PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS PADA PASIEN IBU HAMIL RAWAT INAP TAHUN 2015-2016 DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAKINA IDAMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Agatha Anggun Anggita Sonda NIM : 138114036 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS PADA PASIEN IBU HAMIL RAWAT INAP TAHUN 2015-2016 DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAKINA IDAMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Agatha Anggun Anggita Sonda NIM : 138114036 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI INTISARI Kesehatan ibu hamil merupakan hal yang penting bagi perkembangan ibu dan janinnya. Penggunaan obat pada ibu hamil dibutuhkan perhatian khusus karena terjadinya perubahan fisiologis pada ibu hamil yang dapat berdampak pada kinetika obat yang dikonsumsi. Antibiotika merupakan salah satu jenis obat yang banyak ditemukan pada peresepan yang ditujukan bagi ibu hamil. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi peresepan antibiotik pada pasien ibu hamil yang menerima resep obat antibiotik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta pada tahun 2015-2016. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diambil dari rekam medik pasien ibu hamil pada tahun 2015-2016 yang menerima peresepan antibiotik. Data dievaluasi menggunakan metode Gyssens. Hasil evaluasi dengan metode Gyssens diperoleh 6 persepan masuk dalam kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat) dan 3 peresepan masuk dalam kategori IIIB (penggunaan antibiotik terlalu singkat). Kata kunci : kehamilan, antibiotika, Gyssens. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Maternal health is important for the development of mother and fetus. The use of medicines in pregnant women needs special attention due to physiological changes in pregnant women that may affect the kinetics of the drugs consumed. Antibiotics is one of the many drugs found in prescription aimed at pregnant women. The purpose of this study was to evaluate the prescription of antibiotics in pregnant women who received antibiotic prescription at Sakina Idaman Mother and Child Hospital Yogyakarta in 2015-2016. This research uses descriptive research type with case study approach. The data taken from the medical records of pregnant women patients in 2015-2016 who receive antibiotic prescribing. The data were evaluated using the Gyssens method. The result of evaluation with Gyssens method was obtained 6 prescriptions category 0 (the prescription is rational) and 3 prescriptions category IIIB (the duration of therapy is too short). Keywords: pregnancy, antibiotics, Gyssens. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. vi INTISARI.............................................................................................................. vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii PENDAHULUAN ...................................................................................................1 METODE PENELITIAN .........................................................................................2 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................5 A. Usia Pasien ...................................................................................................5 B. Usia Kehamilan ............................................................................................5 C. Profil Diagnosis ............................................................................................6 D. Pola Peresepan .............................................................................................6 E. Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode Gyssens ............................7 KESIMPULAN ......................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15 LAMPIRAN ...........................................................................................................17 BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................................45 ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Kategori hasil evaluasi antibiotik berdasarkan kriteria Gyssens (Kemenkes, 2011) ....................................................................................3 Tabel II. Distribusi usia pasien ibu hamil di Rumah Sakit Sakina Idaman Yogyakarta...............................................................................................5 Tabel III. Distribusi usia kehamilan di Rumah Sakit Sakina Idaman Yogyakarta ..5 Tabel IV. Profil diagnosis ibu hamil di Rumah Sakit Sakina Idaman tahun 20152016 .........................................................................................................6 Tabel V. Pola peresepan antibiotik pada pasien ibu hamil tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta............................................................7 Tabel VI. Distribusi hasil evaluasi peresepan tiap jenis antibiotika berdasarkan metode Gyssens pada pasien ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta............................................................9 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar I. Diagram alir kualitas peresepan antibiotika berdasar kriteria Gyssens (Gyssens & Meers, 2001) ......................................................................4 Gambar II. Distribusi ketepatan peresepan antibiotika pada pasien ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta .................8 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rekam Medis Kasus 8 .......................................................................17 Lampiran 2. Rekam Medis Kasus 13 .....................................................................21 Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 14 .....................................................................24 Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 17 .....................................................................28 Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 19 .....................................................................32 Lampiran 6. Rekam Medis Kasus 23 .....................................................................35 Lampiran 7. Rekam Medis Kasus 24 .....................................................................38 Lampiran 8. Instrumen Pengambilan Data.............................................................41 Lampiran 9. Surat Keterangan Ijin Penelitian ........................................................43 Lampiran 10. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearence)......................44 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENDAHULUAN Kesehatan ibu hamil merupakan hal yang penting bagi perkembangan ibu dan janinnya. Masa kehamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada ibu hamil, khususnya infeksi saluran kemih (ISK). Hal ini dikarenakan adanya dilatasi ureter dan stasis saluran urin karena perubahan anatomi dan hormonal pada masa kehamilan (Michelim, 2016 dan Lee, 2008). Infeksi asimtomatik bakteriuria terjadi pada 2% hingga 10% pada wanita hamil, dan apabila tidak ditangani 30% akan beresiko menjadi cistitis akut dan 50% beresiko infeksi pyelonefritis (Departement of Health Goverment of South Australia, 2013). Berdasarkan data Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA, terjadinya infeksi pada ibu hamil tahun 2013 telah mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 5,6% menjadi 7,3% (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Infeksi pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, bahkan kematian (Wein, 2007 dan Michelim, 2016). Ibu hamil yang terkena infeksi ataupun gangguan kesehatan lain membutuhkan obat guna menurunkan resiko komplikasi. Penggunaan obat pada ibu hamil membutuhkan perhatian khusus, karena adanya perubahan fisiologis pada masa kehamilan yang akan mempengaruhi kinetika obat, sehingga berpengaruh pada respon ibu hamil terhadap obat yang digunakan. Selain itu, beberapa obat mempunyai sifat teratogenik yang berpotensi menyebabkan kegagalan pada janin untuk tumbuh dan berkembang (Departemen Kesehatan RI, 2006). Ibu hamil yang menerima resep antibiotik baik sebagai terapi infeksi maupun sebagai profilaksis cukup banyak (Gondo, 2007). Menurut Abdushshofi, et al. (2016) dari keseluruhan sampel rekam medis ibu hamil di Departemen Obstetri dan Ginekologi suatu rumah sakit di Jakarta tahun 2014, 57,58% diantaranya menerima peresepan pengobatan antibiotika. Sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta menunjukkan dari 42 peresepan antibiotik profilaksis pada ibu hamil bulan April 2015, antibiotik yang diberikan bukan lini pertama profilaksis dan telah banyak bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang diberikan (Listiyani, 2016). 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik yang semakin banyak terjadi salah satunya diakibatkan kurangnya penerapan kewaspadaan standar di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Menurut Johnson (2012) bakteri yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil sebagai penyebab infeksi yang sering dialami selama masa kehamilan adalah E.coli, yaitu 80-90% dari kasus infeksi. Bakteri ini memiliki resistensi terhadap antibiotik ampicillin dan amoxicillin 20-40%, sehingga penggunaan antibiotik tersebut menjadi tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil pasien, profil diagnosis, dan profil antibiotik mengetahui gambaran profil pasien, profil diagnosis, dan profil antibiotik yang diresepkan pada ibu hamil, serta mengevaluasi peresepan antibiotik yang diindikasikan sebagai terapi infeksi saluran kemih pada pasien ibu hamil di RSIA Sakina Idaman menggunakan metode Gyssens. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan terutama dokter dan apoteker dalam pemberian terapi antibiotik bagi ibu hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Digunakan data retrospektif yang diambil dari data rekam medis pasien. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta pada bulan Maret hingga April 2017. Bahan penelitian adalah resep antibiotika pada rekam medis pasien ibu hamil rawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman pada tahun 2015-2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi meliputi rekam medis pada kasus ibu hamil rawat inap yang menerima peresepan antibiotika dan resep antibiotik yang diindikasikan untuk infeksi saluran kemih. Kriteria eksklusi meliputi rekam medis dengan kasus ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit lain dan rekam medis yang tidak terbaca dengan jelas. Penelitian ini menggunakan 43 peresepan antibiotika yang berasal dari 30 rekam medis, diantaranya 13 rekam medis terdiri dari 2 peresepan antibiotika. 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Seluruh peresepan digunakan untuk mengetahui gambaran profil pasien yaitu usia pasien dan usia kehamilan, serta profil diagnosis dan profil peresepan antibiotik yang terdiri dari jenis dan golongan antibiotik yang digunakan pasien ibu hamil di RSIA Sakina Idaman. Resep antibiotika yang diindikasikan sebagai terapi pada infeksi saluran kemih pada ibu hamil dievaluasi lebih lanjut. Sebanyak 9 resep antibiotika dari 7 rekam medis pasien, diantaranya 2 rekam medis terdiri dari 2 peresepan antibiotika dengan diagnosis tegak infeksi saluran kemih dievaluasi dan dikategorikan menggunakan kategori Gyssens. Metode Gyssens adalah metode kualitatif yang umum digunakan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika dari berbagai sisi yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, serta waspada efek samping obat (Gyssens dan Meer, 2001). Hasil evaluasi antibiotik dikategorikan dalam kategori Gyssens yang terdiri dari kategori 0 hingga VI (Tabel 1). Alur evaluasi dimulai dengan memeriksa kelengkapan data pasien, dan dilanjutkan mengikuti diagram alir Gyssens secara berurutan (Gambar 1). Tabel 1. Kategori hasil evaluasi antibiotik berdasarkan kriteria Gyssens (Kemenkes, 2011). Kategori Keterangan Kategori 0 Penggunaan antibiotik tepat atau bijak Kategori I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu Kategori IIA Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis Kategori IIB Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian Kategori IIC Penggunaan antibiotik tidak tepat cara atau rute pemberian Kategori IIIA Penggunaan antibiotik terlalu lama Kategori IIIB Penggunaan antibiotik terlalu singkat Kategori IVA Ada antibiotik lain yang lebih efektif Kategori IVB Ada antibiotik lain yang kurang toksik atau lebih aman Kategori IVC Ada antibiotik lain yang lebih murah Kategori IVD Ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit Kategori V Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik Kategori VI Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasi 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mulai Tidak Data lengkap VI Stop V Stop Ya Tidak AB diperlukan Ya Ada AB lain lebih efektif Ya IVA Tidak Ada AB lain kurang toksik Ya IVB Tidak Ada AB lain lebih murah Ya IVC Tidak Ada AB lain spektrum lebih sempit Ya IVD Tidak Pemberian terlalu lama Tidak Pemberian terlalu singkat Tidak Tidak Dosis tepat Ya IIA Tidak IIB Interval tepat Ya IIIA IIIB Tidak Rute tepat Ya IIC Tidak Timing tepat I Ya Tidak tergolong I-VI 0 Gambar 1. Diagram alir kualitas peresepan antibiotika berdasar kriteria Gyssens (Gyssens & Meers, 2001) Instrumen penelitian yang digunakan adalah formulir pengambilan data untuk mencatat data rekam medis pasien yang meliputi identitas pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta data terapi yang diterima pasien. Diagram alir Gyssens dan kategori Gyssens digunakan untuk mengevaluasi peresepan antibiotika dan menggolongkan hasil evaluasi. Literatur sebagai acuan 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam melakukan evaluasi, antara lain Preterm Labour and Birth (Queensland Clinical Guidelines, 2014), Urinary Tract Infection in Pregnancy: Review of Clinical Management (Michelim, Bosi, dan Comparsi, 2016), Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui (Departemen Kesehatan RI, 2006), WHO Recommendations on Interventions to Improve Preterm Birth Outcome (WHO, 2015), dan jurnal lain yang terkait. Variabel dalam penelitian ini adalah usia pasien dan usia kehamilan, profil diagnosis pasien yang ditegakkan oleh dokter, pola peresepan antibiotika yang meliputi golongan dan jenis antibiotika, dan hasil evaluasi peresepan antibiotika berdasarkan kategori Gyssens. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rekam medis ibu hamil rawat inap pada tahun 2015-2016 yang menerima peresepan antibiotika dengan indikasi infeksi saluran kemih. Sebanyak 42 peresepan antibiotika dari 30 rekam medis dianalisis dan didapatkan distribusi usia pasien, usia kehamilan, profil diagnosis, dan pola peresepan antibiotika. Selanjutnya sebanyak 9 resep antibiotika dari 7 rekam medis dengan diagnosis keluar infeksi saluran kemih dievaluasi lebih lanjut dengan diagram alir Gyssens. A. Usia Pasien Tabel 2. Distribusi usia pasien ibu hamil di Rumah Sakit Sakina Idaman Yogyakarta Karakteristik Usia Pasien Ibu Hamil Parameter N=42 % 19-29 tahun 19 45,24 30-40 tahun 22 52,38 41-51 tahun 1 2,38 Pasien ibu hamil yang menerima peresepan antibiotika dalam penelitian ini paling banyak dalam rentang usia 30-40 tahun sebanyak 22 pasien (52,38%), diikuti rentang usia 19-29 tahun sebanyak 19 pasien (45,24%) dan rentang usia 41-51 tahun 1 pasien (2,38%). Hasil persentase usia pasien tersebut sebagai gambaran usia pasien ibu hamil di rumah sakit ibu dan anak Sakina Idaman tahun 2015-2016 yang menerima peresepan antibiotika. 