final Presentasi KaSie Resistan Obat monev

advertisement
UPDATE KEGIATAN
PROGRAM TB
Nurjannah, SKM, M.Kes
Kasie TB Resistan Obat
Acara Monev TB, Tahun 2017
Sistematika
1. Permasalahan pelaksanaan dan rencana kegiatan
tahun 2018-2020 untuk TB HIV, Laboratorium, TB
MDR dan Logistik
2. Upaya Percepatan Pelaksanaan Kegiatan NFM
Tahun 2017
3. Perencanaan Funding Request GF 2018-2020
4. Pemberian dana enablers dan kegiatan pendukung
MTPTRO
5. Transportasi Contoh Uji
6. Perkembangan HRD dan Penelitian Operasional TB
1. Permasalahan pelaksanaan dan
rencana kegiatan tahun 2018-2020
(TB-HIV, TB MDR, Laboratorium,
Logistik)
UPDATE DAN PERENCANAAN
TB-HIV
Situasi Terkini TB-HIV
Indikator
Capaian
Target
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme kolaborasi
TB-HIV
Jumlah Pokja/Forkom TB-HIV di Provinsi
15
yang aktif
Jumlah Provinsi yang memiliki
32
perencanaan bersama TB-HIV
2019
Adanya prevalensi HIV di antara pasien
TB, dan prevalensi TB di antara ODHA
Jumlah Kab/Kota yang mempunyai
jejaring LSM/komunitas yang mendukung
kegiatan kolaborasi TB – HIV
34
34
n/a
on progress
Ada
57
223
Situasi Terkini TB-HIV
Data per September 2016
Indikator
Capaian
Target
B. Menurunkan Beban TB Pada ODHA dan Inisiasi
Pemberian ART Dini
Persentase ODHA dikaji TB pada
71.5%
kunjungan terakhir
Persentase ODHA dengan TB yang
mendapatkan pengobatan TB sesuai
59.3%
standar
Persentase ODHA baru yang menerima PP
2.86%
INH per tahun
2019
Jumlah layanan perawatan HIV yang
melakukan PPI TB
n/a
100%
100%
50%
324
* Tahun 2016 kolaborasi subdit TB dan HIV sudah melaksanakan workshop TB-HIV bagi
pengelola proggram TB dan HIV dan perwakilan koordinator layanan RS untuk perumusan
draft PPI TB dan HIV
Situasi Terkini TB-HIV
Data per September 2016
Indikator
Capaian
C. Menurunkan Beban HIV Pada Pasien TB
Persentase pasien TB yang mengetahui
status HIV
Target
2019
15%
60%
Persentase pasien TB-HIV yang
mendapatkan PPK selama pengobatan TB
33%
100%
Persentase pasien TB-HIV yang
mendapatkan ART selama pengobatan TB
26%
100%
Tantangan
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme
kolaborasi antara program TB dan
program HIV




Belum semua Provinsi memiliki Pokja TB-HIV
Pokja/Forum TB-HIV yang sudah terbentuk belum
berfungsi optimal
Koordinasi antara program TB dan program HIV/AIDS
di tingkat nasional, provinsi, kota/kabupaten dan faskes
masih lemah.
Belum semua POKJA/Forum di setiap tingkatan
memiliki perencanaan bersama kegiatan kolaborasi TBHIV dan melakukan monitoring terhadap
pelaksanaannya.
Tantangan
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme
kolaborasi antara program TB dan
program HIV (2)




Pencatatan dan Pelaporan TB-HIV belum terintegrasi
Belum ada mekanisme pemantauan perkembangan
keterlibatan dan kolaborasi dengan komunitas dan LSM
Belum ada metode yang sistematis untuk
mengumpulkan dan melaporkan kontribusi komunitas
dan LSM
Belum banyak LSM yang terlibat dalam kegiatan TBHIV
Tantangan
B. Menurunkan beban TB pada ODHA dan
inisiasi pemberian ART dini



Belum semua Rumah Sakit ARV menerapkan strategi DOTS
Belum semua petugas di layanan HIV (unit KTS/PDP)
tersosialisasi mengenai kegiatan kolaborasi TB-HIV
Komunitas dan LSM HIV belum banyak berperan di dalam
memberikan informasi tentang TB pada kelompok
dampingannya dan belum banyak melakukan penapisan
dan rujukan bagi yang bergejala TB

Distribusi logistik PP INH dan B6 untuk ODHA serta
pencatatan dan pelaporannya.

Sebagian besar layanan HIV belum menerapkan
pengendalian infeksi TB karena lemahnya program PPI
faskes
Kurangnya komitmen dari tingkat manajemen di dalam
mendukung penerapan pengendalian infeksi TB

Tantangan
C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB






Belum semua pasien TB ditawarkan testing HIV
Jumlah layanan test HIV terbatas
Belum semua pasien TB yang dites HIV tercatat dalam
status HIV pada TB register.
Lemahnya jejaring antara unit TB dan unit HIV yang
melakukan tes HIV
Keterbatasan akses Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan selain itu dirasakan belum menjadi
kewajiban.
Belum semua pasien TBHIV yang mendapatkan PPK
dan ART tercatat di register TB dan SITT
Rencana Kegiatan 2017
• Strategi Akselerasi kolaborasi TB-HIV di 42 KK
Prioritas TB-HIV yang mempunyai burden TBHIV tinggi
• Pengembangan Layanan Tes HIV di Puskesmas
di 42 KK Prioritas TB-HIV.
