatan dari produsen Impulse International Buying Online Journal, oleh adalah Pembelian : produk impulsif terjadi dalam rentang waktu yang lebih singkat daripada pembelian yang tidak direncanakan (unplanned buying). Keputusan membeli terjadi setelah produk dilihat oleh konsumen dan keputusan membeli dibuat dengan cepat dan terjadilah pembelian impulsif. Menurut Ying-Ping Liang dalam jurnal Relationship “The between Consumer Product Involvement, Product Knowledge, and Behavior,2012” Impulsive Buying menyatakan bahwa konsumen pembelian impulsif melakukan pembelian langsung hal dan ini sendiri, termasuk pusat perbelanjaan, dengan menyadari adanya kebiasaan pembelian impulsif dari konsumen saat ini, semakin meningkatkan aroma persaingan yang semakin kompetitif antar pusat perbelanjaan, dan hal ini menuntut para retailer dalam pusat perbelanjaan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang lebih baik dan efektif lagi untuk dapat meningkatkan penjualan serta meningkatkan keeksistesiannya di dalam pusat perbelanjaan. Perilaku pembelian dari setiap konsumen tidaklah sama karena perilaku diperkirakan bahwa sekitar dua pertiga konsumen bukanlah hal yang statis, namun dari keputusan pembelian dikembangkan berubah sesuai dengan faktor-faktor yang di memengaruhinya. Menurut kesadaran, tidak Makassar, dan toko. tanpa Surabaya, Febby Ramaun Produsen keinginan, harus (Associate Director of Retailer Services mempelajari persepsi, Nielsen) dalam Industrial Post edisi 2 preferensi dan perilaku berbelanja serta tanggal 30 Juli 2011 mengacu pada hasil perilaku pembelian konsumen. Faktor- studi yang dilakukan Nielsen melalui faktor utama yang memengaruhi perilaku wawancara tatap muka dengan 1.804 pembelian yaitu, faktor budaya, faktor responden, dengan belanja rumah tangga sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis yang kompleks ( Kotler, 2009:166). Upaya Online dalam memahami perilaku dikemukakan bahwa faktor Internal yang dapat membantu konsumen : An International Journal) manajemen untuk memengaruhi perilaku pembelian impulsif yang untuk atau Impulse Buying Tendency (IBT) yang mendorong individu melakukan pembelian terjadi pada seseorang terdiri dari aspek terhadap tidak afektif dan kognitif seseorang. Keadaan menjadi yang emosional, mood, dan perasaan konsumen yang loyal. Dengan demikian seseorang adalah faktor yang termasuk perusahaan dituntut untuk dalam aspek afektif seseorang. Dalam hasil menciptakan menutup cara produknya, tepat bahkan kemungkinan dapat mencermati serta memahami faktor-faktor internal penelitian yang dilakukan oleh Coley dan yang memengaruhi perilaku pembelian Burgess 2003, p283 menyatakan bahwa konsumen. dari perpaduan aspek afektif ini perasaan Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:10) adalah tindakan khusus yang ditujukan kepada beberapa obyek target. Perilaku selalu muncul dalam suatu konteks situasional atau lingkungan dan pada waktu tertentu, individu yang secara langsung terlibat dalam usaha mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk (barang atau jasa) dalam rangka memuaskan kebutuhan serta hasrat mereka. Sedangkan menurut Kotler (2009:100) perilaku konsumen dijelaskan sebagai salah satu proses mempelajari cara individu, kelompok, memilih, membeli, dan organisasi memakai, serta memanfaatkan barang, jasa gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan hasrat mereka. seseorang akan dorongan untuk menghasilkan sebuah membeli, dan disaat konsumen merasakan perasaan ini maka akan terjadi suatu perilaku pembelian impulsif. Aspek kognitif seseorang mengacu pada bagaimana konsumen mengerti produk, memikirkan mengiterpretasikan produk, dan dan dapat mengakibatkan kecenderungan pembelian yang tidak terencana, memperkecil kemungkinan untuk mempertimbangkan, dan mengabaikan konsekuensi. Konsumen yang lebih mementingkan aspek afektif daripada aspek melakukan pembelian, kecenderungan melakukan kognitifnya lebih pembelian dalam memiliki besar impulsif. dalam Jika dikaitkan pada Kotler (2009:176) maka aspek afektif dan kognitif ini termasuk Dalam jurnal yang ditulis oleh Dawson, faktor psikologi konsumen, dimana konsep Sandy, dan Minjeong Kim (External and psikologi pada Kotler dibagi dalam empat Internal Trigger Cues of Impulse Buying sub faktor yaitu : motivasi, persepsi, belajar, dan memori. Faktor motivasi dan