faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU PASIEN TUBERKULOSIS PARU DALAM
PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI
PUSKESMAS TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Proposal Skripsi
Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
Disusun Oleh:
Humaira
109104000049
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi, Oktober 2013
Humaira, NIM: 109104000049
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pasien Tuberkulosis Paru
dalam Pencegahan Penularan di Puskesmas Tangerang Selatan.
Xviii + 64 halaman + 8 tabel + 2 skema + 5 lampiran.
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui udara. Indonesia belum
terbebas 100% dari infeksi tersebut, walaupun banyak upaya pencegahan dan
penatalaksanaan, dikarenakan penyakit ini sangat mudah menyebar. Angka
kejadian kasus baru TB paru juga meningkat setiap tahunnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungn
dengan pasien TB paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas
Wilayah Tangerang Selatan pada tahun 2013. Faktornya adalah jenis kelamin, tipe
TB, dan Pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional dengan p = 0,005. Responden berjumlah 32 dengan total
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat dan bivariat berupa uji chi-squre, uji fisher,
dan uji spearman. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis
kelamin, tipe TB dan pengetahuan pasein TB paru dengan perilaku pencegahan
penularan TB (p jenis kelamin= 0,24, p tipe TB= 0,49, p pengetahuan= 0,741).
Rekomendasi penelitian ini adalah peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitain ini lebih dalam pada responden yang lebih banyak serta menambahkan
faktor-faktor lain misalnya dukungan keluarga, usia, dan sebagainya. Sehingga
dengan mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut, mempermudah petugas
kesehatan dalam memberi pelayanan terhadap pasien TB paru, dan nantinya
diharapkan terjadi penurunan penemuan kasus baru TB paru.
Kata kunci
: Tuberkulosis, Perilaku, Pencegahan penularan.
Referensi
: 59 (2002 - 2013)
iii
FAKULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY
JAKARTA
OF
Undergraduate Thesis, Oktober 2013
Humaira, NIM: 109104000049
Factors related to the Behavior of Pulmonary Tuberculosis Patients in the
prevention of Transmission in Puskesmas South Tangerang
Xviii + 64 pages + 8 tables + 2 schemes + 5 attachments
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease which is caused by Mycobacterium
Tuberculosis and it is transmitted through the air. Indonesia is not 100% free from
this kind of illness although many ways to prevent and treat, because it can spread
easily. The number of new pulmonary TB cases is also increasing every year.
The objective of this research is to know the factors which associate with
pulmonary TB patients toward their behaviour to prevent the TB transmission at
Puskesmas in South Tangerang in 2013. The factors are sex, TB type, and
knowledge. This research uses qualitative method with cross sectional design with
p = 0.005. There are 32 respondents with total sampling. The data is obtained by
using questionnaires. Analysis of the data which are used are univariate and
bivariate in form of chi-square test, Fisher test, and the Spearman test. Statistical
test results showed no relationship between gender, type of TB, and knowledge of
pulmonary TB patients with their behaviour to prevent the TB transmission (sex p
= 0.24, p = 0.49 TB type, knowledge p = 0.741).
Recommendation of this research is for the next research can continue this
research and to more respondent and more in other factors such as family support,
age and so on. So, by knowing the relationship between those factors, it can
facilitate health workers in providing care to pulmonary TB patients and hopefully
there will be a decline in the discovery of new cases of pulmonary tuberculosis.
Keywords
: Tuberculosis, Behavior, Prevention of transmission.
Reference
: 59 (2002 -2013)
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
F'AKTOR- X'AKTOR YANG BERHUBT]NGAN DENGAN PERILAKU PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DALAM PENCEGAHAI[ PENULARAN
DI PUSKESMAS TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
HUMAIRA
NIM: 109104000049
Pembimbing II
Pembimbing I
rM
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB
Maulina llandayani, S.Kp, MSc
NrP. 197902,0200s4,2002
NrP. 19731 106200s012003
Penguji
Yenita
II
"a),-4
M. Kep, Sp. Mat., Ph.D
Maulina Handavani. S.Kn. MSc
NrP. 19790210 200501 2002
NIP. 19720608 200604 2001
Penguji
III
W
Ernawati o S.Kp, M.Kep, Sp. KMB
NrP. 19731 106200s012003
lt
LEMBAR PENGESAIIAN
PANITIA SII}AI\G UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKTILTAS KEPOIilERAN DAI\ ILMU KESEHATAN
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAI{ JAKARTA
Ciputat, Oktober 2013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kqrerawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof.
FR
'rrdin. Sp. And
m
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: HUMAIRA
Tempat, tanggal Lahir : Blang Jruen, 04 April 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Dusun Keumudee, Ds. Blang Jruen, Tanah Luas,
Aceh Utara, Aceh.
HP
: +6281210653463
E-mail
: [email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SDN Inpres Blang Jruen 1997-2003
2. MTs Pon Pes Al-Kautsar Al-Akbar Medan 2003-2006
3. MA Pon Pes Al-Kautsar Al-Akbar Medan 2006-2009
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-sekarang
viii
Persembahan
Teruntuk Ayahanda H. Sulaiman dan Ibunda Murniati
yang tercinta senantiasa memberikan dukungan penuh, baik
berupa material maupun spiritual yang selalu mengiringi setiap
langkah dan semangatku sampai saat ini dengan doa tulus ikhlas.
Kalian orang tua No.1 untukku.
Saudara ku bang Zulfahmi dan kak Khairunnisa serta adikadikku Zaqki dan Andi dan juga keponakanku Abrar, serta iparku
tersayang bang Wan dan kak Kiki yang selalu dapat memberikan
semangat disaat aku lelah selama proses mengejar cita-cita ku ini.
Buat M. April yang selalu berdoa dan memberi dukungan
serta selalu bisa membuatku tersenyum dan membangkitkan
semangat dalam kelelahan yang kurasakan. Sehingga aku bisa
bangkit dan berdiri tegak kembali.
Sahabat-sahabat terbaikku “D-A-D-U” (Dewi, Dian, Ulfi),
Tika, Ainul dan Asdar yang selalu meluangkan waktu kalian
untukku
berkeluh
kesah
dan
memberikan
motivasi-motivasi
terbaik mereka. Terimakasih buat semua yang telah kalian
berikan dalam hidupku.
Teman-teman terbaikku di akademik “The Fighters” seluruh
teman di akademikku terima kasih atas motivasi, semangat, dan
bantuan serta jalinan pertemana yang tak terlupakan.
Teman-teman di CSS MoRA dan IMAPA (Ikatan Mahasiswa
dan Pemuda Aceh) yang mengajarkanku bersosial dengan orang
lain selama masa pendidikan di UIN Syari Hidayatullah.
Kupersembahkan semua ini untuk kalian yang begitu
berarti dan telah mengisi lukisan hidupku, semuanya begitu indah
dan tak akan terlupakan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan karunia, rahmat, taufik, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pasien tuberkulosis paru dalam pencegahan penularan di
Puskesmas Tanggerang Selatan. Shalawat dan salam semoga tetap disanjungkan
keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pembawa syari’ah-Nya yang
universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir
zaman. Semoga kita kita mendapat syfaatnya dihari akhir kelak. Amin
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti hadapi, namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja
keras, dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, segala ritangan dapat diatasi dengan sebaikbaiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang telah
membimbing dan selalu memberikan nasehat kepada peneliti selama
x
menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing pertama dan Ibu
Maulina Handayani, S.Kp, Msc selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama membimbing
dan memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama duduk di bangku kuliah serta staff
akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah
memudahkan dalam birokrasi.
6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai
bahan rujukan skripsi.
7. Kementrian Agama RI, selaku pemberi beasiswa. Sehingga penulis dapat
menempuh pendidikan di Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
8. Pihak Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas Situ Gintung, dan Pisangan yang
telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan studi
pendahuluan untuk penyusunan skripsi ini.
9. Kepada pasien tuberkulosis yang pernah peneliti rawat dan peneliti teliti,
mereka begitu tabah dengan pengobatannya. Dari sanalah peneliti bisa belajar
banyak tentang TB dan menjadi dasar dalam penelitian ini.
xi
10. Kak Umsiah yang banyak membantu peneliti melalui skripsinya dan Kak TB
yang juga sangat membantu dalam penyusunan Skipsi ini.
11. Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu, baik dari segi
pendapat, material dan lain-lain yang sangat membantu dalam penelitian ini.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan
selanjutnya.
Ciputat, 11 Oktober 2013
Humaira
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................
ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...........................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum .................................................................................
5
2. Tujuan Khusus ................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Puskesmas ..............................................................
xiii
6
2. Manfaat Bagi Pofesi Keperawatan ...............................................
6
3. Manfaat Bagi Peneliti ..................................................................
6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
6
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Tuberkulosis (TB)
1. Definisi ........................................................................................
8
2. Etiologi ........................................................................................
8
3. Klasifikasi ....................................................................................
9
4. Patofisiologi .................................................................................. 10
5. Manifestasi Klinis ......................................................................... 11
6. Penegakan Diagnosis .................................................................... 13
7. Pengobatan ................................................................................... 14
8. Komplikasi ................................................................................... 15
9. Cara Penularan ............................................................................. 15
10. Pencegahan Penularan .............................................................. 18
B. Perilaku
1. Definisi Perilaku ........................................................................... 19
2. Teori Perilaku Lowren Green ....................................................... 20
a. Jenis Kelamin ........................................................................... 21
b. Tipe Pasien TB ......................................................................... 21
c. Pengetahuan ............................................................................. 23
d. Pelayanan Kesehatan................................................................ 24
e. Perilaku Pasien TB ................................................................... 25
C. Kerangka Teori .................................................................................. 27
xiv
BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 28
B. Hipotesis ............................................................................................ 29
C. Definisi Operasional .......................................................................... 30
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 32
B. Lokasi dan waktu penelitian ............................................................. 32
C. Populasi dan sampel .......................................................................... 32
D. Teknik pengambilan sampel .............................................................. 34
E. Instrumen penelitian .......................................................................... 34
F. Uji validitas dan reabilitas ................................................................ 36
G. Metode Pengumpulan data ................................................................ 38
H. Pengolahan data ................................................................................ 40
I. Analisis data ...................................................................................... 41
J. Etika penelitian .................................................................................. 43
BAB V : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Dinas Kesehatan Tangerang Selatan................................ 44
1. Puskesmas Ciputat Timur ............................................................. 44
2. Puskesmas Situ Gintung ............................................................... 46
3. Puskesmas Pisangan ..................................................................... 47
B. Analisa Univariat ............................................................................... 48
C. Analisa Bivariat ................................................................................. 50
BAB VI : PEMBAHASAN
xv
A. Analisa Univariat ............................................................................... 53
B. Analisa Bivariat ................................................................................. 57
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 62
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Keseimpulan ...................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Judul Bagan
Hal
2.1
Kerangka teori .............................................................................. 27
3.1
Kerangka konsep penelitian .......................................................... 28
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel
Halaman
4.1
Tabel interpretasi kekuatan koefisien korelasi .................................. 42
5.1
Distribusi jenis kelamin pasien TB paru di Puskesmas Tangerang
Selatan tahun 2013 ............................................................................ 48
5.2
Distribusi tipe pasien TB paru di Puskesmas Tangerang Selatan
tahun 2013 ......................................................................................... 48
5.3
Distribusi pengetahuan pasien TB paru di Puskesmas Tangerang
Selatan tahun 2013 ............................................................................ 49
5.4
Distribusi perilaku pasien TB paru di Puskesmas Tangerang
Selatan tahun 2013 ............................................................................ 49
5.5
Korelasi jenis kelamin pasien TB paru dengan perilaku pencegahan
di Puskesmas Tangerang Selatan tahun 2013 .................................... 50
5.6
Distribusi jenis kelamin pasien TB paru di Puskesmas Tangerang
Selatan tahun 2013 ............................................................................ 51
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumen perizinan
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3
Kuesioner penelitian
Lampiran 4
Hasil uji validitas dan riliabilitas
Lampiran 5
Hasil penelitian
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penanganan dan pemberantasan TB
Indonesia menyatakan bahwa TB merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman TB. TB lebih sering menyerang paru-paru, namun juga
dapat menyerang bagian tubuh lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar
getah bening dan bagian tubuh lainnya (PPTI, 2012).
Sejak tahun 1993, World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa terjadi kegawatdaruratan global disebabkan oleh infeksi TB. Walaupun
strategi DOTs (Directly Observed Treatment Short course) terbukti sangat
efektif untuk pengendalian TB, namun beban penyakit TB di masyarakat masih
sangat tinggi (STRANAS TB, 2011).
Hampir 10 tahun Indonesia menjadi peringkat ke-3 sedunia dalam kasus
tuberkulosis, namun pada tahun 2009 posisi Indonesia menurun keperingkat 5
dan termasuk dalam pencapaian kinerja 1 tahun Kementrian Kesehatan (WHO
Global Tuberculosis Control 2010). Pada tahun 2009 ditemukan 9,4 juta kasus
baru tuberkulosis (bppsdmk.depkes, 2012). Global Report TB WHO tahun
2011 melaporkan bahwa, angka penemuan baru TB paru BTA positif
meningkat 5,2% dibandingkan dengan tahun 2010. Menurut catatan
departemen kesehatan, sepertiga penderita ditemukan di RS dan sepertiganya
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
lagi di Puskesmas dan selebihnya tidak terdata atau terdeteksi dengan baik
(Depkes, 2011).