• Survei Penguatan Kolaborasi TB-HIV di 20 KK
dengan 2000
42 Kab/Kota Prioritas TB-HIV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
JABAR
SUMUT
JABAR
BANTEN
SUMUT
JABAR
SUMSEL
JATIM
DKI
JAKARTA
JABAR
DKI
JAKARTA
JABAR
JABAR
JATIM
KEPRI
JABAR
DKI
JAKARTA
JABAR
JATIM
BANTEN
DKI
JAKARTA
BOGOR
KOTA MEDAN
BANDUNG
TANGERANG
DELI SERDANG
BEKASI
KOTA PALEMBANG
KOTA SURABAYA
KOTA JAKARTA TIMUR
KOTA BEKASI
KOTA JAKARTA BARAT
KOTA BANDUNG
GARUT
MALANG
KOTA BATAM
SUKABUMI
KOTA JAKARTA SELATAN
KOTA DEPOK
JEMBER
KOTA TANGERANG
KOTA JAKARTA UTARA
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
DKI JAKARTA
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
JATIM
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULSEL
BALI
BALI
NTT
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA BARAT
PAPUA BARAT
KOTA JAKARTA
PUSAT
INDRAMAYU
KOTA BOGOR
KOTA SEMARANG
KOTA SURAKARTA
KOTA YOGYAKARTA
KOTA MALANG
KOTA BANJARMASIN
KOTA SAMARINDA
KOTA MANADO
KOTA MAKASSAR
BADUNG
KOTA DENPASAR
KOTA KUPANG
KOTA JAYAPURA
JAYAPURA
MERAUKE
MIMIKA
NABIRE
KOTA SORONG
MANOKWARI
UPDATE DAN PERENCANAAN
LABORATORIUM TB
Situasi Jejaring Laboratorium TB
Laboratorium Mikroskopis TB:
1. PME Mikroskopis TB tidak berjalan
a. Cakupan <90%, kinerja baik <80%
b. Laporan uji silang di semua level tidak optimal, tidak
sebanding dengan penyerapan dana
c. Umpan balik uji silang tidak ada
2. Jumlah Laboratorium Intermediate untuk uji silang
kurang ideal:
a. RAN Lab 2016-2020: 1 lab intermediate melayani 1-3
kabupaten/kota
b. Data LRN: sampai 2016, sebanyak 149 calon lab
intermediate yang telah mengikuti pelatihan, tapi hanya
103 lab intermediate yang operasional
Situasi Jejaring Laboratorium TB
Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan
1.20 lab mampu biakan di 13 provinsi,
13 lab tersertifikasi DST lini 1 di 10 provinsi,
7 lab tersertifikasi DST lini 1-2 di 5 provinsi
2.Utilisasi lab CDST rendah
3.Transportasi contoh uji belum optima
Situasi Jejaring Laboratorium TB
Laboratorium Molekuler
1. Sampai akhir 2016, terdapat 483 mesin TCM (201
diantaranya akan di workshop April-Mei 2017)
2. Utilisasi TCM rendah (rerata 22% pada 2016)
3. Laporan bulanan tidak dikerjakan
4. Beberapa lab TCM belum berfungsi
5. Workshop evaluasi jejaring lab TCM, Feb 2017:
–
–
Penguatan jejaring lab TB + Capacity building tim lab
provinsi (11 provinsi)
Pembentukan tim lab TB Prov (kesiapan lab TCM,
workshop TCM, monitoring+evaluasi)
Update penggunaan algoritme
diagnosis TB dengan TCM
DIY
19%
32%
105%
Timur
22% TCM
33%201596%
Tren Tingkat PenggunaanJawa
(Utilisasi)
Alat
Banten
11%
23%
43%
2017 (Jan-Feb)
Bali
9%
22%
53%
NTB
NTT
Provinsi
11%
2015
3%
9%
2016
6%
4%
2017
24%
Aceh
Kalimantan
Barat
Sumatera
KalimantanUtara
Tengah
7%
5%
32%
14%
3%
5%
29%
18%
20%
9%
22%
31%
Sumatera
KalimantanBarat
Selatan
Riau
Kalimantan Timur
10%
8%
21%
6%
25%
12%
8%
27%
53%
11%
25%
Jambi
Gorontalo
2%
0%
4%
17%
0%
Sumber: Laporan bulanan TCM dan eTB manager
Provinsi
2015
2016
2017
Tren
Aceh
Sumatera Utara
7%
3%
20%
32%
29%
22%
Sumatera Barat
10%
25%
27%
Riau
21%
12%
11%
Jambi
2%
4%
0%
Sumatera Selatan
6%
11%
22%
Sumatera Utara
Selatan
Sulawesi
6%
5%
11%
9%
22%
9%
Bengkulu
3%
3%
7%
Bengkulu
Sulawesi Tengah
3%
8%
3%
10%
7%
42%
Lampung
9%
11%
26%
Lampung
Sulawesi Selatan
9%
16%
11%
36%
26%
39%
Bangka Belitung
5%
8%
22%
Bangka Belitung
Sulawesi
Tenggara
5%
8%
12%
22%
0%
Kep.Riau
DKI Jakarta
14%
27%
0%
14%
4%
27%
0%
0%
39%
35%
29%
Kep.Riau Barat
Sulawesi
DKI
Jakarta
Maluku
39%
9%
35%
12%
29%
4%
Jawa Barat
32%
66%
52%
32%
0%
66%
2%
52%
0%
Jawa Tengah
13%
15%
46%
Jawa
Barat
Maluku
Utara
Jawa
PapuaTengah
Barat
13%
7%
15%
5%
46%
2%
DIY
19%
32%
105%
19%
12%
32%
3%
105%
2%
Jawa Timur
22%
33%
96%
DIY
Papua
Jawa Timur
Banten
11%
23%
43%
Bali
9%
22%
53%
NTB
11%
9%
4%
NTT
3%
6%
24%
Kalimantan Barat
5%
5%
9%
Tren
22%
33%
96%
*Tingkat penggunaan merupakan
data agregat
Banten
11%
23%
43% dari
seluruh alat TCM yang ada di provinsi. Asumsi: 1
Bali
22%
53%
modul = 50 tes/bulan 9%
NTB
11%
9%
4%
NTT
3%
6%
24%
Kalimantan Barat
5%
5%
9%
Pembelajaran
Secara umum, penambahan alat TCM yang diterima
provinsi tidak secara langsung meningkatkan
pemeriksaan TB. Penggunaan alat TCM kadang
cenderung menurun di beberapa provinsi yang
memiliki >1 alat TCM. Hal tersebut dapat terjadi
karena:
a. Tidak semua faskes TCM di provinsi aktif/operasional
secara maksimal, sehingga menurunkan keseluruhan
utilitas alat di provinsi
b. Tidak ada laporan, baik manual maupun elektronik
c. Belum menggunakan algoritma diagnosis TB yang baru
Proporsi Pemeriksaan TB dengan Alat TCM
2015-2017 (Jan-Feb)
Sumber: Laporan bulanan TCM dan eTB manager
• Secara umum, alat TCM masih diprioritaskan untuk pemeriksaan terduga TB
RO.