Empat persepsi masuk dalam aspek afektif, (motivasi, sedangkan faktor belajar dan memori memori) akan seseorang masuk pada aspek kognitif. konsumen secara fundamental. Ada dua elemen penting yaitu elemen tersebut fisik. melibatkan kelompok, ataupun Kedua elemen cara individu, organisasi dalam menilai, mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. Konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut untuk memenuhi keinginan kebutuhan konsumen. Jadi serta perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli konsumen atau saja, juga persepsi, kunci pembelajaran dan mempengaruhi respons Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang individu mendorong keinginan untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif atau motivasi. Motif yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. oleh Terdapat tiga teori terkenal mengenai dimana, motivasi manusia yaitu teori Freud, teori dikonsumsi tetapi psikologis Motivasi proses pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara proses bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi Maslow, macam apa produk dan jasa yang dibeli. 2009:179). Konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. dan teori Herzbeg (Kotler, Teori Freud Teori psikoanalitis mengenai kepribadian dari Sigmund Freud merupakan dasar dari memahami psikologis modern. Teori ini dibangun atas perilaku konsumen adalah model respons dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau rangsangan. Rangsangan pemasaran dan dorongan yang tidak disadari, terutama lingkungan dorongan seksual, dan dorongan biologis Titik konsumen, awal untuk memasuki dan kesadaran sekelompok proses lainnya, merupakan inti dari motivasi dan psikologiss digabungkan dengan kepribadian manusia. Didasarkan pada karakteristik konsumen tertentu analisis Freud yang dikutip oleh Schiffman menghasilkan proses pengambilan keputusan dan keputusan akhir pembelian (Kotler, 2009:176). dan Kanuk mengemukakan (2008:108), bahwa Freud kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yang saling Teori Maslow mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego. Konsep id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif (kebutuhan fisiologis dasar seperti haus dan lapar) yang diusahakan individu untuk dipenuhi segera terlepas dari apa cara-cara khusus yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu. Konsep dari dirumuskan sebagai superego pernyataan dapat diri Teori Maslow mengenal lima tingkat dasar kebutuhan manusia, yang diurutkan berdasarkan pentingnya dari tingkat kebutuhan yang lebih rendah (biogenis) ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi (psikogenis). mendalilkan bahwa Teori tersebut individu berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum timbul tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. individu mengenai moral dan kode etika yang berlaku dalam masyarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara-cara yang dapat diterima masyarakat, superego merupakan konsep yang mengendalikan atau mencegah berbagi kekuatan id yang impulsif. Konsep ego adalah konsep mengenai pengendalian individu secara sadar, yang berfungsi sebagai pemantau dalam diri yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsif dan kendala sosiobudaya atas superego. Teori Herzberg Frederick Herzberg mengembangkan teori dua faktor yang membedakan ketidakpuasan (dissatisfier) yaitu faktorfaktor yang menyebabkan ketidakpuasan dari kepuasan (satisfier) yaitu faktor- faktor yang menyebabkan kepuasan. Ketiadaan dissatisfier tidak cukup untuk memotivasi pembelian, dalam artian dalam memotivasi pembelian harus ada sebuah satisfier. Teori Herzberg memiliki dua implikasi, yang pertama, melakukan yang penjual seharusnya terbaik menghindari ketidakpuasan, untuk dan yang kedua, penjual harus mengidentifikasi memengaruhi perilaku actual konsumen. setiap kepuasan atau motivator utama Kotler (2009:180) menyatakan bahwa ada pembelian tiga proses pemahaman dalam persepsi di pasar dan kemudian memasok mereka. (Kotler 2009:179). yaitu : Persepsi (Pengamatan) a. Atensi Selektif Persepsi (pengamatan) adalah suatu proses dimana konsumen (manusia) Atensi/perhatian adalah alokasi pemrosesan kapasitas terhadap beberapa menyadari dan menginterprestasikan aspek rangsangan. di dalam lingkungannya. Dapat dikatakan sesuatu yang