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Usia kehamilan Tabel 3. Distribusi usia kehamilan di Rumah Sakit Sakina Idaman Yogyakarta Karakteristik Usia Kehamilan Parameter N=42 % Trimester I (1-12 minggu) 7 16,67 Trimester II (13-28 minggu) 14 33,33 Trimester III (29-40 minggu) 21 50 Klasifikasi usia kehamilan menurut Prawiroharjo (2009) dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester I (minggu kehamilan 1-12), trimester II (minggu kehamilan 13-28), dan trimester III (minggu kehamilan 29-40). Pasien ibu hamil yang masuk rumah sakit paling banyak pada terimester III, diikuti usia kehamilan trimester II dan I. Hal ini sesuai dengan pernyataan Michelim (2016) bahwa resiko infeksi saluran kemih pada ibu hamil paling banyak terjadi pada trimester II dan III. C. Profil Diagnosis Profil diagnosis berdasarkan penegakan diagnosis keluar oleh dokter. Diagnosis dokter pada subyek penelitian antara lain partus prematurus imminens, infeksi saluran kemih, dan anemia. Tabel 4. Profil diagnosis ibu hamil di Rumah Sakit Sakina Idaman tahun 2015-2016 Diagnosis N=42 % Partus Prematurus Imminens 31 73,81 Infeksi saluran kemih 10 23,81 Anemia 1 2,38 Diagnosis terbanyak dari 30 rekam medis yang didapat adalah partus prematurus imminens (73,81%) dilanjutkan infeksi saluran kemih (23,81%). Preterm atau prematur adalah usia kehamilan kurang dari 37 minggu penuh. Terdapat beberapa resiko terjadinya partus prematurus imminens diantaranya usia ibu lebih dari 35 tahun dan kondisi kehamilan dengan infeksi saluran kemih akan meningkatkan resiko kelahiran prematur (Queensland Clinical Guidelines, 2004). Infeksi saluran kemih adalah salah satu jenis infeksi yang banyak terjadi pada masa kehamilan (Michelim, 2016). 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI D. Pola Peresepan Pola peresepan antibiotika dilihat melalui 42 peresepan antibiotika yang berasal dari 30 kasus rekam medis, 12 kasus diantaranya terdiri dari 2 jenis resep antibiotika dengan rute pemberian berbeda yaitu intravena dan peroral yang dimaksudkan untuk memudahkan pasien dalam melanjutkan terapi antibiotik dari rawat inap menjadi rawat jalan. Pola peresepan meliputi golongan dan jenis antibiotika. Antibiotika yang diresepkan meliputi 4 jenis antibiotika yaitu ceftriaxone, cefixime, cefotaxime, dan amoxicillin. Tabel 5. Pola peresepan antibiotik pada pasien ibu hamil tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta Karakteristik N=42 % Golongan Cefalosporin 38 90,48 ceftriaxone 23 54,76 cefixime 12 28,57 cefotaxime 3 7,14 4 9,52 4 9,52 Golongan Penisilin amoxicillin Golongan antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah cefalosporin sebanyak 38 resep (90,48%) yang terdiri dari 23 peresepan ceftriaxone, 12 peresepan cefixime, dan 3 peresepan cefotaxime. Jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah ceftriaxone (54,76%), diikuti cefixime (28,57%), dan amoxicillin (9,52%). cephalosporin adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Terapi antibiotik golongan cefalosporin dan penisilin adalah antibiotik yang banyak digunakan untuk pasien ibu hamil karena aman dan efektif pada ibu hamil, salah satunya untuk terapi infeksi saluran kemih (Slpos, et al., 2011). Penisilin dan cefalosporin yang diberikan pada ibu hamil pada trimester I tidak berpotensi teratogenik pada ibu dan janinnya (Lee, et al. 2008). 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode Gyssens Sebanyak 9 resep antibiotika dari 7 rekam medis dengan untuk ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 dengan diagnosis infeksi saluran kemih dievaluasi menggunakan diagram alir Gyssens kemudian digolongkan berdasarkan kategori Gyssens dalam rentang kategori VI hingga 0. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mulai n=9 n=0 tidak Data lengkap VI Stop V Stop ya n=9 n=0 tidak AB diperlukan ya n=9 n=0 ya Ada AB lain lebih efektif IVA tidak n=9 Ada AB lain kurang toksik n=0 ya IVB tidak n=9 Ada AB lain lebih murah n=9 n=0 ya IVC tidak Ada AB lain spektrum lebih sempit n=9 n=0 IVD tidak Pemberian terlalu lama ya n=0 ya n=9 tidak n=6 Pemberian terlalu singkat Dosis tepat Interval tepat IIIA n=0 tidak n=0 tidak n=0 tidak n=0 tidak IIA ya n=6 ya n=3 tidak IIB IIIB ya n=6 Rute tepat IIC ya n=6 Timing tepat I ya n=6 Tidak tergolong I-VI n=6 ya 0 Gambar 2. Distribusi ketepatan peresepan antibiotika pada pasien ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada gambar 2 didapatkan hasil 6 peresepan antibiotika memenuhi kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat) dan 3 peresepan antibiotik yang termasuk dalam kategori IIIB yaitu penggunaan antibiotik yang terlalu singkat. Tabel 6. Distribusi hasil evaluasi peresepan tiap jenis antibiotika berdasarkan metode Gyssens pada pasien ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta Antibiotika Kategori Gyssens ceftriaxon cefixime Jumlah 0 Penggunaan antibiotik tepat 6 - 6 I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu - - 0 II A Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis - - 0 - - 0 - - 0 II B II C Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian Penggunaan antibiotik tidak tepat rute pemberian III A Penggunaan antibiotik terlalu lama - - 0 III B Penggunaan antibiotik terlalu singkat 1 2 3 IV A Terdapat antibiotik lain yang lebih efektif - - 0 IV B Terdapat antibiotik lain yang kurang toksik - - 0 IV C Terdapat antibiotik lain yang lebih murah - - 0 - - 0 - - 0 - - 0 IV D V VI Terdapat antibiotik lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit Tidak terdapat indikasi penggunaan antibiotik Data rekam medis tidak lengkap Tabel 6 menunjukkan hasil evaluasi peresepan antibiotika tiap jenis antibiotika yang diresepkan pada pasien ibu hamil yang terdiagnosis infeksi saluran kemih di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta. Sebanyak 6 peresepan antibiotik ceftriaxone masuk dalam kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat), dan terdapat 3 peresepan antibiotik yang termasuk dalam kategori IIIB (penggunaan antibiotik yang terlalu singkat) yaitu 1 peresepan antibiotik ceftriaxone dan 2 peresepan antibiotik cefixime. Berikut perincian evaluasi antibiotika pada pasien ibu hamil rawat inap tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta: 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Data tidak lengkap (kategori VI) Data tidak lengkap adalah data rekam medis dengan diagnosis yang tidak jelas terbaca, data terapi yang tidak lengkap seperti jumlah obat yang diberikan tidak tertulis, dan rekam medis dengan halaman yang tidak lengkap. Tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori ini karena rekam medis dengan data yang tidak lengkap akan dieksklusikan. 2. Tidak ada indikasi peresepan antibiotika (kategori V) Antibiotika tanpa indikasi adalah antibiotika yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien, seperti penggunaan antibiotika untuk pasien yang tidak terdapat gejala dan tanda infeksi, serta tidak ditujukan sebagai tindakan profilaksis. Tidak terdapat kasus dalam kategori ini karena data rekam medis yang digunakan khusus rekam medis dengan diagnosis infeksi saluran kemih pada ibu hamil. 3. Ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif (kategori IVA) Ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif jika terdapat antibiotika lain yang lebih direkomendasikan sesuai kondisi pasien yang dinilai akan memberikan outcome therapy yang lebih optimal. Seluruh kasus pasien menerima peresepan antibiotika ceftriaxone sesuai dengan yang direkomendasikan untuk ibu hamil dengan infeksi saluran kemih (Michelim, et al., 2016 dan Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013). Pada kasus 13, 14, dan 17 (lampiran 2,3, dan 4) selain antibiotik ceftriaxone, pasien juga menerima peresepan antibiotika cefixime sebagai terapi lanjutan. cefixime sebagai terapi lanjutan diberikan setelah pemberian ceftriaxone selama 3 hari adalah terapi yang efektif untuk ibu hamil dengan infeksi saluran kemih (Al-Huseini, et al., 2016 dan Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013). Sehingga seluruh peresepan antibiotik dalam penelitian ini lolos kategori IVA. 4. Ada pilihan antibiotika lain yang lebih aman (kategori IVB) Peresepan antibiotika pada ibu hamil harus diberikan perhatian khusus berdasarkan manfaat dan efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul selama terapi. Pada seluruh resep untuk ibu hamil yang dievaluasi, ceftriaxone dan cefixime adalah antibiotik yang aman digunakan selama masa kehamilan. Kedua 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI antibiotik tersebut masuk kategori B dalam kategori keamanan obat pada masa kehamilan (Depkes RI, 2016). Tidak ada kasus yang masuk dalam kategori IVB. 5. Ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah (kategori IVC) Kategori ini dievaluasi dengan membandingkan harga obat generik dan obat dengan merk dagang (brand name) dari setiap antibiotika di RSIA Sakina Idaman. Keseluruhan antibiotika yang diberikan pada pasien adalah antibiotika generik, sehingga tidak ada kasus yang masuk dalam kategori ini. 6. Ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit (kategori IVD) Pemilihan antibiotika dengan spektrum sempit harus didasarkan pada hasil kultur spesimen bakteri atau dari peta kuman setempat (Kemenkes, 2011). Pada keseluruhan kasus, hasil kultur tidak menunjukkan spesimen bakteri penyebab infeksi secara spesifik, sehingga terapi antibiotik yang diberikan adalah terapi antibiotik empiris menggunakan antibiotik berspektrum luas. Tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori ini, pemilihan terapi pada seluruh resep antibiotik sesuai dengan rekomendasi terapi empiris pada literatur. 7. Peresepan antibiotika terlalu lama (kategori IIIA) Durasi pemberian antibiotika berbeda, tergantung pada jenis antibiotika dan tingkat keparahan infeksi yang diderita. Menurut literatur durasi pemberian antibiotik ceftriaxone untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil adalah 10-14 hari, dimana setelah 3-4 hari pemberian ceftriaxone, dilakukan pergantian antibiotik peroral selama 11 hari dengan antibiotik jenis lain seperti antibiotik golongan beta-laktam (Michelim, et al., 2016, Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013, dan Miller, 1996). Pada penelitian ini tidak ditemukan pemberian antibiotik melebihi durasi yang direkomendasikan literatur, baik antibiotik ceftriaxone maupun cefixime 8. Peresepan antibiotika terlalu singkat (kategori IIIB) Durasi pemberian antibiotika terlalu singkat apabila antibiotika diberikan dengan waktu kurang dari durasi yang direkomendasikan literatur untuk infeksi saluran kemih pada ibu hamil. Menurut Departement of Health, Goverment of South Australia (2013) dan Miller (1996) ceftriaxone yang digunakan pada terapi 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI infeksi saluran kemih pada ibu hamil diberikan selama 3 hingga 4 hari yang kemudian dilakukan switch therapy dengan antibiotika peroral cefixime selama 11 hari. Kasus 19 (lampiran 5) masuk dalam kategori IIIB dimana peresepan antibiotika ceftriaxone diberikan selama 2 hari, kurang dari durasi yang direkomendasikan. Seluruh peresepan antibiotik cefixime yaitu pada kasus 14 dan 17 (lampiran 3 dan 4) hasil evaluasi kasus tersebut termasuk dalam kategori IIIB dikarenakan cefixime diresepkan kurang dari 11 hari sesuai yang direkomendasikan. Pada kasus 14 (lampiran 3) cefixime diresepkan sebanyak 8 tablet dimaksudkan digunakan dua kali sehari, sehingga dapat dikatakan penggunaan cefixime dimaksudkan untuk 4 hari. Durasi ini tidak sesuai dengan literatur. Pada kasus 17 (lampiran 4) pasien diberikan antibiotik cefixime saat menjalani rawat inap selama 2 hari, dan tidak terdapat keterangan obat tersebut dibawakan pulang, sehingga pemberian cefixime pada kasus 17 masuk kategori IIIB, durasi pemberian antibiotik terlalu singkat. 9. Peresepan antibiotika tidak tepat dosis (kategori IIA) Peresepan antibiotika yang tidak tepat dosis dapat disebabkan dosis antibiotika yang diresepkan kurang atau lebih dari dosis yang direkomendasikan. Dosis yang terlalu rendah akan menyebabkan tidak efektifnya antibiotik karena tidak mencapai kadar efektif minimum, sedangkan dosis yang berlebih dapat menimbulkan efek toksik bagi pasien (Kemenkes, 2011). Menurut Miller (1996) terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan antibiotik ceftriaxone dosisnya adalah 1 gram, dan dosis cefixime 200 mg. Hasil evaluasi tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori ini. 10. Peresepan antibiotika tidak tepat interval (kategori IIB) Antibiotika yang tidak tepat interval jika waktu interval pemberian antibiotika kurang atau melebihi interval yang direkomendasikan. Menurut Cyriac dan James (2014) ceftriaxone diberikan setiap 12 jam, pada seluruh kasus peresepan ceftriaxone telah sesuai dengan rekomendasi sehingga tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori ini. 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Peresepan antibiotika yang tidak tepat rute pemberian (kategori IIC) Rute pemberian adalah salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan terapi pasien. Rute pemberian obat ditentukan dengan mempertimbangkan keamanan dan manfaat bagi pasien (Kemenkes, 2008). Rute pemberian tidak tepat ketika antibiotik diberikan melalui rute pemberian yang tidak sesuai dengan saran literatur. Terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxone diberikan melalui rute intravena atau intramuskular, dan terapi lanjutan dengan cefixime diberikan melalui rute peroral setelah 3-4 hari pemberian Ceftriaxon (Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013 dan Miller, 1996). Tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori ini. 12. Peresepan antibiotika yang tidak tepat waktu pemberian (kategori I) Waktu pemberian dievaluasi dari waktu pemberian antibiotika setiap harinya sesuai waktu yang tercatat pada rekam medis pasien. Waktu pemberian setiap harinya dikatakan tepat jika antibiotik diberikan tepat waktu sesuai interval pemberian yang direkomendasikan. Misalkan pemberian ceftriaxone diberikan dengan interval 12 jam, antibiotika pertama diberikan pukul 23:00 WIB, maka pemberian selanjutnya diberikan 12 jam setelahnya yaitu pukul 11:00 WIB. Berdasarkan hasil evaluasi tidak terdapat kasus yang masuk dalam kategori I. 13. Peresepan antibiotika tepat (kategori 0) Peresepan antibiotika masuk dalam kategori 0 jika telah lolos kategori VI hingga I sesuai alur Gyssens. Penggunaan antibiotik dapat dikatakan tepat jika memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat rute, tepat interval