Challenge TB - KNCV Indonesia

advertisement
Daftar Isi
PRAKATA
Country Representative KNCV /Chief of Party Challenge TB
FOKUS
Challenge TB
INSPIRASI
PETA (Pejuang
Tangguh)
04
BERITA
KHUSUS
07
CERITA
HATI
22
Simposium TB
Nasional 2015
18
Ully Ulwiyah
PROFIL
10
BERITA
25
Petugas Kesehatan
RSUP. Persahabatan
dalam FOTO
03
INFO TEKNIS
Pelatihan Media
Padat LJ
OPINI
Penularan TB
di rumah
Catatan Redaksi
02
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan YME atas terbitnya buletin
Challenge perdana ini, yang nantinya
akan terbit setiap 3 bulan sekali. Buletin
ini bertujuan untuk mengkomunikasikan
kegiatan- kegiatan yang didukung oleh
proyek Challenge TB melalui pendanaan dari
USAID untuk program penanggulangan
nasional TB.
Fokus pada edisi perdana ini adalah
proyek Challenge TB yang dimulai di
Indonesia sejak Januari 2015. Dalam
edisi ini juga, kami mengulas mengenai
acara peringatan hari TB sedunia 2015
di Jakarta yang dibuka oleh Menteri
Kesehatan, Ibu Nila F. Moeloek. Dalam
ke s e m p a t a n t e r s e b u t , I b u N i l a
menghimbau agar seluruh jajaran
kesehatan dan lapisan masyarakat di
seluruh penjuru tanah air ikut berperan
dalam penanggulangan TB. Berangkat
dari himbauan Ibu Menteri tersebut,
rubrik profil kali ini mengangkat profil dari
petugas kesehatan di RS. Persahabatan
yang memegang peranan penting dalam
kesembuhan pasien.
Penanggulangan TB tidak hanya dari
petugas kesehatan, tetapi kelompok
dukungan pasien seperti PETA juga
mempunyai andil penting dalam
kesembuhan pasien dan kelangsungan
dari pengobatan pasien. Organisasi PETA
kami ulas dalam rubrik Inspirasi di edisi
ini. Sepak terjang PETA sendiri tidak
terlepas dari semangat dan bimbingan
Ully Ulwiyah, yang pada peringatan hari
TB se-dunia di Washington DC, Amerika
Serikat berkesempatan untuk
menceritakan pengalamannya sebagai
mantan pasien TB MDR.
Kegiatan-kegiatan proyek Challenge TB
dari bulan Januari- April terangkum
dalam rubrik Berita dalam Foto. Salah
satu kegiatan teknis yang kami ulas
lebih dalam, adalah kegiatan pelatihan
pembuatan media padat LJ di BBLK
Surabaya. Ulasan tersebut kami muat
dalam rubrik Berita Teknis.
Akhir kata, kami mengharapkan dengan
adanya buletin Challenge ini dapat
memberikan informasi, edukasi dan
meningkatkan komitmen para pembaca
untuk terlibat dalam penanggulangan
TB di Indonesia. Kami juga menerima
artikel/opini dari para pembaca terkait
penanggulangan TB untuk dimuat di
Buletin Challenge ini.
Jhon Sugiharto
Pimpinan Redaksi
Penanggung Jawab: Jan Voskens (Country Representative KNCV/ Chief of Party Challenge TB)
Pimpinan Redaksi: Jhon Sugiharto Redaksi: Endah Ramadhinie, Trishanty Rondonuwu
Website: www.kncv.or.id Email: [email protected]
14
32
Prakata
Menurut hasil prevalensi survey TB di
tahun 2013 diperkirakan ada 1 juta
pasien baru TB per tahun di Indonesia.
Pada tahun 2013, kasus TB yang
ditemukan adalah sebesar 327.103
(Global Report WHO, 2014) artinya
baru sekitar sepertiga dari estimasi
kasus TB yang telah tercatat dan
mendapatkan pengobatan, sedangkan
sisanya masih belum terjangkau oleh
program TB Nasional.
Challenge TB merupakan mekanisme
pendanaan global selama 5 tahun
oleh USAID untuk penanggulangan
TB di negara-negara dengan tingkat
kematian dan resiko penyakit TB yang
tinggi, termasuk Indonesia.
Sejak tahun 2002, USAID telah
memberikan kepercayaan kepada
KNCV untuk menjadi pimpinan koalisi
dari beberapa organisasi internasional,
baik melalui proyek TBCAP, TB CARE
I dan yang terbaru CHALLENGE TB,
dalam memberikan bantuan teknis
kepada program penanggulangan TB
Nasional.
Bantuan teknis tersebut bertujuan
untuk memperbaiki mutu pelayanan
pada pasien TB. Kegiatan utamanya
di Indonesia meliputi perbaikan mutu
dari laboratorium, sehingga pasien
bisa didiagnosis dengan seksama dan
lebih akurat, dengan peningkatan
pelayanan dari tingkat Puskesmas,
Rumah Sakit dan Rumah Sakit
rujukan, terkait layanan diagnostik
dan juga pengobatan.
Untuk proyek Challenge TB ini
diharapkan memperoleh komitmen
tidak hanya dari pemerintah Pusat
maupun Daerah namun juga dari
masyarakat untuk bersinergi dalam
program penanggulangan TB Nasional.
Edukasi atau pengalaman dari mantan
pasien juga dibutuhkan untuk
menimbulkan kesadaran sehingga
pemerintah daerah lebih serius
menangani program TB di Indonesia.
Terkait pasien TB sendiri dihimbau agar
selayaknya menggunakan masker
selama masa pengobatan.
Saya berharap semoga kita bisa
mendapatkan dukungan dan komitmen
tersebut sehingga pasien yang belum
ditemukan bisa ditangani dan bisa
menjalani pengobatan. Dan pada
akhirnya Indonesia bisa bebas dari
Tuberculosis pada tahun 2050.
“Masyarakat perlu memiliki kesadaran tentang
tuberculosis, pentingnya pemeriksaan dini apabila
mereka mengalami batuk, sehingga bisa mendapat
pengobatan yang sesuai”.
-Jan Voskens-
Country Representative KNCV /
Chief of Party Challenge TB
03
Peringatan Acara Hari TB se-dunia di Papua
Pemeriksaan Mikroskopis di Mikro UI
Challenge TB
04
Menyambut tantangan untuk
membebaskan dunia dari TB
Paguyuban Pasien sedang bekarya, Malang
Genexpert di Mikro UI
Obat Pasien TB MDR
Konseling pasien TB,
RS Yos Sudarso, Padang
Fokus
Challenge TB adalah: Proyek 5 tahun yang didanai oleh USAID untuk
penanggulangan TB di negara dengan tingkat kematian
dan resiko penyakit TB yang tinggi
3 Tujuan Utama
1. Peningkatan akses kepada layanan berpusat pada pasien TB, TB/HIV
dan TB MDR yang berkualitas.
