pengembangan asesmen keterampilan proses sains pada

advertisement
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya
Sabtu, 19 November 2016
Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
PENGEMBANGAN ASESMEN KETERAMPILAN PROSES
SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET
USMELDI*
Prodi Pendidikan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang
Jl. Hamka, Air Tawar, Padang 25131
Abstrak. Pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Padang
dilaksanakan secara teoretis dan praktikum yang bersifat verifikasi teori. Pembelajaran
masih berpusat pada guru. Laboratorium fisika dan peralatannya belum dimanfaatkan
secara optimum. Sebagian besar peserta didik belum tuntas belajar fisika. Pembelajaran
berbasis riset merupakan salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan proses sains (KPS) peserta didik. Untuk mengetahui KPS peserta didik
diperlukan asesmen. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan asesmen KPS
pada pembelajaran fisika berbasis riset yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian dan
pengembangan menggunakan model 4D dari Thiagarajan. Instrumen pengumpulan data
adalah lembar validasi asesmen KPS, lembar observasi, angket kepraktisan asesmen
KPS, dan angket sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen KPS yang
dikembangkan sudah termasuk kategori valid, berdasarkan penilaian ahli. Kepraktisan
asesmen KPS termasuk kategori praktis berdasarkan hasil observasi dan respon guru.
Asesmen KPS dinyatakan efektif berdasarkan; pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta didik yang termasuk kategori tuntas.
Kata kunci : KPS, pembelajaran berbasis riset
Abstract. Teaching of physics in Senior High School (SMAN) 3 Padang conducted
theoretical and practicum. Teaching is still centered on the teacher. Physics laboratory
and the equipment have not been used optimally. Most of the students have not been
mastery studied physics. Research based learning is one instructional model to
improve science process skills of students. To know science process skills of students
required assessment. This research aims to develop an assessment of science process
skills on research-based physics learning that valid, practical, and effective. Research
and development used the 4D models of Thiagarajan. Instrument of data collection was
a validation sheet, observation sheets, practicality questionnaires, and attitude
questionnaire. The results showed that the assessment of science process skills has
been categorized as valid, based on expert judgment. Practicality assessment of science
process skills including practical categories based on the observation and the teacher's
response. Assessment of science process skills included effective based on knowledge,
skills, and attitudes of the students that included the mastery category.
Keywords: science process skills, purpose, principal results, no references, conclusions
1. Pendahuluan
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
*
email : [email protected]
Kode Artikel: FP-05
ISSN: 2477-0477
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
237
mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan mengamati, menanya,
mencoba, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang diperoleh. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
Pembelajaran diharapkan dapat mendorong peserta didik aktif dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui diskusi, observasi, maupun kegiatan pratikum.
Kegiatan praktikum merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembelajaran fisika. Peserta didik tidak hanya mempelajari teori dan perhitungan
dengan menggunakan bermacam-macam rumus tetapi juga melaksanakan
praktikum untuk memperdalam pemahaman atau menemukan konsep fisika.
Kegiatan di laboratorium memberikan pengalaman langsung dalam belajar fisika
dan meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik dalam menggunakan
alat, memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Kegiatan praktikum dalam
pelajaran Fisika memiliki kelebihan, yaitu peserta didik memperoleh pengalaman
langsung dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi
peserta didik baik secara individu maupun kelompok, peserta didik belajar
berpikir melalui prinsip-prinsip metode ilmiah atau belajar mempratikkan
prosedur kerja berdasarkan metode ilmiah (Djamarah, 2010). Menurut
Rahayuningsih (2005) pembelajaran Fisika dengan kegiatan praktikum efektif
untuk mencapai seluruh ranah kompetensi secara bersamaan, antara lain melatih
agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih
sikap ilmiah secara mandiri (afektif), dan melatih penggunaan instrumen
(psikomotor). Salah satu kelebihan pembelajaran praktikum adalah peserta didik
dapat berlatih secara berulang kegiatan atau tindakan yang sama sampai benarbenar menemukan hasil temuannya sendiri dan lebih lanjut dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil survei awal di SMAN 3 Padang menunjukkan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang dibuat oleh guru belum semuanya dapat
menunjang ketercapaian semua kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
yang terdapat pada pelajaran Fisika. Guru masih menggunakan lembar kerja
peserta didik (LKPD) yang beredar di pasaran yang tidak dapat menunjang semua
kegiatan praktikum peserta didik. Penilaian keterampilan proses sains belum
dilaksanakan, karena belum ada instrumen penilaiannya. Penilaian kegiatan
praktikum didasarkan pada laporan hasil praktikum. Laboratorium dan
peralatannya cukup baik, walaupun belum terpenuhi untuk semua materi pelajaran
Fisika. Kegiatan praktikum belum optimum dilaksanakan di sekolah ini.
