TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG

advertisement
i
TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN
MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT:
KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS,
DAN RESPONS PENDENGAR
TESIS
Oleh:
DISPER ANTONI RICARDO SAMOSIR
NIM 127037002
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
i
ii
PESETUJUAN
Judul Tesis
: TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI
YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN
KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS
PENDENGAR
Nama
: DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR
Nomor Pokok
: 127037002
Program Studi
: Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Ketua,
Anggota,
Drs. Irwansyah, M.A.
NIP 196212211997031001
Drs Setia Dermawan Purba, M.Si.
NIP 195608281986012001
Program Studi:
Magister (S.2) Penciptaan dan
Pengkajian Seni
Fakultas Ilmu Budaya
Ketua,
Dekan,
Drs. Irwansyah, M.A.
NIP.195110131976031001
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP.196212211997031001
ii
iii
Tanggal Lulus:
Telah diuji pada
Tanggal
PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS
Ketua
: Drs. Irwansyah Harahap, M.A.
(……………………..)
Sekretaris
: Drs. Torang Naiborhu, M.Hum.
(..…..………………..)
Anggota I
: Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si.
(….…………………)
Anggota II
: Drs. M.Takari, M.Hum., Ph.D.
(...……………………)
Anggota III
: Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (……………...………)
iii
iv
ABSTRAK
Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi
yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan
Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan
kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna
teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya
diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi
dalam konteks multidisiplin ilmu seni.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji
komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif.
Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode
kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang,
dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu
tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada
(weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui
semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim
digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a)
Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang
melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di
dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa
Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form)
melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam
musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri
utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan
bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada,
nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama
antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu
dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh
budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik,
tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya.
Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru
dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara
tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar
adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat,
terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden
mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang
lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut
pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu
dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini.
Kata kunci: lagu, populer, melodi, komparatif, teks, respons
iv
v
ABSTRACT
This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which
Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text,
and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this
thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text
meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music
which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline
in the context of multidiscipline in this thesis.
I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative
and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about
audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners
to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent
who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses
weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to
analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in
psichology and sociology disciplines.
The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study
of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western
music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is
due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape
(form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the
Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while
in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For
scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of
cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop
derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual
looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it
lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the
text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West
compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs
whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs
whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element
in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak
pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how
their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion
juridical policy regarding copyrighted works of pop music.
Keywords: song, popular, melody, comparative, text, response
v
vi
PRAKATA
Puji dan syukur peulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini
berjudul “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik
Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk rnenyelesaikan jenjang S-2 dan memperoleh gelar
Magister Seni (M.Sn.) pada program Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
Fakultas Ihnu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.
Tesis ini berisikan hasil penelitian lapangan mengenai tinjauan umum respons
masyarakat kota Sidikalang terhadap musik populer Batali Toba I'ang diadopsi dari
musik Barat. Selama proses penyusunan tesis, penulis rnendapatkan bimbingan dan
arahan dari para pembimbing yakni Bapak Drs. Irwansyah, M.A sebagai pembimbing I
dan Drs Setia Dermarvan Purba, M.Si. sebagai pembimbing II untuk penulisan tesisi
ini, dan para penguji yakni Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D., Bapak Drs Torang
Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin, M.Si. dan kesemua dosen yang
telah mengajar, tim pembimbing dan pengrrji ini sungguh banyak membantu penulis
terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan tesis ini. Tidak lupa ucapan
terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak
Syahron Lubis, M.A. dan segenap jajarannya.
Mereka juga memberikan banyak
pelajaran kepada penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan tesis ini.
Arahan-arahan mereka tersebut membuat penulis semakin termotivasi dan semangat
rurhrk menyelesaikan tesis ini.
vi
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera
Utara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Ketua dan Sekertaris Program Magister (S2)
Penciptaan dan Pengkajian seni, dan para dosen di Linglcurgan Program Studi
Penciptaan dan Pengkajian Seni. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Drs. Ponisan selaku pegawai di Program Studi Magister
(S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, yang telah memberikan banyak bantuan dan
kemudahan kepada penulis sejak awal duduk di bangku perkuliahan hingga
menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua,
Ayahanda tercinta Pariama Samosir yang menginginkan anaknya menamatkan kuliah
magister, walau bapak dalam kondisi sakit, semoga dengan penulis memperoleh gelar
M.Sn., bapak tambah semangat dan pulih dari sakitnya. Mamaku Rosdiana br Silitonga
vang telah membesarkan dan menjaga serta membimbing anak-anaknya. Terima kasih
kepada
kakanda Rina, kakanda Juni, dan kakanda Erni ang telah mendukung
sepenulurya perkuliahan penulis dan doanya, juga terimakasih kepada abang-abang
ipar: Herizon Manunmg, Gossen Simamora, Roy Sitorus, serta keponakanku:
Angraini, Nia, dan Hanna atas dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan
tesis ini,kepada Bapak Sekda Pemkab Dairi yang telah member izin belajar, kepada
Bapak Adler Stindaon yang dahulunya Kepala Sekolah penulis di SMA Negeri 2
Sidikalang namun beliau sekarang menjabat Kabid Sarpras di Dinas Pendidikan
Kabupaten Dairi, kepada Ibu Anna Lowisa Sianturi Kepala SMAN 2 Sidikalang,
Kepada teman-teman kerja di SMAN 2 Sidikalang. Terima kasih kepada rekan-rekan
kuliah stambuk penulis:kakanda Charina sumiaty, kakanda Kartini Manalu, kakanda
Agustina Samosir, kakanda Sapna Sitopu, abangda Achy Arwana, abangda Erizon,
vii
viii
abangda Yusuf, Tommy Ketaren, Angga Alkarina, abangda Jamuddin Pasaribu,
Debby, dan abangda Anton Sitepu selaku ketua stambuk. Untuk kakak kelas abangda
Moses Simanjuntak, juga terima kasih kepada Indra Setiawan, Chairul Anwar
Sikumbang dan terima kasih juga kepada keluarga besar penulis serta teman-teman
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebaikannya.