Hasil yang diperoleh dari SKRT (survey kesehatan rumah tangga) pada
tahun 1992, menunjukkan bahwa jumlah penderita tuberkulosis semakin
meningkat dan menyebabkan kematian terbanyak pada urutan kedua. survey
kesehatan nasional 2001 menyatakan TB menempati urutan ketiga penyebab
kematian (9,4 %) (Widoyono, 2008). Pada tahun 2009, 1,7 juta orang
meninggal karena TB tersebut (bppsdmk.depkes, 2012). Depkes RI pada tahun
2012 menyatakan bahwa setiap hari terdapat 175 orang Indonesia meninggal
dunia akibat penyakit tuberkulosis. Jadi, kematian akibat TB paru dalam
setahun mencapai 64.000 warga Indonesia (PPTI, 2013).
Pada tahun 2011 terdapat banyak penemuan baru TB paru BTA positif di
Indonesia. Banten sendiri menduduki peringkat keenam tertinggi dengan
penemuan baru TB paru BTA positif (Profil data Kesehatan Indonesia, 2011).
Dinas kesehatan Tangerang selatan melaporkan bahwa terdapat 570 penderita
TB paru atau sekitar 0,04% dari jumlah penduduk di Tangerang Selatan.
Peringkat tertinggi penderita TB paru tersebut berada di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur yaitu 83 pasien atau sekitar 14,6% dari jumlah
pasien keseluruhan masyarakat di area kerja Puskesmas tersebut. Ditemukan
77 kasus baru dan 6 kasus lama penderita TB paru di Puskesmas tersebut.
Puskesmas Pisangan dan Gintung merupakan Puskesmas baru dan mempunyai
program pemberantasan TB serta dalam tahap pencarian kasus baru TB (Profil
kesehatan Dinkes Tangsel, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
Ada 3 faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus TB di Indonesia,
yaitu: waktu pengobatan yang memakan waktu panjang (6-8 bulan),
menyebabkan penderita TB sulit sembuh karena pasien tersebut putus obat
setelah merasa sehat walaupun proses pengobatan belum selesai. Selain itu,
kasus TB diperberat oleh adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang
berkembang secara pesat dan muncul permasalahan baru yaitu TB-MDR
(Multi Drug Resistant). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten yaitu
dimana penderita tidak sakit namun ketika daya tahan tubuhnya menurun maka
penyakit TB tersebut akan muncul (Yoga dalam bppsdmk.depkes, 2012).
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang membahayakan di
Indonesia. Kuman TB sangat mudah menyebar, satu orang penderita TB dapat
menularkan kuman tersebut kepada 10-15 orang lainnya, 10% darinya akan
berkembang dan menderita penyakit tuberkulosis. Daya penularan seorang
penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari
parunya ketika batuk (Cahyono, 2010). Penyakit ini seperti flu biasa yang
mudah dan cepat menyebar pada orang-orang yang hidup bersama penderita.
Saat ini upaya pencegahan dini telah dilakukan dengan imunisasi BCG pada
balita, namun Indonesia belum terbebas 100 % dari penyakit infeksi ini
(Kristanti, 2009).
Survey prevelensi TB tahun 2004 terhadap pengetahuan sikap dan
perilaku penderita TB hanya 26% yang dapat menyebutkan gejala dan tanda
TB dan hanya 51% keluarga memahami cara penularan TB (Depkes, 2011).
Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti mengenai
perilaku pencegahan penularan TB. Maka diperoleh hasil bahwa pengetahuan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
sikap, dan pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan
penularan TB. Namun ada juga yang memperoleh hasil tidak ada hubungan
faktor-faktor tersebut dengan pencegahan penularan TB . (Djannah 2009,
Umsiah 2009, Nugroho 2010, & Rahmawati 2012). Hasil penelitian
sebelumnya belum dapat di pastikan secara pasti faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan TB. Penelitian terkait
dengan pengetahuan penderita TB paru terhadap perilaku pencegahan
penularan TB, maka diperoleh hasil bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang, maka semakin baik perilaku pencegahan penularan TB tersebut
(Gaster, 2008).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis terhadap 5 penderita TB
dan keluarga penderita TB ketika praktik dilapangan mengenai cara penularan
dan pencegahan TB terhadap orang lain. Ketika dilakukan wawancara dan
observasi terkait dengan penularan dan cara pencegahan penularan TB,
kebanyakan dari mereka mengetahui cara penularan dan pencegahan penularan
TB tersebut, namun tidak melakukan perilaku pencegahan penularan TB.
Prilaku dan sikap yang dilakukan yaitu, makan dengan keluarga dalam satu
wadah, tidak menggunakan masker, ketika batuk tidak menutupi mulut mereka.
Penulis menyimpulkan bahwa tidak semua penderita TB paru mengetahui cara
mencegah penularan TB kepada orang lain. Maka dari itu, penulis tertarik
untuk
melakukan
penelitian
tentang
“faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi pasien TB paru terhadap pencegahan penularan TB kepada
orang lain?”
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
B. Rumusan masalah
TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang ditularkan melalui udara. Indonesia belum terbebas 100%
dari infeksi tersebut, walaupun telah banyak upaya pencegahan dan
penatalaksanaan, dikarenakan penyakit ini sangat mudah menyebar. Dari studi
pendahuluan terdahulu di dapatkan hasil bahwa tidak semua penderita TB
berprilaku mencegah penularan TB tersebut. Bagaimana gambaran dan
hubungan karakteristik jenis kelamin, tipe TB, dan pengetahuan pasien TB
paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien
TB paru dalam pencegahan penularan di Puskesmas Tangerang Selatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik jenis kelamin pasien TB paru
b. Mengidentifikasi gambaran tipe TB pasien TB paru.
c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan pasien TB paru.
d. Mengidentifikasi hubungan karakteristik jenis kelamin pasien TB paru
terhadap perilaku pencegahan penularan TB.
e. Mengidentifikasi hubungan tipe TB pasien TB paru terhadap perilaku
pencegahan penularan TB.
f. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan pasien TB paru terhadap
perilaku pencegahan penularan TB.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian dapat menjadi informasi mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pasien TB paru terhadap pencegahan
penularan TB. Sehingga bisa menjadi evaluasi dan perencanaan program
baru terkait dengan perilaku pencegahan penularan TB di masyarakat.
2. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan, terutama
bagi
perawat profesi keperawatan medikal bedah dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien TB terhadap perilaku pencegahan penularan TB
terhadap orang lain.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan penelitian
selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penderita TB
paru terhadap pencegahan penularan TB. Serta dapat menjadi dasar untuk
penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada area keperawatan medikal bedah, khususnya
mengenai infeksi pada sistem pernapasan. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien TB paru
terhadap pencegahan penularan TB. Faktor-faktornya meliputi karakteristik
jenis kelamin, tipe TB, dan pengetahuan pasien TB paru. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien TB paru pada usia produktif (15-54 tahun) yang
tecatat di Puskesmas Ciputat Timur, Situ gintung, dan Pisangan. Jenis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, peneliti ingin menggunakan
desain deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis (TB)
1. Definisi TB
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar
menyerang paru-paru namun dapat juga mengenai organ lain (Suryo, 2010).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru-paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, yaitu
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner & Suddarth dalam
Smelzert (2002) dan Somantri (2007)). Junaidi (2010) dalam Ardiansyah
(2012) menyatakan bahwa TB sebagai suatu infeksi akibat Mycobakterium
Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru
dengan gejala yang sangat bervariasi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang menular melalui udara.
Bakteri penyebab infeksi tersebut adalah Mycobakterium Tuberculosis yaitu
suatu bakteri yang tahan terhadap asam, sehingga sangat sulit untuk diobati.
2. Etiologi TB
Mycobakterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar
komponennya adalah lipid sehingga kuman tersebut mampu bertahan
terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Bakteri
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
ini bersifat aerob sehingga sangat menyukai daerah yang banyak oksigen
dan lembab. Oleh karena itu, M. Tuberkulosis sangat senang tinggal
dibagian apeks paru-paru yang terdapat banyak oksigen (Somantri, 2008).
Bakteri tuberkulosis ini disebut dengan bakteri tahan asam (BTA) di
karenakan bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol
serta tahan dalam keadaan dingin dan kering. Bersifat dorman dan aerob.
Mycobakterium tuberculosis bisa mati pada pemanasan 100 0C selama 5-10
menit, pada pemanasan 60 0C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95%
selama 15-30 detik. Bakteri ini juga tahan selama 1-2 jam di udara terutama
di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), tetapi tidak tahan
terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).
3. Klasifikasi
Ardiansyah (2012) mengklasifikasikan tuberkulosis dalam 2 bentuk,
yaitu:
a. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis Primer adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis yang pertama kali mengenai penderita dan
belum mempunyai reaksi spesifik sebelumnya terhadap bakteri TB. TB
primer merupakan infeksi yang bersifat sistemik.
b. Tuberkulosis sekunder
Sebagian kecil dari bakteri TB masih hidup dalam keadaan dorman
dalam jaringan parut. 90% diantaranya tidak mengalami kekambuhan.
Reaktifitas penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh menurun, pecandu
alkohol, silikosis, dan pada penderita diabetes mellitus serta AIDS. TB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
paru pascaprimer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber
eksogen, terutama pada masa tua dengan riwayat masa muda pernah
mengalami infeksi TB.
4. Patofisiologi
Tempat masuknya kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi TB.
Infeksi TB dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel. Sel
efektornya adalah limfosit (biasanya sel T) dan makrofag (Price, 2006).
Individu yang rentan dan menghirup basil tuberkulosis serta terinfeksi.
Bakteri dapat berpindah melalui jalan napas ke alveoli, tempat
berkumpulnya bakteri tersebut dan berkembangbiak. Basil tersebut juga
dapat berpindah melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lainnya seperti ginjal, tulang, kortek serebri dan area paru-paru lainnya
seperti lobus atas.
Sistem imun tubuh hospis berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) memakan banyak bakteri,
limfosit spesifik tuberkulosis melisis basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan
ini
mengakibatkan
penumpukan
eksudat
dalam
alveoli,
menyebabkan bronkopenomonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
setelah pemajanan (Brunner & Suddarth dalam Smelzert, 2002).
Patogenesis tuberkulosis pada individu imunokompeten yang belum
pernah terpajan berfokus pada pembentukan imunitas selular yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
menimbulkan resistensi terhadap organisme dan menyebabkan terjadinya
hipersensitivitas jaringan terhadap antigen tuberkular (Robbins, 2007).
Massa jaringan baru yang disebut dengan granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati. Dikelilingi oleh makrofag
yang membentuk dinding protektif. Granulomas tersebut diubah menjadi
massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut
tuberken Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik dan
membantuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi dan
membentuk skar kolagenosa.
5. Manifestasi Klinis
Penyakit tuberkulosis ini pada umumnya menimbulkan tanda dan
gejala yang sangat berbeda-beda pada masing-masing penderita, ada yang
tidak bergejala namun ada juga yang bergejala sangat akut. Tanda-tanda dan
gejala penderita TB menurut Ardiansyah 2012 adalah:
a. Sistemik: malaise, anoreksia, berat badan menurun, keringat malam.
Gejala akut adalah demam tinggi, seperti flu, menggigil milier: demam
akut, sesak nafas, dan sianosis.
b. Respiratorik: batuk-batuk lama lebih dari 2 minggu, sputum yang
mukoid, nyeri dada, batuk darah, dan gejala-gejala lain, yaitu bila ada
tanda-tanda penyebaran keorgan-organ lain seperti pleura: nyeri pleuritik,
sesak nafas, ataupun gejala meningeal, yaitu nyeri kepala, kaku kuduk,
dan lain-lain.
Sudoyo 2007 menyatakan bahwa gejala yang paling sering ditemukan
pada TB paru adalah:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
a. Demam: biasanya subfebril menyerupai influenza. Namun terkadang
suhu tubuh bisa mencapai 40-41 0C. Serangan demam hilang dan timbul,
sehingga penderita selalu merasa tida terbebas dari serangan demam
influenza ini. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dan banyaknya bakteri TB yang masuk.
b. Batuk/batuk darah: batuk terjadi dikarnakan adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang.
Batuk baru ada setelah terjadi peradangan pada paru-paru setelah
berminggu-minggu. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena pembuluh darah yang
pecah. Kebanyakan terjadi pada kavitas, namun dapat terjadi juga di
ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas: pada penyakit ringan belum dirasakan sesak napas. Namun
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu pada infiltrasinya
sudah meliputi setengah paru.
d. Nyeri dada: nyeri dada ini timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien inspirasi atau aspirasi.
e. Malaise: gejala ini sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.
Gejala malaise ini semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
6. Penegakan Diagnosis
Diagnosis TB ditegakkan atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Gejala dan tanda TB paru dapat juga dijumpai pada
penyakit paru lain. Untuk memastikannya, perlu dilakukan pemeriksaan
sputum terhadap BTA secara mikroskopik. Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan penunjang yang tercepat memberikan hasil untuk menegakkan
dignosa TB (Depkes RI, 2002).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan memeriksa fungsi
pernapasan, yaitu frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sputum ,
frekuensi batuk serta pengkajian nyeri dada. Pengkajian paru-paru terhadap
konslidasi denagn mengevauasi bunyi napas, fremitus, serta hasil
pemeriksaan perkusi. Kesiapan emosional pasien, dan persepsi tentang
tuberkulosis juga perlu dikaji (Brunner & Suddarth dalam Smelzert, 2002).
Menurut Ardiansyah 2012 menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik
yang biasa dilakukan adalah:
a. Tes tuberkulin
b. Pemeriksaaan rontgen torak
c. Pemeriksaaan CT-scan
d. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan diagnosis terbaik dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri.
