i TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS PENDENGAR TESIS Oleh: DISPER ANTONI RICARDO SAMOSIR NIM 127037002 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i ii PESETUJUAN Judul Tesis : TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS PENDENGAR Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR Nomor Pokok : 127037002 Program Studi : Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Menyetujui Komisi Pembimbing, Ketua, Anggota, Drs. Irwansyah, M.A. NIP 196212211997031001 Drs Setia Dermawan Purba, M.Si. NIP 195608281986012001 Program Studi: Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Ketua, Dekan, Drs. Irwansyah, M.A. NIP.195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.196212211997031001 ii iii Tanggal Lulus: Telah diuji pada Tanggal PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS Ketua : Drs. Irwansyah Harahap, M.A. (……………………..) Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………………..) Anggota I : Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. (….…………………) Anggota II : Drs. M.Takari, M.Hum., Ph.D. (...……………………) Anggota III : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (……………...………) iii iv ABSTRAK Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini. Kata kunci: lagu, populer, melodi, komparatif, teks, respons iv v ABSTRACT This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis. I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines. The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music. Keywords: song, popular, melody, comparative, text, response v vi PRAKATA Puji dan syukur peulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk rnenyelesaikan jenjang S-2 dan memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada program Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ihnu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan hasil penelitian lapangan mengenai tinjauan umum respons masyarakat kota Sidikalang terhadap musik populer Batali Toba I'ang diadopsi dari musik Barat. Selama proses penyusunan tesis, penulis rnendapatkan bimbingan dan arahan dari para pembimbing yakni Bapak Drs. Irwansyah, M.A sebagai pembimbing I dan Drs Setia Dermarvan Purba, M.Si. sebagai pembimbing II untuk penulisan tesisi ini, dan para penguji yakni Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D., Bapak Drs Torang Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin, M.Si. dan kesemua dosen yang telah mengajar, tim pembimbing dan pengrrji ini sungguh banyak membantu penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan tesis ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Syahron Lubis, M.A. dan segenap jajarannya. Mereka juga memberikan banyak pelajaran kepada penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan tesis ini. Arahan-arahan mereka tersebut membuat penulis semakin termotivasi dan semangat rurhrk menyelesaikan tesis ini. vi vii Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Ketua dan Sekertaris Program Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian seni, dan para dosen di Linglcurgan Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Ponisan selaku pegawai di Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan kepada penulis sejak awal duduk di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda tercinta Pariama Samosir yang menginginkan anaknya menamatkan kuliah magister, walau bapak dalam kondisi sakit, semoga dengan penulis memperoleh gelar M.Sn., bapak tambah semangat dan pulih dari sakitnya. Mamaku Rosdiana br Silitonga vang telah membesarkan dan menjaga serta membimbing anak-anaknya. Terima kasih kepada kakanda Rina, kakanda Juni, dan kakanda Erni ang telah mendukung sepenulurya perkuliahan penulis dan doanya, juga terimakasih kepada abang-abang ipar: Herizon Manunmg, Gossen Simamora, Roy Sitorus, serta keponakanku: Angraini, Nia, dan Hanna atas dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini,kepada Bapak Sekda Pemkab Dairi yang telah member izin belajar, kepada Bapak Adler Stindaon yang dahulunya Kepala Sekolah penulis di SMA Negeri 2 Sidikalang namun beliau sekarang menjabat Kabid Sarpras di Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, kepada Ibu Anna Lowisa Sianturi Kepala SMAN 2 Sidikalang, Kepada teman-teman kerja di SMAN 2 Sidikalang. Terima kasih kepada rekan-rekan kuliah stambuk penulis:kakanda Charina sumiaty, kakanda Kartini Manalu, kakanda Agustina Samosir, kakanda Sapna Sitopu, abangda Achy Arwana, abangda Erizon, vii viii abangda Yusuf, Tommy Ketaren, Angga Alkarina, abangda Jamuddin Pasaribu, Debby, dan abangda Anton Sitepu selaku ketua stambuk. Untuk kakak kelas abangda Moses Simanjuntak, juga terima kasih kepada Indra Setiawan, Chairul Anwar Sikumbang dan terima kasih juga kepada keluarga besar penulis serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebaikannya. Penulis mengucapkan beribu-ribu maaf bila ada kata yang kurang berkenan, mohon jangan disimpan di datam hati. Akhir kata, penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penlusunan tesis ini. Semoga hasil penelitian dari tesis ini dapat berguna bagi duuia penelitian seni pada umumnya dan bagi kebudayaan musikal masyarakat Kota Sidikalang pada khususnya. Terima kasih. Medan,20 Januari 2015 Penulis, DISPER ANTONI R SAMOSIR NIM. 127037002 viii ix RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI 1 . Nama 2. Tempat / Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Kewarganegaraan 6. Nomor Telephon 7. Alamat : : : : : : : 8. Pekerjaan : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR Medan / 25 Mei 1983 Laki-laki Kristen Protestan Indonesia 085261313011 JL. Kiwi Raya no.165 Kel.Kenangan Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Pegawai Negeri Sipil PENDIDIKAN 1. Sekolah Dasar (SD Negeri 066667 Medan) Lulus Tahun 1995 2. Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri 29 Medan ) Lulus Tahun 1998 3. Sekolah Menengah Atas( SMA Negri 18 Medan ) Lulus Tahun 2001 4. Sarjana dari Jurusan Sendratasik (Seni Musik)UNIMED Lulus Tahun 2007 5. Magister (S2) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2015 PENGALAMAN KERJA • • • Tahun 2007 s/d 2009 Bekerja di PT.OTO Multi Artha Tahun 2009 s/d 2011 Mengajar di SMP Negeri 1 Pegagan Hilir Tahun 2012 s/d sekarang Mengajar di SMA Negeri 2 Sidikalang ix x PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2015 DISPERANTONI R SAMOSIR NIM. 127037002 x xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT INTISARI PRAKATA RIWAYAT HIDUP PERNYATAAN DAFTAR ISI LAMPIRAN ii iii iv v vi ix x xi BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................11 1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................12 1.5 Kerangka Konsep …………………………………………18 1.5.1 Lagu …………………………………………….. 18 1.5.2 Melodi ……………………………………………20 1.5.3 Undang-Undang hak Cipta ……………………… 21 1.5.4 Respon …………………………………………... 22 1.6 Landasan Teori ................................................................... 23 1.6.1 Teori Weight Scale ………………………………. 23 1.6.2 Teori Semiotik ........................................................ 25 1.6.3 Teori Belajar Behavioristik .................................... 28 1.6.4 Teori Kebenaran ..................................................... 32 1.7 Metode Transkripsi dan Analisis ........................................ 33 1.8 Metode Penelitian ............................................................... 34 1.9 Sistematika Penulisan ……………………………………. 37 BAB. II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA, PENYANYI dan KELOMPOK BAND YANG DIKAJI 39 2.1 Adat ......................................................................................39 2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen .................................43 2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ..............................48 2.4 Musik Vokal dan Instrumental ………….............................51 2.5 Gondang Hasapi ...................................................................55 2.6 Gondang Sabangunan……………………………………....56 2.7 Alat-alat Musik Yang Disajikan Tunggal ……………….....59 2.8 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modrenisasi....61 2.9.1 Konsep Musik Populer .............................................61 2.9.2 Musik Populer Barat dan Pengaruhnya.....................73 2.9.3 Alat Musik Tiup di Gereja Batak Toba…………….81 2.9.3 Periodesasi Lagu Populer Batak Toba …………..... 85 2.9 Fungsi Sosiobudaya ……………………………………........88 xi xii 2.10 2.11 Gambaran Umum Kota Sidikalang ………………………...93 Deskripsi Singkat Jack Marpaung, Paniel Panjaitan, dan Kelompok Band Marsada …………………………………. 97 BAB. III ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU POP BATAK DAN BARAT ...........................................................117 3.1 Notasi dan Trranskripsi ........................................................118 3.2 Perbandingan Formula Melodi ……………………………153 3.3 Perbandingan Tangga Nada ……………………………….168 3.4 Perbandingan Nada Dasar.…………………………………173 3.5 Perbandingan Wilayah Nada……………………………….181 3.6 Perbandingan Jumlah Nada………………………………...183 3.7 Perbandingan Interval...........................................................185 3.8 Perbandingan Pola-pola Kadensa…………………………. 188 3.9 Kontur………………………………………………………199 3.10 Perbandingan Garapan Teks ……………………………….200 BAB.IV MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA ……………..205 4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian ……………………………...205 4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki ……….......207 4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why …………………….211 4.4 Perbandingan Teks lagu Ditakko ho Rohakki dan Lagu That’s why …………………………………………………216 4.5 Struktur dan Makna Lagu Lady ……………………………217 4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone ……………………..220 4.7 Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu She’s Gone ……………………………………………........223 4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria ……………………….......223 4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian ………………………….226 4.10 Perbandingan Makna Lagu Maria dan Lagu Maria ……......229 BAB.V RESPON PENDENGAR BUDAYA BATAK TOBA STUDI KASUS di SIDIKALANG ……………………………………........232 5.1 Apresiasi……………………………………………………..232 5.2 Respon Terhadap Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu Thats Why …………………………………………………………235 5.3 Respon Terhadap Lagu Lady dan Lagu She’s Gone ….........250 5.4 Respon Terhadap Lagu Maria dan Lagu Marian ……….......262 5.5 Respon Umum yang Diperoleh……………………………..276 xii xiii BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………278 6.1 Kesimpulan ………………………………………………...278 6.2 Saran – saran ……………………………………………….282 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...285 xiii 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjukpetunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing 2 maka lenyaplah kebudayaan natif dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan. Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya musik atau lagu. Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu, musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri. Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran. Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam 3 perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering mendengar lagu dalam bahasa Batak Toba yang tenar dan di minati masyarakat di lokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerah mayoritas bahasa Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik. Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun liriknya dalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui asal-usul keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut, mereka menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya ataupun orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut awal mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik lagu tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi atau pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang asalusul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan 4 suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser. Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat. Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah: (1) lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagu dengan judul She’s Gone dengan penyanyi Steelheart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The Cats). Kontak dengan kebudayaan daerah dengan budaya lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing 5 dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif. Perubahan menyangkut mengenai bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya. Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa 6 inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain. Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone penyanyi Steelheart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu diteliti adalah perubahan makna lirik lagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia digunakan untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan masyarakat kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu tersebut. Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer Batak Toba mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop Batak Toba yang tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta. Selain itu tidak tertutup kemungkinan respons pendengar sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada, dimana pendengar juga harusnya memiliki kemampuan dalam musik dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal 7 ini lagu populer Batak Toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat melodimelodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan sosial budaya. Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut ini. Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research. Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As researchers, they study music from any part of the world and investigate its connections to all elements of social life. As educators, they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicologists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the appreciation of the world’s musics (http://www.ethnomusicology. 8 org/?page=whatisethnomusicology). Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya. Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut. Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya, studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2) Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi (berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah musik. Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan 9 metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia. Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas. 1.2 Pokok Masalah Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya? 2. Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu pada musik populer Batak Toba dan Barat? 3. Bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat yang melodinya diadopsi dari music Barat? Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah 10 nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan sejauh apa perubahan yang terjadi. Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif (maknamakna selain makna sebenarnya, yang dikaitkan dengan aspek kebudayaan dan sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris, distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya. Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respons pendengar terhadap fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar lagu-lagu ini. Di antara respons yang akan diuraikan adalah bagaimana pengetahuan pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana respons mereka ini dalam mengapresiasi musik populer Batak yang mereka dengarkan tersebut. 11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian a. Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat sebagai sumbernya. b. Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik popular Batak Toba dan Barat. c. Mengkaji bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik, terutama persebaran musik dalam konteks buidaya popular dan globalisasi. b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni. d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak Toba. 12 e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah, nasional, maupun global. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini beberapa buku yang sudah penulis dapatkan. 1. Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklor Indonesia disajikan dalam bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis dalam buku ini untuk referensi tesis 2. Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi yang terangkum dalam filsafat wacana. 3. Posmodernisme karangan Kevin O’Donnell (2013). Buku ini di antaranya memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida 13 menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbedabeda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar dan melihat dengan jelas. Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 4. Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi, katakata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi. 5. Serba-Serbi Semiotika karangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991). Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra. 6. Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep sederhana yang sebelumnya merupakan istilah-istilah yang pelik. Buku ini penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya tandatanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia. 7. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan 14 dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu budaya. 8. Dimensi Mistik, Musik, dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan berbagai cara, menghasilkan berbagai bunyi. Pengelompokan bunyi menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya; musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak dikuasai”. 9. Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi memuat dengan pengertian yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan Kaplan mengungkapkan, bahwa karena sifatnya yang subjektif itu ideologi tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial. 15 10. Seri buku Nusa Jawa:Silang Budaya karangan Denys Lombard (2005),jilid1 Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan KerajaanKerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia. 11. Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang sebagai dualitas dari partikel-gelombang. Marianto juga menyoroti hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah: 12. Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani. 13. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen Buddhisme karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga 16 memuat pemikiran tokoh-tokoh estetika Plato, Aristoteles, Hume, Burke, Hutcheson, Shaftesbury, Hegel, dan lain-lain. 14. Filsafat untuk Umum karangan Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali (2003). Buku ini menyelisik liku-liku “pertanyaan-pertanyaan” para filsuf yang kemudian melahirkan jawaban-jawaban yang berimplikasi besar dan mempengaruhi cara pandang manusia dalam melihat dan memahami kompleksitas kehidupan. Dari buku ini penulis mengambil referensi yang berhubungan dengan logika perpikir analisis dan sintesis serta cara berpikir horisontal dan lateral menurut de Bono dalam Q. Anees. Bab XV dari buku ini berisi paparan ringkas tentang logika berpikir analisis dan sentesis. 15. Nada-Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik karangan Sukatmi Susantina (2004). Buku ini berisi “rekaman” perbincangan para filsuf tentang musik dari Yunani Kuno sampai dengan zaman kontemporer dan kupasan tentang sisi-sisi filsafat dalam rangka memahami musik secara lebih radikal. Susantina juga mengutip Peursen yang menyatakan bahwa jenis musik yang paling erat berkait ialah seni musik dan sastra. 16. Nicomachean Ethic karangan Aristoteles (2004). Buku ini memuat tentang etika secara umum dan menyinggung pula tentang etika politik. Dituliskan dalam buku ini bahwa tujuan politik adalah yang baik bagi manusia. 17. Dekonstruksi Epistemologi Modern karangan Akhyar Yusuf Lubis (2006). Dalam buku ini dipaparkan bagaimana teori kritis dan posmodernisme menyediakan dasar-dasar pemikiran bagi kajian budaya kontemporer. Salah satu pemikir dan filsuf yang memberi sumbangan besar bagi kajian budaya kontemporer adalah Jurgen Habermas yang tulisannya (Teori Kritis) mencoba 17 meruntuhkan batas-batas kaku bidang ilmu pengetahuan dan membuka jalan bagi kajian inter/transdisipliner. 18. Introduction to Music karangan Ronald Pen (1992). Part II dari buku ini memuat penjelasan tentang elemen dasar dari bunyi, elemen musik, musik sebagai ukuran waktu, music sebagai ukuran ruang, musik sebagai ukuran dinamik, timbre musikal, musik sebagai ukuran harmoni, susunan dalam musik, nyanyian: kesatuan anatara teks dan musik. Penulis menjadikan Part II sebagai referensi untuk mengkaji nyanyian dari sisi musikal. 19. Handbook Teori Sosial karangan George Ritzer dan Barry Smart (2012). Buku ini membahas, meninjau, dan menginterpretasi ulang karya-karya yang berkaitan dengan berbagai teoretisi klasik dan kontemporer, menggali secara kritis perspektif-perspektif teoretis utama, dan memberikan contoh mengenai bentuk-bentuk teoretisasi termashur terkait dengan tema dan persoalan sosial. 20. Menuju Apresiasi Musik karangan Remi Sylado (1983). Salah satu bahasan dalam buku ini adalah tentang musik Timur yang membicarakan musik jawa dan tangga nada pentatonis. 21. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat karangan I. Bambang Sugiharto (2006). Buku ini menyoroti problem bahasa dalam filsafat mengenai hal yang literal dan metaforis. 22. Leon Stein, Structur and Style: The Study and Analysis of Musical Form (Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis laguSejarah kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. editor umum 18 Mukhlis PaEni (2009). Buku ini di antaranya memuat tentang musik populer Indonesia dan memaparkan juga beberapa ciri-ciri musik populer. 23. Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005) karangan Kong Yuanzhi. Buku ini secara umum memuat sejarah hubungan Tiongkok dan Indonesia hingga era orde reformasi. Secara khusus dibahas pula tentang perpaduan lagu-lagu Tiongkok dan Indonesia. Lagu-lagu Indonesia dari Ujung Pandang (menurut Minawati dalam Yuanzhi) dikatakan lebih dekat dengan musik slendro Tiongkok sedang musik Jawa lebih dekat dengan musik pelog India. Dikatakan bahwa lagu-lagu Makasar berirama Tiongkok meresap dan Populer di kalangan rakyat jelata. 1.5 Konsep yang Digunakan 1.5.1 Lagu Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramairamai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan (http://id.wikipedia .org/wiki/Lagu). 19 Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1986:141-145), nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan diantara kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. Danandjaja menjelaskan bahwa seringkali nyanyian rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian identitas folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklornya yang beredar dalam peredaran lisan (oral transmission). Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak terpisahkan. Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan dan jarang sekali yang hanya disajakkan (recite). Keunikan lain dari lagu rakyat adalah bahwa teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama, sebaliknya, lagu yang sama sering dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda. Danandjaja juga menjelaskan bahwa nyanyian rakyat bersifat mudah diubah-ubah tidak seperti nyanyian seriosa (klasik) yang dipelajari orang dari buku nynyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya. Penyanyi profesional nyanyian seriosa diwajibkan untuk membawakannya dengan cara yang berlaku pada masa nyanyian itu diciptakan, seperti yang diingini oleh penggubahnya. Jika dinyanyikan tidak sesuai dengan yang ditentukan, akan dicela oleh para pendengarnya. Hal ini disebabkan semua penggemarnya telah menguasai naskah lagu (score) aslinya. Contoh nyanyian seriosa Indonesia adalah salah satu karya Muchtar Embut Di Wajahmu Kulihat Bulan. Selanjutnya Danandjaja menjelaskan bahwa seperti halnya nyanyian seriosa, nynyian pop juga tercetak, lebih sering lagi direkam secara komersial yang juga 20 merupakan karya penggubah lagu profesional. Berbeda dengan penggubah nyanyian seriosa, penggubah nyanyian pop adakalanya lebih tepat digolongkan sebagai pengusaha atau spekulator disebabkan mereka mencipta nyanyian pop bukan berdasarkan ilham yang didorong oleh perasaan seni melainkan didorong oleh ilham mencari untung secara komersial. Jika mereka tidak menyesuaikan diri mereka akan mati kelaparan. Danandjaja menuliskan bahwa umur nyanyian rakyat lebih panjang daripada nyanyian pop. Banyak nyanyian rakyat yang malah lebih tua daripada nyanyian seriosa. Selanjutnya, berdasarkan sifat penyebarannya yang melalui lisan maka lagu-lagu rakyat menimbulkan varian-variannya. 1.5.2 Melodi Dalam tesis ini, konsep tentang melodi dapat dikemukakan sebagai rangkaian nada-nada yang kemudian menyusun sebuah bentuk utuh menjadi suatu lagu. Melodi ini disusun oleh bentuk (form). Kemudian bentuk melodi biasanya disusun oleh dua atau lebih frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi disusun oleh beberapa motif melodi. Kesemuanya membentuk satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah bangunan musik. Selanjutnya berkaitan dengan melodi di dalam tesis ini, maka melodi yang digunakan berkait langsung dengan teks yang digunakannya. Melodi ini juga sangat mengutamakan komunikasi verbal, berupa bahasa yang dinyanyikan, selain didukung oleh unsure-unsur melodi seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, motif, frase, bentuk, dan lain-lainnya. Melodi menjadi unsure utama dalam 21 nyanyian dalam musik populer Batak Toba termasuk juga dari lagu asalnya pada budaya musik populer Barat. 1.5.3 Undang-Undang Hak Cipta Dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia telah diatur tentang penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam UndangUndang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu pelanggaran hak cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yangdituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebuttang kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh 22 pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002, disana sudah jelas tentang kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta. Ada juga peraturan tentang ciptaan yang dilindungi menurut Undangundang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat 1,2 dan 3. Adapun berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 3 ayat 1,mengatakan bahwa hak cipta digolongkan sebagai benda bergerak,secara tidak langsung benda bergerak berhubungan dengan hak milik,dan penyerahan hak milik bisa dilakukan dengan nyata oleh atau atas nama pemilik,hal ini bisa dilihat pada buku 2 KUH Perdata Pasal 612. 1.5.4 Respons Yang dimaksud dengan respons dalam tesis ini adalah berasal dari unsur serapan bahasa Inggris responsse, yang maknanaya adalah sama dengan reaksi, tanggapan, jawaban, dan sejenisnya. Respons dalam hal ini bias saja berupa tanggapan dalam bentuk jawaban tertulis, jawaban lisan, reaksi diam, marah, setuju, aguh, dan seterusnya. Respons yang dimaksud dalam tesis ini adalah bagaimana dampak didengarnya tiga lagu popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari budaya 23 musik populer Barat, oleh para pendengar di kalangan masyarakat Batak Toba. Apakah respons mereka sebenarnya mengetahui asal-usul lagu-lagu tersebut. Atau mereka menikmatinya karena faktor teks yang berbahasa Batak Toba, atau lebih umum karena melodinya memang selalu didengar dan sesuai dengan cita rasa musikal pendengar, atau factor-faktor lainnya. Respons inilah yang coba hendak penulis tangkap dari penelian yang dilakukan ini. 1.6 Teori-teori yang Digunakan Untuk mengkaji tiga pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu: (1) kajian komparatif melodi, (2) makna teks; dan (3) respons pendengar, maka penulis menggunakan masing-masing satu teori untuk ketiga pokok masalah tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori weighted scale, untuk mengkaji makna teks baik makna denotative maupun konotatif digunakan teori semiotic, dan untuk mengkaji respons digunakan teori belajar behavioristik. Ketigatiga teori ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1.6.1 Teori Weighted Scale Dalam kerja laboratorium di dalam studi ini, eterutama untuk menganalisis struktur enam melodi lagu dan perbandingannya, penulis berpatokan pada teori weighted scaler (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8). Teori ini berorientasi kepada kajian terhadap unsure-unsur universal yang terdapat di dalam melodi di manapun dijumpai di dunia ini. 24 Malm menyatakan terdapat delapan karakter yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian. Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik. Seterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu, yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian ujungujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung melodi tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 25 1.6.2 Teori Semiotik Semiotika adalah ilmu (juga teori) tentang tanda-tanda. Ilmu ini berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan tandatanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah (lihat Zoest 1993:l-2). Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai langkah pemroduksian makna. 26 (1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi, ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Riffaterre (1978:2) menyatakan bahwa penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain. Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan), kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement, homologue, dan tipografi. (2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning). Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana untuk memahami beberapa hal yang disebut sebagai ungramatikal (ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua. Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54). 27 (3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model. Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21). (4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan seperti ini, sebuah sajak merupakan responss atau tanggapan terhadap karya-karya sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks. Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual. Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau eksplisit. Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai 28 acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam lagu-lagu pop Batak Toba dan tiga lagu pop Barat yang merupakan asal dari ketiga melodi lagu pop Batak tersebut. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka proses pemaknaan akan dilakukan. Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya Barat perlu dilakukan interpretasi semiotika. Interpretasi ini selanjutnya akan mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam budaya mereka.1 Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian, penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work). 1.6.3 Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah 1 Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan pendekatan emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih menumpukan perhatian kepada pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka memahami makna-makna yang terkandung di dalam kebudayaan yang diteliti dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti tidaklah harus sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan kunci. Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja penafsiran ini bisa berbeda-beda antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya, yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman keimlmuannya. Pendekatan kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik. 29 lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan responss adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-respons). Teori behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Mementingkan faktor lingkungan 2. Menekankan pada faktor bagian 3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif. 4. Sifatnya mekanis 5. Mementingkan masa lalu A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949), Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain: Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), A Teacher’s Word Book (1921), Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940). Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respons (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respons dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui 30 bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan responss, perlu adanya kemampuan untuk memilih responss yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan. Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut: 1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. 31 Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. 2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai. 3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. 32 Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya. Selain itu untuk menambah perspektif keilmuan ini, dalam rangka mengkaji keberadaan lagu-lagu populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka penulis menggunakan teori kebenaran. Artinya adalah alasan kebenaran apa yang menjadi eksisnyalagu-lagu populer Batak Toba seperti itu. 1.6.4 Teori Kebenaran Teori dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (18421910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus, 1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah 33 dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59), demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atau lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita, (2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori- teori kebenaran (koresponsden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya 1.7 Metode Transkripsi dan Analisis Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23) yang mengatakan ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan musik, yaitu : (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat mendeskripsikan tulisan itu. Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu: notasi perskriptif dan 34 notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini direncanakan sebagai riset pustaka dan metode lapangan (wawancara dan pengamatan). Dalam penelitian inidigunakan metode kualitatif kuantitatif. Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (mirip lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock), lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone penyanyi Steelheart),lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats). Masih dari lagu yang sama melodinya akan tetapi makna lirik berbeda dan versi yang berbeda (asli dan tiruan),dapat digali atau diperoleh pengetahuan tentang apa, siapa, di mana, untuk apa, mengapa, kapan, bagaimana, dan sebagainya. sesuatu itu terhubung atau berhubung kait dengan lagu tersebut. Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah seperti yang dikemukakan oleh (Sumanto, 1995), sebagai berikut. 1. Metode penelitian kualitatif, adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka 35 menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus per kasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif. Dalam rangka penelitian yang penulis lakukan ini, metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengkaji struktur melodi tiga lagu musik pop Batak yang melodinya diadopsi dari music Barat, serta makna-makan teks yang terkandung di dalam lagu-lagu tersebut. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada para pencipta lirik lagu dan juga berbagai ahli bahasa dan sastra Batak Toba, yang tujuan utamanya mendalami makna-makna lagu tersebut. Kemuidna, agak berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis, yang biasanya hnaya memilih satu jenis metode saja, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan pula metode kuantitatif, terutama untuk mengkaji respons para pendengar lagu-lagu popular Batak yang melodinya diadopsi dari music Barat tersebut. Untuk itu perl;u dijelaskan sepintas apa itu metode kuantitatif, dan bagaiman penulis mengoperasikannya dalam penelitian ini. 2. Metode penelitian kuantitatif, dalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan ke dalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variabel yang ditentukan diukur dengan memberikan symbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variabel tersebut. Dengan menggunakan 36 symbol-simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metode kuantitatif ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku di dalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut sample dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metode kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul. Dalam rangka penelitian ini, untuk menganalisis realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya di Sidikalang, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan difokuskan kepada bagaimana para responden melakukan umpan balik setelah mendengar lagu-lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari music pop Barat. Respon tersebut mencakup bagaimana apresiasi responden yang mencakup lirik, melodi, iringan, tampilan audiovisual, teks, dan aspek-aspek sejenis. Seterusnya apakah para responden mengetahui bahwa tiga lagu pop Batak Toba itu berasal dari melodi music pop Barat? Bagaimana respons mereka terhadap 37 kenyataan sosial dan budaya yang seperti ini. Ituilah inti permasalahan respons yang dikaji dalam penelitian ini. 1.9 Sistematika Penulisan Penelitian ini direncanakan terdiri dari lima bab. Bab I terdiri dari Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Setersunya Bab II berupa Gambaran Umum Kebudayaan Musik Batak Toba: Tradisi dan Modernisasi. Bab II ini memfokuskan kajian aspek hostoris yang melatarbelakangi budaya musik populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari kebudayaan Barat. Aspek religi terutama agama Kristen menjadi faktor penghubung dua budaya ini. Stersunya Bab III bertajuk Analisis Komparatif Struktur Melodi Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba. Bab ini mengkhususkan kajian terhadap struktur melodi tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari melodi musik pop Barat. Tujuan utmanya adalah seberapa jaug perkembangan dan perubahan yang terjadi setelah diolah kembali oleh para pemusik Batak Toba. Bab IV berjudul Makna Teks Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba yang bermelodi sama. Pada bab ini focus kajian dilakukan terhadap teks-teks yang digunakan dalam masing-masing lagu. Kajian iniuntuk menjawab apakah lagu pop Batak Toba memiliki tema yang sama atau berubah temanya disbanding dengan lagu asalnya dalam budaya musik pop Barat. 38 Bab V berjudul Respons Pendengar dalam Budaya Batak Toba. Bagian ini mengkaji langsung bagaimana tanggapan, apresiasi, rekasi dari para pendengar ketika mendengarkan lagu-lagu Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik pop Barat tersebut. Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bahagian penutup dari tulisan berbentuk tesis ini. 39 BAB II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA, PENYANYI, DAN KELOMPOK BAND YANG DIKAJI Apa yang dapat dilihat dan diamati mengenai lagu-lagu populer dalam kebudayaan Batak Toba, yang sebahagiannya mengadopsi lagu-lagu dari budaya musik pop daerah lain, nasional, bahkan global, khususnya musik Barat, tidaklah terjadi begitu saja, namun memiliki sejarah yang panjang. Dalam hal ini perubahan dan kontinuitas berjalan bersama di dalam kebudayaan Batak Toba. Perubahan yang terjadi selain dari faktor internal, juga faktor eksternal berupa adopsi lagu-lagu dengan melodi yang seudah umum dikenal, dan dipandang sebagai bahagian dari identitas orang Batak dalam konteks globalisasi. Namun demikian, secara inovatif, para pencipta dan penyanyi membuat lirik lagunya yang khas Batak Toba. Untuk mengetahui, semua proses ini, alangkah baiknya dilihat terlebih dahulu bagaimana budaya tradisi Batak Toba, dan kemudian bagaiman proses modernisasinya, terutama yang berkait erat dengan musik populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari kebudayaan musik pop Barat. 2.1 Adat Salah satu pendukung budaya tradisi Batak Toba, adalah apa yang disebut dengan adat. Di dalam kebudayaan Batak Toba, adat merupakan warisan yang diperoleh dari leluhurnya—dan wajib dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Secara kultural, adat dalam masyarakat Batak Toba ini menjadi pedoman kepada setiap individu dan kelompok, dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Di dalam 40 adat terdapat unsur hukum, aturan, norma, nilai, dan tata cara yang mengatur tentang hubungan manusia dan manusia, baik secara individu maupun kelompok. Dalam persepsi budaya masyarakat Batak Toba, adat merupakan pemberian Debata Mulajadi Na Bolon1 yang harus dituruti oleh makhluk penciptan-Nya, dengan tujuan aman, damai, sentosa seluruh alam ini. Adat tersebut menjadi hukum (yang tidak tertulis) bagi setiap orang yang memberikan pengetahuan tentang cara kehidupan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, menurut standar kebudayaan Batak Toba. Selain itu, adat merupakan kebiasaan (hasomalan) yang dapat diartikan sebagai aturan-aturan yang dibiasakan (yang berdimensi ide dan perilaku sekaligus). Pengertian lain dari istilah adat ini adalah kebiasaan di suatu tempat atau yang terdapat pada suatu kelompok marga (klen) yang diturunkan dari orangorang tua dan diwariskan secara turun temurun, berupa pesan tentang aturan dan hukum yang tidak boleh diabaikan atau dilupakan. Seterusnya, hukum adat yang merupakan pemberian dari Debata Mulajadi Na Bolon sebagai perintah yang harus dituruti oleh segenap warga masyarakat Batak Toba, dimulai dari kebiasaan adat yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat. Dampaknya adalah tertanam suatu kepercayaan pada setiap individu dalam masyarakat Batak Toba terhadap 1 Dalam sistem religi tradisi masyarakat Batak Toba Lama, Debata Mula Jadi Na Bolon dipercayai memiliki kekuasaan di atas langit yang mencakup jiwa dan roh yaitu: tondi, sahala, dan begu. Yang dimaksud tondi dalam system kepercayaan ini, adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan. Oleh karena itu tondi memberikan nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang janin berada di dalam kandungan ibundanya. Jikalau tondi meninggalkan badan (raga) seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal dunia. Maka ketika tondi meninggalkan raga seseorang, dalam budaya Batak Toba selalu diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon (roh jahat) yang menawannya. Kemudian termonilogi sahala dapat diartikan sebagai jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Seterusnya, istilah sahala sama dengan kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Begu adalah tondi orang telah meninggal yang perilakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. 41 hukum adat tersebut. Orang-orang Batak Toba meyakini bahwa jikalau adat sebagai warisan utama itu diikuti dan dilaksanakan, maka orang tersebut dipercayai akan mendapat berkah, sedangkan orang yang tidak peduli dengan adat tersebut akan mendapat bala, berupa hukum tersirat maupun yang tersurat. Selanjutnmya, secara teologis, adat adalah bentuk keseluruhan suatu sistem religi suku. Adat tersebut merangkum, meresapi, dan menentukan eksistensi suku atau bangsa dengan cara bagaimanapun. Kemudian, adat menghubungkan orang yang hidup dan kasat mata atau kelihatan dengan orang yang mati yang tidak kelihatan; selain itu adat mengatur tata tertib sosial untuk desa atau kelompok desa sebagai persekutuan hukum, persekutuan produksi, dan persekutuan religi. Selain itu, adat mempertahankan daya hidup mitos, di mana kekuatannya terdapat pada nomisme, yaitu sikap hukum yang alamiah dan tujuannya ialah untuk pencapaian kelanggengan dan keselarasan antara alam makrokosmos dan mikrokosmos. Di dalam keseluruhan aspek yang berkait dengan adat ini, dunia binatang dan tumbuhtumbuhan diintegrasikan sepenuhnya sama seperti dunia alam dan angkasa. Adat mepunyai corak bermotif sebab ia mempunyai dasar dalam mitos yang merupakan konsep suatu bangsa untuk memahami dirinya. Oleh karena itu, adat merupakan bagian lahiriah serta pengembangan mitos dalam kehidupan bersama dan penerapannya dalam segala seluk belukn kehidupan (Pasaribu, 1986:61). Adat memiliki asal-usul keilahian (ketuhanan) begitu pula merupakan seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau yang teratur datang kembali. Selepas itu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa (Schreiner, 1994:18). Pola-pola kehidupan yang Nampak dan dapat diamati dalam bentuk pergaulan sehari-hari, pembangunan rumah, upacara 42 perkawinan, upacara kematian, semuanya dipelihara, dilaksanakan dan diatur berdasarkan adat (ibid, 1994:20). Budaya Batak Toba merupakan sebuah bentuk gagasan yang diwarisi masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nilai-nilai budaya. Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia, adalah bahwa kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat adalah bagian dari kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan. Di dalam praktik pelaksanaan adat Batak Toba, realitas di lapangan menunjukkan terdapat empat (4) katagori adat. Yang pertama, masyarakat Batak Toba mempunyai sistem hubungan adat tersendiri. Menunjukkan bahwa setiap komunitas mempunyai tipologi adat masingmasing. Perlakuan masyarakat pedesaan terhadap adat lebih intensif dan merekat, di sisi lain masyarakat Batak Toba yang tinggal di perkotaan relatif lebih individualistis dalam konteks menyikapi adat Batak. Perilaku ini muncul akibat pengaruh lingkungan yang membentuk pola pikir, di samping unsur teknologi yang mempengaruhi adat tersebut. Yang kedua, adat yang diyakini sebagai norma yang mengatur hubungan antar manusia Batak Toba, dipengaruhi oleh aturan dan norma yang sudah berlaku dalam masyarakatnya. Peraturan perundang-undangan dan hukum religi yang banyak mengatur kehidupan normatif masyarakat secara rinci, memperkecil peranan adat dalam mengatur norma sosial dan kehidupan bermasyarakatnya. Selaras pula dengan aturan perundang-undangan dan hukum religi yang sudah membudaya, sering juga dipandang dan dianggap sebagai bagian dari adat istiadat Batak Toba sendiri. 43 Ketiga, Pola hubungan antar manusia dalam kelompok masyarakat Batak Toba berubah secara terus menerus. Oleh karena itu, maka pelaksanaan adatnya juga mengalami perubahan sesuai kebutuhan tanpa melihat sisi ruang dan waktu. Keempat, pandangan dan nilai yang diberikan terhadap adat itu juga mengalami perubahan, akibat dari pengaruh teknologi dalam penyebaranluasan informasi. Hal itu tampak dalam praktek adat yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Adat ini juga mengarahkan bagaimana orang-orang Batak Toba dalam menciptakan, mengkreasikan, menggubah, dan mempraktikkan kesenian- keseniannya termasuk dalam nyanyian. Kemudian aspek-aspek adat yang mentradisi ini diteruskan ke dalam konteks musik populer Batak Toba, termasuk juga bagaimana mengadopsi musik-musik dunia dalam kebudayaan Batak Toba itu sendiri. Bagaimanapun, peran adat tetap berlanjut baik secara tradisi atau di era modernisasi dan globalisasi sekarang ini. 2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen Apa yang terjadi dalam musik popular Batak Toba dengan fenomena adopsi beberapa lagu dari budaya dunia, khususnya peradaban Eropa, sebenarnya adalah ekspresi dari kontinuitas dan perubahan dari system religi yang dianut masyarakat Batak Toba. Awalnya mereka menganut religi tradisi, dengan berpusat pada penyembahan kepada Tuhan yang disebut Debata Mulajadi Nabolon, yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah kepada sistem religi baru yaitu Kristen Protestan, terutama yang dibawa oleh zending Jerman, dimotori oleh Ingwer Ludwig Nommensen. Kontinuitas dan perubahan sistem religi ini, menurut 44 penulis juga menjadi daya dorong bagi tumbuh dan berkembangnya kebudayaan musik populer Batak Toba, yang di dalamnya mengandung unsur musik tradisi dan juga musik Barat. Oleh karena itu perlu di sini diuraikan secara umum mengenai sistem religi tradisi dan kemudian peralihannya ke Kristen Protestan. Menurut sistem kepercayaan orang-orang Batak Toba dalam mitologinya, persoalan kehidupan selalu ada sangkut pautnya dengan ketuhanan yang dipercaya sebagai karya dari Mula Jadi Nabolon. Mite yang mirip dengan mitologi dalam kepercayaan Hindu dalam cerita turun temurun masyarakat Batak Toba ini, yaitu adanya tiga oknum dewa masing-masing Batara Guru, Soripada, dan Mangala Bulan sebagai aspek dari Mulajadi Nabolon yang memiliki otoritas di bumi untuk mengatur kehidupan manusia (Situmorang, 2009:21). Dalam beberapa literature budaya, konsep mitologi ini berbeda dengan konsep yang diungkapkan oleh Sitor Situmorang tentang “tri tunggal” Dewa orang Batak. Dalam tulisan lain, Tampubolon menyebut ketiga Dewa tersebut bukanlah implisit dari jelmaan Mula Jadi Nabolon, melainkan tiga dewa yang berdiri secara sendiri-sendiri yaitu: (1) Mulajadi Nabolon, ( 2) Debata Asi-asi, dan (3) Batara Guru yang sesuai dengan pekerjaannya di bumi. Debata Mulajadi Nabolon diyakini sebagai pencipta alam semesta alam yang besar (Nabolon), dan menciptakan dewa-dewa yang lebih rendah. Debata Asiasi sebagai dewa yang menurunkan berkat dan kasih melalui oknum perantara (roh leluhur, roh penghuni suatu tempat). Batara Guru berarti maha guru yang memberi ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu gaib, pengobatan dan penangkalan roh-roh jahat. (Tampubolon, 1978:9-10). 45 Mitologi Batak Toba pada umumnya disampaikan melalui cerita dari mulut ke mulut (tradisi lisan), biasanya pemberitaan seperti ini sukar untuk dipercaya. Hal ini terbukti dari banyaknya beredar cerita-cerita dongeng di kalangan suku Batak Toba. Selanjutnya, Warneck mengemukakan bahwa hampir semua suku bangsa di dunia memiliki dongeng, yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Masingmasing berdiri sendiri (Hutauruk, 2006:8)2 Ajaran religi Batak Toba yang terdapat dalam mitologi ini, diperjelas oleh Batara Sangti, yang menyebutkan ketiga dewa (sama dengan versi Situmorang) sebagai pemilik otoritas kedewaan dengan konsep pekerjaan ketiga dewa tersebut mengatur tata kehidupan manusia. Dalam legenda Siboru Deak (Deang) Parujar dalam tonggo-tonggo (doa) yang disampaikan pada Mula Jadi Nabolon disebutkan sebagai Debata Natolu, Natolu Suhu, Naopat Harajaon. Batara Sangti menguraikan pekerjaan dan tugas keempat oleh Debata Asi-asi yaitu menolong manusia dengan bersusah payah dan berkorban. Dewa ini berfungsi sebagai: naso pinele jala naso sinomba (yang tidak disaji dan tidak disembah) sebagai tugas keempat dimaksud dari na opat harajaon (Sangti, 1977:279). 2 Dongeng ini masuk ke dalam sebuah kajian yang disebut secrita rakyat atau folklor. Danandjaya (1994:3) mengemukakan Sembilan ciri folklor yaitu: (1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan. (2) Folkor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif atau dalam bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi. (3) Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa folklore mudah mengalami perubahan. (4) Folklor bersifat anonim, nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi. (5) Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat bisanya selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari.” (6) Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. (7) Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan ligika umum. Ciri folkor ini berlaku bagi folklor lisan dan sebagain lisan. (8) Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak ada sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. (9) Folklor umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga sering terlihat kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proteksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. 46 Dari beberapa versi cerita lisan yang terdapat kehidupan orang Batak Toba dapat disimpulkan, bahwa orang Batak Toba pada zaman keberhalaan sudah mempercayai adanya Tuhan yang satu yang disebut Mulajadi Na Bolon yang menjadi sumber dari segala yang ada. Orang Batak kala itu percaya ada kekuatan besar Debata yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya. Ia juga memelihara kehidupan secara terus menerus. Debata Mulajadi Na Bolon adalah sebagai Tuhan yang tidak bermula dan tidak berakhir. Dia adalah awal dari semua yang ada. Kepercayaan terhadap dewa-dewa ini, kemudian berubah menjadi kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seiring datangnya agama Kristen Protestan ke Tano Batak, yang dibawa oleh Ingwer Ludwig Nommensen. Ben M. Pasaribu mengatakan tentang konsep menyatunya antara agama dan adat pada masyarakat Batak Toba sebagai berikut. ... dalam masyarakat Batak Toba, yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik, terdapat beberapa organisasi agamaniah yang berdasar kepada sistem kepercayaan Batak asli, yang dijalankan menurut persepsi dari pendiri-pendiri oraganisasi-organisasi tersebut dan beberapa persentuhan dengan agama wahyu. Hubungan antara organisasi agamaniah yang tradisi dengan organisasi gereja Kristen merupakan suatu hubungan yang bervariasi sekali, tergantung kepada perkembangan situasi masa yang mempengaruhi persepsi Kristen terhadap unsur kebudayaan tersebut. ... Sehingga selain gereja Kristen Protestan yang menghadirkan acara margondang dalam beberapa peristiwa gereja, gereja Katolik juga mengadakan suatu misa yang didasari oleh beberapa sekwensekwen dalam acara margondang dari organisasi agamaniah tersebut. Misalnya, Gondang Elek-elek sebagai kyre, daupa sebagai evangelium, Gondang Santi sebagai offertorium, Tortor Ulubalang sebagai agnus dei, Gondang Puji-Pujian sebagai sanctus dan sebagainya (Ben M. Pasaribu 1986:53-54). Etnik Batak Toba adalah salah satu etnik natif Sumatera Utara, yang daerah kebudayaannya berada di seputar danau Toba, yang kini adalah sebagai salah satu 47 pusat industri pariwisata di Indonesia. Etnik Batak Toba pada masa sekarang ini daerah budayanya meliputi empat Kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten: (a) Tapanuli Utara, (b) Toba Samosir, (c) Samosir, dan (d) Humbang Hasundutan. Mereka memiliki berbagai kesenian, seperti sastra, tari (tortor), musik (gondang), dan rupa (gorga), dan lain-lain. Masyarakat Batak Toba ini sejak abad ke-19 telah berinteraksi secara pesat dengan peradaban Eropa dan agama Kristen Protetan khususnya dari organisasi Reinische Mission Gesselschaft (RMG) yang kemudian berubah menjadi Verenigte Evangelische Mission (VEM). Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward dari Gereja Baptis Inggeris tahun 1824. Kedua pendeta ini mencoba memperkenalkan Injil di kawasan Silindung (sekitar Tarutung sekarang). Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba. Kemudian tahun 1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta, yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh penduduk di bawah pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan Juli 1834. Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa Dr. H.N. van der Tuuk untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus Batak-Belanda, dan menyalin sebahagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama Kongsi Bibel Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui budaya. Tahun 1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen mengirim pendeta muda G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan. Ia tinggal di Sipirok sambil bekerja di perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari Rheinische Mission Gesellschaft (RMG), pada masa sekarang menjadi Verenigte Evangelische Mission 48 (VEM), dipimpin Dr. Fabri. Penginjilan sampai saat ini berjalan lambat. Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian diterima oleh masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Di bawah pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade awal abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama Kristen Protestan. Berdasarkan rapat pendeta pada 3 Februari 1903, penginjilan diperluas ke daerah Simalungun dan Karo, dan ternyata berhasil dengan baik (Nestor Rico Tambunan 1996:58-60). 2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba Kesenian yang ada dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba di antaranya adalah: sastra, tortor (tari), gorga (rupa), dan gondang (musik). (1) Seni sastra yang terdapat dalam budaya Batak Toba merupakan ekspresi dari mitologi-mitologi, pelipur lara, norma-norma sosial, dan lainnya, yang muncul sesuai dengan alam pikiran manusianya yang menjadi bahan teladan dalam kehidupan. Oleh karena itu sastra ini berdasar kepada konsep budaya masyarakat Batak Toba pada umumnya. Di antara seni sastra Batak Toba itu adalah sebagai berikut: (a) tabas-tabas, yaitu semacam doa yang diucapkan oleh datu atau dukun; (b) tudosan, yaitu perumpamaan suatu benda terhadap kehidupan, dengan membandingkan pada perasaan hati; (c) turi-turian, yaitu cerita yang berbentuk legenda, misalnya legenda Siboru Deak Parujar, Tunggal Panaluan, dan lainnya; (d) umpama, yaitu sejenis pantun yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial dan keteladanan; (e) umpasa yaitu penyajian sastra yang bermakna sebagai ucapan syukur atau berkat, dan mengandung unsur pantun; (f) andung-andung yaitu 49 penyajian untuk meratapi jenazah orang yang dikasihi; (g) huling-hulingan atau hutinsa yaitu penyajian sastra yang berbentuk teka-teki, jika ia berbentuk teka-teki cerita maka disebut dengan torhan-torhanan. (2) Seni tortor dalam kebudayaan Batak Toba merupakan gambaran dari kehidupan, yaitu tentang tubuh manusia, norma-norma, penyembahan, dan lainnya. Secara etimologis, tortor berasal dari kata martortor (bergetar), yaitu dari suara getaran rumah adat. Rumah adat Batak Toba tidak dipaku dengan paku dari besi, tetapi diikat dengan rotan. Jadi kalau berjalan di dalam rumah sambil menghentakhentak akan kedengaran getaran (martortor) kayu (M. Hutasoit 1976:15). M. Hutasoit (1976:15-22) dalam bukunya yang bertajuk Gondang dohot Tortor Batak, membagi tortor ke dalam dua bagian besar: (1) Tortor Hatopan, yaitu tortor umum yang ditandai dengan karakteristik semua gerakan penari adalah sama. Gerakan tortor ini telah diketahui orang ramai. Tortor Hatopan in dibagi dua: (a) Tortor Hatopan Baoa (tortor yang dilakukan oleh kaum pria saja), (b) Tortor Hatopan Boru (tortor yang dilakukan oleh kaum wanita saja); (2) Tortor Hapunjungan, yaitu tortor khusus yang tidak semua orang bebas menarikannya, karena sudah ditentukan kelas-kelasnya. Misalnya Tortor Naposo adalah khusus untuk muda-mudi, Tortor Raja khusus untuk raja atau orang yang diagungkan. Tortor Hapunjungan terbagi dua: (a) Tortor Hapunjungan Baoa adalah jenis teraian lelaki, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Nasiar-siaran; Situan Natorop, Mejan, Raja, Dalan, Sibaran, Joa-joa, Monsak, dan Hoda-hoda; (b) Tortor Hapunjungan Boru adalah jenis tarian wanita, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Soripada, Siboru, Sibaran, Haro-haro, Siar-siaran, Sihutur Sanggul, Tumba, dan lainnya. 50 Dalam budaya Batak Toba terdapat seni gorga. Mengenai seni gorga ini, Baginda Sirait (1980:17) menjelaskan bahwa bermula adalah seorang raja yang kaya mencari dukun untuk mengobati anak kesayangannya. Sudah banyak dukun dan datu yang mencoba mengobati tetapi tidak ada yang berhasil. Dengan tidak diduga datanglah seorang tua (natua-tua) memberikan tafsir berupa kaji diri, bahwa penyakit anak itu akan sembuh kalau roh jahat yang menguasai anak yang sakit itu diusir. Untuk mengusir roh jahat itu maka dibawalah si anak ke rumah. Mula-mula di atas tanah dibuat gambar yang berbentuk raksasa dan untuk menimpa garisgarisnya maka dipotonglah ayam sambil menumpahkan darah ayam itu mingikuti garis raksasa tadi. Melalui sembahyang dan menghadirkan gambar tadi maka sembuhlah penyakit si anak. Atas permintaan raja maka dipanggillah tukang untuk memahatkan gambar seperti gambar pengobatan tadi di atas pintu rumahnya. Lebih lanjut B. Sirait mengemukakan bahwa pada umumnya gorga yang terdapat di Batak Toba adalah mengandung nilai-nilai spiritual dan estetika tinggi. Jenis gorga dibagi dalam dua bagian besar yang dibedakan dengan warnanya: (a) gorga silinggom adalah gorga yang didominasi warna hitam, (b) gorga sipalang atau sigara ni api didominasi warna merah. Menurut garisnya terdiri dari gorga: (a) si tompi yaitu lambang ikatan kekeluargaan, (b) dalihan na tolu melambangkan kekerabatan, (c) simeol-meol melambangkan kegembiraan, (d) simeol-meol masialoan sama seperti simeol-meol cuma motifnya berhadap-hadapan, (e) si tagan lambang peringatan agar tidak sombong dan congkak, (f) si jonggi lambang keperkasaan, (g) si lintong lambang kesaktian, (h) simarogung-ogung lambang kejayaan dan kemakmuran, (i) ipon-ipon lambang kemajuan, (i) iran-iran lambang kecantikan, (j) hariara sundung di langit melambangkan terciptanya manusia, (k) 51 hoda-hoda lambang kebesaran, (l) simataniari lambang kekuatan hidup, (m) desa na ualu adalah melambangkan perbintangan untuk menentukan saat-saat baik bagi manusia untuk bertani, menangkap ikan, dan lainnya, (n) janggar atau jorngom melambangkan penjaga keamanan, (o) gaja dompak melambangkan kebenaran, (p) ulu paung berupa raksasa setengah manuasia dan setengah hewan melambangkan keperkasaan untuk menjaga setan-setan dari luar kampung, (q) singa-singa melambangkan keadilan hukum dan kebenaran, (r) boraspati (cecak) melambangkan kekuatan pelindung manusia dari bahaya dan memebri tuah serta harta kekayaan kepada manusia; (s) susu (payudara wanita) melambangkan kesuburan (B. Sirait 1980:18-36). 2.4 Musik Vokal dan Instrumental Budaya musikal masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian besar, yaitu musik vokal dan musik alat musiktal. Musik vokal pada masyarakat Batak Toba disebut dengan ende. Dalam musik vokal tradisional, pengklasifikasiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat dilihat berdasarkan liriknya. Ben Pasaribu membuat pembagian terhadap musik vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian, yaitu : 1. Ende mandideng, merupakan musik vokal yang fungsinya adalah untuk menidurkan anak (lullaby). 2. Ende sipaingot, merupakan musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan melangsungkan pernikahan. Biasanya dinyanyikan pada waktu senggang saat menjelang pernikahan. 52 3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dan daam waktu senggang, biasanya malam hari. 4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh para muda-mudi atau remaja di alaman (halaman kampung) pada malam terang bulan. 5. Ende sibaran, adalah musik vokal yang menggambarkan cetusan penderitaan seseorang yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, dan biasanya dinyanyikan di tempat yang sepi. 6. Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkaitan dengan pemberkatan, dan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh para orang tua kepada keturunannya. 7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dimainkan oleh kumpulan anak-anak yang dipimipin oleh seseorang yang lebih dewasa atau orang tua. 8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang telah meninggal, yang disajikn pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung alunan melodi biasanya muncul secara spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan 53 terampil dalam sastra yang menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini. Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi kelompok musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang diyanyikan untuk acara-acara namarhadodoan (resmi) 2. Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak Toba dalam kegiatan sehari-hari. 3. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita (Ben Pasaribu, 1986:27-28) Tetapi apabila dikaji lebih rinci dari banyaknya jenis musik vokal pada masyarakat Batak Toba, maka dibuat pengklasifikasian yang lebih mendetail terhadap nyanyian-nyanyian tersebut sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Berikut ini adalah pembagian jenis musik vokal Batak Toba oleh Jan Harold Brunvand yang dikutip oleh Ritha Ony (1983:13). Jenis musik vokal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Nyanyian kelonan (lullaby), yakni musik vokal yang mempunyai irama halus, tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang sehingga dapat membangkitkan rasa kantuk bagi sianak yang mendengarkan. Contoh: mandideng. 2. Nyanyian kerja (work song), yaitu musik vokal yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat,sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja. Contoh : luga-luga solu. 54 3. Nyanyian permainan (play song), yakni musik vokal yang mempunyai irama gembira serta kata-kata yang lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan. Contoh : sampele-sampele. 4. Nyanyian yang bersifat kerohanian atau keagamaan, yaitu musik vokal yang teksnya berhubungan dengan kitab Injil, legenda-legenda keagamaan, atau pelajaran-pelajaran keagamaan. Contoh : metmet ahu on 5. Nyanyian nasehat, yaitu musik vokal yang liriknya berisi nasehat tentang bagaimana pola bertingkah laku yang baik. Contoh : siboruadi. 6. Nyanyian mengenai hubungan berpacaran dan pernikahan, yaitu musik vokal yang liriknya biasanya mengungkapkan kebiasaan muda-mudi yang sedang bercinta dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Contoh : madekdek ma gambiri. Musik instrumental masyarakat Batak Toba dibagi menjadi dua kategori berdasarkan bentuk penyajiannya, yakni ada yang lazim digunakan dalam bentuk ensambel, dan ada yang disajikan dalam bentuk permainan tunggal baik dalam kaitannya dengan upacara adat, religi atau kepercayaan, maupun sebagai hiburan. Secara umum, pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik tradisional, yakni: gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain dalam bentuk ensambel, ada juga alat musik yang disajikan secara tunggal. 55 2.5 Gondang Hasapi Komposisi alat musik pada gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik, yang dapat diuraikan seperti berikut ini: 1. Hasapi ende (plucked lute), atau kadang kala disebut dengan hasapi inang atau hasapi taganing, yaitu sejenis sebuah lute berleher pendek yang dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki dua buah senar. Alat musik ini merupakan pembawa melodi dan dianggap sebagai alat musik utama dalam ensambel gondang hasapi. 2. Hasapi doal (plucked lute), alat musik ini sama bentuknya dengan hasapi ende, perbedaannya hanya terletak pada peranan musikalnya yakni hasapi doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan. 3. Sarune etek (shawn), yakni sejenis alat tiup berlidah tunggal (single reed) yang juga berfungsi sebagai pembawa melodi. Alat musik ini tergolong ke dalam kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat di atas dan satu di bawah),dan dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa (meniup secara sirkular tanpa berhenti) yang dalam istilah musiknya disebut dengan circular breathing. 4. Garantung (xylophone), yaitu alat musik berbilah yang terbuat dari kayu dan umumnya memiliki lima buah bilah nada. Selain berperan sebagai pembawa melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem pada lagu-lagu tertentu. Dimainkan dengan cara mamalu.3 3 Mamalu dapat diartikan dengan memukul, memainkan atau membunyikan. Contoh mamalu hasapi (membuyikan hasapi), mamalu garantung (membunyikan garantung) dan lain-lain. Palu-palu merupakan alat pemukul berupa stik yang digunakan untuk memukul alat musik. 56 5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi yang terbuat dari plat besi atau botol kaca yang berperan sebagai pembawa tempo atau ketukan dasar. Gondang hasapi dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil. Penggunaannya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup, dimainkan oleh lima orang walaupun jumlah pemusik ini dapat juga bervariasi. Jika mengacu pada praktek pertunjukan gondang hasapi di komunitas parmalim4, sarune etek kadangkala bisa terdiri dari dua alat yang masing-masing dimainkan oleh satu orang pemain. Begitu juga dengan jumlah orang yang memainkan hasapi ende atau pun hasapi doal. Dengan kata lain, jumlah pemusik keseluruhan dalam gondang hasapi yang terdapat pada kelompok parmalim bisa mencapai enam hingga delapan orang.5 2.6 Gondang Sabangunan Ensambel gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan atau gondang bolon. Komposisi alat-alat musiknya adalah seperti uraian berikut ini: 1. Sarune bolon (shawm, oboe), yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda (double reed) yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa. Alat musik ini tergolong kepada kelompok aerophone. 2. Taganing (single headed drum), yaitu seperangkat gendang bernada bermuka satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu atau repertoar tertentu. Kelima gendang tersebut dibedakan sesuai dengan namanya masing-masing, 4 Sebuah aliran kepercayaan tradisional/agama suku Batak Toba yang berkembang di Huta Tinggi, Laguboti, Sumatera Utara. 5 Dikutip dari buku yang berjudul Gondang Batak Toba oleh Ritha Ony dan Irwansyah Harahap. 57 yakni odap-odap, paiduani odap, painonga, paiduani ting-ting, dan ting-ting. Alat musik ini tergolong ke dalam kelompok membranophone. 3. Gordang bolon (single headed drum), yakni sebuah gendang-bas bermuka satu yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa ritem konstan dan ritem variabel. Insrumen juga sering disebut sebagai bass dari ensambel gondang sabangunan. Klasifikasi alat musik ini termasuk kepada kelompok membranophone. 4. Ogung (gong), yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama oloan, ihutan, doal, dan panggora. Masing-masing ogung sudah memiliki ritem tertentu dan dimainkan terus menerus secara konstan/tidak berubah-ubah. Alat musik ini tergolong kepada kelompok idiophone. 5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya yang dapat menghasilkan bunyi tajam untuk dijadikan sebagai pembawa tempo. Alat musik ini tergolong kepada idiophone. 6. Odap (double headed drum), yakni sejenis gendang kecil bermuka dua (dua sisi selaput gendang) yang berperan sebagai pembawa ritem variabel. Alat musik ini biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu. Alat musik ini tergolong kepada kelompok membranophone. Gondang sabangunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara yang berhubungan dengan adat ataupun religius. Gondang sabangunan berperan sebagai media untuk menghubungkan manusia dengan penciptanya (secara vertikal) dan menghubungkan manusia dengan sesama (secara horizontal). 58 Penggunaan odap dalam ensambel gondang sabangunan jarang ditemukan saat ini. Beberapa musisi tradisional Batak seperti Marsius Sitohang, Guntur Sitohang, dan S.Sinurat mengatakan bahwa penggunaan alat ini sangat terbatas dan hanya diperuntukkan dalam upacara-upacara tertentu, dan biasanya hanya parmalim yang masih tetap melestarikan alat musik tersebut. Namun, berkaitan dengan peran dan bunyi musikalnya, pada zaman sekarang ini teknik permainan odap sudah banyak ditransformasikan oleh taganing yang juga mampu berperan sebagai pembawa ritem variabel. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan odap sudah semakin jarang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ensambel gondang sabangunan pada umumnya dimainkan oleh tujuh orang, yakni satu orang memainkan sarune bolon, satu orang memainkan taganing dan odap, satu orang memainkan gordang bolon, satu orang memainkan ogung oloan dan ihutan, satu orang memainkan ogung doal, satu orang memainkan ogung panggora, dan satu orang memainkan hesek. Namun, formasi dan jumlah pemusik ini sedikit berbeda dengan apa yang terdapat di dalam upacara parmalim. Dalam konteks tersebut, umumnya pemusik berjumlah delapan orang, dimana alat musik ogung oloan dan ihutan masing-masing dimainkan oleh satu orang. Kadang-kadang juga bisa ditemukan pemain sarune bolon berjumlah dua orang pada beberapa upacara parmalim tertentu. Pada masyarakat Batak Toba secara umum di luar parmalim, formasi pemusik dalam formasi ensambel semacam ini jarang terjadi pada kebanyakan pertunjukan gondang sabangunan. 59 2.7 Alat-alat Musik yang Disajikan Tunggal Di dalam kebudayaan Batak Toba, dahulu kala alat musik (alat musik) tunggal diartikan sebagai alat musik yang dimainkan secara tunggal dan tidak boleh digabungkan ke dalam ensambel gondang hasapi maupun gondang sabangunan, sebab pada dasarnya sudah ditetapkan berbagai alat musik tertentu yang boleh dimainkan ke dalam kedua ensambel tersebut. Dalam hal ini, penggunaannya hanya dikaitkan ke dalam kedua ensambel tersebut karena berdasarkan sejarah, dahulu hanya ada dua ensambel dalam musik adat masyarakat Batak Toba yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan. Alat musik tunggal biasanya hanya digunakan pada waktu senggang untuk mengisi kekosongan atau menghibur diri. Alat musik ini juga tidak pernah dimainkan dalam upacara-upacara adat yang bersifat ritual layaknya alat musikintrumen yang ada pada ensambel gondang sabangunan atau gondang hasapi. Namun jika diartikan secara lebih luas dan terkait perkembangan berbagai musik Batak Toba pada masa kini, alat musik tunggal pada dasarnya bukan hanya alat musik yang tidak boleh dimainkan bersama dengan ensambel gondang hasapi maupun gondang sabangunan saja, melainkan juga pada berbagai ensambel atau format musik yang lain. Selain sulim, ada berbagai intrumen Batak Toba yang termasuk ke dalam alat musik tunggal seperti uraian berikut ini: 1. Saga-saga (jew’s harp) yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara menggetarkan lidah alat musikt tersebut dengan bantuan hentakan tangan dan rongga mulut berperan sebagai resonator. Alat musik ini tergolong ke dalam keompok ideophone. 