Daftar Isi PRAKATA Country Representative KNCV /Chief of Party Challenge TB FOKUS Challenge TB INSPIRASI PETA (Pejuang Tangguh) 04 BERITA KHUSUS 07 CERITA HATI 22 Simposium TB Nasional 2015 18 Ully Ulwiyah PROFIL 10 BERITA 25 Petugas Kesehatan RSUP. Persahabatan dalam FOTO 03 INFO TEKNIS Pelatihan Media Padat LJ OPINI Penularan TB di rumah Catatan Redaksi 02 Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas terbitnya buletin Challenge perdana ini, yang nantinya akan terbit setiap 3 bulan sekali. Buletin ini bertujuan untuk mengkomunikasikan kegiatan- kegiatan yang didukung oleh proyek Challenge TB melalui pendanaan dari USAID untuk program penanggulangan nasional TB. Fokus pada edisi perdana ini adalah proyek Challenge TB yang dimulai di Indonesia sejak Januari 2015. Dalam edisi ini juga, kami mengulas mengenai acara peringatan hari TB sedunia 2015 di Jakarta yang dibuka oleh Menteri Kesehatan, Ibu Nila F. Moeloek. Dalam ke s e m p a t a n t e r s e b u t , I b u N i l a menghimbau agar seluruh jajaran kesehatan dan lapisan masyarakat di seluruh penjuru tanah air ikut berperan dalam penanggulangan TB. Berangkat dari himbauan Ibu Menteri tersebut, rubrik profil kali ini mengangkat profil dari petugas kesehatan di RS. Persahabatan yang memegang peranan penting dalam kesembuhan pasien. Penanggulangan TB tidak hanya dari petugas kesehatan, tetapi kelompok dukungan pasien seperti PETA juga mempunyai andil penting dalam kesembuhan pasien dan kelangsungan dari pengobatan pasien. Organisasi PETA kami ulas dalam rubrik Inspirasi di edisi ini. Sepak terjang PETA sendiri tidak terlepas dari semangat dan bimbingan Ully Ulwiyah, yang pada peringatan hari TB se-dunia di Washington DC, Amerika Serikat berkesempatan untuk menceritakan pengalamannya sebagai mantan pasien TB MDR. Kegiatan-kegiatan proyek Challenge TB dari bulan Januari- April terangkum dalam rubrik Berita dalam Foto. Salah satu kegiatan teknis yang kami ulas lebih dalam, adalah kegiatan pelatihan pembuatan media padat LJ di BBLK Surabaya. Ulasan tersebut kami muat dalam rubrik Berita Teknis. Akhir kata, kami mengharapkan dengan adanya buletin Challenge ini dapat memberikan informasi, edukasi dan meningkatkan komitmen para pembaca untuk terlibat dalam penanggulangan TB di Indonesia. Kami juga menerima artikel/opini dari para pembaca terkait penanggulangan TB untuk dimuat di Buletin Challenge ini. Jhon Sugiharto Pimpinan Redaksi Penanggung Jawab: Jan Voskens (Country Representative KNCV/ Chief of Party Challenge TB) Pimpinan Redaksi: Jhon Sugiharto Redaksi: Endah Ramadhinie, Trishanty Rondonuwu Website: www.kncv.or.id Email: [email protected] 14 32 Prakata Menurut hasil prevalensi survey TB di tahun 2013 diperkirakan ada 1 juta pasien baru TB per tahun di Indonesia. Pada tahun 2013, kasus TB yang ditemukan adalah sebesar 327.103 (Global Report WHO, 2014) artinya baru sekitar sepertiga dari estimasi kasus TB yang telah tercatat dan mendapatkan pengobatan, sedangkan sisanya masih belum terjangkau oleh program TB Nasional. Challenge TB merupakan mekanisme pendanaan global selama 5 tahun oleh USAID untuk penanggulangan TB di negara-negara dengan tingkat kematian dan resiko penyakit TB yang tinggi, termasuk Indonesia. Sejak tahun 2002, USAID telah memberikan kepercayaan kepada KNCV untuk menjadi pimpinan koalisi dari beberapa organisasi internasional, baik melalui proyek TBCAP, TB CARE I dan yang terbaru CHALLENGE TB, dalam memberikan bantuan teknis kepada program penanggulangan TB Nasional. Bantuan teknis tersebut bertujuan untuk memperbaiki mutu pelayanan pada pasien TB. Kegiatan utamanya di Indonesia meliputi perbaikan mutu dari laboratorium, sehingga pasien bisa didiagnosis dengan seksama dan lebih akurat, dengan peningkatan pelayanan dari tingkat Puskesmas, Rumah Sakit dan Rumah Sakit rujukan, terkait layanan diagnostik dan juga pengobatan. Untuk proyek Challenge TB ini diharapkan memperoleh komitmen tidak hanya dari pemerintah Pusat maupun Daerah namun juga dari masyarakat untuk bersinergi dalam program penanggulangan TB Nasional. Edukasi atau pengalaman dari mantan pasien juga dibutuhkan untuk menimbulkan kesadaran sehingga pemerintah daerah lebih serius menangani program TB di Indonesia. Terkait pasien TB sendiri dihimbau agar selayaknya menggunakan masker selama masa pengobatan. Saya berharap semoga kita bisa mendapatkan dukungan dan komitmen tersebut sehingga pasien yang belum ditemukan bisa ditangani dan bisa menjalani pengobatan. Dan pada akhirnya Indonesia bisa bebas dari Tuberculosis pada tahun 2050. “Masyarakat perlu memiliki kesadaran tentang tuberculosis, pentingnya pemeriksaan dini apabila mereka mengalami batuk, sehingga bisa mendapat pengobatan yang sesuai”. -Jan Voskens- Country Representative KNCV / Chief of Party Challenge TB 03 Peringatan Acara Hari TB se-dunia di Papua Pemeriksaan Mikroskopis di Mikro UI Challenge TB 04 Menyambut tantangan untuk membebaskan dunia dari TB Paguyuban Pasien sedang bekarya, Malang Genexpert di Mikro UI Obat Pasien TB MDR Konseling pasien TB, RS Yos Sudarso, Padang Fokus Challenge TB adalah: Proyek 5 tahun yang didanai oleh USAID untuk penanggulangan TB di negara dengan tingkat kematian dan resiko penyakit TB yang tinggi 3 Tujuan Utama 1. Peningkatan akses kepada layanan berpusat pada pasien TB, TB/HIV dan TB MDR yang berkualitas. 