Penulis mengucapkan beribu-ribu maaf bila ada kata yang kurang berkenan,
mohon jangan disimpan di datam hati. Akhir kata, penulis berterima kasih kepada
seluruh pihak yang sudah membantu penlusunan tesis ini. Semoga hasil penelitian dari
tesis ini dapat berguna bagi duuia penelitian seni pada umumnya dan bagi kebudayaan
musikal masyarakat Kota Sidikalang pada khususnya. Terima kasih.
Medan,20 Januari 2015
Penulis,
DISPER ANTONI R SAMOSIR
NIM. 127037002
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
1 . Nama
2. Tempat / Tanggal Lahir
3. Jenis Kelamin
4. Agama
5. Kewarganegaraan
6. Nomor Telephon
7. Alamat
:
:
:
:
:
:
:
8. Pekerjaan
:
DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR
Medan / 25 Mei 1983
Laki-laki
Kristen Protestan
Indonesia
085261313011
JL. Kiwi Raya no.165 Kel.Kenangan
Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang
Pegawai Negeri Sipil
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar (SD Negeri 066667 Medan)
Lulus Tahun 1995
2. Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri 29 Medan )
Lulus Tahun 1998
3. Sekolah Menengah Atas( SMA Negri 18 Medan )
Lulus Tahun 2001
4. Sarjana dari Jurusan Sendratasik (Seni Musik)UNIMED
Lulus Tahun 2007
5. Magister (S2) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Lulus Tahun 2015
PENGALAMAN KERJA
•
•
•
Tahun 2007 s/d 2009
Bekerja di PT.OTO Multi Artha
Tahun 2009 s/d 2011
Mengajar di SMP Negeri 1 Pegagan Hilir
Tahun 2012 s/d sekarang
Mengajar di SMA Negeri 2 Sidikalang
ix
x
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan,
Januari 2015
DISPERANTONI R SAMOSIR
NIM. 127037002
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRACT
INTISARI
PRAKATA
RIWAYAT HIDUP
PERNYATAAN
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
ii
iii
iv
v
vi
ix
x
xi
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Rumusan Masalah
9
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................11
1.4
Tinjauan Pustaka .................................................................12
1.5
Kerangka Konsep …………………………………………18
1.5.1 Lagu …………………………………………….. 18
1.5.2 Melodi ……………………………………………20
1.5.3 Undang-Undang hak Cipta ……………………… 21
1.5.4 Respon …………………………………………... 22
1.6
Landasan Teori ................................................................... 23
1.6.1 Teori Weight Scale ………………………………. 23
1.6.2 Teori Semiotik ........................................................ 25
1.6.3 Teori Belajar Behavioristik .................................... 28
1.6.4 Teori Kebenaran ..................................................... 32
1.7
Metode Transkripsi dan Analisis ........................................ 33
1.8
Metode Penelitian ............................................................... 34
1.9
Sistematika Penulisan ……………………………………. 37
BAB. II
GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA,
PENYANYI dan KELOMPOK BAND YANG DIKAJI
39
2.1
Adat ......................................................................................39
2.2
Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen .................................43
2.3
Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ..............................48
2.4
Musik Vokal dan Instrumental ………….............................51
2.5
Gondang Hasapi ...................................................................55
2.6
Gondang Sabangunan……………………………………....56
2.7
Alat-alat Musik Yang Disajikan Tunggal ……………….....59
2.8
Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modrenisasi....61
2.9.1 Konsep Musik Populer .............................................61
2.9.2 Musik Populer Barat dan Pengaruhnya.....................73
2.9.3 Alat Musik Tiup di Gereja Batak Toba…………….81
2.9.3 Periodesasi Lagu Populer Batak Toba …………..... 85
2.9 Fungsi Sosiobudaya ……………………………………........88
xi
xii
2.10
2.11
Gambaran Umum Kota Sidikalang ………………………...93
Deskripsi Singkat Jack Marpaung, Paniel Panjaitan, dan
Kelompok Band Marsada …………………………………. 97
BAB. III
ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU
POP BATAK DAN BARAT ...........................................................117
3.1
Notasi dan Trranskripsi ........................................................118
3.2
Perbandingan Formula Melodi ……………………………153
3.3
Perbandingan Tangga Nada ……………………………….168
3.4
Perbandingan Nada Dasar.…………………………………173
3.5
Perbandingan Wilayah Nada……………………………….181
3.6
Perbandingan Jumlah Nada………………………………...183
3.7
Perbandingan Interval...........................................................185
3.8
Perbandingan Pola-pola Kadensa…………………………. 188
3.9
Kontur………………………………………………………199
3.10 Perbandingan Garapan Teks ……………………………….200
BAB.IV
MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA
LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA ……………..205
4.1
Seputar Studi Teks Nyanyian ……………………………...205
4.2
Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki ……….......207
4.3
Struktur dan Makna Lagu That’s Why …………………….211
4.4
Perbandingan Teks lagu Ditakko ho Rohakki dan Lagu
That’s why …………………………………………………216
4.5
Struktur dan Makna Lagu Lady ……………………………217
4.6
Struktur dan Makna Lagu She’s Gone ……………………..220
4.7
Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu
She’s Gone ……………………………………………........223
4.8
Struktur dan Makna Lagu Maria ……………………….......223
4.9
Struktur dan Makna Lagu Marian ………………………….226
4.10 Perbandingan Makna Lagu Maria dan Lagu Maria ……......229
BAB.V
RESPON PENDENGAR BUDAYA BATAK TOBA STUDI
KASUS di SIDIKALANG ……………………………………........232
5.1
Apresiasi……………………………………………………..232
5.2
Respon Terhadap Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu Thats
Why …………………………………………………………235
5.3
Respon Terhadap Lagu Lady dan Lagu She’s Gone ….........250
5.4
Respon Terhadap Lagu Maria dan Lagu Marian ……….......262
5.5
Respon Umum yang Diperoleh……………………………..276
xii
xiii
BAB. VI
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………278
6.1
Kesimpulan ………………………………………………...278
6.2
Saran – saran ……………………………………………….282
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...285
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan
kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami
dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan
bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian
aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang
terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan,
kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjukpetunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil
pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan
dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan
demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai
pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada
kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih
kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing
2
maka lenyaplah kebudayaan natif dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.
Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam
masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya
musik atau lagu.
Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik
bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa
memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu,
musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi
ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi
ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan
kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak
terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan
lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.
Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang
kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show
business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak
yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun
pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa
mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran.
Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni
tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi
yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam
3
perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering
mendengar lagu dalam bahasa Batak Toba yang tenar dan di minati masyarakat di
lokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih
kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota
Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerah mayoritas bahasa
Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang
juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik.
Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu
masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya
melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun liriknya
dalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui asal-usul
keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut, mereka
menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya ataupun
orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut awal
mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik lagu
tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi atau
pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang asalusul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris.
Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu
dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian
lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup
suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar
gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul
lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan
4
suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu
nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal
tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser.
Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna
baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami
perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan
makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan
bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita
ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat.
Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang
menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan
bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah: (1) lagu
dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu
That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul Lady
penyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagu dengan judul She’s Gone
dengan penyanyi Steelheart); dan (3)
lagu dengan judul Maria penyanyinya
vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The
Cats).
Kontak dengan kebudayaan daerah dengan budaya lain dapat menyebabkan
manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru
yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing
5
dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan
pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau
ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya
ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang
tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif. Perubahan menyangkut mengenai
bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan
sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari
perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya
pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap
atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di
tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.
Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam
maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada
pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta
lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta
lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan
cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang
telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin
seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar.
Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak
sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang
merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa
6
inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack
Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan
judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone
penyanyi Steelheart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip
Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu diteliti adalah perubahan
makna lirik lagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia
digunakan untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan
masyarakat kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu
tersebut.
Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam
bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer Batak Toba
mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop Batak Toba yang
tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan
melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta.
Selain itu tidak tertutup kemungkinan respons pendengar sangat memberikan
pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada,
dimana
pendengar
juga
harusnya
memiliki
kemampuan
dalam
musik
dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal
7
ini lagu populer Batak Toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat melodimelodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang
lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum
merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan
sosial budaya.
Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara
etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun
terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut
ini.
Ethnomusicology is the study of music in its cultural context.
Ethnomusicologists approach music as a social process in order to
understand not only what music is but why it is: what music means to
its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed
Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working
in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore,
performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or
ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social
sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the
following approaches and methods: 1) Taking a global approach to
music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding
music as social practice (viewing music as a human activity that is
shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork
(participating in and observing the music being studied, frequently
gaining facility in another music tradition as a performer or theorist),
and historical research.
Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As
researchers, they study music from any part of the world and investigate
its connections to all elements of social life. As educators, they teach
courses in musics of the world, popular music, the cultural study of
music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music
traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods).
Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with
the music communities that they study, ethnomusicologists may
promote and document music traditions or participate in projects that
involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming,
or community music. Ethnomusicologists may work with museums,
cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote
the appreciation of the world’s musics (http://www.ethnomusicology.
8
org/?page=whatisethnomusicology).
Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat
dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.
Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk
memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan
khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.
Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di
lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau
ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,
studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang
ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan
yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil
pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)
Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia
yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi
(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji
tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah
musik.
Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar
musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen
kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik
populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya,
tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan
9
metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan
komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan
mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang
melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman
seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival
budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik
dunia.
Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai
dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas.
1.2 Pokok Masalah
Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka
penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya
dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya?
2.
Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu pada musik populer
Batak Toba dan Barat?
3.
Bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba
yang ada dan menjadi tenar di masyarakat yang melodinya diadopsi dari music
Barat?
Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah
struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada
dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah
10
nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang
digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks
berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada
terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan
sejauh apa perubahan yang terjadi.
Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam
keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris
sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik
adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif (maknamakna selain makna sebenarnya, yang dikaitkan dengan aspek kebudayaan dan
sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris,
distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya.
Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respons pendengar terhadap
fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu
music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar
lagu-lagu ini. Di antara respons yang akan diuraikan adalah bagaimana
pengetahuan pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana
respons mereka ini dalam mengapresiasi musik populer Batak yang mereka
dengarkan tersebut.
11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
a.
Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan
perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat
sebagai sumbernya.
b.
Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik
popular Batak Toba dan Barat.
c.
Mengkaji bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer
Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik,
terutama persebaran musik dalam konteks buidaya popular dan globalisasi.
b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan.
c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni.
d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di
bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak
Toba.
12
e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan
kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah,
nasional, maupun global.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang
berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori
musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan
buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini
beberapa buku yang sudah penulis dapatkan.
1.
Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat
tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklor Indonesia disajikan dalam
bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor
Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan
perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis
dalam buku ini untuk referensi tesis
2.
Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan
Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat
memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu
kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi
yang terangkum dalam filsafat wacana.
3.
Posmodernisme karangan Kevin O’Donnell (2013). Buku ini di antaranya
memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida
13
menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang
mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbedabeda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita
percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar
dan melihat dengan jelas.
Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
4.
Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara
memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika
komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi, katakata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi.
5.
Serba-Serbi Semiotika karangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991).
Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang
digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra.
6.
Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini
berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya
mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep
sederhana yang sebelumnya merupakan istilah-istilah yang pelik. Buku ini
penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya tandatanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia.
7.
Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan
Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan
post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan
14
dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama
ilmu-ilmu budaya.
8.
Dimensi Mistik, Musik, dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku
ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik
klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan
Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang
menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan
berbagai
cara,
menghasilkan
berbagai
bunyi.
Pengelompokan
bunyi
menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara
ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi
bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah
bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya;
musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing
jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak
dikuasai”.
9.
Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini
pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh
tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi
memuat
dengan pengertian
yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan
Kaplan mengungkapkan, bahwa karena sifatnya yang subjektif itu ideologi
tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus
disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari
pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial.
15
10. Seri buku Nusa Jawa:Silang Budaya karangan Denys Lombard (2005),jilid1
Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan KerajaanKerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan
mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan
dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan
seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan
tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia.
11. Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan
tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif
quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya
foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang
sebagai
dualitas
dari
partikel-gelombang.
Marianto
juga
menyoroti
hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang
melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang
merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan
Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah:
12. Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis
mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar
dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani.
13. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen
Buddhisme
karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu
keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman
seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga
16
memuat pemikiran tokoh-tokoh estetika Plato, Aristoteles, Hume, Burke,
Hutcheson, Shaftesbury, Hegel, dan lain-lain.
14. Filsafat untuk Umum karangan Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali
(2003). Buku ini menyelisik liku-liku “pertanyaan-pertanyaan” para filsuf yang
kemudian melahirkan jawaban-jawaban yang berimplikasi besar dan
mempengaruhi cara pandang manusia dalam melihat dan memahami
kompleksitas kehidupan. Dari buku ini penulis mengambil referensi yang
berhubungan dengan logika perpikir analisis dan sintesis serta cara berpikir
horisontal dan lateral menurut de Bono dalam Q. Anees. Bab XV dari buku ini
berisi paparan ringkas tentang logika berpikir analisis dan sentesis.
15. Nada-Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik karangan
Sukatmi Susantina (2004). Buku ini berisi “rekaman” perbincangan para filsuf
tentang musik dari Yunani Kuno sampai dengan zaman kontemporer dan
kupasan tentang sisi-sisi filsafat dalam rangka memahami musik secara lebih
radikal. Susantina juga mengutip Peursen yang menyatakan bahwa jenis musik
yang paling erat berkait ialah seni musik dan sastra.
16. Nicomachean Ethic karangan Aristoteles (2004). Buku ini memuat tentang
etika secara umum dan menyinggung pula tentang etika politik. Dituliskan
dalam buku ini bahwa tujuan politik adalah yang baik bagi manusia.
17. Dekonstruksi Epistemologi Modern karangan Akhyar Yusuf Lubis (2006).
Dalam buku ini dipaparkan bagaimana teori kritis dan posmodernisme
menyediakan dasar-dasar pemikiran bagi kajian budaya kontemporer. Salah
satu pemikir dan filsuf yang memberi sumbangan besar bagi kajian budaya
kontemporer adalah Jurgen Habermas yang tulisannya (Teori Kritis) mencoba
17
meruntuhkan batas-batas kaku bidang ilmu pengetahuan dan membuka jalan
bagi kajian inter/transdisipliner.
18. Introduction to Music karangan Ronald Pen (1992). Part II dari buku ini
memuat penjelasan tentang elemen dasar dari bunyi, elemen musik, musik
sebagai ukuran waktu, music sebagai ukuran ruang, musik sebagai ukuran
dinamik, timbre musikal, musik sebagai ukuran harmoni, susunan dalam
musik, nyanyian: kesatuan anatara teks dan musik. Penulis menjadikan Part II
sebagai referensi untuk mengkaji nyanyian dari sisi musikal.
19. Handbook Teori Sosial karangan George Ritzer dan Barry Smart (2012). Buku
ini membahas, meninjau, dan menginterpretasi ulang karya-karya yang
berkaitan dengan berbagai teoretisi klasik dan kontemporer, menggali secara
kritis perspektif-perspektif teoretis utama, dan memberikan contoh mengenai
bentuk-bentuk teoretisasi termashur terkait dengan tema dan persoalan sosial.