60 2. Jenggong (jew’s harp) yang terbuat dari logam dan mempunyai konsep yang sama dengan saga-saga. Juga termasuk ke dalam kelompok ideophone. 3. Talatoit (transverse flute), sering juga disebut dengan salohat atau tulila, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara meniup dari samping. Mempunyai empat lobang nada yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan, sedangkan lobang tiupan berada di tengah. Alat musik diklasifikasikan ke dalam kelompok aerophone. 4. Sordam (up blown flute) yang terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung alat musik yang diposisikan secara diagonal. Alat musik ini memiliki lima lobang nada, yakni empat di bagian atas dan satu di bagian bawah, sedangkan lobang tiupan berada pada ujung atas nya. Alat musik ini juga termasuk ke dalam kelompok aerophone. 5. Tanggetang (bamboo ideochord), yaitu alat musik yang terbuat dari batang bambu besar dan memiliki senar yang dibentuk dari badan bambu itu sendiri dan badan bambu tersebut berperan sebagai resonator. Prinsip pembuatan, cara memainkan dan karakter bunyi alat musik ini hampir sama dengan keteng-keteng yang ada pada masyarakat Batak Karo, dimana alat musik ini bersifat ritmis dan gaya permainannya seakan mengimitasikan karakter bunyi ogung (gong Batak Toba). Alat musik ini termasuk kelompok yang dipadukan antara ideophone dengan chordophone sehingga disebut dengan ideochordophone 6. Mengmung juga merupakan alat musik sejenis ideochordophone yang mirip dengan tanggetang, hanya saja senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu dijadikan sebagai resonator. 61 Dari keseluruhan intrumen tunggal yang ada pada masyarakat Batak Toba, sulim adalah alat musik yang masih tetap eksis dan paling sering digunakan hingga pada saat ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sulim merupakan alat musik tiup yang lebih kompleks dengan frekuensi nada serta jangkauan nada yang lebih luas dibandingkan alat musik tunggal yang lainnya, sehingga berbagai jenis lagu atau repertoar dapat dimainkan pada alat musik tersebut. Sementara alat musik tunggal yang lain sudah sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan ada orang yang mengatakan bahwa beberapa di antaranya sudah hampir punah keberadaannya seperti saga-saga, jenggong, tanggetang dan mengmung. Sebab pada umumnya, keempat alat musik ini sudah sangat jarang kelihatan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin hanya satu dua orang yang masih melestarikan alat musik ini, dan itu pun kemungkinan jika siempunya masih hidup atau alat musik tarsebut masih tetap diwariskan secara turun temurun. 2.8 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modernisasi 2.8.1 Konsep musik populer Konsep budaya populer (popular culture) dan seni populer (art culture) digunakan dengan secara meluas di Barat selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan populer, meluasnya kapitalisme, dan peristiwa proses modernisasi dan urbanisasi. Budaya populer memberikan pengertian yang sama dengan budaya massa (Gans, 1974:10). Konsep budaya massa berasal dari bahasa Jerman masse dan kultur. Masse ialah golongan rakyat (nonaristokrasi) yang tidak berpendidikan, yang merujuk juga pada istilah lower- 62 middle class atau kelas pekerja yang miskin. Kultur juga bermakna sebagai budaya tinggi, yang tidak saja melingkupi seni, musik, kesusastraan, dan penghasilan simbolis lain yang diminati oleh golongan elit yang berpendidikan dalam masyarakat, tetapi juga corak pemikiran dan perasaan golongan itu yang dikatakan golongan yang berbudaya. Jadi, budaya massa adalah hasil simbolis yang diminati golongan mayoritas berbudaya itu. Ada pula para pengkaji yang menganggap penggunaan istilah budaya massa adalah lebih tepat dari budaya populer karena dikatakan penghasilan unsur-unsur budaya seperti itu ialah untuk masyarakat ramai (Donald, 1968:12). Konsep budaya massa dipergunakan karena hubungan dengan pengeluaran unsur-unsur budaya secara besar-besaran (massive scale), penggunaannya pula adalah meluas dan bagi kepentingan masyarakat manusia (Lohisse, 1973:17). Munculnya budaya populer mempunyai sejarah perkembangan tersendiri. Perubahan politik feodal ke arah demokrasi, perkembangan teknologi, dan usaha perdagangan sistem kapitalis menjadi titik tolak munculnya budaya populer ini. Menurut Donald sistem politik demokrasi dan pelajaran yang semakin meluas meruntuhkan monopoli golongan kelas atas terhadap unsur budaya (Donald 1968:12). Perkembangan teknologi yang lebih baik dapat mengeluarkan bentuk hiburan dengan harga murah. Ia berpendapat teknologi modern seperti piringan hitam dan film sesuai bagi pengeluaran dan penyebaran hiburan yang meluas. Jadi usaha menawarkan hiburan menjadi lapangan bisnis yang menguntungkan. Budaya populer bukanlah sebuah fenomena baru, ia merupakan kontinuitas dari budaya rakyat yang menjadi milik rakyat. Seni rakyat (folk art) adalah hasil budaya ekspresif rakyat yang disesuaikan dengan kehendak golongan mereka, 63 berbeda dari budaya populer yang disebut sebagai imposed from above (Donald, 1968:13). Orang-orang yang ahli dalam lapangan tertentu, seperti artis-artis menerima bayaran dari pihak penyelenggara. Penyelenggara bertujuan mencari untung dan menggunakan bahan budaya sebagai barang dagangan. Penonton merupakan pengguna sementara unsur-unsur budaya menjadi barang pengguna. Penawaran unsur-unsur budaya seperti itu senantiasa berubah-ubah bergantung kepada perubahan citarasa pengguna. Seni rakyat pada mulanya terpisah dari budaya tinggi (hoc cultuur) tetapi kemudian budaya populer memainkan peranan penting dalam menyambungkan antara dua budaya itu (Donald, 1968:13). Perkembangan budaya populer Barat bukanlah masalah baru tetapi paling tidak telah muncul abad ke-17 (Lowenthal, 1961:14-28). Persoalan dan perdebatan ahli-ahli agama yang menganggap bahwa hiburan yang bertujuan melarikan individu dari kenyataan merusakkan dan membawa keburukan kepada moral anggota masyarakat, bertentangan dengan ahliahli filsafat yang menganggap hiburan sebagai kepentingan dasar sebagaimana kepentingan dasar lainnya yang mempunyai fungsi tertentu dalam kehidupan masyarakat. Budaya populer dikatakan bersifat seragam atau homogen karena pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Apa yang dianggap budaya tinggi pada masa lalu adalah hak milik golongan elit yang bertujuan menyampaikan nilai dan menggunakan unsur budaya untuk menyebarkan pengajaran kepada khalayak ramai. Golongan elit menggunakan unsur-unsur budaya untuk mengukuhkan kedudukan mereka. Sementara itu budaya populer tersebar kepada 64 masyarakat awam dan menentukan the image of a centripetal force rather than a centrifugal force (Lohisse, 1973:35). Konsep budaya populer meliputi aktivitas-aktivitas yang diminati orang ramai yang bertujuan memberi hiburan, seperti musik, film, buku, dan lainnya yang selalu dikaitkan dengan apa yang disalurkan melalui media massa (Winston, 1973:54). Budaya populer atau budaya massa ini boleh dilihat melalui sifat- sifatnya yang tersebar secara meluas dan dapat menarik perhatian kelas pekerja industri, dan produksinya dibuat secara besar-besaran (Quail, 1969:22). Budaya populer memegang peranan penting dalam menaikkan citra budaya. Munculnya budaya populer yang boleh dikatakan sebagai sebuah revolusi dalam perkembangan budaya telah dapat merapatkan jurang pemisah antara golongan elit dan rakyat biasa (Donald, 1968:15). Munculnya budaya populer kadang-kadang menimbulkan kekeliruan. Rosenberg menerangkan beberapa kekeliruan atau anggapan orang ramai yangkurang tepat tentang budaya populer. Orang selalu mengaitkan kemunculan budaya populer dengan kapitalisme, yang berawal di Amerika Serikat, dan berasal dari sistem politik demokrasi (Rosenberg 1960:11). Anggapan seperti itu tidak disetujui Rosenberg karena ia percaya bahwa pengaruh perkembangan teknologi pertumbuhan budaya populer adalah besar sekali. Perkembangan ekonomi dan perkembangan politik tidak dapat dianggap sebagai akibat langsung sebagaimana yang berlaku dalam revolusi industri yang berkembang di Eropa abad ke-19. Masyarakat umumlah yang menentukan nilai dan selera atau kehendak masyarakat (Gans, 1974:12). Selera masyarakat umum ini penting dalam menentukan corak budaya populer, misalnya dalam menentukan tema, pertunjukan, 65 dan sejenisnya. Nilai anggota masyarakat adalah manifestasi terhadap bentuk budaya populer dalam suatu zaman. Proses urbanisasi merupakan faktor penting dalam pertumbuhan budaya populer. Setelah bergulirnya revolusi industri di Barat pada abad ke-19, banyak golongan petani pindah dan bekerja di kota sebagai pusat industri. Golongan ini, yang dijuluki proletariat dan petty bourgeois, belajar membaca dan menulis dengan tujuan memperbaiki kedudukan dan menambahkan keahlian mereka dalam pekerjaan baru serta menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Hiburan diperlukan untuk mengisi masa lapang mereka. Untuk itu di pasar dimunculkan bahan-bahan erstz culture atau kitsch yang dapat memenuhi masa lapang, dan mengurangi keletihan mereka setelah bekerja. Kitsch adalah hasil revolusi industri yang menyebabkan rakyat mengalami proses urbanisasi dan perkembangan sistem pendidikan (Howe, 1960:497). Pertumbuhan budaya populer berkaitan dengan aspek seni yang menimbulkan pula konsep seni populer. Seni populer adalah kontinuitas dari seni tradisional. Seni populer, seperti musik, tari, dan teater disalurkan melalui media massa hingga menyebabkan orang menganggap media massa juga sebagai seni populer. Media massa bukanlah seni, tetapi alat komunikasi yang bisa mempengaruhi pertumbuhan seni. Media massa menyiarkan penerangan tetapi dilakukan dalam bentuk hiburan untuk masyarakat ramai. Konsep seni populer muncul selaras dengan pertumbuhan budaya populer abad ke-19 (Bigsby, 1973:16). Seni populer dalam keadaan tertentu mengambil alih seni tradisional dengan berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional, ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Seni rakyat juga menjadi seni populer 66 dalam konteksnya tersendiri (Kaplan, 1967:317). Kadang-kadang bentuk seni populer disesuaikan dengan kesadaran dan kehendak masyarakat umum. Seperti halnya dalam musik populer Batak Toba yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan meluas dan diminati. Oleh sebab itu sebagian pihak menganggap nilainya turut jatuh, citarasa umum dianggap mediocre, dan norma kitsch diterima. Namun jika kita menganalisis keadaan baru yang mendatangkan kesan kepada seni, kita tidak dapat membuktikan bahwa dengan meluasnya peminat atau penonton nilai sebuah budaya semakin berkurang. Ada pula orang yang menganggap bahwa nilai seni itu tinggi apabila penghasilannya sedikit (Duvignand, 1972: 130). Musik populer Batak Toba tampaknya mengikuti konsep-konsep seperti yang telah diuraikan di atas. Musik populer Batak Toba umumnya mengikuti format ensambel band yang ada pada budaya musik Barat, namun elemen-elemen tradisional Batak Toba juga menjiwainya. Musik populer Batak Toba adalah bagian dari kebudayaan massa (cultural mass) Batak Toba, yang dibentuk oleh golongan rakyat dalam budaya Batak Toba. Selain itu, terjadinya pergantian sistem politik feodal ke arah demokrasi, perkembangan teknologi, dan usaha perdagangan sistem kapitalis menjadi titik tolak munculnya budaya musik populer Batak Toba ini. Awalnya masyarakat Batak Toba menganut sistem feodalisme terutama saat kekuasaan politik tradisional sistem kerajaan yang mengatur ekonomi rakyat, terutama yang paling jelas adalah pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, dimana para tengkulak menguasai bisnis pertanian dan perikanan yang mengatur kehidupan rakyat Batak Toba. Kemudian setelah merdeka, mulailah beralih ke sistem demokrasi Pancasila, rakyat 67 memiliki hak untuk berpolitik dan mengatur sendiri kehidupannya. Demikian pula dengan sistem perdagangan bebas turut menumbuhkembangkan kebudayaan massa, termasuk musik populer Batak Toba. Mereka sudah melakukan distribusi kaset rekaman dalam industri yang diatur oleh sistem liberalisme. Budaya musik populer Batak Toba pula merupakan kontinuitas dari budaya rakyat yang menjadi milik rakyat. Hal ini dapat dibuktikannya berbagai elemen musik rakyat atau tradisi rakyat tetap dilanjutkan dalam musik populer Batak Toba. Yang jelas adalah penggunaan teks-teks berbahasa Batak Toba yang mengikuti tradisi seni sastra Batak Toba, begitu pula berbagai konsep musik gondang yang ditransformasikan ke dalam musik populer Batak Toba, juga teknik bermainnya, judul lagu, dan lain-lainnya, yang bukan suatu kreativitas yang terputus dari tradisinya. Budaya populer dikatakan bersifat seragam atau homogen karena pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Kenyataan ini dapat dilihat dari sistem produksi budaya musik populer Batak Toba yang biasanya dilakukan secara besar-besaran melalui bentuk kaset tape, video compact disk, compact disk, dan lainnya. Seni populer dalam keadaan tertentu, mengambil alih seni tradisional dengan berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional, ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Hal ini juga berlaku dalam musik populer Batak Toba. Ada yang mengambil unsur musik tradisional, tetapi tak jarang pula muncul dalam bentuk baru (kreativitas), umumnya setelah adanya persinggungan dengan budaya musik Barat, beragai elemen baru ini masuk ke dalam musik populer Batak Toba. 68 Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan meluas dan diminati. Setelah ditemukannya media komunikasi seperti radio, televisi, dan internet, maka seni musik populer Batak Toba meluas persebarannya. Sampai kini, bahkan seni ini diminati baik oleh masyarakat Batak Toba sebagai pendukungnya, maupun masyarakat bukan Batak Toba yang juga turut mendukung keberadaannya atau minimal sebagai peminat musik populer Batak Toba. Demikian sekilas konsep musik populer secara umum dan musik populer Batak Toba secara khusus. Selanjutnya kita uraikan secara umum musik populer Barat dan pengaruhnya bagi musik populer Batak Toba. Kemudian selaras dengan perkembangan teknologi, budaya musik populer Barat juga masuk ke Indonesia, termasuk Batak Toba. Mereka dengan didasari oleh pengalaman kultural sebelumnya dengan antusias mencipta lagu-lagu (musik) populer Batak Toba, dengan berbagai kreativitas dan akulturasinya dengan budaya Barat. Pada paruh pertama abad ke-20, muncullah berbagai komponis ternama dari etnik Batak Toba ini, bahkan beberapa di antaranya adalah komponis lagu-lagu nasional Indonesia, di antaranya adalah Cornel Simanjuntak, di samping itu ada Ismail Hutajulu, Nahum Situmorang, Tilhang Gultom, dan lain-lainnya. Selepas itu muncul pula berbagai komponis musik populer Batak Toba seperti Sidik Sitompul (S. Dis), Buntora Situmorang. Sementara itu muncul pula berbagai kelompok musik populer Batak Toba seperti: Trio Ambisi, Trio Amsisi, Trio Lasidos, Panjaitan Bersaudara, Nainggolan Sisters, dan lain-lain. Dalam pertunjukannya, mereka melakukan akulturasi antara budaya Barat dan Batak Toba, yang diadun sedemikian rupa menjadi budaya populer. Musik populer Batak Toba itu berkembang dengan masuknya pengaruh budaya asing dan berinteraksi dengan 69 budaya Batak Toba. Awalnya musik populer Batak Toba dipengaruhi oleh musik gereja, yang dapat ditelusuri melalui penggunaan tangga nada diatonis (diatonic scale) nampak di dalam melodi-melodi yang diciptakan dan digunakan dalam berbagai peristiwa budaya. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dan para pemusik Batak Toba banyak mendengar berbagai jenis irama, dengan media utamanya adalah radio, tape recorder, video compact disk, dan televisi. Karena seringnya mendengar musik dalam berbagai irama, para pemusik mendapatkan wawasan secara musikal, alhasil timbul keinginan para pemusik membuat sesuatu yang baru di dalam musik populer Batak Toba yang membawa musik Batak Toba itu kepada perkembangan-perkembangan. Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c) modernisasi, dan (d) konstilasi. Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak Toba secara melodis, karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang dipengaruhi tradisi asing. Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni musik Barat, lagu-lagu pada masa tradisi ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah nada bagi melodi yang dihasilkan oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum digunakan. Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yaitu lagulagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut 70 sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba. Musik populer Batak Toba mulai diperde-ngarkan di radio pada mulanya direkam pada bentuk piringan hitam. (Panggabean, 1994:34). Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio, masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain. Hal ini merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba dengan berbagai irama seperti tersebut di atas. Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang mencoba memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya. Masa ini dapat dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer Batak Toba, dikarenakan pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan komponis Batak Toba saat ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan teknologi modern. Misalnya lagu Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke dalam irama remix akan tetapi 71 menggunakan alat musik tradisional seperti sulim Batak dan taganing (drum chime) dipadukan dengan alat alat musik modern (berasal dari kebudayaan Barat) seperti seperangkat alat band dan program keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini digarap oleh Vicky Sianipar dengan bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur orkestra Barat. Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen, estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemenelemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih dinamis. Masyarakat Batak Toba umumnya memiliki rasa musikalitas dalam kehidupannya, yang dalam penciptaan musik baru tanpa perlu terlalau jauh meninggalkan tradisi nenek moyangnya. Orang Batak Toba umumnya terkenal memiliki suara yang baik, yang dapat dilihat melalui kebiasaannya yang hobi bernyanyi pada saat-saat berkumpul dan juga dalam mengadakan upacara-upacara adat Batak, selalu menghadirkan musik. Misalnya pada upacara kematian, perkawinan, dan lainnya. Dalam pengertian yang luas musik vokal Batak Toba memiliki berbagai fungsi sosial, baik yang sifatnya sekuler, maupun ritual. Hal ini juga dideskripsikan oleh Hilman Situmorang (1988:151): “Rap adong do kesenian marende dohot marandung di halak Batak, alai gumondang ma ummalo marende sian na malo mangandung.” Artinya adalah bahwa kesenian menyanyi dan 72 bersenandung bersamaan kelahirannya pada masyarakat Batak Toba, tetapi lebih banyak orang yang lebih pandai menyanyi dari pada bersenandung (mangandung). Remy Silado atau Yapi Tambayong (1992), seorang kritikus musik ternama Indonesia juga memberikan pandangannya terhadap rasa musikalitas orang Batak Toba. Sederet nama para komposer dan pemusik yang berasal dari Batak Toba, yaitu Amir Pasaribu, Cornel Simanjuntak, Liberty Manik, E.L. Pohan, Tilhang Gultom, Nahum Situmorang, dan Nortir Simanungkalit. Ini membuktikan bahwa orang Batak Toba memiliki musikalitas yang baik. Bahkan setiap orang dari masyarakat tersebut memiliki kemampuan bernyanyi dan sangat respek terhadap musik. Musik alat musiktal Batak Toba secara ensambel dapat dibagi dua yaitu: (a) ensambel gondang sabangunan, dan (b) ensambel gondang hasapi atau uninguningan. Ensambel gondang sabangunan terdiri dari alat musik: (a) taganing, terdiri dari lima gendang satu sisi berbentuk konis dan pembawa melodi (drum chime) dan satu gordang juga gendang satu sisi berbentuk konis membawa ritmik, satu sarune bolon (shwm), empat gong yang disebut ogung (oloan, ihutan, panggora, dan doal), serta satu simbal yang disebut hesek. Alat-alat musik pembawa melodi adalah taganing dan sarune bolon, pembawa ritme konstan adalah ogung dan hesek, pembawa ritme variatif adalah gordang. Gondang hasapi adalah ensambel musik tradisional Batak Toba yang terdiri dari alat-alat musik: garantung (wooden xylophone), sulim (side blown flute), sarune etek (shawm), hasapi ende (short neck lute melody), hasapi doal (short neck lute appergiation), dan hesek (symbals). Alat-alat musik yang berfungsi pembawa 73 melodi adalah garantung, sulim, sarune etek, dan hasapi ende. Sebagai pembawa ritme variatif adalah hasapi doal, dan sebagai pembawa ritme konstan adalah hesek. Kedua ensambel ini, turut memberikan kontribusi terhadap masuknya alat musik saksofon dan teknik bermainnya dalam musik populer Batak Toba. Teknik permainan sarune bolon yang terdapat dalam ensambel gondang sabangunan dan sarune etek dalam ensambel gondang hasapi, secara eksplisit diteruskan oleh para pemain saksofon yang berlatar belakang budaya musik Batak Toba. Demikian sekilas mengenai kesenian termasuk musik tradisi Batak Toba. Selanjutnya diuraikan tentang konsep budaya (musik) populer. 2.8.2 Musik populer Barat dan pengaruhnya pada musik populer Batak Pada asasnya perhatian ke arah dunia musik diawali dengan timbulnya kegoncangan di dunia perdagangan internasional dan juga dalam bidang moneter internasional yang tidak hanya terjadi di negara-negara maju (developed countries) tetapi pengaruhnya juga dirasakan pula oleh negara-negara berkembang, seperti halnya Indonesia (Sindhunata, 1983:96), sebagai upaya mengatasi situasi ekonomi akibat rendahnya pendapatan negara melalui sektor minyak dan gas bumi, sehingga sektor non migas merupakan alternatif yang berpeluang baik untuk dikembangkan. Tidak hanya produksi ekonomi saja yang diindustrikan, tetapi semua kejadian dalam masyarakat, terjadilah industri kebudayaan, seni, pemikiran, dan lain-lain (Sumitro Djojohadikusumo 1975:76-110). Pada tahun 1920 terjadi suatu perkembangan besar dalam musik populer. Beberapa perkembangan penting yang bersifat teknis bertambah dengan didirikannya stasiun radio komersial yang berkaitan erat dengan perkembangan 74 teknologi, media elektronika seperti radio, televisi, piringan hitam, kaset video, film musikal, laser disc serta perkembangan proses rekaman yang sangat berperan dalam penyebarluasan musik populer di seluruh dunia. Dengan adanya penemuan media elektronika, musik populer menjadi komoditas industri yang baru untuk kepentingan komersial. Pesatnya penjualan produksi musik populer didukung oleh pemutaran-pemutaran film atau sinetron musikal, yang memberikan akses kepada masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan musik populer di gedung-gedung bioskop, atau hanya dengan memegang remote control di rumah melihatnya melalui televisi. Masyarakat umum adalah bahagian utama sebagai konsumen dari musik populer ini. Puncak penjualan industri musik populer Barat (dan dunia) tercatat pada tahun 1955 ketika pemusik Bill Halley memperkenalkan musik rockn’ roll dalam film musikal yang bertajuk Arround the Clock. Selanjutnya bermunculan kelompok musik baru yang juga bergaya rockn’ roll yang menguasai pasaran musik dunia melalui piringan hitam, kaset rekaman atau pertunjukan musik, dan pemutaran film musik. Tokoh-tokoh musik populer dunia di antaranya adalah Elvis Presley (19351977), disusul kelompok musik The Beatles (anggotanya John Lennon, Ringgo Star, George, Paul McCartney), dan Bee Gees. Selain grup musik populer tersebut, masih banyak lagi grup musik dan penyanyi populer lainnya yang bermunculan seperti: Queen, Abba, Scorpion, Michael Jackson, Stevie Wonder, Elton Jhon, Sting, Roxeete, Prince, Debbie Gibson, Mariah Carey, Bobby Brown, Tommy Page, Christina Aguilera, Madonna, dan lainnya. 75 Jenis-jenis musik populer yang berkembang dalam kebudayaan Barat, dalam hal ini Eropa dan Amerika telah berpengaruh besar kepada perkembangan musik Indonesia. Tidak ketinggalam termasuk juga pengaruhnya kepada musik populer Batak Toba. Jenis-jenis musik Barat itu di antaranya adalah musik kaum budak (slave music), yang merupakan lagu-lagu kaum budak yang dibawa dari Afrika ke Amerika. Teks-teks nyanyian itu banyak mengambil isi Alkitab, yang mencerminkan penderitaan lahir dan batin, serta kerinduan akan pembebasan sistem perbudakan. Jenis lainnya adalah jazz, yang berasal dari kota New Orleans, bagian selatan Amerika tahun 1619 orang negro mulai datang ke Amerika, di daerah Virginia. Pada awalnya, kaum negro belum bekerja sebagai budak belian. Hal ini baru mulai dengan berkembangnya abad ke-19. Bagian Amerika Utara dikuasai oleh masyarakat Inggris beragama Kristen yang bersikap puritan menentang ritual kaum negro, sedangkan di Amerika Selatan di bawah pengaruh agama Katholik, tradisi lama lebih mudah ddipertahankan. Musik jazz yang pada awalnya diciptakan oleh orang kulit hitam dalam masa perbudakan selama Perang Dunia Kedaua kemudian membuat orang kulit hitam dan kulit putih bermain bersama dalam ensambel jazz, sehingga ada percampuran antara corak musik yang disebut AfroJazz. Musik jazz ditandai penerapan teknik improvisasi secara dominan yang dijalin dengan permainan irama yang singkopik. Gaya permainan ini bermula tahun 1914 di area perkebunan New Orleans, sebagai perpaduan antara musik orang-orang negro asal Afrika dengan peralatan sistem nada dan melodi-melodi Marcia bangsa Creole Perancis. Sesudah tahun 1960 keluar dari Amerika dan 76 menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan berbagai ragam dan gaya. Hal ini ditunjang oleh kemampuan irama ini berpadu dengan jenis musik lain seperti populer, rock, dan klasik. Tokoh-tokoh jazz di antaranya adalah Louis Armstrong, Benny Goodman, Lester Young, dan lain-lain. Genre lainnya adalah musik rockn’roll, yang pada masa-masa awal perkembangannya memakai unsur dixiland (musik jazz yang berawal dari kerangaka country) dan ragtime (Japi Tambayong 1992:56). Merupakan gaya permainan musik jazz klasik, sifatnya ceria dan ragtime adalah irama musik tario bangsa negro Amerika yang populer abad ke-19, menggunakan nada-nada singkopatis, khususnya pada alat musik musik piano. Berdasarkan jenisnya adalah: hard rock dan heavy metal. Genre lainnya adalah blues, yaitu jenis lagu ratapan dari masyarakat negro Amerika. Berkembang mulai tahun 1911, sebagai perintis musik jazz. Dalam pertunjukan vokalnya umum dilakukan secara solo yang lambat. Namun dalam alat musiktal nampaknya lebih leluasa, kesenduannya terasa oleh penurunan nada ke-3 dan ke-7. Jenis lagu ini juga memiliki bentuk khusus yang terdiri dari 12 birama. Genre lainnya country dan western adalah musik Eropa yang berasal dari imigran Irlandia (Inggris) yang dimainkan di kalangan masyarakat kulit putih. Di Amerika nyanyian ini dimainkan dengan menggunakan progresi harmoni dan tonalitas. Genre lain adalah musik alternatif, yang timbul karena adanya kejenuhan terhadap aturan-aturan komposisi yang dianggap hanya membatasi kreativitas pemusik. Para pemusik jenis alternatif ini berkarya tanpa terlalu terikat dengan hukum komposisi atau penggunaan alat-alat musik. Jenis musik ini merupakan 77 lanjutan dari punk yang populer pada dekade 1970-an. Grups musik alternatif di antaranya adalah: Red Hot Chili Peppers, Spin Doctors, Pearl Jam, Car Cars, dan lain-lain. Berikutnya adalah genre soul, yang berasal dari lagu-lagu spiritual yang berkembang menjadi musik gospel, yaitu musik yang dipertunjukkan di luar gereja. Kemudian dibangun suatu tempat bagi penyanyi kulit hitam melalui rekaman pada piringan hitam. Gaya mereka disebut rhytm and blues (R&B) yang kemudian berkembang menjadi gaya yang berjalan sendiri, misalnya solo dengan iringan paduan suara. Larik lagu umumnya beertema cinta, kebebasan, dan kehidupan sosial. Kebanyakan penyanyi soul berkulit hitam, seperti: James Brown, natalia Colie, Tina Turner, Diana Ross, Stevie Wonder, Whitney Houston, Michael jackson, Tony Braxton, Tony Toni Tone, dan lain-lain. Genre lainnya disco, yang merupakan akronim dari kata disc jockey (DJ) yaitu pemain piringan hitam di tempat-tempat dansa. Corak musik dansa yang paling populer sekali pada paruh kedua dasawarsa 1970-an, sebagai lanjutan dari rock dasawarsa 1950-an. Penyanyi musik disco antara lain: Donna Summer, Barry White, Peter Brown, Linda Clifford, Karen Young, Madonna, Janet jackson, dan lain-lain. Sedangkan grup disco antara lain: Disco Trex, Sister Sledge, dan lainlain. Genre lain funk, yang merupakan perkembangan dari musik soul. Funk biasa juga disebut funky. Pada jenis musik ini terdapat unsur jazz, rock dan ritme dari musik soul. Ciri khas funk antara lain ritmenya berjalan terus menerus seperti seorang yang berbicara progresi akord berjalan bebas dan tidak memeiliki aturan 78 tertentu. Penyanyi funk di antaranya: Funkadelic, Commodores, Kool and the Funky Bunch, Fith no More, dan lain-lain. Genre lain adalah rap, yang merupakan perkembangan akhir dari soul. Ciri musik rap tidak memiliki aturan yang jelas, dan mengutamakan kebebasan. Liriknya seperti bertutur atau bercerita sambil penyanyinya menari tanpa henti. Tema lagu berkisah tentang kehidupan sosial, politik, kebebasan, keadilan, dan lainnya. Jenis musik ini menggunakan alat-alat seperti: drum, bunyi piringan hitam, bass, keyboard, dan lainnya. Penyanyian di antaranya: Bobby Brown, Gypsy, kematau Das, The Fatback Band, dan lain-lain. Jika kita lihat lagu-lagu populer Batak Toba, maka unsur-unsur musik populer Barat masuk ke dalamnya. Misalnya slow rock terdapat dalam lagu-lagu Dunghuon Hutanda Ho, Endengkon Di Radio Bege, Satongkin Do. Jenis lagu blues dapat dilihat pada lagu Tumagon Nama Mate. Selain jenis lagu, irama (jenis polapola ritme tertentu) dari budaya musik Barat juga mempengaruhi irama musik Batak Toba. Sebagai contoh adalah irama fox-trot, yaitu jenis irama dan pola tari dari Amerika Serikat yang muncul tahun 1912. tarian dalam birama biner ini akrab dengan genre musik jazz, namun dalam perkembangannya menjadi dua macam, langkah cepat (quick step) dan yang bertempo lambat (slow foxtrot). Dalam lagulagu populer Batak Toba, irama ini digunakan dalam lagu: Marhappy-happy Tung So Boi, Modom Ma Damang Unsok, O Tao Toba, Rura Silindung, Dengke Julungjulung, Nahinali Bangkudu, Napinalu Tulila, Sapata Ni Napuran, Beha Padundung Bulung, Ala Dao, dan lain-lain. 79 Berikutnya irama calypso, yangmerupakan irama dansa yang berasal dari Trinidad yang sangat populer pada dasawarsa 1950-60-an. Contoh lagu pada irama ini adalah pada lagu Sitogol, Alama Dogema, Pulo Samosir, Dana Tiniptip Sanggar, Luahon Damang, Marombus-ombus, Luat Pahae Nauli, dan Dorma Sijunde Do Sihabiaran. Irama rumba, adalah jenis irama pengiring tarian rumba yang berasal dari Kuba. Bertempo cepat dengan ciri utama singkopatik dalam birama 2. berhasil terangkat sebagai tari ballroom dan juga ke dalam musik jazz di Amerika sekitar tahun 1930-an. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu: E,e Ndang Maila, Ketabo-Ketabo, Nungga Lao Nungga Lao, Tumba Goreng, Sisingamangaraja, dan lain-lain. Irama lainnya adalah tango, yaitu yang digunakan untukmengiringi tarian tango dari Amerika Selatan, tepatnya di pinggiran kota Buenos Aires, Argentina. Berkembang ke seluruh penjuru Amerika tahun 1910, mungkin dibawa oleh budakbudak negro asal Afrika. Contohnya dalam musik populer Batak Toba, pada lagulagu: Anak Sasada Tading Manetek, Di Jou Au Mulak Tu Rura Silindung, Malala Rohangki, dan lainnya. Chacha adalah irama musik iringan tariyang populer tahun 1950-an, berasal dari Amerika Latin dan dikenalkan oleh Perez Prado. Irama dansa ini menjadi topik penting dalam pembahasan kebudayaan Indonesia jaman Sukarno. Contohnya dalam musik populer Batak pada lagu: Sai Ga Ma Ho, Sai Tudia Ho Marhuta, dan Situmorang Nabonggal. Bolero sebagai irama iringan tari, merupakan ritme dasar drum dalam bentuk sajian cressendo. Tekniknya mirip seperti kebanyakan lagu tarian rakyat 80 Spanyol, yang dilakukan alat musik tiup bukan vokal. Dengan birama 3/4 yang biasa dihiasi dengan bunyi kastanet oleh komponis Perancis M. Ravel. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu: Dao Pe Ho Marhutasada dan Holong Ni Roham Do Sinta-sinta Di Au. Irama lainnya adalah samba, yang berasal dari Afrika dibawa ke Brasilia, dengan banyak variasi meter dupel dan berciri khas kunci-kunci mayor. Merupakan irama dan tarian nasional yang diperlombakan tahunan pada perayaan karnaval. Berbirama dua dengan gerak-gerak singkopatik dan tempo moderato. Contohnya pada musik populer Batak adalah pada lagu: Tumbarudekdek dan Nungga Tarhirim. Irama berikutnya adalah wals (waltz), yaitu irama pengiring tari dalam birama 3, yang mulai dibawa pada akhir abad ke-18. Kepesatan perkembangnnya pada abad ke-19 berada di tangan komponis-komponis Wina, Austria seperti Joseph Warner ataupun Johann Strauss. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu: Lisoi, Nasonang Do Hita Nadua, Untte Malau. Bossanova adalah termasuk irama jazz khas Amerika Latin, yang biasa juga digunakan mengiringi tari. Disebut juga dansa asmara (the dance of love), irama ini termasuk paling digemari pada dasawarsa 1960-an. Sebuah lagu populer yang dikenal luas di Indonesia, dinyanyikan Judy Garland berjudul Blame it on Bossanova. Di dalam musik populer Batak Toba contohnya pada lagu Lontung Sisia Marina. Selain itu, modernisasi juga terjadi di dalam musik tiup Batak Toba, seperti uraian berikut ini. 81 2.8.3 Alat musik Tiup di gereja Batak Toba Tahun 1862 seorang misionaris Kristen Protestan Ingwer Ludwig Nommensen datang ke Tanah Batak Toba dengan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan Batak Toba. Nommensen menyebarkan agama Kristen Protestan dengan sangat berani kepada masyarakat Toba, dengan resiko nyawa yang harus ditanggungnya. Berkat kegigihannya ini, maka berdirilah sebuah gereja yang pertama di Tanah Batak yakni Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Seiring dengan penyebaran agama Kristen Protestan, para misionaris turut membangun sarana-sarana seperti pendidikan dengan membuka sekolah, kesehatan dengan membuka rumah sakit dan balai pengobatan maupun membangun sarana transportasi. Hal ini mendorong berakarnya agama Kristen di dalam budaya masyarakat Batak Toba. Perubahan itu selaras dengan konsep hidup orang Batak Toba di dunia, yaitu mencari hamoraon (kekayaan), hagabeon (memiliki keturunan yang berhasil), dan hasangapon (kemuliaan atau kehormatan). Kebaktian menjadi bagian dari masyarakat Batak Toba Kristen. Perhatian masyarakat terhadap eksistensi gereja juga didorong oleh pengetahuan tambahan terhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal dari Eropa. Setiap acara kebaktian gereja mereka dikenalkan lagu-lagu melalui notasi Barat. Bersamaan dengan itu para misionaris memperkenalkan alat-alat musik seperti: trumpet, saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan sausafon. Alat musik tersebut dipakai untuk mengiringi nyanyian-nyanyian gereja pada saat upacara. Para misionaris juga mengajarkan bagaimana cara memainkan alat musik tersebut kepada sekelompok warga jemaat yang dianggap sungguh-sungguh mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi 82 untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal notasi musik yang ada. Melalui proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat mahir memainkan ensambel musik tiup tersebut. Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang bertangga nada diatonik. Alat musik musik brass yang pertama hanya terdiri dari sebuah trumpet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang dimainkan oleh Berausgegeben von D. Johansen Ruhlo, putra Nommensen sendiri, mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat memainkannya. Perkembangan agama Kristen Protestan semakin lama semakin pesat dan pertunjukan solo trumpet tidak sanggup lagi mengimbangi tikat intensitas paduan suara jemaat, sehingga ditambahlah trumpet tersebut menjadi empat buah. Untuk itu Johansen terpaksa harus mengajari beberapa warga untuk memainkannya, juga mengajarkan notasi balok khususnya yang tertuang dalam Buku Logu, buku nyanyian pokok gereja HKBP (Tampubolon, 1999:44). Setelah penjajahan berakhir tahun 1943, para zending Jerman juga meninggalkan Tanah Batak, namun aktivitas kerohanian tetap berjalan. Para pendeta yang telah diajar kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris mengambil alih kepemimpinan gereja. Pada saat pendudukan Jepang ini, selain digunakan untuk kegiatan gereja, brass band juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang hendak berperang, seperti saat pemberangkatan tentara yang hendak berperang. Menurut keterangan para informan, alat musik yang digunakan bukan milik gereja tetapi dibawa oleh para tentara Jepang dari negerinya. 