Hasil observasi terhadap peserta didik di SMAN 3 Padang kelas X MIA 1,
menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik pada pembelajaran Fisika sudah
cukup terlihat, dengan perolehan nilai rata-rata 62,46%. Karakteristik peserta
didik yang diamati mencakup lima indikator, yaitu; kemampuan berpikir kritis,
gaya belajar kognitif, minat, motivasi belajar, dan sikap ilmiah peserta didik
selama proses pembelajaran Fisika. Namun jika dilihat per sub indikator masih
banyak sub indikator karakteristik peserta didik yang belum terlihat, seperti
partisipasi aktif dalam suatu kegiatan 46,88%, sikap respek terhadap data 54,69%,
sikap kritis 55,47%, sikap kreatif dalam penemuan 43,75%, adanya penghargaan
237
Usmeldi
dalam belajar 42,19%, menyimpulkan 44,53%, dan memberikan penjelasan lebih
lanjut 53,12%. Karakteristik peserta didik selama proses pembelajaran
berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran Fisika. Hal ini
ditunjukkan dengan kurang optimalnya hasil belajar peserta didik. Peserta didik
yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada ulangan harian (UH)
masih di bawah 50%. Nilai rata-rata UH peserta didik kelas XMIA1 adalah 76,31
dan peserta didik kelas XMIA2 adalah 69,28.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi peserta
didik adalah pembelajaran berbasis riset. Model pembelajaran berbasis riset
adalah model yang mengintegrasikan riset dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis riset, peserta didik dilatih agar mampu menyelesaikan
masalah dengan mengamati fakta yang ditemuinya. Pembelajaran berbasis riset
dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga hasil
belajar yang dimiliki oleh peserta didik berasal dari sebuah riset (penelitian)
sederhana yang mereka lakukan, misalnya melalui eksperimen dan studi lapangan
(Wardoyo, 2013). Pembelajaran Fisika berbasis riset lebih cenderung
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktikum (eksperimen).
Dalam pembelajaran Fisika berbasis riset diharapkan peserta didik dapat memiliki
keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah kemampuan peserta didik untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan
ilmu pengetahuan (Dahar, 1996). KPS harus ditumbuhkan dalam diri peserta didik
sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga dalam aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik terlatih untuk lebih berpikir kritis dan bertindak sesuai
dengan ilmu yang diperoleh. KPS memberikan penguatan terhadap karakteristik
peserta didik dalam pembelajaran Fisika, dengan memiliki KPS peserta didik
mampu menganalisis dan membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman langsung.
Melalui penerapan pembelajaran berbasis riset dengan kegiatan praktikum
diharapkan peserta didik memiliki KPS dan karakter seorang saintis (ilmuwan).
Ketrampilan proses sains sebagai ketrampilan yang diperlukan untuk memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum
dan teori sains, baik berupa ketrampilan mental, ketrampilan fisik, maupun
ketrampilan sosial. Ketrampilan proses sains melibatkan ketrampilan kognitif atau
intelektual, fisik, dan sosial. Ketrampilan kognitif terlibat dengan melakukan
ketrampilan proses sains peserta didik menggunakan pikirannya. Ketrampilan
fisik jelas terlihat dalam ketrampilan proses karena melibatkan penggunaan alat
dan bahan, pengukuran, penyusunan dan perakitan alat. Interaksi dengan sesama
peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran misalnya mendiskusikan
hasil pengamatan merupakan ketrampilan sosial (Semiawan, 1992).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan ketrampilan proses sains
adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas
peserta didik dengan mengembangkan ketrampilan intelektual, mental, fisik, dan
sosial sebagai penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
menumbuhkan sikap dan nilai pada diri peserta didik. Peserta didik diberikan
kesempatan untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, belajar proses dan produk
238
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
239
ilmu, tidak sekedar menceritakan atau mendengar cerita tentang ilmu pengetahuan.
Peserta didik berpeluang untuk memperoleh konsep-konsep baru yang diperlukan.
Pendekatan ketrampilan proses sains bertujuan untuk: (1) memberikan motivasi
belajar, karena dalam ketrampilan proses sains peserta didik dipacu untuk
senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar. (2) lebih memperdalam
konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari peserta didik karena hakikatnya
mereka sendiri yang mencari dan menemukan konsep tersebut, (3)
mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan, (4) sebagai persiapan dan
latihan dalam menghadapi kenyataan hidup dalam masyarakat sebab telah dilatih
untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah, (5) mengembangkan sikap
percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai masalah kehidupan (Semiawan, 1992).