20. Menuju Apresiasi Musik karangan Remi Sylado (1983). Salah satu bahasan
dalam buku ini adalah tentang musik Timur yang membicarakan musik jawa
dan tangga nada pentatonis.
21. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat karangan I. Bambang Sugiharto
(2006). Buku ini menyoroti problem bahasa dalam filsafat mengenai hal yang
literal dan metaforis.
22. Leon Stein, Structur and Style: The Study and Analysis of Musical Form
(Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan
analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis laguSejarah
kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. editor umum
18
Mukhlis PaEni (2009). Buku ini di antaranya memuat tentang musik populer
Indonesia dan memaparkan juga beberapa ciri-ciri musik populer.
23. Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005) karangan Kong Yuanzhi. Buku ini
secara umum memuat sejarah hubungan Tiongkok dan Indonesia hingga era
orde reformasi. Secara khusus dibahas pula tentang perpaduan lagu-lagu
Tiongkok dan Indonesia. Lagu-lagu Indonesia dari Ujung Pandang (menurut
Minawati dalam Yuanzhi) dikatakan lebih dekat dengan musik slendro
Tiongkok sedang musik Jawa lebih dekat dengan musik pelog India. Dikatakan
bahwa lagu-lagu Makasar berirama Tiongkok meresap dan Populer di kalangan
rakyat jelata.
1.5 Konsep yang Digunakan
1.5.1 Lagu
Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan
gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung
irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat
dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramairamai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga
yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan (http://id.wikipedia
.org/wiki/Lagu).
19
Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1986:141-145), nyanyian
rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan
lagu yang beredar secara lisan diantara kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta
banyak mempunyai varian. Danandjaja menjelaskan bahwa seringkali nyanyian
rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut
menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian identitas
folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklornya yang
beredar dalam peredaran lisan (oral transmission).
Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak
terpisahkan. Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan dan jarang sekali yang hanya
disajakkan (recite). Keunikan lain dari lagu rakyat adalah bahwa teks yang sama
tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama, sebaliknya, lagu yang sama sering
dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda.
Danandjaja
juga menjelaskan bahwa nyanyian rakyat
bersifat mudah
diubah-ubah tidak seperti nyanyian seriosa (klasik) yang dipelajari orang dari buku
nynyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya. Penyanyi
profesional nyanyian seriosa diwajibkan untuk membawakannya dengan cara yang
berlaku pada masa nyanyian itu diciptakan, seperti yang diingini oleh
penggubahnya. Jika dinyanyikan tidak sesuai dengan yang ditentukan, akan dicela
oleh para pendengarnya. Hal ini disebabkan semua penggemarnya telah menguasai
naskah lagu (score) aslinya. Contoh nyanyian seriosa Indonesia adalah salah satu
karya Muchtar Embut Di Wajahmu Kulihat Bulan.
Selanjutnya Danandjaja menjelaskan bahwa seperti halnya nyanyian seriosa,
nynyian pop juga tercetak, lebih sering lagi direkam secara komersial yang juga
20
merupakan karya penggubah lagu profesional. Berbeda dengan penggubah
nyanyian seriosa, penggubah nyanyian pop adakalanya lebih tepat digolongkan
sebagai pengusaha atau spekulator disebabkan mereka mencipta nyanyian pop
bukan berdasarkan ilham yang didorong oleh perasaan seni melainkan didorong
oleh ilham mencari untung secara komersial. Jika mereka tidak menyesuaikan diri
mereka akan mati kelaparan.
Danandjaja menuliskan bahwa umur nyanyian rakyat lebih panjang daripada
nyanyian pop. Banyak nyanyian rakyat yang malah lebih tua daripada nyanyian
seriosa. Selanjutnya, berdasarkan sifat penyebarannya yang melalui lisan maka
lagu-lagu rakyat menimbulkan varian-variannya.
1.5.2 Melodi
Dalam tesis ini, konsep tentang melodi dapat dikemukakan sebagai
rangkaian nada-nada yang kemudian menyusun sebuah bentuk utuh menjadi suatu
lagu. Melodi ini disusun oleh bentuk (form). Kemudian bentuk melodi biasanya
disusun oleh dua atau lebih frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi
disusun oleh beberapa motif melodi. Kesemuanya membentuk satu kesatuan yang
utuh menjadi sebuah bangunan musik.
Selanjutnya berkaitan dengan melodi di dalam tesis ini, maka melodi yang
digunakan berkait langsung dengan teks yang digunakannya. Melodi ini juga sangat
mengutamakan komunikasi verbal, berupa bahasa yang dinyanyikan, selain
didukung oleh unsure-unsur melodi seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar,
interval, motif, frase, bentuk, dan lain-lainnya. Melodi menjadi unsure utama dalam
21
nyanyian dalam musik populer Batak Toba termasuk juga dari lagu asalnya pada
budaya musik populer Barat.
1.5.3 Undang-Undang Hak Cipta
Dalam
Undang-Undang Hak
Cipta Indonesia telah diatur tentang
penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut
sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam UndangUndang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat
diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk
tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu
pelanggaran hak cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal
1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara
bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan
kemampuan
pikiran,
imajinasi,
kecekatan,
keterampilan
atau
keahlian
yangdituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah
hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai
Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebuttang
kepemilikan
Hak
Cipta,apa
yang
di
maksud
pencipta,
ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh
22
pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah
dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari
pemegang Hak Cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002, disana sudah jelas
tentang
kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang
Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak
Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras.
Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta.