83 Pada saat pasar malam di sekitar Balige, pemerintah Jepang mempergelarkan brass band sebagai hiburan. Para pemain musik brass band yang terlibat diberi honorarium oleh pihak pemerintah Jepang. Kalau awalnya penggunaan brass band adalah untuk kegiatan agama Kristen di gereja, maka saat penjajahan Jepang diperluas menjadi bagian dari hiburan. masuknya alat musik saksofon dan lainnya dalam HKBP. Demikian sekilas Selain itu, di Simalungun juga terjadi hal sama, khususnya di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS). Kenyataan yang dijumpai dalam melagukan nyanyian gereja dipengaruhi oleh nyanyian rakyat Simalungun, khususnya bagi orang-orang Simalungun di pedesaan tidaklah dapat dipungkiri. Namun tidak perlu menyalahkan atau mengatakan bahwa nyanyian yang mereka lagukan tidak benar. Sering terdengar isu, kebanyakan dari beberapa kalangan pendeta yang pernah bertugas di daerah pedesaan, bahwa melagukan nyanyian gereja banyak salahnya. Terkadang, para pendeta itu tidak dapat mengikuti nyanyian jemaatnya. Suatu ketika tahun 1988 ketika mengikuti kebaktian bagi para anggota partarompet (peniup trumpet) GKPS, seorang penginjil, P.P. Luther Purba, membuat suatu ilustrasi dalam khotbahnya mengenai cara bernyanyi anggota jemaat GKPS Marbun Lokkung dan sekitarnya yang tidak bersungguh-sungguh. Temponya tidak sesuai dengan jiwa lagunya. Misalnya lagu-lagu puji-pujian dinyanyikan lambat tidak gembira, seharusnya cepat dan gembira. Melodinya banyak yang diubah. Singkat kata ia menghendaki kalau melagukan nyanyian gereja haruslah benar sesuai dengan tuntutan lagu itu sendiri. Apa yang dituntutkannya itu tidaklah mesti demikian. belakang Kita harus lihat latar kebudayaan musik dan latar belakang cara belajar nyanyian gereja 84 tersebut. Mereka melagukan nyanyian gereja itu memang sungguh-sungguh dari lubuk hatinya dengan tujuan memuji Tuhan. Mereka merasa menyanyi sesuai dengan kebiasaan yang mengungkapkan rasa emosionalnya dengan sungguhsungguh. Sekitar tahun 1960-an, seorang pendeta Jerman yang bernama J. Depperman telah banyak mengamati dan memperhatikan kehidupan musik di daerah Simalungun. Akhirnya ia memutuskan suatu gagasan untuk mengadakan alat musik tiup (trumpet) bagi para jemaat, yang berasal dari bantuan RMG/VEM. Trumpet ini diberikan kepada para jemaat yang dianggap tepat sekali gus memberikan pelatihan cara memainkan alat musik tersebut. Sekurangnya 60 buah trumpet diberikan kepada para jemaat dengan perincian minimal 10 buah setiap kelompok. Adapun para jemaat yang memiliki grup trumpet tersebut antara lain: GKPS Jalan Sudirman Pematang Siantar, GKPS Pematang Raya, GKPS Saribu Dolok, GKPS Tebing Tinggi, GKPS Teladan Medan, dan GKPS Bangun Purba. Trumpet ini digunakan pada waktu ibadah mengiringi nyanyian gereja. Sebagai penyegaran dilakukan latihan. Di samping itu secara beramai-ramai bergabung mengiringi nyanyian-nyanyian ketika adanya pesta-pesta gereja yang besar (Setia Dermawan Purba, 1994:203-205). Kalau kita lihat dari peristiwa di HKBP dan GKPS, tampaknya adalah keinginan para pengurus gereja untuk membawa para jemaatnya bernyanyi (berdoa) dengan menggunakan nada-nada yang tepat menurut standar musik Barat. Selain itu adalah memberikan ciri khas bagi gereja Protestan di kawasan ini. Dengan demikian adanya alat-alat musik tiup dalam gereja adalah hasil dukungan gereja, termasuk juga penggunaannya dalam musik populer Batak. Bagaimanapun gereja 85 memberi sumbangan penting terjadinya hubungan budaya antara budaya Batak Toba dengan budaya Barat. Demikian pula yang terjadi di dalam musik pop. Tidaklah mengherankan jikalau para komposer dan seniman musik Batak Toba sebahagian hasil-hasil karya mereka “mengadopsi” musik-musik Barat, baik berupa ciptaan yang baru dengan gaya seperti musik Barat, atau melodinya diadopsi dan kemudian dibuatkan teksnya dalam bahasa Batak Toba. Inilah fenomena yang terjadi di dalam musik populer Batak Toba. 2.8.4 Periodesasi lagu populer Batak Toba Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c) modernisasi, dan (d) konstilasi. 2.8.4.1 Masa tradisi Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak Toba secara melodis, karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang dipengaruhi tradisi asing. Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni Barat, lagu-lagu pada masa tradisi ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah nada bagi melodi yang dihasilkan oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum digunakan. 2.8.4.2 Masa transisi Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yang mana lagu-lagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu 86 dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Masa transisi ini komponis yang paling berpengaruh adalah Tilhang Gultom, seorang pelopor Opera Batak yang banyak menciptakan lagu-lagu Batak untuk pertunjukan Opera Batak, sekitar dasawarsa 1920 sampai 1930-an. 2.8.4.3 Masa modernisasi Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba. Musik populer Batak Toba mulai diperdengarkan di radio pada mulanya direkam pada bentuk piringan hitam. Orang pertama yang merekam musik populer Batak Toba adalah Romulus Lumban Tobing (ayah Gordon Tobing). Lagu-lagu Batak mulai diperdengarkan di radio pada tanggal 10 Januari 1939 yang dimainkan oleh Hard Batak Hawaiian Tapanuli dipimpin oleh F. Toenggoel Hutabarat (Panggabean, 1994:34). Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio, masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain. Hal ini merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba 87 dengan berbagai irama seperti yang tertera di atas salah satu contoh adalah lagu yang berjudul Lissoi. Lagu ini digarap oleh Nahum Situmorang dalam irama waltz dengan metrum 3/4. Pemusik pelopor pada masa ini adalah Nahum Situmorang, Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Marihot Hutabarat, dan Cornel Simanjuntak. 2.8.4.4 Masa konstelasi Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang mencoba memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya seperti Andolin Sibuea, Poster Sihotang, Tagor Tampubolon dan yang paling baru adalah Vicky Sianipar. Masa ini dapat dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer Batak Toba, dikarenakan pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan komponis Batak Toba saat ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan teknologi modern. Misalnya lagu Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke dalam irama remix akan tetapi menggunakan alat musik tradisional seperti sulim Batak dan taganing (drum chime) dipadukan dengan alat alat musik modern (berasal dari kebudayaan Barat) seperti seperangkat alat band dan program keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini digarap oleh Vicky Sianipar dengan bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur orkestra Barat. Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen, estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan 88 perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemenelemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih dinamis. Dalam musik populer Batak Toba, alat musik saksofon fungsi utamanya adalah membawa melodi antara frase-frase vokal yang kosong. 2.9 Fungsi sosiobudaya Di dalam antropologi, teori fungsi didasarkan kepada teori belajar (learning theory). Proses belajar adalah ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya sedemikian rupa, sehingga salah satu kebutuhan nalurinya dapat dipuaskan. Teori ini sering juga disebut teori S-D-R (stimulus-drive-reaction). Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya, misalnya: kesenian timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan; ilmu pengetahuan timbul karena kebutuhan naluri manusia untuk selalu ingin tahu. Dalam konteks seni musik popular Batak Toba, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya Batak Toba. Di dalam teori antropologi, ada dua aliran fungsionalisme, yaitu aliran Malinowski, yang mengemukakan fungsi timbul karena kebutuhan biologis manusia. Yang kedua adalah aliran Radcliffe-Brown yang mengemukakan bahwa fungsi berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus sedangkan individu-individu dapat berganti setiap waktu. RadcliffeBrown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu 89 masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan dari suatu bagian aktivitas terhadap aktivitas secara keseluruhan di dalam sistem sosial masyarakatnya, untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal (Radcliffe-Brown 1951:181). By the definition here offered 'function' is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. Tha function of a particular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts which can neither be resolved not regulated. Fungsi menunjukkan proses kehidupan sosial atau aktivitas komunikasi bagi kelangsungan hidup struktur sosial yang mewadahinya dalam sebuah sistem. Sebaliknya, suatu proses kehidupan sosial atau aktivitas suatu masyarakat (comunity) dapat dikatakan tidak fungsional apabila aktivitas tersebut tidak mampu lagi memberikan sumbangan bagi sistem sosialnya. Dalam keadaan ini, kesenian dalam kehidupan sosial dalam penelitian ini musik popular Batak Toba, dapat dipandang sebagai bagian dari proses kehidupan sosial yang berperan bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara. Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak bisa dilepaskan dari keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh antropolgi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya sekedar hubungan praktis tetapi juga bersifat integratif, dalam arti mempunyai fungsi hubungan dengan lingkungan kompleksitasnya (Malinowski, 1987:165-171). alam yang berkaitan dengan 90 Soedarsono yang melihat fungsi seni terutama dari hubungan praktis dan integratifnya, merreduksinya menjadi tiga fungsi utama, yaitu: (1) untuk kepentingan sosial atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan pribadi yang dapat menghibur diri; dan (3) sebagai penyajian estetis. Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang menjadi bagian darinya, fungsi ini dapat atau tidak dapat menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti penari, pembaca doa, ritual yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial. "Penggunaan" menunjukkan situasi musik dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan "fungsi" memperhatiakn pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakaiannya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya. Berkaitan dengan musik popular Batak Toba, penggunaannya adalah untuk memeriahkan suasana pesta perkawinan; memeriahkan suasana pesta rakyat misalnya Pesta Rakyat Danau Toba, untuk mengiringi upacara kematian (baik saur matua atau tidak), untuk mencari pencaharian, untuk memeriahkan suatu kegiatan seperti: seminar, lokakarya, peresmian gedung, kepentingan pariwisata, pendidikan, pengiring wisuda, dan lainnya, terutama yang berkaitan dengan identitas budaya Batak Toba. Contoh kasus, adalah pesta perkawinan Bupati Tapanuli Utara Periode 1990-an yaitu Pak Sinaga, yang mengundang pemusik Booster Latin yang menyanyikan lagu-lagu Batak Toba. Pesta perkawinan ini dilangsungkan di Hotel Danau Toba 91 Internasional. Di luar masyarakat Batak Toba, musik populer Batak ini juga disenangi oleh masyarakat etnik lainnya di Sumatera Utara. Misalnya saja ketika puteri Bapak Drs. Akmal Hasibuan, Direktur Utama Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) III, tahun 2004 ini, melangsungkan acara perkawinan, ia mengundang dua penyanyi populer Batak Toba dari ibukota Jakarta, yaitu Jack Marpaung dan Ucok Amigos, mereka menyanyikan lagu-lagu Batak Toba seperti Tao Toba, Sitogol, Surat Narara, dan lain-lainnya. Namun dalam konteks ini Drs. Akmal Hasibuan juga mengundang beberapa pemusik Melayu atau dangdut Sumatera Utara. Dengan demikian musik populer Batak Toba difungsikan dalam pesta perkawinan. Di Sumatera Utara musik populer Batak Toba ini tetap eksis karena terutama kegunaannya untuk memeriahkan suasana pesta orang-orang di kedaikedai minuman (baik yang tidak mengandung alkohol mengandung alkohol) dan makanan. ataupun yang Fungsinya dalam konteks ini adalah menghibur pengunjung lewat satu genre seni hiburan--dalam bentuknya menyanyi sambil menari secara berpasangan atau berkaraoke. Kegiatan seperti ini misalnya saja seperti yang dilakukan di hotel-hotel di Kota Parapat, yang mengadakan hiburan-hiburan setiap malam. Untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar, lokakarya, peresmian gedung, pariwisata biasanya hanya disajikan beberapa lagu populer Batak Toba saja, terutama yang telah dikenal luas, baik masyarakat Batak maupun di luarnya. Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah untuk kepentingan bisnis, baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Fungsi ini berkaitan erat dengan konsep perdagangan bebas dunia, yang menganut sistem pasar terbuka atau 92 lazimnya disebut liberalisasi. Keadaan ini sangat menguntungkan fihak-fihak yang memiliki modal besar. Mereka inilah yang siap mengatur dan mendistribusikan polarisasi musik populer seluruh Dunia, tak terkecuali musik populer Batak Toba. Sistem semikian ini dikelola dalam konteks kapitalisame dunia. Tujuan utamanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya, dengan modal sekecil-kecilnya. Dalam konteks ini, musik populer Batak Toba umumnya diterbitkan dan diedarkan dari Jakarta, sedangkan prosesnya bias di Jakarta atau bias pula di Kota Medan atau kota-kota lainnya di Sumatera Utara. Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah sebagai ekspresi identitas kultural masyarakat Batak Toba atau masyarakat Batak lainnya. Hal ini terasa jelas bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan unsure budaya Batak Toba, selalu menyertakan genre musik populer ini, terutama mereka yang berada di perkotaan. Bahwa musik populer dianggap sebagai simbol dari status modern dan sekali gus tradisi budaya yang menjadi identitas masyarakat Batak Toba itu sendiri. Modern dalam pengertian terbuka, toleran, mengambil unsur asing yang dianggp menjadi kebanggaan, tanpa harus hilang jati dirinya. Fungsi lain musik populer Batak Toba adalah untuk membina kerukunan antara sub masyarakat Batak. Dalam masyarakat Batak, yang terdiri dari beberapa sub, seperti: Mandailing-Angkola, Batak Toba, Simalungun, Karo, dan PakpakDairi. Selain mereka memiliki berbagai perbedaan, mereka juga memiliki berbagai kesamaan, yang diantaranya diekspresikan dalam budaya musik populer Batak atau Tapanuli. Dalam lagu-lagu ini sering juga selain lagu populer Batak dicipta lagulagu populer sub Batak lainnya. Hal ini menunjunkkan solidaritas di antara mereka. 93 Fungsi lainnya musik populer Batak Toba menurut peneliti adalah untuk kesinambungan kebudayaan. Masyarakat Batak Toba menyadari akan masa depan budaya mereka. Di saat yang sama globalisasi ataupun internasionalisasi begitu gencarnya masuk ke dalam kebudayan mereka. Selain itu, untuk menghindar atau melakukan puritanisasi juga tidak mungkin. Salah satu upayanya adalah menciptakan musik populer dan juga melakukan kontinuitas budaya tradisinya, yang terbentuk dalam musik populer Batak Toba. Dengan demikian fungsi musik populer Batak Toba sangat berkaitan erat dengan eksistensi kebudayaan Batak Toba. 2.10 Gambaran Umum Kota Sidikalang Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Sidikalang yang juga merupakan ibukota Kabupaten Dairi ini secara Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 191.625 Ha atau sekitar 2,67% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara (71.680.000 Ha). Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan, dengan 145 kelurahan. Jika ditinjau dari aspek Topografis Kecamatan Sidikalang yang berada di ketinggian 1.066 m dpl tersebut terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi. Keadaan lingkungan yang masih cukup alami dan Udara yang sejuk serta jumlah penduduk yang masih seimbang dengan luas wilayahnya, menjadikan Sidikalang sebagai daerah yang relatif nyaman untuk dihuni. Bagi penduduk di Kabupaten Dairi, Sidikalang merupakan kota pusat perdagangan,pendidikan, kesehatan,dan pelayanan umum lainnya. 94 Sidikalang yang merupakan salah satu kecamatan, dan sekaligus sebagai ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: (1) Sidiangkat, (2) Batang Beruh, (3) Bintang Hulu, (4) Kalang Simbara, (5) Bintang, (6) Kalang, (7) Kota Sidikalang, (8) Belang Malum, (9) Kuta Gambir, (10) Huta Rakjat, dan (11) Bintang Mersada. Kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota Sidikalang. Penduduk asli Kabupaten Dairi umumnya adalah Etnis Pakpak atau lebih umum dikenal dengan sebutan Pakpak Dairi. Juga banyak dihuni etnis pendatang lain seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, suku Minang, dan suku Jawa. Keadaan Topografinya yang terdiri dari pegunungan dan perbukitan serta udara yang sangat sejuk menjadi salah satu faktor penentu mayoritas pekerjaan masyarakat Dairi pada umumnya yang kini adalah petani. Beberapa komoditas pertanian unggulan dari Kab. Dairi antara lain yaitu Nilam, Kemenyan, Jagung, Kopi, Umbi-Umbian, Sayur-mayur, Pisang, Nangka, Kentang. Jika ditinjau dari segi Geografisnya, tanaman buah-buahan seperti buah terong Belanda, markisa, nenas, semangka, apel, jeruk, strowberry juga dikembangkan di daerah ini. Durian juga sangat cocok dikembangkan di daerah ini, rasa dan aroma durian yang berasal dari daerah ini punya ciri khas dibanding durian yang berasal dari daerah lain. Sayangnya untuk durian tidak dijumpai sepanjang waktu karena Pembudidayaannya yang masih tradisional mengakibatkan durian tidak bisa dijumpai di sepanjang tahun, masa pemanenan masih musiman. Musim durian biasanya sekitar bulan Desember sampai bulan Januari. 95 Selain potensi pertanian, beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi juga sedang mengembangkan potensi pertambangan sejenis Timah Hitah dan Bijih Seng Zinc and Lead yang di kelola oleh Perusahaan PT. Dairi Prima Mineral anak perusahaan Bumi Resources. Salah satu komoditas unggulan yang terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Kopi sidikalang sangat terkenal akan kenikmatan cita rasanya, bukan hanya di dalam negeri saja tetapi hampir seluruh pecinta kopi Dunia mengakuinya. Kopi Sidikalang juga telah mampu bersaing dengan Kopi Brazil, yaitu salah satu kopi terbaik di Dunia. Luas Keseluruhan Perkebunan kopi Robusta Kabupaten Dairi adalah 14.117 Ha dengan produksi 6.770,33 ton/tahun sedangkan pertanaman kopi Arabika seluas 5.771,5 Ha dengan produksi 2.639,05 ton/tahun. Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri (Pachouli oil) sebagai bahan dasar pembuat parfum. Jenis Tanaman ini telah cukup lama di budidayakan oleh penduduk di Kabupaten Dairi. Kentang Sidikalang, Luas perkebunan kentang Kabupaten Dairi pada tahun 2009 adalah seluas 239 Ha. Pekebunan tersebut terpusat di Kecamatan Parbuluan. Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Dairi adalah 182 Kw/Ha. Luas perkebunan kentang tersebut diperkirakan dari tahun ketahun akan terus meningkat, demikian pula hasil produksinya. Selain itu disidikalang juga ada satu jenis buah yang sangat terkenal yaitu buah tiung yang dalam bahasa Indonesia dikatakan Terong Belanda. Buah ini sangat berkasiat sebagai menambah darah, serta memperlancar peredaran darah. Buah ini kalau belum matang rasanya asam tetapi kalau sudah matang rasanya sangat manis dan empuk. 96 Beberapa SMA, SMK, STM, di Kecamatan Sidikalang- Kabupaten Dairi: SMP Negeri 1 Sidikalang, SMP Negeri 2 Sidikalang, SMP Negeri 3 Sidikalang, SMP Bukit-Cahaya, SMP Perguruan Nasional, SMP HKBP, SMP Santo Paulus. SMA: SMA Negeri 1 Sidikalang, SMA Negeri 2 Sidikalang, SMA Bukit Cahaya, SMA Perguruan Nasional, SMA HKBP I, SMA Cahaya II (Santo Petrus) Sidikalang, Madrasah Aliyah Negeri Sidikalang. SMK: SMK Negeri 1 Sidikalang, SMK Negeri 2 Sidikalang, SMK HKBP Sidikalang, SMK Bukit Cahaya, SMK Swasta Anugerah Pariwisata Prima Sidikalang (Mengajarkan Bahasa Jepang) JLB. STM di antaranya SMK Pemda Dairi, SMK Bukit Cahaya. Kemajuan tingkat pendidikan dalam program wajib bejar 9 Tahun di daerah Sidikalang sudah mencapai 90%. Selain itu untuk SMAN 1 Sidikalang termasuk salah satu SMA favorit di sumatera utara, selain berstandar nasional SMA ini selalu lulus 100% untuk ujian nasional dan meluluskan 70% alumninya ke PTN favorit di Indonesia. Ada juga Sekolah Tinggi Theologia Oikumene Injili (STT OI) Jl. Rimo Bunga no. 19 Sidikalang. Fasilitas angkutan dari Medan ke Sidikalang dan sebaliknya adalah Dairi Transport, HIMPAK, Sampri, BTN dan PAS. Fasilitas umum, di antaranya Fasilitas Joging Track (Halaman Gedung Djauli Manik), Lapangan & Kolam Renang (Panji Porsea, Perluasan, Komplek Asrama Militer), Hotel (Hotel Sidikalang, Hotel Dairi, Hotel Beristera, Hotel Angkasa Raya), Pusat Percetakan (KREATIVINDO DESIGN PRINTING & ADVERTISING X-prezz Digital Printing, Saroha, Adventina, Nathan, Rokayata & Makmur), dan Pusat Pasar Modern Sidikalang, Penduduk asli Sidikalang adalah suku Pakpak, oleh karena itu alangkah baiknya kalau kita mencicipi aneka kuliner khas suku Pakpak yang terdiri dari: 97 Pelleng, Nakan Merasa atau Nakan Pagit, Nditak, Ginaru Ncor, Nakan Nggersing, dan lain-lain. Ada beberapa tokoh yang cukup diperhitungkan dari Sidikalang, yaitu: Abdul Aziz Angkat, ketua DPRD Sumut; Jansen Sinamo, motivator dan guru etos; Junimart Girsang, pengacara; Junivers Girsang, pengacara; Jack Marpaung, Hilman Padang, Judika Sihotang, penyanyi; Liberty Manik, komposer, filolog Pakpak kuno; M.P. Tumanggor, komisaris Wilmar Indonesia, pencetus Taman Wisata Iman Sitinjo; Pantur Silaban, Guru Besar Fisika ITB, fisikawan Asia Tenggara pertama dibidang teori relativitas; Poltak L. Tobing, komisaris Bringin Life. 2.11 Deskripsi Singkat Jack Marpaung, Paniel Panjaitan, dan Marsada Band 2.11.1 Jack Marpaung Gambar 2.1: Jakck Marpaung Sumber: http://gobatak.com 98 Menurut Hotman Lumbangaol (2011) Jack Marpaung namanya pernah menghiasi pentas hiburan nasional dengan grup musiknya, Trio Lasidos. Di jagad tarik suara, Jack Marpaung tidak asing lagi. Dia memang bukan Jack Brown aktor film-film romantis itu. Jack punya talenta beryanyi. Suaranya yang melengking, karangannya berjubel. Jack cukup dikagumi dalam industri musik Batak, tak heran banyak pengemarnya. Ciri khasnya memang susah dilupakan. Salah satu lagunya yang terkenal itu Kamar 13. Sebuah lagu yang berkisah tentang pengalaman di penjara. Sesungguhnya syair itu memiliki makna, cerita sungguhan. Dahulu, anak Siantar ini memiliki masa lalu yang kelam. Sebelum namanya terkenal, Jack pernah terjerembab pada kubangan dosa narkoba dan minuman keras. Dunia hiburan yang melambungkan namanya, tetapi dunia itu juga membawanya ke jurang kehidupan terlarang. Jack kemudian memilih meninggalkan rumah, dan hidup di terminal. Bergaul dengan para preman-preman membuat saya semakin keras. Bahkan pada aparat pun tidak takut. Kekasaran Jack makin menjadi-jadi. Satu waktu, tatkala bermain dengan teman-temannya. “Satu waktu, saya kalah main gundu, saya pukul orang itu. Lalu, ada orang mengadu ke ibu saya. Ibu saya ambil sapu, saya dihajar sampai sapu itu patah. Habis itu baru bapak saya ganti pukul saya,” kenang Jack. Sejak itu, Jack mengisi kehidupannya di terminal. Terminal menempanya menjadi laki-laki keras, tak jarang berkelahi, itu kerap kali membuat Jack dan temannya berurusan dengan aparat. Satu waktu, ada temannya tertakap polisi karena berkelahi. Teman Jack dipukuli polisi. Tak terima perlakukan itu, Jack kemudian dia datang sambil menghunuskan golok ke arah polisi. “Saya kejar polisi 99 dengan golok. Polisi lalu mengambil pistol dan menembak saya,” ujar Jack. Perut Jack terkena timah panas, akibatnya dia tidak sadar diri. Sukurlah dia lolos dari maut. Meskipun demikian, lolos dari maut tetapi Jack tidak lolos dari jerat hukum, dan akhirnya dibui. Walau sudah beberapa lama mendekam di penjara orangtuanya tidak pernah melihat Jack. “Orangtua saya sudah tidak peduli lagi. Walau sudah dipenjara tidak pernah besuk saya sama sekali. Saya sudah dianggap tidak berharga lagi,” tambahnya lagi. Bebas dari bui membuat Jack dan teman-temannya jera. Kemudian melihat jalan lain untuk kehidupan. Jack bersama teman-temannya mencoba mengubah jalan hidup dengan mengejar impian untuk menjadi penyanyi di Jakarta. Sesampainya di ibukota itu, harapan mengubah nasib ternyata jauh panggang dari api. Jakarta bukan seperti yang diharapkan. Di Terminal Grogol, Jack memulai hidupnya di Jakarta, mencoba menaklukan ibu kota. “Ketika itu harapan kami Jakarta menjanjikan. Namun, begitu sampai Jakarta, saya ingin pulang. Rasanya tidak seperti yang saya bayangkan,” kenangnya. “Hidup gelandangan pun kita jalani. Bahkan, hampir terjerumus melakukan tindak kejahatan. Saya naik bus, lalu saya melihat ada uang di kantong orang. Kalau saya ambil pasti bisa, tetapi saya terbayang kembali janji kepada orangtuaku. Saya langsung turun dari bis itu supaya jangan tergoda dan melakukan hal itu,” ujarnya lagi. Tak tahan hidup di terminal. Jack dan temantemanya mengubah peruntungan nasib. Jack bersama teman-temannya, kemudian mencoba menawarkan jasa menghibur lewat suara ke hotel-hotel. Ternyata itu pun bukanlah sesuatu yang mudah. Penolakan demi penolakan mereka alami.“Berkali-kali kami ditolak sebelum diterima menjadi pengisi acara di cafe-cafe hotel. Satu tahun baru dapat 100 pekerjaan di Hotel Borobudur. Sejak saat itulah berdatangan undangan mengisi acara. Semenjak itu juga mereka bentuk Trio Lasidos [Trio Lasidos personilnya Hilman Padang, Bunthora Situmorang, dan Jack sendiri] Trio ini digandrungi anak muda di tahun 1980]. Ketika meniti karir sebagai penyanyi dari satu hotel ke hotel. Jack bertemu dengan seorang perempuan cantik yang memikat hatinya, bernama Anita, yang kemudian hari menjadi pendamping hidupnya. Dan untuk menikahi Anita pun bukan proses yang mudah, karena ayah mertuanya menolak punya menantu seorang penyanyi. Tetapi, bukan pemuda Siantar namanya kalau tidak nekat, akhirnya, Jack dan Anita nekat kawin lari. Sejak berkeluarga Jack pun mulai makin bersinar. Tawaran kepada Trio Lasidos untuk rekaman pun makin padat. “Kaset saya meledak, saya mulai sombong. Mulai sudah merasa hebat. Show dari satu daerah ke daerah lain, kadang-kadang satu bulan di daerah, dan kita ngga pernah pikirkan istri dan anak.” Tidak hanya melupakan keluarganya, Jack pun mulai terlena dengan popularitas dan hidup dalam pesta pora. Minuman keras dan narkoba menjadikan Jack semakin lupa diri. Pulang pagi dalam keadaan mabuk menjadi bagian dari kesehariannya. Percecokan suami-istri kerap kali terjadi. Bahkan, bahtera rumah tangganya di ambang kehancuran. Walaupun sudah berkali-kali diingatkan istri agar Jack jangan lagi mabuk. Dia tetap saja mabuk-mabukan. Beruntunglah Jack punya istri yang sabar dan tabah menghadapi kelakuan Jack. Istrinya menjadi tiang doa. Sang istri tak jemu-jemunya berdoa, dan istinya tetap bertahan, walau Jack sudah memintai cerai saja. Karena tidak ingin melihat Jack hancur, istrinya selalu berdoa. Saat pulang dalam keadaan mabuk, tanpa setahu Jack, sang istri selalu mendoakannya. Itu berlanjut terus hingga doa istrinya 101 dijawab Tuhan. Satu waktu, tahun 1987, berita Jack tertangkap polisi. “Berita saya ditangkap polisi karena membawa ganja 100 kilo di Jakarta sudah, beritanya gempar. Karena berita itu, anak saya [Dewi Marpaung-artis] telepon ke saya sambil menangis. Papa dipenjara iya? nggak, saya lagi di hotel, kata saya. Di sini sudah tersebar berita bapa disebut dipenjara.” Inilah kehidupan seperti roda pedati, yang kadang di atas kadang di bawah. Saat Jack kembali ke Jakarta dia menemukan sebuah kenyataan yang pahit, semua shownya telah dibatalkan, bahkan semua karangannya tidak dipakai produser. Kejadian itu, membuat Jack bersolo karir. Sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Waktu itu, tidak ada pemasukan sama sekali, cerita Jack. Istrinya kemudian membantunya berbisnis. Namun malang, seperti sudah jatuh dari tangga tertimpa pula pula. Bisnis itu bangkut karena mitranya menipu. Akibatnya hutang pun melilit keluarga Jack dan memaksa Jack harus menjual mobil dan rumah. Sejak saat itulah Jack memutuskan bertobat. Lagu Di Kamar 13 Hutobus Dosaki…. [di kamar 13 ini kutebus, kujalani hukumanku] menemukan maknanya, kata lain bertobat. Berlahan Jack melepaskan keterikatan dengan narkoba. Hubungannya dengan Tuhan pulih. Hubungannya dengan istrinya kembali bersemi. Sejak itu pertobatan itu, dia bersama istri dan anak-anaknya semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. “Sekarang saya sudah meninggalkan hidup yang pana. Sekarang hidup ini saya sukuri. Saya menikmatinya. Damai sejahtera, sukacita yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, saya rasakan sekarang. Berjalan bersama Yesus benar-benar mengubah jalan hidup saya,” ujarnya. (Sumber: https://tokohbatak.wordpress.com/ 2011/09/16/jack-marpaung/). 102 2.11.2 Paniel Panjaitan Gambar 2.2: Paniel Panjaitan Sumber: Paniel Panjaitan 2010 Secara singkat penyanyi Batak yang satu ini adalah memang seorang sarjana seni. Ia adalah tamatan Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra (kini Ilmu Budaya), Universitas Sumatera Utara Medan. Sebelumnya ia menempuh pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Balige. Sejak menjadi mahasiswa di Jurusan Etnomusikologi FS USU, Panel Lahagu Panjaitan ini memang sudah sering tampil sebagai penyanyi baik trio bersama kawan-kawannya atau juga secara solo. Suaranya yang khas menjadi disukai oleh public, khususnya orang-orang Batak. Dari pengalamannya menyanyi di kala mahasiswa ini, selapas saja ia tamat, ia pun pergi ke Jakarta untuk menjadikan dirinya penuh berkinerja di bidang musik, khususnya musik populer Batak Toba. Kini beliau sudah menikah dengan seorang perempuan Batak Toba juga. Ia sekarang ini pun tinggal dan menetap di Jakarta. Namun sebagai seorang 103 perantauan Batak Toba Paniel Lahagu Panjaitan tidak melupakan kampung halamannya, ia selalu pulang kampung jika punya kesempatan. Ia pun tetap menjunjung nama almamaternya Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. 2.11.3 Marsada Band Gambar 2.3: Marsada Band Sumber: video klip Marsada Band, 2012 104 Marsada Band adalah sebuah kelompok pemusik Batak Toba yang menyanyi dalam gaya folk song, yang kemudian secara fenomenal lagu-lagunya mendapatan minat dan simpati masyarakat Batak, terutama lagunya yang berjudul Maria. Kelompok musik Marsada band ini, personil-personilnya terdiri dari: 1. Marlundu Situmorang, 2. Monang Sidabutar, 3. Jannen Sigalingging, 4. Kalous Sidabutar, 5. Pardi Sidabutar, 6. Lundu Sidabutar, dan 7. Hobbi Sinaga. Album yang berjudul Maria yang sukses di pasar industri musik rekaman tanah air ini dirilis pada tahun 2010, oleh perusahaan label Wahana Record. Album ini mendapat apresiasi bukan saja di kalangan orang Batak Toba, tetapi juga masyarakat Indonesia, dan bahkan dunia internasional. Awalnya Marsada Band berdiri tahun 1999 dengan personil 3 orang: 2 lakilaki dan 1 orang wanita. Personil laki-lakinya adalah Marlundu Situmorang dan Jannen Sigalingging, sedangkan personil wanitanya adalah Norma boru Manurung. Sempat mau tur ke Cina sayang gagal karena kurang sponsor. Seiring berjalan waktu dan perkembangan zaman seorang pengelola hiburan yang bernama Amput membuka grup entertainmen tahun 2000 dengan nama Artha Nada Group, yang melayani segala bentuk pesta dengan ensambel musik keyboard (terdiri dari: sulim, hasapi, taganing, gitar akustik, dan keyboard). Pada saat itu menurut penjelasan para informan ini belum ada yang buat bentuk musik seperti itu, yang ada musik tiup. Boleh dibilang Artha Nada merupakan perintis musik keyboard. Amput mengajak Marlundu, Jannen, Clous, Amir bergabung ke Artha Nada. Kemudian melakukan rekaman dan sukseslah mereka dalam industri rekaman tersebut. 105 Artha Nada mulai dikenal orang dan merajai setiap pesta di Samosir bahkan diluar Samosir sering dapat orderan ke Parapat, Siantar, Tebing, Asahan. Tahun 2001 ada seorang wanita touris asal Inggris namanya Hope Cooper tertarik dengan pertunjukan Artha Nada, yang beberapa kali dia ikut setap mai di pesta dan mengutarakan niatnya hendak membawa tur ke negaranya tetapi dengan syarat harus rekaman dulu. Kami sepakat dan nama grup di ganti dengan Marsada Band agar nama Bataknya menonjol. Tahun 2002 Hope Cooper datang lagi untuk rekaman di Medan tetapi proses mixing di Inggris. Cakra padat (CD) tersebut di sebarkan ke setiap event organizer di United Kingdom dan dapat respon dari berbagai event organizer dan organisasi yang membidangi seni. Tahun 2004 Marsada Band resmi diundang untuk meramaikan perhelatan Summer Party bulan 5 oleh WOMAD (World Organisation Music Art & Dance) dan telah terdaftar sebagai anggota organisasi. Selama 40 hari Marsada Band tur kelilingdi United Kingdom Wells & Scohtland mengikuti pestival musik dunia. Kemudian tahun 2005 diundang lagi oleh WOMAD, mereka kolaborasi dengan musisi Senegal (Afrika) dan musisi Madagaskar pada musim gugur di bulan 11 selama 30 hari tur di United Kingdom. Itulah deskripsi singkat Marsada Band. (diolah dari: Sejarah Marsada Band, 25 Mei 2011; diunggah ke internet oleh Timothy Manullang pada 12.30 di http://www.musicbatak.wordpress. com). 106 2.12 Deskripsi Singkat Michael Learns to Rock, Steelhearts, dan The Cats 2.12.1 Michael Learns to Rock Michael Learns to Rock (juga dikenal sebagai MLTR) adalah kelompok musik populer beraliran rock di Denmark, yang merilis lagu-lagu dalam bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional. Dibentuk pada tahun 1988, band ini telah menjual lebih dari 11 juta album di seluruh dunia, terutama di Asia. Di samping itu, lagu mereka dibayar dalam kepentingan bisnis dunia maya untuk lagu mereka Take Me To Your Heart sebanyak 16 juta copy yang juga dianugerahi lagu yang paling banyak didownload dari tahun 2006. Band ini telah mencatat delapan album serta sejumlah album hits yang direkam dari penampilan live mereka. Album kedelapan dirilis pada tahun 2012 di Skandinavia. MLTR telah memenangkan banyak penghargaan dan telah menerima gold and platinum status di banyak negara, serta Gold Preis Award dari RSH, Jerman dan "The Best Performing Act of the Year" di SEA Grammy Awards di Singapura. Band ini mendulang keberhasilannya di Asia juga. Selama puncak popularitasnya di pertengahan 1990-an, MLTR digambarkan oleh kritikus sebagai band yang "baik” sebagai kelompok nama besar di luar negara Amerika atau Inggris. Menurut rilis yang dikeluarkan oleh label rekaman band, suara mereka adalah "keseimbangan sempurna dari Skandinavia dan lagu pop internasional yang telah berperan dalam membentuk suara yang menarik," meskipun vokalis dan penulis lagu, Jascha Richter, tidak setuju dengan hal ini, yang mengatakan bahwa musik tidak mengenal kategorisasi geografis. Singel pertama mereka dari Skandinavia yang bertajuk, Renovation My Life, dirilis di iTunes pada tanggal 9 Juni 2012, di Denmark sejak 11 Juni. Rilis album 107 dimulai pada tanggal 11 Juni 2012, dengan video musik untuk "Every Way You Want It" di YouTube, serta rilis digital dari albumnya di India. Di Kathmandu ibukota Nepal, band ini konser pada bulan November 2011. Album ini pertama kali dirilis pada 30 Juni 2012, di India oleh Virgin Records, oleh Warner Music pada bulan Juli di Asia Tenggara, dan oleh Sony Music pada tanggal 3 September 2012 di Denmark. Sejarah terbentuknya kelompok musik ini dimulai pada tahun 1988, penyanyi dan pemain keyboard Jascha Richter, membentuk sebuah band untuk menyanjikan lagu-lagunya, bergabung dengan temannya SMA dan juga sebagai drumme,r Kåre Wanscher di Aarhus, di Denmark. Menyadari keterbatasan bermain secara duet, mereka merekrut gitaris Mikkel Lentz, yang saat itu bermain musik rock dengan kelompok Rocking Studs. Pada tanggal 15 Maret 1988, pada malam pertama mereka latihan dan masih membutuhkan pemusik keempat, mereka meminta Søren Madsen, untuk bergabung dan main pada gitar bas. Meskipun Madsen bukanlah pilihan untuk pop band, ia diundang atas dasar bahwa ia telah menjadi bagian dari band hip hop yang telah mencapai final kompetisi musik tersebut di Denmark dan juga untuk mencalonkan lagu ke Eurovision Song Contest. Pada tanggal 22 Mei 1988, kuartet musik ini melakukan pertunjukan publik pertama mereka di Aarhus Grand Prix Stone di tempat terbesar Aarhus, Ridehuset. Sebagai salah satu dari dua tim pemenang, MLTR tampil musim panas di Aarhus Festival pada 20 Juni, tetapi hanya 20 orang yang hadir. Kekecewaan tersebut diimbangi oleh dimuatnya berita tentang mereka di koran, informasi tentang kelompok musik ini, digambarkan sebagai kelompok yang belum dikenal tetapi 108 sebagai "kejutan sangat positif." Pada 30 Juli 1988, kelompok ini masuk dan memenangkan perlombaan band sebagai bakat tahunan ternama di Aarhus Musikhus. Jens Peter Andersen, anggota juri kontes serta promotor Danmarks Smukkeste Festival ("Festival Terindah Denmark") di Skanderborg, terkesan dengan bakat band ini. Dia kemudian menjadi manajer band tersebut. Michael Learns To Rock terus bermain live di seluruh Jutland dan merekam materi musiknya untuk menarik perhatian label rekaman Denmark. Mereka akhirnya menandatangani kontrak rekaman dengan label Denmark Medley pada bulan Januari 1989. Namun, band Michael Learns to Rock ini tidak merilis album pertama mereka, sampai September 1991. Kemudian pada September 1991 merilis album dengan dukungan oleh label rekaman Amerika, Impact Records, termasuk juga beberapa album termasuk singel pertama Amerikanya, "My Blue Angel", berkolaborasi dengan produsen Amerika Tony Peluso dan Steve Barri. Meskipun belum membuat kemajuan sama sekali di Amerika dengan debutnya "My Blue Angel", namun kemudian lagu "I Still Carry On" dari album, "The Actor", menduduki puncak chart Denmark dan juga di Norwegia, Swedia, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Pada bulan Januari 1992, album tersebut menduduki puncak tangga lagu Denmark, diikuti oleh keberhasilannya di Asia, yang menjual 25.000 keping dan mendapatkan status album emas di Indonesia. Didorong oleh keberhasilan album pertama mereka, selanjutnya Michael Learns To Rock merilis album kedua, Colour pada bulan Oktober 1993 yang 109 terjual lebih dari 1,1 juta keping. Album ini memuat lagu Sleeping Child, 25 Minutes dan Out Blue. Band ini selanjutnya melakukan tur ke Asia untuk pertama kalinya dan pada The Phoebus Concert Hall di Bangkok. Mereka bermain untuk penonton terbesarnya, yang sampai saat itu berjumlah 12.000 orang. Keberhasilan album ini ditambah dengan pertunjukan live band mengakibatkan band tersebut menerima “The Best Performing Act of the Year” tahun 1994 di SEA Grammy Awards di Singapura untuk lagu "25 Minutes", diikuti oleh anugerah “Gold Preis “ dari stasiun radio Jerman RSH (Radio Schleswig Holstein) pada tahun 1995 untuk hit radio melalui lagu Wild Women dan 25 Minutes. Pada bulan Agustus 1995, Michael Learns membuat album ketiga dan dijual lebih dari 1,2 juta unit. Trek di album ini termasuk That’s Why dan Someday. Untuk pertama kalinya, band ini merekam dan memproduksi seluruh album secara sendiri. Untuk mempromosikan album, kelompok ini melakukan 25 pertunjukan di sepuluh negara. Segera setelah itu, anggota band ini mengambil masa istirahat untuk menghabiskan waktu dengan keluarga mereka dan untuk mengembangkan proyekproyek mereka sendiri atau bekerja sama dengan pemain lain. Mereka juga memutuskan untuk mengubah citra band dengan nama sederhana dari MLTR. Selama break, Richter menulis beberapa lagu baru untuk band, termasuk Strange Foreign Beauty yang ditambahkan ke 1999 terbesar album hit. Dalam sebuah proses yang dilakukan oleh MLTR untuk pertama kalinya, lagu itu dibuat dengan menyusun rincian terbaik dari ide rekaman yang dibuat secara individual oleh empat anggota. Album ini termasuk hit mereka sebelumnya, baik remix atau disempurnakan dalam beberapa cara oleh produsen internasional terkemuka 110 termasuk Chris Lord Alge untuk Someday. Cutfather & Joe (untuk Sleeping Child) dan produsen Swedia Per Magnusson (untuk bagian atas MLTR hit The Actor). Album greatest hits ini menduduki puncak tangga lagu penjualan Denmark (album MLTR kedua setelah album pertama mereka untuk melakukannya), dijual baik di Swedia dan Portugal, dan login penjualan hampir satu juta kopi. Anggota saat ini adalah sebagai berikut: (1) Miljenko Matijevic, lead vocals, rhythm guitar, gitar akustik, piano (1990-1992, 1996, 2006-sekarang); (2) Uros Raskovski, lead guitar (2006-2008, 2009-2010, 2014-sekarang); (3) Rev Jones, bas (2007-sekarang); (4) Mike Humbert, drum dan perkusi (2006-sekarang); (5) Chris Risola, lead guitar (1990-1992, 2006-2014). 