Bagian II. Himne dan Musik Gereja Himne tidak dapat dipisahkan dari musik dan nyanyian, sebab himne adalah bagian dari keduanya. Di dalam bagian 2 ini penulis akan memaparkan beberapa teori yang berkaitan dengan himne. Dimulai dari Musik abad pertengahan, Zaman renaissance, Nyanyian Gregorian, Himne secara umum, dan Nyanyian jemaat dan perkembangannya. 2.1 Musik abad Pertengahan Pada abad pertengahan biasanya musik dikaitkan dengan kejatuhan Romawi, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa musik abad pertengahan ini dimulai sejak adanya perubahan besar di dalam kebudayaan klasik Yunani maupun Romawi. Di dalam abad ini, tidak saja terdapat dua gaya musik yang digolongkan berdasarkan keindahan dan bentuk lahirnya, tetapi juga menurut perkembangannya. Bentuk musik yang terkenal di dalam abad ini, yakni drama liturgi, tipe litani atau berbalasan dalam ibadah, tipe sekuensi, kanzone, dan rondo. Selain itu juga mulai berkembang sekolah-sekolah musik, organum baru dan perkembangan notasi musik.1 Di dalam abad pertengahan ini, para sarjana musik mulai menelusuri proses berkembangnya nyanyian dari tradisi Kristen abad ke 1 sampai ke 3. Sehingga ditemukan beberapa bentuk nyanyian yang telah mengalami perubahan, yakni:2 a. Kantilasi atau nyanyian yang dimulai dengan satu nada dan diakhiri dengan beberapa nada lainnya. Biasa digunakan dalam pembacaan Alkitab, b. Mazmur Responsori atau mazmur yang dinyanyikan oleh penyanyi solo sebagai refrein atau respon terhadap ayat-ayat yang lain, c. Mazmur Alleluia, dinyanyikan jemaat di antara setiap mazmur yang dinyanyikan oleh solois, d. Mazmur Antiphonal, yang biasanya dinyanyikan oleh solois dan jemaat secara bergantian dan bersahutan, e. Tractus, mazmur yang dinyanyikan sesudah pembacaan alkitab, dan f. Jubilus, sebuah melodi melismatik tanpa kata-kata. 1 Karl Edmund, Sejarah Musik Jilid 1, (Jogjakarta: Pusat Musik Liturgi, 1991), 5. Rhoderick J. McNeil, Sejarah Musik 1: Musik Awal . . . ,11-12. 2 1 2.2 Zaman Renaissance Zaman Renaissance ialah zaman sesudah abad pertengahan. Kata Reniassance sendiri berarti kembali lahir (lahir kembali). Ada beberapa pertumbuhan yang penting sebagai kelahiran kembali atau renaissance musik:3 1. Pertumbuhan musik sekuler, 2. Pertumbuhan musik instrument, 3. Pertumbuhan opera, dan 4. Pertumbuhan musik gereja protestan. Periode ini ditandai dengan bangkitnya aktivitas intelektual dan seni. Dalam arti religius, reformasi yang mencapai klimaksnya oleh Marthin Luther sangat penting baik secara teologis maupun secara musikal bagi seluruh pengikut aliran ini. Pada masa itu orang-orang Kristen menyadari kebenaran dari suatu hubungan pribadi dengan Allah melalui Iman di dalam Yesus Kristus. Jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dan paduan suara yang merupakan suatu kekuatan dalam gerakan baru.4 Paling kurang ada dua faktor penting, yang tidak dapat dipisahkan dari periode ini yakni percetakan musik polifonik dan dukungan dari para bangsawan yang berpendidikan yang membutuhkan hiburan.5 Perkembangan baru dalam periode ini adalah musik instrumental.6 2.3 Nyanyian Gregorian Pada awal abad ke 7 Paus Gregorius Agung mengumpulkan lagu-lagu yang sudah ada dan menambah sejumlah lagu yang baru. Nyanyian gregorian berhubungan erat dengan Paus Gregorius. Dalam abad-abad pertengahan Paus Gregorius (590-604), memasukan cara bernyanyi secara gregorian dalam ibadah jemaat. Sampai dengan saat ini masih digunakan oleh Gereja Katolik Roma.7 Notasi musik gregorian sendiri mulai muncul pada tahun 590 yang dikenal dengan istilah notasi gregori. Kidung-kidung Gregorian dipelajari melaluimetode viva voce. Viva voce yakni menyanyi dengan mengulangi contoh secara lisan.8 Anotasi asli musik gregorian menggunakan neume, yaitu tanda-tanda kecil di atas teks 3 Amir Pasaribu, Riwayat Musik dan Musisi, (Jakarta: Gunung Mulia, 1953), 10. Paul Westermeyer, Te Deum The Church and Music (Minneapolis: Superstock Inc, 1998) , 173. 5 Rhoderick J. McNeil, Sejarah Musik 1: Sejak masa Yunani Kuno . . . ,11 6 Ibid., 68. 7 J.L Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi (Jakarta: Gunung Mulia, 2012. Cetakan 11), 107. 