• Diagnosis TB kasus baru meningkat setiap tahunnya, mengindikasikan
faskes TCM mulai menggunakan algoritma TB yang baru. Namun
peningkatan tersebut kurang signifikan.
• Pemanfaatan alat TCM untuk diagnosis TB pada anak masih rendah.
Rencana Penguatan Jejaring Laboratorium
• Laboratorium Mikroskopis
– Perubahan alur uji silang. Pengambilan sediaan uji silang dan pengisian eTB12 oleh faskes
mikroskopis (petugas TB/koord lab), pengiriman dari faskes ke lab intermediate (didukung
program), analisis otomatis dengan software eTB 12
– Surat umpan balik analisis hasil pelatihan lab RUS ke Dinkes prov, diseminasi SPO
pengembangan lab intermediate
• Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan
– Evaluasi data lab biakan dan uji kepekaan dengan eTB manager
– Pengembangan lab MGIT
– Implementasi Standard DST Package (SDP) untuk mendukung STR TB RO
• Laboratorium Tes Cepat Molekuler
– Penguatan lab TCM provinsi (penentuan calon lab, workshop, monitoring evaluasi)
– workshop ditingkat provinsi/regional
• Dilaksanakan Mei-Juni 2017
• Provinsi dg jml lab TCM yang akan diworkshop < 5 gabung dengan
provinsi lain
• Provinsi dg jml lab TCM yang akan diworkshop < 5  dilaksanakan di prov
tsb
Surat Direktur P2PML:
Pemberitahuan Hasil
Evaluasi LRN tentang
Laboratorium Rujukan
Uji SIlang
Sebanyak 149 calon
lab RUS telah
mengikuti pelatihan,
tapi hanya 103 lab
RUS yang operasional
(46 belum operasional)
SPO Penetapan Calon
Lab RUS
Data Calon Lab RUS yang telah dilatih tapi belum aktif
No
Provinsi
1
ACEH (2)
2
3
4
5
6
7
8
9
SUMATERA UTARA (4)
SUMATERA BARAT (2)
RIAU (1)
SUMATERA SELATAN (1)
BANGKA BELITUNG (1)
BANTEN(2)
DKI JAKARTA (2)
JAWA BARAT (1)
10
JAWA TENGAH (4)
11
D.I. YOGYAKARTA (3)
12
JAWA TIMUR (6)
13
14
15
16
17
18
19
20
KALIMANTAN BARAT (5)
KALIMANTAN TIMUR (1)
SULAWESI TENGAH (1)
SULAWESI SELATAN (2)
SULAWESI TENGGARA (1)
NTB (3)
NTT (2)
MALUKU (2)
21
MALUKU UTARA (2)
Calon Lab Intermediate
Dinas Kesehatan Kab. Bireuen, Labkesda Nagan Raya
UPT PKM Siborong borong, PKM Plus Telukdalam (Kab Nias Selatan), Puskesmas Lubuk
Pakam, Puskesmas Darussalam,
Labkesda Kab Pesisir Selatan, Labkesda Kab Bukittinggi
UPTD Labkesda Kab. Siak
UPTD Labkes Dinas Kesehatan Muara Enim
UPT Labkesda Dinkes Kota Pangkalpinang
Balai Laboratorium Prov. Banten, UPT Labkesda Kab Tangerang
RSUD Koja Jakarta Utara, RSUD Pasar Rebo
Puskesmas Cimahi Selatan
UPTD Laboratorium Kesehatan Kab Blora, Labkesda Kabupaten Pekalongan, Labkesda
Boyolali, Labkes Solo
UPT Labkes Sleman, Labkes Gunung Kidul, Puskesmas Wates
UPTD Puskesmas Jombang, Labkesda Kabupaten Probolinggo, RSP Dungus Madiun,
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, Labkesda Kota Kediri, Labkesda Lamongan
Labkesda Sambas, Labkesda Sintang, UPTD Labkesda Kota Pontianak, PKM Sukabangun
Ketapang, BLK
Labkesda Balikpapan
UPTD Kesehatan Luwuk
Puskesmas Bonto Bahari, UPTD Labkesda Daerah Kab. Soppeng
Labkes Kota Kendari
Staf UPTD Labkes Kab. Lombok Barat, Puskesmas Kota Raja
Puskesmas Kopeta , Kabupaten Sikka, NTT
Puskesmas Lolong Guba, Puskesmas Masohi
UPTD Puskesmas Soasio, PKM Timika Jaya
UPDATE DAN PERENCANAAN
TB RESISTAN OBAT
550
216
155
1255
460
296
2441
696
441
3833
1094
819
2009
2010
2011
2012
2013
2731
1935
148
66
34
10000
1896
1581
15000
5000
15523
20000
1656
1299
25000
9703
30000
• Terduga TB RO yang diperiksa TCM 29.203
(85% dari kasus Pengobatan Ulang)
• 8.5% dari estimasi insiden TB RR/MDR (2.731
dari 32,000 kasus)
• 27% dari estimasi kasus TB RR/MDR dari
yang semua kasus TB yang dilaporkan (2.731
dari 10,000 kasus)
29203
Penemuan Kasus TB MDR Tahun 2009 - 2016
0
Terduga
Sumber: data Subdit TB per 10 April 2017
Konfirm
2014
Diobati
2015
2016
Hasil Pengobatan TB RO
2009
2010
2013
2014
2015
2016
# kasus
Sembuh (%)
P.Lengkap (%)
Loss to fu (%)
Gagal (%)
Meninggal (%)
19
52.6%
5.3%
10.5%
5.3%
10.5%
140
255
432
820
62.9% 56.5% 53.5% 48.8%
5%
1.6% 1.2% 1.3%
10.7% 25.1% 26.9% 28.7%
4.3% 1.2% 3.2%
3%
12.9% 15.3% 15.3% 16.7%
1301
43.4%
2.4%
27.1%
2.2%
17.3%
1590
6.9%
0.2%
24.7%
2.3%
14.2%
1935
0%
0%
9.5%
0.3%
8.7%
Tdk
dievaluasi/lain2
15.8%
4.3%
0.4%
0%
0%
1%
2%
1.2%
Masih dalam
pengobatan
0%
0%
0%
0%
0%
•
•
•
•
2011
2012
6.5% 49.7% 80.2%
Hanya 19% diobati TB RR/MDR (1.935 dari 10.000) atau 6% kasus (dari 1.935
dari 32,000 insiden)
Enrollment pengobatan TB RR/MDR hanya 70 - 75% (1.935 dari 2.731)
Keberhasilan pengobatan = 48 – 55%
Angka loss to follow up dan meninggal tinggi
Permasalahan utama
1.
