perumusan strategi kemitraan koperasi dengan petani pada rantai

advertisement
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Perumusan Strategi Kemitraan Koperasi dengan Petani pada Rantai Pasok Produk
Hortikultura Organik (Studi Kasus di Koperasi Brenjonk, Mojokerto)
Amalia Haris Kartikasari1), Panji Deoranto2), Ika Atsari Dewi2)
1)
2)
Alumni Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145
Staff Pengajar Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145
* [email protected]
ABSTRAK
Hortikultura organik merupakan salah satu produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan dalam
agribisnis. Salah satu daerah penghasil hortikultura organik yaitu Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto.
Petani pada daerah tersebut bernaung di koperasi bernama Brenjonk. Tujuan penelitian yaitu menentukan
alternatif strategi kemitraan dan strategi kemitraan yang paling efektif dapat diterapkan antara Koperasi
Brenjonk dan petani. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT dan Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM). Analisis SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan, sedangkan
QSPM digunakan untuk menentukan strategi kemitraan yang efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
matriks IE terletak pada sel I, yang berarti kemitraan dapat dikembangkan dengan memperhatikan faktor
internal maupun eksternal yang mempengaruhi kemitraan, strategi yang sesuai adalah growth and build.
Matriks SWOT menggabungkan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga diperoleh delapan
alternatif strategi kemitraan. Hasil dari matriks QSPM menunjukkan strategi yang efektif adalah
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat
melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin.
Kata kunci: alternative partnership strategy; QSPM; SWOT
ABSTRACT
Organic horticulture is one of the agricultural products which have can be developed in agribusiness. One of
the organic horticulture production area is in Penanggungan, Trawas, Mojokerto. At this area there are
organic farmers association under Brenjonk. The purpose of this research is determine the alternatives of
partnership strategy and most effective partnership strategy that can be applied between Brenjonk
Cooperation and farmers. The method used was SWOT analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM). SWOT analysis was use to determine partnership strategy alternatives, while QSPM use to
determine the most effective partnership strategy. The results showed that IE matrix located on the cell I, it
means that partnership could be developed by concerning to the internal and external that affect on
performance of partnership. Suitable strategy for partnership were growth and build. There were eight
strategy alternatives obtained by combining internal factor and external factor using SWOT matrix. QSPM
matrix showed that the most effective strategy was increasing the ability and understanding of farmers by
training and development routinely to meet demand market continuously.
Keywords: alternative partnership strategy; QSPM; SWOT
PENDAHULUAN
Komoditas hortikultura meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman
biofarmaka (Hanum, 2008). Seiring dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan
dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan
kesehatan. Tanaman hortikultura organik memiliki kualitas dan nilai gizi lebih baik karena tidak
mengandung bahan kimia.
Salah satu daerah penghasil hortikultura organik yaitu Desa Penanggungan, Trawas,
Mojokerto. Pada daerah ini terdapat perkumpulan petani organik dibawah naungan sebuah koperasi
yaitu Brenjonk. Komoditas yang dikelola adalah sayuran dan buah-buahan organik, Koperasi
Brenjonk bermitra dengan 88 petani. Menurut Martodireso dan Widada (2002), kemitraan usaha
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-185
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
pertanian merupakan salah satu instrumen kerja sama yang mengacu kepada terciptanya suasana
keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra
dan kelompok.
Kemitraan diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada masing-masing pihak,
yaitu Koperasi Brenjonk dengan petani. Petani umumnya memiliki kendala berupa keterbatasan
informasi pasar dan pengetahuan sistem organik. Koperasi Brenjonk sebagai prosesor memerlukan
kontinuitas pasokan hortikultura organik dalam menghadapi dinamika yang tinggi dari pasar
produk organik.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi kemitraan yang efektif untuk
diterapkan antara Koperasi Brenjonk dengan petani. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
analisis Strength-Weakness-Opportunity-Treath (SWOT) dan metode Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). Menurut Pandelaki (2012), hasil analisis SWOT adalah arahan atau
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,
disertai dengan mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Menurut Akbar et al. (2013),
QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan
lingkungan ekternal dan internal.