Pemeriksaan dahak mikroskopik:
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnostik, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak ini dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
dikumpulkan berurutan dalam dua hari kunjungan berupa Sewaktu-Pagisewaktu (SPS),
c. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertaam kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuat pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari berikutnya.
d. P (pagi): dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas
di pelayanan kesehatan.
e. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di pelayanan kesehatan pada hari
kedua, saat menyerahkan dahak pagi (Depkes, 2007).
7. Pengobatan TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Depkes, 2007).
Terdapat 5 jenis antibiotik yang dapat digunakan bagi penderita TB. Infeksi
tuberkulosis pulmoner aktif seringkali mengandung 1 miliar atau lebih
bakteri, sehingga jika hanya diberikan satu macam obat, maka akan
menyisakan ribuan bakteri yang resisten terhadap obat tersebut. Oleh karena
itu, paling tidak diberikan 2 macam obat yang memiliki mekanisme kerja
yang berlainan.
Antibiotik yang sering digunakan adalah isoniazid, rifampicin,
pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. isoniazid, rifampicin, dan
pirazinamid dapat digabungkan dalam satu kapsul. Ketiga obat tersebut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
dapat menyebabkan mual dan muntah sebagai akibat dari efeknya terhadap
hati (Mahdiana, 2010).
Dalam rangka program pemberantasan tuberkulosis paru, Departeman
Kesehatan RI menggunakan pedoman terapi jangka pendek dengan
pengobatan TB paru, yaitu: HRE/5 HaRa = isoniazid +
rifampisin +
etambutol setiap hari selama 1 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan
isoniazid + rifampisin 2 kali seminggu selama 5 bulan (Sudoyo, 2007).
Pengobatan ini dilakukan dengan pengawasan yang ketat, disebut dengan
DOTs (Directly Observed Treatment Short course) atau di sebut juga
pengawas menelan obat (PMO). Tujuan dari program TB paru ini adalah
untuk memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberkulosis paru tidak
lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
8. Komplikasi
Infeksi tuberkulosi paru jika tidak ditangani dengan baik, maka akan
menimbulkan komplikasi, menurut Sudoyo 2007 terbagi atas dua yaitu:
1. Akut : pleuritis, Efusi pleura, empiema, gagal napas, Poncet’s
arthropsthy, laringitis
2. Kronis : Obstruksi jalan napas pasca TB, kerusakan parenkim berat/,
fibrosis paru, kor pulmonal, karsinoma paru, amiloidosis, syndrom gagal
napas dewasa (ARDS)
9. Cara Penularan
Brunner dan Suddart menyatakan bahwa tuberkulosis ini ditularkan
melalui orang ke orang lain melalui udara. Individu terinfeksi melalui
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi. Melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100
) dan kecil (1 sampai 5
). Droplet yang besar
menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh
individu yang rentan (Smeltzert, 2002).
Sumber utama penularan TB ini adalah penderita TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi yang baik dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari yang mengenai langsung dapat membunuh bakteri. Percikan
tersebut dapat bertahan beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab. Daya dari penularan seseorang ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, maka semakin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes,
2007).
Menurut Naga ( 2012) secara umum, derajat atau tingkat penularan
penyakit tuberkulosis paru tergantung pada banyaknya basil tuberkulosis
dalam sputum, virulensi atas, dan peluang adanya pencemaran udara dari
batuk, bersin, dan berbicara keras. Kuman ini dapat bertahan diudara selama
beberapa jam, sehingga cepat atau lambat droplet yang mengandung bakteri
TB akan terhirup oleh orang lain.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
Risiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan penularan
lebih besar ketimbang pasien dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap
tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI)
yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti sepuluh orang diantara 1000 penduduk terinfeksi
setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi yaitu antara 1-3%. Infeksi TB ini
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
Kemungkinan seseorang menjadi pasien TB dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh yang rendah dan malnutrisi. Meningkatnya pasien TB, maka akan
meningkat pula penularan TB di masyarakat.
Brunner dan Suddart dalam Smeltzer (2002) individu yang berisiko
tinggi untuk tertular penyakit tuberkulosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinveksi HIV)
c. Pengguna obat-obat IV dan alkaholik
d. Setiap individu yang tanpa perawatan kesehatan yang adekuat
e. Setiap individu yang sudah ada gangguan medis sebelumnya
f. Setiap individu yang tiggal di Institusi misalnya fasilitas perawatan
jangka panjang
g. Individu yang tinggal diperumahan kumuh
h. Petugas kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
Upaya dari penanggulangan TB sudah dilakukan oleh WHO sejak
tahun 1990-an dan mengembangkan strategi penanggulangan TB yang
dikenal dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course)
dan telah terbukti sebagai stategi penanggulangan yang secara ekonomis
paling efektif. Penerapan strategi DOTS secara baik termasuk pengawasan
langsung pengobatan, maka akan secara cepat mencegah penularan infeksi
tersebut, dengan demikian akan menurunkan insiden TB di masyarakat.
Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam
upaya pencegahan TB.
10. Pencegahan penularan
Pencegahan penularan di lakukan oleh pasien TB paru sendiri dan di
bantu oleh petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan tuberkulosis paru
menurut Zain dalam Ardiansyah (2012) yaitu dengan:
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit, atau
puskesmas atau balau pengobatan dan lain-lain.
3. Vaksinasi BCG; reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi
lansung terdapat lesi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
4. Kemoprofilaksis, dengan menggunakan INH mg/kg BB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi papulasi bakteri
yang masih sedikit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi, tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh
petugas kesehatan.
Pada setiap pelayanan kesehatan, Arias (2010) menyebutkan tindakan
pengendalian yang paling penting dalam mencegah penularan tuberkulosis
meliputi:
a. Pengenalan segera orang-orang (pasien dan petugas) yang menderita TB
paru
b. Isolasi segera pasien yang diketahui atau diduga menderita TB paru
dalam sebuah ruangan khusus yang tidak bertukar udara .
c. Membuat diagnosis yang tepat dengan cepat untuk orang-orang dengan
tanda dan gejala tuberkulosis paru (misalnya riwayat medis dan fisik,
radiografi dada, uji kulit tuberkulin, dan pulasan serta biakan sputum
untuk uji bakteri tahan asam (BTA))
d. Penggunaan alat pelindung pernapasan (masker) untuk petugas yang
merawat pasien yang diketahui atau diduga TB.
e. Perawatan segera pasien dengan pengobatan anti tuberkulosis.
f. Anjurkan pasien rawat jalan untuk menggunakan masker
B. Perilaku
1. Definisi Perilaku
Di lihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas
organisme
yang
bersangkutan.
Menurut
Skinner
dalam
Notoatmodjo (2007) menyatakan perilaku merupakan respon atau reaksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa perilaku ialah kegiatan dan reaksi makhluk hidup terhadap
rangsangan dari luar.
2. Teori Perilaku Lawrence Green
Green dalam Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Menurutnya, kesehatan manusia atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).
Perilaku itu sendiri terbentuk atau ditentukan oleh 3 faktor, yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya obat-obatan, puskesmas, jamban dan
lain-lain.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan suatu
kelompok penuntun atau pembimbing bagi masyarakat.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
B = f (PF, EF, RF)
Keterangan:
B = Behaviour
PF = Predisposing Factors
F
= Fungsi
EF = Enabling factors
RF = Reinforcing factors
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis
seseorang. Terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara wanita
dengan pria (Henderson, 2006). TB paru lebih banyak mengenai laki-laki
dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar memiliki
kebiasaan buruk sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru. Menurut
WHO, sekitar 1 juta perempuan meninggal akibat tuberkulosis paru
dalam periode setahun. Pada laki-laki penyakit ini lebih tinggi, dikaitkan
dengan
mengkonsumsi rokok dan alkohol yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh sehingga sangat rentan dengan kejadian TB.
Jenis kelamin menentukan derajat kejadian TB, namun belum
diketahui mengenai pengaruh karakteristik jenis kelamin penderita TB
paru terhadap penularan TB. Perempuan cenderung lebih banyak mencari
pengobatan atau perawatan kesehatan dari pada laki-laki. Laki-laki
cenderung tidak bergantung pada perawatan kesehatan dibandingkan
perempuan adalah karena harapan masyarakat tentang peran yang dipikul
laki-laki, yaitu bahwa laki-laki harus lebih kuat. Alasan ini membentuk
laki-laki tidak mencari perawatan kesehatan kecuali jika sakit parah
(Bastable, 2002)
b. Tipe Pasien TB
Penderita TB paru adalah seseorang yang terdiagnosis infeksi TB,
baik dengan BTA positif atau BTA negatif dan sebagainya. Lama
seseorang menderita TB tergantung diagnosa dari dokter dan berbagai
pemeriksaan. Penderita yang telah melakukan pengobatan belum tentu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
sembuh total dengan infeksi tersebut. Kemungkinan bisa saja BTA tetap
positif atau kambuh kembali ketika daya tahan tubuh menurun, sehingga
akan tetap dapat menularkan infeksi tersebut kepada orang lain
(Smeltzer, 2002 dan Sudoyo, 2007).
WHO 1991 dalam Sudoyo (2007) membagi TB dalam empat
kategori, yaitu:
a. Kategori I, ditujukan terhadap:
1) Kasus baru dengan sputum positif
2) Kasus baru dengan bentuk TB berat.
b. Kategori II, ditujukan terhadap:
1) Kasus kambuh
2) Kasus gagal dengan sputum BTA positif.
c. Kategori III, dijujukan terhadap:
1) Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
2) Kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
d. Kategori IV, ditujukan terhadap TB kronis.
Departemen
Kesehatan
RI
2007
membagi
penderita
TB
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:
a. Kasus baru: adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
b. Kasus kambuh (Relaps): yaitu pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
c. Kasus setelah putus berobat (Default): yaitu pasien yang telah berobat
dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (Failure): adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi posistif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus pindahan (Transfer In): yaitu pasien yang dipindahkan dari
UPK
yang
memiliki
register
TB
lain
untuk
melanjutkan
pengobatannya.
f. Kasus lain: semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah pengobatan ulangan.
c. Pengetahuan
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa Pengetahuan adalah hasil
dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga
terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku
yang didasari pengetahuan umumnya bertahan lama.
Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesehatan seseorang,
sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang tersebut akan
berusaha berprilaku hidup bersih dan sehat. Begitu juga dengan penderita
TB setelah mengetahui mengenai penyakitnya, mereka akan mengetahui
tujuan dari pengobatan, pencegahan penularan, dan sebagainya.
Pengetahuan penderita TB paru yang kurang akan cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
perilaku sebagai seorang yang sakit dan akhirnya berakibat menjadi
sumber penular bagi orang disekelilingnya (Suryo, 2010).
Penderita TB paru kebanyakan dari kalangan berpendidikan
rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa
penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting. Pendidikan yang rendah sering kali menyebabkan seseorang
tidak dapat meningkatkan kemempuannya untuk mencapai taraf hidup
yang baik. Padahal, tingkatan hidup yang baik amat dibutuhkan untuk
penjagaan kesehatan pada umumnya dan dalam menghadapi infeksi dan
pencegahan penularan pada umumnya (Muttaqin, 2007).
d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan public good, artinya merupakan
alat pemuas kebutuhan manusia yang pada umumnya penyediaannya
dilakukan oleh pemerintah dengan pertimbangan bahwa barang dan jasa
tersebut dibutuhkan oleh orang banyak.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat meliputi:
1. Puskesmas yang dilengkapi tenaga dan fasilitas pemeriksaan sputum
BTA.
2. Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Paru (RSP) dapat
melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasien TB, dapat merujik
pasien kembali ke Puskesmas yang terdekat dengan tempat tinggal
pasien untuk mendapatkan pengobata dan pengawasan selanjutnya.
3. Balai Pengobatan dan Dokter Praktik Swasta (DPS), konsep
pelayanann yang ada sama seperti di rumah sakit, dapat merujuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
pasien dan spesimen ke puskesmas, rumah sakit (Pedoman nasional
penanggulan TB, 2006).
OAT (obat anti tuberkulosis) disediakan oleh pemerintah secara
gratis disarana pelayanan kesehatan yang telah menerapkan strategi
DOTs (Directly Observed Tretment Short course) seperti dipuskesmas,
balai pengobatan paru dan beberapa rumah sakit (Yoga dalam Manalu
2010).
Tenaga kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan turut
membantu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh penderita TB.