2.
3.
4.
5.
Penggunaan TCM untuk diagnosis TB dan TBRO masih rendah
Algoritme diagnosis TB yang baru belum diopersionalisasi
DST lini-2 pada pasien TB RR/MDR belum dilakukan rutin
Pelacakan kontak pasien TB RR/MDR/XDR tidak rutin dilakukan
Enrollment pengobatan pasien TB RR/MDR, 796 dari 2.731 pasien (2025%) pasien konfirm TB RR/MDR belum masuk dalam pengobatan
6. Loss to follow up selama masa pengobatan tinggi (20 – 27%)
7. Manajemen efek samping obat tidak dilakukan secara aggresif
8. Keterlambatan dalam memperoleh hasil pemeriksaan DST dan
pemantauan lab biakan
9. Dukungan enabler 750ribu/bulan tidak semuanya bisa memenuhi
kebutuhan pasien
10. Mekanisme komunikasi antara TAK, RS Rujukan dan satelit belum
optimal
PERENCANAAN TB RO 2016 - 2020
Rencana Pengembangan Layanan TB RO
2015
2016
2017
2018
2019
2020
1 Provinsi mempunyai minimal 1 RS Rujukan TB RO
Pengembangan RS Rujukan TB
RO di Provinsi
33
34
34
34
34
48
66
205
308
411
514
(9.3%)
(12.8%)
(40%)
(60%)
(80%)
(100%)
1055
1293
2439
5500
7900
9754
(10.8%)
(13.3%)
(25%)
(50%)
(75%)
(100%)
32
1 Kab/Kota mempunyai 1 faskes TB RO
Pengembangan Faskes TB RO
PUSKESMAS SATELIT
Pengembangan faskes Satelit
TB RO
Target Penemuan Pasien TB RR/ TB MDR
% 2015
2016
2017
2018
2019
2020
Estimasi kasus TB MDR/RR diantara kasus TB Paru ternotifikasi
Kasus Baru
2.8 8,282 8,287 9,820 13,123 14,826 14,974
Pengobatan Ulang
16 1,652 2,680 2,954 3,947 4,459 4,503
TOTAL
9,934 10,967 12,774 17,070 19,285 19,477
Target Kasus TB MDR/RR yang akan diobati
Capaian
1,589 1,757
NA
NA
NA
NA
% capaian
16%
16%
NA
NA
NA
NA
% Target
Jumlah Target Pasien
Pemeriksaan
% Target Pemeriksaan
Untuk Pengobatan Ulang
16%
16%
40%
60%
70%
80%
5,110
10.242 13,500 15.582
100%
100%
100%
100%
Rencana Pengembangan
Laboratorium TB
Tahun
2016
2017
2018
2019
2020
63
102
142
172
200
512
786
Jumlah Lab Biakan
20
30
40
46
46
Jumlah Lab DST lini 1
13
14
15
17
17
Jumlah Lab DST lini 2
7
10
13
17
17
Jumlah Lab
Intermediate
Jumlah Lab TCM
1.108 1.778
2.167
Target Pengobatan TB RO dengan Paduan Jangka
Pendek dan paduan obat baru
2017
Target Pengobatan
%
Jan-
Jul -
Jun
Des
2018
2019
2020
10.242
13,500
15.582
8,194
10,800
12,466
2,048
2,700
3116
Paduan Pengobatan
Target Pasien yang
diobati
5,110
Pengobatan TB RO
Jangka Pendek (Mulai
80
2,044
Juli 2017)
Paduan
Individual/Konventional/
Obat baru (BDQ, DLM,
CFZ, LNZ)
20
3,066
UPDATE LOGISTIK TB
Permasalahan Logistik
• Masih terjadi kekurangan obat di awal tahun yang
disebabkan oleh perencanaan yg belum optimal.
• Koordinasi antara program dan instalasi farmasi belum
optimal.
• Kab/Kota belum semua melaporkan stok obat TB lini
pertama dan kedua melalui TB13 secara rutin
• Permintaan Obat TB RO yang tidak sesuai jadwal
• Belum semua transaksi (penerimaan dan
pendistribusian) obat diupdate di software e-TB
Manager, oleh wasor Provinsi dan RS
• Masih banyak daerah yang belum memiliki dana untuk
pengadaan logistik non OAT dan pendistribusiannya
Rencana Tindak Lanjut
• Penerapan kebijakan akuntabilitas stok logistik
pada setiap Fasyankes,Kab/Kota dan Provinsi
 No Report No Logistik.
• Workshop Logistik Nasional 25-29 April 2017
• Pelaksanaan uji mutu obat pada tahun 2017
• Supervisi Logistik dan on the job training.
• Adanya alokasi dana melalui APBD untuk
pengadaan logistik non OAT dan distribusi
logistik TB
Target Perencanaan Logistik
100%
1. Melaporkan stok Logistik secara teratur
Tahun 2017.