METODE
Penelitian dilaksanakan di Koperasi Brenjonk, Trawas, Mojokerto. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2015. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
responden yang digunakan hanya responden pakar, yaitu pihak yang mengetahui dengan pasti
kondisi internal dan eksternal kemitraan. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Identifikasi Variabel
Variabel dari lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan internal dan eksternal
kemitraan Koperasi Brenjonk dengan petani. Faktor internal yaitu kelebihan dan kelemahan, dan
faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman.
Mulai
Identifikasi dan Perumusan
Masalah
Identifikasi Variabel Penelitian
Penentuan Responden
Penentuan Sumber Data
Penyusunan Kuesioner
Tahap 1
Tidak
Uji Validitas Kuesioner
Tahap 1
Valid
Ya
Pengumpulan Data Tahap 1
Tahap Pemasukan
Tahap Pencocokan
Penyusunan Kuesioner
Tahap 2
Tidak
Uji Validitas Kuesioner
Tahap 2
Valid
Ya
Pengumpulan Data Tahap 2
Tahap Keputusan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 1. Prosedur penelitian
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-186
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Kemitraan Koperasi Brenjonk dengan petani memiliki kelemahan berupa: 1) Perbedaan
standar kualitas antara petani dengan Koperasi Brenjonk; 2) Pelanggaran prosedur pertanian
organik oleh petani mitra; 3) Kemampuan teknis dan manajerial petani mitra kurang memadai; 4)
Pertukaran informasi permintaan yang kurang sesuai antara petani mitra dengan Koperasi
Brenjonk; dan 5) Kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja kurang memadai. Kemitraan
Koperasi Brenjonk dengan petani memiliki kekuatan antara lain: 1) Pemberian informasi trend
pasar oleh Koperasi Brenjonk kepada petani; 2) Daya dukung sarana dan prasarana oleh Koperasi
Brenjonk kepada petani; dan 3) Daya dukung dana oleh Koperasi Brenjonk kepada petani.
Peluang dari pelaksanaan kemitraan antara lain: 1) Pembatasan impor hortikultura; 2)
Dukungan masyarakat lokal; 3) Perubahan orientasi kesehatan masyarakat; dan 4) Kemudahan
pemasaran dengan bermitra. Ancaman bagi pelaksanaan kemitraan berupa: 1) Perubahan
permintaan konsumen yang signifikan; dan 2) Harga tidak stabil.
Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah responden pakar (expert). Penentuan responden
dalam penelitian ini adalah penunjukan langsung (purporsive sampling). Responden berjumlah 4
(empat) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang petani dan dua orang dari koperasi Brenjonk.
Responden dari petani adalah petani yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Brenjonk paling
lama atau dianggap senior. Responden dari Koperasi Brenjonk adalah bagian persetujuan koperasi
dan pendamping.
Uji Validitas
Tahap validasi isi kuesioner dilakukan dengan bagian persetujuan dan seorang petani. Tahap
validasi ini dilakukan secara face validity. Menurut Brockopp dan Marie (2000), face validity
adalah suatu keputusan dari pakar atau ahli secara subyektif mengenai sebuah instrumen apakah
telah dianggap mengukur konsep yang diinginkan.
Pengolahan Data
Menurut David (2004), perumusan strategi kemitraan dengan menggunakan metode
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan, yaitu
tahap pemasukan, pencocokan, dan keputusan.
Tahap Pemasukan (Input Stage)
Tahap pemasukan merupakan tahap analisis faktor internal dan eksternal kemitraan melalui
penyusunan Matris IFE dan EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE sebagai berikut
(David, 2006):
1) Identifikasi kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman dalam kemitraan.
