Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan Infeksi Oleh Endang Buda Setyowati AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Belajar Pencegahan Infeksi. Modul pencegahan Infeksi ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Modul ini disusun dengan format sederhana dengan harapan dapat dipahami oleh mahasiswa khususnya dalam mempelajari materi Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan anak balita. Penulis berharap modul ini berguna bagi mahasiswa terutama dalam proses belajar mengajar dan proses belajar mandiri. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan modul ini September, 2015 Penulis, i PENGESAHAN MODUL BELAJAR MELAKSANAKAN PENCEGAHAN INFEKSI Oleh : Endang Buda Setyowati, S.Pd.,M.Kes Telah digunakan di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya pada semester III tahun 2015. Surabaya, September 2015 Direktur, Sugiarti, SKM.,M.Kes ii DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ............................................................................................. i Pengesahan ……………………………………………………………………… ii Daftar isi ........................................................................................................ iii Halaman Judul ……………………………………………………………………. 1 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 2 1.1. Latar belakang .................................................................... 2 1.2. Deskripsi materi kegiatan belajar ........................................ 2 1.3. Capaian pembelajaran kegiatan belajar (indikator belajar) . 2 1.4. Kriteria penilaian kegiatan belajar ....................................... 3 MATERI KEGIATAN BELAJAR .................................................... 4 2.1. Konsep dasar melakukan pencegahan infeksi .................... 4 2.2. Prinsip -prinsip dalam melakukan pencegahan infeksi ....... 5 2.3. Menjaga Kebersihan Tangan .............................................. 6 2.4. Menggunakan alat pelindung diri ........................................ 8 2.5. Penggunaan sabun, antiseptik & desinfektan ..................... 11 2.6. Pemrosesan alat –alat ........................................................ 15 2.7. Pengelolaan sampah .......................................................... 19 2.8. Infeksi nosokomial .............................................................. 20 2.9. Tehnik isolasi ...................................................................... 23 BAB III RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR ........................................... 25 BAB IV LATIHAN DAN TUGAS ................................................................. 26 3.1. Soal latihan ......................................................................... 26 3.2. Kunci jawaban latihan ......................................................... 26 Daftar Pustaka ............................................................................................... 30 BAB II iii Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pencegahan infeksi sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan sebagai dasar untuk melaksanakan prosedur tindakan dalam praktik klinik kebidanan. Prinsip pencegahan infeksi merupakan suatu upaya untuk memutus mata rantai penularan antara klien, petugas dan peralatan yang digunakan saat melakukan asuhan baik di rumah sakit, puskesmas, maupun dimasyarakat. Pada bagian ini, mahasiswa akan mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, pemrosesan alat-alat, pencegahan infeksi nosokomial dan tehnik isolasi. 1.2. DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR Pencegahan infeksi sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan sebagai dasar untuk melaksanakan prosedur tindakan dalam praktik klinik kebidanan. Prinsip pencegahan infeksi merupakan suatu upaya untuk memutus mata rantai penularan antara klien, petugas dan peralatan yang digunakan saat melakukan asuhan baik di rumah sakit, puskesmas, maupun dimasyarakat. Pada bagian ini, mahasiswa akan mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, pemrosesan alat-alat, pencegahan infeksi nosokomial dan tehnik isolasi. Endang BS, MKes Page 1 1.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR (INDIKATOR BELAJAR) Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, memperagakan pemrosesan alat-alat, memahami infeksi nosokomial dan tehnik isolasi dalam praktik kebidanan. 1.4. KRITERIA PENILAIAN KEGIATAN BELAJAR 1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar pencegahan infeksi 2. Mahasiswa dapat melaksanakan prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang meliputi: 2.1 Menjaga kebersihan tangan 2.2 Menggunakan alat pelindung diri 2.3 Menentukan antiseptik yang digunakan 2.4 Menentukan desinfektan dan cara membuatnya 2.5 Memproses peralatan mulai pencucian, dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, DTT dan sterilisasi. 2.6 Pengelolan sampah. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan infeksi nosokomial 4. Mahasiswa dapat menjelaskan tehnik isolasi. Endang BS, MKes Page 2 Bab II MATERI KEGIATAN BELAJAR 2.1. KONSEP DASAR MELAKUKAN PENCEGAHAN INFEKSI Apakah saudara sudah memahami arti infeksi? Infeksi adalah interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu (host) yang terjadi melalui transmisi tertentu sehingga menimbulkan gejala dan tanda suatu penyakit. Secara umum jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi bisa berupa bakteri, virus, jamur (fungi) dan parasit. Bagaimana mikroorganisme dapat berpindah kedalam tubuh kita? Diantara saudara tentu pernah mengalami batuk pilek, yang mungkin tertular dari teman atau anggota keluarga lain. Penularan tersebut terjadi melalui udara yang terhirup oleh saudara saat bernafas. Selain melalui udara, mikroorganisme dapat bertransmisi melalui darah / cairan tubuh, atau kontak langsung. Didalam memberikan pelayanan kesehatan, resiko infeksi yang paling mudah terjadi adalah melalui darah atau cairan tubuh pasien. Oleh karena itu selaku petugas kesehatan yang selalu berhubungan dengan pasien, kita harus melakukan upaya pencegahan infeksi untuk meminimalkan penyebaran mikroorganisme. Pencegahan infeksi merupakan suatu kewaspadaan universal (universal precaution) yaitu tindakan pengendalian infeksi oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh berpotensi menularkan penyakit, baik dari pasien maupun petugas kes. Kewaspadaan universal merupakan perlindungan secara umum yang harus diperhatikan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pada klien. Siapa saja yang beresiko mengalami infeksi? Masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan dan petugas itu sendiri beresiko untuk mengalami infeksi. Apakah saudara mikroorganisme sudah dengan memahami penjamu arti (host) infeksi? yang Infeksi terjadi adalah melalui interaksi transmisi antara tertentu. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, virus, jamur (fungi) dan parasit. Transmisi mikroorganisme dapat melalui darah / cairan tubuh, melalui udara (droplet /air bone) atau secara langsung. Penularan secara droplet terjadi jika perpindahan organisme Endang BS, MKes Page 3 berpindah melalui udara dengan jarak kurang lebih 1,5 meter dari penderita infeksius dan terhirup oleh orang lain yang sehat. Sedangkan penularan secara air bone adalah mikroorganisme bergerak mengikuti arus udara dalam jarak cukup jauh dan terhirup oleh orang lain yang sehat. Masyarakat Pelayanan Medis Petugas Kesehatan Kecuali Waspada Beresiko Infeksi (Infeksi : organisme yg berkoloni menimbulkan penyakit) Bakteri (vegetatif, mikrobakteria, endospora), virus, fungsi, parasit Kontaminasi Silang : Pemindahan organisme patogen dari orang yg terkolonisasi ke org lain KEWASPADAAN UNIVERSAL / PENCEGAHAN INFEKSI Semua keadaaan diatas dapat dicegah jika kita semua waspada dan memperhatikan prinsipprinsip dalam melakukan pencegahan infeksi yang akan dibahas pada bagian berikut. Sudah pahamkah sekarang tentang konsep melakukan pencegahan infeksi ? Sekarang coba saudara mencari 3 contoh tentang infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Endang BS, MKes Page 4 2.2.PRINSIP-PRINSIP DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN INFEKSI Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pencegahan infeksi perlu dilakukan oleh semua tenaga kesehatan. Dahulu pencegahan infeksi diutamakan oleh pasien post operasi, namun ternyata bukan hanya pasien post op saja yang beresiko infeksi. Pasien yang tidak dilakukan pembedahan dan petugaspun juga beresiko terjadi infeksi. Oleh karena itu melakukan pencegahan infeksi mempunyai tujuan untuk : 1. Mengurangi kemungkinan infeksi 2. Perlindungan pada klien & petugas Pencegahan infeksi perlu dilakukan dengan asumsi bahwa darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya merupakan bahan yg berpotensi menularkan virus Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS. Oleh karena itu kita perlu upaya agar tidak terpapar. Ada beberapa standar prinsip pencegahan infeksi yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Standar yang dimaksud, yaitu : 1. Menjaga kebersihan tangan 2. Menggunakan alat pelindung diri 3. Menentukan antiseptik yang digunakan 4. Menentukan desinfektan dan cara membuatnya 5. Memproses peralatan mulai pencucian, dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, DTT dan sterilisasi. 6. Pengelolan sampah 2.3. Menjaga Kebersihan Tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu scr mekanis dari kulit kedua telapak tangan dengan sabun dan air. Cuci tangan bertujuan untuk menghilangkan kotoran scr mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara pada permukaan tangan. Cuci tangan perlu dilakukan saat: 1. Sebelum dan sesudah pemeriksaan atau kontak langsung pasien 2. Sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan 3. Setelah kontak dengan instrumen kotor dan cairan tubuh Endang BS, MKes Page 5 Jenis cuci tangan 1. Cuci tangan rutin / biasa. Bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi flora sementara dan tetap. Bisa dilakukan dengan air dan tanpa menggunakan air. Cuci tangan dengan menggunkan air, dilakukan dengan cara: a. Basahi kedua tangan b. Gunakan sabun atau antiseptik lainnya. c. Gosok kedua permukaan, punggung tangan, sela jari dan kuku selama 15 – 30 detik d. Bilas dengan air bersih yg mengalir e. Keringkan dengan tisue / hand drier Tehnik cuci tangan tersebut dikenal dengan cuci tangan 7 langkah. Berikut ini gambar tehnik cuci tangan. Jika tidak ada air, bisa dengan menggunakan antiseptik yang digosokkan pada kedua telapak tangan. Penggosokan tangan ada beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu : a. Lebih efektif membunuh flora sementara & tetap daripada mencuci dengan bahan antimikroba / sabun. b. Lebih cepat dan lebih mudah dilakukan c. Mengurangi flora tangan lebih besar d. Mengandung emolien yg melindungi dan memperhalus kulit e. Tidak efektif menghilangkan kotoran dan zat organic. Oleh karena itu harus cuci tangan dulu. Endang BS, MKes Page 6 Cara membuat larutan antiseptik yang non iritasi untuk penggosokan tangan : Pakai larutan alkohol gliserin (2 ml gliserin/propilen glikol/sorbitol dalam 100 ml alkohol 60-90%) Tehnik penggosokan tangan dengan menggunakan antiseptik: - Tuang ± 1 sendok teh (5 ml) larutan setiap kali penggunaan pada salah satu telapak tangan - Gosok dg cara menekan pada kedua tangan dan jari jemari hingga kering (2 mnt) 2. Cuci tangan bedah a. Mengurangi kotoran dan mikroorganisme sementara secara mekanik dan mengurangi flora tetap selama operasi b. Tujuan : mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari tangan dokter/asistennya. Cara 1 : 1) Semua perhiasan dilepas 2) Basahi kedua tangan sampai siku, gosok dengan sabun. Bersihkan kuku dg pembersih kuku. 3) Bilas dg air sampai bersih 4) Gunakan antiseptik pada tangan, lengan sampai siku, selanjutnya gosok kuat ± 2 mnt 5) Bilas dg air bersih (air matang/dtt jika perlu), selanjutnya posisi siku > rendah dr tangan 6) Jauhkan tangan dari badan & jangan menyentuh apapun peralatan yang tidak steril. 7) Pakai sarung tangan bedah steril / DTT. Cara 2 : 1) Setelah perhiasan dilepas, basahi seluruh tangan sampai siku, sabun dan bilas. 