2.12.2 Steelheart Kelompok musik Steelheart ini memulai debutnya sebagai band beraliran rock, yang awalnya bernama Red Alert. Anggota-anggotanya terdiri dari: James Ward (bas), Chris Risola (gitar), Jack Wilkenson (drum) dan Miljenko Matijevic pada vokal. Kemudian masuklah Frank DiCostanzo yang bergabung sebagai gitaris kedua, dan John Fowler sebagai pemain drum kedua. Dengan mengandalkan hasil rekaman audio empat track, Matijevic kemudian mengelola dan mempertemukan keempat orang ini dengan manejer artis yang bernama Stan Poses. Awalnya ia tidak begitu merespons kelompok ini, namun berkat rekaman yang berulang-ulang didengarnya ia menerima kelompok band Red Alert ini untuk meneken kontrak produksi dengan perusahaan rekaman yang dipimpinnya MCA. Untuk lebih meningkatkan bisnis rekaman ini akhirnya kelomk Red Alert tersebut merubah nama kelompoknya menjad Steelheard. 111 Awal-awal perjuangan mereka adalah pada tahun 1990 sampai 1992. Steelherat merealisasikan debut album perdananya pada tahun 1990. Album ini pada hari pertama penjualannya mencapai angka 33.000 keping di Jepang sendiri, dan kemudian dengan cepat memperoleh penghargaan platinum. Lagu bergaya balada yang bertajuk She’s Gone memperlihatkan kemampuan ambitus vokal Matijevic yang begitu tinggi, sehingga lagu ini mencapai urutan pertama dalam deretan lagu-lagu internasional saat itu. Bahkan mencapai masa selama 17 minggu. Lagu balada ini terutama populer di Asia Timur hingga sekarang ini. Lagu ini dimainkan oleh sebahagian besar band-band ternama di berbagai ninght club di Asia Timur ini setiap malamnya. Lagu kedua hits mereka berjudul I’ll Never Let You Go (Angle Eyes) mencapai peringkat 14 di Billboard charts, dan di MTV sendiri, yaitu televisi yang mempertunjukan musik, menempatkan lagu ini pada posisi kedua video lagu-lagu yang paling diminta para penontonnya. Demikian pula lagu Every Body Loves Eileen termasuk lagu dengan videonya yang paling banyak diminati penonton. Kemudian lagu Can't Stop Me Lovin' You juga memperlihatkan kemampuan ambitus vokal Matijevic's yang mencapai beberapa oktaf, ditambah kemampuan virtuoso pemain gitarnya yaitu Risola, menjadikan lagu tersebut begitu diminati pendengarnya. Dalam lagu "Love Ain't Easy", Matijevic mencatat hits tertinggi di antara tiga album yang sudah mereka hasilkan. Album kedua Steelheart berjudul, Tangled in Reins yang diisi dengan beberapa suara musikal unik seperti yang dilakukan Guns N' Roses. Lagu balada Mama Don't You Cry menduduki puncak lagu-lagu di beberapa negara di Asia Timur, termasuk tur promosi mereka ke Hong Kong, bulan September, 1992. 112 Saluran MTV di Hong Kong mencapai suksesnya ketika lebih dari 10.000 orang hadir dalam pertunjukan Steelheart ini. Selepas beberapa minggu turnya di Asia, Steelheart belakangan cenderung berubah menjadi band beraliran heavy metal. Mereka ini melakukan konser di Denver, Colorado. Pertunjukan mereka dilakukan pada acara menyambut malam Halloween. Selama pertunjukan mereka menyajikan lagu Dancing in the Fire, sebuah lagu yang menjadi hit dari album Tangled in Reins. Empat tahun belakangan, Matijevic membentuk versi Steelheart yang baru, dengan Kenny Kanowski (pada gitar), Vincent Mele (bas), dan Alex Makarovich (drum) untuk merekam dan merilis album "Wait". Album ini sangat berbeda dengan album-album terdahulunya. Album ini selain menduduki puncak nomor satu dalam deretan lagu-lagu di Asia juga menembus pasar lagu di Aerika dan Eropa, dengan sentuhan gaya utamanya hard rock. James Ward bergabung dengan Steelheart dalam rangka tur promosi album Wait ini. Pada tahun 2001 Matijevic mengusung vokal Mark Wahlberg ke dalam film Rock Star, sebuah kisah tentang fan musik yang kemudian menjadi penyanyi dalam band favoritnya. Band itu sendiri dibentuk oleh Zakk Wylde (gitaris dari grup band Ozzy Osbourne dan orang kuat pada Black Label Society), Jeff Pilson (Dokken), dan Jason Bonham, anak pemain drum Led Zeppelin, John Bonham. Film ini juga fmenunjukkan rekaman ulang lagu "We All Die Young", dari album ketiga Steelheart yang berjudul Wait. Kenny Kanowski merekam CD dengan melibatkan Mele pada gitar bas, dan beberapa pemusik dari Los Angeles. Band Steelheart ini pada masa sekarang beranggotakan: (a) Miljenko Matijevic sebagai lead vocal, rhythm guitar, acoustic guitar, piano (1990–1992, 113 1996, 2006–sekarang); (b) Uros Raskovski, lead guitar (2006–2008, 2009–2010, 2014–sekarang); (c) Rev Jones, bass (2007–sekarang); (d) Mike Humbert, drum, perkusi (2006–sekarang). 2.12.3 The Cats Band ini didirikan oleh dua musisi Belanda, yaitu Cees Veerman (6 Oktober 1943 sampai 15 Maret 2014) dan Arnold Mühren (lahir 28 Januari 1944). Para pemusik duet ini bergabung dan menjadi The Four Mystic, dengan Cees dan Piet Veerman pada vokal dan gitar, Schilder pada gitar (dan piano), dan Mühren pada bas. Pada 1965 mereka berganti nama menjadi The Blue Cats, referensi ke warna pakaian mereka. Kemudian tahun 1966 mereka merekrut drummer Theo Klouwer (30 Juni 1947-8 Februari 2001). Awalnya The Cats meminjam uang dari Jan Buys, yang kemudian menjadi manajer mereka, dan mencatat singel pertama mereka yang segera masuk tangga lagu-lagu pop Eropa. Bernyanyi dalam lagu berlirik bahasa Inggris Lirik Arnold dan suara sedih Piet muncul menjadi ciri khas meraka. Mereka mendedikasikan untuk penggemar setia yang meninggal dalam kecelakaan mobil lagu yang bertajuk Why?, Scarlet Ribbons, dan Marian. Popularitas internasional mereka mulai tumbuh di era 1970-an ini. Pada musim semi tahun 1970 The Cats tur ke Suriname dan bermain dalam satu pertunjukan pada tanggal 4 April 1970 di Guyana. Pada 17 Oktober 1970 band ini melakukan perjalanan ke markas EMI di London mengisi acara televisi Top Pop. Pada awal 1971 The Cats berkeliling ke Indonesia. Namun, antara pertunjukan mereka ditegur pemerintah Belanda karena mereka bertemu dengan 114 para ekspatriat pembangkang politik Belanda yang dipimpin Poncke Princen yang dipandang sebagai pengkhianat. Band ini begitu populer, dan mereka telah menjadi bagian dari kesadaran populer di Belanda. Sebagai contoh, selama Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, tim nasional sepak bola Belanda mendengarkan rekaman The Cats di bus tim saat bepergian ke pertandingan mereka. The Cats tahun 1974 terbang ke Los Angeles Larrabee Studios untuk merekam albumnya. Pada tahun 1976, Cees Veerman merilis album solo yang disebut Side of Me Another, yang melahirkan single Sailor, Sail On (Dreamer, Dream On). Pada tahun 1987, Piet Veerman membuat solo hit yang bertajuk Sailing Home. Pada tahun 1995, Piet menjadi bintang tamu pada versi duet bilingual One Way Wind dengan penyanyi Flemish Winner. Piet bernyanyi dalam bahasa Inggris dan Winner bernyanyi dalam bahasa Belanda. Akhir tahun 1979 anggota The Cats memutuskan untuk bubar. Sebuah perpisahan yang menyedihkan. Pada 23 Maret 2006, The Cats dibentuk kembali oleh anggota Order of Orange-Nassau. Pada tahun yang sama kelompok membuat reuni untuk merekam singel mereka untuk dimasukkan pada album terbaik. Cees Veerman meninggal pada usia 70, pada tanggal 15 Maret 2014. Album-album yang dihasilkan The Cats ini adalah: Cats As Cats Can 1967; Cats 1968; Colour Us Gold 1969; Portrait 1970; Take Me with You 1970; 45 lives 1970; Cats Aglow 1971; One Way Wind 1972; Lo Mejor 1972; Times Were When 1972; Signed by The Cats 1972; Home 1973; One Way Wind 1974; Love in Your Eyes 1974; 10 Jaar 1974; Hard To Be Friends 1975; We Wish You a Merry Christmas 1975; Homerun 1976; Let's Go Together 1977; Times Were When 1979; 115 The End of the Show 1980; Third Life 1983; Live in Concert 1984; Flying High 1985; Live 1991; Shine On 1994 (sumber: wikipedia.org). 2.13 Hubungan Budaya Apa yang dilakukan oleh para penyanyi dan pencipta lagu-lagu eBatak yang mengadopsi lagu-lagu popular Batak, tidaklah mengherankan publik, baik itu di kalangan masyarakat Batak, Indonesia, atau internasional. Menurut penulis keadaan yang seperti ini didukung oleh berbagai faktor sosial. Di antaranya adalah dalam music tradisional Batak Toba seperti yang diurai di atas, tangga-tangga nada yang digunakan juga dapat diekspresikan melalui tangga-tangga nada seperti yang terdapat di dalam musik Barat. Selain itu, faktor religi juga menyebabkan terjadinya proses pengadopsian sampai juga proses akulturasi budaya. Bagaimanapun antara orang Batak Toba mayortitas beragama Kristen dan mereka merasakan satu saudara terutama saudara seiman. Oleh karena itu, kedekatan religi ini membuat juga dekat secara budaya. Akhirnya mereka pun, para pencipta lagu dan penyanyi Batak Toba ini mengadopsi melodi lagu-lagu dari kebudayaan Barat ke dalam musik pop Batak dengan menggubah syairnya dalam bahasa Batak Toba, dan dengan tema yang berbeda dengan versi asalnya. Faktor sosial lainnya yang menyebabkan fenomena musikal yang seperti ini disebabkan oleh faktor modernisasi. Manusia dipandang maju jika mampu menciptakan peradabannya berdasarkan konsep-konsep modern. Artinya masyarakat di seluruh dunia harus mengadopsi peradaban yang dipandang paling cepat untuk mencapai derajat modernisasi, dan itu tentu saja ada pada kebudayaan 116 Barat, yang diapndang unggul secara rasional, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan hal-hal sejenis. Selain itu, situasi zaman berada dalam era globalisasi, di mana batas-batas antara negara sudah tidak begitu kuat membendung setiap informasi. Manusia semuanya sebenarnya berada di dalam satu kampong global, yang saling mengetahui apa saja yang terjadi di seluruh penjuru dunia ini. Dalam proses globalisai yang seperti ini, lagu-lagu dari manapun datangnya bias saja menjadi trend, dan itu menjadi ikutan dalam konteks industri musik. Demikian pula yang terjadi di dalam kebudayaan musik pop Batak Toba. 117 BAB III ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN BARAT Pada Bab III ini dikaji secara komparatif antara tiga melodi lagu pop Barat dengan tiga lagu pop Batak Toba. Keenam-enamnya memiliki hubungan melodis yang sama atau hamper sama, atau juga mirip. Tujuan perbandingan melodis ini adalah untuk melihat sejauh mana melodi dalam lagu-lagu popular Batak Toba berkembang atau berubah berdasarkan melodi yang diadopsinya dari lagu-lagu popular Barat tersebut. Adapun melodi yang dibandingkan adalah seperti sudah dijabarkan di Bab I tesis ini adalah tiga lagu dari pop Barat dan tiga lagu turunannya dalam musik popular Batak Toba. Hubungan structural melodis itu adalah sebagai berikut. (i) Perbandingan Pertama 1. Lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung 2. Lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh Michael Learn (ii) Perbandingan Kedua 3. Lagu Lady yang dinyanyikan oleh Peniel Panjaitan 4. Lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh Steelheart (iii). Perbandingan Ketiga 5. Lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band 6. Lagu Marian yang dinyanyikan oleh The Cats 118 Perbandingan ini dikaji melalui hasil transkripsi berupa notasi balok Barat, untuk dapat memperlihatkan detil bagian per bagiannya. Nemun sebelumnya terlebih dahulu dijelaskan metode transkripsi yang penulis lakukan terhadap keenam-enam lagu yang memiliki hubungan melodis tersebut. Adapun teknik transkripsi yang digunakan adalah sebagai berikut. 3.1 Transkripsi dan Hasil Notasi Untuk melakukan analisis musik, perlu dilakukan visualisasi bunyi kedalam simbol-simbol bunyi yang disebut notasi. Ini dilakukan untuk mempermudah setiap orang dalam melakukan analisis musik. Visualisasi atau pemindahan dimensi bunyi ke dalam bentuk visual tersebut, penulis pindahkan kedalam bentuk notasi balok dalam garis paranada. Garis paranada terdiri dari 4 spasi dan 5 garis, ditambah garis-garis dan spasi-spasi bantu di atas dan di bawah nya. Kunci dari garis paranada ini adalah kunci G, karena vokal yang disajikan biasa menggunakan tanda kunci G, atau trebel. Dalam kerja etnomusikologi, tujuan penggunaan notasi balok, yaitu untuk mencatat semua karakter-karakter musikm baik secara umum (preskirptif) maupun secara detail dan mendalam (deskriptif). Kedua jenis notasi ini memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan masing-masing. Sebaiknya pemilihan bentuk notasi ini disesuaikan dengan tujuan menganalisis musik dan tranfer pengetahuan kepada para pembaca dan penganalisis musik lainnya. Dalam suatu komposisi musik terdapat dua jenis notasi yang ditawarkan oleh Charles Seeger, yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Dalam penulisan notasi ini, penulis 119 memilih pendekatan prekriptif untuk mencatat bunyi yang didengar secara umum saja. Proses visualisasi bunyi musikal ini dalam ilmu etnomusikologi dinamakan transkripsi. Dengan mentranskripsikan bunyi kedalam bentuk notasi, maka setiap orang dapat melihat dan memainkan kembali apa yang ia dengar. Untuk mempermudah kerja notasi ini, penulis tidak menuliskan semua instrumen yang dipakai dalam ensambel, tetapi hanya melodi vokalnya saja. Adapun keenam lagu tersebut adalah sebagai berikut: (l) lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaturg (melodinya mirip lagu That's Why dengan penyanyi Michael Leam To Rock ); (2) lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagn dengan judul She's Gone dengan penyanyi Steel Heart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian dengan penyanyi The Cats), yang terdiri dari ensembel orkes atau band. Penulis hanya mentranslcipsi musik vokal atau nyanyian. Dalam mentranskripsi keenam lagu sebagai objek kajian di dalam tesisi ini, penulis menggunakan pendekatan preskriptif. Penulis juga memakai notasi angka yang asli ditulis dan kernudian mendengarkan hasil rekaman, dan mentransmisikannya ke dalam notasi balok secara preskriptif ntuk mendapatkan transkripsi lagu-lagu penulis merekam langsung lagu-lagu yang disajikan dalam konteks pertunjukan dan juga menggunakan cakra padat (CD) komersial, khususnya untuk tiga lagu dari musik pop Batak. Rekaman tersebut didengarkan secara berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang maksimal, dan kemudian ditranskripsikan kedalam bentuh notasi. Rekaman ini dibandingkan dengan tulisan notasi angka yang dihasilkan oleh 120 sendiri. Pendekatan transkripsi yang dilakukan adalah pendekatan preskriptif, yaitu menuliskan perjalanan rnelodi secara mako dan garis besar saja. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagaimana struktur lagu-lagu sampel tersebut. Dalam proses mentranskripsi keenam lagu ini, penulis menggunakan teknik notasi sebagai berikut. (1) Keenam-enam lagu tersebut ditulis dengan menggunakanm notasi balok Barat, dengan menggunakan tanda kunci G (treble) yang lazim digunakan dalam menulis musik vokal (nyanyian), di dalam disiplin etnomusikologi maupun musikologi. Contohnya sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 121 (2) Keenam lagu ini ditulis berdasarkan frekuensi yang sesungguhnya dari rekaman yang telah dilakukan. Dengan demikian enam lagu tersebut menggunakan nada dasar yang berbeda, dan tanda clef yang berbeda. Lagu Ditakko Ho Rohakki bernada dasar G dalam tangga nada G Mayor (ditulis dengan tanda mula 1#); selanjutnya lagu That’s Why bernada dasar G dalam tangga nada G Mayor juga (ditulis dengan tanda mula 1#); lagu Lady bernada dasar C dalam tangga nada C Mayor (ditulis menggunakan tanda mula netral); lagu She’s Gone bernada dasar Es dalam tangga nada Es Mayor (ditulis dengan menggunakan tanda mula 3b); seterusnya lagu Maria bernada dasar E dalam tangga nada E Mayor (ditulis dengan menggunakan tanda mula 4#); dan lagu Marian bernada dasar C dalam tangga nada C Mayor (ditulis dengan tanda mula netral). 1. 2. 3. 4. 5. 6. 122 (3) Untuk menuliskan teks (lirik) enam lagu tersebut, penulis menuliskannya di bawah setiap nadanya, seperti contoh berikut ini. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 123 Dengan melakukan teknik transkripsi seperti itu, maka keenam lagu yang telah ditranskripsi, bentuk notasinya adalah seperti berikut ini. 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 Dari hasil traskripsi berupa notasi seperti dapat dilihat di atas, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap enam melodi tersebut dengan menggunakan pendekatan weighted scale, seperti yang sudah diuraikan di bab pertama tulisan ini. Namun analisis ini dimulai dari aspek yang paling kreatif yang membuat struktur yang berbeda antara tiga lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan asal-usul tiga melodi lagu dari music popular Barat. Aspek itu adalah formula melodi, atau lazim juga disebut dengan bentuk melodi. 3.2 Perbandingan Formula Melodi Untuk memahami persamaan dan perbedaan dari tiga lagu populer Batak Toba, yang melodinya diadopsi dari musik populer Barat, seperti sudah diuraikan di atas, maka salah satu aspek yang paling umum adalah penggunaan formula-formula melodi yang sama antara lagu-lagu tersebut. Formula ini secara umum adalah sama, namun khususnya dalam musik populer Batak, formula-formula ulangan baik itu dalam bentuk demi bentuk atau juga bahagian reffrainnya. Untuk lebih memperlihatkan secara visual persamaan formula melodi dan perbedaannya di dalam siklus adalah seperti dapat dilihat pada notasi berikut ini. 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 Dalam mendeskripsikan formula melodi ini, biasanya selalu digunakan istilah-istilah etnomuskologis. Di antara istilah itu adalah sebagai berikut. 1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang. 2. Iteratif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian. 3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi. 4. Progresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. 5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama, tetapi dengan teks nyanyian yang selalu berubah. 3.3 Perbandingan Tangga Nada Setelah mentranskripsikan keenam sampel lagu kedalam bentuk notasi, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah menganalisis struktur musiknya. Untuk menentukan tangganada, penulis melakukan pendekatan weighted scale, seperti yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977). Dari hasil transkripsi, maka ditemukan tangga nada pada keempat lagu tersebut. 157 1. Tangga nada lagu Ditakko Ho Rohakki Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’ Laras: 1 1 ½ 1 1 Sent: 200 200 100 200 200 1 ½ 200 100 2. Tangga nada lagu That’s Why (You Go Away) Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’ Laras: Sent: 1 1 200 200 ½ 1 1 100 200 200 1 ½ 200 100 3. Tangga nada lagu Lady Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’ 158 Laras: 1 1 ½ 1 1 Sent: 200 200 100 200 200 1 ½ 200 100 4. Lagu She’s Gone Nada: es – f – g – as – bes – c – d – es’ Laras: 1 1 ½ 1 1 Sent: 200 200 100 200 200 1 ½ 200 100 5. Lagu Maria Nada: b – cis – dis – e – fis – gis – ais – b’ Laras: 1 1 ½ 1 Sent: 200 200 100 200 200 6. Lagu Marian 1 1 ½ 200 100 159 Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’ Laras: 1 1 ½ 1 1 Sent: 200 200 100 200 200 1 ½ 200 100 Enam lagu di atas, keseluruhannya menggunakan tangga nada mayor. Tangga nada ini didasari oleh pola laras, sebagai berikut. Laras: 1 1 ½ 1 1 1 ½ Pola ini jika ditransformasikan ke dalam sistem sent, maka jarah penuh atau 1 laras sama dengan 200 sent, dan seterusnya jarak setengah laras sama dengan 100 sent. Pola ini dalam tangga nada mayor dapat digambarkan sebagai berikut. 200 200 100 200 200 200 100 Dilihat dari sudut perbedaannya maka keenam lagu di atas meskipun menggunakan tangga nada mayor, namun nada dasarnya ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Untuk lagu perbandingan pertama Ditakko Ho Rohakki dengan That’s Why menggunakan nada dasar yang sama yaitu G dalam tangga nada G Mayor. Di sisi lainnya lagu Lady menggunakan nada dasar C dalam tangga nada C mayor, sedangkan lagu asalnya yaitu She’s Gone menggunakan nada Es dalam tangga nada Es Mayor. Kemudian lagu Maria menggunakan nada dasar B dalam 160 tangga nada B Mayor, dan lagu Marian sebagai melodi asalnya menggunakan nada dasar C dalam tangga nada C Mayor. Menurut tefsiran penulis, mengapa penyanyi dan kelompok band ini menggunakan nada-nada dasar yang berbeda, adalah berupa pilihan ambitus vokal penyanyinya agar sesuai dengan apa yang dinyanyikan. Seseorang penyanyi biasanya sebelum menyanyi pasti menyesuaikan suaranya dengan nada dasar yang hendak dinyanyikan, sekali gus ia dapat berekspresi secara estetis melalui nada dasar dan tangga nada yang sesuai dengan ambitus, karakter, dan warna suaranya. Seperti diurai di atas, lagu Ditakko Ho Rohakki sama nada dasarnya dengan lagu That’s Why. Ini bermakna bahwa penyanyi Jack Marpaung dengan penyanyi Micahel Learn to Rock memiliki ambitus yang relatif sama, dan kedua-duanya sama memilih tangga nada G Mayor untuk menyanyikan lagu ini. Dengan demikian selain mengadopsi melodi, Jack Marpaung juga mengadopsi nada dasarnya sekaligus. Pada lagu-lagu perbandingan kedua yaitu Lady dan She’s Gone, keduaduanya menggunakan nada dasar yang berbeda. Lagu Lady menggunakan nada dasar C, sedangkan She’s Gone adalah Es. Dengan demikian lagu Lady diturunkan nada dasarnya sebesar 1 ½ laras atau 300 sent. Ini menunjukkan bahwa penyanyi Paniel Panjaitan suaranya lebih nyaman menggunakan nada dasar C dibandingkan jika ia mesti harus menggunakan nada dasar Es. Sebaliknya penyanyi She’s Gone lebih nyaman menggunakan nada dasar Es untuk mengeksplorasi melodi dan ambitus suaranya. 161 Pada lagu perbandingan ketiga lagu Maria yang dibawakan Marsada band menggunakan nada dasar B dalam tangga nada B Mayor. Smeentara lagu asalnya yaitu Marian yang dibawakan penyanyi The Cats menggunakan nada dasar C dalam tangga nada C Mayor. Dengan demikian lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band satu laras (200 sent) lebih rendah dibandingkan lagu asalnya yaitu Marian. Sama dengan lagu perbandingan kedua, maka kedua lagu ini juga disesuaikan dengan ambitus, warna suara, karakter, dan kenyamanan penyanyi dalam mengekspresikan melodi lagu-lagu tersebut. Dari tiga perbandingan di atas jelaslah bahwa nada dasar yang digunakan oleh para penyanyi pop Batak Toba ada yang sama dengan lagu pop yang diadopsi dari musik pop Barat. Namun dua lagu, kemudian nada dasarnya direndahkan yaitu satu setengah dan satu laras. Jadi di dalam lagu-lagu pop Batak ada kecenderungan nada dasarnya diturunkan, disesuaikan dengan kemampuan dan kenyamanan ambitus suara. 3.4 Perbandingan Nada Dasar Dalam menentukan nada dasar pada keempat lagu ini, penulis menggunakan tujuh kriteria-kriteria generalisasi yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya Theory and Method in Etnomusicology (1963: 147), yaitu sebagai berikut. 1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang paling sering muncul dan nada mana yang paling jarang dipakai dalam suatu komposisi musik. 2. Kadang-kadang nada yang memiliki nilai ritmisnya besar dianggap nada dasar, meskipun jarang dipakai. 162 3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut. 4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting. 5. Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting. 6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. 7. Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut (terjemahan Marc Perlman 1963:147). Dengan melihat ketujuh kriteria diatas, maka dapat diuraikan nada dasar pada keenam sampel lagu di atas. (i) Lagu Ditakko Ho Rohakki 1 Nada yang paling sering dipakai adalah nada: g 2 Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: g 3 Nada awal yang paling sering dipakai: c, dan nada akhir yang paling sering dipakai: g 4 Nada yang memiliki posisi paling rendah: a 163 5 Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: g 6 Nada yang mendapat tekanan ritmis: g 7 Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu Ditakko Ho Rohakki adalah nada: g (ii) Lagu That’s Why 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: g 2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: g 3. Nada awal yang paling sering dipakai: c, dan nada akhir yang paling sering dipakai: g 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: b 5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: g 6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: g 7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu That’s Why adalah nada: g (iii) Lagu Lady 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: c 2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: c 3. Nada awal yang paling sering dipakai: b, dan nada akhir yang paling sering dipakai: e 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: a 5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: c 6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: c 7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu Lady adalah nada: c 164 (iv) Lagu She’s Gone 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: es 2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: es 3. Nada awal yang paling sering dipakai: d, dan nada akhir yang paling sering dipakai: g 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: es 5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: es 6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: es 7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu She’s Gone adalah nada: es (v) Lagu Maria 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: b 2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: b 3. Nada awal yang paling sering dipakai: b, dan nada akhir yang paling sering dipakai: b 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: c 5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: b 6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: b 7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu Maria adalah nada: b (vi) Lagu Marian 1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: c 2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: c 165 3. Nada awal yang paling sering dipakai: g, dan nada akhir yang paling sering dipakai: g 4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: d 5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: c 6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: c 7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar nada dasar lagu Marian adalah nada: c Tabel 5.1 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Ditakko Ho Rohakki No Kriteria Nada 1 K1 g 2 K2 g 3 K31 c 4 K32 g 5 K4 b 6 K5 g 7 K6 g 8 K7 g Tabel 5.2 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu That’s Why 166 No Kriteria Nada 1 K1 g 2 K2 g 3 K31 c 4 K32 g 5 K4 b 6 K5 g 7 K6 g 8 K7 g Tabel 5.3 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Lady No Kriteria Nada 1 K1 c 2 K2 c 3 K31 b 4 K32 e 5 K4 a 6 K5 c 7 K6 c 8 K7 c Tabel 5.4 167 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu She’s Gone No Kriteria Nada 1 K1 es 2 K2 es 3 K31 d 4 K32 g 5 K4 es 6 K5 es 7 K6 es 8 K7 es Tabel 5.5 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Maria No Kriteria Nada 1 K1 b 2 K2 b 3 K31 b 4 K32 b 5 K4 c 6 K5 b 7 K6 b 8 K7 b Tabel 5.6 168 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Marian No Kriteria Nada 1 K1 c 2 K2 c 3 K31 c 4 K32 g 5 K4 d 6 K5 c 7 K6 c 8 K7 c Keterangan K1: Nada yang paling sering dipakai K2: Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat K31: Nada awal yang paling sering dipakai K32: Nada akhir yang paling sering dipakai K4: Nada yang memiliki posisi paling rendah K5: Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf K6: Nada yang mendapat tekanan ritmis K7: Nada dasar berdasarkan pengalaman dan kecenderungan 169 3.5 Perbandingan Wilayah Nada Wilayah nada adalah daerah (ambitus) dari nada yang frekuensinya paling rendah, sampai pada frekuensi nada yang paling tinggi. Dari hasil transkripsi di atas, maka diperoleh ambitus suara dari keenam lagu tersebut sebagai berikut. 1. Wilayah Nada Lagu Ditakko Ho Rohakki a -- g’ 11 laras 2200 sent 2. Wilayah Nada Lagu That’s Why b -- g’ 10 laras 2000 sent 3. Wilayah Nada Lagu Lady gis -- e’ 170 10 laras 2000 sent 4. Wilayah Nada Lagu She’s Gone g -- g’’ 12 laras 2400 sent 5. Wilayah Nada Lagu Maria c -- g’ 9 ½ laras 1900 sent 6. Wilayah Nada Lagu Marian d -- a’ 9 ½ laras 1900 sent Apa yang dapat kita bandingkan dari wilayah keenam lagu tersebut, tampaknya diselaraskan dengan kemampuan dan kenyamanan penyanyinya dalam 171 menyanyikan masing-masing lagu tersebut. Antara penyanyi Batak dengan penyanyi Barat pun tidak menyebabkan ambitus suara itu lebih luas di antara mereka. Luas atau sempitnya ambitus serta nada-nada yang digunakan sepenuhnya tergantung kepada kemampuan dan kenyamanan penyanyi. Sebagai contoh Jack Marpaung (penyenyi Batak) dalam lagu Ditakko Ho Rohakki memiliki ambitus suara lebih luas satu langkah atau 200 sent dibandingkan dengan penyanyi lagu That’s Why yaitu dari kelompok Michael Learn to Rock yang jelas adalah orang Eropa. Sebaliknya penyanyi She’s Gone yaitu penyanyi Eropa bernyanyi 400 sent lebih luas dalam lagu ini dibandingkan dengan Paniel Panjaitan dalam lagu Lady. Di sisi lain ambitus lagu Maria oleh penyanyi Marsada Band (Batak Toba) memiliki ambitus yang sama dengan penyanyi The Cats dalam lagu Marian, namun penyanyi The Cats mengambil tonika satu laras lebih tinggi dibanding dengan penyanyi Marsada Band. 3.6 Perbandingan Jumlah Nada Untuk menentukan jumlah nada-nada keempat sampel lagu, terdapat dua cara yang perlu dilakukan. Pertama adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada tanpa melihat durasinya secara kumulatif. Kedua, melihat kemunculannya dan menghitung durasi kumulatif. Dalam analisis ini, penulis menggunakan cara yang pertama, yaitu menghitung kemunculan nada tanpa melihat durasinya. 1. Lagu Ditakko Ho Rohakki 172 Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’ 2. Lagu That’s Why (You Go Away) Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’ 3. Lagu Lady Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’ 173 4. Lagu She’s Gone Nada: es – f – g – as – bes – c – d – es’ 7. Lagu Maria Nada: b – cis – dis – e – fis – gis – ais – b’ 8. Lagu Marian Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’ 3.7 Perbandingan Interval Interval yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah jarak antara nada yang satu dengan nada yang lainnya dalam satu komposisi musik. Sistem pengukuran pada interval disebut “laras” dengan alat ukur “cent”. Interval pada keenam lagu ini 174 terdapat dua jenis, yaitu melangkah (conjunct) dan melompat (disjunt) Analisis interval penulis lakukan dengan menghitung setiap interval baik yang naik, maupun turun. Dengan melihat ketentuan-ketentuan interval di atas, maka interval pada keenam sampel lagu di atas adalah, sebagai berikut. 1. Lagu Ditakko Ho Rohakki a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni h. Sekta mayor 2. Lagu That’s Why a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni 175 h. Sekta mayor 3. Lagu Lady a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni h. Sekta mayor i. Septim mayor j. Oktaf 4. Lagu She’s Gone a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni h. Sekta mayor i. Septim mayor 176 j. Oktaf 5. Lagu Maria a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni h. Sekta mayor 6. Lagu Marian a. Prima murni b. Sekunde minor c. Sekunde mayor d. Ters minor e. Ters mayor f. Kuart murni g. Kuint murni h. Sekta mayor 3.8 Perbandingan Pola-pola Kadensa Pola kadensa dapat dikonsepkan sebagai rangkaian nada akhir pada setiap akhir frase dalam suatu komposisi musik. Pola-pola kadensa ini merupakan ujungujung frase lagu yang memberikan kecenderungan melodis dan juga tonalitas 177 kepada sebuah lagu. Pola-pola kadensa juga berisikan aksentuasi-aksentuasi musikal yang berfungsi menekankan satu frase yang utuh, termasuk juga akhir dari lagu tersebut. Pola-pola kadensa dalam musik vokal atau nyanyian, biasanya berkait erat dengan struktur bahasa yang digunakan, terutama pada bahagian ujung setiap baris dalam teksnya. Pola-pola kadensa yang terdapat pada enam lagu di atas, dengan contoh pada cuplikannya saja, adalah sebagai berikut. 178 179 180 181 182 183 184 (1) Antara lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu That’s Why pola-pola kadensanya memiliki berbagai perbedaan dan persamaan. Pada lagu Ditakko Ho Rohakki pola-pola kadensa umumnya menggunakan dua atau tiga nada saja. Dalam lagu That’s Why pun demikian pula. Pada lagu Ditaklko Ho Rohakki pola-pola kadensa ini selain menggunakan teknik silabik (satu kata satu nada), juga menggunakan teknik melismatik (yaitu satu suku kata pada ujung frase teks menggunakan beberapa nada). Pada lagu That’s Why kecenderungan penggarapan pola-pola kadensanya adalah silabik yaitu satu suku kata cenderung menggunakabn satu suku kata saja. Dalam lagu That’s Why ini juga kecenderungan nada-nada kadensa adalah turun. Sementara dalam lagu Ditakko Ho Rohakki pola-pola kadensanya ada yang turun dan ada pula yang naik, seperti terlihat dalam notasi analisis. (2) Di dalam lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan pola-pola kadensanya pada umumnya menggunakan teknik melismatik, dengan cara mengolah satu suku kata di ujung frase teks dengan beberapa nada. Sementara di sisi lain, di dalam lagu She’s Gone selain menggarap secara melismatik juga menggarap kadensa secara silabik (artinya satu suku kata hanya menggunakan satu nada saa). Selain itu, ciri khas kadesa lagu She’s Gone adalah menggunakan satu nada tetapi membaginya ke dalam durasi not-not yang relatif padat, dalam hal ini menggunakan not 1/32 dan 1/64, hal semacam ini tidak dijumpai dalam lagu Lady yang dibawakan dal;am versi Batak Toba. 185 (3) Dilihat dari garapan kadensanya antara lagu Maria dengan lagu Marian adalah penggunaan nada-nada akhir yang cenderung lagu Maria lebih panjang (ada yang menggunakan enam nada untuk satu suku kata), sementara lagu Marian kecenderungannya pada pola kadensa menggunakan tiga sampai empat nada saja. Namun demikian kedua lagu ini memiliki ciri yang sama dalam menggarap pola kadensa yaitu satu suku kata menggunakan beberapa nada. Gaya yang seperti ini dapat dikategorikan sebagai melsmatik. Kecenderungan melismatik ini terdapat di dalam semua bentuk melodi kedua lagu ini. Jadi aspek melismatik ini adalah sama dalam kedua lagu tersebut. 