2) Penentuan bobot faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan Key
Succes Factor (KSF). Setiap pakar diminta untuk memberikan bobot bagi setiap faktor internal
dan eksternal yang telah ditentukan sebelumnya (Yoshida, 2006). Kriteria penilaian ini
menggunakan skala Likert 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = cukup penting, 4 =
penting, dan 5 = sangat penting.
3) Penentuan nilai rating pada matriks IFE dan EFE. didasarkan pada keterangan berikut:
Untuk kriteria kekuatan (S) adalah:
1=kekuatan kecil berpengaruh kecil
2=kekuatan kecil
3=kekuatan utama berpengaruh kecil
4=kekuatan utama berpengaruh besar
Untuk kriteria kelemahan (W) adalah:
1=kelemahan utama berpengaruh besar
2=kelemahan utama berpengaruh kecil
3=kelemahan kecil berpengaruh besar
4=kelemahan kecil berpengaruh kecil
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-187
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Untuk kriteria peluang (O) adalah:
1=peluang sulit diraih
2=peluang cukup mudah diraih
3=peluang mudah diraih
4=peluang sangat mudah diraih
Untuk kriteria ancaman (T) adalah:
1= pengaruh ancaman sangat kuat
2=pengaruh ancamankuat
3=pengaruh ancamanlemah
4=pengaruh ancaman sangat lemah
Tabel 1. Penentuan bobot faktor internal/eksternal
Faktor Internal/
Skala Bobot
Rata-Rata
Eksternal
1 2 3 4 5
A
V W X Y Z Ra
B
Rb
…
…
N
Rn
Jumlah
R
Bobot
Xa
Xb
…
Xn
1
Keterangan:
A, B,…, n = faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2, …, ke-n)
P,Q,R,S,T = jumlah responden (yang memberikan nilai 1, 2, 3, 4, 5)
Ra, Rb,…, Rn=rata-rata bobot faktor internal/eksternal (ke-1,ke-2,…, ke-n)
R= jumlah keseluruhan rata-rata bobot internal/ eksternal
Xa, Xb,…, Xn = bobot faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2,…, ke-n)
4) Perkalian bobot dan rating dilakukan untuk menentukan nilai skor pembobotan tiap faktor.
5)iMenjumlahkan semua skor pembobotan untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0
mengidentifikasi bahwa kemitraan mampu merespon dengan sangat baik faktor strategis
internal/eksternal. Skor total 1,0 menunjukkan kemitraan tidak merespon dengan baik faktor
strategis internal/eksternal. Nilai 2,5 menunjukkan bahwa kemitraan mampu merespon secara ratarata faktor strategis internal/eksternal.
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan terdiri dari penyusunan Matriks Internal Eksternal (IE) dan Matriks SWOT.
Matriks IE
Matriks IE bertujuan untuk melihat posisi kemitraan serta memperoleh strategi yang lebih detail.
Menurut Siahaan (2008), matriks IE terbagi atas tiga daerah utama yaitu:
a. Sel I, II, IV= growth and build (kembang dan bangun). Menurut Hanum et al. (2011), artinya
kemitraan dapat terus dikembangkan dengan memperhatikan faktor utama sehingga dapat
berkelanjutan.
b. Sel III, V, VII= hold and maintain (jaga dan pertahankan). Menurut Akbar et al. (2013),
artinya kemitraan belum dapat melakukan pengembangan secara luas karena masih ada faktor
yang membatasi.
c. Sel VI, VIII, IX= harvest or divest (mengambil hasil atau melepaskan). Artinya, kondisi
kemitraan tidak berjalan sesuai rencana.
Matriks SWOT
Matriks SWOT akan menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi yaitu startegi
S-O (Strenght-Opportunity), strategi W-O (Weakness-Opportunity), strategi W-T (WeaknessThreats) dan strategi S-T (Strenght-Threats) (Yuliawati, 2008).