Jenis keterampilan proses sains yang dikemukakan oleh Funk (dalam Dimyati dan
Moedjiono, 2006) adalah ketrampilan dasar (basic skills) dan ketrampilan
terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar terdiri atas; mengamati,
mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, memprediksi, menyimpulkan, dan
bereksperimen. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri atas; mengidentifikasi
variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik,
menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan data dan mengolah data,
menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian dan melakukan eksperimen. Menurut Ango
(2002) KPS terdiri atas 11 keterampilan yaitu; observing, classifying, inferring,
predicting, communicating, interpretting data, making operational definitions,
posing questions, hypothesizing, experimenting, and formulating models.
Kualitas pembelajaran yang baik harus diikuti dengan asesmen (penilaian) yang
baik pula, karena informasi dari hasil asesmen bermanfaat untuk perbaikan kualitas
pembelajaran. Wolf (dalam Badmus, 2007) dan Mardapi (2008) mengemukakan
bahwa asesmen adalah bagian penting dalam pembelajaran dan pembelajaran yang
baik tidak akan berhasil tanpa asesmen yang baik. Pendapat tersebut memberi
isyarat bahwa setiap usaha peningkatan kualitas pembelajaran harus mencakup usaha
untuk menyempurnakan sistem penilaian yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas diperlukan asesmen yang tepat untuk menilai
keterampilan proses sains peserta didik. Oleh karena itu dikembangkan asesmen
keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset. Rumusan
masalah penelitian adalah: Bagaimana proses dan hasil pengembangan asesmen
keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset yang valid,
reliabel, dan praktis digunakan?
2. Metode Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research
and Development) yang mengacu pada model 4D (four D model). Menurut
Thiagarajan (Trianto, 2009) tahap model 4D adalah pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran
239
Usmeldi
(dessiminate). Penelitian dilakukan terhadap asesmen pembelajaran fisika untuk
peserta didik SMA. Subyek penelitian adalah asesmen keterampilan proses sains
dalam pembelajaran fisika berbasis riset untuk peserta didik SMA. Responden
penelitian adalah peserta didik dan guru fisika di SMAN 3 Padang. Instrumen
pengumpulan data adalah lembar validasi asesmen, lembar observasi dan angket
respon guru.
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka analisis data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Data validasi model asesmen pembelajaran dianalisis
dengan persentase dan dibandingkan dengan kriteria kevalidan. Analisis
reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak layak
digunakannya asesmen keterampilan proses sains. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan asesmen. Uji reliabilitas
dengan menggunakan analisis Cohen Kappa. Data angket dianalisis secara
kuantitatif untuk mengetahui kemudahan penggunaan asesmen keterampilan
proses sains. Data pelaksanaan asesmen keterampilan proses sains dianalisis
secara kualitatif dengan merevisi prosedur dan item asesmen. Revisi dilakukan
berdasarkan catatan peneliti, hasil observasi yang dilakukan oleh observer
terhadap pelaksanaan asesmen keterampilan proses sains, pendapat dari
penimbang ahli dan teman sejawat.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada tahap pendefinisian diperoleh bahwa sebagian besar guru belum
menggunakan asesmen keterampilan proses sains. Guru pada umumnya sudah
memahami konsep penilaian (asesmen). Sebagian besar guru sudah
melaksanakan asesmen keterampilan (kinerja) dalam kegiatan praktikum.
Karakteristik peserta didik dalam pembelajaran Fisika sudah cukup terlihat,
dengan perolehan nilai rata-rata 62,46%. Karakteristik peserta didik yang diamati
mencakup lima indikator, yaitu; kemampuan berpikir kritis, gaya belajar kognitif,
minat, motivasi belajar, dan sikap ilmiah peserta didik selama proses
pembelajaran Fisika.
Berdasarkan hasil tahap pendefinisian yang telah dilakukan, maka pada tahap
perancangan disusun draf asesmen keterampilan proses sains dan rubriknya.
Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) Menyusun kisi asemen keterampilan proses
sains dan indikatornya yang mencakup keterampilan merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, memprediksi,
menyimpulkan, dan berkomunikasi. (2) Menjabarkan indikator keterampilan ke
dalam sejumlah item yang menggambarkan keterampilan proses sains. (3)
Menyusun rubrik untuk setiap item asesmen. (4) Menentukan skala yang
digunakan dalam lembar asesmen, yaitu: sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3,
kurang baik = 2, dan tidak baik = 1. Penggunaan rubrik asesmen dikomunikasikan
kepada peserta didik agar diketahui kriteria apa saja yang akan dinilai supaya
mereka dapat memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan rubrik
penilaian dapat membantu guru untuk menilai KPS peserta didik dengan lebih
akurat dan obyektif.