bermakna, sedangkan pula sebagai proses penerimaan dan adanya rangsangan (stimuli) didalam lingkungan ekstern dan intern, sehingga pengamatan bersifat aktif. (2009:179) menjelaskan Kotler pengertian mengenai persepi sebagai “sebuah proses dimana kita memilih, adalah atensi yang dilakukan secara tidak rela disebabkan oleh seseorang atau sesuatu. Atensi selektif adalah sebuah proses dimana seseorang akan menyortir iklan atau komunikasi dari sebuah merek untuk memberikan atensi atau perhatian mereka. mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan Atensi sukarela gambaran dunia yang berarti”. Pengalaman dapat mempengaruhi b. Distorsi Selektif Distorsi selektif adalah kecenderungan untuk menerjemahkan informasi dengan cara yang sesuai dengan konsep awal pengamatan seseorang dalam bertingkah konsumen. laku. Pengalaman dapat diperoleh dari mendistorsi informasi agar konsisten semua perbuatannya di masa lampau atau dengan keyakinan dan ekspektasi dari dapat merek dan produk yang sudah ada pula dipelajari. pengamatan ini pengalaman masa Terjadinya dipengaruhi oleh lampau dan sikap sekarang dari individu. Poin utamanya adalah bahwa persepsi tidak Konsumen sering sebelumnya. c. Retensi Selektif Retensi selektif adalah proses mengingat hanya poin yang bagus mengenai sebuah tergantung pada rangsangan fisik, tetapi produk yang disukai dan meloupakan juga pada hubungan rangsangan terhadap melupakan poin yang bagus mengenai bidang yang mengelilinginya dan kondisi produk pesaing. Retensi se lektif selalu dalam setiap bekerja pada merek yang kuat di diri konsumen. Dalam pemasaran, persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi yang pasaran. Pembelajaran menentukan kapan, dimana, dan Pembelajaran merupakan perubahan- bagaimana seseorang merespons. perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Hasil Memori belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu yang cocok dengan rangsanganrangsangan yang mempunyai tujuan Kotler (2009:182) mendeskripsikan pengertian memori sebagai sebuah proses yang konstruktif, karena seseorang akan tertentu. sulit mengingat informasi dan kejadian Belajar didefinisikan sebagai “Proses secara lengkap dan akurat. Semua para individu memperoleh pengetahuan informasi dan pengalaman yang kita dan pengalaman yang mereka terapkan hadapi ketika kita menjalani hidup dapat kepada pembelian yang akan datang dan berakhir di memori jangka panjang kita. perilaku mengkonsumsi”. (Schiffman dan Ahli psikologis kognitif membedakan Kanuk, 2008:179). Proses pembelian yang antara memori jangka pendek (short term dilakukan oleh merupakan memory – STM) dan memori jangka sebuah proses belajar, dimana hal ini panjang (long term memory – LTM). sebagai bagian dari hidup konsumen. Memori jangka pendek (STM) adalah Proses belajar pada suatu pembelian terjadi memori dengan penyimpanan informasi apabila konsumen ingin menanggapi dan yang temporer dan terbatas, sedangkan memperoleh atau memori jangka panjang (LTM) adalah sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen memori dengan penyimpanan yang lebih merasa dikecewakan oleh produk yang permanen dan pada dasarnya tak terbatas kurang baik. (Kotler, 2009:180). konsumen suatu kepuasan, Kotler (2009:181) membagi golongan rangsangan dalam dua pembelajaran, rangsangan tersebut adalah : ∑ Dorongan (drive), dorongan (drive) adalah rangsangan internal kuat Pertanda (cue), pertanda Pemrogaman (cue) adalah rangsangan minor yang memori menggambarkan bagaimana dan di mana informasi masuk ke dalam memori. Kekuatan asosiasi yang dihasilkan yang mendorong tindakan. ∑ a. Proses Memori proses tergantung pada seberapa banyak otak dapat memproses informasi pada saat pemrogaman. Secara umum, semakin banyak perhatian yang diberikan pada arti informasi sepanjang pemrogaman, semakin kuat asosiasi dalam pengingat yang tepat agar memori dapat memori yang dihasilkan. Konsumen akan mengakses informasi yang tersedia. lebih mudah menciptakan asosiasi terhadap informasi baru ketika struktur pengetahuan yang ekstensif dan relevan sudah ada dalam kemudahan memori. dalam informasi baru pengetahuan mengitegrasikan ke yang Tingkat dalam sudah ada struktur sangat tergantung pada kesederhanaan, kejelasan, dan ketepatan informasi yang diberikan. Paparan berulan terhadap informasi akan memberikan peluang yang lebih besar bagi