3.9 Kontur Menurut Malm (1977:8) kontur adalah garis suatu lintasan melodi dalam sebuah lagu, yang dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu: 1. Ascending (menaik), yaitu garis melodi yang bergerak naik dari nada yang rendah ke nada yang tinggi. 2. Descending (menurun) adalah garis melodi yang bergerah turun dari nada yang tinggi ke nada yang rendah. 3. Pendulous adalah garis melodi yang bergerak dengan membentuk lengkungan (melengkung setengahlngkaran). 4. Terraced (berjenjang) adalah garis melodi yang membentuk gerakan berjenjang seperti anak tangga. 5. Statis (level) adalah melodi yang gerakan-gerakan intervalnya terbatas atau garis melodi yang bergerak datar atau statis. 186 Dari kelima jenis kontur di atas, maka kontur pada lima sampel lagu adalah seperti berikut ini: (a) Kontur Lagu Ditakko Ho Rahakki, gabungan pendulum dan statis. (b) Kontur Lagu That’s Why gabungan antara pendulum dan statis. (c) Kontur Lagu Lady, gabungan statis, pendulum, dan asending. (d) Kontur Lagu She’s Gone, gabungaan statis, pendulum, dan asending. (e) Kontur Lagu Maria, gabungan antara statis, disending, dan pendulum (f) Kontur lagu Marian gabungan antara statis, disending, dan pendulum. Dengan demikian kalau kita perhatikan kontur keenam lagu ini, antara lagulagu populer Batak Toba dengan lagu-lagu populer Barat yang lagunya diadopsi dalam musik Batak, memiliki kesamaan kontur. Kontur ini juga yang menjadi struktur yang menghubungkan antara kedua jenis musik pop tersebut. 3.10 Perbandingan Garapan Teks Salah satu aspek yang menjadi pembeda penting antara tiga lagu musik populer Batak Toba dalam sampel studi ini dengan tiga lagu pop Barat yang melodinya diadopsi dalam musik pop Batak tersebut adalah garapan teks yang kemudian memberikan perbedaan dalam hal ritme, dan nada-nada yang digunakan. Aspek tekstual ini pula yabng menjadi identitas gaya masing-masing lagu. Selain juga didukung oleh faktor tema teks yang bisa saja jauh berubah, atau masih dekaat dengan tema teks pada musik populer Barat. Menurut penulis dalam proses menciptakan teks ini, terlebih dahulu para pencipta lagu pop Batak Toba, yang pertama kali tertanam di dalam memori dan 187 otaknya adalah aspek melodi yang didengarkan dari lagu pop Barat tersebut. Setelah itu ia mencoba memahami arti teks, atau sama sekali tidak mencoba memahami arti teks itu, tetapi lebih menekankan kepada aspek melodi dan unsurunsur musik lainnya seperti harmoni, akord, ritme, pola-pola ritme pada drum, jenis ritme yang digunakan, dan aspek-aspek sejenis. Setelah itu barulah ia menggarap teks berdasarkan kosa-kosa kata dalam bahasa Batak Toba, yang tentunya diiringi oleh unsur-unsur puitis, seperti persajakan (rima), gaya bahasa, penggarapan morfem, fonem, suku kata, dikaitkan pula dengan teknik silabik dan melismatik, dan seterusnya. Maka jadilah komposisi “baru” dalam bentuk lagu yang teksnya kosa-kosa kata Batak Toba, dengan mengadopsi melodi yang berasal dari musik populer Barat tadi. Contoh-contoh penggarapan melodi yang berasal dari musik pop Barat menjadi musik Batak Toba itu dapat dilihat dalam analisis berikut ini. (A) Lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why 1. Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki (1) Ho do namandokito (2) Tung maccai holong rohamtu au (3) Pos do rohakki di situ ho (4) Hu oloi do sude, akkanapinangido mi 2. Teks Lagu That’s Why (1) Baby won’t you tell me why (2) There is sadness in your eyes (3) I don’t wanna say goodbye, to you (4) Love is one big illusion, I should try to forget 188 Kedua cuplikan teks pada bait pertama masing-masing lagu di atas kemudian memiliki garapan yang khas di dalam bentuk melodi seperti analisis perbandingan berikut ini. 189 190 191 BAB IV MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA 4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian Nyanyian atau lagu adalah salah satu bidang kajian di dalam disiplin etnomusikologi. Lagu biasanya berkait erat dengan bahasa yang melatarbelakanginya, misalnya lagu-lagu berbahasa Inggris pastilah mencerminkan kebudayaan orang-orang Inggris atau masyarakat yang berbahasa Inggris di seluruh dunia, termasuk juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Demikian pula lagulagu Batak Toba tentu saja mencerminkan kebudayaan Batak Toba dan juga masyarakat Batak secara umum. Studi teks nyanyian berhubungan juga dengan makna-makna kebudayaan. Makna-makna ini ada yang sifatnya langsung dan sebagai makna sebenarnya atau makna denotatif, atau juga makna-makna lain atau makna konotatif di samping makna denotatif tadi. Dalam teks nyanyian terdapat kata-kata yang digayakan sesuai dengan nyanyiannya. Artinya adalah kata-kata yang terdapat dalam satu nyanyian biasanya dikomposisikan mengikuti alur melodinya. Misalnya untuk memanjangkan suku kata mengikuti beberapa melodi, yaitu dalam teknik melismatik, maka digunakanlah beberap nada untuk satu suku kata tersebut. Sebalinya jika satu suku kata diwakili oleh satu nada saja, maka teknik seperti ini disebut dengan silabik. 192 Teks nyanyian, biasanya agak berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat pendukung bahasa tersebut sehari-harinya, walau tetap memiliki hubungan kultural. Teks nyanyian ini kadangkala berkaitan dengan mantra yang sifatnya rahasia dan memiliki kaitan dengan dunia supernatural. Ada pula di antara teks nyanyian tersebut diciptakan berdasarkan kepada puisi-puisi yang lazim terdapat di dalam setiap kebudayaan, dengan ciri dan strukturnya yang khas. Ada pula teks nyanyian tersebut yang diciptakan secara bersama-sama dengan tujuan utama komunikasi verbal sambil bernyanyi dalam sebuah aktivitas tertentu. Misalnya lagu Rasa Sayange yang dinyanyikan dengan menggunakan pantun yang diciptakan secara spontanitas oleh setiap orang yang ikut di dalam nyanyian tersebut. Kajian terhadap teks nyanyian pastilah melibatkan kajian pula terhadap bahasa yang digunakan di dalam nyanyian tersebut. Kegiatan mengkaji teks nyanyian di dalam etnomusikologi berkait erat dengan disiplin linguistik dan sastra sebagai disiplin yang juga memberikan perhatian utama terhadap nyanyian dalam bentuk komunikasi verbal ini. Teks nyanyian juga mendapatkan perhatian dalam ilmu komunikasi. Bahwa teks nyanyian ini dapat dipandang sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal yang tumbuh dan berkembang di dalam kebudayaan masyarakat pendukungnya. Demikian pula yang terjadi di dalam kasus musik populer Batak Toba yang menjadi fokus kajian penulis dalam tesis ini. Teks nyanyian inilah sebagai ciptaan dan ciri khas dari lagu-lagunya, yang melodi dasarnya diadopsi dari budaya musik populer Barat. Teks nyanyian dalam bahasa Batak Toba ini tentu saja mencerminkan aspek-aspek kominikasi verbal di dalam konteks kebudayaan populer, dan industri musik. Tema yang selalu 193 dikembangkan dalam konteks ini adalah tema yang umum dan universal yang terjadi di dalam kebudayaan manusia. Di antara tema itu adalah jatuh cinta, putus cinta, pujian terhadap orang-orang yang dicintai, hubungan cinta yang tidak direstui, penghianatan cinta, kisah tentang manusia, dan hal-hal sejenis. Adapun lagu-lagu yang dikaji maknanya adalah keenam-enam lagu, yaitu tiga lagu berbahasa Inggris dan turunannya tiga lagu berbahasa Batak Toba. Studi ini penting untuk melihat sejauh apa kreativitas teks (puisi) untuk nyanyian yang dikembangkan oleh para pencipta lagu populer Batak Toba. Selain itu juga untuk melihat apakah temanya sama dengan teks lagu populer asalnya yang berbahasa Inggris. Atau teks tersebut juga merupakan terjemahan bebas dari teks asalnya. Atau tema yang diusung bahkan antonim (berlawanan) dengan teks nyanyian asalnya. Inilah yang menjadi menarik untuk dikaji dalam konteks ini. Seterusnya, struktur dan makna teks yang dikaji adalah mencakup keenam lagu itu, dengan urutan sebagai berikut. 1A. Lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung 1B. Lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh Michael Learn 2A. Lagu Lady yang dinyanyikan oleh Peniel Panjaitan 2B. Lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh Steelheart 3A. Lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band 3B. Lagu Marian yang dinyanyikan oleh The Cats 4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki Selengkapnya teks lagu Ditakko Ho Rohakki ini beserta terjemahannya di dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 194 (5) Ho do namandokito Kamu yang mengatakan sayang (6) Tung maccai holong rohamtu au Jadi semakin cinta hatimu padaku (7) Pos do rohakki di situ ho Teduhnya perasaanku saat ini bersamamu (8) Hu oloi do sude, akkanapinangido mi Ku lakukan semua apa yang kamu minta (9) Ditakko ho rohakki Kamu telah mencuri hatiku (10) Tung maccailambok do i Jadi semakin terasa lembutnya (11) Di husippon ho tu au Bisikanmu kepadaku (12) Cinta mati do au tu ho ito Cinta mati aku kepadamu (13) Maccai Las ma rohakkihujakkoncintami Semakin puasnya hatiku kau ucapkan perasaanmu (14) Ditakko ho rohakki Kamu telah mencuri hatiku Reffrain (15) Dang tarbahen au mangalupahon ho 195 Tak bisa ku lakukan untuk melupakanmu (16) Di umma ho di haol ho ito Kau cium dan kau peluk erat (13) Dang bolas au daosian ho ito Tidak sanggup aku jauh darimu (14) Nang perohamdaosian au Walaupun hatimu jauh dariku (15) Dang hurippu songoni pambahenan mi tu au Tak ku sangka begini perbuatanmu padaku (16) Sandiwara do hapesude Sandiwara ternyata semua itu (17) Ala dang tarbahen au mangalupahon ho Karena tak ada yang bisa ku perbuat melupakan dirimu (18) Ditakko ho rohakki Kamu telah mencuri hatiku Kembali ke reffrain (19) Sai hutamiangkon do hasian anggiat muba ho Selalu ku doakan kamu sayang semoga kamu berubah (20) Sotunggabe di jalo ho sapata, sapatakiito aeon mu do ito Jangan sampai kau mendapat karma, sakit hatiku kau akan terima Lagu Ditakko Ho Rohakki di atas terdiri dari dua puluh larik teks yang diatur sedemikian rupa, dengan ulangan pada bahagian reffrainnya, untuk tujuan menguatkan suasana komunikasi verbal dalam gaya nyanyian ini. Lagu ini 196 menggunakan kosa-kosa kata berupa kata-kata dalam bahasa Batak Toba yang mudah dicerna, tidak ambigu, dan lebih bersifat eksplisit ketimbang implisit. Katakata yang digunakan termasuk di dalamnya: subjek, kata ganti, kata kerja, kata sifat, dan lain-lainnya. Adapun tema dari lagu ini puji-pujian kepada kekasih hati yang telah berterus terang mengemukakan cintanya kepada si penyanyi. Dampak dari komunikasi langsung ini, maka si penyanyi menjadi semakin teduh perasaannya. Apa pun ia lakukan demi sang kekasih hati. Sang kekasihnya adalah si pencuri hati, artinya adalah telah mampu membuat getar-getar asmara di dada penyanyi tersebut. Dampak berikutnya adalah semakin terasa lembut bisikan cinta sang kekasih kepada penyanyi tersebut. Dampak berikutnya adalah cinta mati sang penyanyi kepada pujaan hatinya ini. Sang penyanyi pun merasa kepastiannya terhadap cinta yang tulus dan memiliki ketegaran yang kuat dari kekasihnya ini. Pada bahagian reffrain, dikemukakan tentang perasaan cinta yang terbalas dengan sempurna ini menyebabkan sang penyanyi tidak bisa melupakan kekasihnya, peluk dan cium eratnya (dalam ilusi), serta ia tak dapat jauh dari sang kekasih, yang artinya tidak dapat dipisahkan oleh apapun, meskipun seandainya sang kekasih menjauh dari dirinya, ia bertekad untuk terus dekat dengan pujaan hatinya ini. Namun demikian, kesetiaan cinta yang dibangun tersebut dikhianati oleh sang kekasihnya, yaitu berupa ekspresi tidak disangka-sangka sang kekasih hati hanyalah memainkan peran kepura-puraan atau bersandiwara saja. Namun di akhir teks nyanyian ini, sang penyanyi berdoa semoga saja kekasih pujaan hatinya tersebut berubah, tidak bermain sandiwara, mencintai secara tulus dan ikhlas. Sang 197 penyanyi pun berharap agar Tuhan tidak menimpakan karma atas perbuatan berpura-puranya tersebut. Demikian yang ingin disampaikan oleh teks nyanyian ini kepada pendengarnya. Tema utama lagu ini adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati, atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati sang penyanyi. Di sini tampak hukum sebab akibat. Pertama adalah pernyataan cinta dari sang kekasih, kemudian pernyataan tersebut dibalas pula oleh sang penyanyi. Dalam perjalanannya ternyata sang kekasih yang pertama kali mengemukakan cintanya tersebut hanya bversandiwara saja. Maka akibatnya sakit hatilah yang diterima oleh sang penyanyi. Namun sang penyanyi memiliki doa agar sang kekasih yang bersandiwara tersebut dapat berobah agar hukum Tuhan berupa karma tidak jatuh kepadanya. Inilah komunikasi yang coba dibangun berdasarkan sebab dan akibat atau hubungan kausal. 4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why Secara struktural lagu yang bertajuk That’s Why ini adalah seperti yang terurai berikut ini, disertai dengan terjemahan di dalam bahasa Indonesia pada setiap baris teksnya. (5) Baby won’t you tell me why Sayang tidak kamu ceritakan mengapa 198 (6) There is sadness in your eyes Ada kesedihan di dalam matamu (7) I don’t wanna say goodbye, to you Aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padamu (8) Love is one big illusion, I should try to forget Cinta adalah suatu kejadian ilusi, aku harus mencoba melupakan (9) But there is something left in my head Namun ada satu yang tersisa di kepalaku (10) You’re the one who set it up Kamu ajak untuk melakukan (11) Now you’re the one to make it stop Sekarang kamu malah berhenti (12) I’m the one who’s feeling lost righ now Aku salah satunya orang yang merasa kehilangan sekarang (13) Now you want me to forget, every little thing you said Sekarang kamu ingin aku melupakan setiap hal kecil yang kamu bilang (10) But there is something left my head Namun ada satu yang tersisa di kepalaku Reffrain (11) I want forget the way you’re kissing Aku ingin melupakan cara kamu mencium (12) The feeling so strong , we’re lasting for so long Perasaan begitu kuat, kita melakukannya begitu lama (13) But I’m not the main your heart is missing 199 Tapi bukan itu ku utamakan melainkan hatimu yang hilang (14) That’s why you go away, I know Itulah sebabnya caramu menjadikan jalan untuk pergi, aku tahu (15) You were never satisfied, no matter how I tired Kamu tidak pernah puas, tak peduli bagaimana lelahnya aku (16) Now you wanna say goodbye to me Sekarang kamu ingin ucapkan selamat tinggal padaku (17) Love is one big illusion, I should try to forget Cinta adalah suatu kejadian ilusi, aku harus mencoba melupakan (18) But there is somethinh left in my head Namun ada satu yang tersisa di kepalaku Kembali ke reffrain (19) Sitting here all alone in the middle of now now here Ku duduk sendirian di tengah lokasi ini dari sekarang (20) Don’t know which way to go Tidak tahu arah untuk pergi (21) There ain’t so much to say now between us Di sana tak bisa untuk mengatakan kejadian antara kita sekarang ini (22) There ain’t so much for you, there ain’t so much for me, anymore Di sana tak bisa lagi berkata untukmu, di sana tak bisa berkata lagi untukku, lagi. Lagu That’s Way seperti terurai di atas, secara struktural terdiri dari 22 baris teks yang saling jalin-menjalin kesatu dan membentuk bangunan teks nyanyian 200 secara utuh dan dapat dimaknai dengan eksplisit oleh setiap pendengar yang memahami bahasa Inggris. Lagu ini disusun oleh diksi (kata-kata) berupa: kata dasar, kata kerja, keterangan waktu, keterangan tempat, dan lain-lainnya. Ada juga kata-kata yang menggunakan teknik pelesapan yang lazim dijumpai dalam puisipuisi dan lagu-lagu berbahasa Inggris. Kata-kata itu di antaranya adalah: that’s pelesapan dari that is, don’t pelesapan dari do not, you’re pelesapan dari you are, won’t pelesapan dari kata will not. Ini memberikan efek puitis di dalam lagu tersebut. Adapun tema lagu ini secara keseluruhannya adalah seseorang (dalam hal ini penyanyi) dalam keadaan gundah-gulana di ambang perpisahan dengan kekasih hatinya, yang ingin memutuskan hubungan cinta mereka. Dimulai secara puitis wahai kekasih ada kesedihan yang terpancar kesedihan dari matamu. Kesedihan dari sinar mata ini jelas merujuk kepada makna sang kekasih ingin memutuskan hubungan asmara yang telah terjalin selama ini, dengan sebab-sebab tidak kuat lagi menanggung derita atas hubungan yang terjalin tersebut. Namun si penyanyi sebenarnya mempunyai keinginan dan cita-cita yang kuat untuk tidak meninggalkan sang kekasih. Tidak akan pernah terlontar dari hati dan mulutnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kekasih hatinya. Si penyanyi dipaksa kekasihnya untuk melupakan cinta tersebut sebagai senuah ilusi. Namun sebagimana dalam budaya Barat, yang berdasar kepada logika yang itu diikonkan dengan kepala, bahwa sang penyanyi menyatakan ada seuatu yang tersisa di dalam kepalanya artinya dalam pikiran kritisnya. Kemudian sang penyanyi memang ingin melupakan semua asmara yang telah terjadi selama ini, namun ia tidak bias melupakan kenangan atau memori 201 bagaimana sang pujaan hati menciumnya dalam masa yang relative lama menjalin hubungan asamara. Kata mencium (kissing) di sini adalah symbol penyatuan cinta sang penyanyi pada pujaan hati. Dengan gaya yang khas penyanyi menyatakan bukan penyatuan cinta dalam ciuman itu yang tidak bias dilupakannya, tetapi hilangnya hati sebagai simbol cinta yang selam ini telah terukir dengan indahnya. Di dalam teks berikutnya sang penyanyi juga menunjukkan sifat kritisnya atau penyebab dari retaknya hubungan cinta mereka yang berada di ambang perpisahan ini. Sang pujaan hati terlalu banyak menuntut sehingga lelahlah fisik dan jiwa sang penyanyi tersebut. Namun bagaimanapun sang penyanyi akan mencoba melupakan cinta yang pernah terjalin tersebut. Ia memandang cinta itu sebagai ilusi saja untuk dapat melupakanyya, walau di hati tentu saja sakit. Kemudian masih dalam konteks kultur Barat, sang penyanyi memikirkan secara kritis hubungan di ambang perpisahan ini. Ia duduk sendirian di tempat di mana mereka biasa memadu cinta dan kasih sayang. Sang penyanyi kehilangan arah di dalam merajut hidupnya, kekasih pergi. Hanya kesendirianlah yang menemai sang penyanyi di tempat penuh sejarah asamara ini. Gundah dan gulanalah hati sang penyanyi. Tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, nemun tiba-tiba terpancar kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, 202 maka kekasihnya memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta. Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini. 4.4 Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why Tema yang diusung di dalam kedua lagu ini adalah sama-sama mengenai cinta, dan juga cinta yang nyaris berada di ambang putus. Penyebab putusnya cinta pada lagu Ditakko Ho Rohakki adalah karena cinta palsu atau sandiwara dari pujaan hati. Sementara dalam lagu That’s Way penyebab putusnya cinta adalah karena begitu banyak dan kompleksnya tuntutan dari sang pujaan hati kepada penyanyi, yang ia tidak dapat memenuhi semua permintaaan dan kebutuhan dari sang kekasih dalam kopnteks membina jalinan asamara yang terjadi selama ini. Selanjutnya sebagai budaya Timur, teks lagu Ditakko Ho Rahakki sangat mengeksplorasi perasaan dalam percintaan, termasuk puji-pujian yang berlebihan. Kemudian perasaan ini tiba-tiba bertubah drastic akbibat kepura-puraan cinta. Dalam lagu ini aspek rasionalitas tidak begitu dikemukakan, lebih meluapkan perasaan. Sementara walau tetap mengenai cinta dan putusanya cinta dalam lagu That’s Way, syairnya bercirikan kebudayaan Barat, seperti kata bersiuman, memadu kasih di suatu tempat, dan juga sang penyanyi tak habis piker, mengapalah cinta yang begitu lama dan mendalam harus diputuskan karena tidak dipenuhinya berbagai macama kebutuhan yang kompleks dari sang kekasih. Itulah persamaan dan perbedaan dari dua lagu ini. 203 4.5 Struktur dan Makna Lagu Lady Secara structural lagu Lady dalam versi musik popular Batak Toba, selengkapanya dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut ini. (1) Lao ho dao sian au Kau pergi jauh dariku (2) Alani pambahenan hina so ture Karena perbuatanku yang tak bagus (3) Holongki, dang boi dao sian holongmi Kasihku, tidak bisa jauh dari kasihmu (4) Ngolukkon dang marhasoan, mago sudena ngadongi Hidupku tidak tenang, hilang semua yang sudah ada (5) Manolsoli au ito, salah ma au Menyesal aku jadinya, salahlah aku Reffrain: (6) Lady, sarihon au ito, rohakkisai hot do tu ho Lady, perhatikan aku, hatiku selalu untukmu (7) Lady, anju ma au ito, holongki holan di ho Lady, maafkan aku, cintaku hanya padamu (8) Lady, oh lady … Lady, oh lady … 204 (9) Lao ho dao sian au Kau pergi jauh dariku (10) Alani pambahenan hina so ture Karena perbuatanku yang tak bagus (11) Holongki, dang boi dao sian holongmi Kasihku, tidak bisa jauh dari kasihmu Lagu Lady dalam bahasa Batak Toba ini, secara struktural disusun oleh 11 baris teks, termasuk di dalamnya adalah bahagian refrain lagu. Teks yang menyusun lagu ini terdieri dari kosa-kosa kata dalam bahwa Batak Toba berupa: kata dasar, kata kerja, kata ganti orang, kata sifat, kata keterangan, kata keadaan, dan lain-lainnya. Kata-kata ini disusun sedemikian rupa menjadi larik-larik atau baris-baris teks. Kemudian baris ini menyusun bentuk teks secara keseluruhan. Namun yang menarik secara struktural, lagu ini menggunakan judul Lady, dan pada beberapa barisnya juga menggunakan kata Lady ini yang mengingatkan dan langsung mengasosikan para pendengar kepada lagu She’s Gone yang sama bentuk melodinya secara umum, dan juga menggunakan ulangan-ulangan kata dsengan gaya repetisi untuk kata Lady juga. Dengan demikian selain mengadopsi melodinya lagu Lady versi musik populer Batak Toba ini juga mengadopsi istilah Lady dalam bahasa Inggris ke dalam teks Toba. Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun, sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam 205 kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf. Dimulai dari sang kekasih pergi dari kehidupan sang penyanyi, akibat dari perbuatan penyanyi yang tak bagus (pambahenan hina so ture). Dampak kepergian sang kekasih ini adalah menimbulkan rasa rindu berupa ungkapan sang penyanyi sebenarnya tidak dapat berpisah jauh dengan kekasih pujaan hatinya yang dibuatnye menderita selama ini. Sang penyanyi pun merasa tidak tenteram sebagaimana ketika sang pujaan hati masih bersamanya, hilanglah semua keadaan yang telah dirajut bersama ini. Sang penyanyi pun menyesali (manolsoli) semua kelakuakn salah yang dibuatnya kepada sang kekasih selama ini, ia meminta maaf atas segala kesalahannya tersebut. Selanjutnya sang penyanyi masih terus mengharapkan cinta kekasihnya yang disebut sebagai Lady, dengan ungkapan perhatikanlah diriku kasih, hati dan cintaku hanya kepadamu, maafkanlah aku. Demikian rintihan hati yang diekspresikan melalui nyanyian oleh sang penyanyi. Tema ini juga mengusung cerita yang kausal, yaitu ada sebab dan akibat dalam konteks hubungan percintaan antara dua anak Adam di dunia ini. Pertama adalah terjalinnya hubungan cinta penyanyi dengan sang Lady. Dalam perjalanannya, sang penyanyi selalu membuat kesalahan-kesalahan yang disengaja. Akibatnya sang kekasih pergi menjauh dari dirinya. Dalam saat kepergian sang kekasih ini timbullah penyesalan sang p[enyanyi atas khilaf dan salahnya selama ini. Ia pun meminta maaf kepada kekasihnya. Namun bagaimana pun, cintanya hanyalah kepada sang kekasih hati. Ia masih berharap dan menunggu kedatangan 206 kembali sang kekasih hati yang disia-siakannya selama ini. Itulah rintihan hati sang penyanyi. 4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone Dari transkripsi teks nyanyiannya, lagu She’s Gone ini memiliki struktur seperti yang terurai berikut ini, beserta terjemahannya dalam bahasa nasional Indonesia. (1) She’s gone out of my life Kamu pergi dari hidupku (2) I was wrong, I’m to blame Aku yang salah, aku selalu salah (3) I was so untrue, I can’t live without her love Aku tak benar, hidupku hampa tanpa cintanya (4) In my life, there’s just an empty space Di hidupku, tersisa ruang hampa (5) All my dreams are lost, I’m wasting away Semua impianku hilang, aku terjatuh (6) Forgive me, girl … Maafkanku, gadis ….. Reffrain: 207 (7) Lady, won’t you save me, my heart belongs to you Gadis, jagalah aku, hatiku milikmu (8) Lady, can you forget me, for all I’ve done to you Gadis, maafkanaku, atas semua kesalahanku (9) Lady, oh lady … Gadis, oh gadis … (10) She’s gone, out of my life Kamu pergi, dari hidupku (11) Oh, she’s gone, I find it so hard to go on Oh, kamu pergi, ku kehilangan arah (12) I really miss that girl, my love Ku merindukanmu gadis, cintaku (13) Come back in to my arms, I’m so alone Datanglah kepadaku, aku sendirian (14) I’m begging you, I’m down on my kness Aku mohon, aku berlutut (15) Forgive me, girl.. Maafkan aku, gadis.. Secara struktural lagu She’s Gone seperti terurai di atas, disusun oleh kosakosa kata yang lazim dan umum digunakan dalam bahasa Inggris. Kata-kata yang digunakan di dalam lagu ini selain umum juga memiliki unsur-unsur puitisnya sendiri. Kata-kata yang menyusun lagu ini terdiri dari kata dasar, verbal, kata ganti, kata keadaan, dan lain-lainnya. Untuk menguatkan efek puitisnya, lagu ini 208 menggunakan kata-kata pelesapan yang umum digunakan dalam bahasa Inggris, seperti can’t pelesapan dari kata can not; I’m dari kata I am; She’s dari kata She is. Begitu juga pemilihan kata dalam konteks puitis ini muncul dalam diksi kata: empty space (ruang hampa); drems (impian), dan sejenisnya. Itulah yang mau cicapai oleh teks nyanyian lagu ini. Tiap baris teks terdiri dari tiga sampai sembilan kata. Seluruhnya terdiri dari 15 baris teks yang jalin menjalin membentuk sebuah keutuhan teks yang bernas. Pada lagu ini bait demi baitnya bercerita dengan gaya yang puitis sekali. Walau demikian kosa-kosa katanya adalah kosa kata umum yang dijumpai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berbahasa Inggris, dan tidak sulit untuk memahami makna-maknanya. Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya. Selanjutnya ia memohon ikepada kekasihnya untuk kembali kepadanya dengan cara menjaga hatinya seperti yang dilakukan selama ini, dan secara repetitif meminta maaf atas segala kesalahannya. Di akhir lagu ini, sang penyanyi bermohon kepada kekasihnya untuk kembali lagi, sembari minta maaf. 209 4.7 Perbandingan Teks Lagu Lady dan He’s Gone Di dalam kedua lagu ini, tampak jelas hubungan tema garapan yang sama dan cerita yang sama pula. Selain itu, kesamaan lainnya adalah pada penggunaan judul lagu Lady yang merujuk kepada kosa kata repetitif yang terdapat di dalam lagu She’s Gone. Tema keduanya sama yaitu seorang kekasih (perempuan) meninggalkan pujaan hatinya (sang penyanyi). Respons ini adalah akibat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi selama ini dalam mrangka merajut cinta dan kasih sebagai dua sejoli Anak Adam di dunia ini. Ketika sang kekasih pergi meninggalkan sang penyanyi, di sinilah dimulainya penyesalan dan munculnya rasa rindu dan kehilangan terhadap kekasih yang sebenarnya amat dicintainya. Oleh karena itu sang penyanyi berharap sangat agar sang keasih kembali kepadanya, sembari emminta maaf yang sebesar-besarnya. Apa yang dapat dikaji dalam kenyataan ini, lagu Lady dalam musik pop Batak Toba, selain mengadopsi melodi lagu She’s Gone juga sekaligus mengadopsi tema lagu She’s Gone tersebut. Bisa dikatakan bahwa lagu Lady Batak Toba adalah “terjemahan tema langsung” dari teks lagu She’s Gone. Ini juga memperkuat kesan bahwa lagu Lady memang berasal dari lagu She’s Gone. 4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria Berdasarkan strukturnya, lagu Maria yang terdapat di dalam kebudayaan musik populer Batak Toba, yang ditranskripsi dari album lagunya, adalah seperti yang terurai di bawah ini (beserta terjemahan masing-masing barisnya di dalm bahasa Indoensia). 210 (1) Nang pe naung muli ho ito hasian Walaupun kamu sudah menikah kekasihku (2) Nang pe dao ho sian au Walaupun kau jauh dariku (3) Anggo roha hu sai hot doi tu ho Tapi perasaanku selalu hanya untukmu (4) Sahat rodi na lao mate au Sampai akhir hayatku (5) Manghirim au diharorom hasian Aku berharap kedatanganmu kekasihku (6) Manghirim au dijanjimi Berharap aku akan janjimu (7) Nungnga martaon au paima ima ho Sudah bertahun-tahun aku menunggumu (8) Surat sabikbik pe so ro Tak ada selembar surat pun yang datang (9) Sai holan na marsak au ito Hanya malas-malasan aku sayang (10) Sipata sai ro do tu nipikku bohi mi Terkadang wajahmu sering hadir di mimpiku (11) Maria taringot au naung salpui 211 Maria, teringat aku waktu dulu (12) Maria sega nai pikkiran hi marningot ho Maria, sangat hancur pikiranku mengingat dirimu (13) Maria didia ho Maria di manakah engkau (14) Sai … Usai … . Secara struktural lagu Maria dalam bahasa Batak Toba tersebut dibangun oleh baris-baris teks sebanyak empat belas larik. Kesmua barisnya disusun oleh katakata yang lazim digunakan dalam komunikasi pada masyarakat Batak Toba. Adapun kata-kata dalam bahasa Batak Toba yang digunakan di dalam lagu ini di antaranya adalah: kata ganti orang, nama yaitu Maria, kata kerja, kata keadaan, kata keterangan waktu, kata sifat, dan lain-lainnya. Diksi yang digunakan di dalam lagu ini sepenuhnya adalah bahasa Batak Toba. Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta it uterus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi. Setersunya, walaupun sang kekasih telah menikah dengan orang lain, sang penyanyi masih mengharapkan datangnya sang kekasih ke dalam kehidupannya walau sebentar saja, seperti yang pernah dijanjikan oleh kekasihnya tersebut. Sebuah pengharapan yang semestinya tidak perlu diwujudkan sebagai seorang manusia yang percaya kepada takdir Tuhan. Namun sebagai manusia biasa rasa 212 rindu itu selalu bergelayut di dalam diri sang penyanyi. Harapan kekasih datng pun walau selembar surat sudah dapat mengobati rindu sebenarnya. Karena kerinduan akan hadirnya sang kekasih, maka tiada gairah hidup sang penyanyi, ia hanya malas-malasan saja. Ia pun selalu terbayang-bayang wajah sang kekasihnya tersebut, terutama di dalam mimpi. Ia pun mencurahkan rasa cintanya tersebut dengan memanggil pujaan hati, Maria. Ia teringat kepada masa lampaunya ketika ia merajut kenangan manis dengan Maria. Namun kenangan itu membuat dirinya hancur lebur. Selain itu ia pun mengalami kerinduan yang luar biasa dengan menyebut dan bertanya di manakah gerangan engkau Maria. Teks yang dibangun dalam lagu Maria dalam budaya musik populer Batak ini, tetap bertema cinta. Lebih tepatnya adalah jodoh yang ditentukan Tuhan, adalah kekasih hati nikah dengan orang lain. Namun kerinduan terus bergelayut di dalam kehidupannya. Ia memastikan bahwa cintanya adalah abadi untuk sang kekasih. Namun sebagai manusia ia tidak dapat menepis rasa rindu tersebut. Demikian makna yang disampaikan oleh teks nyanyian ini. 4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian Secara struktural, lagu Marian yang berbahasa Inggris dan dinyanyian oleh kelompok musik The Cats ini, berdasarkan transkripsi teks lagu, selengkapnya adalah sebagai berikut (disertai terjemahan bahasa Indonesia, dari baris ke barisnya). 213 (1) Here are the roses that I brought you, my love? Ini adalah mawar yang aku bawa untuk kamu, cintaku (2) Where are the poems that I wrote? Dimana puisi-puisi, yang saya tulis? (3) You cast your eyes down when I watch you, my love Kamu membuang matamu ke bawah ketika saya mengamati anda, cinta ku (4) Have I been to long on the road? Saya telah lama di jalan? Reffrain: (5) I came back to find a stranger in tears Aku datang kembali untuk menemukan, orang asing menangis (6) She was once the girl I used to know, for some years Dia adalah gadis yang saya kenal, dalam beberapa tahun (7) Marian, tell me you still care for me Marian, katakan padaku kamu masih peduli untukku (8) Marian, remember how good those days used to be Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu (9) Marian, for don't you retreat Marian, akhirnya tidak dipungkiri kamu mundur (10) What kind of music fills your head now my love? Jenis musik apa menpengaruhi pikiran kamu sekarang cintaku? (11) What kind of place became your mind? Apa yang menjadi pikiran kamu? (12) You tried to find out 'bout your feelings my love 214 Kamu mencoba untuk menyadari bahwa perasaanmu mencintaiku (13) Were you ever thinking of mine? Apakah kamu pernah mengingat aku? Kembali reffrain: (14) Marian, tell me you still care for me Marian, katakan kamu masih peduli padaku (15) Marian, remember how good those days used to be Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu Struktur lagu Marian dalam bahasa Inggris ini dibentuk oleh lima belas baris teks. Kelima belas baris teks tersebut disusun oleh berbagai jenis kata seperti: nama orang yaitu Marian, kata kerja, kata ganti orang, kata kerja, kata sifat, keterangan waktu, dan lain-lainnya. Diksi yang digunakan di dalam lagu ini juga menggunakan unsur puitis, seperti penggunaan persamaan bunyi (rima) di ujung-ujung baris, demikian pula gaya bahasa (seperti gaya babahasa repetitif, metafora, dan lainnya). Bunga mawar (roses) yang digunakan di dalam lagu ini juga secara semiotic adalah simbol dari cinta yang abadi selamanya, serta cinta yang suci seseorang kepada pujaan hatinya. Selanjutnya, tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya 215 ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama. 4.10 Perbandingan Teks Lagu Maria dan Marian Meskipun sama-sama mengusung tentang cinta, namun kedua lagu ini sebenarnya mengusung tema yang agak berbeda. Lagu Maria dalam bahasa Batak Toba lebih menonjolkan kisah cinta di masa lalu yang indah, namun sang kekasih sudah menikah dengan orang lain, tinggallah sang penyanyi kesendirian di dalam kerinduannya kepada sang kekasih. Lagu Marian dalam bahasa Inggris temanya adalah mengingatkan sang kekasih akan indahnya cinta yang mereka rajut di masa dahulu, yang ini hendak dihilangkan dari memori sang kekasih. Sang penyanyi berharap kenangan indah itu diulang kembali. Selanjutnya memori indah di masa lampau itu, dalam lagu Maria membuat dampak terus teringat dan inginnya datang sang kekasih walaupun hanya sepucuk surat saja untuk pengobat rindu. Namun dampak lainnya adalah sang penyanyi hanya bermalas-malasan tanpa gairah hidup dan bekerja di dunia ini. Sementara di dalam lagu Marian kisah cintah dan kenangan indah masa lampau itu perlu dikenang dan diualng lagi dengan sejuta harapan. Di sini tampak adanya gairah hidup berdasarkan sejarah biografi masa lampaunya. Itulah titik perbedaan utama di antara keddua lagu yang berkaitan ini. Titik perbedaan lainnya adalah kalau di dalam lagu Maria Batak Toba penyanyi menyadari tentang nasibnya yang tidak berjodoh dengan kekasih hati itu sudah menjadi takdir dalam hidupnya. Jadi ia sangat meyakini akan takdir Tuhan. Di dalam lagu Marian, hubungan antara cinta, manusia, dan takdir Tuhan, tidak diungkap di sini. 216 Selain perbedannya ternyata kedua lagu ini memiliki kesamaan, yaitu kenangan indah tentang cinta di masa lampau. Kenangan itu pastilah tidak dapat dilupakan oleh kedua anak manusia ini. Dengan kajian seperti diuraiakn di atas, maka perbandingan struktur, tema, makna tiga lagu populer Batak Toba dan tiga lagu populer pada musik Barat, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Perbandingan Struktur, Tema dan makna Tekstual Tiga Lagu Pop Batak dengan Tiga Lagu Pop Barat No/Lagu 1A. Ditakko Ho Rohakki Struktur Tema dan Makna 20 larik dengan bahasa Tema utama lagu ini adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati, atas pernyataan verbal cintanya Batak Toba kepada penyanyi, yang kemudian diresponss dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya secara tidak sungguhsungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati sang penyanyi. 1B. That’s Way 20 larik memakai baha- Tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang penyanyi dengan sa Inggris kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta. Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini. 217 Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun, sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf. 2A. Lady 11 larik menggunakan bahasa Batak Toba, tetapi menyerap kata Lady yang merujuk kepada lagu She’s Gone 2B. She’s Gone 15 larik menggunakan Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan kosa-kosa kata dalam asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar bahasa Inggris atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta itu terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi. 3A. Maria 14 larik menggunakan kosa-kosa kata dalam bahasa Batak Toba, dan menyerap kkata Maria yang merujuk langsung kepada lagu Marian. 