2. Pencegahan penularan dan berkembangnya penyakit TB.
3. Memperkuat platform TB:
1. Komitmen dari lembaga pemerintahan dan para pemimpinnya.
2. Informasi yang lengkap dan kerjasama yang baik antara
masyarakat dan mitra terkait.
3. Sistem manajemen obat dan komoditas yang terkoordinasi.
4. Kualitas data, pengawasan dan pemantauan & evaluasi.
5. Peningkatan sumber daya manusia.
6. Supervisi Teknis.
4x4 Prinsip dan Strategi
05
ENGAGE
Melibatkan program TB Nasional, para mitra kerja baru dan individu.
EMPOWER
Memberdayakan upaya dari pembuat kebijakan, kelompok marjinal
dan populasi rentan.
EVALUATE
Mengevaluasi intervensi, mengukur kualitas dan mengembangkan
pendekatan berbasis bukti, serta praktik terbaik.
EXPAND
Memperluas cakupan penyedia layanan dan jangkauannya serta
menghilangkan hambatan pada akses layanan.
5 Intervensi Area Teknis
Penerapan
layanan
kesehatan yang
terintegrasi
dengan JKN
dan menjamin
adanya
peningkatan
dana dari
pemerintah
terkait
penanggulangan
TB
Meningkatkan
penemuan
kasus
Memastikan
kualitas
perawatan
untuk pasien
TB- DR-TB dan
TB/HIV
Mengembangkan layanan
diagnostik
Pemantauan
dan evaluasi,
surveilans
dan riset
operasional
Fokus
Bentuk Dukungan yang Kita berikan
2. Membantu menyusun
kebijakan dan
terobosan-terobosan
1. Menyediakan
dukungan teknis
3. Memastikan adanya dampak
yang optimal dengan
sumber daya terbatas
5. Membantu dalam
peningkatan kualitas
pengendalian TB dasar
4. Membangun hasil yang
baik dan menjanjikan
6. Mengedepankan hasil
riset, inovasi dan solusi
7. Menciptakan pendekatan
inovatif dari segi teknologi
dan perkembangan ilmu
pengetahuan
06
Cakupan Wilayah CTB
- Skala Nasional
- 9 provinsi
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Pelaksana
Mitra-mitra
Pelaksana Utama dan
koordinator dari mitra-mitra
Papua Barat
Papua
Berita Khusus
Simposium
TB
Nasional
Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia
diperingati setiap tanggal
24 Maret, dimana pada tanggal
tersebut ditemukan Mycobacterium
Tuberculosis oleh Robert Koch
pada tahun 1882.
Tema global Hari TB Se-dunia 2015
adalah"Reach, Cure, Prevent",
sedangkan tema nasional tahun
ini adalah Bebas TB, Indonesia
Sehat , Indonesia Hebat dengan
slogan TOSS yaitu singkatan dari
Temukan Obati Sampai Sembuh
Tuberkulosis.
Simposium TB Nasional yang
dilaksanakan pada tanggal 28
Maret 2015, merupakan puncak
dari serangkaian kegiatan TB Day
di Indonesia. Simposium ini dibuka
oleh Menteri Kesehatan RI, Prof.
Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K)
dan dihadiri oleh sekitar 1250
peserta dari berbagai lintas sektor
baik kementerian lain, organisasi
profesi, praktisi kesehatan,
lembaga swadaya masyarakat dan
lainnya.
Dalam kata sambutannya, Ibu
Nila memaparkan bahwa hari TB
sedunia dilaksanakan setiap
tahun untuk mengingat sejak
ditemukannya kuman TB di
tahun 1882, oleh Robert Koch .
Penemuan ini telah begitu lama,
tapi persoalan TB masih belum
selesai di seluruh dunia.
"Tema TB day ini cukup berat
untuk diwujudkan, karena kita
harus melakukan upaya yang
cukup besar dalam menjangkau,
memeriksa dan mengobati. Ada
3 juta penderita TB di seluruh
dunia. Di Indonesia sendiri untuk
mengatakan Indonesia bebas
TB, (harus) dengan menemukan
dan mengobati TB di seluruh
Indonesia. Amanat Bapak
Presiden dengan Nawa Cita-nya
bahwa agar kita menghadirkan
negara untuk melindungi segenap
bangsa dan negara. (Saat ini)
masih banyak tantangan yang
masih harus disikapi”.
07
Berita Khusus
08
Ibu Nila juga menambahkan,
teknologi baru, kita juga perlu
berdasarkan indikator MDGs,
membangun rasa solidaritas dari
Indonesia berhasil menurunkan
semua pihak, dalam menanggulangi
insiden dan prevalensi. Insiden
TB, bagaimana kita menemukan
turun 45% dari tahun 1990 sampai
terduga TB, memeriksanya,
dengan 2010, prevalensi 35%,
memastikan kepatuhan pasien TB
dan angka
dalam minum obat.
“...perlu berbagai
kematian TB
Ketidak mengertian
usaha, baik preventif
turun hingga
masyarakat tentang
dan promotif. Kalau
71%. Dalam
ketidakpatuhan
Indonesia sehat,
penanggulangan
berobat masih
anak- anak Indonesia
TB, upaya
rendah, dimana
berkualitas dan
pemerintah
akibatnya TB
ekonomi negara
antara lain telah
resisten obat”.
juga baik”.
memasukkan
Dalam sambutannya,
tatalaksana TB di
beliau juga berharap di kemudian
rumah sakit sebagai salah satu
hari ada sejenis inovasi baru,
syarat akreditasi, bekerjasama
misalnya dengan vaksin yang
dengan PB IDI melalui sertifikasi
dapat mencegah TB. Dari sisi
IDI bagi dokter praktek mandiri
ekonomi, akibat TB juga perlu
melalui pelatihan agar mampu
diperhitungkan.
melaksanakan tatalaksana TB
sesuai standard, bekerjasama
dengan lintas sektor terkait,
termasuk dengan Kementerian
Pertahanan untuk memperluas
cakupan pelayanan TB di daerah
terpencil perbatasan dan kepulauan.
Upaya ini kita harapkan agar
terlaksana di seluruh Indonesia
dan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan kompeten.