8 Lastiko Runtuwene: MENGENAL MUSIK GREGORIAN. (Bahan pelatihan/kursus Musik Liturgi Gereja KatolikUntuk para Suster di Postulat dan Novisiat JMJ Tomohon). http://sulut.kemenag.go.id/file/file/Katolik/lmbt1366662132.pdf. diunduh 07 September 2014..Pukul 15.00WIB 4 2 untuk menunjukkan not-not dalam musik. Neume berasal dari simbol-simbol dalam bahasa Yunani. 9 Di dalam nyanyian gregorian, berkembang tradisi Cantus Planus Gregoria yang adalah tradisi utama cantus yang begitu kaya yang nampak dalam naskah pada abad 11 sampai abad ke 14. Pada awalnya lagu-lagu gregorian, merupakan nyanyian sederhana selama pemerintahan Paus Gregorius Agung. Lagu-lagu ini sangat berbeda dengan bentuk musik modern. 10 2.4 Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya Nyanyian jemaat merupakan salah satu unsur yang paling penting di dalam ibadah, bahkan gereja mula-mula memulai ibadah dengan nyanyian. Dalam buku, “Unsur-unsur Liturgi”, yang ditulis oleh Abineno dikatakan bahwa nyanyian jemaat hendaknya dinyanyikan seluruhnya, sebab tiap-tiap nyanyian merupakan satu kesatuan tidak baik dibagi hanya menjadi beberapa bagian. Nyanyian jemaat merupakan bentuk pujian yang melantunkan syair-syair yang berisi kata-kata.11 Salah satu perhatian gerakan Reformasi yang lain dan positif adalah membuka keberbagaian nyanyian jemaat untuk dinyanyikan dalam liturgi. Bagi reformasi, mazmurmazmur dan kidung-kidung rohani itu penting di dalam ibadah. Bahkan Luther memakai mazmur untuk dinyanyikan secara gregorian dalam ibadah. Pada awalnya mazmur dan nyanyian rohani dinyanyikan dalam bahasa latin, kemudian dalam bahasa Jerman, tetapi setelah nyanyian gregorian yang ada tidak lagi dinyanyikan dengan menggunakan bahasa Jerman. tetapi dengan menggunakan bahasa pribumi atau bahasa sehari-hari.12 Nyanyian jemaat merupakan pencerminan dari vitalitas spiritual suatu jemaat serta merupakan respon jemaat terhadap anugerah yang telah diberikan Tuhan, nyanyian merupakan bentuk pujian yang melantunkan syair-syair yang berisi kata-kata rohani. Nyanyian jemaat hanyalah dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan peribadatan umat Kristen bila warga gereja memiliki pemahaman yang baik mengenai musik. Agastya, mengatakan, mazmur merupakan salah satu nyanyian jemaat yang tertua usianya. Kata Mazmur dalam bahasa Yunani psalmol yang berarti dentingan senar harpa. Dua tema umum yang dominan dalam kitab mazmur adalah tema kematian dan kelahiran kembali. 9 Vor Homer, Bagaimana Awalnya Viagra Ditemukan?: Meliputi Musik dan Puisi dan Kesusastraan (Jakarta Selatan: PT. Cahaya Insan Suci), 294. 10 Don G. Campbell, Efek Mozart (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 129. 11 J.L Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgi . . .,108. 12 Rasid Rachman, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi (Jakarta: BPK Gunung mulia, 2012), 169. 3 2.5 Himne secara umum Himne pada awalnya digunakan oleh bangsa Yunani dan Romawi kuno, sebagai sebuah tanda penghormatan kepada dewa. Namun, orang Kristen mula-mula menggunakannya sebagai pujian kepada Tuhan. Dalam bahasa inggris kata hymn artinya nyanyian pujian 13 sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata himneadalah nyanyian yang berisi pujian untuk Tuhan/ dewa; sekarang juga untuk lembaga atau instansi tertentu. 14 Himne sangat berperan penting dalam liturgi. Menurut Proclus, himne adalah gubahan nyanyian untuk mengiringi khitara, dalam hal ini berhubungan dengan pengorbanan. Sedangkan menurut Plato, himne adalah lagu penguburan dan lagu-lagu penyembahan.Himne termasuk dalam lagu atau nyanyian. Yang membedakannya dengan lagu yakni adanya vuga dalam artian bahwa himne adalah nyanyian dengan pola yang sudah tersusun dengan rapi, sehingga orang bebas mengubahnya dengan menambahkan beberapa suara yang dianggap perlu dan biasanya terdiri dari empat (4) suara. Himne terdiri dari dua (2) jenis yakni monophonik (satu suara) dan poliphonik (beberapa suara). Monophonik Latin atau Satu Suara15 Himne latin disusun berdasarkan bait dengan teks puitis berirama dan sebagian besar terdiri atas beberapa suku kata tersendiri. Himne bait muncul di barat pada abad ke 4. Menurut St. Augustin, kebiasaan menyanyikan himne dan mazmur dimulai pada tahun 386. Pada abad ke 