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-188
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Tahap Keputusan (Decision Stage)
Analisis QSPM memungkinkan perusahaan dalam melakukan evaluasi alternatif strategi
secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan internal dan eksternal (David, 2006). Alternatif
strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik
(Prastiti, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Koperasi Brenjonk
Koperasi Brenjonk adalah salah satu organisasi berbasis komunitas yang berdiri pada 13 Juli
2007 di Dusun Penanggungan, Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Brenjonk
sendiri berasal dari kata “Sumber Rejo” dibaca “Mber Rejo”. Struktur organisasi Koperasi
Brenjonk terdiri dari ketua, bagian pendokumentasian, keuangan, pemeriksaan, persetujuan, jualbeli, pengemasan, dan pendamping. Tenaga kerja berjumlah 17 orang. Koperasi Brenjonk
menghasilkan hortikultura organik, yang terbagi atas sayur dan buah organic. Saat ini kapasitas
produksi mencapai 3000 kemasan produk per bulan.
Anggota rantai pasok produk hortikultura organik di Koperasi Brenjonk terdiri dari petani
mitra, Koperasi Brenjonk, distributor, peritel, dan pakar/ahli. Petani mitra sebagai pemasok
hortikultura organic. Koperasi Brenjonk sebagai pengolah dan pemasar produk, distributor sebagai
penyalur produk dari koperasi ke peritel, dan peritel sebagai pengirim produk ke konsumen akhir.
Pakar/ahli sebagai pihak yang memberikan pelatihan bagi petani dan tenaga kerja.
Petani Mitra
Jumlah petani hortikultura organik yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Brenjonk
berjumlah 88 petani dimana sebanyak 70% adalah petani wanita atau ibu-ibu. Lahan yang dijadikan
kebun organik terletak di pekarangan rumah petani mitra denga luas area ± 5 x 10 meter. Model
pengelolaan lahan yang digunakan oleh petani hortikultura organik yaitu menggunakan green
house sederhana disebut dengan rumah sayur organik (RSO). Menurut Harmanto et al. (2006),
sistem green house dapat memberikan jaminan produk yang relatif aman bagi kesehatan, karena
memiliki kelebihan yaitu dapat mencegah masuknya hama dan penyakit yang dapat merusak
tanaman hortikultura.
Kemitraan Koperasi Brenjonk dengan Petani
Tujuan utama kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yaitu mejamin kontinuitas
pasokan hortikultura organik baik dalam segi jumlah maupun kualitas. Pola kemitraan yang
diterapkan yaitu pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA). Dalam hal ini, petani
mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja untuk melaksanakan proses produksi
hortikultura organik, sedangkan Koperasi Brenjonk menyediakan biaya atau modal, sarana dan
prasarana untuk kegiatan budidaya.
Koperasi Brenjonk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi petani mitra,
menyediakan teknologi seperti alat pengemas dan timbangan, menyediakan kemampuan
manajemen terutama dalam penjadwalan tanam dan pemasaran hasil produksi petani mitra.
Pada kerjasama kemitraan, petani bertugas melakukan proses seperti pembibitan,
penanaman, dan pemanenan. Koperasi Brenjonk bertugas melakukan penyediaan benih bagi petani,
pembelian produk dari petani, proses sortasi, grading, pengemasan, pemasaran, dan pemberian
pelatihan bagi petani mitra.
Tahap Pemasukan (Input Stage)
Analisis Matriks IFE
Analisis matriks IFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap
kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Pemberian informasi trend pasar oleh Koperasi Brenjonk kepada petani mitra menjadi
kekuatan utama yang berpengaruh besar (0,6). Koperasi Brenjonk menyampaikan informasi trend
pasar (peluang pasar, harga pasar, varietas baru, preferensi konsumen) melalui pertemuan rutin
maupun secara langsung kepada petani mitra. Daya dukung dana oleh Koperasi Brenjonk kepada
petani menjadi kekuatan kecil yang berpengaruh kecil (0,231). Pada saat ini, petani mitra tidak
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-189
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
menggantungkan proses produksi hortikultura organik dari bantuan dana yang disediakan oleh
Koperasi Brenjonk.
