6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan mengurangi resiko infeksi karena bakteri, virus dan jamur untuk
menurunkan penularan penyakit- penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan
cara pengobatannya, seperti Hepatitis dan HIV/AIDS (Sarwono, 2008).
1.1 Definisi Tindakan- tindakan Pencegahan Infeksi
1.1.1 Asepsis atau teknik merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan
semua asuhan yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit.
1.1.2 Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara menumbuhkan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
1.1.3 Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang
terkontaminasi darah maupun cairan.
1.1.4 Mencuci
dan
membilas
adalah
tindakan
yang
dilakukan
untuk
menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (debu/
kotoran) dari kulit atau peralatan.
6
Universitas Sumatera Utara
7
1.1.5 Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda- benda mati
atau instrumen.
1.1.6 Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali endospora dengan cara merebus atau
kimiawi.
1.1.7 Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) termasuk endospora
bakteri dari benda- benda mati atau instumen (Hidayat, 2010).
1.2 Tujuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.2.1
Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
1.2.2
Untuk menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan, seperti
Hepatitis dan HIV/AIDS.
Di masa lalu, tujuan utama PI adalah untuk mencegah infeksi serius
pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di
banyak negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan yang terkait
dengan hepatitis telah mengubah secara dramatis fokus pencegahan infeksi. Karena
HIV dan hepatitis makin sering terjadi, resiko terinfeksi penyakit- penyakit tersebut
semakin meningkat (JNPK-KR, 2007).
1.3 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.3.1 Setiap orang, baik ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan harus
dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat
asimptomatik atau tanpa gezala.
1.3.2 Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
Universitas Sumatera Utara
8
1.3.3 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh seperti selaput mukosa atau
darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan
harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
1.3.4 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
1.3.5 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur
tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Sarwono, 2008).
2. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang dapat
menyebarkan
infeksi, yaitu
pelaksanaan
tindakan pencegahan infeksi dengan cara
melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut : Cuci tangan, memakai sarung
tangan, menggunakan teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan
tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan
sampah sampah secara benar) (Sarwono,2008).
2.1 Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Prosedur cuci tangan menurut Depkes RI, 2004 meliputi :
2.1.1 Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
2.1.2 Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir.
2.1.3 Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa
atau yang mengandung anti mikroba selama 10 sampai 15 detik (pastikan
Universitas Sumatera Utara
9
sudah menggosok sela-sela jari) Tangan yang terlihat kotor harus dicuci
lebih lama.
2.1.4 Membilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
2.1.5 Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan
dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
2.1.6 Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam
potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang
berlubang- lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.
2.1.7 Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air
meskipun air tersebut
sudah
ditambah larutan antiseptik,
karena
Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan
tersebut.
2.1.8 Bila tidak tersedia air mengalir :
1) Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat
mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas.
2) Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
3) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
4) Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan
dasar alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL
dengan 2 mL gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering
cara ini diulangi sampai tiga kali.
2.1.9 Mengeringkan tangan
dengan
handuk
bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk basah atau
lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.10 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,
kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di
kamar mandi.
2.2 Memakai Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan dilakukan apabila melakukan tindakan klinik, apabila
memegang alat medik dan membuang sampah medik. Untuk setiap pasien harus
digunakan sarung tangan yang berbeda guna mencegah kontaminasi silang dan apabila
sarung tangan bekas pakai akan di gunakan lagi maka harus di dekontaminasi terlebih
dahulu dengan merendam dalam larutan klori 0,5% selama 10 menit kemudian dicuci,
selanjutnya sarung tangan dikeringkan dengan otoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi
dengan menguapkan atau merebus (Safudin, 2013).
prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan
menurut JNPK-KR, 2007diantaranya:
2.2.1 Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir
2.2.2 Menolong persalinan dan kelahiran bayi.
2.2.3 Menjahit laserasi atau episiotomi.
2.2.4 Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh
2.2.5 Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi
2.2.6 Memegang sampah yang terkontaminasi.
2.3 Memproses Alat Bekas Pakai
Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam, maupun
plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi. Pemrosesan
alat bekas pakai diproses melalui tiga tingkatan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.1 Dekontaminasi
Dekontaminasi adalahtindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan (seperti
meja pemeriksaan harus di dekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau
cairan tubuh, larutan yang digunakan adalah klorin 0,5% selama 10 menit
(Sarwono, 2008).