Beliau juga menyatakan bahwa
“Bangsa Indonesia juga memiliki
masalah terkait dengan MDR TB,
TB HIV, TB di Lapas sehingga perlu
kerjasama dengan Kemenkumham,
TB dengan merokok, dan TB
dengan Diabetes Mellitus. Selain
Pembukaan secara resmi Simposium TB Nasional
oleh Ibu Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila
Djuwita F. Moeloek, SpM, didampingi Dirjen P2PL,
dr. H. Mohamad Subuh, MPPM
Berita Khusus
Di suatu kesempatan, Ibu Menteri
pernah mengatakan ke Bapak
Jokowi, Presiden RI "Mari kita hitung
berapa jumlah yg dikeluarkan
negara, bila kita membayai semua
jenis penyakit. Sehingga perlu
berbagai usaha, baik preventif
dan promotif. Jika Indonesia
sehat, anak- anak Indonesia akan
berkualitas dan ekonomi negara
juga baik". Beliau menganjurkan
jika saja mahasiswa kedokteran
dapat mendampingi pasien TB,
seperti pada program kesehatan
ibu, dimana para mahasiswa
kedokteran mendampingi setiap
ibu hamil sampai masa nifas.
Di akhir kata sambutannya,
Ibu Nila menyatakan bahwa
"Kesehatan ada di hulu, kita
sehat, kita berpendidikan,
kita sejahtera" dan berharap
seluruh jajaran kesehatan dan
lapisan masyarakat di seluruh
penjuru tanah air berperan dalam
penanggulangan TB.
Pada kesempatan ini juga, KNCV
berpartisipasi dengan membuka
stand pameran dan photo
booth yang bertema "Pahlawan
p e m b a s m i T B " . Te m a i n i
menggambarkan bahwa masalah
TB ini adalah masalah bersama
dan penyakit TB tidak diskriminasi,
sehingga setiap orang bisa
memiliki resiko tertular kuman
TB. Untuk menunjang tema
tersebut, KNCV menyediakan
property foto yang bertema
kepahlawanan seperti: Kostum
Gatot Kaca, Srikandi, dan beberapa
pakaian tradisional lainnya.
Booth KNCV di acara Simposium TB Nasional, 28 Maret 2015 - Jakarta
09
Profil
Petugas Kesehatan TB MDR
RSUP. Persahabatan
Melayani
Dengan
Hati
10
Saat saya memasuki area Rumah
Sakit Umum Pusat Persahabatan,
terlihat dari kejauhan beberapa
orang yang memakai masker
sedang duduk di kursi yang
terbaris rapi di teras samping
rumah sakit tidak jauh dari tempat
parkir mobil. Ternyata teras
tersebut adalah ruang tunggu
poliklinik untuk pasien TB MDR
(Tuberkulosis Multi Drug Resistant/
TB Kebal Obat).
RSUP Persahatan adalah salah satu
rumah sakit tipe A dengan unggulan
Respirasi dan menjadi salah satu
Rumah Sakit Rujukan TB MDR di
Indonesia sejak Agustus 2009.
Petugas Kesehatan Poli TB MDR dan Pasien
Di ruang tunggu tersebut
terpampang plakat KLINIK TB MDR
dengan logo RS. Persahabatan,
USAID, TBCTA, KNCV dan
Kemenkes. Sinar matahari yang
terang dan angin yang sejuk
membuat pasien merasa nyaman
untuk menunggu giliran.
Pasien menunggu giliran secara
tertib, hal pertama yang harus
dilakukan pasien adalah daftar
absensi, kemudian menimbang
berat badan lalu akan dipanggil
lagi untuk disuntik dan kemudian
minum OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
Suster Rodiah atau yang akrab
dipanggil Ma'Odi (49 tahun)
memiliki tanggung jawab untuk
menyuntik pasien. Sebelum
melakukan tindakan, Ma'Odi wajib
memakai masker standar
internasional N-95 dan sarung
tangan. Pasien disuntik di tempat
tidur pasien, yang dipisahkan oleh
partisi putih kain standar rumah
sakit. Setelah itu pasien bisa
beristirahat sekitar 30 menit
sebelum diberikan OAT yang sudah
Petugas Kesehatan Ruang Rawat Soka
Profil
ditulis nama masing-masing pasien.
Pasien tetap harus minum obat di
rumah sakit karena obat tersebut
tidak boleh dibawa pulang ke
rumah dan harus diminum di bawah
pengawasan PMO (Pengawas Menelan
Obat). "Pentingnya pengawasan ini
karena kerap kali setelah pasien
minum OAT, pasien mual dan muntah.
Jadi kita harus lihat apakah obatnya
keluar atau tidak, bila obatnya ikut
keluar maka pasien tersebut harus
kembali minum obat" jelas Ma'Odi.
Ma'Odi sudah bekerja di Poliklinik
Paru RS. Persahabatan sejak 15
tahun yang lalu. Kemudian di tahun
2009, Ma'Odi bersama suster-suster
yang lain menjalani 3 minggu
pelatihan tatalaksana pengobatan
pasien TB MDR. Selama pelatihan
8 modul ini, perawat diberikan
edukasi mengenai: apa TB MDR,
bagaimana pencegahan
pengendalian infeksi TB MDR itu
sendiri, kewaspadaan diri petugas
kesehatan untuk menangani TB
MDR, penanganan efek samping
TB MDR, dan pengenalan KIE
(Komunikasi Informasi Edukasi).
Poli TB MDR menerima rujukan
terduga TB MDR baik internal
maupun eksternal rumah sakit sesuai
dengan alur, bila pasien sudah
konfirm TB MDR maka TAK (Tim
Ahli Klinis) yang akan menentukan
regimen pengobatan. Sekarang
ini hampir sebanyak 75 orang
pasien tahap awal yang datang
setiap harinya ke Poli TB MDR
untuk minum obat dan disuntik.
Selain Ma’ Odi, Suster Yuniana dan
Suster Sri Swarni juga bekerja
secara tim sebagai PMO. Suster
Sri (48 tahun) juga bertugas untuk
manajemen sputum yang mengawasi
Ma’Odi, Suster Yuniana dan Suster Sri Swarni
11
Profil
pengiriman dan hasil sputum pasien.
Ada juga Suster Yuni (42 tahun),
yang bertugas untuk administrasi,
memasukkan data semua pasien
TB MDR di RS.Persahabatan maupun
di puskesmas se JaBoDeTaBek,
menindaklanjuti hasil pengobatan
dan pasien mangkir.