2. Pencegahan penularan dan berkembangnya penyakit TB. 3. Memperkuat platform TB: 1. Komitmen dari lembaga pemerintahan dan para pemimpinnya. 2. Informasi yang lengkap dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan mitra terkait. 3. Sistem manajemen obat dan komoditas yang terkoordinasi. 4. Kualitas data, pengawasan dan pemantauan & evaluasi. 5. Peningkatan sumber daya manusia. 6. Supervisi Teknis. 4x4 Prinsip dan Strategi 05 ENGAGE Melibatkan program TB Nasional, para mitra kerja baru dan individu. EMPOWER Memberdayakan upaya dari pembuat kebijakan, kelompok marjinal dan populasi rentan. EVALUATE Mengevaluasi intervensi, mengukur kualitas dan mengembangkan pendekatan berbasis bukti, serta praktik terbaik. EXPAND Memperluas cakupan penyedia layanan dan jangkauannya serta menghilangkan hambatan pada akses layanan. 5 Intervensi Area Teknis Penerapan layanan kesehatan yang terintegrasi dengan JKN dan menjamin adanya peningkatan dana dari pemerintah terkait penanggulangan TB Meningkatkan penemuan kasus Memastikan kualitas perawatan untuk pasien TB- DR-TB dan TB/HIV Mengembangkan layanan diagnostik Pemantauan dan evaluasi, surveilans dan riset operasional Fokus Bentuk Dukungan yang Kita berikan 2. Membantu menyusun kebijakan dan terobosan-terobosan 1. Menyediakan dukungan teknis 3. Memastikan adanya dampak yang optimal dengan sumber daya terbatas 5. Membantu dalam peningkatan kualitas pengendalian TB dasar 4. Membangun hasil yang baik dan menjanjikan 6. Mengedepankan hasil riset, inovasi dan solusi 7. Menciptakan pendekatan inovatif dari segi teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan 06 Cakupan Wilayah CTB - Skala Nasional - 9 provinsi Sumatra Utara Sumatra Barat Sulawesi Selatan DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Pelaksana Mitra-mitra Pelaksana Utama dan koordinator dari mitra-mitra Papua Barat Papua Berita Khusus Simposium TB Nasional Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia diperingati setiap tanggal 24 Maret, dimana pada tanggal tersebut ditemukan Mycobacterium Tuberculosis oleh Robert Koch pada tahun 1882. Tema global Hari TB Se-dunia 2015 adalah"Reach, Cure, Prevent", sedangkan tema nasional tahun ini adalah Bebas TB, Indonesia Sehat , Indonesia Hebat dengan slogan TOSS yaitu singkatan dari Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis. Simposium TB Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015, merupakan puncak dari serangkaian kegiatan TB Day di Indonesia. Simposium ini dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K) dan dihadiri oleh sekitar 1250 peserta dari berbagai lintas sektor baik kementerian lain, organisasi profesi, praktisi kesehatan, lembaga swadaya masyarakat dan lainnya. Dalam kata sambutannya, Ibu Nila memaparkan bahwa hari TB sedunia dilaksanakan setiap tahun untuk mengingat sejak ditemukannya kuman TB di tahun 1882, oleh Robert Koch . Penemuan ini telah begitu lama, tapi persoalan TB masih belum selesai di seluruh dunia. "Tema TB day ini cukup berat untuk diwujudkan, karena kita harus melakukan upaya yang cukup besar dalam menjangkau, memeriksa dan mengobati. Ada 3 juta penderita TB di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri untuk mengatakan Indonesia bebas TB, (harus) dengan menemukan dan mengobati TB di seluruh Indonesia. Amanat Bapak Presiden dengan Nawa Cita-nya bahwa agar kita menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan negara. (Saat ini) masih banyak tantangan yang masih harus disikapi”. 07 Berita Khusus 08 Ibu Nila juga menambahkan, teknologi baru, kita juga perlu berdasarkan indikator MDGs, membangun rasa solidaritas dari Indonesia berhasil menurunkan semua pihak, dalam menanggulangi insiden dan prevalensi. Insiden TB, bagaimana kita menemukan turun 45% dari tahun 1990 sampai terduga TB, memeriksanya, dengan 2010, prevalensi 35%, memastikan kepatuhan pasien TB dan angka dalam minum obat. “...perlu berbagai kematian TB Ketidak mengertian usaha, baik preventif turun hingga masyarakat tentang dan promotif. Kalau 71%. Dalam ketidakpatuhan Indonesia sehat, penanggulangan berobat masih anak- anak Indonesia TB, upaya rendah, dimana berkualitas dan pemerintah akibatnya TB ekonomi negara antara lain telah resisten obat”. juga baik”. memasukkan Dalam sambutannya, tatalaksana TB di beliau juga berharap di kemudian rumah sakit sebagai salah satu hari ada sejenis inovasi baru, syarat akreditasi, bekerjasama misalnya dengan vaksin yang dengan PB IDI melalui sertifikasi dapat mencegah TB. Dari sisi IDI bagi dokter praktek mandiri ekonomi, akibat TB juga perlu melalui pelatihan agar mampu diperhitungkan. melaksanakan tatalaksana TB sesuai standard, bekerjasama dengan lintas sektor terkait, termasuk dengan Kementerian Pertahanan untuk memperluas cakupan pelayanan TB di daerah terpencil perbatasan dan kepulauan. Upaya ini kita harapkan agar terlaksana di seluruh Indonesia dan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kompeten. Beliau juga menyatakan bahwa “Bangsa Indonesia juga