2) Bilas & keringkan dg lap kering atau angin-anginkan 3) Tuang 5 cc antiseptik (bahan dasar alkohol, klorheksidin) dan gosokkan pada kedua tangan, jari & lengan bawah, sampai kering (2 mnt) 4) Ulangi penggunaan 2 kali lagi (total 15 cc) 5) Tegakkan kedua tangan & jauhkan tangan dari badan, 6) Segera pakai sarung tangan steril. Endang BS, MKes Page 7 Sekarang coba praktikkan cara-cara cuci tangan sehari-hari dan cuci tangan untuk tindakan pembedahan. Untuk kegiatan sehari-hari, biasakan cuci tangan rutin dengan benar, minimal dengan meggunakan sabun. 2.4. Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada bagian awal telah dibahas bahwa petugas kesehatan beresiko untuk selalu kontak de ngan darah dan cairan tubuh pasien. Oleh karena itu perlu alat pelindung diri untuk mencegah resiko penularan / infeksi pada petugas kesehatan. Yang termasuk alat pelindung diri adalah : 1. Sarung tangan 2. Celemek 3. Masker – pelindung muka 4. Kacamata 5. Pelindung kaki Tahukah saudara bahwa alat-alat pelindung tersebut harus digunakan setiap kali melakukan tindakan. Memang tidak semua alat pelindung dipakai bersamaan. Untuk perawatan seharihari cukup menggunakan sarung tangan dan skort. Jika menolong persalinan dengan ibu HIV/AIDS maka perlu menggunakan alat pelindung lengkap. Berikut ini akan dibahas masing-masing alat pelindung diri. 1. Sarung tangan Penggunaan sarung tangan mempunyai beberapa keuntungan yaitu : a. Sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan tenaga kesehatan karena melindungi tangan dari bahan infeksius b. Tidak dapat menggantikan cuci tangan. Bukan berarti jika telah menggunakan sarung tangan kita tidak perlu cuci tangan c. Dapat digunakan kembali setelah dilakukan dekotaminasi, dicuci dan dikeringkan. Selanjutnya supaya bebas dari mikroorganisme sarung tangan disterilisasi dengan menggunakan outoklave atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan dikukus. Ada beberapa kondisi yang mengharuskan petugas menggunakan sarung tangan. Beberapa keadaan yang diharuskan petugas menggunkan sarung tangan, yaitu a. Sebelum kontak dengan cairan tubuh pasien b. Akan melakukan tindakan invasive misal memasang infus,memasang kontrasepsi. c. Membersihkan sampah yang uterkontaminasi Endang BS, MKes Page 8 Berdasarkan kegunaannya, sarung tangan dibedakan 2 yaitu sarung tangan untuk pemeriksaan dan sarung tangan rumah tangga. Sarung tangan rumah tangga, digunakan untuk mencuci alat atau benda yang terkontaminasi dan saat menangani sampah. Bentuknya lebih tebal dibanding sarung tangan pemeriksaan. Sarung tangan pemeriksaan digunakan untuk tindakan yang berhubungan dengan pasien. Sarung tangan ini dapat digunakan dalam kondisi bersih saja jika akan melakukan tindakan seperti membersihkan darah dari tempat tidur pasien atau kontak dengan selaput lendir pasien. Sementara itu dalam kondisi tertentu sarung tangan harus digunakan dalam keadaan steril jika melakukan tindakan pembedahan atau tindakan yang beresiko menimbulkan infeksi pada pasien seperti pemasangan dan pelepasan IUD, perawatan luka. Sarung tangan steril dianggap sudah terkontaminasi atau terpapar mikroorganisme jika: a. Sudah robek atau berlubang, saat. b. Saat digunakan menyentuh benda-benda yang tidak steril c. Menyentuh bagian luar tangan yg tidak memakai sarung tangan. Dalam menggunakan sarung tangan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Ukuran sarung tangan hendaknya sesuai dengan ukuran tangan petugas. Jika terlalu besar akan mengganggu tindakan, jika sempit akan merusak atau merobek sarung tangan. b. Mengganti sarung tangan secara berkala jika pemakaian sudah berulang kali dan sudah lama c. Petugas kesehataan yang selalu menggunakan sarung tangan, hendaknya memotong pendek kukunya agar tidak merusak sarung tangan. d. Hindari menggunakan krim atau lotion yang berlemak karena menyulitkan pemakaian sarung tangan. e. Jangan menyimpan sarung tangan pada suhu teralu panas atau dingin karena mudah rusak. f. Idealnya setiap kontak dengan satu pasien, mengganti sarung tangan dengan yang baru. 2. Masker Masker digunakan untuk menahan kontak droplet (penularan melalui udara) dari petugas saat berbicara, batuk atau bersin. Sebaliknya masker dapat menahan cipratan darah atau duh tubuh pasien masuk hidung/mulut petugas. Dalam pemakaiannya, masker harus menutupi hidung, mulut & muka bagian bawah petugas yang akan melakukan tindakan. Endang BS, MKes Page 9 Ada berbagai bahan masker. Bahan yang terbuat dari kain katun atau kertas sangat nyaman digunakan, namun kurang efektif untuk filter. Masker yang terbuat dari bahan sintetis bisa memberi perlindungan namun petugas agak sulit bernafas. 3. Kap (penutup kepala) Kap digunakan untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit kepala petugas kedaerah yang steril. Pemakaiannya harus menutupi seluruh rambut kepala agar guguran rambut tidak masuk area luka daerah pembedahan. Selain itu kap digunakan untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh pasien mengenai kepala petugas. 4. Kacamata Pelindung Digunakan untuk melindungi mata dari cipratan darah/cairan tubuh lainnya. Kacamata pelindung umumnya terbuat dari plastik jernih dan dipakai bersama masker jika pelindung muka tdk ada. 5. Gaun (Baju Pelindung) Ada beberapa jenis gaun yaitu gaun penutup, gaun untuk pembedahan dan apron. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. a. Gaun Penutup - Bertujuan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan percikan darah atau cairan tubuh lainnya. - Biasanya berbentuk celana dan baju - Dipakai untuk prosedur rutin atau kegiatan sehari-hari. b. Gaun bedah - Terbuat dari bahan tahan cairan - Dipakai untuk tidakan pembedahan - Ujung lengan dimasukkan kedalam sarung tangan c. Apron - Terbuat dari karet, plastik dan tahan air - Dipakai untuk membersihkan dana melakukan tindakan bila darah atau cairan tubuh beresiko tumpah dan mengenai baju petugas. - Dapat dipakai diatas gaun penutup. Endang BS, MKes Page 10 6. Alas kaki (sepatu pelindung) - Untuk melindungi kaki dari benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Selain itu juga untuk melindungi kaki petugas dari cairan tubuh yang tumpah/menetes - Sandal / sepatu merupakan alas kaki yang kurang efektif - Alas kakai yang ideal adalah sepatu boat yang terbuat dari karet/plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki. Sepatu boat dari kulit / karet lebih melindungi tapi harus rajin dibersihkan. - Sepatu pelindung harus digunakan selama didalam ruang operasi dan tidak boleh dipakai keluar. 