Gambar 2.1 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari larutan
konsentrat berbentuk cair.
Periksa kepekatan (% konsetrat) dari produk klorin yang digunakan
Tentukan jumlah bagian air yang digunakan dengan menggunakan tabel
10-1 atau rumus dibawah ini:
Jumlah Bagian Air =
% Larutan Konsentrat
-1
% Larutan Yang Diinginkan
Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang
dibutuhkan.
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5%
Jumlah Bagian Air =
5%
- 1 = 10 – 1 = 9
0,5%
Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin .
Catatan : Air tidak perlu dimasak
Sumber : (saifudin,2004).
Gambar 2.2 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari bubuk klorin
kering.
% Larutan yang di inginkan
Jumlah Bagian Air =
x1000
% Konsentrat
Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin yang bisa
melepaskan klorin (seperti kalsum hipoklorida) yang mengandung
35% klorin.
Gram/ liter =
0,5%
x100 = 14,3 gram/liter
35%
Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3) bubuk klorin
kedalam 1 liter air bersih
Sumber : (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.2 Pencucian dan Pembilasan
Pencucian dan Pembilasan Pencucian adalah langkah pertama paling efektif
untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan dan perlengkapan yang kotor
yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi kurang
efektif tanpa proses pencucian sebelumnya, jika benda-benda yang terkontaminasi
tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi. Bilas peralatan dengan air untuk
mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan
seksama secepat mungkin (Depkes RI, 2004).
Seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1, sebagian besar (hingga 80%)
mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan- bahan organik lain nya bisa
dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah
endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan ganggren, pencucian ini penting
karena residu
bahan- bahan organik
bisa
menjadi tempat kolonialisasi
mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses
sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagai contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup
pada darah yang hanya 10 -8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa
menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika perlengkapan untuk sterilisasi
tidak tersedia, pencucian yang seksama merupakan proses fisik satu- satunya untuk
menghilangkan sejumlah endospora bakteri (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
13
Tabel 2.1 Efektivitas berbagai proses eradikasimikoorganisme pada alat bekas
pakai
Dekontaminasi Pencucian Pencucuian DTT
Sterilisasi
(hanya air)
(deterjen
dan
pembilasan)
Efektivitas Membunuh
Hingga
Hingga
95%
100%
menghilan virus AIDS
50%
80%
gkan atau
dan Hepatitis
menonaktifkan
mikro
organisme
Waktu
Rendam
Cuci
Cuci hingga Rebus Kukus :
kerja yang selama 10
hingga
terlihat
kukus 20-30
diperlukan menit
bersih
bersih
atau
menit 106
agar
secara kPa,
proses
kimia 1210C
berjalan
wi 20 Panas
aktif
menit kering : 60
menit
pada suhu
1700C
Sumber : (JNPK-KR, 2007).
Tahap-tahap pencucian dan pembilasan menurut Depkes RI, 2004 meliputi :
1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.
3) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet,
jangan
dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari
logam.
4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut:
4.1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah
dan kotoran.
4.2) Buka engsel gunting dan klem.
Universitas Sumatera Utara
14
4.3)
Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok
peralatan.
4.4)
Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
4.5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air
dan sabun atau deterjen.
4.6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
5) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
6) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan
peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT.
7) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus
atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering,
tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
8) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan
sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih.
9) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara dianginanginkan.
2.3.3
Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme,
sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT adalah satusatunya alternatif untuk situasi tersebut dan bisa dicapai dengan cara merebus,
mengukus atau secara kimiawi. Perebusan sering kali merupakan metode yang paling
sederhana dan efesien (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
15
Disinfeksi tingkat tinggi dengan cara merebus, mengukus dan secara kimiawi
menurut Depkes RI, 2004 meliputi:
1) DTT dengan cara merebus.
1.1) Gunakan panci dengan penutup yang rapat
1.2) Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
1.3) Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam di
dalam air
1.4) Mulai panaskan air
1.5) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
1.6) Jangan tambahkan apapun ke dalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
1.7) Rebus selama 20 menit
1.8) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum
digunakan atau disimpan.