memiliki masalah terkait dengan MDR TB, TB HIV, TB di Lapas sehingga perlu kerjasama dengan Kemenkumham, TB dengan merokok, dan TB dengan Diabetes Mellitus. Selain Pembukaan secara resmi Simposium TB Nasional oleh Ibu Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM, didampingi Dirjen P2PL, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM Berita Khusus Di suatu kesempatan, Ibu Menteri pernah mengatakan ke Bapak Jokowi, Presiden RI "Mari kita hitung berapa jumlah yg dikeluarkan negara, bila kita membayai semua jenis penyakit. Sehingga perlu berbagai usaha, baik preventif dan promotif. Jika Indonesia sehat, anak- anak Indonesia akan berkualitas dan ekonomi negara juga baik". Beliau menganjurkan jika saja mahasiswa kedokteran dapat mendampingi pasien TB, seperti pada program kesehatan ibu, dimana para mahasiswa kedokteran mendampingi setiap ibu hamil sampai masa nifas. Di akhir kata sambutannya, Ibu Nila menyatakan bahwa "Kesehatan ada di hulu, kita sehat, kita berpendidikan, kita sejahtera" dan berharap seluruh jajaran kesehatan dan lapisan masyarakat di seluruh penjuru tanah air berperan dalam penanggulangan TB. Pada kesempatan ini juga, KNCV berpartisipasi dengan membuka stand pameran dan photo booth yang bertema "Pahlawan p e m b a s m i T B " . Te m a i n i menggambarkan bahwa masalah TB ini adalah masalah bersama dan penyakit TB tidak diskriminasi, sehingga setiap orang bisa memiliki resiko tertular kuman TB. Untuk menunjang tema tersebut, KNCV menyediakan property foto yang bertema kepahlawanan seperti: Kostum Gatot Kaca, Srikandi, dan beberapa pakaian tradisional lainnya. Booth KNCV di acara Simposium TB Nasional, 28 Maret 2015 - Jakarta 09 Profil Petugas Kesehatan TB MDR RSUP. Persahabatan Melayani Dengan Hati 10 Saat saya memasuki area Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, terlihat dari kejauhan beberapa orang yang memakai masker sedang duduk di kursi yang terbaris rapi di teras samping rumah sakit tidak jauh dari tempat parkir mobil. Ternyata teras tersebut adalah ruang tunggu poliklinik untuk pasien TB MDR (Tuberkulosis Multi Drug Resistant/ TB Kebal Obat). RSUP Persahatan adalah salah satu rumah sakit tipe A dengan unggulan Respirasi dan menjadi salah satu Rumah Sakit Rujukan TB MDR di Indonesia sejak Agustus 2009. Petugas Kesehatan Poli TB MDR dan Pasien Di ruang tunggu tersebut terpampang plakat KLINIK TB MDR dengan logo RS. Persahabatan, USAID, TBCTA, KNCV dan Kemenkes. Sinar matahari yang terang dan angin yang sejuk membuat pasien merasa nyaman untuk menunggu giliran. Pasien menunggu giliran secara tertib, hal pertama yang harus dilakukan pasien adalah daftar absensi, kemudian menimbang berat badan lalu akan dipanggil lagi untuk disuntik dan kemudian minum OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Suster Rodiah atau yang akrab dipanggil Ma'Odi (49 tahun) memiliki tanggung jawab untuk menyuntik pasien. Sebelum melakukan tindakan, Ma'Odi wajib memakai masker standar internasional N-95 dan sarung tangan. Pasien disuntik di tempat tidur pasien, yang dipisahkan oleh partisi putih kain standar rumah sakit. Setelah itu pasien bisa beristirahat sekitar 30 menit sebelum diberikan OAT yang sudah Petugas Kesehatan Ruang Rawat Soka Profil ditulis nama masing-masing pasien. Pasien tetap harus minum obat di rumah sakit karena obat tersebut tidak boleh dibawa pulang ke rumah dan harus diminum di bawah pengawasan PMO (Pengawas Menelan Obat). "Pentingnya pengawasan ini karena kerap kali setelah pasien minum OAT, pasien mual dan muntah. Jadi kita harus lihat apakah obatnya keluar atau tidak, bila obatnya ikut keluar maka pasien tersebut harus kembali minum obat" jelas Ma'Odi. Ma'Odi sudah bekerja di Poliklinik Paru RS. Persahabatan sejak 15 tahun yang lalu. Kemudian di tahun 2009, Ma'Odi bersama suster-suster yang lain menjalani 3 minggu pelatihan tatalaksana pengobatan pasien TB MDR. Selama pelatihan 8 modul ini, perawat diberikan edukasi mengenai: apa TB MDR, bagaimana pencegahan pengendalian infeksi TB MDR itu sendiri, kewaspadaan diri petugas kesehatan untuk menangani TB MDR, penanganan efek samping TB MDR, dan pengenalan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi). Poli TB MDR menerima rujukan terduga TB MDR baik internal maupun eksternal rumah sakit sesuai dengan alur, bila pasien sudah konfirm TB MDR maka TAK (Tim Ahli Klinis) yang akan menentukan regimen pengobatan. Sekarang ini hampir sebanyak 75 orang pasien tahap awal yang datang setiap harinya ke Poli TB MDR untuk minum obat dan disuntik. Selain Ma’ Odi, Suster Yuniana dan Suster Sri Swarni juga bekerja secara tim sebagai PMO. Suster Sri (48 tahun) juga bertugas untuk manajemen sputum yang mengawasi Ma’Odi, Suster Yuniana dan Suster Sri Swarni 11 Profil pengiriman dan hasil sputum pasien. Ada juga Suster Yuni (42 tahun), yang bertugas untuk administrasi, memasukkan data semua pasien TB MDR di RS.Persahabatan maupun di puskesmas se JaBoDeTaBek, menindaklanjuti hasil pengobatan dan pasien mangkir. 