Kemampuan teknis dan manajerial petani kurang memadai menjadi kelemahan kecil yang
berpengaruh kecil (0,447). Hal ini dikarenakan saat ini sebagian besar petani mitra terutama yang
berlokasi sekitar Koperasi Brenjonk sudah tidak membutuhkan pendampingan dari Koperasi
Brenjonk dalam menjalankan proses produksi. Sehingga dapat dikatakan sebagian besar petani
sudah memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang baik.
Tabel 2. Matriks IFE
Faktor Internal
KEKUATAN
Pemberian informasi trend pasar
kepada petani mitra (S1)
Daya dukung sarana dan
prasarana kepada petani (S2)
Daya dukung dana kepada petani
(S3)
TOTAL
KELEMAHAN
Perbedaan standar kualitas (W1)
Pelanggaran prosedur pertanian
organik oleh petani mitra (W2)
Kemampuan
teknis
dan
manajerial
petani
kurang
memadai (W3)
Pertukaran informasi permintaan
yang kurang sesuai (W4)
Kemampuan
teknis
dan
manajerial tenaga kerja koperasi
kurang memadai (W5)
Total
Total Keseluruhan
Bobot
Rating
Skor Pembobot-an
0,150
4
0,6*
0,150
3,75
0,563
0,143
2,25
0,321**
0,444
1,484
0,113
2,75
0,31
0,135
2,25
0,305
0,128
3,5
0,447*
0,083
3,25
0,269
0,098
2,5
0,244**
0,556
1,00
1,575
3,059
Kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja koperasi kurang memadai menjadi
kelemahan utama dalam kemitraan (0,224). Adanya kemampuan tenaga kerja yang kurang
memadai dalam melakukan proses pasca panen, pemasaran produk, dan penjadwalan pengolahan
produk dapat menimbulkan ketidakpuasan petani mitra, sehingga dapat mengganggu kelagsungan
hubungan kemitraan.
Analisis Matriks EFE
Analisis matriks EFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor eskternal terhadap
kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yang dapat dilihat pada Tabel 3. Kemitraan
memiliki kemampuan sangat baik dalam meraih peluang berupa kemudahan pemasaran dengan
bermitra (0,872). Hal ini dikarenakan pemasaran produk lebih mudah karena sudah ditangani oleh
Koperasi Brenjonk. Petani hanya memiliki kewajiban menghasilkan produk sesuai dengan
permintaan konsumen dan selanjutnya mengirim hasil panen ke Koperasi Brenjonk. Kemitraan
memiliki kemampuan tidak baik dalam meraih peluang berupa adanya kebijakan pembatasan impor
hortikultura (0,192). Pada saat ini Koperasi Brenjonk hanya fokus memenuhi permintaan
distributor yang telah menjalin kontrak dan tidak melakukan pengembangan usaha dengan
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-190
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
menambah jumlah distributor dikarenakan kurangnya dukungan dari manajer puncak, terbatasnya
sumberdaya koperasi dan kemampuan teknis dan manajerial petani.
Perubahan permintaan konsumen yang signifikan berpengaruh sangat lemah (0,494). Hal ini
dikarenakan, apabila terjadi perubahan varietas atau kuantitas dari konsumen, pihak koperasi tidak
langsung memerintahkan petani untuk merubah varietas atau jumlah yang ditanam. Cara yang
ditempuh oleh koperasi yaitu dengan mengambil atau membeli hasil panen sesuai dengan
permintaan konsumen dari petani lain selain petani mitra. Harga tidak stabil berpengaruh sangat
kuat terhadap kemitraan (0,333). Hal ini dikarenakan apabila terjadi perubahan harga terutama
penurunan harga yang drastis akan menimbulakn gejolak ekonomi bagi petani mitra yang dapat
menimbulkan ketidakstabilan kondisi ekonomi petani.