2. Tidak mengalami stok out Tahun 2018.
3. Memiliki pendanaan logistik TB Non OAT,
Tahun 2019
2. Capaian dan Upaya
Percepatan Pelaksanaan
Kegiatan NFM Tahun 2017
Capaian Target 2016
No
Indikator
Target
Num Denom
Capaian
%
%
Num Denom % Capaian
DOTS-1a: Jumlah semua
1 kasus TB (all forms)
328,3
363,714
39
dinotifikasi
DOTS-2a: Success rate semua
2 kasus TB (all forms)
90% 263,2
89%
321,882 357,646
297,067
81
DOTS-3: Persentase
3 laboratorium dengan EQAS
50%
14%
3,004 6,008
851 6,008
yang baik
DOTS-4: Persentase Kab/Kota
4 yang melaporkan tidak ada
100%
82%
514
514
423
514
stock-out OAT lini pertama
DOTS-5: Jumlah anak < 5thn
5
13,138
953
yang mendapatkan IPT
90%
98%
28%
82%
7%
Capaian Target 2016
No
Target
Indikator
Num Denom
DOTS-6: Jumlah semua kasus
6 TB (all forms) dinotifikasi di
Lapas
DOTS-7a: Persentase semua
kasus TB (all forms)
7
dinotifikasi di layanan publik
(selain Puskesmas)
DOTS-7b: Persentase semua
kasus TB (all forms)
8
dinotifikasi di layanan swasta
(selain Puskesmas)
TB/HIV-1: Persentase pasien
9 TB yang mendapatkan tes HIV
dan diregistrasi
TB/HIV-2: Persentase pasien
10 TB yang HIV Positif yang
mendapatkan ARV
Capaian
%
841
Num Denom %
1,030
%
Capaian
120%
43,646 363,714
12% 34,89
11% 89%
328,339
1
81,836 363,714
23% 61,40
19% 83%
328,339
9
109,11
30% 46,71
14% 47%
363,714
328,339
4
9
5,456
5,456
100%
1,026 3,883
26% 26%
Capaian Target 2016
Target
No
Indikator
Num
TB/HIV-3: Persentase
11
ODHA yang di-screen TB
TB/HIV-4: Persentase
12 ODHA yang
mendapatkan IPT
MDR TB-1: Persentase
13 pasien TB yang kambuh
dan menerima DST
MDR TB-2: Jumlah kasus
14
TB kebal obat tercatat
MDR TB-3: Jumlah kasus
TB kebal obat yang
15
mendapatkan OAT lini
kedua
102,600
3,100
10,911
3,918
3,722
Denom
108,000
31,000
10,911
%
Capaia
Num Denom %
n
Capaian
%
95%
10%
100%
48,405 63,655
925 38,191
76%
80%
2%
24%
204
120%
22,806 11,205 %
2,711
1,922
69%
52%
Capaian Target 2016
No
Indikator
MDR TB-4: Persentase
kasus TB kebal obat yang
16 telah mendapatkan
pengobatan dan hilang
pada bulan ke-6
MDR TB-5: Persentase Lab
17
DST dengan EQA yang baik
M&E-1: Persentase Lap
18 Surveilance dilaporkan
tepat waktu oleh Kab/Kota
Target
Num Denom
140
2,800
14
14
437
514
%
5%
100%
85%
Capaian
%
Num Denom % Capaian
347
1,591
12
13
231
514
22% 23%
92% 92%
45% 53%
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian
1. Implementasi Shorter Treatment Regiment (STR)
untuk TB MDR dimulai Juli 2017
2. Pengalokasian tenaga data officer di 271 Kab/Kota
s/d Des 2017
3. Penambahan alokasi mesin Gx melalui GF: 125
unit
4. Pengalokasian dana transport sputum untuk cross
check
5. Pengalokasian kegiatan TB HIV & PPM
6. Pengalokasian tenaga Community Case Manager
& kegiatannya (FGD)
Upaya Percepatan Kegiatan & Peningkatan
Capaian tahun 2017
1. Implementasi Shorter Treatment Regimen
(STR) untuk TB RR/MDR dimulai Juli 2017
•
•
•
•
Penyusunan Pedoman dan SPO STR
Pelatihan: STR dimasukkan dalam kurikulum Pelatihan TB
Update algoritma tatalaksana pengobatan TB RO di faskes
TBRO
Penggunaan LPA Lini dua menjadi bagian dari pelatihan
• Penyiapan logistik (obat baru dan paduan standar jangka
pendek)
• Implementasi monitoring dan manajeman keamanan obat
secara aktif (DSM) untuk obat baru dan paduan standar
jangka pendek
Rencana Implementasi Pengobatan TB RO
Jangka Pendek (STR)
Manajemen layanan
• Diseminasi plan untuk
Penggunaan Algoritme baru
• Normalisasi pengobatan TB
RO
• Implementasi ambulatory
treatment di level
Puskesmas
• Pengobatan Jangka Pendek
sebanyak 80% kasus TB
RR/MDR mulai Juli 2017
• 20% kasus menggunakan
paduan obat baru
Laboratorium
• 3 LPA lab sudah siap
(RSP,Mikro UI,BBLK SBY)
rencana penguatan untuk 4
lab (BBLK Palembang, RS
Kariadi, BLK Jabar,
Makassar)
• Transportasi spesimen dari
layanan ke lab LPA lini dua
• Pelatihan untuk lab LPA
• 2nd line LPA procurement
• Registrasi
Logistik
• Obat untuk
paduan jangka
pendek
• Obat untuk
paduan obat
baru
(Bedaquilin,
Delamanid)
• Penguatan
DSM
Pengobatan TB RR/MDR Jangka Pendek
(9 - 11 bulan)
4-6 Km-Mx-Pto-H-Cfz-E-Z / 5 Mx-CfzE-Z
Fase Intensif (4-6 bulan):
- Kanamycin
- Moxifloxacin
- Etionamid
- Isoniazid
- Clofazimine
- Ethambutol
- Pyrazinamide
Fase Lanjutan (5
bulan):
- Moxifloxacin
- Clofazimine
- Ethambutol
- Pyrazinamide
Upaya Percepatan Kegiatan & Peningkatan
Capaian tahun 2017
2. Pengalokasian tenaga data officer di 271
Kab/Kota Juli s.d. Des 2017
• Pengumpulan data TB
• Pengurusan klaim terkait transport sputum
dan pasien TB MDR
• Hal lain yang diperlukan
Upaya Percepatan Kegiatan & Peningkatan
Capaian tahun 2017
3. TOT pelatihan TB (DOTS dan
Laboratorium) dengan modul yang terbaru
• Untuk tim pelatih 34 provinsi di pusat 
Mei 2017
• Untuk tim pelatih 514 kab/kota di provinsi
masing-masing
Upaya Percepatan Kegiatan & Peningkatan
Capaian tahun 2017
4. Penambahan alokasi mesin Gx melalui GF
sebanyak 125 unit.
5. Pengalokasian dana transport pengiriman slide
untuk kegiatan uji silang dari fasyankes
mikroskopis ke Laboratorium Rujukan Uji
Silang.