pemrosesan dan selanjutnya potensi asosiasi yang lebih kuat. Walaupun memori merupakan proses yang konstruktif, namun memori sering menjadi rekonstruktif, dan konsumen bias mengingat pengalaman terhadap sebuah merek secara berbeda dari fakta yang sebenarnya, hal ini bisa diakibatkan dari kejadian intervensi faktor atau kejadian lain. METODE Penelitian ini pada dasarnya adalah digunakan untuk menjelaskan faktor- faktor psikologis (motivasi, pembelajaran, b. Pengambilan Memori dan persepsi, memori) yang memengaruhi perilaku pembelian impulsif Pengambilan memori (memory retrieval) konsumen, sehingga dapat dikategorikan merupakan cara informasi diambil dari sebagai memori. Ada tiga faktor penting yang research, perlu diperhatikan dalam usaha mengingat penelitian ini adalah jenis penelitian yang informasi merek, hal tersebut adalah : ditujukan untuk menjelaskan kedudukan kehadiran informasi produk lain dalam variabel- variabel memori dapat menghasilkan pengaruh hubungan antara satu variabel dengan interfensi dan menyebabkan kegagalan variabel lainnya dengan menggunakan mengenali dalam kerangka pemikiran kemudian dirumuskan memproses data baru dalam memori, yang ke dalam suatu hipotesis (Sugiyono, 2010). kedua adalah pengaruh waktu antara Metode penarikan sampel yang digunakan paparan dan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam pemrograman (semakin lama menunda metode non-probability, dimana setiap waktu, semakin lemah asosiasi yang ada), unsur dalam populasi tidak memiliki dan yang ketiga adalah pemulih atau kesempatan atau peluang yang sama untuk atau terhadap kerancuan informasi jenis yang penelitian pada yang explanatory dasarnya diteliti jenis serta dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih anggota sampel minimal 10 kali jumlah tidak diketahui. Pemilihan unit sampling variabel yang diteliti. Untuk penelitian didasarkan atau eksperimen sederhana, sampel antara 10- pada 20 penilaian pada pertimbangan subjektif dan tidak responden (Sugiyono, 2012:91). penggunaan teori probabilitas. Pemilihan Mengacu pendapat tersebut maka sampel metode non-probability dilakukan karena yang digunakan dalam penelitian jumlah pengunjung Malang Town Square adalah sesuai kriteria yang disebutkan, dan yaitu membeli produk fashion tidak ditentukan jumlah ini minimal diketahui. Tipe pemilihan sampel pada responden = 10 kali jumlah variabel, penelitian ini dengan cara acak (random sehingga dengan jumlah 5 (lima) variabel sampling) yang dilakukan dengan metode maka sampel yang diambil purposive sebanyak 50 responden. sampling yaitu merupakan metode sampling teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel dan memenuhi syarat kriteria yang ditetapkan dalam penetapan populasi, dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang ditemui penelitian kebetulan selama di periode lokasi penelitian, dengan kriteria : minimal Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu hasil pengamatan yang diukur dan dipaparkan dalam bentuk angka-angka dalam skala numerik (bilangan). Jenis data yang dikumpulkan adalah data pendapat dan jawaban konsumen terhadap pertanyaan yang dikemukakan dalam kuesioner, yang 1. Lebih dari satu kali melakukan dikuantitatifkan menurut skala Likert. pembelian produk fashion di Sedangkan data kualitatif adalah Data Malang Town Square dalam yang berhubungan dengan kategorisasi, tiga bulan terakhir. karakteristk berwujud pertanyaan atau 2. Membeli produk fashion untuk penggunaan pribadi. dari wawancara dan bersifat subjektif 3. Bersedia mengisi kuesioner. Ukuran sampel dalam berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dalam penelitian mengacu dari pendapat bahwa : bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang sejarah perusahaan atau Malang Town Square (MATOS). Dan selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reabilitas, uji non autokorelasi, yang semuanya ini yang digunakan sebagai pengukur variabel ditujukan untuk melihat signifikasi, dan yang akan diuji adalah valid dan reliabel. kevalidan data. Selanjutnya dilakukan Dengan analiais regresi linear berganda yang pertanyaan pada kuisioner ditanyakan semakin menegaskan bahwa faktor- faktor kepada responden yang berbeda, maka psikologis yang terdiri dari motivasi, hasilnya tidak akan terlalu jauh berbeda. persepsi, pembelajaran dan memori secara Artinya, butir-butir