6 hymne ditetapkan khusus dalam acara atau waktu resmi.Himne memiliki peran penting dalam liturgi Celtic. Pada abad pertengahan Gneuss menyebut kumpulan hymne pada abad pertengahan sebagai “Old Hymnal (OH)” dan himne pada manuskrip abad ke 8 sebagai “Frankish Hymnal (FH)” dari utara sampai barat Perancis dan dari selatan sampai barat Jerman. Gabungan kedua kumpulan hymne tersebut kemudian dikenal sebagai “New Hymnal (NH)”.NH menjadi standar perbendaharaan hymne di Eropa dan Inggris. Poliponik atau banyak suara16 Latar belakang munculnya poliponik atau beberapa suara dari hymne latin dibawa oleh Vespers. Selama abad 15 hal ini menjadi fokus khusus bagi mereka yang 13 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), 308. J. S Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka Cetakan kedua, 1989), 352. 15 John Tyrral, The New GroveDictionary Of Music . . . ,19. 16 John Tyrral, The New GroveDictionary Of Music . . . ,23. 14 4 didesain untuk digunakan termasuk motet17 yang digunakan dari semua bagian teks hymne.Pada abad ke 16, hal yang paling penting adalah perkembangan yang hadir dari sekumpulan nomor siklus dari para pengarang.Dua koleksi yang paling penting diperbanyak di Jerman selama periode Wiitenberg. Di dalam himne, kita mengenal irama dan melodi yang merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan. Kidung pujian himne sebenarnya digunakan untuk menyebutkan semua jenis kidung pujian Kristen. Harvey B. Mark berpendapat bahwa himne merupakan salah satu bentuk syair sakral yang ekspresif, yang berbicara mengenai pengabdian, pengalaman spiritual maupun kebenaran religius. Fungsi himne bagi jemaat adalah untuk memberikan kesempatan kepada jemaat mengidentifikasikan dirinya dengan pengalaman iman, untuk menikmati pengalaman spiritual serta untuk mengalami bimbingan kasih Allah. Himne juga mengajarkan kepada jemaat mengenai pokok-pokok ajaran kristen.18 Keterkaitan musik gereja dalam sejarah gereja merupakan bentuk perkembangan yang begitu panjang. Pada awal perkembangan kekristenan mula-mula, mereka sudah berani memunculkan himne. Himne merupakan syair-syair yang berpatokan pada nyanyian mazmurmazmur, namun ketika musik gereja telah memasuki gereja-gereja lokal yang terjadi adalah adanya penyesuaian dahulu karena dalam perkembangan dan sejarah gereja, mereka lebih senang memakai nyanyian dan paduan suara yang dianggap sangat penting.19 Dalam era kekristenan awal, menyanyikan mazmur merupakan suatu warisan berharga dalam perkembangan nyanyian jemaat. Nyanyian mazmur diwariskan semenjak masa Perjanjian Lama hingga masa Kristus. Gereja mula-mula diyakini melestarikan tradisi bernyanyi mazmur secara artifonal yakni berbalasan antara Imam dengan jemaat atau dengan paduan suara. Isi syair dari mazmur mencerminkan konsep dasar tentang Allah dan nilai-nilai moral-Nya. Pada abad ke 6 berkembang ragam himne yang disebut dengan kontakion yang terdiri dari sebuah intruduksi pendek yang diikuti oleh delapan belas (18) hingga tiga puluh (30) bait struktur yang seragam serta ditutup dengan sebuah bagian refrein. Pada abad ke 7, Paus Gregorius melakukan revisi terhadap beberapa melodi lagu lama dan bahkan membuatnya menjadi lebih ekspresif. Paus Gregorius juga menciptakan suatu sistem tangga 17 Berasal dari mot yang dalam bahasa perancis artinya “kata” Agastya Rahma Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), 11. 19 Ibid., 13. 18 5 nada baru yang lebih memberikan peluang bagi para pengubah lagu periode berikutnya untuk menggali musik secara lebih optimal.20 Selanjutnya pada abad ke 18 perkembangan himne Yunani memiliki bentuk yang lebih panjang dan lebih rumit yang dikenal sebagai canon. 2.6 Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, himne sebenarnya sudah mulai diperkenalkan sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi bahkan sudah dinyanyikan sebagai nyanyian pujian kepada dewa-dewa Yunani. Hanya saja himne mulai digunakan oleh gerejagereja sejak masa kekristenan awal. Para pemusik juga sepakat kalau himne tidak saja merupakan pujian kepada dewa-dewa tetapi juga kepada Tuhan. Syair-syair hymne biasanya berisi ajaran-ajaran Kristen. 20 Agastya Rahma Listya, Nyanyian Jemaat . . . ,16-26. 6