6. Kegiatan penguatan surveilans di tingkat
Kab/Kota
Serapan Dana GF (dalam juta rupiah) – (1)
Modul/Intervention
HSS - Health information systems and M&E
Budget 2016
Exp 2016
% Absorpsi
35,107
15,735
45%
Analysis, review and transparency
13,037
8,720
67%
Routine reporting
7,323
4,100
56%
Surveys
14,747
2,915
20%
193,900
91,008
47%
Improving laboratory systems
151,654
81,510
54%
Improving service delivery infrastructure
Operationalization of procurement and supply chain management
system
34,081
1,375
4%
8,166
8,123
99%
152,550
113,471
74%
Case detection and diagnosis: MDR-TB
19,719
3,320
17%
Collaborative activities with other programs and sectors
7,363
4,527
61%
Prevention for MDR-TB
5,058
0
Treatment: MDR-TB
120,410
105,623
HSS - Service delivery
MDR-TB
0%
88%
Serapan Dana GF (dalam juta rupiah) – (2)
Modul/Intervention
Budget 2016
Exp 2016
% Absorpsi
Program management
43,105
30,949
72%
Grant management
35,812
25,556
71%
Policy, planning, coordination and management
3,173
1,791
56%
Supporting procurement and supply management
4,120
3,603
87%
123,335
25,126
20%
Case detection and diagnosis
95,014
15,759
17%
Collaborative activities with other programs and sectors
1,979
426
22%
Engaging all care providers
21,932
8,446
39%
Improving laboratory systems
292
-
Prevention
1,039
495
Treatment
3,079
-
TB care and prevention
0%
48%
0%
Serapan Dana GF (dalam juta rupiah) – (3)
Modul/Intervention
TB/HIV
Budget 2016
Exp 2016
% Absorpsi
10,695
5,886
Engaging all care providers
31
-
Key Affected Populations
977
597
61%
TB/HIV collaborative interventions
9,687
5,290
55%
558,692
282,176
51%
Grand Total
55%
0%
Maluku
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Lampung
Sumatera Barat
Kalimantan Timur
Bengkulu
Sulawesi Tengah
Bali
Jawa Tengah
Banten
Nusa Tenggara Timur
Riau
Papua
Kalimantan Tengah
Sumatera Selatan
Maluku Utara
Kepulauan Riau
Aceh
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
Jawa Timur
Jambi
Jawa Barat
Papua Barat
Kalimantan Utara
98%
96%
85%
81%
79%
73%
71%
69%
68%
68%
65%
64%
64%
64%
63%
63%
62%
62%
59%
59%
58%
58%
57%
56%
54%
51%
49%
48%
45%
45%
40%
29%
23%
22%
Serapan
Dana GF di
Provinsi,
2016
3. Perencanaan Funding Request
GF 2018-2020
Funding Request GF 2018 – 2020 (1)
• Total alokasi GF untuk TB, 3 thn: USD 102 juta
• Dasar: Stranas 2016 – 2020, rekomendasi JEMM
2017
• Alokasi kegiatan dibagi 2 secara garis besar:
– Esensial  dialokasikan di seluruh kab/kota
– Komprehensif  dialokasikan di 220 kab/kota
terpilih berdasarkan beban epidemiologi, kapasitas
lokal (infrastruktur, tenaga, dll)
Funding Request GF 2018 – 2020 (2)
• Modul prioritas yang diajukan ke GF:
1. TB care and prevention- Case
detection and diagnosis
2. MDR-TB- Case Detection and
Diagnosis
3. MDR-TB- Treatment
4. TB/HIV- TB screening among HIV
patients
5. TB/HIV- TB patients with known
HIV status
6. TB/HIV- HIV positive TB patients
on ART
7. TB Care and PreventionCommunity TB care delivery
8. TB care and prevention- Key
Populations- Prisoners
9. TB Care and Prevention- Key
Populations-Children
10. RSSH - Procurement and supply
chain management systems
11. RSSH - Health management
information system and M&E
12. RSSH - Human Resources for
Health (HRH), including
Community Health Worker
13. RSSH - Integrated service
delivery and quality
improvement
4. Pemberian dana enablers dan
kegiatan pendukung MTPTRO
Pembiayaan Operasional Kegiatan
MTPTRODana NFM GF yang sudah ada di
Provinsi
1. Pengepakkan dan pengiriman contoh uji
(dahak)
2. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk
diagnosis
3. Paket pengobatan termasuk follow up
pengobatan
4. Desentralisasi pasien ke RS Sub rujukan atau
puskesmas satelit
5. Dukungan Enablers untuk semua pasien TB
RO (transport, rumah singgah)
Perbandingan Serapan Enabler dengan
Capaian TB MDR, 2016
123%
120%
110%
103%
100%
90%
Serapan - Capaian
85% 85% 83%
80%
60%
40%
80%
76%
71%
69% 68% 67%
61%
59%
65% 65%
61%
57% 57% 56%
52% 52%
48%
46% 45%
42%
36%
34% 33%
29%
24% 22% 24%
20%
15%
10%
0%
0%
13% 14%
17% 19%
20%
23%
19%
8%
22%
22%
17%
27%
30% 29%
23% 21%
18%
15%
18%
13%
12%
9% 9% 9%
7%
3%
3%
7%
0% 0%
0%
DKI
Gor
Ben
Lam
Bab Kalb Jam Suls Bant
Sulu Kepr Kalt Jate
Jati Pap
Sum Sult
Mal
Jaba Sum Sum Pap Sultr Mal Kalti Kals
Kalt Sulb
Jaka
DIY
Riau NAD onta
gkul
pun
Bali
NTB NTT
el ar bi el en
t
i eng ng
m Bar
sel eng
ut
r bar ut ua a uku m el
ara ar
rta
lo
u
g
Serapan Enabler 2016 123%110%103% 90% 85% 85% 83% 80% 76% 71% 69% 68% 67% 65% 65% 61% 57% 57% 56% 52% 52% 48% 46% 45% 42% 34% 33% 30% 29% 23% 21% 3% 0% 0%
Capaian TB MDR 2016 59% 36% 15% 0% 61% 10% 24% 22% 24% 13% 14% 17% 19% 29% 20% 23% 8% 19% 17% 13% 22% 12% 18% 22% 27% 9% 9% 9% 18% 15% 7% 3% 7% 0%
Implementasi Rekomendasi GLC - Enabler
• Kebijakan:
1. Pembayaran enabler diberikan kepada semua
pasien TB RO (sudah dilakukan)
2. Pembayaran enabler dilakukan di muka/advance
payment
• Mekanisme pemberian enabler:
– Kondisi saat ini: diberikan dengan cara reimburse
(pasien baru menerima setelah 1-3 bulan
pengobatan berjalan
– Piloting di 2 layanan: pemberian secara langsung
kepada pasien melalui rekening bank pasien,
ditransfer sebelum pasien memulai pengobatan
– Perlu Kesesuaian data pembayaran dengan data di
ETB Manager  sebagai dasar audit
– Perlu mekanisme untuk memudahkan pasien
mendapatkan enabler untuk membantu pasien
menyelesaikan pengobatannya
Budget MTPTRO Prov di tk Pusat
•
•
•
•
Pertemuan cohort review tiga bulanan
Pelatihan etb manager
Renovasi sederhana layanan TB RO
Renovasi besar layanan TBRO
Budget diturunkan ke Provinsi sesuai
kebutuhan dan permintaan Dinkes Provinsi
5. Transportasi Contoh Uji
Transportasi Contoh Uji
• Mempersempit gap terhadap akses pemeriksaan
laboratorium yang bermutu
• Digunakan untuk Transportasi contoh uji untuk
terduga TB dan TB RO untuk ke layanan TCM dan
dari dari faskes TB RO/RS Rujukan ke Lab Biakan, LPA
dan DST
• Implementasi beragam di provinsi sesuai dengan
kondisi provinsi melalui:
– agen pengiriman,
– kurir fasyankes,
– mengantar sendiri, dll.