Tenaga kesehatan memantau OAT yang dikonsumsi oleh paien secara
teratur. Seperti halnya perawat mempunyai peran penting dalam merawat
pasien TB dan keluarganya seperti memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga, mengkaji terhadap reaksi obat, mensurvei tempat
tinggal pasien, dan pelayanan-pelayanan lainnya yang diberikan oleh
pelayanan kesehatan ((Brunner & Suddarth dalam Smelzert, 2002).
e. Perilaku Pasien TB
Pasien TB yang patuh terhadap pengobatan dengan OAT yang tepat
dapat mencegah penularan terhadap orang lain. Pada umumnya dalam 2
minggu pengobatan penderita TB BTA (+) tidak dapat menularkan infeksi
tersebut kepada orang lain, namun bakteri TB tersebut masih berada dalam
tubuh penderita. Seseorang penderita TB paru dengan BTA (+) akan sangat
mudah menyebarkan infeksi tersebut. Pada waktu batuk, bersin atau
membuang ludah, penderita tersebut menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak) (Nisa, 2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2002) perilaku pencegahan
agar tidak tertular kepada orang lain, yaitu:
a. Penderita tuberculosa paru:
1) Minum obat secara teratur sampai selesai
2) Menutup mulut waktu bersin atau batuk
3) Tidak meludah di sembarang tempat
4) Meludah di tempat yang terkena sinar matahari atau di tempat yang
diisi sabun atau karbol/lisol
5) Menggunakan tempat makan terpisah/ khusus
b. Untuk keluarga:
1) Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
2) Buka jendela agar udara segar & sinar matahari dapat masuk, karena
kuman TB akan mati bila terkena sinar matahari
c. Pencegahan yang lain
1) Imunisasi BCG pada bayi
2) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
Tuberkulosis adalah penyakit yang menular, dengan menghabiskan
semua obat yang di intruksikan adalah cara yang paling efektif dalam
pencegahan penularan. Pasien TB sangat penting menjaga higienis,
termasuk perawatan mulut, menutup mulut dan hidung ketika batuk dan
bersin, membuang tisu basah yang telah di gunakan ke tempatnya, dan juga
mencuci tangan
serta menggunakan alat pelindung pernapasan (Asih,
2004).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
f. Kerangka Teori
M. Tuberculosis
Faktor
predisposisi:
- Karakteristik
jenis kelamin
- tipe TB
- Pengetahuan
Faktor
pendukung:
- Lingku
ngan
fisik
Faktor
pendorong:
- Pelayanan
kesehatan
Menular
melalui udara
Masuk ke saluran
pernapasan
Proses
fagositosis
Bakteri hidup
dalam sel
makrofag
Berkembang
biak
Perilaku pencegahan
penularan:
- Menggunakan
masker
- Tidak meludah
sembarangan
- Mengkonsumsi
OAT secara teratur
- Dll
Pemeriksaan penunjang:
- Pemeriksaan fisik
- Tes tuberkulin
- Rontgen torak
- Laboratorium (sputum,
urine, darah, dll)
- Dll
Positif TB
Penatalaksaan
Pengobatan: OAT
Bakteri
Mati
Manifestasi
klinis
- Keringat
malam
- Anoreksia
- Penurunan
BB
- Malaise
- Dll
Komplikasi:
- Gagal napas,
- Hemoptisis
- Efusi pleura
- Empiema
- Amiloidosis
- Aspergiloma
- dll
Bagan 2.1 kerangka teori
Sumber: Green dalam Notoatmodjo (2007); Depkes RI (2002 & 2007); Brunner &
Suddarth dalam Smeltzer (2002);
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku pasien tuberkulosis paru terhadap
pencegahan penularan tuberkulosis perlu diteliti, sehingga pasien TB paru
dapat memahami pencegahan penularan TB tersebut. Variabel yang akan
diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari faktor predisposisi yaitu
karakteristik jenis kelamin, tipe TB, dan pengetahuan. Sedangkan variabel
dependen yang akan diteliti adalah perilaku pencegahan penularan tuberkulosis
dari pasien TB paru di Puskesmas Tangerang Selatan.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor-faktor yang
berhubungan
dengan
prilaku pasien TB
- Karakteristik
kelamin
- tipe TB)
- Pengetahuan
Perilaku pencegahan
penularan TB
jenis
Bagan 3.1 Kerangka konsep
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Ditinjau dari kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien TB paru dalam
pencegahan penularan TB, yaitu Karakteristik jenis kelamin, tipe TB, dan
pengetahuan pasien TB paru terhadap perilakunya dalam mencegah penularan
TB tersebut.
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan
penelitian,
yang harus
diuji
validitasnya
secara
empiris
(Sastroasmoro, 2010). Hipotesisnya terdiri dari:
1. Ha :
a. Ada hubungan antara karakteristik jenis kelamin pasien TB paru dengan
perilaku pencegahan penularan TB.
b. Ada hubungan antara tipe TB pasien TB paru dengan perilaku
pencegahan penularan TB.
c. Ada hubungan antara pengetahuan pasien TB paru dengan perilaku
pencegahan penularan TB.
2. H0 :
a. Tidak ada hubungan antara karakteristik jenis kelamin pasien TB paru
dengan perilaku pencegahan penularan TB.
b. Tidak ada hubungan antara tipe TB pasien TB paru dengan perilaku
pencegahan penularan TB.
c. Tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien TB paru dengan perilaku
pencegahan penularan TB.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Pengukuran
Jenis
Identitas
kelamin
dengan
responden
Angket
Kuesioner A
membedakan
Data demografi
0. Laki-laki
Nominal
1. Perempuan
secara fisik
Tipe TB
Kasus TB paru, yaitu Angket
dan
dengan
dalam tipe I, II, III, atu menggunakan data dari rekam
IV
Kuesioner A
0. Tipe I
Data demografi
1. Tipe II
medis pasien
Nominal
2. Tipe III
3. Tipe IV
Pengetahuan Pengetahuan penderita Penderita
TB
tentang
definisi diberikan
TB
(responden)
pertanyaan
Format kuesioner
dari
B1-B28
TB, etiologi TB, gejala kuesioner yang berkaitan dengan
Berisi 28
30
0. Kurang (bila
didapat < 55%)
1. Cukup (bila
Ordinal
TB,
pemeriksaan pengetahuan
penderita
TB
penunjang, cara dan terhadap penyakit TB.
dengan
pencegahan penularan,
pengobatan,
menggunakan
dan
pengukuran skala
komplikasi dari TB,
Perilaku
Reaksi
atau
pertanyaan,
Guatman
respon Responden diberikan pertanyaan
Format kuesioner
penderita TB terhadap dari kuesioner yang berkaitan
C1-C18
TB yang dideritanya dengan perilaku pasien TB paru
Berisikan 18
dan lingkungan sekitar terhadap pencegahan penularan
pertanyaan, dan
rumahnya.
TB. Prilaku tersebut diantaranya
dengan
adalah dengan menutup mulut
menggunakan
saat
bersin
membuang
dan
batuk,
ludah
tidak
sembarangan.
31
skala Likert
didapat 56-75%)
2. Baik (bila
didapat 76100%)
(Arikunto, 2006)
0. Baik
jawaban
jika
ya
≥
mean
1. Kurang baik jika
jawaban
mean
ya
<
Ordinal
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif, peneliti ingin
menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional.
Karena pada penelitian ini akan menggunakan variabel independen dan
dependen serta akan diamati pada periode (waktu) yang sama. Tujuan
menggunakan rancangan deskriptif ini adalah untuk melihat hubungan faktorfaktor yang ada pada pasien TB paru terhadap perilaku pencegahan penularan
TB.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tangerang Selatan dan
waktu penelitiannya dilakukan pada bulan Agustus 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
tersebut (Hidayat, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah pasien TB paru
yang tercatat dan benar-benar sedang melakukan pengobatan di Puskesmas.
Seluruh pasien berobat dalam sebulan penuh, jadi diputuskan penelitian
dilakukan pada bulan Agustus 2013, yaitu:
a. Puskesmas Ciputat Timur terdata 20 pasien TB paru,
b. Puskesmas Situ Gintung terdata 20 pasien TB paru,
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
c. Puskesmas Pisangan terdata 6 pasien TB paru.
Dari keseluruhan Puskesmas yang akan dijadikan tempat penelitian
tersebut terdapat 46 populasi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Sampel pada penelitian ini adalah pasien TB paru yang terdata di Puskesmas
wilayah Tangerang Selatan yang memenuhi kriteria inklusi, adapun
kriterianya adalah:
Kriteria sampel inklusi:
a. Bersedia menjadi responden
b. Positif menderita TB
c. Mampu membaca dan menulis
d. Penderita TB paru yang tercatat di Puskesmas Ciputat Timur, Situ
Gintung dan Pisangan.
Kriteria sampel eklusi:
a. Usia < 15 dan > 64 tahun.
b. Gangguan mental
c. Gangguan kognitif
d. Sedang dirawat atau sakit sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi
responden
e. Penderita yang tidak menyetujui lembar persetujuan menjadi responden
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Dari kriteria tersebut diatas maka sampel pada setiap Puskesmas
adalah:
a. Puskesmas Ciputat Timur sebanyak 11 (34,4%) responden,
b. Puskesmas Situ Gintung terdata 18 (56,2%) responden,
c. Puskesmas Pisangan terdata 3 (9,4%) responden.
Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini yaitu sebesar 32
responden.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
teknik nonprobability sampling, yaitu dengan total sampling atau sampel jenuh
yang merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota
populasi menjadi sampel (Sugiono dalam Hidayat, 2008). Pengambilan sampel
tersebut dilakukan pada 46 populasi diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan
eklusi pada penelitian ini, adapun keseluruhan sampel terdapat 32 sampel.
E. Instrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang
dirancang berdasarkan teori dan pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Bagian pertama yaitu kuesioner A berisi data demografi responden meliputi
nomor responden, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan untuk Tipe pasien
TB paru akan di isi oleh petugas kesehatan atau dari rekam medis pasien.
2. Bagian kedua yaitu kuesioner B tentang pengetahuan pasien TB terhadap
penyakit TB yang berisi 30 pertanyaan tertutup, yaitu :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
a) 2 pertanyaan tentang definisi TB,
b) 3 pertanyaan tentang etiologi TB,
c) 3 pertanyaan tentang manifestasi klinis dari TB paru,
d) 3 pertanyaan tentang pemeriksaan penunjang untuk infeksi TB paru,
e) 10 pertanyaan tentang cara dan pencegahan penularan TB paru,
f) 4 pertanyaan tentang pengobatan,
g) 3 pertanyaan tentang komplikasi
Instrumen ini menggunakan skala Guttman. Penilaian untuk
pertanyaan baik dan kurang penderita TB yaitu: baik : 1 sedangkan buruk :
0. Pertanyaan B1, B2, B3, B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, B12, B13, B15,
B16, B17, B18, B19, B20, B22, B24, B26, B27, dan B28, skor 1 untuk
jawaban benar, 0 untuk jawaban salah. Sedangkan untuk kuesioner B4, B14,
B23, dan B25, skor 0 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban salah.
Sehingga skor tertinggi adalah 28 dan terendah adalah 0. Untuk variabel
pengetahuan penderita TB paru, akan dikelompokkan menjadi 3 kategori
dengan menggunakan standar skor dibawah ini :
a. Kurang : Bila total skor jawaban yang didapat < 55%
b. Cukup
: Bila total skor jawaban yang didapat 56-75%
c. Baik : Bila total skor jawaban yang didapat 76-100% (Arikunto, 2006)
3. Bagian ketiga yaitu kuesioner C berisi 14 pertanyaan tertutup tentang
perilaku pasien TB. Perilaku disini adalah perilaku pasien TB dalam
mencegah penularan TB kepada orang lain. Skala pengukuran menggunakan
skala Likert. Kuesioner C1, C2, C3, C5, C6, C7, C8, C9, C11, C12, C14,
C15, C16, dan C17 diberi skor 4 untuk jawaban selalu, 3= sering, 2=
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
kadang-kadang, 1= tidak pernah. 3 pertanyaan unfarable yaitu C4, C10, C13
dan C18 skor 1 untuk jawaban selalu, 2= sering, 3= kadang-kadang, 4=
tidak pernah. Sehingga skor tertinggi untuk kuesioner perilaku pasien TB
paru adalah 72, sedangkan skor terendahnya adalah 18. Adapun variabel
perilaku ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan
standar skor dibawah ini :
a) Perilaku baik: Jika total skor jawaban ≥ mean
b) Perilaku kurang baik: Jika total skor jawaban < mean
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Uji validitas merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
kesahihan suatu alat ukur (Dahlan, 2010). Uji validitas ini berguna untuk
apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kusioner yang harus di buang atau
diganti karena dianggap tidak relevan. Pengujian dilakukan secara statistik,
yang dapat dilakukan secara manual atau dukungan komputer. Pengujian
validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Product Moment dan
dicari reabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebelum
melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menguji kuesioner pada
responden pasien TB paru selain pasien yang tercatat di Puskesmas Ciputat
Timur, Situ gintung, dan Pisangan yaitu di klinik LKC. Responden yang
digunakan yaitu sebanyak 20 pasien TB paru. Pengujian validitas dan
reliabilitas ini dilakukan pada bulan Juni 2013.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Dalam hal ini menggunakan beberapa item pertanyaan yang secara
tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan
dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan
dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Suatu intrumen
dikatakan valid jika nilai t hitung > t tabel, dan dikatakan tidak valid jika
nilai t hitung < t tabel (Hidayat, 2008).
Hasil uji validitas terhadap kuesioner pada penelitian ini yaitu:
1. Kuesioner pengetahuan: terdapat 30 pertanyaan dengan pilihan jawaban
“benar” dan “salah”, dari keseluruhan item yang di uji diperoleh hasil
bahwa tidak valid.
2. Kuesioner perilaku: terdapat 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban
“selalu”, “sering”, “kadang-kadang” dan “tidak pernah”, dari keseluruhan
item yang di uji diperoleh hasil bahwa kebanyakan pertanyaan tidak
valid.
Dari keseluruhan kuesioner yang tidak valid, maka dilakukan validitas
konten oleh pembimbing. Validitas konten adalah menentukan kevalidan
kuesioner berdasarkan kesesuaian isi pertanyaan dengan lingkup penelitian
yang dilakukan. Dari 30 pertanyaan pengetahuan yang tidak valid, sebanyak
2 pertanyaan di eliminasi/dibuang karena pertanyaan tersebut sudah diwakili
oleh pertanyaan yang lain. Jadi total pertanyaan untuk variabel pengetahuan
berjumlah 28 pertanyaan. Dari 20 pertanyaan perilaku yang tidak valid,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
sebanyak 2 pertanyaan di eliminasi/dibuang. Jadi total pertanyaan untuk
variabel perilaku berjumlah 18 pertanyaan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketetapan, ketelitian, atau keakuratan yang
ditujukan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2011). Uji reabilitas berguna
untuk menetapkan apakah instrumen atau kuesioner dapat digunakan lebih
dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama. Misalnya, seseorang
yang telah mengisi kuesioner dimintakan mengisi kembali dikarenakan
kuesioner yang pertama hilang atau rusak. Isian kuesioner yang pertama dan
kedua haruslah sama atau dianggap sama. Pengukuran akan dilakukan
menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel di katakan reliabel jika r11 > r tabel, dan tidak reliabel jika r11
< r tabel (Hidayat, 2008).
Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari variabel
pengetahuan sebesar 0,510. Sedangkan variabel perilaku sebesar 0,462. Dari
kedua hasil uji reliabel tersebut dapat dinyatakan bahwa kuesioner yang di
uji tersebut tidak reliabel.
G. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang telah
diisi oleh responden dan data sekunder adalah data yang diperoleh dengan
melihat rekam medis milik responden. Adapun Proses pengumpulan data
dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur, Situ gintung tersebut, yaitu dengan
proses sebagai berikut:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
1. Setelah proposal penelitian mendapat izin dari pembimbing akademik
kemudian dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada kepala TU (tata usaha)
Puskesmas Ciputat Timur, Situ gintung, dan Pisangan,
2. Setelah mendapat persetujuan dari kepala TU, peneliti menyerahkan surat
permohonan tersebut kepada penanggung jawab program TB yang ada di
Puskesmas tersebut,
3. Kemudian peneliti meminta izin kepada penanggung jawab program TB
tersebut untuk melihat data penderita TB paru sesuai dengan rekam medis,
4. Selanjutnya melakukan pengambilan sampel dengan teknik total sampling,
5. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden yang berobat pada
saat itu selama sebulan serta memberikan penjelasan tentang penelitian.
Bagi responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan penelitian,
6. Peneliti membagikan lembar kuesioner yang harus diisi oleh responden
yang bersedia dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, dan dibantu
oleh penanggung jawab program TB paru,
7. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang
belum jelas terkait dengan keusioner,
8. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti
memeriksa kembali kelengkapan data,
9. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
10. Kemudian peneliti mencocokkan kembali data demografi pasien dengan
rekam medis pasien.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data, data yang
diperoleh diorganisir sedemikian rupa agar mudah untuk disajikan dan
dianalisis (Budiarto, 2004). Dalam proses pengolahan data, peneliti
menggunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya sebagai berikut:
1. Menyunting data (editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau
formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing pada
penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data dan setelah data
terkumpul.
2. Mengkode data (coding)
Coding adalah suatu kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting, karena dalam pengolahan dan analisis data peneliti menggunakan
komputer.
3. Memasukkan data (entri data)
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
4. Melakukan teknik analisis(cleaning data)
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis, khususnya terhadap data
penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
dengan tujuan yang akan dianalisis (Hidayat, 2008).
I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan melihat
distribusi frekuensi variabel dependen dan independen. Variabel tersebut
yaitu karakteristik responden (jenis kelamin dan tipe TB), pengetahuan, dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah perilaku pencegahan penularan tuberkulosis.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan independen, yaitu perilaku pencegahan penularan TB
paru dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien TB paru
(karakteristik (jenis kelamin dan tipe TB), dan pengetahuan.). Teknik
analisa menggunakan uji statistik Chi-Squere . Uji Chi-Squre digunakan
untuk melihat adalah hubungan atau perbedaan yang signifikan pada
penelitian yang berskala nominal (Hidayat, 2008). Syarat uji Chi-Squere
adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20%
dari jumlah sampel. Jika syarat uji Chi-Squere tidak terpenuhi, maka dipakai
uji alternatifnya untuk tabel 2x2 adalah uji fisher. Untuk tabel 2x3 dan
menggunakan skala ordinal menggunakan uji spearman (Dahlan, 2010).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Adapun hubungan yang akan diukur adalah
karakteristik jenis
kelamin, tipe TB, dan pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan
TB pada pasien TB paru. Uji kemaknaan yang digunakan yaitu nilai p (p
value) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%. Jika
nilai p (p value) < 0,05, maka hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Jika nilai p (p value) > 0,05, maka hasil
perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
variabel depanden dengan variabel independen.
Interpretasi koefisien kolerasi terhadap kekuatan hubungan seperti
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Tabel Interpretasi Kekuatan Koefisien Korelasi
No
Nilai
1.
0,800-1,000
2.
0,600-0,799
3.
0,400-0,599
4.
0,200-0,399
5.
0,000-0,199
Sumber: Hidayat, 2008
Interpretasi
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
Adapun untuk melihat sebab dengan akibat yaitu dengan melihat nilai
rasio odd (resiko relatif) dapat menggunakan rumus dibawah ini:
Rasio ood =
Interpretasi rasio odd:
a. OR > 1, artinya mempertinggi resiko
b. OR = 1, artinya tidak terdapat asosiasi/hubungan
c. OR < 1, artinya mengurangi resiko (Riwidikdo, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan etika penelitian menurut Hidayat,
2008,yaitu:
1. informed consent: yaitu bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini
diberikan sebelum penelitian dilakukan. jika presponden tersebut tidak
setuju, maka gugur menjadi responden.
2. Anomity: dalam penelitian ini tidak menyebutkan nama responden. Namun
untuk membedakan antara responden menggunakan no responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan): menjaga kerahasian terkait dengan informasi
atau masalah-masalah lainnya. Peneliti berusaha menjaga kerahasiaan
responden.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan adalah daerah otonom yang terbentuk pada akhir
tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008, tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Pembentukan daerah otonom merupakan pemekaran dari Kabupaten
Tangerang, yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang
kesehatan.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Memiliki 25 Puskesmas terdiri
dari 18 Puskesmas Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan dan 1 Rumah sakit
umum daerah yang saat ini sedang dalam proses pembangunan adalah RSUD Kota
Tangerang Selatan. Adapun puskesmas yang dijadikan tempat penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur merupakan salah satu diantara 4 puskesmas
yang berada di daerah Ciputat Timur. Sebelah Utara puskesmas berbatsan
dengan DKI Jakarta, sebalah Selatan dengan wilayah kerja Puskesmas Ciputat,
sebelah Barat dengan wilayah kerja Puskesmas Rengas dan DKI Jakarta, dan
sebelah Timur dengan wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Puskesmas Ciputat Timur terletak di jalan Rempoa No. 1 kelurahan
Rempoa, kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, provinsi Banten.
Di bangun di atas tanah seluas 600 M2, dengan luas bangunan kurang lebih
1000 m2 terdiri atas 2 lantai. Kegiatan pelayanan dipusatkan di lantai satu dan
lantai dua difungsikan sebagai ruang pimpinan, staff, data, dan ruang rapat.
Serta di lantai dua juga terdapat ruang pelayanan pengobatan TB paru, ruang
perawatan umum, dan laboratorium.
Wilayah kerja Ciputat Timur terdiri dari dua kelurahan, yaitu kelurahan
Rempoa dan kelurahan Cempaka Putih. Tolal penduduk yang terdapat
dikelurahan tersebut berjumlah 60.144 jiwa, yang terdiri dari 31.440 jiwa lakilaki dan 28.704 jiwa perempuan. Tingkat kepadatan penduduk 13.092 jiwa per
km2.
Program kegiatan yang ada di Puskesmas Ciputat Timur, diantaranya
adalah:
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan ibu dan anak
3) Perbaikan gizi
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit
a) Penyakit menular tidak langsung
b) Penyakit menular langsung : penyakit Tuberkulosis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
2. Puskesmas Situ Gintung
Puskesmas Situ Gintung termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciputat
tepatnya Kelurahan Serua dengan luas wilayah 379.153 Ha. Wilayah Kerja
Puskesmas Situ Gintung terdiri satu kelurahan saja, yaitu Kelurahan
Serua.Dengan batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan
Sarua Indah, sebelah Selatan dengan Kelurahan Benda Baru, sebelah Barat
dengan Kelurahan Jombang, Kelurahan Ciater & Kecamatan Serpong, dan
sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sarua Indah.
Adapun program kegiatan wajib di Puskesmas Gintung adalah:
1) Program Promosi Kesehatan
2) Program Kesehatan Lingkungan
3) Program KIA-KB
4) Program Perbaikan Gizi
5) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (termasuk pengobatan
Tuberkulosis)
6) Program Pelayanan Pengobatan dan Kesehatan Rujukan
Program pengembangan puskesmas yang dilaksanakan di puskesmas ini
diantaranya adalah:
1) Program Pengembangan Wajib
a) Program Kesehatan Lansia dan Remaja
b) Program UKS
c) Program Penanggulangan NAPZA
2) Program Pengembangan Pilihan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
a) Program Kesehatan Mata
b) Program Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi dan
Mulut pada Masyarakat
3) Program Penunjang : laboratorium
3. Puskesmas Pisangan
Puskesmas Pisangan adalah Puskesmas yang ada di kecamatan Ciputat
Timur, yang terletak di sebelah Tenggara Tanggerang, dengan luas wilayah
:797 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa. Adapun letak
Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat
dengan wilayah Kerja PKM Ciputat ( Kec. Ciputat ), sebelah Timur dengan
DKI Jakarta, sebelah Utara dengan wilayah Kerja Puskesmas Jurangmangu
Timur ( Kec. Pondok Aren ), dan sebelah Selatan dengan wilayah Kerja PKM
Pamulang( Kel. Pd Cabe Ilir )
Puskesmas Pisangan bertanggung jawab atas 2 Kelurahan yaitu
Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cireundeu, dengan jumlah penduduk
40.778 jiwa. Program kerja Puskesmas saat ini meliputi skrining pasien TB, dan
pegobatan pada hari rabu dan kamis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
B. Analisa Univariat
1. Gambaran Jenis Kelamin
Gambaran jenis kelamin pasien TB paru di Puskesmas wilayah
Tangerang selatan pada bulan Agustus 2013 lebih didominasi oleh pasien
berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 18 pasien laki-laki (56,2%) dan 14
pasien perempuan (43,8%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 5.1 di
bawah ini :
Tabel 5.1
Distribusi jenis kelamin pasien TB paru di Puskesmas Tangerang Selatan
tahun 2013 (n=32)
n
%
Laki-laki
18
56,2
Jenis kelamin
Perempuan
14
43,8
Total
32
100
2. Gambaran Tipe Pasien TB Paru
Gambaran tipe pasien TB paru yang tercatat di Puskesmas Tangerang
selatan pada penelitian ini lebih didominasi oleh pasien TB paru tipe I sebanyak
30 pasien (93,8%) dan tipe II sebanyak 2 pasien (6,2%), sedangkan tipe III dan
IV tidak ditemukan di Puskesmas yang dijadikan tempat penelitian.
hasil
gambaran tersebut dapat di lihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi tipe pasien TB paru di Puskesmas Tangerang Selatan tahun
2013 (n=32)
n
%
30
93,8
Tipe Responden Tipe I
Tipe II
2
6,2
Tipe III
0
0
Tipe IV
0
0
Total
32
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
3. Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru
Gambaran pengetahuan pasien TB paru tentang pencegahan penularan TB
di ukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner, yaitu mengenai
definisi, etiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosa, sumber dan
pencegahan infeksi, pengobatan, serta komplikasi. Pada tabel di bawah ini
dapat dilihat bahwa pasien TB paru dengan pengetahuan kurang berjumlah 3
pasien (9,4%), dengan pengetahuan cukup berjumlah 8 pasien (25,0%), dan
dengan pengetahuan baik berjumlah 21 pasien (65,6%).
Tabel 5.3
Distribusi pengetahuan pasien TB paru di puskesmas Tangerang Selatan
tahun 2013
n
%
Kurang
3
9,4
Pengetahuan
Cukup
8
25,0
Baik
21
65,6
Total
32
100
4. Gambaran perilaku Pasien TB Paru
Gambaran perilaku pasien TB paru yang diteliti di puskesmas wilayah
Tangerang selatan didapatkan gambaran pasien yang berperilaku baik yaitu
sebanyak 19 pasien (59,4%) dan 13 pasein (40,6%) yang berperilaku kurang
baik. Gambaran tersebut diukur melalui pertanyan-pertanyan mengenai perilaku
pencegahan penularan TB paru. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi perilaku pasien TB paru di Puskesmas Tangerang Selatan tahun
2013 (n=32)
n
%
13
40,6
Perilaku responden Kurang baik
Baik
19
59,4
Total
32
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
C. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi-square, uji fisher
dan uji kolerasi spearman. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penulran TB paru,
yaitu karakteristik responden (jenis kelamin dan tipe TB paru) dan pengetahuan
pada pasien TB paru di Puskesmas wilayah Tangerang Selatan tahun 2013. Hasil
penelitian tersebut dapat dilihat di bawah ini:
1. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Pencegahan Penularan
TB
Uji statistik pada variabel jenis kelamin menggunakan uji chi-square. Uji
tersebut memperoleh hasil 8 pasien laki-laki (44,4%) dan 10 pasien perempuan
(71,4%) berperilaku baik, sedangkan 10 pasien laki-laki (55,6%) dan 4 pasien
perempuan (28,6%) berperilaku kurang baik. Dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 5.5
Korelasi jenis kelamin pasien TB paru dengan perilaku pencegahan di
Puskesmas Tangerang Selatan tahun 2013 (n=32)
Perilaku
Baik
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Total
Kurang baik
N
%
n
%
8
10
18
44,4
71,4
56,2
10
4
14
55,6
28,6
43,8
P Value
0,24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Dari tabel 5,5 diatas dapat terlihat bahwa p value = 0,24 yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
pasien TB paru dengan pencegahan penularan infeksi TB tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima atau Ha ditolak.