12 Setelah dari Poli TB MDR saya berjalan ke area dalam rumah sakit melewati koridor dan taman yang nyaman dan sampai di ruang rawat Soka, walaupun di papan penunjuk tertulis ruang isolasi (Avian Influenza) tetapi sejak tahun 2009 ruang ini merawat pasien “...kami pun juga Ketiga perawat ini mengharapkan adanya TB MDR. Pasien adalah pintu yang dirawat inap asuransi selain terdepan dari poli di ruang rawat askes yang kami TB MDR, setelah Soka ini adalah dapat sekarang seorang pasien pasien TB MDR ini untuk dinyatakan TB yang mengalami MDR maka pasien efek samping obat perlindungan kami” tersebut akan yang berat ataupun dirujuk ke poli ini untuk keluhan lainnya yang memang mendapatkan pengobatan indikasi rawat inap. Ruang rawat yang kemudian bisa dirujuk ke Soka memiliki kapasitas 12 tempat Puskesmas Satelit (PKM) yang tidur dan 12 perawat yang bertugas. dekat dengan rumah pasien. Perawat melayani sebanyak 65 Sekarang ini sudah ada kurang pasien rawat jalan yang tiap hari lebih 99 PKM Satelit TB MDR di datang minum obat TB MDR. JaBoDeTaBek. Di ruang soka terdapat Gazebo, tempat dimana pasien menelan "Apa yang kita lakukan ini berasal obat. Pasien-pasien tersebut dari hati jadi semoga kita selalu adalah pasien yang sudah masuk dilindungi, kami juga selalu menjaga tahap lanjutan dan sudah tidak daya tahan tubuh kami, sehingga disuntik dan sudah konversi. selalu sehat dengan makan teratur Istilah konversi digunakan apabila dan bergizi" jawab Ma'Odi ketika hasil biakan kultur pasien negatif. ditanya cara melindungi diri dari penyakit TB. "Walaupun begitu kami Di ruang rawat Soka, saya bertemu pun juga mengharapkan adanya dengan Ibu Marsaulina (56 tahun) asuransi selain Askes yang kami yang biasa dipanggil Ibu Lina, beliau dapat sekarang ini untuk perlindungan sudah 15 tahun menjadi perawat kami" tambah Suster Yuni. di poli paru dan juga perawat Avian Influenza. Menurut Ibu Lina, awalnya Poli TB- MDR dibuka tiap hari Senin hanya sekitar 14 pasien TB MDR sampai Jumat. Pada hari Sabtu, yang menjalani perawatan, kemudian Minggu, dan hari libur, pasien seiring waktu pasien TB MDR dialihkan ke ruang Soka bawah. bertambah. Sejak tahun 2009 Profil hingga saat ini tercatat ada 1024 pasien TB MDR yang sudah menjalani pengobatan. Menurut Ibu Lina, petugas kesehatan memiliki peran penting dalam kelangsungan pengobatan "Bagaimana cara kita menangani pasien, karena pasien itu terkadang minder atau menarik diri sewaktu ditetapkan TB MDR. Padahal yang paling penting dari seorang pasien TB MDR adalah dia diorangkan sehingga mereka percaya diri dan patuh menjalani pengobatan dengan baik" katanya. Petugas kesehatan juga harus sabar menghadapi keluhan pasien mengenai efek samping obat seperti mual kemudian muntah, dan bahkan sampai halusinasi dan perubahan perilaku. "Dahulu ada seorang pasien yang sedang dirawat hampir mau menciderai suaminya, sehingga ia pun perlu perawatan kejiwaan. Hingga akhirnya pasien tersebut bisa menyelesaikan pengobatannya selama 7 bulan". cerita Ibu Lina. Untuk pencegahan penularan, petugas kesehatan harus melakukan pengendalian infeksi dengan memakai alat perlindungan diri yang benar, mengedukasi pasien untuk tetap menggunakan masker karena hal itu merupakan pemutus rantai penularan. "Kita sebagai tenaga kesehatan, harus menjaga daya tahan tubuh, jangan sampai kita drop tapi kita juga melayani pasien MDR. Dengan makan yang teratur, minum susu, makan telur, tidak ada diet di ruang MDR. Karena kita harus menjaga tubuh sehingga tetap kuat” ujar Ibu Lina. Baik Ibu Lina, Ma'Odi, Suster Yuni, Suster Sri, dan petugas kesehatan lain yang menangani TB MDR sepakat bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah tulus dari hati, sehingga kelak niat serta pelayanan yang tulus itu akan bermanfaat sehingga membawa kesembuhan bagi pasien. Ibu Marsaulina 13 Berita Teknis Pelatihan Pembuatan MEDIA PADAT LOWENSTEIN JENSEN Sumber: Roni Chandra & Pujiyati Herlina ©KNCV/Roni Chandra Berita Teknis Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan. Pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta orang terkena penyakit TB dan 1,5 juta diantaranya meninggal dunia. Penurunan kasus TB berjalan dengan lambat, dan diperkirakan 37 juta jiwa terselamatkan dari TB antara tahun 2000 sampai 2013 melalui diagnosis dan pengobatan yang efektif (Global Tuberculosis Report, 2014). Diagnosis dini dan akurat merupakan salah satu kunci keberhasilan Program Pengendalian TB karena penatalaksanaan pasien segera dapat dimulai sehingga pada akhirnya akan mengurangi angka kesakitan dan kematian, serta memutuskan rantai penularan TB. Diagnosis TB dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis, biakan, dan khusus TB kebal obat dengan uji kepekaan M. tuberculosis. Pada saat ini juga sudah tersedia uji cepat berbasis molekuler untuk diagnosis TB dan TB kebal obat seperti Xpert MTB/Rif. Ada 9 kriteria Suspek TB MDR yang perlu pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.Dari hasil uji kepekaan tersebut diagnosis dapat ditegakkan TB MDR apabila terdapat kekebalan terhadap INH dan Rifampisin. Untuk pemeriksaan biakan TB dapat dilakukan dengan menggunakan media padat atau media cair. Salah satu media padat yang digunakan adalah media padat Lowenstein Jensen (LJ). Media tersebut pertama kali dibuat oleh Lowenstein yang selanjutnya dikembangkan oleh Jensen sekitar tahun 1930-an. 9 Kriteria Suspek TB MDR 1. Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2 2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan 3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan 4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal 5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi 6. Pasien TB kasuh kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2 7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default) 8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR 9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara klinis maupun bakteriologis terhadap pemberian OAT (bila penegakan diagnosis awal tidak menggunakan GeneXpert) 15 Berita Teknis Media Padat Lowenstein Jensen (LJ) 16 Media LJ mengandung bahan dasar (LJ medium base) yang terdiri atas: 1. Potassium dihydrogen phosphate 2. Magnesium sulfate heptahydrate 3. Tri-magnesium dicitrate 14-hydrate 4. L-asparagine 5. Potato meal 6. Malachite green 2% Selain bahan dasar tersebut, pembuatan media LJ juga memerlukan akuades, gliserol, dan telur homogen (Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Identifikasi, dan Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis pada Media Padat, 2012). Kelebihan 1. Biaya pembuatan media LJ relatif murah. 2. Tingkat kontaminasi rendah. 3. Morfologi koloni dengan karakteristik TB dapat diamati. Kekurangan 1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dalam bentuk koloni (2-8 minggu). 2. Ketika terjadi kontaminasi, sering kali keseluruhan permukaan media juga akan terkontaminasi. 3. Pada kondisi pertumbuhan M. tuberculosis memenuhi seluruh permukaan media (konfluen), maka ada kemungkinan kontaminasi yang sedikit tidak akan terlihat. (Mycobacteriology Laboratory Manual, 2014) Pelatihan pembuatan Media LJ Pada tanggal 17-20 Maret 2015 bertempat di BBLK Surabaya, Challenge TB mendukung pelatihan pembuatan media padat LJ yang diselenggarakan oleh Laboratorium Rujukan Nasional TB untuk Biakan dan Uji Kepekaan BBLK Surabaya. Pelatihan diikuti oleh 13 peserta yang berasal dari 11 laboratorium TB, yaitu BLK Provinsi Aceh, RS Adam Malik Medan, BP4 Lubuk Alung Padang, BBLK Jakarta, RS Rotinsulu Bandung, Mikrobiologi FK UGM Yogyakarta, RS Sardjito Yogyakarta, RS Saiful Anwar Malang, BBLK Surabaya, BLK Kalimantan Selatan, dan BKPM Provinsi Maluku. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis petugas laboratorium, khususnya dalam pembuatan media LJ. Pembuatan media LJ harus mengikuti standar yang berlaku agar diperoleh kualitas media LJ yang baik. Berita Teknis Tatalaksana pembuatan Media LJ 1. Pembuatan TB Medium Base 1.1 Timbang TB Medium Base 1.3 Larutkan TB Medium Base dalam 600 ml aquabidest pH 7,0 1.2 Tambahkan glycerol 12 ml 2. Pembuatan Telur Homogen 1.4 Setelah tercampur sempurna, sterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121º C. Setelah keluar dari sterilisasi, homogenkan dengan cara digoyang Dinginkan sampai suhu ± 50º C. 2.1 Cuci telur satu persatu dengan sikat, air dan sabun. Bilas dengan air mengalir hingga bersih, keringkan. Rendam dalam alkohol 70 % selama 15-30 menit 2.2 Pecahkan telur 17 17 2.4 Blender ± 2 detik sampai telur homogen (perhatikan seminimal mungkin terbentuk gelembung / busa) 2.3 kemudian tampung dalam gelas blender 3.2 Campur perlahan2 dengan magnetic stirrer dan hindari terbentuknya gelembung 3.3 Penyaringan media LJ 3.4 Media LJ dituang ke dalam botol Mc Cartney sebanyak ± 6 ml 2.5 Saring larutan telur menggunakan corong dengan kasa steril. Ukur dengan gelas ukur steril sampai didapat 1 liter 3.1 Tambahkan telur homogen ke dalam TB Medium Base secara steril 3.5 Tutup rapat dan letakkan dengan kemiringan 30º dalam oven blower/ inspisator yang telah dipanaskan sampai suhu 85º C 3.7 Keluarkan dari oven blower/ inspisator dan diamkan sampai suhu kamar. ©KNCV/Roni Chandra 3.6 Bekukan / koagulasikan selama 45 menit 3. Pembuatan Media LJ Inspirasi Inspirasi Setiap manusia memerlukan harapan dan semangat untuk menjalani kehidupannya. Kekuatan pengharapan dan semangat yang terbesar bisa didapat dari seseorang yang memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah yang sama. Pengharapan dan semangat itu yang akhirnya membentuk PETA (Pejuang Tangguh). PETA pada awalnya diinisiasi oleh sekelompok pasien Tuberculosis Multi Drugs Resistance (TB MDR) yang telah konversi dan berada di fase lanjutan pengobatan TB MDR (sekitar 6 bulan pengobatan) di RS Persahabatan. TB MDR adalah penyakit TB kebal obat, yaitu kondisi dimana pasien TB tidak mempan lagi diobati dengan minum obat TB biasa, baik kategori I dan II. Penyebab penyakit TB MDR bisa beragam, misalnya: karena ketidak-patuhan pasien TB dalam menelan obat, dokter tidak memberikan obat sesuai standar pengobatan, dan lainnya. Pasien TB MDR bisa disembuhkan. Saat ini sudah tersedia Obat TB MDR di beberapa rumah sakit dan puskesmas sebagai satelit pengobatan TB MDR. Obat TB MDR harus diminum dibawah pengawasan langsung petugas kesehatan. Pengobatan TB MDR terdiri dari dua fase, yaitu fase intensif dengan suntikan dan obat minum dan fase lanjutan, fase dimana pasien hanya diberikan obat minum saja. Lamanya pengobatan TB MDR kurang lebih dua tahun. PETA berawal pada tahun 2009 dari sekelompok kecil pasien yang sering bertemu dan saling "curhat" di RS. Persahabatan hingga akhirnya menjadi paguyuban di tahun 2011. Kelompok ini sadar bahwa apa yang mereka alami ini adalah sebuah proses untuk sesuatu yang lebih baik. Walaupun dalam proses pengobatan ini efek samping yang dialami cukup luar biasa seperti mual, pusing, depresi, halusinasi dan sampai “Satu hal yang pasien harus sadari adalah mereka mempunyai hak untuk berorganisasi” -Erman Varella- Erman Varella 19 Inspirasi mau bunuh diri. Terkadang banyak pasien TB MDR harus melalui pengobatan sendiri karena kehilangan keluarga, pekerjaan tetapi dengan bantuan dan dorongan satu sama lain mereka akan lebih semangat untuk menyelesaikan pengobatan. 