3 mekanisme untuk transportasi contoh uji yang
perlu dikembangkan:
Puskesmas/Faskes ke
TCM
( >9,000)
Contoh Uji
Informasi
Contoh Uji
Faskes TBRO/
RS Rujukan TBRO
(514)
Informasi
Contoh Uji
Informasi
Layanan
dengan fasilitas
TCM (2000)
LPA Lini-1&2
(7)
Lab Biakan (54)
dan DST (13)
MEKANISME PENGIRIMAN:
1.Langsung / tanpa SPC
2.Melalui Stasiun Pengumpul Contoh uji /
SPC
6. Perkembangan HRD dan
Penelitian Operasional TB
Situasi HRD
• Program TB dinyatakan berhasil salah
satunya apabila memiliki sumber daya
manusia yang cukup dan kompeten.
• Berdasarkan
evaluasi
pelatihan
sebelumnya,
pelatihan
2017
direncanakan lebih sederhana,
17 Pelatihan
5 jenis pelatihan.
Hasil Rekapan Sebaran Layanan TB
• Data petugas Puskesmas terlatih 2015:
– Dokter: 48, 37%
– Perawat: 68,13%
– Laboratorium: 66, 80%
• Data petugas Rumah Sakit Pemerintah
terlatih 2015:
– Dokter: 61, 50%
– Perawat: 63,22%
– Laboratorium: 60, 10%
JENIS-JENIS PELATIHAN
1.Pelatihan wasor
2. PelatIhan TB bagi petugas
fasyankes
3. Pelatihan mikroskopis TB
4. workshop LQAS
5. workshop GeneXpert
6. Pelatihan TB MDR bagi
petugas satelit
7. Pelatihan MIFA
8. Pelatihan TB MDR bagi
petugas RS Rujukan
9. Pelatihan Logistik Program TB
10. Pelatihan TB-HIV bagi
petugas TB
11. Pelatihan TB-HIV bagi
petugas KTS/PDP
12. Pelatihan TB bagi Petugas
RS (HDL)
13. Pelatihan SITT
14. Pelatihan ETB manager
15. Pelatihan AKMS/KIE
16. ACDA
17. Pelatihan LAB RUS
18. Pelatihan pembuatan test
Panel (BLK)
19. workshop TB-Anak
20. PAL
JENIS PELATIHAN TB
• PELATIHAN FASYANKES PRIMER
• PELATIHAN FASYANKES RUJUKAN
• PELATIHAN PETUGAS
LABORATORIUM
• PELATIHAN WASOR/ MANAJEMEN
PROGRAM TB
• PELATIHAN KADER & KOMUNITAS
Rencana HRD 2017-2020
• Rapat koordinasi dan sosialisasi RAN HRD 20172020
– Koordinasi dengan organisasi profesi
– Koordinasi dengan organisasi kemasyarakatan terkait
pelatihan kader
• Sosialisasi modul baru (rencana awal mei)
• kepada wakil TPP seluruh provinsi (34 provinsi)
• sekaligus Penyesuaian target dan sasaran
pelatihan tenaga kesehatan dengan targetsasaran pelatihan keluarga sehat
Jumlah dan target-sasaran
pelatihan
Jumlah sararan kab/kota: 507
Jumlah PKM: 9830
Jumlah RS: 2568
Jumlah wasor terlatih: 381
Jumlah target wasor yang akan dilatih: 128
Kegiatan Pelatihan 2017
No
Nama Kegiatan
1 Pelatihan Sistem Informasi TB
2 Pelatihan lab mikrokopis TB
Pelatihan konseling TB MDR untuk
3 petugas kesehatan
4 Pelatihan TB MDR
5 Pelatihan TB-HIV
6 TB Training for HF (Hospital and HC)
TB Training for DPM (Dokter Praktek
7 Mandiri)
8 Pelatihan PAL
Workshop of TB DM management for
9 HF officer
10 Workshop PP INH pada Anak
11 Workshop TB Anak
Peningkatan Kapasitas TB di tempat
12 kerja
13 Workshop Penggunaan Alat TCM
14 Workshop Penggunaan Alat TCM
15 Workshop Manajemen Klinis TB MDR
Sasaran
Pengelola Program TB
Kab/Kota
Petugas lab fasyankes
Jumlah
orang
Prov/Kab
Sumber
dana
514 Provinsi
450 Provinsi
GF
GF
Dokter dan perawat
Dokter dan perawat
Petugas TB dan HIV di
fasyankes
Dokter dan perawat
680 Provinsi
204 Provinsi
GF
GF
120 Provinsi
3400 Provinsi
GF
GF
Dokter praktek mandiri
Dokter dan perawat
75 Provinsi
250 Provinsi
GF
GF
Dokter dan perawat
Dokter dan perawat
Dokter dan perawat
280 Provinsi
360 Provinsi
200 Provinsi
GF
GF
GF
Dokter dan perawat
Petugas lab
Petugas lab
Dokter dan perawat
120 Provinsi
Provinsi
Provinsi
Pusat
GF
GF
APBN
APBN
7
2
PENTAHAPAN PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
2926
Puskesmas
34 Prov
514 Kab/Kota
5852
Puskesmas
34 Prov
514
Kab/Kota
9754
Puskesmas
34 Prov
514
Kab/Kota
470
Puskesmas
2018
9 Prov
64 Kab/Kota
2017
UJI COBA
4 Puskesmas
2016
4 Prov
4 Kab/Kota
2015
2019
Kab/Kota
dapat
mengembangkan sendiri PISPK diluar lokus Puskesmas
tahun 2017 karena pelatih sudah
tersedia di 34 Propinsi dan 514
kab/kota
SURVEY
BEKERJASAMA DENGAN
BALITBANGKES
Rumusan Strategi
dan kegiatan operational research
• Membuat jejaring dan memperkuat komitmen (dilakukan tanggal 1719 april 2017 dengan litbangkes, universitas, kemenristek-dikti,