12
Setelah dari Poli TB MDR saya
berjalan ke area dalam rumah
sakit melewati koridor dan taman
yang nyaman dan sampai di ruang
rawat Soka, walaupun di papan
penunjuk tertulis ruang isolasi
(Avian Influenza) tetapi sejak
tahun 2009 ruang
ini merawat pasien
“...kami pun juga
Ketiga perawat ini
mengharapkan adanya TB MDR. Pasien
adalah pintu
yang dirawat inap
asuransi selain
terdepan dari poli
di ruang rawat
askes yang kami
TB MDR, setelah
Soka ini adalah
dapat sekarang
seorang pasien
pasien TB MDR
ini untuk
dinyatakan TB
yang mengalami
MDR maka pasien
efek samping obat
perlindungan kami”
tersebut akan
yang berat ataupun
dirujuk ke poli ini untuk
keluhan lainnya yang memang
mendapatkan pengobatan
indikasi rawat inap. Ruang rawat
yang kemudian bisa dirujuk ke
Soka memiliki kapasitas 12 tempat
Puskesmas Satelit (PKM) yang
tidur dan 12 perawat yang bertugas.
dekat dengan rumah pasien.
Perawat melayani sebanyak 65
Sekarang ini sudah ada kurang
pasien rawat jalan yang tiap hari
lebih 99 PKM Satelit TB MDR di
datang minum obat TB MDR.
JaBoDeTaBek.
Di ruang soka terdapat Gazebo,
tempat dimana pasien menelan
"Apa yang kita lakukan ini berasal
obat. Pasien-pasien tersebut
dari hati jadi semoga kita selalu
adalah pasien yang sudah masuk
dilindungi, kami juga selalu menjaga
tahap lanjutan dan sudah tidak
daya tahan tubuh kami, sehingga
disuntik dan sudah konversi.
selalu sehat dengan makan teratur
Istilah konversi digunakan apabila
dan bergizi" jawab Ma'Odi ketika
hasil biakan kultur pasien negatif.
ditanya cara melindungi diri dari
penyakit TB. "Walaupun begitu kami
Di ruang rawat Soka, saya bertemu
pun juga mengharapkan adanya
dengan Ibu Marsaulina (56 tahun)
asuransi selain Askes yang kami
yang biasa dipanggil Ibu Lina, beliau
dapat sekarang ini untuk perlindungan
sudah 15 tahun menjadi perawat
kami" tambah Suster Yuni.
di poli paru dan juga perawat Avian
Influenza. Menurut Ibu Lina, awalnya
Poli TB- MDR dibuka tiap hari Senin
hanya sekitar 14 pasien TB MDR
sampai Jumat. Pada hari Sabtu,
yang menjalani perawatan, kemudian
Minggu, dan hari libur, pasien
seiring waktu pasien TB MDR
dialihkan ke ruang Soka bawah.
bertambah. Sejak tahun 2009
Profil
hingga saat ini tercatat ada 1024
pasien TB MDR yang sudah
menjalani pengobatan.
Menurut Ibu Lina, petugas
kesehatan memiliki peran penting
dalam kelangsungan pengobatan
"Bagaimana cara kita menangani
pasien, karena pasien itu terkadang
minder atau menarik diri sewaktu
ditetapkan TB MDR. Padahal yang
paling penting dari seorang pasien
TB MDR adalah dia diorangkan
sehingga mereka percaya diri
dan patuh menjalani pengobatan
dengan baik" katanya.
Petugas kesehatan juga harus
sabar menghadapi keluhan pasien
mengenai efek samping obat
seperti mual kemudian muntah,
dan bahkan sampai halusinasi dan
perubahan perilaku. "Dahulu ada
seorang pasien yang sedang dirawat
hampir mau menciderai suaminya,
sehingga ia pun perlu perawatan
kejiwaan. Hingga akhirnya pasien
tersebut bisa menyelesaikan
pengobatannya selama 7 bulan".
cerita Ibu Lina. Untuk pencegahan
penularan, petugas kesehatan
harus melakukan pengendalian
infeksi dengan memakai alat
perlindungan diri yang benar,
mengedukasi pasien untuk tetap
menggunakan masker karena
hal itu merupakan pemutus rantai
penularan. "Kita sebagai tenaga
kesehatan, harus menjaga daya
tahan tubuh, jangan sampai kita
drop tapi kita juga melayani pasien
MDR. Dengan makan yang teratur,
minum susu, makan telur, tidak
ada diet di ruang MDR. Karena kita
harus menjaga tubuh sehingga
tetap kuat” ujar Ibu Lina.
Baik Ibu Lina, Ma'Odi, Suster Yuni,
Suster Sri, dan petugas kesehatan
lain yang menangani TB MDR
sepakat bahwa apa yang mereka
lakukan itu adalah tulus dari hati,
sehingga kelak niat serta pelayanan
yang tulus itu akan bermanfaat
sehingga membawa kesembuhan
bagi pasien.
Ibu Marsaulina
13
Berita Teknis
Pelatihan Pembuatan
MEDIA PADAT
LOWENSTEIN JENSEN
Sumber: Roni Chandra & Pujiyati Herlina
©KNCV/Roni Chandra
Berita Teknis
Tuberkulosis (TB) masih merupakan
salah satu penyakit menular yang
mematikan. Pada tahun 2013
diperkirakan 9 juta orang terkena
penyakit TB dan 1,5 juta diantaranya
meninggal dunia. Penurunan
kasus TB berjalan dengan lambat,
dan diperkirakan 37 juta jiwa
terselamatkan dari TB antara tahun
2000 sampai 2013 melalui diagnosis
dan pengobatan yang efektif
(Global Tuberculosis Report, 2014).
Diagnosis dini dan akurat
merupakan salah satu kunci
keberhasilan Program Pengendalian
TB karena penatalaksanaan pasien
segera dapat dimulai sehingga
pada akhirnya akan mengurangi
angka kesakitan dan kematian, serta
memutuskan rantai penularan TB.
Diagnosis TB dapat dilakukan dengan
cara pemeriksaan mikroskopis,
biakan, dan khusus TB kebal obat
dengan uji kepekaan M. tuberculosis.
Pada saat ini juga sudah tersedia
uji cepat berbasis molekuler untuk
diagnosis TB dan TB kebal obat
seperti Xpert MTB/Rif.
Ada 9 kriteria Suspek TB MDR
yang perlu pemeriksaan biakan
dan uji kepekaan.Dari hasil uji
kepekaan tersebut diagnosis
dapat ditegakkan TB MDR apabila
terdapat kekebalan terhadap INH
dan Rifampisin.
Untuk pemeriksaan biakan TB dapat
dilakukan dengan menggunakan
media padat atau media cair.
Salah satu media padat yang
digunakan adalah media padat
Lowenstein Jensen (LJ). Media
tersebut pertama kali dibuat oleh
Lowenstein yang selanjutnya
dikembangkan oleh Jensen sekitar
tahun 1930-an.