Ada juga peraturan tentang ciptaan yang dilindungi menurut Undangundang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat 1,2 dan 3. Adapun
berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 3 ayat
1,mengatakan bahwa hak cipta digolongkan sebagai benda bergerak,secara tidak
langsung benda bergerak berhubungan dengan hak milik,dan penyerahan hak milik
bisa dilakukan dengan nyata oleh atau atas nama pemilik,hal ini bisa dilihat pada
buku 2 KUH Perdata Pasal 612.
1.5.4 Respons
Yang dimaksud dengan respons dalam tesis ini adalah berasal dari unsur
serapan bahasa Inggris responsse, yang maknanaya adalah sama dengan reaksi,
tanggapan, jawaban, dan sejenisnya. Respons dalam hal ini bias saja berupa
tanggapan dalam bentuk jawaban tertulis, jawaban lisan, reaksi diam, marah, setuju,
aguh, dan seterusnya.
Respons yang dimaksud dalam tesis ini adalah bagaimana dampak
didengarnya tiga lagu popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari budaya
23
musik populer Barat, oleh para pendengar di kalangan masyarakat Batak Toba.
Apakah respons mereka sebenarnya mengetahui asal-usul lagu-lagu tersebut. Atau
mereka menikmatinya karena faktor teks yang berbahasa Batak Toba, atau lebih
umum karena melodinya memang selalu didengar dan sesuai dengan cita rasa
musikal pendengar, atau factor-faktor lainnya. Respons inilah yang coba hendak
penulis tangkap dari penelian yang dilakukan ini.
1.6 Teori-teori yang Digunakan
Untuk mengkaji tiga pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
yaitu: (1) kajian komparatif melodi, (2) makna teks; dan (3) respons pendengar,
maka penulis menggunakan masing-masing satu teori untuk ketiga pokok masalah
tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori weighted scale, untuk
mengkaji makna teks baik makna denotative maupun konotatif digunakan teori
semiotic, dan untuk mengkaji respons digunakan teori belajar behavioristik. Ketigatiga teori ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.6.1 Teori Weighted Scale
Dalam kerja laboratorium di dalam studi ini, eterutama untuk menganalisis
struktur enam melodi lagu dan perbandingannya, penulis berpatokan pada teori
weighted scaler (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm
(1977:8). Teori ini berorientasi kepada kajian terhadap unsure-unsur universal yang
terdapat di dalam melodi di manapun dijumpai di dunia ini.
24
Malm menyatakan terdapat delapan karakter yang harus diperhatikan dalam
mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada,
(4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi
dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan
menggunakan ukuran-ukuran tertentu.
Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan
bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang
membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu
frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah
sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian.
Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah
atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik.
Seterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan
music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu,
yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan
nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde
mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian ujungujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung melodi tersebut. Kemudian
yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar
pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur
adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk
seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang
penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
25
1.6.2 Teori Semiotik
Semiotika adalah ilmu (juga teori)
tentang tanda-tanda. Ilmu ini
berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan tandatanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders
Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan
beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika
dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan
semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan
dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah
(lihat Zoest 1993:l-2).
Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang
didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh
Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan
teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara
semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam
bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai
langkah pemroduksian makna.
26
(1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang
berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang
dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi,
ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan
ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of
meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating
of meaning). Riffaterre (1978:2) menyatakan bahwa penggantian arti disebabkan
oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain.
Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan),
kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement,
homologue, dan tipografi.
(2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang
didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca
harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).
Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana
untuk
memahami
beberapa
hal
yang
disebut
sebagai
ungramatikal
(ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan
semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak
arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk
itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua.
Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada
pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi
himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54).
27
(3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks
dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep
ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang
dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang
muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model.
Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat
dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan
model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21).
(4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah
prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa
karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan
seperti ini, sebuah sajak merupakan responss atau tanggapan terhadap karya-karya
sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan
tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks.
Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain
yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal
adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks
yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual.
Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti
yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau
eksplisit.
Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre
sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai
28
acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam lagu-lagu pop Batak Toba
dan tiga lagu pop Barat yang merupakan asal dari ketiga melodi lagu pop Batak
tersebut. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka proses
pemaknaan akan dilakukan.
Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk
dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya
Barat perlu dilakukan interpretasi semiotika. Interpretasi ini selanjutnya akan
mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara
pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam
budaya mereka.1 Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah
saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu
sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian,
penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work).
1.6.3 Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
1
Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan pendekatan
emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih menumpukan perhatian kepada
pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka memahami makna-makna yang terkandung di
dalam kebudayaan yang diteliti dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti
tidaklah harus sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan kunci.
Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah
yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja penafsiran ini bisa berbeda-beda antara
seorang peneliti dengan peneliti lainnya, yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman
keimlmuannya. Pendekatan kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik.
29
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan responss adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-respons).
Teori behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949), Thorndike berprofesi
sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari
Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar
doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain:
Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal
Intelligence (1911), A Teacher’s Word Book (1921), Your City (1939), dan Human
Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respons (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respons dari
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
30
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan responss, perlu adanya
kemampuan untuk memilih responss yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and
connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan
teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan
Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan
tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi
pendidikan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut: 1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka
ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas
dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Prinsip pertama teori
koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan
panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang
atau
tertarik
pada
kegiatan
jahit-menjahit,
maka
ia
akan
cenderung
mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit
akan menghasilkan prestasi memuaskan.