lembaga penelitian)
• Meningkatkan jumlah penelitian yang sesuai dengan agenda
penelitian TB (dari hasil jejaring TB yang sudah terbentuk)
• Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
– Sosialisasi agenda penelitian TB kepada para peneliti dan
donor/ penyandang dana
– Mempromosikan adanya kesempatan memperoleh dukungan
sumber daya untuk penelitian TB
– Mempromosikan keterbukaandata program dan penelitian
sesuai regulasi yang berlaku
– Mereview proposal penelitian TB yang layak digunakan sebagai
bahan advokasi
– Memberikan dukungan kepada peneliti TB yang sudah di review
untuk mendapatkan dana
• Peningkatan kapasitas peneliti
– Melaksanakan workshop penelitian TB
– Memberikan bantuan teknis pelaksanaan penelitian TB
– Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penelitian TB
• Peningkatan pemanfaatan hasil penelitian TB untuk
penyusunan kebijakan.
– Memfasilitasi perumusan kebijakan program berdasarkan hasil
penelitian
– Mendorong pemanfaatan hasil penelitian dalam evaluasi dan
perbaikan kinerja program
• Publikasi hasil penelitian TB
– Mendorong penyelenggaraan seminar nasional TB setiap tahun
sebagai wadah para peneliti TB untuk mempresentasikan hasil
penelitiannya
– Mendorong kegiatan publikasi hasil penelitian TB pada kegiatan
ilmiah, jurnal bereputasi, baik nasional dan internasional
Survei Resisten Obat Tuberkulosis
• Tujuan :
Memperoleh prevalensi resistensi obat anti TB pada kasus TB smear
positif di Indonesia Tahun 2016-2017
• Jumlah sampel:
–3.200 pasien BTA positif
–12 provinsi, 40 kab/kota, 72 faskes (smear positif)
• Laboratorium rujukan :
–Lab. Mikrobiologi UI
–BBLK Surabaya
–Lab. Pusat Penelitian Medis Universitas Hasannudin
• Periode pengumpulan data :
9 bulan ( Maret – December 2017)
• Hasil sementara :
–Dari 287 sample yang telah diperiksa di lab Mikro UI dan BBLK Surabaya,
ditemukan sebanyak 22 Rif resistant.
–Dari 226 kasus baru yang ditemukan sebanyak 7 rif resistant ( 3,1%) dan
dari 61 pengobatan ulang, 15 rif resistan (24.6%)
Survei penguatan kolaborasi TB HIV di Indonesia
• Tujuan:
mengukur prevalensi HIV pada pasien TB di Indonesia
• Target populasi:
semua tipe kasus pasien TB dewasa yang baru didiagnosis dan
atau sedang dalam pengobatan TB selama periode penelitian dan
belum diketahui status HIVnya.
• Jumlah sampel:
–2.000 pasien TB
–20 kabupaten/kota yg tersebar di 11 provinsi
–100 faskes (puskesmas, RS,klinik, BP4/BKPM,BBKPM,UPT
Lapas/Rutan)
• Timeline survei:
1.Workshop sosialisasi: minggu II Mei 2017
2.Pengumpulan data: Juni – oktober 2017 ( 5 bulan)
11 Prop dan 20 Kabupaten/kota terpilih
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Asahan dan Langkat (Sumut)
Pelalawan (Riau)
Kota Palembang dan Lubuklinggau (sumsel)
Jakarta selatan dan Jakarta Barat (DKI)
Cianjur, kota Bandung, dan kota Bekasi ( Jabar)
Banyumas, dan kota Semarang (Jateng)
Situbondo, Magetan, kota Surabaya (Jatim)
Kota Tangsel ( Banten)
Kapuas Hulu dan kota Pontianak (Kalbar)
Bantaeng (sulsel)
Maluku tenggara ( Maluku)
Riset Operasional TB
Topik prioritas program Th 2016/2017
1. “Implementasi alur diagnosis TB pada anak di fasilitas
kesehatan primer di Indonesia” (DIY dan Sumbar) (dari
Pokja TB Anak)
2. “Meningkatkan Peran Dokter Praktik Mandiri (DPM) dalam
penemuan dan tata laksana kasus TB Anak di Kota
Surabaya” (Jatim)
3. “Pengembangan sistem skrining TB pada anak sekolah di
Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu Tahun 2016”
(NTT)
4. “Pelibatan Dokter Praktik Mandiri dalam Peningkatan
Cakupan TB Anak di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan, Tahun 2016
Penelitian prioritas program
di tingkat nasional
•
•
•
•
Inventory Study, 2017 (Badan Litbangkes)
DRS, 2017 (Badan Litbangkes)
TB-HIV
Obat TB
– Dosis di tahap lanjutan dari intermitten menjadi dosis
harian
– Pharmacovigilance
– Reistensi obat TB
TERIMA KASIH
Download