item di atas yang simultan digunakan maupun parsial berpengaruh kata lain, berapa sebagai pengukur kalipun variabel terhaadap perilaku pembelian impulsif faktor psikologis konsumen dan perilaku produk fashion di Malang Town Square pembelian (Matos). tendency) produk fashion di Malang Town impulsif (impulse buying Square (Matos) adalah valid dan reliabel HASIL untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. UJI ASUMSI KLASIK Uji Normalitas Berdasarkan data dari tabel diatas menunjukkan semua item pertanyaan Berdasarkan pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov- mempunyai nilai Rhitung dengan nilai Smirnov, terlihat pada unstandardize signifikansi yang lebih kecil dari alpha residual dari seluruh variabel 0.05, sehingga tidak ada item instrumen menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar yang harus dikeluarkan dari pengujian. 0.746 yang lebih besar alpha 0,05 yang Sedangkan untuk reliabilitas menunjukkan mengindikasikan bahwa pada data seluruh bahwa hasil perhitungan standardized item variabel independen dan dependen tersebut alpha menyebar mengikuti sebaran normal (SIA) lebih besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan menurut (berdistribusi normal). Dengan demikian Arikunto dapat dapat dilakukan pengujian lebih (1993), yaitu 0.6. Dengan demikian, maka butir-butir item di atas lanjut karena asumsi kenormalan data telah Uji Non Multikolinearitas terpenuhi. Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk ke-4 variabel independen tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan oleh Hasil output SPSS 15 yang nilai VIF dari ke-4 variabel independen ditunjukkan pada Gambar 4.3 merupakan yang lebih kecil dari 10. grafik plot normalitas antara nilai peluang Uji Non-Autokorelasi kumulatif pengamatan (observasi) dengan nilai peluang kumulatif dari variabel perilaku pembelian impulsif dalam membeli produk fashion di Malang Town Square (Matos). Terlihat dari grafik plot normalitas tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal yang mengarah ke kanan atas Berdasarkan Tabel 4.10 di atas diperoleh nilai dw berada diantara - 2<1.987<+2. Berarti dapat disimpulkan bahwa galat nilai- nilai pengamatan bersifat bebas (tidak ada autokorelasi). serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian data tersebut Uji Non-Heterokedastisitas bisa dikatakan mempunyai sebaran yang normal, sehingga model regresi layak dipakai untuk pembelian memprediksi impulsif dalam perilaku membeli produk fashion di Malang Town Square (Matos) berdasarkan pengaruh dari variabel bebasnya. seluruh variabel bebas di atas menunjukkan plot data yang menyebar acak dan tidak ada pola yang jelas/tidak pembelian impulsif (Y) produk fashion di membentuk pola tertentu, serta titik-titik Malang Town Square (Matos) dengan menyebar di atas dan di bawah angka 0 faktor-faktor psikologis konsumen yang pada sumbu Y, maka hal ini berarti bahwa terdiri atas motivasi (X1), persepsi (X2), varians (ragam) dari seluruh variabel pembelajaran (X3), memori (X4 ) mencapai bebas nyata 0.874 serta adanya hubungan yang kuat (signifikan). Dapat disimpulkan bahwa diantara indikator faktor-faktor psikologis ragam (varians) untuk variabel bebas konsumen adalah homogen / sama (tidak terjadi pembelian heteroskedastisitas). produk fashion di Malang Town Square tidak berbeda secara tersebut dengan perilaku impulsif dalam membeli (Matos) tersebut. ANALISIS REGRESI LINEAR Sedangkan BERGANDA nilai determinasi sebesar 0.764, koefisien sedangkan koefisien determinasi yang telah terkoreksi dari faktor kesalahan atau bias dengan tujuan agar lebih mendekati ketepatan model dalam populasi digunakan Adjusted R Square=R2) yaitu sebesar 0.743, yang Koefisien determinasi Ukuran dari derajat keeratan hubungan antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y, serta besarnya pengaruh ke-4 variabel keragaman dari independen terhadap variabel dependen ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ganda (Multiple determinasi (R R) dan Square) koefisien yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Berdasarkan tabel, menunjukkan nilai koefisien korelasi ganda (Multiple R) sebesar 0.874 yang menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antara perilaku menyatakan besarnya pengaruh indikator faktor-faktor dari psikologis konsumen terhadap perilaku