9 Kriteria Suspek TB MDR
1. Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang
tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat
injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi
6. Pasien TB kasuh kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up
(lalai berobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan
pasien TB MDR
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara klinis
maupun bakteriologis terhadap pemberian OAT (bila
penegakan diagnosis awal tidak menggunakan GeneXpert)
15
Berita Teknis
Media Padat Lowenstein Jensen (LJ)
16
Media LJ mengandung bahan dasar (LJ medium base) yang terdiri atas:
1. Potassium dihydrogen phosphate
2. Magnesium sulfate heptahydrate
3. Tri-magnesium dicitrate 14-hydrate
4. L-asparagine
5. Potato meal
6. Malachite green 2%
Selain bahan dasar tersebut, pembuatan media LJ juga memerlukan
akuades, gliserol, dan telur homogen (Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan,
Identifikasi, dan Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis pada Media Padat, 2012).
Kelebihan
1. Biaya pembuatan media LJ relatif murah.
2. Tingkat kontaminasi rendah.
3. Morfologi koloni dengan karakteristik TB dapat diamati.
Kekurangan
1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendeteksi Mycobacterium
tuberculosis dalam bentuk koloni (2-8 minggu).
2. Ketika terjadi kontaminasi, sering kali keseluruhan permukaan media
juga akan terkontaminasi.
3. Pada kondisi pertumbuhan M. tuberculosis memenuhi seluruh
permukaan media (konfluen), maka ada kemungkinan kontaminasi
yang sedikit tidak akan terlihat. (Mycobacteriology Laboratory Manual, 2014)
Pelatihan pembuatan Media LJ
Pada tanggal 17-20 Maret 2015
bertempat di BBLK Surabaya,
Challenge TB mendukung
pelatihan pembuatan media padat
LJ yang diselenggarakan oleh
Laboratorium Rujukan Nasional
TB untuk Biakan dan Uji Kepekaan
BBLK Surabaya.
Pelatihan diikuti oleh 13 peserta
yang berasal dari 11 laboratorium
TB, yaitu BLK Provinsi Aceh, RS Adam
Malik Medan, BP4 Lubuk Alung
Padang, BBLK Jakarta, RS Rotinsulu
Bandung, Mikrobiologi FK UGM
Yogyakarta, RS Sardjito Yogyakarta,
RS Saiful Anwar Malang, BBLK
Surabaya, BLK Kalimantan Selatan,
dan BKPM Provinsi Maluku.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis
petugas laboratorium, khususnya
dalam pembuatan media LJ.
Pembuatan media LJ harus
mengikuti standar yang berlaku
agar diperoleh kualitas media LJ
yang baik.
Berita Teknis
Tatalaksana pembuatan Media LJ
1. Pembuatan TB Medium Base
1.1 Timbang TB Medium Base
1.3 Larutkan TB Medium Base
dalam 600 ml aquabidest pH 7,0
1.2 Tambahkan glycerol 12 ml
2. Pembuatan Telur Homogen
1.4 Setelah tercampur
sempurna, sterilkan
dengan autoklaf
selama 15 menit pada
suhu 121º C. Setelah
keluar dari sterilisasi,
homogenkan dengan
cara digoyang
Dinginkan sampai
suhu ± 50º C.
2.1 Cuci telur satu
persatu dengan sikat,
air dan sabun. Bilas
dengan air mengalir
hingga bersih,
keringkan. Rendam
dalam alkohol 70 %
selama 15-30 menit
2.2 Pecahkan telur
17
17
2.4 Blender ± 2 detik
sampai telur homogen
(perhatikan seminimal
mungkin terbentuk
gelembung / busa)
2.3 kemudian
tampung dalam
gelas blender
3.2 Campur perlahan2 dengan
magnetic stirrer dan hindari
terbentuknya gelembung
3.3 Penyaringan media LJ
3.4 Media LJ dituang ke dalam
botol Mc Cartney sebanyak ± 6 ml
2.5 Saring larutan
telur menggunakan
corong dengan kasa
steril. Ukur dengan
gelas ukur steril
sampai didapat 1 liter
3.1 Tambahkan
telur homogen ke
dalam TB Medium
Base secara steril
3.5 Tutup rapat dan
letakkan dengan
kemiringan 30º
dalam oven blower/
inspisator yang
telah dipanaskan
sampai suhu 85º C
3.7 Keluarkan dari
oven blower/ inspisator
dan diamkan sampai
suhu kamar.
©KNCV/Roni Chandra
3.6 Bekukan / koagulasikan selama 45 menit
3. Pembuatan Media LJ
Inspirasi
Inspirasi
Setiap manusia memerlukan
harapan dan semangat untuk
menjalani kehidupannya.
Kekuatan pengharapan dan
semangat yang terbesar bisa
didapat dari seseorang yang
memiliki pengalaman dalam
menghadapi masalah yang sama.
Pengharapan dan semangat itu
yang akhirnya membentuk PETA
(Pejuang Tangguh). PETA pada
awalnya diinisiasi oleh sekelompok
pasien Tuberculosis Multi Drugs
Resistance (TB MDR) yang telah
konversi dan berada di fase lanjutan
pengobatan TB MDR (sekitar 6 bulan
pengobatan) di RS Persahabatan.
TB MDR adalah penyakit TB kebal
obat, yaitu kondisi dimana pasien
TB tidak mempan lagi diobati dengan
minum obat TB biasa, baik kategori
I dan II. Penyebab penyakit TB
MDR bisa beragam, misalnya:
karena ketidak-patuhan pasien
TB dalam menelan obat, dokter
tidak memberikan obat sesuai
standar pengobatan, dan lainnya.
Pasien TB MDR bisa disembuhkan.
Saat ini sudah tersedia Obat TB
MDR di beberapa rumah sakit dan
puskesmas sebagai satelit
pengobatan TB MDR. Obat TB MDR
harus diminum dibawah pengawasan
langsung petugas kesehatan.
Pengobatan TB MDR terdiri dari
dua fase, yaitu fase intensif
dengan suntikan dan obat minum
dan fase lanjutan, fase dimana
pasien hanya diberikan obat
minum saja. Lamanya pengobatan
TB MDR kurang lebih dua tahun.
PETA berawal pada tahun 2009
dari sekelompok kecil pasien yang
sering bertemu dan saling "curhat"
di RS. Persahabatan hingga
akhirnya menjadi paguyuban di
tahun 2011. Kelompok ini sadar
bahwa apa yang mereka alami ini
adalah sebuah proses untuk
sesuatu yang lebih baik. Walaupun
dalam proses pengobatan ini
efek samping yang dialami cukup
luar biasa seperti mual, pusing,
depresi, halusinasi dan sampai
“Satu hal yang
pasien harus sadari
adalah mereka
mempunyai
hak untuk
berorganisasi”
-Erman Varella-
Erman Varella
19
Inspirasi
mau bunuh diri. Terkadang banyak
pasien TB MDR harus melalui
pengobatan sendiri karena
kehilangan keluarga, pekerjaan
tetapi dengan bantuan dan
dorongan satu sama lain mereka
akan lebih semangat untuk
menyelesaikan pengobatan.