2. Hubungan Antara Tipe Pasien dengan Perilaku Pencegahan Penularan TB
Uji statistik pada variabel ini menggunakan uji Fisher, dari 30 pasien TB
paru tipe I di dapatkan hasil bahwa 16 pasien berperilaku baik (53,3%) dan 14
pasien (46,7%) yang berperilaku kurang baik. Sedangkan 2 pasien tipe II
(100%) berperilaku baik. Dapat dilihat pada tabel 5,6 dibawah ini:
Tabel 5.6
Korelasi tipe pasien TB paru dengan perilaku pencegahan di Puskesmas
Tangerang Selatan tahun 2013 (n=32)
Perilaku
P Value
Baik %
Kurang
%
baik
53,3
14
46, 7
0,49
Tipe responden Tipe 1 16
Tipe 2
2
100
0
0
Total
18
56,2
14
43,8
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa p value 0,49, jadi hasil uji tersebut
tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe pasien TB paru dengan
pencegahan penularan infeksi TB atau H0 diterima.
3. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penularan
TB
Uji statistik ini menggunakan uji spearman rho, hasil uji tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Tabel 5.7
Kolerasi pengetahuan pasien TB paru dengan perilaku pencegahan di
Puskesmas Tangerang Selatan tahun 2013
Perilaku
r
-0.061
Pengetahuan responden
p
0,74
n
32
Dari tabel 5.7 diatas dapat terlihat bahwa nilai p value = 0,741, hasil
tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan pasien TB paru dengan perilaku pencegahan penularan infeksi TB
tersebut. Nilai korelasi spearman sebesar -0,061 yang menunjukkan bahwa arah
kolerasi negatif dengan kekuatan kolerasi yang sangat kuat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis seseorang.
Terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara wanita dengan pria
(Henderson, 2006). Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan infeksi
TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: status sosial
ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya. Jenis
kelamin pasien TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar
terdiri dari 56,2% responden laki-laki dan sisanya 43,8% responden perempuan.
Hasil tersebut menggambarkan bahwa pasien TB paru lebih didominasi oleh
jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Menurut WHO 2013 insiden
kejadian TB paru lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki mungkin dikarenakan
oleh beberapa hal, diantaranya: perbedaan epidemiologi atau paparan, resiko
infeksi, dan perkembangan dari penyakit infeksi, hal ini dikaitkan dengan
mengkonsumsi rokok dan alkohol yang dapat menurunkan kekebalan tubuh
sehingga sangat rentan dengan kejadian TB (www.who.com).
Penelitian yang dilakukan oleh Habibah (2013) dan Wadjah (2012)
terhadap gambaran karakteristik pasien TB paru, menunjukkan bahwa sebagian
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
besar responden berjenis kelamin perempuan. Gambaran jenis kelamin pada
penelitian tersebut tidak sejalan dengan gambaran jenis kelamin pada penelitian
ini. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sama banyaknya terpajan infeksi TB paru.
2. Gambaran tipe pasien TB paru
WHO (1991) membagi pasien TB Paru ke dalam 4 tipe menurut
pengobatannya, yaitu: tipe I adalah pasien dengan kasus baru dengan sputum
positif dan kasus baru dengan bentuk TB berat, tipe II yaitu kasus kambuh dan
kasus gagal dengan sputum BTA positif, tipe III adalah kasus BTA negatif
dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ektra paru selain dari yang
disebut dalam tipe I. Sedangkan tipe IV ditujukan terhadap TB kronis (Sudoyo,
2007).
Pada penelitian ini hanya terdapat dua Tipe pasien TB paru, yaitu sebesar
93,8% tipe I dan 6,2 % tipe II. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pasien tipe I lebih dominan dari pada pasien dengan tipe lainnya. Menurut
petugas kesehatan yang bertanggung jawab di Puskesmas, Hal tersebut
disebabkan pengawasan pengobatan yang ketat dari petugas, keluarga dan
kesadaran pasien sendirei maka pasien TB paru tersebut sembuh dengan
pengobatan yang rutin hingga sembuh total, sehingga tidak terdapat pasien tipe
III, atau IV.
Wahyuni
(2013)
menyimpulkan
penelitiannya
terhadap
kejadian
tuberkulosis kambuh terjadi diusia antara 19-55 tahun, sebagian besar laki-laki
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
dengan tingkat pendidikan rendah, bekerja di sektor informal dengan tingkat
sosial ekonomi rendah, kebiasaan merokok, dengan DM (diabetes mellitus),
dan sebagian besar responden tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien TB
lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Munir (2010) terhadap 101 responden
TB paru. maka didapatkan 22,8% kasus baru (tipe I), 17,8% kasus putus obat
dan 36,6% kasus kambuh (tipe II), 16,9% kasus gagal (tipe III), dan 5,9% kasus
kronik.
3. Gambaran pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihayan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan tersebut diperoleh dari mata dan
telinga (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan responden yang dikaji dalam
penelitian ini terkait dengan pengertian TB paru, etiologi, manifestasi klinis,
penegakan diagnosis, pencegahan penularan, pengobatan dan komplikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 9,4% responden dengan
pengetahuan kurang, 25% responden dengan pengetahuan cukup, dan 65,6%
responden dengan pengetahuan baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpengetahuan baik. Pasien TB paru dengan
pengetahuan yang baik diharapkan dapat berperilaku baik terhadap pencegahan
penularan TB. Kesadaran terhadap pentingnya pencegahan penularan akan
tumbuh jika pengetahuan pasien TB paru baik. Pengetahuan tersebut terkait
dengan penyakit TB paru yaitu diantaranya termasuk pencegahan penularan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
4. Gambaran perilaku
Skinner dalam Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku adalah
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan atau kebiasaan yang biasa
dilakukan oleh responden terhadap pencegahan penularan infeksi TB tersebut.
Cara untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku yang dilakukan oleh
responden dalam melakukan pencegahan penularan TB tersebut adalah dengan
cara memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan perilaku pencegahan TB
yang tercantum pada instrumen (kuesioner) sebanyak 18 item.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 40,6% responden
dengan perilaku kurang baik, dan 59,4% responden dengan perilaku baik. Dari
hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berperilaku
baik terhadap pencegahan penularan TB. Hal tersebut diimbangi dengan
pengetahuan responden yang baik juga. Menurut Lewin dalam Notoatmodjo
(2007) perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan
sehingga diperoleh keadan seimbang.
Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Bloom dalam
Maulana 2009). Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku
sakit merupakan respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit dan penularan (Maulana,
2009).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pencegahan penularan TB
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus,
namun respon tersebut juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang tersebut. Faktor tersebut yaitu internal dan eksternal.
Internal adalah faktor dari orang itu sendiri, seperti jenis kelamin antara
perempuan dan laki-laki. Faktor eksternal disini meliputi lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Perilaku seseorang individu baik laki-laki
atau perempuan merupakan penghayatan atau aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal (Maulana, 2009).
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian,
melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini
bisa dimungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma
pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan,
sedangkan laki-laki cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan
rasional. Walaupun stimulus yang diberikan sama terhadap kedua jenis kelamin
tersebut, namun responnya bisa berbeda (Notoatmodjo, 2007). Menurut
Bastable (2002) perempuan lebih mudah mengerjakan sesuatu yang disarankan
oleh orang lain dan lebih dipengaruhi oleh sugesti ketimbang laki-laki. Jadi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
perempuan lebih mudah berperilaku baik terhadap pencegahan penularan TB
paru.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan perilaku pencegahan penularan TB (p value = 0,24). Pernyataan diatas
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prihanto (2009) dan Umsiah
(2009) yang mendapatkan hasil bahwa jenis kelamin pasien TB paru tidak
berhubungan dengan pencegahan penularan TB. Hasil tersebut dapat
dipengaruhi oleh pengalaman atau tingkat pendidikan dari responden tersebut
yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan jenis kelamin tidak berhubungan
dengan perilaku pencegahan penularan TB. (Pickett & Hanlon (2009)).
Meskipun tidak ada hubungan antara jenis kelamin pasien TB paru
dengan pencegahan penularan TB, akan tetapi jenis kelamin berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Perempuan cenderung lebih banyak mencari
pengobatan atau perawatan kesehatan dari pada laki-laki. Laki-laki cenderung
tidak bergantung pada perawatan kesehatan dibandingkan perempuan adalah
karena harapan masyarakat tentang peran yang dipikul laki-laki, yaitu bahwa
laki-laki harus lebih kuat. Alasan ini membentuk laki-laki tidak mencari
perawatan kesehatan kecuali jika sakit parah (Bastable, 2002). Namun
responden pada penelitian ini lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama-sama
mencari pelayanan kesehatan. Perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
lain, seperti dukungan keluarga.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
2. Hubungan tipe pasien dengan perilaku pencegahan penularan TB
Pasien TB paru yang telah melakukan pengobatan belum tentu sembuh
total dari infeksi kuman TB tersebut. Kemungkinan bisa saja BTA tetap positif
atau kambuh kembali ketika daya tahan tubuh menurun, sehingga akan tetap
dapat menularkan infeksi kepada orang lain (Smeltzer, 2002 dan Sudoyo,
2007).
Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara tipe pasien TB paru dengan perilaku pencegahan penularan TB
(p value = 0,49). Jadi, tipe TB paru baik tipe I atau II tidak mempengaruhi
perilaku pasien TB paru, walaupun sebagian besar pasien berperilaku baik. Hal
tersebut dapat dikarenakan pengalaman atau tingkat pendidikan responden yang
berbeda-beda (Pickett & Hanlon (2009). Namun belum ditemukan penelitian
yang serupa yang mendukung atau tidak dengan penelitian ini.
Pickett dan Hanlon (2009) menyatakan bahwa pasien TB paru sebagian
besar bersikap kooperatif terhadap pelayanan kesehatan. Responden pada
penelitian ini melakukan pengobatan dan pemeriksaan secara rutin di
Puskesmas. Petugas kesehatan yang bertangung jawab terhadap program TB
juga selalu memantau dan memberikan pengarahan terkait dengan TB Paru,
termasuk perilaku pencegahan penularan TB, sehingga sebagian besar perilaku
responden baik terhadap pencegahan penularan TB. Pengobatan yang dilakukan
juga tidak terdapat kendala, dikarenakan pemerintah telah membebaskan biaya
untuk obat-obat TB paru, sehingga tidak memberatkan pasien TB paru yang
sebagian besar dari kalangan sosial ekonomi rendah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan
Green dalam Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perilaku
dan faktor diluar perilaku. Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu
faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Pengetahuan
seseorag termasuk kedalam faktor predisposisi. Seseorang yang tidak
melakukan perilaku yang baik terhadap pencegahan penularan TB bisa
dikarnakan kurang mengetahui cara pencegahan penularan (faktor predisposisi).
Atau karena tempat pengobatan yang jauh dari rumahnya, sehingga jarang
mengikuti penguluhan terkait tentang TB paru (faktor pendukung). Hal lain bisa
disebabkan oleh petugas kesehatannya yang kurang memperkenalkan penyakit
TB paru dan pencegahan penularannya (faktor pendorong).
Menurut Green dalam Maulana (2009) pendidikan kesehatan mempunyai
peranan
penting dalam mengubah dan menguatkan faktor-faktor perilaku
(predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga menimbulkan perilaku
positif dari masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa, perilaku, pendidikan
kesehatan, dan status kesehatan saling berhubungan satu sama lain. Pelayanan
kesehatan sendiri memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien TB paru
ketika pertama kali mereka terdiagnosis TB paru. Pendidikan kesehatan
tersebut meliputi pengertian tentang penyakit, pengobatan, tanda dan gejala,
akibat dari penyakit TB jika tidak ditangani, cara penularan dan pencegahan
penularan. Pendidikan kesehatan berikutnya tergantung dari kebutuhan pasien.
Tidak ada jadwal khusus atau rutin terhadap penyuluhan bagi pasien TB paru
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
dan keluarganya. Sehingga diharapkan, dari pendidikan kesehatan yang
diberikan, pasien TB paru dapat mengubah perilakunya.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan TB (p value = 0,74 , r = 0,061 ). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2010) menyimpulkan bahwa meskipun 50% pengetahuan responden
baik dalam pencegahan penularan TB, tetapi apabila tidak ditunjang dengan
faktor-faktor lain, misalnya sarana dan prasarana yang kurang mendukung
terjadinya perilaku, sehingga perilaku pencegahan penularan TB paru tidak
dapat dijalankan dengan baik (p= 0,25). Hal ini juga didukung dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Djannah (2009) yang menyimpulakan bahwa
pengetahuan seseorang tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan
penularan TB (p= 0,21, r= 0,00).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Green (1980) yang
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mendasari perubahan perilaku seseorang. Pengetahuan responden yang baik
dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan perilaku dalam pencegahan
penularan pengetahuan merupakan domain terendah dalam pembentukan
perilaku (Notoatmodjo, 2007). Teori Green tersebut didukung oleh hasil
penelitian yang menyatakan bahwa pengetahuan pasien TB paru berhubungan
dengan perilaku pencegahan penularan TB dengan p= 0,0001 (Habibah, 2013).
Seseorang yang sedang sakit mempunyai hak dan kewajiban, seperti tidak
menularkan penyakitnya pada orang lain (Maulana, 2009). Pengetahuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit,
dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang lain (Suryo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2007) sebelum seseorang mengubah perilakunya ia
harus mengetahui terlebih dahulu arti atau manfaat perilaku tersebut bagi
dirinya atau keluarganya. Begitu halnya dengan pengetahuan tentang sakit dan
penyakit dalam cara penularan dan pencegahan penularan TB. Sehingga
terbentuklah perilaku yang baik terhadap suatupenyakit dikaitan dengan
pengetahuan seseorang.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memilki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitai, diantaranya sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terlalu sedikit untuk dijadikan
penelitian yaitu sebesar 32 responden, hal tersebut dikarenakan ada beberapa
sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi.
2. Instrument dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan
literatur yang didapatkan mengenai penyakit TB paru dan pencegahan
penularan TB, dikarenakan belum ada instrument pengumpulan data yang baku
dalam penelitian ini.