2.5. Penggunaan Sabun, Antiseptik & Desinfektan SABUN Sabun merupakan produk pembersih yang menurunkan tegangan permukaan kulit hingga menghilangkan kotoran/debu, dan mikroorganisme sementara dari kedua tangan. Sabun tersedia dalam berbagai bentuk yaitu batangan, cair atau bubuk. Pemakaian sabun biasa membutuhkan penggosokan untuk membuang mikroorganisme secara mekanik. Sedangkan pemakaian sabun antiseptik dapat membunuh / menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme. Pemakaian sabun dan air dapat digunakan untuk cuci tangan sehari-hari untuk mengurangi resiko infeksi. ANTISEPTIK Larutan antiseptik bisa membunuh atau menghambat hampir semua mikroorganisme yang bersifat sementara dan menetap pada kulit dan selaput lendir (mukosa). Jenis antiseptik yang sering digunakan adalah: 1. Alkohol (alkohol 60-90% (etil, isopropil) Tidak boleh untuk mukosa (mulut, hidung, vagina). Alkohol lebih sering digunakan untuk kulit, namun tidak tahan lama. Keuntungan pemakaian alkohol adalah cepat mengurangi kuman/virus pada permukaan kulit untuk beberapa saat dan harganya reltif murah serta mudah didapat. Namun alkohol juga mempunyai beberapa kerugian yaitu perlu emulien (gliserin, propilen glikol) untuk mencegah kulit kering, mudah terbakar dan dapat merusak alat-alat yang terbuat dari karet serta tidak dapat digunakan sebagai bahan pembersih. Endang BS, MKes Page 11 2. Klorheksidin glukonat 2-4% (hibitane, hibiscrub, hibiclens) Sedapat mungkin dihindari kontak dengan mata karena dapat mengakibatkan konjungtivitis dan telinga. Keuntungan pemakaian antiseptik ini adalah merupakan antiseptik yang sangat baik, perlindungan kimiawi meningkat bila dipakai berulang, aman untuk bayi dan anak. Beberapa kerugiannya adalah mahal dan dapat dinetralisir oleh air, sabun dan beberapa krim tangan. Klorheksidin glukonat dan sentrimid, misal savlon merupakan antiseptik dengan pelarut dengan bahan dasar air dan dapat digunakan untuk mukosa tubuh. 3. Preparat Iodin, Lar yodium (iodine 3%) Tidak digunakan untuk mukosa karena ada kandungan alkoholnya. Bisa membakar kulit dan hilang efektivitasnya dalam beberapa menit. Kelemahan lainnya adalah dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan alkohol setelah kering 4. Iodofor 7,5-10%, misal Betadine Antiseptik ini merupakan campuran lar yodium dengan povidon (10% povidon berisi iodin 1%). Kelebihan antiseptik ini adalah tidak toksik, tidak mengakibatkan iritasi kulit dan mukosa. Namun baru menimbulkan reaksi setelah 2 menit. Pemakaian antiseptik ini tidak perlu diencerkan. 5. Kloroheksilenol, misal Dettol. Antiseptik ini memiliki spektrum aktivasi yang luas pada berbagai jenis flora kulit. 6. Triklosan. Merupakan substansi tidak berwarna dalam sabun, sebagai antimikrobial (kons 0,2-2,0%) dan mencegah pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Penerimaan pada tangan bervariasi Berbagai antiseptik tersebut harus disimpan dengan dengan benar agar efektivitasnya tetap terjaga. Cara menyimpan dan menggunakan antiseptik yang benar adalah disimpan dalam tempat tertutup, gelap dan dingin serta jauhkan dari sinar matahari. Jika pemakaian dalam jumlah besar, hendaknya dituang pada tempat lebih kecil. Disamping itu perlu dibuat jadwal rutin untuk membersihkan dan membuat larutan. DESINFEKTAN Merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengurangi mikroorganisme pada peralatan. Ada beberapa desinfektan yang dapat dipakai untuk Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), namun ada yang hanya berfungsi sebagai desinfektan dengan cara kimia. 1. Desinfektan yang dapat digunakan untuk DTT adalah: Endang BS, MKes Page 12 a. Klorin & derivatnya Tersedia dalam bentuk cair (natrium hipoklorit, misal bayclin) dan bentuk padat - (kalsium hipoklorit, misal kaporit). Mempunyai efek yang cepat, dapat menginaktivasi semua bakteri, virus, fungi - dan beberapa spora Efektif untuk dekontaminasi peralatan bedah, sarung tangan, permukaan yang - luas seperti tempat tidur pasien yang terpapar darah. - Mempunyai sifat korosif - Konsentrasi yang sering digunakan adalah 0,1% untuk DTT (pelarut air DTT) dan 0,5% untuk dekontaminasi (air mentah). b. Glutaraldehid 2 - 4% (Cidex) - Merupakan derivate dari formaldehid - Mengiritasi dan berbau tidak enak - Ikuti petunjuk dengan baik. Desinfektan yang saat ini banyak digunakan, efektif dan mudah membuatnya adalah larutan klorin 0,5% dan 0,1%. Bagaimana cara membuatnya jika sediaannya adalah dari natrium hipoklorit dan kalsium hipoklorit? Berikut ini rumus pengencerannya. 1. = Juml. Bag Air ( Cair 5,25%) = % larut sediaan % larut yg diinginkan - 1 Klorin 0,1% = 1 pemutih : 49 air Klorin 0,5% = 1 pemutih : 9 air 2. Garam / liter (Padat, 35%) = % larut yg diinginkan % larut sediaan x 1000 Klorin 0,5% = 14 gr kaporit dalam 1 lt air Klorin 0,1% = 3 gr kaporit dalam 1 lt air Endang BS, MKes Page 13 2. Desinfektan yang juga bisa berfungsi sebagai antiseptik. a. Alkohol Efektifitasnya menurun dengan cepat bila diencerkan < 50%. Konsentrasi optimal antara 60-90% dengan air. Dapat membunuh mikroorganisme dengan cepat dan tanpa sisa kimia, tidak korosif, murah namun tidak dapat digunakan untuk DTT. Kerugian lainnya adalah cepat menguap, mudah terbakar dan lebih mudah merusak peralatan. Biasanya digunakan sebagai desinfektan alat seperti stetoskop, thermometer, ambubag. Coba saudara praktikkan cara membuat larutan klorin 0,5% dan 0,1% sebanyak 2 liter. Berapa komposisi air dan hipokloritnya! 2.6. PEMROSESAN ALAT-ALAT Pemrosesan alat-alat dimaksudkan untuk menurunkan resiko penularan penyakit dari intrumen, sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor. Peralatan kotor bisa dipakai kembali (jika ondisi masih baik) setelah melalui serangkaian proses yang diawali dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, selanjutnya alat yang sudah bersih dilakukan DTT atau sterilisasi. Berikut ini akan dijelaskan tahapan dalam memproses peralatan. 