20 "Awalnya kami memilih 15 pasien yang sudah sembuh dan sudah konversi untuk dibimbing dan dilatih menjadi teman sebaya atau Peer Educator. Pasien tersebut adalah mereka yang punya keinginan untuk melayani, memiliki komunikasi yang baik, masih muda dan dinamis dan mempunyai keinginan untuk belajar" ungkap Varel, inisiator PETA yang juga bekerja di KNCV sebagai Technical Officer untuk advokasi, komunikasi dan sosial mobilisasi. Varrel juga menyadari bahwa PETA ini sangat potensial untuk menjadi sebuah organisasi, oleh karena itu pada tahun 2012, KNCV membantu PETA dalam proses hukum dan persiapannya sehingga pada akhir tahun 2014, PETA secara legal sudah terdaftar di Kemenhunkam sebagai organisasi sosial. Prinsip utama dari PETA adalah kesukarelaan, maka tidak banyak anggota yang bisa konsisten untuk mengikuti jadwal PETA. Rahmat, mantan pasien TB MDR yang sudah setahun bergabung dengan PETA mengatakan "Karena ini adalah panggilan dari hati saya untuk berbagi apa yang saya alami, membantu dan memotivasi sesama pasien untuk menyelesaikan pengobatannya" saat ditanya alasan bergabung dengan PETA. Rangkaian kegiatan PETA cukup padat mulai dari kunjungan ke rumah sakit, puskesmas hingga kunjungan ke rumah pasien. PETA kerap kali membantu rumah sakit atau puskesmas dengan berkunjung “Menurut saya PETA itu hebat... sangat hebat” -Bpk. Jonner Silaban(memakai masker) Bpk. Jonner Silaban dan Bpk. Binsar Malik Inspirasi ke rumah pasien yang mangkir. Disitu pun mereka kerap kali mendapatkan tantangan karena cukup banyaknya alasan dari pasien, seperti; tidak ada biaya untuk ke rumah sakit, akses yang jauh, atau tidak adanya yang menemani pengobatan atau tidak tahan dengan efek samping dari pengobatan. Seperti kasus yang dialami oleh bapak Jonner Silaban, beliau tinggal di Sumatra Utara, setelah beberapa kali menjalani pengobatan di sana akhirnya Pak Jonner dirujuk ke RS. Persahabatan. Di sini beliau menjalani pengobatan selama 3 bulan dan kemudian memutuskan untuk berhenti karena tidak kuat dengan efek samping dari pengobatan TB MDR dan kembali ke Sumatra Utara. Dalam hal ini peran PETA yang diwakili pak Binsar Malik sangat membantu, dimana Pak Binsar yang hampir selalu mendampingi Pak Jonner kemudian memotivasi dan mendorong beliau untuk kembali berobat di Jakarta. Sama hal-nya dengan Rahmat, latar belakang Pak Binsar untuk bergabung dengan PETA supaya beliau bisa memberi edukasi kepada pasien baru yang masih awam dengan penyakit ini. Hal ini dianggap perlu berdasarkan pengalaman beliau yang sama sekali tidak tahu mengenai penyakit ini pada awal diagnosa, sampai akhirnya salah satu anak beliau terinfeksi TB, peristiwa ini membuka mata Pak Binsar untuk mengetahui lebih banyak mengenai Pejuang Tangguh TB MDR (PETA) ©PETA/Budi Hermawan penyakit TB MDR dan mendorong beliau untuk menyelesaikan pengobatannya. Sepak terjang PETA tidak luput dari bimbingan dan arahan Ully Ulwiyah, sang ketua PETA. Barubaru ini Ully diundang oleh USAID dalam rangka Hari TB sedunia di Washington DC, USA. Disana Ully menceritakan pengalaman beliau hingga sembuh dari TB MDR . Dimana dukungan dari keluarga dan komunitas sangat penting sehingga pasien bisa sembuh. "Every day I become more aware that even they want me to recover, so there is no reason for me to despair. The support from family and community is also a medication." Kutipan Ully Ulwiyah, saat pidato di acara World TB Day di Washington DC, USA 21 Cerita Hati Kekuatan Sebuah Rasa Syukur 22 Ully Ulwiyah, 28 tahun seorang ibu yang juga mantan pasien TB MDR. Pada tanggal 24 Maret 2015, Ully berkesempatan untuk berkunjung ke Washington DC, Amerika Serikat dalam rangka peringatan World TB Day. Di sana Ully menceritakan tentang pengalamannya hingga akhirnya ia bebas dari TB MDR. Sebelum keberangkatan tersebut, Ully sempat berkunjung ke KNCV Representative Office, Jakarta dan berikut adalah rangkuman dari wawancara kami bersama Ully. Cerita Hati Sewaktu Ully berusia 10 tahun, melakukan pemeriksaan akhir, Ully mengalami batuk darah. baik itu rontgen atau sputum saya Tetapi karena kurangnya informasi tidak tahu apakah saya sudah sehingga orang tua Ully tidak sembuh atau belum" ujar Ully. mencari pengobatan, walaupun sudah sempat di rontgen. Batuk yang sama berulang Ketika Ully berumur 12 tahun, kembali di tahun 2006, kali ini tante Ully yang adalah seorang Ully berobat ke rumah sakit bidan kemudian mulai