3. Selama proses pengumpulan data memiliki beberapa kekurangan, diantaranya
adalah tempat yang jauh, waktu pengobatan pasien yang bersamaan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
puskesmas sehingga saya tidak dapat mendampingi responden sepenuhnya saat
penelitian berlangsung.
4. Houthrone effect ; subjek yang diteliti mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti
sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada babbab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Gambaran karakteristik yaitu jenis kelamin dan tipe TB Paru pada penelitian ini
ialah: persentasi jenis kelamin laki-laki 56,2% dan sisanya perempuan.
Persentasi tipe TB paru pada setiap tipe adalah, tipe I sebesar 93,8%, dan
sisanya tipe II, tidak terdapat tipe III dan tipe IV.
2. Sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki pengetahuan yang baik,
yaitu sebesar 65,6%. Perilaku responden sebagian besar baik sebesar 59,4%.
3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti oaleh peneliti
tidak ada hubungan dengan perilaku perilaku pencegahan penularan TB.
Adapun faktor-faktornya yaitu: Jenis kelamin (p= 0,24), tipe TB (p= 0,49), dan
pengetahuan (p=0,74).
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Saran peneliti untuk Puskesmas yang dijadikan tempat penelitian. Pihak
Puskesmas perlu melakukan kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan yang rutin
sebulan sekali guna untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
pasien TB paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB. Sehingga
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
diharapkan pasien dengan TB paru dapat berperilaku baik terhadap pencegahan
penularan TB dan akan terjadi penurunan kejadian TB paru di masyarakat stiap
tahunnya.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Profesi keperawatan diharapkan lebih memberi peran kepada masyarakat
atau pasien TB paru terhadap edukasi atau praktik pencegahan penularan TB.
Terlebih kepada perawat ahli medikal bedah atau perawat komunitas yang
kontak langsung dengan pasien TB.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam terait
dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan
TB misalnya dukungan keluarga, usia dan lain-lain dan juga menambahkan
responden yang lebih banyak. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan
penelitian dengan observasi secara langsung. Sehingga diharapkan mendapat
hasil yang lebih baik dari penelitian ini.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA
Press, 2012.
Arias, Kathleen Meehan. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta :
Rineka Cipta, 2006.
Asih, Niluh G.Y dan Effendy C. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:EGC, 2004.
Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002.
Budiarto, Eko dan Angraeni, Dewi. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC,
2003.
Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC,
2004.
Cahyono, J.B Suharjo B. dkk. Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: KASINIUS, 2010.
Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel: Dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika, 2011.
Depkes. Laporan Nasional Riskesdas tahun 2007. Jakarta: pusat penelitian
pengembangan kesahatan, 2008.
Depkes. diakses 26 November 2012. http://www.bppsdmk.depkes/ tuberkulosis 2012.
Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 2007.
Depkes RI, Stategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011.
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: KemenKes RI, 2011.
Depkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: KemenKes RI,
2012.
Djannah, Siti Nur. dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Pencegahan Penularan TBC pada Mahasiswa Di Asrama Manokwari Sleman
Yogyakarta. Vol 3. No 3 (2009). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Dinas kesehatan DKI Jakarta. Tuberculosa Paru (TB Paru) Pencegahan dan
Pengobatan. Jakarta, 2002.
Dinkes Tangsel, Profil kesehatan 2011. Tangerang Selatan, 2012.
Gaster. Determinan Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penularan Penyakit
TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Bendosari. Vol 4. No 1. Februari. 2008.
Habibah dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang TB Paru Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru.
Henderson, Christine. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC, 2005.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika, 2007.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Hiswani. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. http:library.usu.ac.id/download/fkm-hiswani6.pdf2009
Kristanti, Handriani. Waspada!!! 11 Penyakit Berbahaya. Yogyakarta: Citra Pustaka,
2009.
Lubis, Ade Fatma. Kesehatan Ekonomi. Medan: USU Press, 2009.
Mahdiana, Ratna. Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit dari
Infeksi. Yogyakarta: Citra Pustaka, 2010.
Manalu, Helper Sahat P. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan
Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 9 No 4 (Desember
2010) h. 1340-1346.
Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009.
Munir, Sri Melati dkk. Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug
resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan. Vol. 30. No 2 (April
2010)
Murwani, Arita. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen Publishing,
2011.
Naga, Soleh S. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: DIVA
Press, 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta, 2007.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta, 2007
Nugroho, Ferry Adreas. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan sikap dengan perilaku
pencegahan penularan Tuberkulosis Paru pada Keluarga. Vol 3. No 1 (2010).
Jurnal Penelitian Stikes RS Babti Kediri.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 2008
PPTI. diakses 26 November 2012 http://www.ppti.info/2012/09/tbc-di-indonesiaperingkat-ke-5.html
Pickett, George dan Hanlon, John J. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan
Praktik. Jakarta: EGC, 2009.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Vol 2. Jakarta: EGC, 2006.
Prihanto, Jais. Hubungan Karakteristik Pasien TB Paru dengan Perilaku Pencegahan
Penularan Pada Anggota Keluarga di Kecamatan Ngadirejo Kabubaten
Temanggung. 2009. Jurnal stikes.
Rahmawati dkk. Peran PMO dalam Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Remaja Samarinda. 2012
Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press, 2008.
Robbin, Stanley L dkk. Buku Ajar Patologi. Vol 2. Jakarta: EGC, 2007.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis.-----: Sagung Seto, 2010.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. Keperawatan Medikal Bedah.vol 1. Jakarta:
EGC, 2002.
Somantri, Irman. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Sudoyo, Aru W. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, 2007.
Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.
Suryo, Joko. Herbal “Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan: Pneumonia,
Kanker paru-paru, TB, Bronkitis, Pleurisis”. Yogyakarta: B First, 2010.
Umar, Husein. Metode penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2011.
Umsiah. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluarga Terhadap Pencegahan
Penularan Tuberkulosis (TB) di Pusat Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis
Indonesia (PPTI) di Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Skripsi, 2009.
WHO. 26 November 2012 http://whoindonesia.healthrepository.org/
WHO. Tuberculosis and gender. Diakses 1 Oktober 2013.
http://www.who.int/tb/challenges/gender/page_1/en/index.html
Widoyono.
Penyakit
Tropis
:
Epidemiologi,
Penularan,
Pencegahan
&
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga, 2008.
Yoga, Tjandra. Masalah Kesehatan Dunia terkait TB. Artikel diakses 1 Desember
2012 http://www.bppsdmk.depkes.go.id/2012.
---------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2010
------------. Situasi TB di Indonesia dalam Pencapaian MDGs: Program dan
Kegiatan. diakses pada 1 Desember 2012 http://pppl.depkes.go.id/depkes.
www.datastatistik-indonesia.com. Diakses pada 1 desember 2012.
PEMEruNTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEH,{TA}{
Jl. Wikrua Harja Komp. $asmia Jaya No' 27
Telp. 021 - 7 M1557 , Fax' 02 1 ' 'l M1236 - Pamulang
Paurulang, 28 Desember 2012
tMl Dinkes lru I 2012
Nomor
:800
Lampiran
:-
Perihal
: Pemberian
KepadaYtb,
Dekan
LIIN Syarif HidaYaarllah Iakafia
lzin Sludi Pendehuluan
Fakultas Kedolteran dan
Ilnu
Kesehatan
diTEMPAT
Sehubungan dengan aAanya surat dari
Kedol*teran dan Ilmu Kesehatdn, Nomor
Permohonan Izin Studi Pendauhluan alas
:
lJlN Syarif Hidayatullah Jalorta Falultas*
un.01/ r10/KM'01'21 327512012' perihal : '
uuna:
Nana
Humaira
NIM
r09104000049
Program Sudi
Ilmu KePerawatan
.Taktor-&ktor yang berhubungan dengan penderita TB Pant
Tema
Lain"
Terhadap Pe,ncegaban Peoularan TB kepada Orang
Pada dasamya kami tidak keberatan
unfi*
memberikan Izin studi Pendahuluan
dalam hat
yang dilakukan oleh lvlahasiswa UIN Syarif Hidayatullah lakart4'adapun
Bidang P2PL yang al(all
pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Iftpala
dihHtjungi.
it
kasih.
Demikian atas Perhatian dan kcrja
DINAF KESEEATAI{
-7
Tembusan:Ytb
1. Wali Kota Tangemry Selstar' (sebagai laporan)
2,
YaugB€ssanghrtan
;
TKI
1990031 006
KEMENTERIAN AGAMA
I.INTVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA
FAKTJLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Ir. Kerramukti No.
5 pisangan
ciputat
r54re
fflf;n" ',(!?^*lJl,:T'Lf ;ffi,fi'rild"1'J,Z::".,.
Ciputat
Nomor : Un.01tFl0/I(M.AL.z/ Lq? lZAt3
(7luni2}tZ
Lampiran : -
Hal
: Permohonan Izin Uji Yaliditas dan Relibilitas
Kepada Yang Terhorma!
Kepala Lay anan Kesehatan Cuma-cuma
Jl. Ir. Juanda Mega Mall Blok D-01
di
Ciputat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Delam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa
diperlukan penyusunan skripsi yang berjudul "Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Perilaku Penderita Tuberkulosis paru Terhadap
Pencegahan Penularan Tuberkulosis di Puskesmas Tangerang,'.
sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin rnelaksanakan uji
validitas dan relibilitas atas nama
:
Nama
Humaira
NIM
109104000049
Semester
vm
Program Studi
IlmuKeperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Keseharan UIN Syarif
Hidayatullah lakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan
Tembusan:
Dekan FKIK
r,A\
hari V/idjajakusumah, AIF., PFK
'"iE#6)
'.4
DOMPET
DHUAFA
SUBAT KETERANGAN
58/S D UL K C N lll 20 1 3
N o. 0
Kamiyang bertanda tangan di bawah ini
Nama
NRP
Jabatan
:
: Eko Fajar Santoso
:13.04.2Q1
: Manager Operasional
Menerangkan bahwa:
Nama
NRP
:Humaira
: 109104000049
iurusan
: !lmu Keperawatan Universitas lslam Negeri Jakarta
Yang bersangkutan benar telah melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas pada
Layanan Kesehatan cuma - cuma (LKC Dompet Dhuafa). Jl. lr. H. Juanda No.
34 Mega Mall Ciputat pada tanggal 23 Juni- 3 Juli 2013 .
Demikianlah surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ciputat, 17 Juli 2013
Hormat Kami,
DOMP[T
DHUAFA
Elfo Faiar Santoso
Manager Operasional
Tembusan: Arsip
Layanan Kesehatan Cuma - Cuma
Ciputat Mega Mall BLOK D-01
Jl. h H. Juanda No. 34
Ciputat Tangerang 15412
Telp :021 7416262 (huntig)
Fax 1021 7416'171
PEMERIINTAH KOTA TANGERANG SELATAI{
m
DINAS KESEHIflAN
Jl. Witana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27
Telp. 021 - 7441557,Fa:r. 021 -
7
441236 - Parrulang
Pamulang, 15 Juli 2013
Nomor
: 800
/48* / Dinkes lYll I 2013
Kepada Yth,
Larnpiran
Perihal
Dekan
: Pemberian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Izin Penelitian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
diTEMPAT
Sehubungan dengan adanya surat dari
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Nomor: Un.01/ Fl0/KM.0l .21 360712013, perihal
Permohonan Izin Penelitian atas nama
:Humaira
NIM
:109104000049
Tema
:
:
Nama
Program
UIN Syarif Hidayatullalr Jakarta Fakultas
Studi : Ilmu Keperawatan
: "Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita
Tuberkulosis Paru terhadap Pencegahan Penularan Tuberkulosis
di Puskesmas Kota Tangerang Selatan".
Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan Izin Studi Pendahuluan
yang d'ilakukan oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam lral
pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesmas yang akan
dikunj ungi.
Demikian atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
KESEHATAN q.
NG SEI,ATAN
*
Iili{As
I(ESE}IATAI{
NIP. 19690204 1990031 006
Tembusan :Yth
L
2.
3.
4.
5.
Wali Kota Tangerang Selatan, (sebagai laporan) ;
Kepala UPT Puskesmas Pisaqgan di Kota Tangerang Selatan;
Kepala UPT Puskesrnas Ciputat Timur di Kota Tangerang Selatan;
Kepala UPT Puskesmas Situ Gintung di Kota Tangerang Selatan;
Yang Bersangkutan.
E---
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS CIPUTM TIMUR
Jl. Anggur I No. 3, Kel. Rempoa, Kec. Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan
Telp. (021) 74403.12
SURAT KETERANGAN
No : DoiftrlPkm.
cpt.mr/X20
I3
Dengan ini menerangkan bahwa:
:Humaira
: 109104000049
Nama
MM
Fakultas
Jurusan
Ilmu Kesehatan
: IlmuKeprawatan
: Kedokteran dan
Menyatakan telah melalokan penelitian di Puskesmas Ciputat Timur pada bulan agustus
20L3. Penelitian dengan
judul "Faklor-fakfor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pasien
Tuberkulosis Paru dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis di Puskesmas Tangerang Selatan
tahun 2013".
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ciputat Timur, 7 Oktober 2013
PLH Kepala UPT
Timur
Pu$esmas
(
NIP.,tr972051
199203
2005
PtsTTIERINTAH KT}TA TAITTGEHA}T$G SSLA AN
B$SASKE.SGIIIL-TANI*&:FAThI{GSRANGSEIITTAIY
PUSKESMA$ STT.$ GINTI}NG
Jdan Serm Rs5'a KdnfnmgBuaram RT/RW08ff2, Kecmratan
C@rt-
Tmgsrang Setatilr
SURAT KETERANGAN
Nomor: 800/ 006/PKM.SG/DU2013
Yangbertandatangan di bawatr ini
:
Nrna
: Hj. Sri Naikouati Ningsih,S.ST.