2.6.1. Dekontaminasi Adalah proses untuk membuat benda mati (peralatan) lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum alat-alat dibersihkan dan mengurangi sebagian mikroorganisme, tetapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi. Dengan demikian alatalat tersebut aman untuk diproses selajutnya. Dekontaminasi merupakan langkah pertama untuk menangani alat bedah, sarung tangan dan benda lainnya yang tercemar. Langkah ini dapat menonaktifkan HBV (Hepatitis Virus B), HCV (Hepatitis Virus C) , dan HIV (Human Imunodefisiensi Virus) serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan peralatan Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat-alat yang tercemar dan dapat menurunkan resiko infeksi. Untuk dekontaminasi diperlukan larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan saat dekontaminasi: 1. Gunakan tempat plastik untuk mencegah tumpulnya alat tajam (mis gunting) jika kontak dengan container logam dan mencegah berkaratnya peralatan. 2. Rendam semua peralatan selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5% Endang BS, MKes Page 14 3. Setelah 10 menit, instrumen harus segera dicuci dengan air dingin sebelum dibersihkan secara menyeluruh. Jika belum sempat mencuci, pindahkan kedalam yang berisi air. 4. Untuk peralatan dengan permukaan yang luas (mis meja operasi, meja gynec) perlu didekontaminasi dengan menyeka permukaan peralatan dengan larutan klorin 0,5%. Pembersihan (Pencucian dan Pembilasan) Setelah dekontaminasi, langkah selanjutnya adalah melakukan pencucian dan pembilasan. Langkah ini merupakan cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan yang tercemar dan juga untuk menghilangkan kotoran pada peralatan. Tidak ada prosedur sterilisasi atau DTT yang efektif tanpa melakukan pencucian terlebih dahulu. Prinsip dalam melakukan pencucian adalah: 1. Saat pencucian perlu sabun dan air karena dapat menghilangkan bahan organik seperti darah. Bahan organik dapat menginaktivasi beberapa macam desinfektan. 2. Penggunaan sabun penting untuk pembersihan secara efektif karena air saja tidak dapat menghilangkan protein, minyak dan lemak. Sabun cair lebih mudah bercampur dan lebih mudah untuk membersihkan lemak, minyak, benda asing lainnya dalam larutan sehingga dapat dimusnahkan dalam proses pencucian. 3. Jangan menggunakan pembersih yang bersifat mengikis (mis vim atau serat kawat) karena dapat menimbulkan goresan pada peralatan. Goresan dapat menjadi sarang bagi mikroorganisme dan mempermudah timbulnya korosi. 4. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat pembersihan instrumen, jika perlu menggunakan celemek plastik dan pelindung mata. 5. Instrumen harus disikat dengan sikat lembut terutama instrumen yang bergerigi atau bersekrup. 6. Jika membersihkan sarung tangan bedah, bagian luar dan dalam harus dicuci dengan bersih. 2.6.2. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Merupakan metode alternatif jika peralatan sterilisasi tidak tersedia. DTT adalah proses membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat dilakukan dengan merebus, mengukus (uap panas) atau merendam dalam larutan kimia. Endang BS, MKes Page 15 DTT Merebus Perebusan dalam air merupakan cara efektif dan praktis utnuk DTT peralatan. Perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, vrus, ragi dan jamur, tetapi tidak membunuh semua endospora. Langkah-langkah DTT dengan cara rebus adalah: 1. Lakukan dekontaminasi dan bersihkan semua alat 2. Masukan peralatan kedalam panci perebus. Alat harus terendam air minimal 2,5 cm dari permukaan air. 3. Tutup rapat dan biarkan air mendidih. Jangan menambah sesuatu kedalam perebus setelah penghitungan waktu. 4. Catat waktu saat air mulai mendidih 5. Rebus selama 20 menit dengan api kecil. 6. Setelah 20 menit, pindahkan alat-alat dengan cunam/korentang yang telah di DTT ke dalam bak instrument / kontainer steril. Jangan biarkan peralatan terus terendam air, karena saat dingin kuman atau prtikel lain akan masuk dan mengkontaminasi alat. 7. Pakai segera alat-alat tersebut atau simpan didalam bak instrument jika peralatan sudah dingin dan kering. Perebusan yang terus menerus akan menyebabkan pengapuran pada peralatan. Upaya untuk menghindarinya adalah dengan menggunakan air yang telah direbus lebih dahulu selama 10 menit. Kemudian gunakan air tersebut setelah dingin untuk merebus peralatan. DTT Mengukus DTT dengan cara mengukus sering digunakan untuk memproses sarung tangan, namun bisa juga untuk peralatan. Untuk pengukusan diperlukan panci pengukus, 3 lapis. Langkahlangkah yang perlu dilakukan adalah : 1. Tempatkan peralatan logam pada lapis bawah, jika tidak cukup letakan pada lapisan kedua. Siapkan juga panci kosong tanpa lubang disebelahnya. Jika mengisi air pada dandang jangan terlalu penuh. 2. Tutup panci dan didihkan air sampai mendidih. Tanda air sudah mendidih, akan keluar uap panas antara dandang dan tutupnya. 3. Kukus peralatan selama 20 menit. Waktu menghitung dimulai keluar uap. 4. Setelah 20 menit angkat panci sambil digoyang agar air turun dan tempatkan panci pada lapis pertama diatas panci kosong. Selanjutnya letakkan juga panci lapis kedua dan ketiga. Letakan tutup pada panci paling atas. 5. Biarkan alat menjadi kering dalam panci (sekitar 1-2 jam) Endang BS, MKes Page 16 6. Pindahkan peralatan yang baru dikukus kedalam kontainer yang telah di DTT dengan penjepit/korentang steril/DTT dan ditutup rapat atau segera dipakai. DTT dengan bahan kimia Desinfektan yang sering digunakan untuk DTT dengan bahan kimia adalah larutan klorin 0,1%, glutaraldehid, formaldehid dan peroksid. Yang paling sering digunakan adalah larutan klorin karena bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV dan HIV/AIDS serta murah dan mudah didapat. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,1% dicampur dengan air matang, selama 20 menit. Untuk mencegah korosi pada peralatan, setelah diredam harus disiram dengan air DTT. Langkah-langkah untuk melakukan DTT dengan cara kimia sebagai berikut: 1. Lakukan dekontaminasi peralatan yang tercemar. Lalu cuci, bilas dan dikeringkan sebelum ditempatkan dalam larutan klorin. 2. Buat larutan klorin 0,1% dengan air matang DTT. 3. Rendam peralatan yang sudah dikeringkan ke dalam kontainer yang telah berisi larutan klorin selama 20 menit. 4. Pindahkan peralatan dengan korentang dan bilas dengan air DTT hangat. 5. Letakan dalam bak instrument steril/DTT. Biarkan sampai dingin dan kering, lalu tutup. 