31
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan
bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak
akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak,
tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia
akan
melakukan
tindakan
lain
untuk
mengurangi
atau
meniadakan
ketidakpuasannya. Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan
bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia
akan
melakukan
tindakan
lain
untuk
mengurangi
atau
meniadakan
ketidakpuasannya.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip
law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila
koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan
bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respons cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi.
32
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat
menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis
gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya.
Selain itu untuk menambah perspektif keilmuan ini, dalam rangka mengkaji
keberadaan lagu-lagu populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
Barat, maka penulis menggunakan teori kebenaran. Artinya adalah alasan
kebenaran apa yang menjadi eksisnyalagu-lagu populer Batak Toba seperti itu.
1.6.4 Teori Kebenaran
Teori dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan
filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (18421910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis
(Jujun, 1990:57) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme
dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility),
kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus,
1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan
pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi
hidup praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia. Kriteria
pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah
33
dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap
benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah
seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan
mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan
itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang
menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59),
demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atau
lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita,
(2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar
adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori- teori
kebenaran (koresponsden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling
menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat
digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian
yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada
alam seperti adanya
1.7 Metode Transkripsi dan Analisis
Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23)
yang mengatakan ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan
musik, yaitu : (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang
kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat
mendeskripsikan tulisan itu.
Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195)
yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu: notasi perskriptif dan
34
notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar
dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan
oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap
tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan.
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini direncanakan sebagai riset pustaka dan metode lapangan
(wawancara dan pengamatan). Dalam penelitian inidigunakan metode kualitatif
kuantitatif. Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki
penyanyi Jack Marpaung
(mirip lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock), lagu dengan judul Lady
penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone penyanyi
Steelheart),lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip lagu dengan
judul Marian penyanyi The Cats). Masih dari lagu yang sama melodinya akan
tetapi makna lirik berbeda dan versi yang berbeda (asli dan tiruan),dapat digali atau
diperoleh pengetahuan tentang apa, siapa, di mana, untuk apa, mengapa, kapan,
bagaimana, dan sebagainya. sesuatu itu terhubung atau berhubung kait dengan lagu
tersebut.
Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif adalah seperti yang dikemukakan oleh (Sumanto, 1995),
sebagai berikut.
1.
Metode penelitian kualitatif, adalah metode yang lebih menekankan
pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat
permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka
35
menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji
masalah secara kasus per kasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari
metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Dalam rangka penelitian yang penulis lakukan ini, metode penelitian
kualitatif digunakan untuk mengkaji struktur melodi tiga lagu musik pop Batak
yang melodinya diadopsi dari music Barat, serta makna-makan teks yang
terkandung di dalam lagu-lagu tersebut. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara kepada para pencipta lirik lagu dan juga berbagai ahli bahasa dan sastra
Batak Toba, yang tujuan utamanya mendalami makna-makna lagu tersebut.
Kemuidna, agak berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis, yang biasanya hnaya
memilih satu jenis metode saja, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pula metode kuantitatif, terutama untuk mengkaji respons para pendengar lagu-lagu
popular Batak yang melodinya diadopsi dari music Barat tersebut. Untuk itu perl;u
dijelaskan
sepintas
apa
itu
metode
kuantitatif,
dan
bagaiman
penulis
mengoperasikannya dalam penelitian ini.
2. Metode penelitian kuantitatif, dalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan ke dalam beberapa
komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variabel yang ditentukan diukur
dengan memberikan symbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variabel tersebut. Dengan menggunakan
36
symbol-simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik
dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum
di dalam suatu parameter.
Tujuan utama dati metode kuantitatif ini ialah menjelaskan suatu masalah
tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran
yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan
berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu
metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku di dalam statistika
induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap
keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut sample
dalam penelitian kuantitatif.
Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari
populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang
dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metode kuantitatif
tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan
fakta dan menguji teori-teori yang timbul.
Dalam rangka penelitian ini, untuk menganalisis realitas sosial yang terjadi
di dalam masyarakat, khususnya di Sidikalang, maka pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan difokuskan kepada bagaimana para responden melakukan umpan balik
setelah mendengar lagu-lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari music
pop Barat. Respon tersebut mencakup bagaimana apresiasi responden yang
mencakup lirik, melodi, iringan, tampilan audiovisual, teks, dan aspek-aspek
sejenis. Seterusnya apakah para responden mengetahui bahwa tiga lagu pop Batak
Toba itu berasal dari melodi music pop Barat? Bagaimana respons mereka terhadap
37
kenyataan sosial dan budaya yang seperti ini. Ituilah inti permasalahan respons
yang dikaji dalam penelitian ini.
1.9 Sistematika Penulisan
Penelitian ini direncanakan terdiri dari
lima bab. Bab I terdiri dari
Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Setersunya Bab II berupa Gambaran Umum Kebudayaan Musik Batak
Toba: Tradisi dan Modernisasi. Bab II ini memfokuskan kajian aspek hostoris yang
melatarbelakangi budaya musik populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari
kebudayaan Barat. Aspek religi terutama agama Kristen menjadi faktor
penghubung dua budaya ini.
Stersunya Bab III bertajuk Analisis Komparatif Struktur Melodi Tiga Lagu
Pop Barat dan Batak Toba. Bab ini mengkhususkan kajian terhadap struktur melodi
tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari melodi musik pop Barat.