240
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
241
a. Hasil Validasi Asesmen Keterampilan Proses Sains dan Rubriknya
Sebelum melakukan kegiatan uji coba draf asesmen keterampilan proses sains dan
rubriknya serta instrumen penelitian terlebih dahulu dilakukan validasi secara
konseptual oleh tiga orang pakar pendidikan, dengan maksud untuk mengetahui
apakah draf asesmen KPS, rubrik, dan instrumen penelitian memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas. Validasi dalam pengembangan asesmen KPS adalah
penelaahan terhadap asesmen keterampilan proses sains dan rubriknya. Validasi
dilakukan untuk mengetahui ketepatan asesmen KPS dan rubriknya dari aspek
materi, konstruksi, dan bahasa yang digunakan sehingga asesmen dan rubriknya
layak digunakan dalam penilaian. Hasil yang diperoleh dari validasi ahli dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas Asesmen KPS dan Instrumen Pendukung
Reliabilitas
Validitas
No
Komponen yang divalidasi
Indeks Simpulan
Indeks
Simpulan
0,67
Reliabel
1
Asesmen KPS
3,72
Valid
0,61
Reliabel
2 Rubrik asesmen
3,74
Valid
3 Lembar validasi asesmen
3,80
Valid
lembar
observasi
4 Lembar observasi
3,85
Valid
5 Angket respons guru
3,68
Valid
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 1, diketahui bahwa asesmen dan
instrumen pendukungnya memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Penilaian ahli
tersebut didasarkan pada pengetahuan teori dan pengalaman (keahlian) mereka.
b. Hasil Uji Coba Model Asesmen Pembelajaran
Kegiatan uji coba asesmen keterampilan proses sains (KPS) dilakukan secara
terbatas. Uji coba terbatas dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah yang
dapat menghambat keterlaksanaan asesmen keterampilan proses sains, seperti
keterbacaan, penggunaan bahasa, dan waktu yang diperlukan oleh guru, sehingga
dapat dilakukan revisi sampai diperoleh asesmen keterampilan proses sains yang
memenuhi kriteria praktis. Kegiatan yang dilakukan pada uji coba terbatas adalah:
(1) Melaksanakan pembelajaran pada materi listrik dinamis dengan model
pembelajaran berbasis riset. (2) Menilai keterampilan proses sains peserta didik
menggunakan rubrik penilaian keterampilan proses sains yang dikembangkan. (3)
Penilaian dilakukan pada saat peserta didik melakukan praktikum. Analisis hasil
uji coba terbatas berupa analisis kemudahan pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut dilakukan revisi terhadap draf asesmen KPS
hingga diperoleh asesmen yang lebih baik. Dari hasil penilaian praktikalitas
asesmen KPS oleh guru diperoleh respon guru terhadap asesmen KPS berada pada
kategori sangat baik dengan presentase rata-rata nilai adalah 86,38%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa asesmen KPS yang dikembangkan termasuk
kategori sangat praktis.
241
Usmeldi
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 2. Hasil Penilaian KPS Peserta didik
Indikator KPS
Rata-rata
Kategori
Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Melakukan eksperimen
Menganalisis data
Memprediksi
Menyimpulkan
Berkomunikasi
Rata-rata
80
75
78
82
75
85
85
80
baik
baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
baik
Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik dengan rubrik penilaian
keterampilan proses sains yang dikembangkan pada pembelajaran fisika diperoleh
bahwa sebagian besar peserta didik telah menunjukkan keterampilan proses sains
yang baik. Ini berarti sebagian besar peserta didik sudah mencapai kompetensi
pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif dalam pembelajaran fisika.
Widyaningsih (2013) dan Sukarno (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa
penggunaan rubrik penilaian keterampilan proses sains dapat mengubah prilaku
peserta didik menjadi lebih rajin, aktif, dan bersungguh-sungguh dalam belajar
sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan. Penilaian keterampilan proses sains
dalam kegiatan praktikum dapat menunjukkan kinerja peserta didik. Wulan (2010)
dan Mahmud (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa penilaian dengan
performance assessment dapat memotivasi belajar peserta didik dan dapat menjadi
pedoman dalam belajar. Menurut Zainul (2001) penilaian kinerja mengharuskan
peserta didik menunjukkan kinerja, bukan memilih salah satu jawaban dari pilihan
yang tersedia, sehingga penilaian kinerja dapat membantu guru untuk menilai
keterampilan proses sains peserta didik secara lebih adil.