1.9) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah desinfeksi tingkat tinggi berpenutup. Peralatan bisa disimpan
sampai 1 minggu asalkan penutupnya tidak dibuka
2) DTT dengan uap panas
2.1) Setelah sarung tangan dodekontaminasi dan di cuci, maka sarung
tangan ini siap untuk DTT dengan uap tanpa diberi talek
2.2) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.
2.3) Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai
sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat terkontaminasi baru.
2.4) Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di
bawahnya agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan
Universitas Sumatera Utara
16
pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan bagian jarinya
mengarah ke tengah nampan.
2.5) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung
tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang
berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor.
2.6) Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih.
2.7) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus,
mulailah penghitungan waktu. Kukus sarung tangan selam 20 menit,
buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik. Angkat nampan
pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan
perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat
menetes keluar.
2.8) Biarkan sarung tangan kering dan diangin-anginkan sampai kering di
dalam nampan selama 4-6 menit. Jika diperlukan segera. Biarkan
sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian
gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab.
2.9) Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering,
gunakan penjepit untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan
sarung tangan tersebut pada wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu
tutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan selama 1 minggu.
3) DTT dengan cara kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid.
Klorin tidak bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama
Universitas Sumatera Utara
17
20 menit maka peralatan yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
harus segera dibilas dengan air matang. Langkah-langkah pada DTT kimiawi:
3.1) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi
dan cuci bilas).
3.2) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
3.3) Rendam peralatan selama 20 menit.
3.4) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering
di wadah DTT yang berpenutup.
3.5) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan
dalam wadah DTT yang berpenutup rapat.
Gambar 2.3 Pemrosesan alat bekas pakai
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5%
Selama 10 menit
CUC DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam
Metode yang dipilih
Metode alternatif
STERILISASI
Otoklaf
DTT
Panas Kering
1700C
60 menit
106 kPa
1210C
30 menit
jika
terbungkus 20
menit jika tidak
terbungkus
Rebus / Kukus
Kimiawi
Panci tertutup
20 menit
Rendam
20 menit
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang
didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka)
Sumber : (JNPK-KR, 2007)
Universitas Sumatera Utara
18
2.4 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
Luka tusuk benda tajam (misalkan jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi
HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan
pedoman berikut:
2.4.1 Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi
atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah
khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
2.4.2 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara
tidak sengaja.
2.4.3 Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah
meraba ujung jarum atau memegang jarum jahit dengan tangan.
2.4.4 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah dua pertiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda
tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel harus
dibakar dalam insinerator.
2.4.5 Jika benda-benda tajam tidak dapat dibuang secara aman dengan cara
insenerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup
kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan. Cara
melakukan teknik satu tangan menurut JNPK-KR, 2007 terdiri dari:
1) Letakkan penutup jrum pada permukaan yang keras dan rata.
2) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum
untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum
dengan tangan lainnya.
3) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan
gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya
Universitas Sumatera Utara
19
2.5 Menjaga kebersihan (termasuk pengelolaan sampah sampah secara benar)
Maksud dari pengelolaan sampah adalah melindungi petugas pembuangan sampah
dari perlukaan, melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan,
mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitar, dan membuang bahan-bahan
berbahaya dengan aman (Saifudin, 2004)
Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi
(darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan
tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau
menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat
Pengelolaan sampah terkontaminasi menurut JNPK-KR, 2007 meliputi :
2.5.1
Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung
tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan
lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum
dibuang.
2.5.2
Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar
kantong.
2.5.3
Pembuangan
benda-benda
tajam
yang
terkontaminasi
dengan
menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari
plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat
dari logam.
2.5.4
Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak
memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
2.5.5
Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka
dengan kain atau pel.
Universitas Sumatera Utara
20
2.5.6
Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau
lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.
2.5.7
Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin
0,5% dan deterjen.
2.5.8
Seka celemek dengan klorin 0,5%.
2.5.9 Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan
campuran klorin 0,5% dan deterjen.
2.5.10 Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari
lateks.
2.5.11 Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah
terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin
0,5%.
Universitas Sumatera Utara
Download