melihat swasta di Jakarta Timur. Jenis kejanggalan terhadap Ully yang pengobatan Ully kali ini berbeda, kurus dan berat karena Ully harus “Pada tanggal badannya tidak disuntik selama 15 Maret 2013, naik. Oleh sebab 2 bulan setiap itu, Ully diberikan harinya dan minum saya dinyatakan puyer yang harus sembuh dari penyakit obat selama 9 diminum setiap bulan. "Saya hanya yang sudah saya harinya untuk 6 mendapat suntik derita semenjak bulan. Kejenuhan selama 47 kali dari umur 10 tahun” dan kebosanan 60 kali yang serta kurangnya pengawasan diharuskan, karena waktu itu saya membuat Ully hanya meminum positif hamil". Setelah menjalani obatnya selama 4 bulan. "Bila ibu pengobatan, pada tahun 2007 Ully saya tanya, apakah saya sudah dinyatakan sembuh berdasarkan minum obat atau belum, saya hasil rontgen dan sputum. jawab sudah. Padahal obatnya saya buang" cerita Ully. “Walaupun batuk Walaupun sudah dinyatakan saya sembuh, tetapi badan saya sembuh, pada tahun 2009 Ully tetap kurus” Ully menambahkan. kembali batuk dan kembali diobati. Dokter kemudian merujuk Karena pengobatan yang tidak Ully ke salah satu rumah sakit selesai, Ully yang saat itu sudah untuk berobat. Tetapi karena saat duduk di bangku SMA kembali itu Ully sedang mengandung anak menderita batuk dengan jangka ke-2 dan obat yang tersedia waktu yang lama. Ully kemudian tidak boleh diminum oleh ibu memeriksakan diri ke Puskesmas hamil, Ully disarankan untuk lalu berdasarkan hasil rontgen dan menyelesaikan pengobatan awal test sputum, Ully dinyatakan dan cek kultur di Lab. Mikro UI. positif TB. Ully kemudian menjalani Setelah 2 bulan, hasil kultur pengobatan teratur selama 6 tersebut negatif dan hasil bulan. "Tetapi, karena tidak pemeriksaan mikroskopis juga 23 Cerita Hati Ully Ulwiyah, di acara World TB Day 2015: Reach, Cure, Prevent TB, Washington DC ©USAID/Rob Mesite 24 negatif. Januari 2011, Ully dinyatakan sembuh. “Pada Maret 2011, saya kena radang paru-paru akut, yang mengharuskan saya dirawat di ICU selama 10 hari. Mei 2011, berdasarkan hasil cek kultur, saya dinyatakan positif TB MDR". Sejak saat itu Ully menjalani pengobatan TB MDR dengan datang ke rumah sakit untuk disuntik setiap hari selama 6 bulan dan minum obat setiap hari selama 22 bulan. Di awal pengobatan Ully hanya perlu meminum 9 butir obat kemudian ditambah menjadi 15 butir obat untuk sekali minum. Selama pengobatan tersebut Ully mengalami efek samping mulai dari yang ringan sampai yang berat dan juga kejenuhan. Akhirnya pada tanggal 15 Maret 2013 Ully dinyatakan sembuh. Menurut Ully semangat dan support diri merupakan hal yang paling penting, karena seberapa banyak support dari keluarga atau orang lain tanpa adanya keinginan dari diri kita sendiri akan sulit menjalani pengobatan. "Bangkitkan rasa syukur di diri, karena masih ada obatnya. Apabila di tahun 2006 lalu sudah ada pemeriksaan resistensi obat mungkin saya sudah dirujuk, sehingga tidak berulang kali berobat" pesan Ully. Sekarang ini Ully menerapkan pola hidup sehat dengan makan teratur, istirahat yang cukup dan tidak begadang. Ully sangat bersyukur karena penyakit ini masih ada obatnya dan tidak mengeluarkan biaya, karena obat bagi pasien TB diberikan secara gratis dari pemerintah. Himbauan: Kejadian yang dialami oleh Ully, kemungkinan banyak juga dialami oleh pasienpasien TB lainnya. Penting sekali untuk seseorang terduga TB (mengalami gejala batuk-batuk lebih dari 2 minggu, keringat dingin di malam hari, berat badan turun) untuk segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan setempat dan menjalani pengobatan hingga tuntas. Berita dalam Foto 26-27 Januari 2015, Jakarta National Planning Workshop Challenge TB Indonesia Lokakarya penyusunan rencana kerja Challenge TB (CTB) Indonesia di tingkat Nasional, dihadiri oleh berbagai institusi pemangku kepentingan dalam program TB. Lokakarya ini dihadiri 103 peserta dari berbagai institusi, diantaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Hukum dan HAM, Organisasi Masyarakat Sipil, dan mitra kerja CTB lainnya. Pada kesempatan ini, dr. Sigit (Direktur P2ML), dr. Christina Widyaningrum (Kasubdit TB) , Maarten Van Cleff (Program Director PMU), William Wells dan Kendra Chittenden (USAID Washington), serta Jonathan Ross (Director of USAID Health Office Indonesia) turut hadir. Lokakarya ini bertujuan untuk mensosialisasikan strategy umum proyek Challenge TB, dan memperoleh masukan dari berbagai pemangku kepentingan TB guna pengembangan strategi CTB Indonesia untuk 5 tahun dan rencana kerja 1 tahun. 