Implementasi dari penilaian keterampilan proses sains kepada peserta didik dimulai
dengan pemberian informasi kepada peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan
praktikum tentang apa yang diharapkan dan kinerja apa yang harus dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kemampuannya (Slater, 1993, Mutisya, 2013). Hal ini
dikarenakan peserta didik berhak mengetahui kriteria yang digunakan untuk
mengukur dan menilai proses pembelajaran, agar peserta didik bisa lebih aktif untuk
mendapatkan hasil penilaian yang sesuai (Zainul, 2001). Kegiatan praktikum ini
dipilih karena bisa menjadi cara guru untuk dapat mengetahui keterampilan proses
sains yang dimiliki oleh peserta didik. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Abungu
(2014), Jack (2013), dan Ongo (2013) bahwa kegiatan praktikum memungkinkan
peserta didik untuk menerapkan keterampilan proses sains. Wulan (2010) menyatakan
bahwa kemampuan peserta didik saat melakukan prosedur praktikum, menggunakan
alat-alat praktikum dan hasil kerja dari praktikum perlu mendapatkan penilaian,
penilaian yang dimaksud adalah penilaian kinerja.
242
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
243
4. Kesimpulan
Berdasarkan pengembangan dan uji coba yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Asesmen keterampilan proses sains digunakan untuk menilai kompetensi fisika
peserta didik dalam pembelajaran fisika berbasis riset di laboratorium.
2. Asesmen keterampilan proses sains dilengkapi dengan rubrik penilaian.
Penggunaan rubrik penilaian dapat membantu guru unruk menilai keterampilan
proses sains peserta didik dengan lebih akurat dan obyektif.
3. Asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset
dan rubriknya sudah valid dan reliabel berdasarkan penilaian ahli.
4. Asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset
dan rubriknya termasuk kategori sangat praktis berdasarkan respon guru.
Daftar Pustaka
1.
Abungu, H,E., Okere, M.I.O., & Wachanga, S.M. (2014). “The Effect of
Science Process Skills Teaching Approach on Secondary School Students’
Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya”. Journal of
Educational and Social Research, 4(6). p. 359-372.
2. Ango L, Mary (2002). “Mastery of Science Process Skills and Their Effective
Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the
Nigerian Context”. International Journal of Educology. Vol 16(1).
3. Badmus, G., A. (2007). Changing nature of technical and vocational education
and students’ assessment methods. Nigeria: Department of Educational
Psychology and Curriculum Studies University of Benin, Benin City.
www.iaea.info/abstract_files.
4. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
5. Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta
6. Djamarah, Syaiful (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Jack, G.U. (2013). “The Influence of Identified Student and School Variables
on Student Science Process Skill Acquisition”. Journal of Education and
Practice. 4(5). p.16-22.
8. Mahmud, Rifah. 2013. “Evaluasi Penilaian 2: Unjuk Kerja”. Artikel
Pendidikan. http://rifahmahmud.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/01/29/evaluasidan-penilaian-2-unjuk-kerja/.
9. Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan
Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
10. Mutisya, S.M., Rotich, S. & Rotich, P.K. (2013). “Conceptual Understanding
Of Science Process Skills and Gender Stereotyping: A Critical Component
For Inquiry Teaching Of Science In Kenya’s Primary Schools”. Journal of
Social Science & Humanities, 2(3). p.359-369.
243
Usmeldi
11. Ongowo, R.O & Indoshi, F.C. (2013). “Science Process Skill in Kenya
Certificate of Secondary Education Biology Practical Examination”. Journal
of Scientific research, 4(11). p.713-717.
12. Semiawan, Conny, dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses,
Bagaimana Mengaktifkan Peserta didik dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
13. Slater, T.F. (1993). Performance Assessment The Physics Teacher. 31(5),
306-309. http//solar. physics. montana.edu/Slater.
14. Sukarno., Permanasari, A., & Hamidah, I. (2013).” The Profile of Science
Process Skill (SPS) Student at Secondary High School (Case Study in
Jambi)”. International Journal of Scientific Enginering and Research. 1(1). p.
79-83.
15. Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
16. Wardoyo, S.M. (2013). Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademika.
17. Widyaningsih, Vera (2013). Pengembangan Rubrik Penilaian Portofolio
Proses Sains pada Materi Ekosistem di SMP Negeri 1 Wedarijaksa
Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
18. Wulan, A. R. (2010). Penilaian Kinerja dan Portopolio Pada Pembelajaran
Biologi. http//upi.edu/fpmipa/anaratnawulan.
19. Zainul, A. (2001). Alternatif Assesment. Jakarta: PAU-PPAI Universitas
Terbuka.
244
Download