20
"Awalnya kami memilih 15 pasien
yang sudah sembuh dan sudah
konversi untuk dibimbing dan
dilatih menjadi teman sebaya atau
Peer Educator. Pasien tersebut
adalah mereka yang punya
keinginan untuk melayani,
memiliki komunikasi yang baik,
masih muda dan dinamis dan
mempunyai keinginan untuk
belajar" ungkap Varel, inisiator
PETA yang juga bekerja di KNCV
sebagai Technical Officer untuk
advokasi, komunikasi dan sosial
mobilisasi. Varrel juga menyadari
bahwa PETA ini sangat potensial
untuk menjadi sebuah organisasi,
oleh karena itu pada tahun 2012,
KNCV membantu PETA dalam
proses hukum dan persiapannya
sehingga pada akhir tahun
2014, PETA secara legal sudah
terdaftar di Kemenhunkam
sebagai organisasi sosial.
Prinsip utama dari PETA adalah
kesukarelaan, maka tidak banyak
anggota yang bisa konsisten untuk
mengikuti jadwal PETA. Rahmat,
mantan pasien TB MDR yang
sudah setahun bergabung dengan
PETA mengatakan "Karena ini
adalah panggilan dari hati saya
untuk berbagi apa yang saya
alami, membantu dan memotivasi
sesama pasien untuk menyelesaikan
pengobatannya" saat ditanya
alasan bergabung dengan PETA.
Rangkaian kegiatan PETA cukup
padat mulai dari kunjungan ke
rumah sakit, puskesmas hingga
kunjungan ke rumah pasien. PETA
kerap kali membantu rumah sakit
atau puskesmas dengan berkunjung
“Menurut saya
PETA
itu hebat...
sangat hebat”
-Bpk. Jonner Silaban(memakai masker)
Bpk. Jonner Silaban dan Bpk. Binsar Malik
Inspirasi
ke rumah pasien yang mangkir.
Disitu pun mereka kerap kali
mendapatkan tantangan karena
cukup banyaknya alasan dari
pasien, seperti; tidak ada biaya
untuk ke rumah sakit, akses yang
jauh, atau tidak adanya yang
menemani pengobatan atau tidak
tahan dengan efek samping dari
pengobatan. Seperti kasus yang
dialami oleh bapak Jonner Silaban,
beliau tinggal di Sumatra Utara,
setelah beberapa kali menjalani
pengobatan di sana akhirnya Pak
Jonner dirujuk ke RS. Persahabatan.
Di sini beliau menjalani pengobatan
selama 3 bulan dan kemudian
memutuskan untuk berhenti
karena tidak kuat dengan efek
samping dari pengobatan TB MDR
dan kembali ke Sumatra Utara.
Dalam hal ini peran PETA yang
diwakili pak Binsar Malik sangat
membantu, dimana Pak Binsar
yang hampir selalu mendampingi
Pak Jonner kemudian memotivasi
dan mendorong beliau untuk
kembali berobat di Jakarta.
Sama hal-nya dengan Rahmat,
latar belakang Pak Binsar untuk
bergabung dengan PETA supaya
beliau bisa memberi edukasi
kepada pasien baru yang masih
awam dengan penyakit ini. Hal
ini dianggap perlu berdasarkan
pengalaman beliau yang sama
sekali tidak tahu mengenai
penyakit ini pada awal diagnosa,
sampai akhirnya salah satu anak
beliau terinfeksi TB, peristiwa ini
membuka mata Pak Binsar untuk
mengetahui lebih banyak mengenai
Pejuang Tangguh TB MDR (PETA)
©PETA/Budi Hermawan
penyakit TB MDR dan mendorong
beliau untuk menyelesaikan
pengobatannya.
Sepak terjang PETA tidak luput
dari bimbingan dan arahan Ully
Ulwiyah, sang ketua PETA. Barubaru ini Ully diundang oleh USAID
dalam rangka Hari TB sedunia di
Washington DC, USA. Disana Ully
menceritakan pengalaman beliau
hingga sembuh dari TB MDR .
Dimana dukungan dari keluarga
dan komunitas sangat penting
sehingga pasien bisa sembuh.
"Every day I become
more aware that even
they want me to recover,
so there is no reason for
me to despair. The
support from family and
community is
also a medication."
Kutipan Ully Ulwiyah, saat pidato di acara
World TB Day di Washington DC, USA
21
Cerita Hati
Kekuatan
Sebuah
Rasa
Syukur
22
Ully Ulwiyah, 28 tahun seorang
ibu yang juga mantan pasien TB
MDR. Pada tanggal 24 Maret 2015,
Ully berkesempatan untuk
berkunjung ke Washington DC,
Amerika Serikat dalam rangka
peringatan World TB Day. Di sana
Ully menceritakan tentang
pengalamannya hingga akhirnya
ia bebas dari TB MDR.
Sebelum keberangkatan tersebut,
Ully sempat berkunjung ke KNCV
Representative Office, Jakarta dan
berikut adalah rangkuman dari
wawancara kami bersama Ully.
Cerita Hati
Sewaktu Ully berusia 10 tahun,
melakukan pemeriksaan akhir,
Ully mengalami batuk darah.
baik itu rontgen atau sputum saya
Tetapi karena kurangnya informasi
tidak tahu apakah saya sudah
sehingga orang tua Ully tidak
sembuh atau belum" ujar Ully.
mencari pengobatan, walaupun
sudah sempat di rontgen.