25 Sumber: Endah Rahmadhinie Berita dalam Foto 09-10 Februari 2015, Bandung Pertemuan Perencanaan Challenge TB tingkat Provinsi Pada tanggal 9-10 Februari 2015 yang lalu di Bandung diadakan pertemuan koordinasi terkait pembahasan strategi CTB tingkat provinsi. Acara ini dihadiri 91 peserta, terdiri dari 10 perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi (Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Papua, Papua Barat dan DIY). Hadir juga staff CTB yang 26 Sumber: Endah Rahmadhinie Dok. Ania Maharani berada di provinsi. Pada pertemuan ini dr Jan Voskens, Country Director sekaligus COP CTB , menyampaikan pendekatan baru yang ada dalam strategi proyek CTB, misalnya membuat model pendekatan terbaik dalam penanggulangan TB. Hasil pertemuan di tingkat Nasional pada bulan Januari 2015, menjadi bahan masukan rencana kerja 1 tahun di tingkat provinsi. Berita dalam Foto 3 Maret 2015, Bandung Lokakarya dan Kunjungan Lapangan Komunitas Blogger Acara ini diadakan Challenge TB dan Subdit TB bekerjasama dengan Puskomlik Kemkes RI serta komunitas Blogger untuk meningkatkan peran Blogger sebagai diseminator informasi tentang TB. Selain lokakarya, komunitas blogger juga melakukan kunjungan lapangan ke Pelayanan TB, TB HIV, TB MDR di RSU Hasan Sadikin Bandung. Kunjungan ke RSU. Hasan Sadikin 27 Sumber: Erman Varella 30-31 Maret 2105, Bogor OJT (On the Job Training) E-TB Manager di Sub Rujukan PMDT RSP Goenawan Cisarua Bogor Dok. Dian Astuti Berita dalam Foto 05 Maret 2015, Makassar Pertemuan Penerapan Skala Kecil Strategi TemPO Simulasi alur pelayanan pasien TB di RSUD Haji, Makassar. Yang bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pelayanan pasien TB yang sudah ada di Rumah Sakit dan memberikan masukan dalam teknis pelaksanaan strategi TemPO (Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara amat, Obati secara tepat). 28 Sumber: Fina Tams 06 Maret 2015, RS. Labuang Baji - Makassar Pertemuan Evaluasi Uji Pendahuluan Protokol Penapisan TB-DM Dok. Firza Asnely Putri Berita dalam Foto 31 Maret - 01 April 2015, Jawa Tengah PEER Educator SEMAR provinsi Jawa Tengah Sumber: Erman Varella Peer Educator SEMAR Jawa Tengah dibentuk pada bulan Februari 2014. Paguyuban ini diketuai oleh Bapak Apriudin (Surakarta), dan wakil ketua oleh Bapak Tugiyo (Cilacap) dengan jumlah sebanyak 13 anggota. Pada tanggal 31 Maret yang lalu sampai dengan tanggal 1 April 2015, telah dilaksanakan acara penguatan koordinasi jejaring Peer Educator di RSUP dr. Kariadi, Semarang. 29 2 April 2015, Jawa Barat Koordinasi Dinas Kota Bandung dengan Challenge TB Koordinasi antara KNCV Jabar, FHI360 Jabar dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai area CTB pada tanggal 2 April 2015 di Dinkes Kota Bandung. Adapun dalam RTL tersebut sebagai berikut : 1. Rencana advokasi ke Walikota Kota Bandung. 2. Pertemuan Revitalisasi Tim PPM Kota Bandung pada tanggal 27 April 2015 3. Revitalisasi PPTI Kota Bandung. 4. Kerjasama dengan UNPAD, Dinkes Kota Bandung, IDI Jawa Barat dan KNCV dalam menentukan kompetensi DPM. 5. Penambahan Kecamatan Arcamanik untuk PPM, dasar pemilihan adalah adanya Lapas di Kecamatan tersebut. 6. Menyiapkan space untuk progress indikator CTB Kota Bandung di ruang Kabid Dinkes Kota Bandung. Sumber: Dian Astuti Berita dalam Foto 7-9 April 2015, Sumatra Barat Workshop Ujicoba Implementasi SOP PBP Workshop untuk Ujicoba implementasi SOP pendekatan berbasis pasien (PBP) untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada tanggal 7,8 dan 9 April 2015. Kegiatan ini merupakan rangkaian ujicoba Penerapan SOP PBP yang dilakukan di 3 Provinsi, Sumatera Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur oleh Kemenkes RI dengan dukungan Challenge TB 30 7 April 2015, Jawa Barat Rapat Persiapan Workshop Implementasi Sertifikasi TB di Sekretariat IDI Jabar Sumber: Dian Astuti Sumber: Erman Varella 9 April 2015, DKI Jakarta Pertemuan usulan program TB di dalam akreditasi Puskesmas, Subdit TB Sumber: Novia Rachmayanti 9 April 2015, Jawa Timur Bimbingan Teknis Sistem Informasi TB Terpadu Bimbingan Teknis Sistem Informasi TB Terpadu (SITT II) di Dinkes Kota Malang, diikuti Oleh PKM, RS, DPM, dan Lapas. Fasilitator : M&E dan DO KNCV Jatim Sumber: Aris Rizqiawan Berita dalam Foto 14 April 2015 dan 20-21 April Cohort Review, Surabaya dan Malang Cohort Review RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai salah satu rumah sakit Rujukan MTPTRO Prov Jawa Timur. Dihadiri oleh : Dinkes Prov Jatim, Dinkes Kota Surabaya, BBLK Surabaya, Tim RS : TAK, Perawat, Farmasi, PPDS Paru, Challenge TB : PCO, M&E, DO 20-21 April 2015 - Cohort Review RSUD Dr. Saiful Anwar Kota Malang sebagai salah satu RS Rujukan MTPTRO Prov Jawa Timur. Dihadiri oleh : Subdit TB Kemenkes RI, Dinkes Prov Jatim, Dinkes Kota Malang, Tim RS : TAK, Perawat, Farmasi, PPDS Paru, Tim Panter (Kelompok Sebaya), Tim Aisyiah, Tim KNCV : TO, DO, SW 14-16 April 2015, Sumatera Utara Sumber: Aris Rizqiawan 31 14 April 2015, Jawa Barat 1. Koordinasi Tim PPM Prov Jabar komponen DPM dengan PB IDI dalam rangka Implementasi Sertifikasi TB bagi DPM. 2. Kunjungan Subdit TB, bersama Dinkes Prov Jabar dan Challenge TB ke RSP Rotinsulu sebagai persiapan Sub Refferal Pasien TB MDR Pelatihan pendidik Sebaya Program TB MDR Sumber: Dian Astuti Sumber: Erman Varella 21/22 April 2015, Jawa Timur 1. Sosialisasi Buku Pedoman Nasional Pengendalian TB 2. Pelatihan PITC bagi dokter, perawat, dan bidan Puskesmas di Kab Ponorogo, Jawa timur 1 2 21 April 2015 - Kartini Pejuang TB Jawa Timur dalam sosialisasi Buku Pedoman Nasional Pengendalian TB di Quest Hotel, Surabaya 22 April 2015 - Pelatihan PITC bagi dokter, perawat, dan bidan Puskesmas di Kab Ponorogo, Jawa Timur. Oleh: dr. Kemmy (FHI360 Jatim) Sumber: Aris Rizqiawan Opini Penularan TB di Rumah, Bagaimana Mencegahnya? 32 Opini 33 Opini 34