pemberian, tepat waktu dan durasi pemberian (Kemenkes, 2011). Menurut hasil evaluasi, ditemukan sebanyak 6 peresepan antibiotika yang tergolong tepat (kategori 0). Seluruh kasus tersebut merupakan peresepan antibiotika ceftriaxone, yaitu kasus 8, 13, 14, 17, 23, dan 24 (lampiran 1, 2, 3, 4, 6, dan 7). Pada kasus tersebut pasien terdiagnosis infeksi saluran kemih sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik. Terapi antibiotik yang diresepkan pada pasien adalah ceftriaxone, sesuai dengan literatur pemberian ceftriaxone sebagai salah satu pilihan antibiotik terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil. Ceftriaxone diberikan 1 gram dengan interval 12 jam selama 3-4 hari yang 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemudian dilanjutkan dengan terapi antibiotik secara peroral (Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013 dan Miller, 1996). KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini yaitu: 1. Gambaran profil pasien pada penelitian ini yaitu usia pasien ibu hamil paling banyak berkisar dalam rentang usia 30-40 tahun yaitu sebanyak 22 pasien (52,38%) dengan usia kehamilan paling banyak pada trimester III yaitu 21 pasien (50%). Diagnosis terbanyak adalah Partus prematurus imminens sebanyak 31 resep (73,81%). Antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah golongan cefalosporin yaitu 38 resep (90,48%) dengan jenis antibiotika ceftriaxone sebanyak 23 resep (54,76%). 2. Berdasarkan hasil evaluasi peresepan antibiotika menggunakan metode Gyssens yang ditujukan bagi pasien ibu hamil rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran kemih tahun 2015-2016 di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta dapat disimpulkan ketepatan antibiotik berdasarkan kategori Gyssens diperoleh 6 resep masuk kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat) dan 3 resep masuk kategori IIIB (durasi pemberian terlalu singkat). Saran dari penelitian ini adalah perlunya penulisan rekam medis yang lengkap, sistematis, dan jelas terbaca guna mempermudah jika akan dilakukan evaluasi pengobatan atau untuk kepentingan penelitian, serta perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika dengan pendekatan berbeda dan data yang lebih banyak agar didapatkan gambaran ketepatan antibiotika secara keseluruhan. 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Al-Huseini, L.M.A., Swadi, A.A., Swadi, S.M., 2016. Effective Cefixime Treatment in Pregnant Women with Urinary Tract Infection. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 8 (2),73-78. Cyriac, J. M., James, E., 2014. Switch Over from Intravenous to Oral Therapy: A Concise Overview. Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics, 5,83-87. Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013. Urinary Tract Infection in Preganancy. South Australian Maternal & Neonatal Clinical Network, 29 (April), 1-9. Depkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Kemenkes RI, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Lee, M., et al., 2008. Urinary Tract Infections in Pregnancy. Motherisk Update, 54(6), 853-854. Listiyani, C. A., 2016. Evaluasi Peresepan Antibiotika Profilaksis dengan Metode Gyssens pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, Skripsi¸Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Llorens, X. S., et al., 1995. Intrapartum Prophylaxis with Ceftriaxone Decreases Rates of Bacterial Colonization and Early-Onset Infection in Newborns. Clinical Infectious Diseases, 21,876-80. Michelim, L., et al., 2016. Urinary Tract Infection in Pregnancy: Review of Clinical Management. Journal of Clinical Nephrology and Research, 3(1),1030. Miller, J. M. T. H., 1996. Switch Therapy: The Theory and Practice of Early Change from Parenteral to Non-Parenteral Antibiotic Administration. Clinical Microbiology and Infection, 2(1),12-19. Miller, J. M. T. H., 1998. Cefixime for Switch Therapy. Chemotherapy, 44(suppl 1):24–27. National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011. Antibiotics Guidelines. 3rd edition. Ministry of Health Government of Fiji, -, 40,78-80. Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta, 213. Queensland Clinical Guidelines, 2014. Preterm Labour and Birth. Queensland Health, November, 3-19. Regnier, B., 1989. Comparative Study of Intravenous Ceftriaxone Followed by Oral Cefixime Versus Ceftriaxone Alone in the Treatment of Severe Upper Urinary Tract Infections. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2530546, diakses tanggal 29 April 2017. Slpos, S., et al., 2011. Infections, Antibiotics, and Prganancy.TMJ,61(3-4),225-31. World Health Organization, 2015. WHO Recommendations on Interventions to Improve preterm Birth Outcomes. 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Rekam Medis Kasus 8 Nama : BAY No. RM : 04xxxx Usia pasien : 33 tahun Keadaan umum : lemah, gizi baik Tanggal masuk : 25/07/2016 Tanggal keluar : 28/07/2016 Pukul : 11:30 WIB Pukul : 14:30 WIB Anamnesis : pasien datang dengan keluhan utama Pemeriksaan fisik lain: demam, pusing, mual, muntah, sering buang air kecil NT suprapubic (+) dan terasa panas saat buang air kecil, nyeri perut. Diagnosis masuk : G2P1A0 usia kehamilan 32+2 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G2P1A0 usia kehamilan 32+4 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri 11:30 100/60 24 38,5 125 - Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri 03:00 105/56 36,5 99 - Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC Pemeriksaan Tanda Vital 25/07/2016 26/07/2016 12:00 19:00 01:00 07:00 13:00 15:00 110/59 110/62 116/64 98/63 115/57 38,8 38 38,2 37,7 37,5 37,7 90 90 93 96 92 27/07/2016 28/07/2016 09:00 15:00 21:00 03:00 09:00 102/64 98/64 103/67 95/58 104/69 36,4 36,6 36,4 35,8 36 98 98 80 98 Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 25/07/2016 Nilai Rujukan 8,40 4-11 85,8 (H) 40-75 6,2 (L) 20-45 5,0 2-8 2,1 1-6 0,9 0-1 3,98 3,8-5,8 9,9 (L) 11,5-16,5 30,0 (L) 37-47 75,4 (L) 76-96 24,9 (L) 27-32 33,0 30-35 18 Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan % % % % % g/dL % fL Pg g/dL PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RDW-CV PLT MPV PDW HBS Ag (Rapid) Tanggal Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur 12,2 190 7,0 15,4 Imuno-Serologi Analisa Urin 25/07/2016 28/07/2016 Kuning keruh Kuning jernih 1,025 1,010 6,0 7,0 4+ 4+ 150 mg/dL 150 mg/dL 1+ Negatif 30 mg/dL Negatif Negatif 1+ Negatif 0,06 mg/dL Negatif Negatif Normal Normal 3+ Negatif 500 Leu/uL Urinalisa (sedimen) Penuh 0-1 1-3 0-1 Negatif Negatif Penuh 2-4 Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 Non Reaktif % fL - Kuning jernih 1,005-1,030 5,0-7,5 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Negatif 0-4 0-2 0-4 0-4 Negatif Negatif Negatif Negatif per LPB per LPB Pengobatan Nama Dosis Inj. Ceftriaxon 1g/ 12 jam 13:00 Inj. Ranitidin 1amp/ 12 jam 12:00 Domperidon 3x1 14:00 1amp/ 24 jam 12:00 Inj. Neurobion 25/07 19 Tanggal dan Waktu 26/07 27/07 01:00 01:00 13:00 13:00 00:00 00:00 12:00 12:00 06:00 06:00 14:00 22:00 22:00 17:00 17:00 28/07 01:00 00:00 06:00 - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sistenol Promoxol 6-8 jam - 3x1 - 07:00 14:00 22:00 - 00:00 14:00 - 14:00 Cefixime 2x200 mg 08:00 Obat yang dibawakan pulang: 1. Cefixime (tidak dievaluasi karena data jumlah obat yang diberikan tidak diketahui) Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai neutrofil yang tinggi dan adanya leukosit, ephitel, dan bakteri yang ditemukan pada urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Miller, 1996). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian) Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 13:00 WIB tanggal 25/07/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 01:00 WIB dan 13:00 setiap harinya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2. Rekam Medis Kasus 13 Nama : SSW Usia pasien : 31 tahun Tanggal masuk : 23/01/2016 Pukul : 09:45 WIB Anamnesa : pasien datang dengan keluhan nyeri saat berkemih, merasa nyeri pada pinggang kanan Diagnosis masuk : G3P2A0 usia kehamilan 8+2 Diagnosis keluar : G3P2A0 usia kehamilan 8+6 Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil 13:00 100/70 20 36 88 4-6 No. RM : 05xxxx Keadaan umum : baik Tanggal keluar : 26/01/2016 Pukul : 19:00 WIB Pemeriksaan fisik lain: NT ketok ginjal (+) NT suprapubic (+) minggu dengan infeksi saluran kemih minggu dengan infeksi saluran kemih Pemeriksaan Tanda Vital 23/01/2016 16:00 18:00 100/59 111/70 - 27/01/2016 10:00 100/70 20 36 80 - Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 23/01/2016 Nilai Rujukan 13,72 (H) 4-11 91,9 (H) 40-75 6,1 (L) 20-45 1,3 (L) 2-8 0,6 (L) 1-6 22 Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan % % % % PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW 0,1 4,29 12,8 36,6 (L) 85,3 29,8 35,0 11,5 (L) 231 8,6 16,2 0-1 3,8-5,8 11,5-16,5 37-47 76-96 27-32 30-35 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 % g/dL % fL Pg g/dL % fL Imuno-Serologi HBS Ag (Rapid) Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur - Non Reaktif Analisa Urin Kuning jernih Kuning jernih 1,030 1,005-1,030 6,5 5,0-7,5 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Normal Negatif Negatif Urinalisa (sedimen) 7-10 0-4 0-1 0-2 Negatif 0-4 5-7 0-4 +1 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif - per LPB per LPB Pengobatan Nama Dosis Inj. Ranitidin Inj. Ondansetron 2x1amp k/p 23/01 12:00 20:00 2x1 17:00 Inj. Ceftriaxon Tanggal dan Waktu 24/01 25/01 07:00 05:00 05:00 17:00 17:00 26/01 05:00 17:00 Obat yang dibawakan pulang : 1. Cefixim 2x1 (tidak dievaluasi karena data jumlah obat yang diberikan tidak diketahui) 2. Asam Mefenamat 3x1 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai leukosit dan neutrofil yang tinggi dalam darah dan adanya leukosit dan ephitel yang tinggi serta bakteri ditemukan pada urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi pilihan terapi dalam infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi antibiotik ceftriaxon diberikan selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi antibiotik ceftriaxon diberikan selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Miller, 1996). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih pada ibu hamil yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Tidak lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian) Assesment: Terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 17:00 WIB tanggal 23/01/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 05:00 WIB dan 17:00 WIB pada hari berikutnya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 14 Nama : STD No. RM : 05xxxx Usia pasien : 35 tahun Keadaan umum : compos mentis Tanggal masuk : 19/01/2016 Tanggal keluar : 21/01/2016 Pukul : 10:00 WIB Pukul : 12:00 WIB Anamnesa : pasien datang dengan keluhan utama Pemeriksaan fisik lain: rasa nyeri pada pinggang Diagnosis masuk : G3P2A0 usia kehamilan 7 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G3P2A0 usia kehamilan 7+2 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Pemeriksaan Tanda Vital 19/01/2016 20/01/2016 10:00 17:00 23:00 09:00 14:00 100/70 103/62 108/69 85/56 87/48 20 36,5 80 sedang - 25 21/01/2016 12:00 105/70 24 36 80 - Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW HBS Ag (Rapid) Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 19/01/2016 Nilai Rujukan 13,47 (H) 4-11 83,4 (H) 40-75 13,3 (L) 20-45 2,5 2-8 0,6 (L) 1-6 0,2 0-1 4,47 3,8-5,8 13,2 11,5-16,5 38,6 37-47 86,3 76-96 29,5 27-32 34,2 30-35 11,6 11,6-14,8 249 150-450 9,0 6,5-12,00 16,1 9,0-17,0 Imuno-Serologi Non reaktif Non Reaktif Analisa Urin Kuning agak keruh Kuning jernih 1,030 1,005-1,030 6,5 5,0-7,5 +2 Negatif Trace +/Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif +1 Normal Negatif Negatif Urinalisa (sedimen) 2-4 0-4 1-3 0-2 Sil Hialin 0-4 10-15 0-4 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Pengobatan 26 Satuan % % % % % g/dL % fL Pg g/dL % fL - per LPB per LPB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nama Inj. Ketoprofen Ranitidin Inj. Asam mefenamat Inj. Ceftriaxon Dosis 19/01 1amp /8jam 16:00 3x1tab 22:00 3x1 - 1g /12jam 11:00 23:00 Tanggal dan Waktu 20/01 02:00 10:00 18:00 06:00 14:00 22:00 06:00 14:00 22:00 11:00 23:00 21/01 - 06:00 06:00 11:00 Obat yang dibawakan pulang : 1. Asam mefenamat 3x1 (X) 2. Ranitidin 3x1 (X) 3. Ondansetron 2x1 (X) 4. Cefixime tablet 2x1 (VIII) Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai leukosit dan neutrofil yang tinggi dalam darah dan adanya ephitel yang ditemukan pada urin diatas nilai normal. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian) Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 11:00 WIB tanggal 19/01/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 23:00 WIB dan 11:00 WIB setiap harinya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Analisis antibiotik cefixime berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: antibiotik cefixime diberikan sebagai terapi lanjutan dari injeksi ceftriaxon menjadi terapi oral untuk memudahkan pasien dalam melanjutkan terapi saat rawat jalan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI digunakan sebagai terapi lanjutan antibiotik oral dan juga efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Al-Huseini, et al., 2016 dan Miller, 1998). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik cefixime sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik cefixime adalah terapi empiris. Cefixime adalah antibiotik dengan spektrum luas yang efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan cefixime sebanyak 8 tablet dengan penggunaan 2 kali sehari. Sehingga jika dikonsumsi teratur, antibiotik digunakan untuk 4 hari. Penggunaan cefixime sebagai terapi lanjutan seharunya diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996). 8. Tidak lolos kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan cefixime sebanyak 8 tablet dengan penggunaan 2 kali sehari. Sehingga jika dikonsumsi teratur, antibiotik digunakan untuk 4 hari. Penggunaan cefixime sebagai terapi lanjutan seharunya diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik terlalu singkat (Miller, 1996). Kesimpulan: kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat). Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 17 Nama : SKB Usia pasien : 28 tahun No. RM : 07xxxx Keadaan umum : compos mentis, cukup Tanggal keluar : 10/05/2016 Pukul : 13:00 WIB Tanggal masuk : 04/05/2016 Pukul : 02:00 WIB 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anamnesa : pasien masuk dengan keluhan demam Pemeriksaan fisik lain: sejak tadi siang, nyeri dibagian perut atas, mual, NT suprapubic (+) muntah 1x, sudah minum paracetamol tapi belum membaik Diagnosis masuk : G1P0A0 usia kehamilan 15 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G1P0A0 usia kehamilan 15+6 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW 04:00 120/80 18 38,7 82 07/05 16:00 100/53 37,3 - Pemeriksaan Tanda Vital 04/05/2016 05/05/2016 12:00 18:00 14:30 18:30 119/62 103/60 102/52 111/62 39,4 39,2 38,7 38,1 08/05/2016 09/05/2016 10:00 22:00 04:00 15:00 105/60 111/68 100/56 111/65 20 37,4 36,5 36 36,8 88 - 04/05/2016 9,96 94,1 (H) 3,2 (L) 2,3 0,3 (L) 0,1 3,92 10,6 (L) 33,7 (L) 85,9 27,0 31,5 11,8 235 8,1 15,7 06/05/2016 11:30 19:30 103/57 108/62 37 38 10/05/2016 04:00 13:00 99/65 100/60 20 35,5 35,8 80 - Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 07/05/2016 Nilai Rujukan 3,01 (L) 4-11 82,5 (H) 40-75 15,1 (L) 20-45 0,2 (L) 2-8 1,6 1-6 0,6 0-1 3,62 (L) 3,8-5,8 9,9 (L) 11,5-16,5 30,3 (L) 37-47 83,8 76-96 27,3 27-32 32,6 30-35 12,2 11,6-14,8 99 (L) 150-450 8,1 6,5-12,00 15,8 9,0-17,0 Imuno-Serologi 30 Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan % % % % % g/dL % fL Pg g/dL % fL PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HBS A (Rapid) Warnakekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur - Analisa Non Reaktif Kuning keruh Orange jernih Kuning jernih 1,030 6,0 Positif Positif Negatif Positif Negatif Normal Negatif 1,015 7,5 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Negatif Urinalisa (sedimen) 0-3 1-2 Negatif 3-7 Negatif Amorf (+) Negatif Negatif 1,005-1,030 5,0-7,5 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Negatif >50 3-5 Negatif >50 Positif Ca Oxalate Negatif Negatif - 0-4 0-2 0-4 0-4 Negatif Negatif Negatif Negatif per LPB per LPB Pengobatan Nama Dosis Inj. Ceftriaxon 1 g/12jam Inj. Ranitidin 1 amp/12jam 4/5 04:00 16:00 14:00 5/5 04:00 16:00 02:00 14:00 00:00 11:30 14:30 18:30 06:00 13:00 21:00 02:00 03:55 Sanmol 4x500mg 12:00 Profat 3x10cc 03:55 Tanggal dan Waktu 6/5 7/5 8/5 04:00 04:00 16:00 16:00 02:00 02:00 02:00 14:00 14:00 14:00 11:30 21:00 - 06:00 - - 14:00 9/5 10/5 - - 14:00 02:00 - - 06:00 06:00 14:00 Inj. Neurobion 1amp/12jam (NaCl 100cc) - 13:00 13:00 13:00 - - - Trombovit 3x1 - - 13:00 21:00 06:00 14:00 - - - Cefixim 2x200mg - - - - - 06:00 18:00 06:00 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Psidii 3x1 - - - - - 06:00 14:00 06:00 Obat yang dibawakan pulang : 1. Sanmol Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien didiagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai neutrofil yang tinggi dan adanya leukosit, ephitel, dan bakteri yang ditemukan pada urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Michelim, et al., 2016). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan pergantian antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Michelim, et al., 2016). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Tidak lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian) Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 04:00 WIB tanggal 04/05/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 16:00 WIB dan 04:00 setiap harinya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Analisis antibiotik cefixime berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: antibiotik cefixime diberikan sebagai terapi lanjutan dari injeksi ceftriaxon menjadi terapi oral untuk memudahkan pasien dalam melanjutkan terapi (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif digunakan sebagai terapi pengganti dari injeksi menjadi antibiotik oral dan juga efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Al-Huseini, et al., 2016 dan Miller, 1998). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik cefixime sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik cefixime adalah terapi empiris. Cefixime adalah antibiotik dengan spektrum luas yang efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan cefixime pada tanggal 9 hingga tanggal 10 pukul 06:00 WIB, sehingga pemberian antibiotik ini tidak terlalu lama (Miller, 1996). 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Tidak lolos kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan 3 kali pemberian cefixime. Antibiotik cefixime sebagai terapi lanjutan menurut referensi diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik terlalu singkat (Miller, 1996) Kasimpulan: kategori III B (penggunaan antibiotika terlalu singkat). Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 19 Nama : HWN No. RM : 07xxxx Usia pasien : 21 tahun Keadaan umum : tampak kesakitan Tanggal masuk : 16/07/2015 Tanggal keluar : 17/07/2015 Pukul : 01:30 WIB Pukul : 18:00 WIB Anamnesa : pasien datang dengan keluhan Pemeriksaan fisik lain: merasa nyeri hebat pada perut bagian bawah, terasa panas saat buang air kecil Diagnosis masuk : G2P1A0 usia kehamilan 25+4 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G2P1A0 usia kehamilan 25+5 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH Pemeriksaan Tanda Vital 16/07/2015 03:00 04:00 100/70 90/60 20 38,2 36,4 84 8-9 Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 16/07/2015 Nilai Rujukan 9,04 4-11 73,9 40-75 20,3 20-45 4,3 2-8 1,3 1-6 0,2 0-1 3,51 (L) 3,8-5,8 10,2 (L) 11,5-16,5 30,7 (L) 37-47 87,4 76-96 29,1 27-32 34 Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan % % % % % g/dL % fL Pg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MCHC RDW-CV PLT MPV PDW 33,2 12,9 182 8,8 16,0 30-35 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 g/dL % fL Imuno-Serologi HBS Ag (Rapid) Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur - Non Reaktif Analisa Urin Kuning keruh Kuning jernih 1,020 1,005-1,030 7,0 5,0-7,5 +1 Negatif Trace (+/-) Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Normal +2 Negatif Urinalisa (sedimen) Penuh 0-4 0-2 0-2 Negatif 0-4 2-5 0-4 +1 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif - per LPB per LPB Pengobatan Nama Dosis Sanmol 4x500mg Inj. Ceftriaxone 2x1g Tanggal dan Waktu 16/07 17/07 02:00 08:00 14:00 02:00 04:00 04:00 16:00 16:00 Obat yang dibawakan pulang : tidak tertulis Analisis berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien didiagnosis infeksi saluran kemih dan melalui data hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa terdapat tanda klinis infeksi yaitu tingginya nilai neutrofil dalam darah dan adanya leukosit yang tinggi dan bakteri dalam urin pasien. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 2 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). 8. Tidak lolos kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 2 hari, sehingga tidak sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik terlalu singkat (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). Kesimpulan: kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat). 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6. Rekam Medis Kasus 23 Nama : CAG No. RM : 08xxxx Usia pasien : 20 tahun Keadaan umum : sedang Tanggal masuk : 20/12/2016 Tanggal keluar : 22/12/2016 Pukul : 15:30 WIB Pukul : 09:00 WIB Anamnesis : pasien datang dengan keluhan muntahPemeriksaan fisik lain: muntah disertai nyeri di ulu hati sejak jam 11:00 WIB Diagnosis masuk : G1P0A0 usia kehamilan 26+2 minggu dengan gastritis Diagnosis keluar : G1P0A0 usia kehamilan 26+4 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Tanggal WBC Pemeriksaan Tanda Vital 20/12/2016 21/12/2016 15:30 18:45 21:30 07:30 14:30 115/67 115/78 107/60 116/65 110/70 18 37 78 - 22/12/2016 01:30 14:00 85/53 107/60 - Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 20/12/2016 Nilai Rujukan 5,19 4-11 37 Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW 79,8 (H) 16,1 (L) 3,0 0,9 (L) 0,2 5,05 13,4 42,5 84,1 26,5 (L) 31,6 13,5 287 86,0 16,1 40-75 20-45 2-8 1-6 0-1 3,8-5,8 11,5-16,5 37-47 76-96 27-32 30-35 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 % % % % % g/dL % fL Pg g/dL % fL Imuno-Serologi HBS Ag (Rapid) Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur - Non Reaktif Analisa Urin Kuning agak keruh Kuning jernih >1,030 1,005-1,030 6,5 5,0-7,5 +2 