2.6.3. Sterilisasi Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah, dan alat lain yang kontak langsung dengan darah atau jaringan steril. Sterilisasi dapat dilakukan dengan uap bertekanan tinggi (otoklaf), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi (dengan bahan kimia) dan secara fisik (radiasi).sterilisasi merupakan sebuah proses, maka setiap langkah harus dilakukan dengan benar. Tanpa pembersihan yang benar, tidak menjamin tercapainya sterilisasi, meskipun waktu sterilisasi diperpanjang. 1. Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang efeftif tetapi paling sulit dilakukan karena perlu pengaturan suhu dan tekanan serta membutuhkan waktu lebih singkat dibanding sterilisasi panas kering. 2. Sterilisasi panas kering (oven), memerlukan aliran listrik yang terus menerus dan kurang praktis pada daerah yang terpencil serta hanya bisa untuk benda-benda yang terbuat dari gelas atau logam. Endang BS, MKes Page 17 3. Sterilisasi kimia disebut juga dengan sterilisasi dingin, yaitu dengan merendam dalam larutan kimia. Digunakan jika sterilisasi dengan otoklaf atau oven tidak memungkinkan. Bahan kimia yang digunakan adalah glutaraldehid atau formaldehid. Jika bahan untuk sterilisasi adalah larutan glutaraldehid 2-4%, waktu untuk merendam sekurangkurangnya 10 jam. Jika dalam larutan formaldehid 8%, waktu perendaman setidaknya 24 jam. Efektif untuk instrumen seperti laparaskope yang tidak dapat dipanaskan. Berikut ini alur dalam melakukan pemrosesan alat-alat. DEKONTAMINASI - Rendam dalam lar klorin 0,5%, 10 mnt - Tempat plastik / karet bertutup CUCI DAN BILAS - Gunakan detergen, sikat, air mengalir - Pakai sarung tangan RT, k/p skort plastik - Hindari abu gosok, sikat kawat METODE PILIHAN STERILISASI : 1. Tek tinggi otoklaf 106kPa 120oC) - 30’ bila dibungkus - 20’ tidak dibungkus 2. Panas kering (Oven) - Hnya utk gelas & logam - 170oC selama 60’ atau - 160oC selama 120’ 3. Kimia (sterilisasi dingin) - Tidak/jarang digunakan - Perlu pelindung - Dalam formaldeid 8% selama 24 jam atau glutaralhid 24 jam Endang BS, MKes METODE ALTERNATIF DTT : 1. Rebus/mengukus 20 mnt Murah & mudah Tempat tertutup Selama proses tdk boleh + apapun Sr hrs dikukus 2. Rendam, kimia a. Dlm lar klorin 0,5% atau 0,1% selama 20 mnt - Diganti bila keruh - Dibilas dg air panas DTT b. Formaldehid, glutaraldehid atau hydrogen peroksida (H2O2) jarang digunakan Page 18 Sekarang saudara telah mendapatkan gambaran bagaimana memproses peralatan sehingga terbebas dari mikroorganisme. Selanjutnya diskusikan dengan teman saudara, tindakan apa saja yang memerlukan peralatan steril dan tindakan apa saja yang memerlukan peralatan cukup bersih. Tugas berikutnya adalah saudara mempraktekkan cara melakukan DTT dengan cara rebus, kukus dan kimia. 2.7. PENGELOLAAN SAMPAH Pernahkan saudara berpikir bahwa pengelolaan sampah yang berasal dari pelayanan kesehatan dan sampah rumah tangga berbeda? Sampah dari pelayanan kesehatan atau rumah sakit tidak boleh begitu saja dibuang dan bercampur dengan sampah rumah tangga. Mengapa demikian? Karena sampah dari rumah sakit mengandung berbagai mikroorganisme yang beresiko menular ke masyarakat luas jika dibuang di tempat sampah umum. Oleh karena itu sampah dari rumah sakit harus dikelola dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pengelolaan sampah bertujuan untuk: 1. Mencegah penyebaran infeksi pada petugas dan masyarakat 2. Melindungi orang yang menangani sampah dari perlukaan dan penyebaran infeksi 3. Membuang bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dg aman Mungkin saudara juga pernah melihat berbagai sampah. Ada yang berupa kantong pembungkus yang bersih namun tidak terpakai, ada yang berupa bahan-bahan kotor. Berdasarkan kondisi ini, sampah dikelompokkan : 1. Sampah terkontaminasi (medis: kapas, kasa, darah dll) a. Buang pada kantong yang tidak tembus air b. Hindari menyentuh bagian luar kantong c. Untuk alat-alat bekas pakai, lakukan dekontaminasi lebih dulu d. Ditimbun/dikubur/dibakar dalam insinerator 2. Sampah tak terkontaminasi (non medis: kardus, wadah plastik, dll) a. Tidak memberi risiko b. Dapat dibung ke tempat pembuangan sampah 3. Sampah tidak infeksius tp berbahaya: a. Bahan kimia yg kedaluarsa b. Sampah sitotoksik (obat kemoterapi) Endang BS, MKes Page 19 c. Logam berat (air raksa, bekas gigi, kadmium dr Baterai) d. Wadah bekas gas yg tidak bs dibakar Selain jenis sampah diatas, masih ada sampah lain yang memerlukan penanganan secara khusus yaitu benda-benda tajam seperti jarum injeksi, jarum infus. Benda-benda tajam ini hendaknya dipakai sekali pakai (disposible). Jika dipakai berulang sangat beresiko menimbulkan perlukaan sehingga meningkatkan resiko penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan HIV, Hep. B dan C di pelayanan kesehatan sebagaian besar disebabkan tertusuk jarum/alat tajam lainnya. Alat-alat tajam yang habis digunakan hendaknya diletakkan pada wadah tahan tusukan/anti bocor. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan saat menangani benda-benda tajam yaitu: 1. Jangan menyarungkan kembali penutup jarum atau memisahkan jarum dan semprit. 2. Sebelum dibuang, masukkan ujung jarum dalam larutan klorin 0,5%, lalu isi spuit dengan larutan klorin dan keluarkan. Ulangi cara ini sebanyak 3x. 3. Buang jarum kedalam tempat antibocor. Ganti tempat yang baru jika telah penuh sampai ¾ 4. Bagi petugas yang menangani sampah hendaknya menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan rumah tangga (utilitas) dan sepatu pelindung. 5. Selalu cuci tangan / penggosok dengan menggunakan antiseptik setelah melepas sarung tangan. 