Batuk yang sama berulang
Ketika Ully berumur 12 tahun,
kembali di tahun 2006, kali ini
tante Ully yang adalah seorang
Ully berobat ke rumah sakit
bidan kemudian mulai melihat
swasta di Jakarta Timur. Jenis
kejanggalan terhadap Ully yang
pengobatan Ully kali ini berbeda,
kurus dan berat
karena Ully harus
“Pada tanggal
badannya tidak
disuntik selama
15 Maret 2013,
naik. Oleh sebab
2 bulan setiap
itu, Ully diberikan
harinya dan minum
saya dinyatakan
puyer yang harus sembuh dari penyakit
obat selama 9
diminum setiap
bulan. "Saya hanya
yang sudah saya
harinya untuk 6
mendapat suntik
derita semenjak
bulan. Kejenuhan
selama 47 kali dari
umur 10 tahun”
dan kebosanan
60 kali yang
serta kurangnya pengawasan
diharuskan, karena waktu itu saya
membuat Ully hanya meminum
positif hamil". Setelah menjalani
obatnya selama 4 bulan. "Bila ibu
pengobatan, pada tahun 2007 Ully
saya tanya, apakah saya sudah
dinyatakan sembuh berdasarkan
minum obat atau belum, saya
hasil rontgen dan sputum.
jawab sudah. Padahal obatnya saya
buang" cerita Ully. “Walaupun batuk
Walaupun sudah dinyatakan
saya sembuh, tetapi badan saya
sembuh, pada tahun 2009 Ully
tetap kurus” Ully menambahkan.
kembali batuk dan kembali
diobati. Dokter kemudian merujuk
Karena pengobatan yang tidak
Ully ke salah satu rumah sakit
selesai, Ully yang saat itu sudah
untuk berobat. Tetapi karena saat
duduk di bangku SMA kembali
itu Ully sedang mengandung anak
menderita batuk dengan jangka
ke-2 dan obat yang tersedia
waktu yang lama. Ully kemudian
tidak boleh diminum oleh ibu
memeriksakan diri ke Puskesmas
hamil, Ully disarankan untuk
lalu berdasarkan hasil rontgen dan
menyelesaikan pengobatan awal
test sputum, Ully dinyatakan
dan cek kultur di Lab. Mikro UI.
positif TB. Ully kemudian menjalani
Setelah 2 bulan, hasil kultur
pengobatan teratur selama 6
tersebut negatif dan hasil
bulan. "Tetapi, karena tidak
pemeriksaan mikroskopis juga
23
Cerita Hati
Ully Ulwiyah, di acara World TB Day 2015:
Reach, Cure, Prevent TB, Washington DC
©USAID/Rob Mesite
24
negatif. Januari 2011, Ully
dinyatakan sembuh.
“Pada Maret 2011, saya kena radang
paru-paru akut, yang mengharuskan
saya dirawat di ICU selama 10
hari. Mei 2011, berdasarkan hasil
cek kultur, saya dinyatakan positif
TB MDR". Sejak saat itu Ully
menjalani pengobatan TB MDR
dengan datang ke rumah sakit
untuk disuntik setiap hari selama
6 bulan dan minum obat setiap
hari selama 22 bulan. Di awal
pengobatan Ully hanya perlu
meminum 9 butir obat kemudian
ditambah menjadi 15 butir obat
untuk sekali minum. Selama
pengobatan tersebut Ully
mengalami efek samping mulai
dari yang ringan sampai yang
berat dan juga kejenuhan.
Akhirnya pada tanggal 15 Maret
2013 Ully dinyatakan sembuh.
Menurut Ully semangat dan
support diri merupakan hal yang
paling penting, karena seberapa
banyak support dari keluarga atau
orang lain tanpa adanya keinginan
dari diri kita sendiri akan sulit
menjalani pengobatan. "Bangkitkan
rasa syukur di diri, karena masih
ada obatnya. Apabila di tahun 2006
lalu sudah ada pemeriksaan
resistensi obat mungkin saya sudah
dirujuk, sehingga tidak berulang
kali berobat" pesan Ully. Sekarang
ini Ully menerapkan pola hidup
sehat dengan makan teratur,
istirahat yang cukup dan tidak
begadang. Ully sangat bersyukur
karena penyakit ini masih ada
obatnya dan tidak mengeluarkan
biaya, karena obat bagi pasien
TB diberikan secara gratis dari
pemerintah.
Himbauan:
Kejadian yang dialami oleh
Ully, kemungkinan banyak
juga dialami oleh pasienpasien TB lainnya. Penting
sekali untuk seseorang
terduga TB (mengalami
gejala batuk-batuk lebih
dari 2 minggu, keringat
dingin di malam hari,
berat badan turun) untuk
segera memeriksakan diri
ke Puskesmas atau Fasilitas
Kesehatan setempat dan
menjalani pengobatan
hingga tuntas.
Berita dalam Foto
26-27 Januari 2015, Jakarta
National Planning Workshop Challenge TB Indonesia
Lokakarya penyusunan rencana kerja
Challenge TB (CTB) Indonesia di tingkat
Nasional, dihadiri oleh berbagai institusi
pemangku kepentingan dalam program
TB. Lokakarya ini dihadiri 103 peserta
dari berbagai institusi, diantaranya
Kementerian Kesehatan, Kementerian
Hukum dan HAM, Organisasi Masyarakat
Sipil, dan mitra kerja CTB lainnya.
Pada kesempatan ini, dr. Sigit (Direktur
P2ML), dr. Christina Widyaningrum
(Kasubdit TB) , Maarten Van Cleff
(Program Director PMU), William Wells
dan Kendra Chittenden (USAID
Washington), serta Jonathan Ross
(Director of USAID Health Office
Indonesia) turut hadir. Lokakarya ini
bertujuan untuk mensosialisasikan
strategy umum proyek Challenge TB,
dan memperoleh masukan dari
berbagai pemangku kepentingan TB
guna pengembangan strategi CTB
Indonesia untuk 5 tahun dan rencana
kerja 1 tahun.
25
Sumber: Endah Rahmadhinie
Berita dalam Foto
09-10 Februari 2015, Bandung
Pertemuan Perencanaan Challenge TB tingkat Provinsi
Pada tanggal 9-10 Februari 2015 yang
lalu di Bandung diadakan pertemuan
koordinasi terkait pembahasan strategi
CTB tingkat provinsi. Acara ini dihadiri
91 peserta, terdiri dari 10 perwakilan
Dinas Kesehatan Provinsi (Sumatera
Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat,
Sulawesi Selatan, Papua, Papua Barat
dan DIY). Hadir juga staff CTB yang
26
Sumber: Endah Rahmadhinie
Dok. Ania Maharani
berada di provinsi. Pada pertemuan ini
dr Jan Voskens, Country Director
sekaligus COP CTB , menyampaikan
pendekatan baru yang ada dalam
strategi proyek CTB, misalnya membuat
model pendekatan terbaik dalam
penanggulangan TB. Hasil pertemuan
di tingkat Nasional pada bulan Januari
2015, menjadi bahan masukan rencana
kerja 1 tahun di tingkat provinsi.
Berita dalam Foto
3 Maret 2015, Bandung
Lokakarya dan Kunjungan Lapangan Komunitas Blogger
Acara ini diadakan Challenge TB dan
Subdit TB bekerjasama dengan Puskomlik
Kemkes RI serta komunitas Blogger untuk
meningkatkan peran Blogger sebagai
diseminator informasi tentang TB. Selain
lokakarya, komunitas blogger juga melakukan
kunjungan lapangan ke Pelayanan TB, TB
HIV, TB MDR di RSU Hasan Sadikin Bandung.