pembelian impulsif (Y) produk fashion di Malang Town Square (Matos). Artinya sebesar 76.4% keragaman dari perilaku pembelian impulsif (Y) produk fashion di Malang Town Square (Matos) dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor psikologis konsumen yang terdiri atas motivasi (X1), persepsi (X2 ), pembelajaran (X3), memori (X4). Sedangkan sisanya 23.6% ditentukan oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti. Uji Simultan (uji F) Berdasarkan tabel tersebut, hipotesis yang dilakukan dengan uji F yaitu pengujian secara serentak (simultan) Untuk variabel motivasi (X1 ), persepsi diperoleh hasil Fhitung sebesar 36.383 (X2 ), pembelajaran (X3 ), memori (X4) dengan nilai signifikansi (0.000) yang jauh menunjukkan lebih kecil dari alpha 0.05, sehingga Ho berturut-turut sebesar 0.008, 0.001, 0.015, ditolak. Hal ini menunjukkan adanya dan 0.000 yang lebih kecil dari alpha 0.05. pengaruh yang signifikan dari faktor- Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi faktor psikologis konsumen yang terdiri (X1 ), persepsi (X2), pembelajaran (X3), atas (X1), motivasi persepsi (X2 ), memori (X4) nilai signifikansi berpengaruh yang signifikan pembelajaran (X3), memori (X4 ) terhadap secara parsial terhadap perilaku pembelian perilaku pembelian impulsif (Y) produk impulsif (Y) produk fashion di Malang fashion di Malang Town Square (Matos). Town Square (Matos) tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan Faktor-faktor psikologis konsumen bahwa keragaman dari perilaku pembelian yang terdiri atas motivasi (X1), persepsi impulsif (Y) produk fashion di Malang (X2 ), pembelajaran (X3 ), memori (X4) Town Square (Matos) ditentukan oleh memberikan adanya faktor psikologis konsumen dalam (koefisien persamaan regresi Y = -1.706 + 0.423 X1 perilaku pembelian impulsif (Y) produk + 0.341 X2 + 0.210 X3 + 0.378 X4. fashion di Malang Town Square (Matos). Uji Parsial (Uji t) Artinya Untuk menunjukkan pengaruh secara pengaruh bernilai semakin yang positif) baik psikologis konsumen positif terhadap faktor-faktor yang terdiri atas individu (parsial) dari indikator faktor- motivasi (X1), persepsi (X2 ), pembelajaran faktor psikologis konsumen yang terdiri (X3 ), memori (X4) maka hal itu akan dapat atas (X2 ), meningkatkan perilaku pembelian impulsif pembelajaran (X3), memori (X4 ) terhadap dalam membeli produk fashion di Malang perilaku pembelian impulsif (Y) produk Town Square (Matos) secara bermakna. fashion di Malang Town Square (Matos), Demikian sebaliknya, semakin kurang maka digunakan uji t sebagai uji parsial. baik faktor-faktor psikologis konsumen motivasi (X1), Berdasarkan mengambil sebesar 5% taraf persepsi tabel, nyata (0.05), dengan yang terdiri atas motivasi (X1), persepsi (signifikansi) (X2 ), pembelajaran (X3), memori (X4), untuk konstanta maka hal itu akan dapat menurunkan diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar perilaku 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, maka membeli produk fashion di Malang Town dapat Square (Matos) tersebut. disimpulkan bahwa konstanta berpengaruh nyata terhadap model regresi. pembelian impulsif dalam Berdasarkan pengujian pembelajaran (X3 ), memori (X4 ), (X1, di atas X2, X3, X4 dan X5=0), maka perilaku menunjukkan bahwa ke-4 indikator dari pembelian impulsif dalam membeli faktor- faktor produk hipotesis hasil dengan uji F psikologis konsumen fashion di Malang Town yang signifikan Square (Matos) diprediksikan akan (bermakna) secara serentak (simultan) mengalami penurunan secara konstan terhadap perilaku pembelian (karena mempunyai pengaruh impulsif nilai konstanta bernilai dalam membeli produk fashion di Malang negatif). Dalam arti kata perilaku Town Square (Matos). Demikian pula pembelian impulsif dalam membeli secara parsial, variabel motivasi (X1 ), produk persepsi (X2 ), pembelajaran (X3 ), memori Square (Matos) akan menurun tanpa (X4) juga berpengaruh signifikan terhadap adanya pengaruh dari motivasi (X1), perilaku persepsi pembelian impulsif dalam fashion di Malang Town (X2 ), membeli produk fashion di Malang Town memori (X4), Square (Matos) tersebut. Jadi, jelas terlihat X4=0). bahwa untuk dapat meningkatkan perilaku pembelian impulsif dalam pembelajaran (X3), (X1, X2, X3, dan 2. b1 = 0.423 membeli Nilai parameter atau koefisien regresi produk fashion di Malang Town Square b1 ini menunjukkan