2.8. INFEKSI NOSOKOMIAL Pada awal pembelajaran telah dijelaskan bahwa infeksi adalah interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu (host) yang terjadi melalui transmisi tertentu. Host adalah manusia sebagai tempat mikroorganisme berkembang biak. Pasien yang dirawat dirumah sakit, selain berharap sembuh dari sakitnya juga beresiko terjadi infeksi lain dari mikroorganisme yang berada dirumah sakit. Infeksi ini disebut dengan infeksi nosokomial. Dengan demikian bisa dijelaskan bahwa infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan (infeksi yang didapat pasien saat atau pernah dirawat di RS). Di negara maju, kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi. Di AS, ada 20.000 kematian tiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat (14 juta infeksi tiap tahun). Di Indonesia, Endang BS, MKes Page 20 penelitian yang telah dilakukan pada 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Infeksi Nosokomial mulai dikenal pada tahun 1847. Seorang dokter di bagian kebidanan di sebuah rumah sakit di Austria, mengamati bahwa angka kematian ibu di bangsal yang dilayani mahasiswa kedokteran, tiga kali lebih tinggi dibandingkan bangsal yang dilayani oleh bidan. Diketahui ternyata mahasiswa langsung ke bangsal kebidanan setelah belajar otopsi. Hal ini terjadi karena mahasiwa membawa infeksi dari mayat ke ibu yang melahirkan. Penyebab infeksi nosokomial adalah berbagai jenis mikroorganisme yang secara umum dapat dikelompokkan karena 1. Infeksi bakteri, merupakan penyebab infeksi nosokomial yang paling sering. Bisa berasal dari flora normal manusia yang sehat. Dalam kondisi menurun bisa menyebabkan infeksi misal bakteri E. Coli dapat menyebabkan infeksi pada saluran kencing. Bakteri unik yang erada dirumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi nosokomial seperti pneumonia. 2. Infeksi jamur dan parasit. Beberapa jenis jamur dan parasit merupakan mikroorganisme oportunistik dapat menyebabkan infeksi saat pemberian antibiotika jangka panjang dan imunosupresi berat. Misal infeksi Candida Albicans. 3. Infeksi virus. Misal transmisi dari beberapa virus termasuk Hepatitis B dan C (saat pemberian transfusi, tindakan dialysis, injeksi dan endoskopi) 4. Infeksi kuman patogen lainnya. Terjadi penularan diantara pasein dirumah sakit seperti yang dapat terjadi dimasyarakat pada umumnya misalnya infeksi Scabies. Saudara perlu mengetahui bahwa seseorang dikatakan menderita infeksi nosokomial harus memenuhi kriteria tertentu. Ada beberapa kriteria seseorang menderita infeksi nosokomial yaitu: 1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. 2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk 3x24 jam rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi Endang BS, MKes Page 21 penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari rumah sakit). 4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi sebelumnya. 5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial. 6. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk bakteri tidak termasuk infeksi nosokomial. 7. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit. 8. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga / pengunjung tidak termasuk infeksi nosokomial. 9. Mikroba patogen yang menimbulkan infeksi nosokomial akan masuk ke penjamu melalui port d’entrée dan setelah melewati masa inkubasi akan timbul reaksi sistemik pada penderita berupa manifestasi klinik ataupun laboratorium. 10. Bakteremia merupakan respon sistemik penderita terhadap infeksi, di mana mikroba atau toksinnya berada di dalam aliran darah dan menimbulkan reaksi berupa reaksi inflamasi. Proses inflamasi dapat berlanjut hingga sistemik menimbulkan sepsis. Dengan mengetahui kriteria tersebut setidaknya kita dapat melakukan upaya antisipasi agar pasien tidak mengalaminya. Sebagian infeksi nosokomial dapat ducegah dengan strategi yang relatif murah dan mudah dilaksanakan yaitu: 1. Mentaati prinsip pencegahan infeksi terutama kebersihan tangan dan pemakaian sarung tangan. 2. Memproses peralatan habis pakai dengan benar, dimulai engan dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT. 3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya Dengan demikian, infeksi nosokomial dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Infeksi nosokomial yang paling sering adalah Infeksi pada saluran perkemihan, Infeksi luka operasi , Pneumonia, Infeksi tulang dan sendi, Infeksi intra kranial, Infeksi cardiovascular, Infeksi mata,telinga, hdung dan mulut, Infeksi saluran cerna, Infeksi saluran nafas, Infeksi sistem reproduksi, Infeksi kulit dan jaringan Endang BS, MKes Page 22 2.9. TEHNIK ISOLASI Pernahkah saudara mendengar istilah isolasi? Arti umumnya adalah menyendirikan, mengucilkan, memisahkan. Bagaimana jika dihubungkan dengan isolasi pada pasien dirumah sakit? Siapa saja pasein yang perlu diisolasi? Jika saudara pernah punya pengalaman tentang pasein yang diisolasi, coba sampaiakan pengalaman saudara. Isolasi di rumas sakit dikenal dengan istilah ‘tehnik isolasi atau kewaspadaan isolasi’ adalah merawat pasien yang mempunyai kerentanan terhadap infeksi pada ruangan tersendiri. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya penularan. Dalam praktik kebidanan, kewaspadaan isolasi perlu dilakukan untuk pasien ibu dengan Hepatitis B, TBC, HIV/AIDS, terinfeksi salmonella atau staphilococus aureus. Yang perlu mendapatkan perhatian pada pasien yang diisolasi adalah kondisi psikologis yang biasanya merasa terisolasi secara sosial. Tujuan isolasi pada ibu dengan penyakit tersebut untuk mencegah penularan terhadap wanita lain, petugas kesehatan dan pengunjung. Dalam melakukan isolasi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Peralatan tersendiri seperti termometer, tempat cuci tangan, peralatan makan, sabun, dll. 2. Tersedia trolley di luar kamar untuk tempat handscoen, skort, dan alat pelindung lainnya. 3. Ada koordinasi antar tim dalam penerapan isolasi 4. Pasien perlu tahu alasan isolasi. Petugas perlu memberikan support mental. Kewaspadaan/tehnik isolasi terutama diterapkan untuk penyakit yang penularannya melalui udara (air bone), percikan (droplet) dan kontak. Prosedur kewaspadaan melalui udara dan dan percikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu dalam ruangan tersendiri dengan pintu tertutup. Jika tidak tersedia kamar khusus, tempatkan pasien dengan penyakit yang sama. 2. Petugas perlu menggunakan masker. Masker dilepas setelah keluar kamar dan letakan dalam kantong plastik atau tempat sampah tertutup. 3. Periksa semua pengunjung tentang kerentanan sebelum mengunjungi pasien. 