Jabatan
:
Kena! UPT Puskesmas Situ Gintung
Dengan ini menerangkan bahwa:
Hrrnaira
NIM
109104000049
Fakultas
Kedokteran dan IImu Kesehatan
Junrsan
IlmuKeperauatan
Menyatakan telah melakukan penelitian di Puskesmas Situ Gintung dari tanggal 2l
Agustus sampai dengan 28 Agustus 2013.
Demikian sur4tketerangan int dihnlgturftk
digunakan
mestinya.
Seru4 9 Agustus 2013
Kepala UPT Pusksrmrs Situ Gintung
Kota Tangerang Selatan
Hi. Sri Naikowati Ninesih,S.ST.
nrP.19710402 199101 2 001
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEHATAN
UPTPUSKESMAS PISANGAN
Jl. Hijau Lestari Vll Komplek Perum Pd. Hijau Kel. Pisangan Kec. Ciputat Timur. Tangerang Setatan
Telp, 021-37615824
SURAT KETERANGAN
No. 800 I 02 lptu.pisangannVZ0t:
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama
Humaira
NIM
109104000049
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jurusan
Ikmr Keperawatan
Menyatakan telah melakukan penelitian di Puskesmas Pisangan pada bulan Agustus
2013. Penelitian dengan judul "Faldor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pasien
Tuberkulosis Paru dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis
di
Puskesmas Tangerang
Selatantahun 2013-.
Demikian surat ketemngan ini dibuat untuk digunakan sebagaimanamestinya.
Pisangan" 7 Oktober 2013
50530 201001
I
021
Lampiran 2
Lembar Inform Consent
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DALAM PENCEGAHAN PENULARAN DI
PUSKESMAS TANGGERANG SELATAN TAHUN 2013
Assalamualaikum. WR. WB
Salam sejahtera.
Nama
: Humaira
NIM
: 109104000049
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S. Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya
bapak/ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan. Kerahasiaan jawaban bapak/ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh
peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak/ibu dalam
pengisian kuesioner ini.
Apakah bapak/ibu bersedia menjadi responden?
YA /
TIDAK
Tertanda
(
)
Responden
Lampiran 3
Lembar Kuesioner
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PASIEN TUBERKULOSIS PARU DALAM PENCEGAHAN PENULARAN
DI PUSKESMAS TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Tujuan:
Kuesioner ini di rancang untuk mengidentifikasi: “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pasien TB paru dalam pencegahan penularan TB
kepada orang lain di Puskesmas wilayah Tangerang Selatan tahun 2013”
Petunjuk:
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap pertanyaan yang tersedia di
bawah ini.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dan sesuai menurut bapak/ibu
dengan kondisi yang dialami dengan memberikan tanda cek list (√).
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
4. Jawablah semua pertanyaan yang ada di bawah ini.
Nomor Responden :.........
Tipe pasien :……(di isi oleh peneliti)
A. Data Demografi Responden
1. Usia
: ..... tahun
2. Jenis Kelamin
: a. Laki-laki
B. Pengetahuan
b. Perempuan
Berilah tanda cek list ( ) pada kolom jawaban benar atau salah dibawah
ini!
No
Pertanyaan
1.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang menyerang paru-
Benar
Salah
Benar
Salah
paru
2.
TBC paru merupakan penyakit yang menular
3.
Penyebab TBC adalah bakteri yang berbahaya bagi tubuh
4.
Kuman penyebab TBC paru sama dengan kuman penyebab
flu/pilek
5.
Sinar matahari dapat mematikan kuman TBC
6.
Batuk lebih dari 2 minggu dapat dicurigai terinfeksi TBC paru
7.
Batuk berdahak atau batuk berdarah gejala dari TBC Paru
8.
Tanda-tanda dari TBC paru adalah berkeringat diwaktu malam
hari dan penurunan berat badan
9.
Rontgen dada merupakan salah satu pemeriksaan untuk
menentukan penyakit TBC paru
10.
Pemeriksaan dahak dilakukan untuk menentukan infeksi TBC
paru
11.
Pasien TBC paru dinyatakan sembuh jika sudah menyelesaikan
pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak ulang
hasilnya negatif
No
Pertanyaan
12.
Dahak penderita TBC paru dapat menjadi sumber infeksi bagi
orang lain
13.
Meludah sembarangan dapat menyebarkan infeksi TBC
14.
Infeksi TBC paru ditularkan dari orang ke orang melalui
keringat
15.
Orang yang paling berisiko terkena infeksi TBC adalah orang
yang berada di sekitar pasien TBC paru
16.
Menutup mulut saat batuk dan bersin dapat mencegah
penyebarkan infeksi TBC paru
17.
Minum obat TBC secara teratur sesuai anjuran dokter termasuk
pencegahan penularan TBC.
18.
Imunisasi BCG adalah upaya pencegahan TBC pada anak-anak
19.
Ventilasi/pencahayaan ruangan yang baik sangat berpengaruh
dalam pencegahan infeksi TBC
20.
Tujuan menggunakan masker mulut pada pasien TBC paru
untuk mencegah penyebaran infeksi TBC
21.
Daya tahan tubuh seseorang yang lemah dapat mempengaruhi
terjadinya infeksi TBC
22.
Tujuan dari pengobatan TBC yaitu untuk menyembuhkan dan
mencegah kekambuhan infeksi TBC
23.
Pengobatan TBC dapat dihentikan setelah pasien merasa
sembuh
24.
Mual dan muntah adalah efek samping dari obat TBC
25.
Pengawas menelan obat (PMO) pada pasien TBC paru harus
dari petugas kesehatan
26.
TBC paru juga dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.
27.
Komplikasi yang disebabkan oleh TBC diantaranya adalah
gagal napas/ sesak napas
28.
TBC paru dapat menyebabkan kematian
C. Perilaku
Pernyataan di bawah ini berisikan perilaku sehari-hari. Berilah tanda cek
list ( ) pada kolom jawaban dibawah ini!
Keterangan:
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
: tidak pernah tidak melakukan perbuatan tersebut
:berulang kali melakukan perbuatan tersebut
: sekali-sekali melakukan perbuatan tersebut
: belum sekali pun melakukan perbuatan tersebut (KBBI)
No
Pertanyaan
Selalu
1.
Menutup mulut ketika bersin atau batuk
2.
Memeriksakan kondisi TBC secara
Sering
Kadang
Tidak
-kadang
pernah
Kadang
Tidak
-kadang
pernah
teratur ke Pelayanan kesehatan
3.
Menjemur Kasur dan bantal yang
digunakan secara teratur
4.
Meludah disembarang tempat
5.
Mengikuti penyuluhan yang ada di
Pelayanan kesehatan
6.
Menutup mulut pada saat batuk
7.
Membuang/meletakkan masker yang
telah digunakan dimana saja
8.
Mengkonsumsi makanan tinggi protein
seperti telor, tempe, tahu, dan susu
No
Pertanyaan
Selalu
9.
Membuka jendela rumah setiap hari
10.
Meminum obat TBC jika ada yang
mengawasi
11.
Minum obat TBC secara teratur sesuai
dengan anjuran petugas kesehatan
12.
Mengkonsumsi makanan yang bergizi
13.
Membuang dahak dimana saja sesuka
hati
14.
Menggunakan
masker
berhadapan dengan orang lain
setiap
Sering
15.
Mengkonsumsi rokok
16.
Mencuci tangan setelah menutup mulut
saat bersin dan batuk
17.
Membuang tisu bekas bersin atau batuk
ke tempat sampah
18.
Berobat/memeriksakan TBC paru ke
pelayanan kesehatan ketika merasa
tidak sehat (batuk, sesak napas)
Lampiran 4
Validitas dan reliabilitas pengetahuan
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.510
30
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00002
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00003
25.1000
5.147
.241
.486
VAR00004
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00005
25.3000
5.484
-.057
.544
VAR00006
25.1000
5.463
.015
.518
VAR00007
25.1000
4.937
.400
.463
VAR00008
25.1000
5.253
.164
.497
VAR00009
25.0500
5.839
-.287
.543
VAR00010
25.0500
5.418
.106
.505
VAR00011
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00012
25.5000
5.000
.138
.505
VAR00013
25.0500
5.103
.422
.472
VAR00014
25.0500
5.418
.106
.505
VAR00015
25.1000
4.937
.400
.463
VAR00016
25.2500
4.829
.283
.472
VAR00017
25.1500
4.766
.424
.451
VAR00018
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00019
25.0500
5.418
.106
.505
VAR00020
25.1500
5.187
.155
.498
VAR00021
25.4500
5.208
.047
.525
VAR00022
25.0000
5.579
.000
.511
VAR00023
25.0500
5.418
.106
.505
VAR00024
25.0500
5.103
.422
.472
VAR00025
25.0500
5.103
.422
.472
VAR00026
25.2500
5.461
-.038
.537
VAR00027
25.7000
5.379
-.010
.534
VAR00028
25.1500
5.818
-.211
.557
VAR00029
25.1000
4.937
.400
.463
VAR00030
25.1000
4.937
.400
.463
Validitan dan reliabilitas perilaku
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.462
19
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
56.1000
26.937
-.061
.491
VAR00002
55.2500
23.882
.504
.397
VAR00003
56.4000
22.253
.546
.364
VAR00004
56.4500
21.103
.428
.363
VAR00005
56.2500
33.355
-.512
.632
VAR00006
55.4500
23.629
.361
.404
VAR00007
55.5000
23.000
.311
.405
VAR00008
55.5000
26.158
.062
.463
VAR00009
56.2000
21.853
.437
.371
VAR00010
55.4500
22.155
.512
.365
VAR00011
55.0000
25.684
.369
.434
VAR00012
55.6000
23.411
.371
.400
VAR00013
55.2000
25.432
.238
.437
VAR00014
54.9000
26.411
.316
.448
VAR00015
56.2500
23.039
.361
.397
VAR00016
55.1500
25.292
.155
.446
VAR00017
56.0000
24.842
.122
.453
VAR00018
55.5000
27.421
-.128
.518
VAR00019
57.1500
31.608
-.508
.575
Lampiran 5
1. Uji Normalitas
Descriptives
Statistic Std. Error
pengetahuan Mean
21.38
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
19.72
Upper Bound
23.03
5% Trimmed Mean
21.89
Median
22.50
Variance
20.952
Std. Deviation
4.577
Minimum
3
Maximum
26
Range
23
Interquartile Range
perilaku
.809
5
Skewness
-2.314
.414
Kurtosis
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
7.448
54.00
51.17
56.83
54.13
54.50
61.742
7.858
34
69
35
13
-.237
.075
.809
1.389
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
.414
.809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
pengetahuan
.211
perilaku
.090
32
.001
.779
32
.000
32
*
.982
32
.865
.200
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
2. Hasil analisa univariat
Frequency Table
Kategori Pengetahuan
Frequency Percent
Valid baik
Valid Percent
Cumulative Percent
21
65.6
65.6
65.6
cukup
8
25.0
25.0
90.6
kurang
3
9.4
9.4
100.0
32
100.0
100.0
Total
Kategori Perilaku
Frequency Percent
Valid baik
Valid Percent
Cumulative Percent
19
59.4
59.4
59.4
kurang baik
13
40.6
40.6
100.0
Total
32
100.0
100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid L
18
56.2
56.2
56.2
P
14
43.8
43.8
100.0
Total
32
100.0
100.0
Tipe Pasien TB Paru
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1
30
93.8
93.8
93.8
2
2
6.2
6.2
100.0
32
100.0
100.0
Total
3. Analisis Bivariat
Jeniskelamin * Perilaku Crosstabulation
perilaku
baik
jeniskelamin L
Count
Total
Total
8
10
18
10.1
7.9
18.0
% within
jeniskelamin
44.4%
55.6%
100.0%
% within perilaku
44.4%
71.4%
56.2%
Count
10
4
14
Expected Count
7.9
6.1
14.0
% within
jeniskelamin
71.4%
28.6%
100.0%
% within perilaku
55.6%
28.6%
43.8%
18
14
32
18.0
14.0
32.0
56.2%
43.8%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count
P
kurang baik
Count
Expected Count
% within
jeniskelamin
% within perilaku
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2- Exact Sig.
sided)
(2-sided)
df
2.330a
1
.127
1.363
1
.243
2.378
1
.123
Fisher's Exact Test
N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.165
.121
32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for jenis kelamin (L / P)
.320
.072
1.415
For cohort perilaku = baik
.622
.337
1.149
1.944
.771
4.906
For cohort perilaku = kurang baik
N of Valid Cases
32
tipe * perilaku Crosstabulation
perilaku
baik
tipe
1
Count
14
30
16.9
13.1
30.0
% within tipe
53.3%
46.7%
100.0%
% within
perilaku
88.9%
100.0%
93.8%
2
0
2
1.1
.9
2.0
100.0%
.0%
100.0%
11.1%
.0%
6.2%
18
14
32
Count
Expected Count
% within tipe
% within
perilaku
Total
Total
16
Expected Count
2
kurang baik
Count
Expected Count
18.0
14.0
32.0
56.2%
43.8%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within tipe
% within
perilaku
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
df
1.659a
1
.198
.305
1
.581
2.405
1
.121
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
Fisher's Exact Test
N of Valid Cases
.492
b
.308
32
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
For cohort perilaku = baik
Lower
.533
N of Valid Cases
.382
Upper
.745
32
Pengetahuan * Perilaku Correlations
pengetahuan
Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
perilaku
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
perilaku
1.000
-.061
.
.741
32
32
-.061
1.000
.741
.
32
32
Download