bahwa setiap (Matos), maka diperlukan upaya untuk faktor motivasi (X1) meningkat lebih meningkatkan baik, maka hal ini secara signifikan faktor-faktor psikologis konsumen yang terdiri atas motivasi (X1 ), dapat persepsi (X2 ), pembelajaran (X3 ), memori pembelian impulsif dalam membeli (X4), produk sehingga diharapkan dapat meningkatkan perilaku fashion di Malang Town meningkatkan jumlah penjualan produk Square (Matos) (karena koefisien X1 fashion di Malang Town Square (Matos) bernilai positif), atau dengan kata lain secara maksimal. semakin baik faktor motivasi (X1), Selanjutnya dari model regresi yang maka perilaku pembelian impulsif diperoleh tersebut yaitu dalam membeli produk fashion di Y = -1.706 + 0.423 X1 + 0.341 X2 + 0.210 X3 + 0.378 X4 Malang Town Square (Matos) dapat diimplikasikan sebagai berikut: cenderung semakin meningkat dengan 1. bo = -1.706 asumsi variabel yang lain tetap (X2, Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada pengaruh dari variabel motivasi (X1 ), persepsi (X2 ), X3, dan X4=0) atau Cateris Paribus. 5. b4 = 0.378 3. b2 = 0.341 Nilai parameter atau koefisien regresi Nilai parameter atau koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa setiap b4 faktor persepsi (X2 ) meningkat lebih faktor memori (X4 ) meningkat lebih baik, maka hal ini secara signifikan baik, maka hal ini secara signifikan dapat dapat meningkatkan perilaku pembelian impulsif dalam membeli produk fashion di Malang Town ini menunjukkan bahwa setiap meningkatkan perilaku pembelian impulsif dalam membeli produk fashion di Malang Town Square (Matos) (karena koefisien X2 Square (Matos) (karena koefisien X4 bernilai positif), atau dengan kata lain bernilai positif), atau dengan kata lain semakin baik faktor persepsi (X2 ), semakin baik faktor memori (X4), maka perilaku pembelian impulsif maka perilaku pembelian impulsif dalam membeli produk fashion di dalam membeli produk fashion di Malang (Matos) Malang Town Square (Matos) akan cenderung semakin meningkat, dengan cenderung semakin meningkat, dengan asumsi variabel yang lain tetap (X1, asumsi variabel yang lain tetap (X1, X3, dan X4 =0) atau Cateris Paribus. X2, dan X3=0) atau Cateris Paribus. Town Square 4. b3 =0.210 Nilai parameter atau koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa setiap faktor pembelajaran (X3) meningkat, maka hal ini secara signifikan dapat meningkatkan impulsif perilaku dalam pembelian membeli produk fashion di Malang Town Square KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Faktor psikologi konsumen yang terdiri dari motivasi, persepsi, (Matos) (karena koefisien X3 bernilai pembelajaran, dan memori secara positif), atau dengan kata lain semakin simultan (serentak) berpengaruh tinggi faktor pembelajaran (X3 ), maka signifikan perilaku pembelian impulsif dalam perilaku membeli produk fashion di Malang konsumen pada produk fashion di Town Malang Town Square (Matos). semakin Square (Matos) meningkat cenderung pula, dengan b. Pengaruh positif pembelian faktor yang terhadap impulsif psikologi asumsi variabel yang lain tetap (X1, konsumen terdiri dari X2, dan X4=0) atau Cateris Paribus. motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori terhadap secara perilaku parsial pembelian impulsif konsumen pada produk fashion di Malang Town Square (Matos), dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Motivasi konsumen secara positif (searah) terhadap perilaku pembelian impulsif pada produk fashion di Malang Town Square hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang bisa diberikan antara lain : Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk bisa melakukan penelitian dengan menambah variabel lainnya karena dalam penelitian ini masih terbatas pada satu variabel saja, variabel yang (Matos). Persepsi konsumen se cara parsial dapat ditambahkan antara lain berpengaruh signifikan positif variabel pada perilaku konsumen terhadap perilaku seperti budaya, pribadi, dan sosial, pembelian impulsif pada produk lalu selain itu dapat menambah fashion di Malang Town Square variabel eksternal yang belum (Matos). diteliti (searah) 3. Dari 1. parsial berpengaruh signifikan 2. SARAN Pembelajaran konsumen secara parsial berpengaruh signifikan positif (searah) terhadap perilaku pembelian impulsif pada produk fashion di Malang Town Square dalam penelitian ini. Variabel ekternal ini misalnya adalah store atmosphere, promosi, discount, letak demografis,dll. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan mampu melengkapi (Matos). 4. Memori konsumen secara parsial keterbatasan penelitian ini, antara berpengaruh signifikan positif lain memperluas objek penelitian perilaku (tidak hanya di satu objek), karena pembelian impulsif pada produk penelitian ini hanya dilakukan di fashion di Malang Town Square Malang Town Square. Diharapkan (Matos). penelitian yang akan dilakukan (searah)terhadap 5. Faktor psikologi konsumen yang berpengaruh paling signifikan terhadap pembelian impulsif pada produk fashion di Malang Town Square adalah faktor persepsi. selanjutnya lokasi, dapat misalnya memperluas di pusat perbelanjaan lain di kota Malang, atau bahkan penelitian dapat dilakukan diluar kota Malang 2. yang berarti jangkauannya akan terutama lebih luas lagi. persepsi positif terhadap dalam Bagi konsumen, disarankan untuk diri konsumen secara langsung lebih memperhatikan lagi faktor terhadap produk yang dihasilkan, psikologis yang ada di dalam sehingga dirinya melakukan pendapatan. Selain itu setiap gerai keputusan pembelian. Konsumen produk fashion di Matos dapat diharapkan dapat memperhatikan memiliki strategi yang lebih baik faktor dalam membidik faktor psikologis dalam motivasi, persepsi, pencitraan mampu menambah pembelajaran, dan memori seperti konsumen, misalnya apakah penggantian huruf iklan yang ada dalam diri yang lebih konsumen mengidentifikasi jenis dikenali, belanjanya, dan disamping itu dengan kualitas sehingga mampu apabila memiliki memenuhi persepsi positif yang perilaku dimiliki konsumen menarik dengan mereka sehingga dapat membantu kecenderungan harga agar mudah yang sesuai konsumen, dengan pembelian yang impulsif, maka memberikan potongan harga agar konsumen konsumen dapat mengurangi termotivasi untuk psikologisnya, membeli, dan dengan layanan seperti tidak selalu memenuhi yang baik sehingga menambah dorongan yang timbul tiba-tiba nilai positif karena iklan, dll. konsumen. faktor- faktor konsumen Selain itu diharapkan mengaplikasikan mampu setiap faktor tersebut agar memiliki batasan dalam aplikasi nyatanya. 3. dalam Bagi perusahaan dalam hal ini pemilik counter produk fashion di Malang Town Square (MATOS), disarankan untuk memperdalam strateginya produk, dalam memasarkan terutama melakukan strategi pemasaran yang mampu membidik faktor psikologis yang baik bagi DAFTAR PUSTAKA Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Graha Ilmu. Yogyakarta. Augusty, Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Danang Sunyoto, 2011, Praktik SPSS untuk Kasus, Nuha Medika, Yogyakarta. David, Fred R, 2009, Manajemen Strategis Konsep, Penerjemah Dono Sunardi, Salemba Empat, Jakarta. Engel, J.F., R.D, Blackwell dan P.W. Miniard.1995. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. Esch, Franz-Rudolf, Joern Redler Dan Tobias Langner. 2003. Promotional Efficiency And The Interaction BetweenBuying Behavior Type And Product Presentation Format – Evidence From An Exploratory Study. Personal Selling and Sales Management Track. p. 1838-1845. Fandy Tjiptono, 2005, Pemasaran Jasa, Bayumedia, Malang. Fandy Tjiptono, 2007, Pemasaran Jasa, Bayumedia, Malang. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang. Kotler, Phillip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid kedua, edisi kesebelas. PT. Indeks. Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. PT.Indeks. Jakarta. M. Kuncoro, 2009, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Edisi 3, Erlangga, Jakarta. Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Consumer Behaviour. Diterjemahkan oleh Lina Salim. Edisi Kelima, jilid 1 dan 2. PT. Penerbit Erlangga. Jakarta. R. Lupiyoadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. R. Lupiyoadi, 2008, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2010, Metodologi Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta. Schiffman, Leon dan Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen. PT.Indeks. Jakarta Santoso, Singgih. 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. PT Elex Media Kompetindo. Jakarta Trinton P.B., 2005, SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik, Andi, Yogyakarta. Umar, Husein, 2003, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajagrafindo Persada, Jakarta.