Negatif 40mg/dl +1 Negatif 30mg/dl Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif +1 Normal 2mg/dl Negatif Negatif Urinalisa (sedimen) 5-8 0-4 0-1 0-2 Sil Hyalin (+) 0-4 10-20 0-4 Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Pengobatan Nama Dosis Tanggal dan Waktu 38 - per LPB per LPB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20/12 Inj. Ranitidin 1 A tiap 12 jam 14:00 Inj. Ondansentron Sucralfat/profat 1 A (k/p) 10cc tiap 8 jam 14:00 15:05 Inj. Ceftriaxon 1 g tiap 12 jam 20:00 Zink 1x1 Obat yang dibawakan pulang : tidak tertulis - 21/12 02:00 14:00 07:00 08:00 20:00 14:00 22/12 02:00 07:00 08:00 - Analisis berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai neutrofil yang tinggi dan adanya leukosit, ephitel, dan bakteri yang ditemukan pada sedimentasi urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian) Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tidak tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 20:00 WIB tanggal 20/12/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 08:00 WIB dan 20:00 WIB hari berikutnya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Lampiran 7. Rekam Medis Kasus 24 Nama : SBR No. RM : 06xxxx Usia pasien : 27 tahun Keadaan umum : compos mentis Tanggal masuk : 22/09/2015 Tanggal keluar : 25/09/2015 Pukul : 19:00 WIB Pukul : 22:30 WIB Anamnesa : pasien datang dengan keluhan keluar Pemeriksaan fisik lain: darah dalam urin, terasa sakit dan panas saat berkemih (anyang-anyangan), merasa hamil 2 bulan Diagnosis masuk : G1P0A0 usia kehamilan 6 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G1P0A0 usia kehamilan 6+3 minggu dengan infeksi saluran kemih Tanggal Jam 22/09/2015 19:00 22:00 Pemeriksaan Tanda Vital 23/09/2015 24/09/2015 07:00 14:00 21:00 07:00 14:30 40 25/09 14:30 Satuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI TD RR T Nadi Skala Nyeri 110/70 24 36,4 88 - Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW HBS Ag (Rapid) Tanggal Warna-kekeruhan BJ pH Keton Protein Glukosa Darah samar Nitrit Urubilinogen Leukosit Leukosit Erythrosit Silinder 98/66 - 103/67 - 99/79 - 116/68 100/60 110/60 110/60 - - - - Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Nilai Rujukan 4-11 40-75 20-45 2-8 1-6 0-1 3,8-5,8 11,5-16,5 37-47 76-96 27-32 30-35 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 Imuno-Serologi Non Reaktif Analisa Urin 22/09/2015 24/09/2015 Nilai rujukan merah keruh kuning jernih Kuning jernih >1,030 1,010 1,005-1,030 6,5 6,0 5,0-7,5 +1 Negatif Negatif +3 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif > +3 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Normal Normal Normal +1 Negatif Negatif Urinalisa (sedimen) 8-12 2-3 0-4 Penuh 0-1 0-2 Negatif Negatif 0-4 41 mmHg x/mnt °C x/ mnt - Satuan % % % % % g/dL % fL Pg g/dL % fL Satuan per LPB per LPB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur 5-7 Negatif Negatif Negatif Negatif 0-3 Negatif Negatif Negatif Negatif 0-4 Negatif Negatif Negatif Negatif Pengobatan Nama Dosis Inj. Transamin 1A tiap 12 jam 22:00 Paracetamol k/p - Inj. Ceftriaxon 1gr tiap 12 jam 22:00 22/09 Tanggal dan Waktu 23/09 24/09 10:00 10:00 22:00 22:00 10:00 10:00 22:00 22:00 25/09 10:00 22:00 10:00 22:00 Obat yang dibawakan pulang : 1. Cefixim 2x1 (tidak dievaluasi karena data jumlah obat yang diberikan tidak diketahui) Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens: 1. Lolos kategori VI (data lengkap) Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien. 2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik) Assesment: pasien didiagnosis infeksi saluran kemih, dan melalui data hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa terdapat tanda klinis infeksi yaitu nilai leukosit dan ephitel yang tinggi dalam urin pasien. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif) Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011). 4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik) Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011). 5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah) Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien. 6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik) Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris. Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016). 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 1014 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996). 8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat) Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan pergantian antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Miller, 1996). 9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis) Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016). 10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian) Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014). 11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian) Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014). 12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu) Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 22:00 WIB tanggal 22/09/2015 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 10:00 WIB dan 22:00 setiap harinya. 13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat). Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Lampiran 8. Instrumen Pengambilan Data Kasus Nama : Usia pasien : Tanggal masuk : Pukul : No. RM : Keadaan umum : Tanggal keluar : Pukul : 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anamnesa : Diagnosis masuk : Diagnosis keluar : Pemeriksaan fisik lain: Pemeriksaan Tanda Vital Tanggal Jam TD RR T Nadi Skala Nyeri Tanggal WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PDW HBS Ag (Rapid) Warna-kekeruhan BJ pH Protein Glukosa Darah samar Satuan mmHg x/mnt °C x/ mnt Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Nilai Rujukan 4-11 40-75 20-45 2-8 1-6 0-1 3,8-5,8 11,5-16,5 37-47 76-96 27-32 30-35 11,6-14,8 150-450 6,5-12,00 9,0-17,0 Imuno-Serologi Non Reaktif Analisa urin Kuning jernih 1,005-1,030 5,0-7,5 Negatif Negatif Negatif Negatif 44 Satuan % % % % % g/dL % fL Pg g/dL % fL - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nitrit Urubilinogen Leukosit Negatif Normal Negatif Urinalisa (sedimen) Leukosit Erythrosit Silinder Ephitel Bakteri Kristal Lain-lain Jamur 0-4 0-2 0-4 0-4 Negatif Negatif Negatif Negatif Pengobatan Nama Tanggal dan Waktu Dosis Keterangan: Analisis berdasarkan diagram Gyssens: 45 per LPB per LPB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 9. Surat Keterangan Pengambilan Data 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 10. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearence) 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode Gyssens pada Pasien Ibu Hamil Rawat Inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta Tahun 20152016” bernama lengkap Agatha Anggun Anggita Sonda. Penulis lahir di Sleman pada tanggal 9 April 1995 dari pasangan Martinus Maria Priatin Sonda dan Caecilia Nuky Iswantati. Penulis menempuh pendidikan di TK Kanisius Notoyudan (2000-2001), Sd Kanisius Notoyudasn (20012007), SMP Stella Duce 1 Dagen (2007-2010), SMA Negeri 4 Yogyakarta (20102013) dan pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai sekretaris dalam kepanitiaan Pharmacy USD Badminton Cup 2014, sebagai devisi konsumsi dalam acara Titrasi tahun 2014 dan 2015, panitia dalam seminar Sanata Dharma Berbagi 2014, peserta seminar Public Speaking dan Broadcasting 2015, peserta PCC pada tahun 2015, dan sebagai asisten praktikum matakuliah Biokimia pada tahun ajaran 2016/2017. 48