Tabel 3. Matriks EFE
Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Skor Pembobo-tan
0,128
1,5
0,192**
0,218
3
0,654
0,192
2,75
0,529
0,219
4
0,872*
PELUANG
Kebijakan
pembatasan
impor
hortikultura(O1)
Dukungan masyarakat lokal (O2)
Perubahan
orientasi
kesehatan
masyarakat (O3)
Kemudahan pemasaran dengan
bermitra (O4)
TOTAL
0,756
2,247
ANCAMAN
Perubahan permintaan
yang signifikan (T1)
konsumen
0,141
3,5
0,494*
Harga tidak stabil (T2)
0,103
3,25
0,333**
Total
0,244
0,827
Total Keseluruhan
1,00
3,074
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Matriks IE
Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui posisi kemitraan antara
Koperasi Brenjonk dengan petani. Matriks IE disusun menggunakan nilai total skor pembobotan
dari matriks IFE dan matriks EFE. Gambar 2 menunjukkan kemitraan terletak pada sel ke-I,
sehingga dapat melaksanakan strategi growth and build (kembang dan bangun). Menurut Hanum et
al. (2011), artinya kemitraan dapat terus dikembangkan dengan memperhatikan faktor utama (baik
internal maupun eksternal) yang mempengaruhi kinerja kemitraan yang dibangun sehingga dapat
berkelanjutan.
Skor Pembobotan IFE
3,059
Kuat
4,0
Skor Pembobotan EFE
Tinggi
3,074
Rata-rata
Lemah
2,0
3,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0
Sedang
2,0
Rendah
1,0
Gambar 2. Matriks IE
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-191
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Matriks SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan yang mungkin
dilakukan antara Koperasi Brenjonk dengan petani. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
S1, S2, S3
PELUANG Strategi S-O
1. Meningkatkan kemampuan
(O)
O1,
pemasaran produk melalui
O2,
rapat koordinasi rutin antara
O3,
koperasi dengan petani mitra
O4
(S1, O1, O3, O4) (ST 1)
2. Meningkatkan hubungan
kemitraan melalui penyediaan
sarana prasarana, dan dana
sesuai kemampuan koperasi
(S2, S3, 02) (ST 2)
ANCAMA Strategi S-T
5. Meningkatkan pertukaran
N (T)
T1,
informasi untuk mengantisipasi
T2
perubahan permintaan dan
fluktuasi harga (S1, T1, T2)
(ST 5)
6. Optimasi penggunaan sarana
prasarana, dan dana untuk
meningkatkan kesejahteraan
petani mitra (S2, S3, T1, T2)
(ST 6)
KELEMAHAN (W)
W1, W2, W3, W4, W5
Strategi W-O
3. Meningkatkan kemampuan dan
pemahaman petani melalui pelatihan
dan pembinaan secara rutin dalam
memenuhi permintaan pasar yang
meningkat (W1, W2, W3, O1, O3)
(ST 3)
4. Perbaikan kemampuan tenaga kerja
koperasi melalui pembinaan untuk
meningkatkan kinerja kemitraan
(W4, W5, O2, O4) (ST 4)
Strategi W-T
7. Perbaikan komunikasi internal antara
koperasi dengan petani mitra dalam
menghadapi perubahan permintaan
konsumen dan fluktuasi harga produk
(W1, W4, T1, T2) (ST 7)
8. Meningkatkan kemampuan
manajerial dan teknis petani dan
tenaga kerja koperasi dalam
menghadapi perubahan permintaan
konsumen dan fluktuasi harga
produk(W2, W3, W5, T1,T2) (ST 8)
Tahap Keputusan (Decision Stage)
Alternatif strategi dari matriks SWOT ditentukan nilai Attractive Score (AS) oleh responden.