4. Jika pasien perlu pemeriksaan/tindakan diluar kamar, selama transportasi pasien perlu memakai masker. Endang BS, MKes Page 23 Sedangkan kewaspadaan kontak perlu dilakukan untuk mengurangi resiko penularan pada pasien dengan cara kontak langsung misalnya Hepatitis, impetigo, herpes zooster, konjungtivitis. Prosedur yang perlu dilakukan adalah: 1. Pasien perlu diletakkan pada kamar khusus, jika tidak ada pasien dapat ditempatkan dengan pasein lain yang yang mempunyai penyakit yang sama. 2. Saat merawat, perlu menggunakan sarung tangan. Sekarang saudara telah mempelajari cara-cara untuk melakukan pencegahan infeksi. Dalam setiap praktik kebidanan yang saudara lakukan, prinsip-prinsip penegahan infeksi harus selalu diterapkan. Jika dilakukan dengan benar, saudara telah memberikan kontribusi dalam upaya memutus mata rantai penularan penyakit infeksi. Endang BS, MKes Page 24 Bab III RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR Semua petugas kesehatan harus memahami prinsip-prinsip dalam melakukan pencegahan infeksi yaitu kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, pemakaian antiseptik dan desinfektan, pemrosesan peralatan, penegelolaan sampah. 1. Infeksi nosokomial bisa terjadi pada setiap pasien yang dirawat dirumah sakit dan dapat mengenai berbagai sistem tubuh. 2. Tehnik isolasi perlu dilakukan pada pasien dengan penyakit yang resiko penularannya tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan terhadap terhadap pasien lain, petugas maupun pengunjung. Endang BS, MKes Page 25 Bab IV LATIHAN DAN TUGAS 4.1. Soal latihan Setelah Saudara mempelajari kegiatan belajar diatas, pelajari juga referensi tambahan dari buku atau internet, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ! 1. Jelaskan prinsip-prinsip yang perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan infeksi ! 2. Coba jelaskan langkah-langkah dalam melakukan pemrosesan alat-alat. Pemrosesan alat diawali alat dalam keadaan kotor sampai dapat digunakan kembali. 3. Jika saudara telah memahami langkah-langkah pemrosesan, coba praktekkan ! 4. Coba cari referensi, keadaan pasien yang bagaimana yang dapat mengalami infeksi nosokomial ! 5. Carilah referensi tentang prosedur untuk melakukan tehnik isolasi ! 4.2. Kunci jawaban latihan 1. Inti jawaban ada pada bagian prinsip-prinsip pencegahan infeksi. 2. Pemrosesan alat-alat diawali dengan dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, DTT atau sterilisasi. 3. Mempraktekkan pemrosesan peralatan sebagaimana jawaban pada nomor 2. 4. Beberapa referensi tentang prosedur keperawatan seperti Fundamentals of Nursing, Skill For Midwifery atau buku-buku yang terkait. Endang BS, MKes Page 26 TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Prinsip pencegahan infeksi harus dipahami oleh : A. dokter, perawat dan bidan B. semua tenaga kesehatan C. tenaga kesehatan dan masyarakat D. masyarakat E. tenaga medis dan mahasiswa. 2. Dasar pemikiran pencegahan infeksi adalah sebagai berikut …. A. Semua penyakit bisa menular ke pasien lain B. Semua cairan tubuh pasien berpotensi menularkan HIV/AIDS dan hepatitis C. Tenaga kesehatan dan masyarakat beresiko terinfeksi mikroorganisme D. Belum semua pelayanan kesehatan menerapkan prinsip kewaspadaan universal E. Rumah sakit merupakan sumber segala penyakit. 3. Upaya untuk menghilangkan sebagian mikro organisme agar aman diproses selanjutnya, disebut dengan istilah …. A. Dekontaminasi C. Antiseptik B. Desinfeksi tingkat tinggi D. Tehnik aseptic E. pencucian dan pembilasan 4. Tujuan dilaksanakannya pencegahan infeksi adalah..…. A. agar pasien tidak menderita penyakit B. dikhususkan mencegah infeksi pasca operasi C. memberi perlindungan pada petugas dan klien D. mencegah pasien menderita penyakit infeksi E. mengurangi terjadinya infeksi.nosokomial 5. Apabila menggunakan antiseptik untuk cuci tangan tanpa menggunakan air (cara menggosok), hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : A. tidak perlu lagi menggunakan air, meskipun terkena larutan berminyak B. sekali menuangkan antiseptik, bisa untuk beberapa pasien Endang BS, MKes Page 27 C. setelah antiseptik dituangkan ke telapak tangan, gosok sampai kering D.digunakan jika akan memakai sarung tangan saja E. jika awal sudah menggunakan antiseptik, selanjutnya tidak perlu lagi cuci tangan. 6. Dalam memproses peralatan stainles steel setelah untuk DTT cara rebus langkahlangkahnya adalah sebagai berikut : A. Cuci, dekontaminasi, bilas, rendam dalam lar klorin 0,5%, rebus B. dekontaminasi, dibilas, disabun, keringkan, rebus, pindah ke bak steril C. dekontaminasi, cuci, bilas, rebus, lap kering, pindah ke bak steril D. dekontaminasi, cuci, bilas, rebus, pindah ke bak instrument steril E. dekontaminasi, cuci bilas, keringkan dan rebus. 7. Prinsip yang perlu diperhatikan oleh petugas, ketika ada pasien yang perlu diisolasi adalah: A. Tidak perlu ruangan tersendiri B. Peralatan tidak harus disendirikan C. Perawat / bidan yang perlu tahu bahwa pasien diisolasi D. Penjelasan pada pasien perlunya diisolasi. E. Tidak harus ruangan tersendiri 8. Seseorang dianggap menderita infeksi nosokonial apabila …. A. Pasien menderita penyakit infeksi yang berobat ke rumah sakit B. Tidak disebabkan karena mikroorganisme. C. Pasien menderita infeksi karena dirawat dirumah sakit D. Terjadi karena antibodi pasien yang rendah E. Merupakan penyakit yang sudah lama diderita oleh pasien Endang BS, MKes Page 28 UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 2 Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir KB , kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus! Saudara dapat melanjutkan ke kegiatan belajar 4. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang dari 80%, maka ulangilah kegiatan belajar 3, terutama bagianbagian yang belum Saudara kuasai! Untuk tes praktik pencapaian Saudara harus 100% untuk dapat melanjutkan ke kegiatan belajar 4. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 1. B 2. B 3. A 4. C 5. C 6. D 7. D 8. C Endang BS, MKes Page 29 REFERENSI KEGIATAN BELAJAR 1. Johnson Ruth dan Taylor Wendy. 2007. Skills for Midwifery Practice Second Edition. Elsevier Churchill Livingstone. Second Edition. 2. Giriputro Sardikin, dkk. Modul Pelatihan Pencegahan Infeksi, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso. 3. Perry, Peterson, Potter. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. EGC. Jakarta. 2005. 4. Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta. 2008 Endang BS, MKes Page 30