Kunjungan ke RSU. Hasan Sadikin
27
Sumber: Erman Varella
30-31 Maret 2105, Bogor
OJT (On the Job Training) E-TB Manager di
Sub Rujukan PMDT RSP Goenawan Cisarua Bogor
Dok. Dian Astuti
Berita dalam Foto
05 Maret 2015, Makassar
Pertemuan Penerapan Skala Kecil Strategi TemPO
Simulasi alur pelayanan pasien TB di RSUD Haji, Makassar. Yang bertujuan
untuk mengidentifikasi sistem pelayanan pasien TB yang sudah ada di Rumah
Sakit dan memberikan masukan dalam teknis pelaksanaan strategi TemPO
(Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara amat, Obati secara tepat).
28
Sumber: Fina Tams
06 Maret 2015, RS. Labuang Baji - Makassar
Pertemuan Evaluasi Uji Pendahuluan Protokol Penapisan TB-DM
Dok. Firza Asnely Putri
Berita dalam Foto
31 Maret - 01 April 2015, Jawa Tengah
PEER Educator SEMAR provinsi Jawa Tengah
Sumber: Erman Varella
Peer Educator SEMAR Jawa Tengah dibentuk pada bulan Februari 2014. Paguyuban
ini diketuai oleh Bapak Apriudin (Surakarta), dan wakil ketua oleh Bapak Tugiyo
(Cilacap) dengan jumlah sebanyak 13 anggota. Pada tanggal 31 Maret yang
lalu sampai dengan tanggal 1 April 2015, telah dilaksanakan acara penguatan
koordinasi jejaring Peer Educator di RSUP dr. Kariadi, Semarang.
29
2 April 2015, Jawa Barat
Koordinasi Dinas Kota Bandung dengan Challenge TB
Koordinasi antara KNCV Jabar, FHI360 Jabar
dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung
sebagai area CTB pada tanggal 2 April 2015
di Dinkes Kota Bandung. Adapun dalam RTL
tersebut sebagai berikut :
1. Rencana advokasi ke Walikota Kota
Bandung.
2. Pertemuan Revitalisasi Tim PPM Kota
Bandung pada tanggal 27 April 2015
3. Revitalisasi PPTI Kota Bandung.
4. Kerjasama dengan UNPAD, Dinkes Kota
Bandung, IDI Jawa Barat dan KNCV
dalam menentukan kompetensi DPM.
5. Penambahan Kecamatan Arcamanik
untuk PPM, dasar pemilihan adalah
adanya Lapas di Kecamatan tersebut.
6. Menyiapkan space untuk progress
indikator CTB Kota Bandung di ruang
Kabid Dinkes Kota Bandung.
Sumber: Dian Astuti
Berita dalam Foto
7-9 April 2015, Sumatra Barat
Workshop Ujicoba Implementasi SOP PBP
Workshop untuk Ujicoba
implementasi SOP pendekatan
berbasis pasien (PBP) untuk
meningkatkan kualitas layanan
kesehatan di Painan, Kabupaten
Pesisir Selatan, Sumatera Barat
pada tanggal 7,8 dan 9 April
2015. Kegiatan ini merupakan
rangkaian ujicoba Penerapan
SOP PBP yang dilakukan di 3
Provinsi, Sumatera Barat, DKI
Jakarta dan Jawa Timur oleh
Kemenkes RI dengan dukungan
Challenge TB
30
7 April 2015, Jawa Barat
Rapat Persiapan Workshop Implementasi
Sertifikasi TB di Sekretariat IDI Jabar
Sumber: Dian Astuti
Sumber: Erman Varella
9 April 2015, DKI Jakarta
Pertemuan usulan program TB di dalam
akreditasi Puskesmas, Subdit TB
Sumber: Novia Rachmayanti
9 April 2015, Jawa Timur
Bimbingan Teknis Sistem Informasi TB Terpadu
Bimbingan Teknis
Sistem Informasi TB
Terpadu (SITT II) di
Dinkes Kota Malang,
diikuti Oleh PKM,
RS, DPM, dan Lapas.
Fasilitator : M&E
dan DO KNCV Jatim
Sumber: Aris Rizqiawan
Berita dalam Foto
14 April 2015 dan 20-21 April
Cohort Review, Surabaya dan Malang
Cohort Review RSUD Dr. Soetomo
Surabaya sebagai salah satu rumah
sakit Rujukan MTPTRO Prov Jawa
Timur. Dihadiri oleh : Dinkes Prov
Jatim, Dinkes Kota Surabaya, BBLK
Surabaya, Tim RS : TAK, Perawat,
Farmasi, PPDS Paru, Challenge TB :
PCO, M&E, DO
20-21 April 2015 - Cohort Review
RSUD Dr. Saiful Anwar Kota Malang
sebagai salah satu RS Rujukan
MTPTRO Prov Jawa Timur. Dihadiri
oleh : Subdit TB Kemenkes RI, Dinkes
Prov Jatim, Dinkes Kota Malang, Tim
RS : TAK, Perawat, Farmasi, PPDS
Paru, Tim Panter (Kelompok Sebaya),
Tim Aisyiah, Tim KNCV : TO, DO, SW
14-16 April 2015,
Sumatera Utara
Sumber: Aris Rizqiawan
31
14 April 2015, Jawa Barat
1. Koordinasi Tim PPM Prov Jabar komponen DPM dengan PB
IDI dalam rangka Implementasi Sertifikasi TB bagi DPM.
2. Kunjungan Subdit TB, bersama Dinkes Prov Jabar dan Challenge
TB ke RSP Rotinsulu sebagai persiapan Sub Refferal Pasien TB MDR
Pelatihan pendidik
Sebaya Program TB MDR
Sumber: Dian Astuti
Sumber: Erman Varella
21/22 April 2015, Jawa Timur
1. Sosialisasi Buku Pedoman Nasional Pengendalian TB
2. Pelatihan PITC bagi dokter, perawat, dan bidan
Puskesmas di Kab Ponorogo, Jawa timur
1
2
21 April 2015 - Kartini Pejuang TB
Jawa Timur dalam sosialisasi Buku
Pedoman Nasional Pengendalian TB
di Quest Hotel, Surabaya
22 April 2015 - Pelatihan PITC bagi
dokter, perawat, dan bidan Puskesmas
di Kab Ponorogo, Jawa Timur. Oleh:
dr. Kemmy (FHI360 Jatim)
Sumber: Aris Rizqiawan
Opini
Penularan TB di Rumah,
Bagaimana Mencegahnya?
32
Opini
33
Opini
34
Download