Nilai AS dikalikan dengan bobot tiap faktor strategis kemudian diperoleh TotalAttractive Score
(TAS). Strategi dengan jumlah TAS tertinggi memiliki prioritas utama untuk dilakukan.
Rangkuman nilai TAS dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman nilai TAS Matriks QSPM
Alternatif Strategi
Total TAS
Peringkat
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 5
ST 6
ST 7
ST 8
4,452
3,639
5,007
4,158
2,909
2,884
4,432
3,516
2
5
1
4
7
8
3
6
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang
meningkat melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin merupakan strategi yang paling efektif
dapat dilakukan atau memiliki prioritas utama untuk dilakukan (TAS 5,007). Koperasi Brenjonk
memiliki kewajiban memberikan pembinaan dan pendampingan standar organik kepada petani
mitra untuk mencegah petani melakukan pelanggaran budidaya secara organik serta agar petani
mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-192
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Selain itu Koperasi Brenjonk mengadakan pertemuan yang diadakan setiap tiga bulan sekali
untuk menyalurkan informasi mengenai trend pasar kepada petani dan dilakukan pula pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang
meningkat. Namun seiring dengan berjalannya kerjasama kemitraan, pihak Koperasi Brenjonk
menganggap petani mitra sudah mandiri sehingga kegiatan pelatihan dan pembinaan jarang
dilakukan terutama bagi petani senior.
Hal ini merangsang timbulnya faktor kelemahan kemitraan seperti terjadinya perbedaan
standar kualitas, pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani, dan kemampuan petani mitra
yang kurang memadai. Hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya kemampuan Koperasi
Brenjonk dalam memenuhi permintaan produk yang semakin meningkat.
Adanya pelatihan dan pembinaan kepada petani mitra secara rutin dan terjadwal dapat
meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani. Apabila kemampuan dan pemahaman petani
meningkat maka akan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta sesuai standar, sehingga
akan berdampak pada peningkatan kemampuan petani dalam memenuhi permintaan pasar yang
meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan Matriks SWOT, didapatkan delapan alternatif startegi kemitraan seperti pada
Tabel 4. Berdasarkan Matriks QSPM, strategi yang paling efektif dapat dilakukan yaitu
meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang
meningkat melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin.
Koperasi Brenjonk disarankan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial
tenaga kerja dan melakukan pelatihan serta pembinaan secara rutin kepada petani Saran untuk
petani yaitu meningkatkan pemahaman standar kualitas dan komitmen pertanian organik. Untuk
penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan perumusan strategi kemitraan antara Koperasi
Brenjonk dengan distributor atau peritel.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, AD., Rahayu, ES., dan Wijianto, A. 2013. Strategi Pengembangan Kemitraan Petani
Tembakau Dengan PT.Merbabu Di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaen Grobogan. Jurnal
Pertanian 1(1) : 1-11.
Brockopp, D.Y dan Marie, T.H.T. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
David, F R. 2004. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Sembilan. PT Prenhallindo. Jakarta.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta.
Hanum, L., Bunasor, S., dan Agus, M. 2011. Strategi Pengembangan Kemitraan Ternak Ayam
Broiler PT. XYZ.
Harmanto, H. J. Tantau dan V. M. Salokhe, 2006. Influence of Insect Screens with Different Mesh
Sizes on Ventilation Rate and Microclimate of Greenhouses in the Humid Tropics.
Agricultural Engineering International: the CIGR Ejournal. Manuscript BC 05 017 Vol VIII
Pandelaki. L. 2012. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Pulau Nain Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Trois 8 (2): 52-57.
Prastiti, R. A. (2012). Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora. Ejurnal Agrista. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Siahaan, P. E. (2008). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl. Skripsi. IPB.
Bogor
Yoshida, D.T. 2006. Arsitektur Strategic. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Yuliawati, S. (2008). Analisis Strategi Pemasaran Obat Herbal Biomunos pada PT Biofarmaka
Indonesia, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B-193
Download