3B. Marian 15 larik menggunakan tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang kosa-kosa kata dalam hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian bahasa Inggris pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama. . 218 BAB V RESPONS PENDENGAR DALAM BUDAYA BATAK DENGAN KASUS DI SIDIKALANG 5.1 Apresiasi Menurut pendapat Alwi(2003:62) yang mengatakan bahwa;”apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya serta penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Soeharto(1992:4) mengatakan bahwa:”apresiasi adalah usaha atau kegiatan untuk meningkatkan kecintaan dan penghargaan para peserta terhadap karya-karya seni dalam suatu bidang tertentu. Bila dikaitkan dengan musik berarti apresiasi adalah penghargaan terhadap karya seni musik. Dalam mengapresiasikan karya seni seseorang ikut mengetahui seluk beluk musik secara mendalam, artinya seseorang tersebut bukan hanya mendengar secara pintas tetapi lebih jauh sipendengar dapat memberi penilaian tehadap karya seni musik yang didengar baik dari segi karakter, estetika, ide maupun gagasan yang terkamdung dalam musik tersebut. Pada saat mengapresiasikan musik, sipendengar berusaha menyelami cita rasa dan keindahan yang terkandung dalam musik tersebut. Dalam hal ini apresiasi menurut jiwa atau perasaaan kedalam ide atau gagsan yang tertuang dalam musik tersebut serta mampu menbandingakan citarasa keindahan si penciptanya. Penilaian dalam mengapresiasikan musik umumnya bersifat positif, artinya sipendengar memndang musik berdasarkan keindahannya (nialai estetisnya). Maka 219 apresiator didalam jiwanya akan timbul rasa penghargaan atau cinta terhadap karya musik yang diapresiasikannya. Dari uraian pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian apresiasi adalah suatu penghargaan atau penilaian untuk meningkatkan kecintaan terhadap karya-karya seni maupun sastra serta jenis karya cipta manusia. Ada 4 langkah dalam mengapresiasikan musik, yaitu: a. Pengamatan Pengamatan adalah suatu rangsangan dari benda/objek yang diamati, apakah melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, maupun perabaan. b. Tanggapan Tanggapan adalah suatu reaksi (respon) terhadap rangsangan yang dating, selain itu tanggapan terjadi akibat adanya kesan-kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan penghayatan yang dalam (interprestasi). c. Penilaian Penilaian dalam apresiasi adalah merupakan pertimbangan berdasarkan kaidahkaidah yang berlaku. Pertimbangan yang dilakukan berlandaskan pada unsur-unsur musik seperti: melodi, ritme, harmoni, ekspresif dan syair. d. Penghargaan Penghargaan dalam apresiasi adalah merupakan kegiatan akhir dari aktifitas penilaian terhadap objek yang diapresiasikan. Penghargaan didalam mengapresiasikan tidaklah melihat objek tersebut dari keburukan atau kesalahankesalahan, melainkan memandang dari positifnya saja. 220 Jelaslah bahwa apresiasi musik adalah merupakan daya individu untuk mengamati, menghayati, menanggapi, menilai dan menghargai karya seni musik dari sudut keindahan yang terkandung didalam karya musik tersebut Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah respons pendengar keenam lagu tersebut, yakni tiga dari musik populer Batak Toba dan tiga lagi dari musik populer Barat, yang memiliki kaitan asal-usul. Untuk mengkaji mengenai respons pendengar ini, penulis menggunakan teori belajar behavioristik, yang lazim digunakan di dalam ilmu psikologi, terutama dalam kaitannya dengan aspek sosial dan pendidikan. Dalam menerapkan teori ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dan mengkaji respons para responsden melalui kuesioner yang dibagikan. Kuesioner yang disusun terdiri dari 25 pertanyaan seputar pengetahuan para responsden terhadap lagu dan penyanyi baik dalam budaya pop Batak Toba maupun budaya pop Barat sebagai asal-usul melodinya. Setiap kuesioner dibagikan kepada 50 responden (kecuali lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why diabgikan kepada 40 responden). Pertanyaan yang penulis desain bertujuan utama untuk mendapatkan sejauh mana respons para pendegar lagu-lagu sampel tersebut di atas. Setiap lagu yang memiliki hubungan, maka dibuat dalam sebuah kuesioner. Jawaban yang didisain, selain berupa jawaban tertutup, juga disediakan jawaban yang terbuka, untuk memberikan ruang bagi para responden agar dapat mencurahkan apa yangdiketahuinya dengan komunikasi tulisan yang terstruktur dan terarah. 221 Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didisain sedemikian rupa ini, maka hasilnya dapat dilihat pada uraian-uraian baik berupa kalimat demi kalimat dan tabel-tabel berikut ini. 5.2 Respons terhadap Lagu Ditakko Do Rohakki dan That’s Way Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para responden adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho Rohakki? a. Tahu b. Tidak tahu Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack Marpaung ? a. 2 - 3 tahun b. 3 - 4 tahun c. 1- 2 Tahun I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . I. Jack Marpaung adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho Rahakki, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu pencipta lagu Ditakko Ho Rahakki, tuliskanlah nama penciptaya, ................................... Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh JackMarpaung? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack Marpaung ? a. bahasa liriknya b. Melodi lagu c. Irama lagu Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung ? a. pernah b. Tidak pernah Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? a. sangat suka b. Tidak suka c. Suka Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh JackMarpaung ? a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda c. Penyanyinya berpenampilan menarik d. Alasan lain. Tuliskan.................................................................................................... .................................................................................................................. 222 10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung. a. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba b. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi c. Penyanyinya kurang menarik penampilannya d. Alasan lain. Tuliskan, ................................................................................................................ 11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan JackMarpaungadalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti? a. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu 12. Tahukah anda lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. Tahu b. Tidak tahu 13. Pernahkah anda melihat video klip lagu “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Pernah b. Tidak pernah 14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. 1 - 2 tahun b.Lebihdari 2 tahun c. Kurang dari 1 Tahun 15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . (Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu That’s Why yang dinyanyikan ole Michael Learn To Rock) 16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup Michael Learn To Rock? a. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu 17. Sukakah anda dengan lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka 18. Jika anda sudah mendengar lagu “Ditakko Ho Rohakki” yang dinyanyikan Jack Marpaung dan “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu 19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi JackMarpaung dengan lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock? a. Melodi lirik b. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama c. Total musikalitas 20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack MarPaung dengan lagu Thats Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu 21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? a. Jack Marpaung b. Michael Learn To Rock c. Tidak tahu 22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing di ubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang berlaku di Indonesia? a. Tidak boleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan 23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... 223 ............................................................. 24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia ? a. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta b. Tidak peduli sama sekali c. Hanya ingin sekedar tahu 25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu Berikan alasan anda .................................................................................................................. Respons atau jawaban 40 responden yang kesemuanya mengembalikan kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.1 berikut ini. 224 Tabel 5.1: Sebaran Jawaban dari 40 Responden tentang Lagu Ditakko Do Rohakki dan That’s Way QUISIONER RESPONS (JAWABAN) DARI RESPONDEN LAGU DITAKKO HO ROHAKKI OLEH JACK MARPAUNG DAN LAGU THAT'S WHY OLEH MICHAEL LEARN TO ROCK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RESPONSDEN 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 a b a a a b b a a a a a b b b b b a a a 2 c c c c c c c c c a a a c c c c c 3 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 5 a b a b b c a a a a b b a a a b a a a b 6 a a a b a a a a a a c b a a a a a a a a 7 b b a a b b b b b b b b a a a a b b b b 8 b c c c b b b c b b b c c c b b b 9 d a b a d a b b b a a d d d 10 d d a b b b d d 11 c c 12 a b 13 b b 14 c c 15 b b b 16 b c 17 a 18 a c b a d b c b b a a c b b b b b c c c c b b b a a a a a a a a a a a b b b b a b b b b b b a b b a a a a b b b b b b c c a a c b b b b c c c c b b b b b b b b b b b b b b b b b b c c b b b a a b c c b b b c b c c b a b a a a a a a a b a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 19 a a b b b b b a b a a a b b b a a a a b 20 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 21 c b b b b b b b c c b b b b b b b c b b 22 c b a a a a a b c c a a c c b b a a a 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 a 25 a √ √ √ a c c c a c a a a c c a a a a a a a a a c c c c c a c a a a a a a a a a a a 225 JAWABAN DARI RESPONDEN DITAKKO HO ROHAKKI OLEH JACK MARPAUNG DAN LAGU THAT'S WHY OELH MICHAEL LEARN TO ROCK RESPONSDEN 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 b a b b b b a a a a a a a b a a a a a a 2 c c c c c c c c c c c c a b c b 3 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b a b b b b b b b a b b b 5 c b b b a a a a b a b b b a b a a a a b c c a a a a a a a a a a a a a a a b a a a b a b b b a a a a a a c c c c b c a b c c c b a d a a a d d d d d c a d d d d c c b d b b b a b c b a b 6 7 b a b b 8 b c b b a c QUISIONER 9 10 a 11 c 12 a 13 14 c b d a c d c a b b b b b b b b a a a b a a a a a a a a a a b a a a b b b b a a a a a b b b a a b b a a a c a c b c a c b a c b b a c b b b b b b b b b b a b b b b b 15 d d d b 16 c a b b c c b b b b b b b b a b c b a a 17 c a a a a a a a a a a a a a a a c a a a 18 a a a a a a a a a a a b a a a a a c a a 19 b b b b b c a b b b a b a b a c a b a 20 a a a a a a b a a a c a a a a a a a a a 21 c c b b c c b b b b b b b b b b c b b b 22 b b a a a a b b a b a a b a a a b a a 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 a a a c c c a a a a a a a a a c a a a 25 a a a c c a c c a a b a a c a a a a 226 Tabel 5.2: Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Ditakko Do Rohakki dan That’s Way JUMLAH JAWABAN A B C D KOSONG 1 26 14 - - - 2 4 2 27 - 7 40 - - 3 A B 1 65% 35% 2 10% 5% 3 C D 67,5% KOSONG 17,5% 100% 4 2 37 - - 1 4 5% 92,5% 5 24 14 1 - 1 5 60% 35% 2,5% 2,5% 6 32 3 3 - 2 6 80% 7,5% 7,5% 5% 7 17 23 - - - 7 42,5% 57,5% 8 2 16 16 - 6 8 5% 40% 40% 15% 9 12 4 2 15 7 9 30% 10% 5% 37,5% 17,5% 10 3 5 5 11 16 10 7,5% 12,5% 12,5% 27,5% 40% 11 5 24 10 - 1 11 12,5% 60% 25% 12 30 9 - - 1 12 75% 22,5% 2,5% 13 14 24 - - 2 13 35% 60% 5% 14 7 10 16 - 7 14 17,5% 25% 15 1 35 - - 4 15 2,5% 87,5% 16 6 22 12 - 16 15% 55% 30% 17 36 2 2 - 17 90% 5% 5% 18 38 1 1 - 18 95% 2,5% 2,5% 19 16 21 2 - 19 40% 52,5% 5% 20 38 1 1 - 20 95% 2,5% 2,5% 31 9 - 21 77,5% 22,5% 11 5 - 27,5% 12,5% 21 22 23 22 √ 34 24 29 25 26 - 1 2 6 1 QUISIONER QUISIONER PERSENTASE 22 23 55% 2,5% 40% - 1 24 72,5% 11 - 2 25 65% 2,5% 5% 15% 25% 2,5% 17,5% 10% √ 85% 10 2,5% 27,5% 2,5% 5% 227 Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho Rohakki? Sebanyak 26 orang dari 40 orang responden menyatakan tahu, sisanya 14 orang tidak tahu. Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini yaitu sebesar 65 % dibandingkan yang tidak tahu hanya 35 persen saja. Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack Marpaung? Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun. Hasil respons mereka adalah, sebahagian besar yaitu 27 responden (67,5%) memilih telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka mengenal lagu ini dalam masa yang relative paling singkat dibanding dua jawaban lainnya. Responden lain yaitu memilih mengenal lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 4 orang (10%) saja dari 40 responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relative lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 2 orang saja (5%) dari keseluruhan responden. Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? Denagn dua jawaban pilihan tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu 40 responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para pendengar setia ini paham betul bila awal kali Jack Marpaung mendendangkan dan memasarkan kasetnya yang berisi lagu tersebut. 228 Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Jack Marpaung adalah salah satu penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho Rahakki, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutu a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil jawaban responden adalah 37 responden (92,5%) mengetahui penciptanya. Sementara dua orang (5%) tidak tahu dan satu orang (2,5%) tidak mengisi atau tidak member responsnya. Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini cukup baik terhadap siapa penciopta lagunya. Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack Marpaung? Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu. Respons para responden adalah sebanyak 24 orang (60%) mengerti; diikuti oleh 14 orang (35%) kurang mengerti, dan sisanya 1 orang (2,5 %) tidak tahu, dan 1 orang (2,5%) tidak menjawab. Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack Marpaung? Disediakan jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden adalah mayoritas 32 responden (80%) yang mendasari adalah bahasa liriknya. Seterusnya masing-masing 3 responden (7,5%) menjawab melodi lagu dan irama lagu. Yang tidak menjawab adalah dua orang (5%) dari keseluruhan responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini adalah karena factor teks atau lirik. Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung? Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak 229 pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 17 orang (42,5) menyatakan pernah dan 23 orang (57,5%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian separuh lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu tersebut. Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan JackMarpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka. Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu sebagai berikut. Sebanyak 2 orang (5%) menyatakan sangat suka, disusul 16 responden (40%) menyatakan tidak suka, sebanyak 16 orang (40%) menyatakan suka dan selebihnya 6 orang (15%) tidak memberikan responsnya. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c. penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain, di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 12 orang (30%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat music Toba serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 4 responden (10%) menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu, sebanyak 2 orang (5%) memilihnya karena alas an 230 penyanyinya dalam hal ini Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu sebanyak 15 orang (37,5%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak 7 orang (17,5%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini. Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda (sebagai responden) tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai jawaban terbuka, yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian sebanyak 5 orang (12,5%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya tradisi. Kemudian sebanyak 5 responden (12,5 %) menjawab penyanyinya kurang menarik penampilannya. Selain itu ada yang mengisi jawaban terbuka yaitu sebanyak 11 orang (27%) dengan persepsinya masing-masing. Ada pula sebesar 16 responden (40%) memilih tidak menjawab pertanyaan ini, sebab ia memang menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya pastilah ia tidak meresponsnya. Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki menggunakan bahasa Inggris apakah anda mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 5 orang (12,5%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 24 responden (60%) menyatakan kurang mengerti. 231 Disusul sebesar 10 orang (25%) menyatakan dengan terus-terang tidak tahu. Sisanya 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai responden) lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? Yang disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah sebagai berikut. tahu. Kemudian sebanyak sebanyak Sebanyak 30 (75%) responden menyatakan 9 orang (22,5%) menyatakan tidak tahu, dan sisanya 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Yang menarik dari sini adalah mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa Michael Learn To Rock. Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat video klip lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Pertanyaan ini diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para responden adalah Sebanyak 14 orang (35%) menjawab pernah, disusul 24 responden (60%) menyatakan tidak pernah. Sisinya yaitu 2 orang (5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain, seperti televisi, radio, atau internet. Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda (responden) mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari 2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. 232 Sebanyak 7 responden (17,5%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 10 orang (25%) menjawab lebih dari dua tahun. Setelah itu 16 responden (40%) menjawab kurang dari setahun. Di sisi lain sebanyak 7 orang (17,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Jawaban yang diberikan adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar 1 orang (2,5%) saja yang tahu, kemudian mayoritas 35 orang (87,5%) tidak tahu, dan sisanya 4 responden (10%) tidak mejawab pertanyaan ini. Pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup Michael Learn To Rock? Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden (15%) menjawab mengerti, disusul 22 orang (55%) tidak mengerti, dan 12 orang (30%) menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan, tak seorang pun yang tidak menjawab. Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? Pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak 36 orang (90%) menjawab suka, kemudian 2 orang (5%) kurang suka, dan 2 orang juga (5%) tidak suka. 233 Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah mendengar lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dan That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden (95%) menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2,5%) menyatakan tidak ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 1 orang (2,5%) menjawab tidak tahu. Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi JackMarpaung dengan lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas. Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 16 responden (40 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 21 orang (53,5%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama. Seterusnya sebanyak 2 orang (5%) menyatakan kesamaan total musikalitas, serta 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden, samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c. tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini 234 adalah: sebanyak 38 responden (95%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2,5%) menjawab tidak sama, dan 1 orang (2,5%) menjawab tidak tahu. Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a. Jack Marpaung, b. Michael Learn To Rock, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari para responden adalah sebagai berikut: 0tidak satu respondenpun yang menjawab Jack marpaung. Ada sebanyak 31 responden (77,5%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali diciptakan oleh Michael Learn To Rock, selebihnya 9 orang (22,5%) menjawab tidak tahu. Dari jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa pencipta sebelanrnya awal kali lagi ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b. kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (55%) menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 11 orang (27,5%) menjawab kurang tahu, seterusnya 5 orang (15,5%) menyatakan diperbolehkan dan 2 orang (5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam 235 penelitian ini sebanyak 34 orang (85%) menuliskan isi tentang undang-undang tersebut. Sebanyak 6 orang (15 %) tidak mengisi. Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang (72,5%) menjawab peduli, kemudian 10 orang (25%) menjawab tidak perduli, dan 1 orang (2,5%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja. Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden (65%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 1 orang (2,5%) menyatakan tidak ada; seterusnya 11 orang (27,5%) tidak tahu, dan 2 orang (5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Demikian rerspons 40 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Ditakko Ho Rohakki bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu That’s Why dari budaya musik populer Eropa. Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu kedua yang juga memiliki hubungan struktural musikal yaitu lagu Lady Batak Toba dengan She/s Gone Barat. 236 5.3 Respons terhadap Lagu Lady dan She’s Gone Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para responden adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady? b. Tahu b. Tidak tahu Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan? b. 1-2 tahun b. 3 tahun c. Lebihdari 3 tahun I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? a. Tahu b. Tidak tahu II. Kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . I. Paniel Panjaitan adalah orang yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? b. Tahu b. Tidak tahu II. Kalau anda tahu pencipta Lady, tuliskanlah nama penciptanya …………………… Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh paniel Panjaitan? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu dan Lady yang dibawakan Paniel Panjaitan? a. bahasa liriknya b. melodi lagu c. irama lagu Pernahkah anda melihat atau mendengarkan klip lagu dengan judul dan Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan ? b. pernah b. Tidak pernah Sukakah anda akan lagu dan Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan ? b. Sangat suka b. Tidak suka c. Suka Apa alasan anda memahami dan menyukai lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan ? e. menggunakan bahasa, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. f. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda g. Penyanyinya berpenampilan menarik h. Alasan lain. Tuliskan................................................................................................ 10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan e. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba f. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi g. Penyanyinya kurang menarik penampilannya h. Alasan lain. Tuliskan, ................................................................................................................ 11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu lady menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti ? b. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu 12. Tahukah anda lagu “She’s Gone” yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Tahu b. Tidak tahu 13. Pernahkah anda melihat atau mendengarkan keseluruhan`klip lagu “She’s Gone” yang dinyanyikan Steelheart ? 237 b. Pernah b. Tidak pernah 14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. 1- 3 tahun b. Lebih dari 3 Tahun c. Kurang dari 1 Tahun 15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . 16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu 17. Sukakah anda dengan lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka 18. Jika anda sudah mendengar lagu Lady dan lagu She’s Gone , menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? b. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu 19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu She’s Gone dengan lagu Lady? d. Melodi lirik e. Lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama f. Total musikalitas 20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Lady dengan lagu She’s Gone ? b. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu 21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? b. Paniel Panjaitan b. Steelheart c. Tidak tahu 22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di Indonesia? b. TidahBoleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan 23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang HakCipta................................................................................................................................... ............................................................................................................................................. 24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia ? d. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta e. Tidak peduli sama sekali f. Hanya ingin sekedar tahu 25. Menurut pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? b. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu Berikan alasan anda .................................................................................................................. .................................................................................................................. Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini. 238 Tabel 5.3: Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Lady dan She’s Gone RESPONS DARI PENDENGAR LAGU LADY OLEH PANIEL PANJAITAN DAN LAGU SHE’S GONE OLEH STEELHEART RESPONSDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 1 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a b a a a a a a 2 b a c b b b a b b c c b b c c c c c c c b c a c c c 3 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 5 a a a a a a a a a a b b a a a a a a a b b a a b a a 6 a a a a a a a a a a b b a a b a a a a b b a a a b a 7 b a b b a a b a a b a a a b a a b a b b a b b a a a 8 c c c c a c c c c b c c a c c c c c c c c c c b c c 9 a d a d b b d d a a a d a b a d a d d a a a a a d b c c c 11 b b c b b b b b a b b b a b b b b b b b b b b b a b 12 b a a a a a a a a a a a b a a a a a b b a a b a a a 13 b a b a b a b a a b a a b b b b b a a b a b b b b a 14 c c c c b a a c b c c c c c c c c c c c b c c c c c 15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 16 a b a b b b a b a b b b a b b a b b c b b b b b a c 17 a a b b a a a a a b a a a a a a a a a a a a b a a a 18 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 19 a b b b b b a a b a a a a a a a b a b a b a b c b a 20 a a a a a a c a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 21 c b b b b b c b c c c b c b b b b c c b a b c c c b 22 a a b a a a a b a b b b a b b a b b c b b a b a b b 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 a a a b a a c c a c c c c a a a c a c a a a a a a a 25 a a a c a a c a a c a c a a a a b a a a a a c a a c KUESIONER 10 c c d d a 239 RESPONS DARI PENDENGAR LAGU LADY OLEH PANIEL PANJAITAN DAN LAGU SHE’S GONE OLEH STEELHEART RESPONSDEN 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 1 a a a b a b a a a a a a a a a b b a a a a a a a 2 c a c c a c a c a c a c c c c c c a b c c c a b 3 b b b b a b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 5 a b c b a a a a b a a c a b b a a b a a a a a a 6 a a b a a a b a b a a a a a a a b a a a a c a a 7 a a b a a a b a a b a b a b b b b a a b a a a a 8 c c c c c c c c b c c c c c c c c c c c c a c a 9 a a b a a a a b a a a a a a a a a a d b a b d a KUESIONER 10 d c 11 b b b b b b b b b a b b b b b a b b b a b a b b 12 a b b a a a b b a a a b a b b b a b a a a a b b 13 a b b a a a b b b a a b b b b b a b a b a a b b 14 c c c c a c c c c c c c c c c c a c a c c a c c 15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 16 c c b b c c b b b a a b b b c a b b b a b a b b 17 a a a a a b b a b b a a a a b a a b a b a a a a 18 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 19 c a a b a c a a b b a a b a c b c b a b c b b c 20 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 21 b c c a b c b c c b b c b c c c b b a b c b b b 22 c b a b b b a b b b a a b b b a a a a b c a a a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 23 24 a a a a c c a a c a a a a c a c c a c a a c a a 25 a c a a a c a a a a b a a a a a a a a a c c a a 240 Tabel 5.4: Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Lady dan She’s Gone A B 1 45 5 2 10 11 C D PERSENTASE KOSONG 29 A B 1 90% 10% 2 20% 22% 3 50 3 100% 4 50 4 100% C 37 11 2 5 74% 22% 4% 6 39 10 1 6 78% 20% 2% 7 30 20 7 60% 40% 8 4 3 8 8% 6% 9 31 8 9 62% 16% 10 1 10 2% 11 7 42 11 14% 84% 12 34 16 12 68% 32% 13 21 29 13 42% 58% 14 6 3 14 12% 6% 11 6 15 3 40 1 41 50 16 22 21 17 39 11 18 50 19 23 20 49 21 3 22 23 23 43 15 22% 12% 100% 17 78% 22% 18 100% 7 19 46% 1 20 98% 26 21 21 6% 52% 42% 25 2 22 46% 50% 4% 23 80% 82% 42% no 7 6% 2% 44% √ 43 KOSONG 86% 16 20 7 D 58% 5 QUISIONER QUISIONER JUMLAH JAWABAN 40% 14% 14% 2% No Ceklis 14% Ceklis 86% 24 33 1 16 24 66% 2% 32% 25 38 2 10 25 76% 4% 20% 241 Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady? Sebanyak 45 orang (90%) dari 50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 5 orang (10%) tidak tahu. Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini dibandingkan yang tidak tahu. Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan? Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun. Hasil respons mereka adalah, yaitu 10 responden (20%) memilih telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja. Responden lain yaitu memilih mengenal lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50 responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 29 orang (58%) dari keseluruhan responden. Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Dengan dua jawaban pilihan tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu 50 responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para pendengar setia ini paham betul bila awal kali Paniel Panjaitan mendendangkan dan memasarkan kasetnya yang berisi lagu tersebut. Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu: Paniel Panjaitan adalah orang yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil jawaban 242 responden adalah 50 responden (100%) mengetahui penciptanya. Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini cukup baik terhadap siapa penciopta lagunya. Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan? Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu. Respons para responden adalah sebanyak 27 orang (74%) mengerti; diikuti oleh 11 orang (22%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4 %) tidak tahu, dan 1 orang (2,5%) tidak menjawab. Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Lady yang dibawakan Paniel Panjaitan? Disediakan jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden adalah mayoritas 39 responden (78%) yang mendasari adalah bahasa liriknya. Seterusnya masing-masing 10 responden (20%) menjawab melodi lagu dan irama lagu. Yang tidak menjawab adalah satu orang (2%) dari keseluruhan responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini adalah karena faktor teks atau lirik. Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak pernah. Maka 50 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 30 orang (60%) menyatakan pernah dan 20 orang (40%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian separuh lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu tersebut. Seterusnya untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Untuk 243 pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka. Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu sebagai berikut. Sebanyak 4 orang (8%) menyatakan sangat suka, disusul 3 responden (6%) menyatakan tidak suka, sebanyak 43 orang (86%) menyatakan suka. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan? Untuk menjawab pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c. penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain, di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 31 orang (62%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 8 responden (16%) menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu, sebanyak 11 orang (22%) memilihnya karena alas an penyanyinya dalam hal ini Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu sebanyak memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak 15 orang (37,5%) 7 orang (17,5%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini. Setelah itu adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda (sebagai responden) tidak suka dengan lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya yang 244 menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai jawaban terbuka, yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang (2%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian sebanyak 6 orang (12%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya tradisi. Kemudian sebanyak 40 responden (80 %) menjawab penyanyinya kurang menarik penampilannya. Untuk pertanyaan kuantitatif berikutnya nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Lady menggunakan bahasa Inggris apakah anda mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 7 orang (14%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 42 responden (84%) menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 1 orang (2%) menyatakan dengan terus-terang tidak tahu. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai responden) lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Yang disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 34 (68%) responden menyatakan tahu. Kemudian sebanyak 16 orang (32%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa Steelheart. Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat video klip lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Pertanyaan ini diberi dua 245 jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para responden adalah sebanyak 21 orang (42%) menjawab pernah, disusul 29 responden (58%) menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain, seperti televise, radio, atau internet. Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda (responden) mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari 2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden (12%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 3 orang (6%) menjawab lebih dari dua tahun. Setelah itu 41 responden (82%) menjawab kurang dari setahun. Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Jawaban yang diberikan adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah keseluruhan responden yaitu 50 orang (100%) tidak tahu. Setersunya pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup Steelheart? Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (44%) menjawab mengerti, disusul 21 orang (42%) tidak mengerti, dan 7 orang (14%) menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan, tak seorang pun yang tidak menjawab. 246 Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak 39 orang (78%) menjawab suka, kemudian 11 orang (22%) kurang suka. Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah mendengar lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan dan She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden 50 orang (100%) menyatakan ada kesamaan Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Lady penyanyi Paniel Panjaitan dengan lagu She’s Gone penyanyi Steelheart? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas. Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 23 responden (46 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 20 orang (40%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama. Seterusnya sebanyak 7 orang (14%) menyatakan kesamaan total musikalitas. Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden, samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Lady yang dinyanyikan Paniel panjaitan dengan lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c. 247 tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 49 responden (98%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak sama. Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a. Paniel Panjaitan, b. Steelheart, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari para responden adalah sebagai berikut: 3 orang (6%) menjawab Paniel Panjaitan. Ada sebanyak 26 responden (52%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali diciptakan oleh Steelheart, selebihnya 21 orang (42%) menjawab tidak tahu. Dari jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tidak tahu siapa pencipta sebenarnya awal kali lagi ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hak cipta yang berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b. kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 23 responden (46%) menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 25 orang (50%) menjawab kurang tahu, seterusnya 2 orang (4%) menyatakan diperbolehkan. Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 33 orang (66%) menuliskan isi tentang undang-undang tersebut. Sebanyak 7 orang (14 %) tidak mengisi. 248 Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 33 orang (66%) menjawab peduli, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak perduli, dan 16 orang (32%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja. Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 responden (76%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 2 orang (4%) menyatakan tidak ada; seterusnya 10 orang (27,5%) tidak tahu. Demikian rerspons 50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Lady bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu She’s Gone dari budaya musik populer Eropa. Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu kedua yang juga memiliki hubungan struktural musikal yaitu lagu Maria Batak Toba dengan Marian dalam musik populer Barat. 5.4 Respons terhadap Lagu Maria dan Marian Untuk lagu Maria nyanyian Marsada Band dan hubungannya dengan lagu Marian, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para responden adalah sebagai berikut. 249 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Marsada Band dengan judul Maria ? c. Tahu b. Tidak tahu Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band ? c. 1- 2 tahun b. 3 tahun c. Lebih dari 3 Tahun I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun ... I. Marsada band adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut ? c. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu pencipta lagu maria, tuliskanlah nama penciptaya, ................................... Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada band? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan Marsada band ? a. bahasa liriknya b. Melodi lagu c. Irama lagu Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul maria yang dinyanyikan oleh Marsada band ? c. pernah b. Tidak pernah Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band ? c. sangat suka b. Tidak suka c. Suka Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marasada Band ? i. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik toba, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. j. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda k. Penyanyinya berpenampilan menarik l. Alasan lain. Tuliskan.................................................................................................... .................................................................................................................. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band. i. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba j. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi k. Penyanyinya kurang menarik penampilannya l. Alasan lain. Tuliskan, ................................................................................................................ Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti ? c. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu Tahukah anda lagu “Mariam” yang dinyanyikan oleh grup band The Cat ? c. Tahu b. Tidak tahu Pernahkah anda melihat video klip lagu “Mariam” yang dinyanyikan The Cat ? c. Pernah b. Tidak pernah Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh grup band The Cat ? c. 1- 3 tahun b. Lebih dari 3 tahun c. Kurang dari 1 tahun I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cat ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . (Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu mariam yang dinyanyikan ole The Cat!) Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh grup 250 17. 18. 19. 20. 21. 22. The Cat ? c. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu Sukakah anda dengan lagu Mariam yang dinyanyikan oleh grup band The Cats ? c. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka Jika anda sudah mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band dan lagu Mariam yang dinyanyikan The Cat, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? c. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band dengan lagu Marian penyanyi The Cats? g. Melodi lirik h. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama i. Total musikalitas Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dengan lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? c. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? c. Marsada Band b. The Cats c. Tidak tahu Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di Indonesia? TidahBoleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan 23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. . . ................................................................................................................................................ 24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia ? g. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta h. Tidak peduli sama sekali i. Hanya ingin sekedar tahu 25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? c. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu Berikan alasan anda .................................................................................................................. .................................................................................................................. Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini. 251 Tabel 5.5: Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Maria dan Marian RESPONS DARI PENDENGAR LAGU MARIA OLEH MARSADA BAND DAN LAGU MARIAN OLEH THE CATS RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 1 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 2 c a c b b a c c c c c c c c a c c c c c c a c a c 3 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b a 4 b b b a a b b b b b b a a b b b b b b b b b b b b 5 a b b a a b a a b b b a a a a a a a a a a a a a a 6 a a c a a a a a a a b b a a a a a a a a a a a 7 b b a a a a a b a b a a a a a a a a a a a a a b b a 8 b b b a c c a b c c c c c c b c c c a c a a c b a 9 b b d a a d d a a a a a a a a a d d a b a a a a KUESIONER 10 a d c d b d d d 11 b c b b b b b b b c b b a a c c c b b b b b a b b b 12 b b b b b b b b b a b b a b b b b b b b b b b b b a 13 b b b b b b b b b b b b a b b b b b b b b b b b b a 14 c c c c c c c 15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 16 b b b c c c c c c a b b b b b b c b c b b a b c c b 17 a a b c c c c a b a b b a b b b c b c a a a a c c a 18 a a a c c c c a a a a a a a a a a a c a a a a a a a 19 b a b a c b b a a a a a a b a b a a a c c 20 b a c c c c c c a a c c a a a a a c c a a a c b a 21 c b c c c c c b c c b c b b b b b c c c a a b c c c 22 a b b c c c c a c c b a a a a a a b c b c b b c b c 23 c c √ 24 a a a a a 25 a a a a a a a c a a c a c c c c c a a a c a c a a a a b a c a a a c c c c a a a b a a a a a 252 RESPONS DARI PENDENGAR LAGU MARIA OLEH MARSADA BAND DAN LAGU MARIAN OLEH THE CATS RESPONDEN 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 4 9 50 1 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 2 c c c b a b c c a b a a b c c c c a a b b b c 3 a a a a b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 4 b b b b b b b b b b b b b b b b b b a b b b b 5 a a a a b a a a c c b b a b b b a a b a a a b b 6 a a a a a a a a a a b a a a a a a a a a a b a 7 a a a a a a b b b a a a a a a a a a b a a b a 8 a a a c c a c c b c c c a c a b c c a a c c 9 a a a a a a a b b a a a a a b a a a a c a b c b a a KUESIONER 10 a b b c 11 b b b b b b b c c a b c b c b b b a c b b b c b 12 a a a a b a b b b b b b b b b b b b b b a b a b 13 b a a a b a b b b b b b b b b b b b b b a b a b 14 c c c c c c c c c c c c c c c c c c 15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b 16 b b b b b a b b a b b c a c b b c b b b b c b 17 a a a a a a b b b b a a a c b b b a a a b a a a 18 a a c a a a a a a b a a a c a a a a a a a a a a 19 c c a a a a a c b b a a a b a a b a a a b a b a 20 a a c c a a c a a b a a b b c c b a a a a c c 21 c c b b a b a c c b b c b c c b b b b b b a b b 22 b b b b b c b b c b c b b c a b c c c b a c a 24 a a c c c a a a a b c c b a a a c a c c a a a 25 a a b a c c a a c c c c c a a a b a c a b a a b 23 a 253 Tabel 5.6: Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Maria dan Marian PERSENTASE A B C D KOSONG A B 1 49 1 - - - 1 98% 2% 2 11 9 28 - 2 2 22% 18% 3 5 43 - - 2 3 10% 86% 4% 4 5 42 - - 3 4 10% 84% 6% 5 33 15 2 - - 5 66% 30% 4% 6 41 4 1 - 4 6 82% 8% 2% 8% 7 37 13 - - - 7 74% 26% 8 15 8 25 - 2 8 30% 16% 50% 4% 9 34 5 - 7 4 9 68% 10% 10 - 4 4 5 37 10 11 4 35 11 - - 11 12 10 40 - - - 13 9 41 - - - 14 - - 27 - 23 15 - 49 - - 1 15 16 4 30 15 - 1 16 8% 60% 30% 17 25 16 9 - - 17 50% 32% 18% 18 43 1 6 - - 18 86% 2% 12% 19 27 12 6 - 5 19 54% 24% 12% 10% 20 24 7 17 - 2 20 48% 14% 34% 2% 21 5 23 22 - - 21 10% 46% 44% 22 11 20 18 - 1 22 22% 40% 36% 23 - - - - 49 23 24 29 2 17 - 2 24 58% 4% 34% 25 32 5 13 - - 25 64% 10% 26% KUESIONER KUESIONER JUMLAH JAWABAN C 56% 8% 8% 8% 70% 22% 12 20% 80% 13 18% 82% 14 D 54% 98% KOSONG 4% 14% 8% 10% 74% 46% 2% 2% 2% 98% 4% 254 Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Marsada band dengan judul Maria? Sebanyak 49 orang dari 50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 1 orang tidak tahu. Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini yaitu sebesar 98 % dibandingkan yang tidak tahu cuma 2 persen saja. Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band? Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun. Hasil respons para responden ini adalah, sebanyak 28 responden (56 %) memilih telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka mengenal lagu ini dalam masa yang relatif paling singkat. Responden lain yaitu memilih mengenal lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50 responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 9 orang saja (18%) dari keseluruhan responden. Seterusnya 2 orang (4%) tak merespons pertanyaan kedua ini. Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Dengan dua jawaban pilihan tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah 43 responden (86%) tidak mengetahui bila terciptanya lagu ini. Sebanyak 5 responden (10%) tahu kapan lagu ini diciptakan. Sementara di sisi lain, 2 orang (4%) tidak merespon pertanyaan ini. 255 Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Marsada Band adalah salah satu penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil jawaban responden adalah 42 responden (84%) tidak mengetahui penciptanya. Sementara 5 orang (10%) tahu dan 3 orang (6%) tidak mengisi atau tidak memberikan responsnya. Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini mayoritas tidak tahu terhadap siapa pencipta lagunya. Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band? Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu. Respons para responden adalah sebanyak 33 orang (66%) mengerti; diikuti oleh 15 orang (30%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4%) tidak tahu. Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan oleh Marsada Band? Disediakan jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden adalah mayoritas 41 responden (82%) yang mendasari adalah bahasa liriknya. Seterusnya 4 responden (8%) menjawab melodi lagu dan irama lagu, satu orang (2%) menjawab irama lagu. Yang tidak menjawab adalah 4 orang (8%) dari keseluruhan responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini adalah karena factor teks atau lirik. Berikutnya untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band? Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 37 orang 256 (74%) menyatakan pernah dan 13 orang (26%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian separuh lebih dari responden ini pernah menonton video klip lagu tersebut. Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka. Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu sebagai berikut. Sebanyak 15 orang (30%) menyatakan sangat suka, disusul 8 responden (16%) menyatakan tidak suka, sebanyak 25 orang (50%) menyatakan suka dan selebihnya 2 orang (4%) tidak memberikan responsnya. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c. penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain, di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 34 orang (68%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 5 responden (10%) menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu sebanyak 7 orang (14%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak 4 orang (8%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini. 257 Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda (sebagai responden) tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Disertai jawaban terbuka, yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian sebanyak 4 orang (8%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya tradisi. Kemudian sebanyak 4 responden (8 %) menjawab penyanyinya kurang menarik penampilannya. Selain itu ada yang mengisi jawaban terbuka yaitu sebanyak 5 orang (10%) dengan persepsinya masing-masing. Ada pula sebesar 37 responden (74%) memilih tidak menjawab pertanyaan ini, sebab ia memang menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya pastilah ia tidak meresponsnya. Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa Inggris apakah anda mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 4 orang (8%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 25 responden (50%) menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 11 orang (22%) menyatakan dengan terus-terang tidak tahu. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai responden) lagu Marian yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Yang disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah sebagai 258 berikut. Sebanyak 9 (18%) responden menyatakan tahu. Kemudian sebanyak 41 orang (82%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah mayoritas 82% responden tidak tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa The Cats, jadi dalam persepsinya kemungkinan besar lagu ini memang lagu Batak yang penciptanya orang Batak pula. Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat video klip lagu Marian yang dinyanyikan grup musik The Cats? Pertanyaan ini diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para responden adalah sebanyak 8 orang (16%) menjawab pernah, disusul 41 responden (82%) menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud. Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda (responden) mengetahui lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh grupThe Cats? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari 2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 27 responden (54%) menjawab kurang dari satu tahun. Kemudian sebanyak 23 orang (64%) tidak menjawab pertanyaan ini. Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? Jawaban yang diberikan adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar 48 orang (96%) tidak tahu, dan sisanya 1 responden (2%) tidak mejawab pertanyaan ini. 259 Pertanyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul Marian yang dinyanyikan oleh grup The Cats? Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. mengerti, disusul 30 orang (60%) Sebanyak 4 responden (8%) menjawab tidak mengerti, dan 15 orang (30%) menyatakan tidak tahu. Sisanya 1 orang (2%) tidak menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu Marian yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak 25 orang (50%) menjawab suka, kemudian 16 orang (32%) kurang suka, dan 8 orang juga (16%) tidak suka. Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dan Marian yang dinyanyikan The Cats, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (86%) menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2%) menyatakan tidak ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 8 orang (16%) menjawab tidak tahu. Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band dengan lagu Marian penyanyi The Cats? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas. Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 27 260 responden (54 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 12 orang (24%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama. Seterusnya sebanyak 8 orang (16%) menyatakan kesamaan total musikalitas, serta 5 orang (10%) tidak menjawab pertanyaan ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden, samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Maria yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c. tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 24 responden (48%) menyatakan sama, kemudian 7 orang (14%) menjawab tidak sama, dan 17 orang (34%) menjawab tidak tahu. Sisanya 2 orang (4%) tidak menjawab pertanyaan ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a. Marsada Band, b. The Cats, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari para responden adalah sebagai berikut: 5 orang (10%) menyatakan Marsada Band. Ada sebanyak 23 responden (46%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali dinyanyikan oleh The Cats, selebihnya 22 orang (44%) menjawab tidak tahu. Dari jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa pencipta sebenarnya awal kali lagi ini. Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang 261 berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b. kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 11 responden (22%) menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 20 orang (40%) menjawab kurang tahu, seterusnya 18 orang (36%) menyatakan diperbolehkan dan 1 orang (2%) tidak menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 1 orang (2%) menuliskan isi tentang undang-undang tersebut. Sebanyak 49 orang (90 %) tidak mengisi. Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang (58%) menjawab peduli, kemudian 2 orang (4%) menjawab tidak perduli, 11 orang (22%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja, sisanya 2 orang (4%) tidak menjawab pertanyaan ini. Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 responden (64%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 5 orang (10%) menyatakan 262 tidak ada; seterusnya 13 orang (26%) tidak tahu, dan 2 orang. Demikian rerspons 50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Maria bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu Marian dari budaya musik populer Eropa. 5.5 Respons Umum yang Diperoleh Dari respons berupa jawaban-jawaban seperti terurai di atas, maka dapat disimpulkan fenomena respons para responden terhadap ketiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari music pop Barat. Kesimpulan yang pertama adalah bahwa para responden mengenal dengan baik ketiga lagu pop Batak Toba tersebut, baik melalui video klip atau media lainnya. Sebahagian responden mengenal lagu-lagu Batak tersebut memang benar-benar ciptaan para pencipta lagu Batak, namun sebagian lagi mengetahui bahwa lagu tersebut diadopsi melodinya dari music Barat. Tingkat pemahaman para responden terhadap melodi lagu-lagu Barat yang melodinya diadopsi itu pun sangat kurang. Mereka banyak yang tidak mengenal lagu-lagu Barat yang melodinya diadopsi dalam lagu-lagu pop Batak ini. Faktor teks lagu sebagai unsur utama dalam mengapresiasi lagu-lagu Batak Toba bagi para responden. Mereka menganggap bahwa lagu-lagu tersebut memang bergaya budaya music Batak karena faktor teks ini. Walaupun melodi diadopsi dari music Barat, namun bagi mereka teksnya adalah teks berbahasa Batak, yang menganggap bahwa nyanyian ini memang nyanyian Batak. Ditambah lagi di antara para responden tidak mengetahui asal-usul melodinya. Inilah fenomena yang menarik yang terjadi di dalam persepsi para responden. 263 Fenomena yang menarik adalah ketika diajukannya pertanyaan tentang hak cipta. Bahwa para responden ini percaya bahwa hak cipta perlu ditegakkan dalam konteks industry music pop di tanah air. Undang-undang ini perlu didukung agar dapat melindungi hasil-hasil karya apapun termasuk karya di bidang music. 264 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dikaji secara luas mulai dari Bab I sampai Bab V, maka pada Bab VI ini, penulis akan menyimpulkan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian berbasis lapangan, dengan menggunakan dua jenis metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif, serta teori-teori seperti: semiotik, weighted scale, behavioristik, dan lain-lain. Kesimpulan ini dibuat berdasarakan tiga pokok masalah utama, seperti yang sudah diuraikan di dalam Bab I tesis ini, yaitu: (a) komparatif struktur melodi, (b) makna teks, dan (c) respons pendengar lagu-lagu tersebut. (A) Struktur melodi antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diambil dari tiga lagu pop Barat, bentuk (form)nya secara umum adalah sama. Dalam persepsi para pencipta lagu Batak Toba, memang yang mereka ciptakan adalah teks (lirik) lagunya, sedangkan melodi memang mereka adopsi secara penuh dari musik Barat. Dalam persepsi pencipta lagu-lagu ini, jika mereka menciptakan lirik dengan mengadopsi lagu yang sudah ada, hal itu sudah merupakan hasil ciptaan. Walaupun secara umum bentuk melodinya bisa dikatakan sama, namun dari sisi ritme dan nama dalam melodi terjadi perubahan. Proses terjadinya perubahan ritme dalam melodi ini, menurut penulis, disebabkan oleh berubahnya teks, yaitu dari bahasa Inggris menjadi bahasa Batak Toba. Teks menjadi faktor penting 265 terjadinya perubahan-perubahan ritmik dan juga distribusi nada yang digunakan dalam melodi. Perbedaan lainnya antara melodi tiga lagu pop Batak dan tiga lagu pop Barat yang menjadi asal-usulnya, adalah dalam lagu-lagu Barat lebih banyak dilakukan ulangan-ulangan bentuk melodi. Sementara di dalam lagu pop Batak Toba ulangan-ulangan itu diusahakan untuk selalu dikurangi (direduksi). Kemungkinan besar, para pencipta lagu pop Batak Toba menginginkan perbedaan siklus dengan melodi lagu asalnya dari musik pop Barat. Atau dapat juga ditafsirkan bahwa para pencipta lagu pop Batak lebih suka hal-hal yang tidak berulang, tegas, eksplisit, dan langsung. (B) Teks yang dikandung lagu-lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik pop Barat, temanya adalah berubah dari lagu awalnya. Adapun tema lagu Ditakko Ho Rohakki, adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati, atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati sang penyanyi. Sementara itu dalam lagu asalnya yaitu That’s Way , tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka 266 telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta. Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini. Pada lagu Lady temanya bisa dikatakan “sama” dengan lagu asalnya She’s Gone. Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun, sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf. Pada lagu She’s Gone ceritanya dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya. Pada lagu Maria tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam 267 kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta itu terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi. Dalam lagu asalnya yaitu Marian tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama. Dari sisi penggarapan teks, maka jelaslah bahwa unsur inilah yang menjadi pembeda utama antara lagu-lagu pop dari budaya Barat dengan lagu-lagu pop turunannya di dalam budaya musik pop Batak Toba. Tema teks berubah, walau ada juga yang memiliki tema yang sama. Begitu pula diksi dan gaya bahasa dalam teks lagu pop Batak masih tampak unsur bahasa Batak, seperti rima (persajakan), baris demi baris seperti dalam puisi tradisi Batak Toba, diksi, gaya bahasa, dan lainlainnya. (C) Respons dari para responden adalah mereka mengetahui ketiga lagu Batak itu, dengan mendengarkan baik melalui media televisi atau video klip dari album sang penyanyi. Namun tidak semuanya tahu kalau ketiga lagu tersebut melodinya diadopsi dari musik pop Barat. Para responden mengapresiasi musik pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat ini, terutama adalh karena liriknya yang memakai bahasa batak Toba, sehingga identik dengan budaya Batak Toba, dan dipandang sebagai musik yang dapat mewakili budaya Batak pada umumnya. 268 Sebahagian besar responden kurang tahu kalau melodi ketiga lagu musik pop Batak tersebut diadopsi melodinya dari musik pop Barat. Para responden hanya tahu kalau lagu-lagu pop Batak ini memang merupakan ciptaan para pencipta lagulagu Batak, yang memang sangat kreatif dalam mencipta. Pada saat masuk ke bahagian pertanyaan mengenai lagu-lagu Barat sebagai asal ketiga lagu musik pop Batak, sebahagian besar di antara responden tidak dapat mengapresiasi lagu-lagu pop Barat tersebut, karena minimnya pengetahuan mereka tentang hal itu. Mereka lebih tahu terhadap keberadaan tiga lagu pop Batak dibandingkan dengan tiga lagu pop Barat sebagai asal-usul melodinya. 6.2 Saran-saran Dari ulasan-ulasan yang termaktub dalam tesis ini, maka secara keilmuan dan intelektualitas, perlulah penulis kemukakan saran-saran dalam konteks penelitian ini. Saran-saran ini penulis harapkan dapat menjadi daya dorong yang kuat bagi eksistensi dan perkembangan musik populer Batak Toba di tengah-tengah modernisasi dan globalisasi. Selain itu dapat menjadi sumber wawasan budaya bagi para pencipta lagu populer Batak Toba, agar melakukan kegiatan yang selaras dengan budaya, sosial, dan perundang-undangan yang berlaku baik secara daerah, nasional, dan juga global. Saran yang pertama adalah bagi para pencipta lagu-lagu Batak Toba, ke masa depan adalah jika kita mengadopsi musik dari manapun, maka yang perlu dipertimbangkan adalah untuk juga mengakui asal atau sumber musik yang kita adopsi itu agar tidak ada yang merasa dirugikan dalam hal ini. Misalnya judul lagu 269 dalam bahasa Batak Toba, dengan melodi asal dari lagu Barat karangan siapa, dan kemudian pencipta lirik dalam bahasa batak Toba siapa, jika perlu aransemennya juga oleh siapa. Ini penting untuk dilakukan agar semua orang yang berkontribusi dalam lagu tersebut terwadahi dan sama-sama diuntungkan baik popularitas maupun finansial yang berkait dengan hak-haknya. Saran kedua dari penulis adalah selain mengadopsi melodi dari lagu-lagu asing ke dalam musik Batak Toba, semestinya bisa juga dilakukan karya-karya musik dengan gaya atau struktur seperti musik tertentu namun dengan ciptaan melodi yang baru, tidak penuh mengadopsinya. Ini juga bisa menunjukkan kreativitas para pencipta lagu. Gaya dalam musik adalah universal, dan gaya ini bisa saja diolah kembali, sebagai daya motivasi, inovasi, dan kreativitas yang baru. Ketiga, saran penulis adalah pentingnya bagi setiap pencipta lagu, pengaransemen, penyanyi, dan produser lagu-lagu populer Batak Toba untuk mendalami pengetahuannya, terutama yang berkaitan dengan Undang-undang Hak Cipta, Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI), perundang-undangan secara umum, agar dapat mengarahkan dirinya bertindak dan mencipta secara tepat, adil, bermartabat, dan intelektual. Saran keempat, adalah perlunya dibentuk persatuan seniman musik Batak untuk mewadahi mereka dalam sebuah organisasi yang kuat. Organisasi ini diharapkan akan dapat menjadi tulang punggung kinerja para seniman anggotanya dalam konteks mencari rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Dengan terbentuknya organisasi semacam ini, maka setiap anggota akan dapat bertanya, melakukan pembelaan hak-hak dan kewajiban, dan tentu saja ke arah mana kebudayaan musik p[opuler Batak Toba ini akan dibawa bersama-sama. 270 Bagaimanapun kekuatan sebuah organisasi itu akan berbeda dengan kekuatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri, apalagi menafikan keberadaan orang lain yang kinerja, posisi, dan kedudukannya sama dan berkait dengan diri kita. Bagaikan sebuah sapu pasti lebih kuat menyapu dibandingkan hanya berupa lidi yang berserakan. Saran kelima penulis adalah perlunya dibina para pemusik-pemusik berbakat dari kawasan Batak ini, baik itu sebagai pencipta lagu, pemain alat musik tertentu, penggubah lagu, komposer, dan lain-lainnya. Pembinaan ini bisa dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Juga bisa dilakukan secara informal di dalam kursus-kursus, pelatihan-pelatihan, dan sejenisnya. Bagaimanapun kesinambungan kebudayaan akan lebih baik dilakukan melalui pendidikan (enkulturasi) dari satu generasi dan generasi lainnya. Saran keenam, dalam menciptakan lagu-lagu populer Batak Toba, hendaknya penekanan dan fokus tema lirik bukan hanya pada aspek cinta saja, tetapi bisa diluaskan lebih dari itu. Misalnya tema-tema cerita rakyat, kemanusiaan, perdamaian, persatuan dan kesatuan, kehidupan sehari-hari masyarakat, religi, dongeng, dan lain-lainnya yang mengandung kearifan lokal. Di dalam tema-tema ini terkandung nilai-nilai filsafat hidup yang universal, sekali gus juga sebagai kearifan lokal masyarakat Batak. 271 DAFTAR PUSTAKA Buku dan Sejenisnya Ali, Matius, 2004. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen Buddhisme. Jakarta: Gramedia. Anees, Bambang Q. dan Radea Juli A. Hambali, 2003. Filsafat untuk Umum. Aristoteles, 2004. Nicomachean Ethics. Aritonang, Tetty B., 1990. Musik Tiup dalam Upacara Saur Matua di Kota Medan: Analisis Gaya Melodi dan Fungsi Sosial. Medan: Skripsi sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Bigsby, C.W.E., 1975. Superculture, American Popular Culture, and Europe. London: Paul Elek. Cobley, Paul dam Litza Janis, 2002. Semiotic for Beginners. Cook, Nicholas, 1987. A Guide to Musical Analysis. London dan Melbourne: J.M. Dent & Sons Limited. Danandjaja, Djames, 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Duvignand, Jean, 1972. The Sociology of Art. (terjemahan dari The French oleh Timothy Wilson), Paris: Paladin. Gans, H.J., 1966. “Popular Culture in America: Social Problems in a Mass Society or Social Asset in a Pluralist Society?” Dalam H.S. Becker (ed.) 1966, Social Problems: A Modern Approach. New York, pp. 540-620. Hadiwojono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yigyakarta: Kanisius. Hatta, Muhammad, 1986. Alam Pikiran Yunani. Hoover, Kenneth R., 1989. Unsur-Unsur pemikiran Ilmiah dalam Ilmu-ilmu Sosial (terjemahan Hartono Hadikusumo). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Hiroshue, Masashi, 1988. Prophets and Followers in Batak Millenarian Responses to the Colonial Order: Parmalim, Nasiak Bagi and Parhudamdam, 1890-1930. Canberra: Tesis Doktoral Australian National University. Kaplan, David dan Robert A. Manners, 2002. Teori Budaya Kaplan, Max, 1975. Leisure: Theory and Policy. New York: Wiley and Sons Inc. Khan, Hazrat Inayat, 2002. Dimensi Mistik, Musik, dan Budaya. Langer, Susanne K., 1953. Problems of Art. New York: Charles Sribner’s Son’s. Lohisse, Jean, 1973. Anonimous Communication, Mass Media in the Modern World. London: George Allen and Unwin Ltd. Lombard, Dennys, 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya. Lorimer, Lawrence T. et al 1995. Grolier Encyclopedia of Knowledge. Vol. 1-20. Grolier Incorporated, Danburry, Connecticut. 271 272 Lowenthal, Leo, 1961. Literature, Popular Culture, and Society. New York: Pacific Book Publisher. Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern. Madsen, Clifford K. dkk. 1975. Research in Music Behavior. New York dan London: Teachers College Press. Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I. Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press. Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Marianto, M. Dwi, 2006. Quantum Seni. Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of Music. Chichago: Noerthwestern University Press. Nasir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Nettl, Bruno, 1973. Folk and Traditional of Western Continents, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.O’Donell, Kevin, 2013. Postmodernisme. Nettl, Bruno, 1992. “Ethnomusicology: Some Definitions, Problems and Directions.” Music in Many Cultures: An Introduction. Elizabeth May (ed.). California: University California Press. Olsen, Marvin. E. The Process of Social Organization. New Delhi, Bombay, Calcuta : Oxford and IBH Publising Co, 1968 Pasaribu, Amir, 1986. Analisis Musik Indonesia. Jakarta: Pantja Simpati. Pasaribu, Ben M., 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks Gondang Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Medan. Pen, Ronald, 1992. Introduction to Music. Piliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Makna-makna Poerwadarminta, W.J.S., 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pradopo, 1994. Kesusastraan Indonesia: Sejarah dan Kritik. Yogyakarta: Gama media. Purba, Setia Dermawan, 1988. Penggunaan, Fungsi, dan Perkembangan Nyanyian Rakyat Simalungun bagi Masyarakat Pendukungnya: Studi Kasus di Desa Dolok Mariah Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Jakarta: Tesis S-2 Antropologi Universitas Indonesia. Quail, Denis Mc, 1969. Toward to Sociology of Mass Communication. London: Collier MacMillan. 272 273 Radcliffe-Brown, A.R., 1952., Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press. Ricoeur, Paul, 2012. Teeori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya. Jakarta: Riffaterre, M., 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Ritzer, George dan Barny Smart, 2012. Handbbok Teori Sosial. Rosenberg, Bernard dan David Manning White (eds.), 1960. Mass Culture, The Popular Art in America. Glencoe, Illinois: The The Free Press. Sadie, Stanley (ed.), 1980. The New Grove Dictionary of Music and Musicians. vol. 16, New York: MacMillan Publishers. Sangti, Batara. 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar. Seeger, Anthony. 1987. Why Suya Sing: A Musical Anthropology of Amazonian People. Cambridge: Cambridge University Press. Silado, Remy, 1983. Menuju Apresiasi Musik. Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Stein, leon, 1979. Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Form. Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest (ed..) 1992. Serba-serbi Semiotik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiharto, I. Bambang, 2006. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat. Susantiana, Sukatmi, 2004. Nada-nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik. Sutrisno, Mudji, et al., 1993. Estetika : Filsafat Keindahan, Yogyakarta, Kanisius. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan. Sianturi, Rosmaida, 2003. Analisis Gaya Musikal Lagu Populer Batak Toba dengan Perhatian Khusus pada Lagu-lagu Karya Nahum Situmorang. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Sinurat, Horasman, 2001. Perkembangan Musik Brass di Kota Medan dengan Masuknya Unsur Musik Tradisi Batak Toba: Studi Kasus, Kelompok Musik Sopo Nauli. Medan: Skripsi sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Soedarsono, 1995. “Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.” Makalah Seminar dalam Rangka Penringatan Hari Jadi Jurusan pendidikan Sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Pebruari 1995. Tambunan, Nestor Rico, 1996. Tambunan, “Dr. I.L. Nommensen: Missionaris Besar, Penguak Kegelapan Tanah Batak,” Kartini, No. 601, Desember 1996. Tampubolon, Berliana, 1999. Aspek Penggarapan Melodi pada Instrumen Terompet dan Sulim Dalam Ensambel Musik Tiup pada Masyarakat Batak 273 274 Toba di Medan. Medan: Skripsi sarjana Fakultas Kesenian Universitas HKBP Nommensen. Tarihoran, P. Emerson, 1994. Analisis Perbandingan Sttruktur Repertoar Musik Brass Band dengan Gondang Sabangunan dalam Sipitu Gondang di Medan. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. van Zoest, Aart 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan. (Diterjemahkan oleh Eni Soekowati). Jakarta: Yayasan Sumber Agung. Van Zoest, Aart . 1991. Fiksi dan Non-Fiksi dalam Kajian Semiotika. Jakarta: Intermasa. Winston, Brain, 1973. The Image of the Media. London: Davis-Pointer. Yuanzhi, Kong, 2005. Sialng Budaya Tiongkok Indonesia. Internet http://www.ethnomusicology. org/?page=whatisethnomusicology). http://id.wikipedia .org/wiki/Lagu. http://www.gobatak.com 274