Tujuan utmanya adalah seberapa jaug perkembangan dan perubahan yang terjadi
setelah diolah kembali oleh para pemusik Batak Toba.
Bab IV berjudul Makna Teks Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba yang
bermelodi sama. Pada bab ini focus kajian dilakukan terhadap teks-teks yang
digunakan dalam masing-masing lagu. Kajian iniuntuk menjawab apakah lagu pop
Batak Toba memiliki tema yang sama atau berubah temanya disbanding dengan
lagu asalnya dalam budaya musik pop Barat.
38
Bab V berjudul Respons Pendengar dalam Budaya Batak Toba. Bagian ini
mengkaji langsung bagaimana tanggapan, apresiasi, rekasi dari para pendengar
ketika mendengarkan lagu-lagu Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
pop Barat tersebut.
Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bahagian penutup
dari tulisan berbentuk tesis ini.
39
BAB II
GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA, PENYANYI,
DAN KELOMPOK BAND YANG DIKAJI
Apa yang dapat dilihat dan diamati mengenai lagu-lagu populer dalam
kebudayaan Batak Toba, yang sebahagiannya mengadopsi lagu-lagu dari budaya
musik pop daerah lain, nasional, bahkan global, khususnya musik Barat, tidaklah
terjadi begitu saja, namun memiliki sejarah yang panjang. Dalam hal ini perubahan
dan kontinuitas berjalan bersama di dalam kebudayaan Batak Toba. Perubahan
yang terjadi selain dari faktor internal, juga faktor eksternal berupa adopsi lagu-lagu
dengan melodi yang seudah umum dikenal, dan dipandang sebagai bahagian dari
identitas orang Batak dalam konteks globalisasi. Namun demikian, secara inovatif,
para pencipta dan penyanyi membuat lirik lagunya yang khas Batak Toba. Untuk
mengetahui, semua proses ini, alangkah baiknya dilihat terlebih dahulu bagaimana
budaya tradisi Batak Toba, dan kemudian bagaiman proses modernisasinya,
terutama yang berkait erat dengan musik populer Batak Toba yang melodinya
diadopsi dari kebudayaan musik pop Barat.
2.1 Adat
Salah satu pendukung budaya tradisi Batak Toba, adalah apa yang disebut
dengan adat. Di dalam kebudayaan Batak Toba, adat merupakan warisan yang
diperoleh dari leluhurnya—dan wajib dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Secara
kultural, adat dalam masyarakat Batak Toba ini menjadi pedoman kepada setiap
individu dan kelompok, dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Di dalam
40
adat terdapat unsur hukum, aturan, norma, nilai, dan tata cara yang mengatur
tentang hubungan manusia dan manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam persepsi budaya masyarakat Batak Toba, adat merupakan pemberian
Debata Mulajadi Na Bolon1 yang harus dituruti oleh makhluk penciptan-Nya,
dengan tujuan aman, damai, sentosa seluruh alam ini. Adat tersebut menjadi hukum
(yang tidak tertulis) bagi setiap orang yang memberikan pengetahuan tentang cara
kehidupan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, menurut
standar kebudayaan Batak Toba.
Selain itu, adat merupakan kebiasaan (hasomalan) yang dapat diartikan
sebagai aturan-aturan yang dibiasakan (yang berdimensi ide dan perilaku
sekaligus). Pengertian lain dari istilah adat ini adalah kebiasaan di suatu tempat
atau yang terdapat pada suatu kelompok marga (klen) yang diturunkan dari orangorang tua dan diwariskan secara turun temurun, berupa pesan tentang aturan dan
hukum yang tidak boleh diabaikan atau dilupakan. Seterusnya, hukum adat yang
merupakan pemberian dari Debata Mulajadi Na Bolon sebagai perintah yang harus
dituruti oleh segenap warga masyarakat Batak Toba, dimulai dari kebiasaan adat
yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat. Dampaknya adalah
tertanam
suatu kepercayaan pada setiap individu dalam masyarakat Batak Toba terhadap
1
Dalam sistem religi tradisi masyarakat Batak Toba Lama, Debata Mula Jadi Na Bolon
dipercayai memiliki kekuasaan di atas langit yang mencakup jiwa dan roh yaitu: tondi, sahala, dan
begu. Yang dimaksud tondi dalam system kepercayaan ini, adalah jiwa atau roh seseorang yang
merupakan kekuatan. Oleh karena itu tondi memberikan nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak
seseorang janin berada di dalam kandungan ibundanya. Jikalau tondi meninggalkan badan (raga)
seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal dunia. Maka ketika tondi meninggalkan
raga seseorang, dalam budaya Batak Toba selalu diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi
dari sombaon (roh jahat) yang menawannya. Kemudian termonilogi sahala dapat diartikan sebagai
jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua
orang memiliki sahala. Seterusnya, istilah sahala sama dengan kesaktian yang dimiliki para raja
atau hula-hula. Begu adalah tondi orang telah meninggal yang perilakunya sama dengan tingkah
laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
41
hukum adat tersebut. Orang-orang
Batak Toba meyakini bahwa jikalau adat
sebagai warisan utama itu diikuti dan dilaksanakan, maka orang tersebut dipercayai
akan mendapat berkah, sedangkan orang yang tidak peduli dengan adat tersebut
akan mendapat bala, berupa hukum tersirat maupun yang tersurat.
Selanjutnmya, secara teologis, adat adalah bentuk keseluruhan suatu sistem
religi suku. Adat tersebut merangkum, meresapi, dan menentukan eksistensi suku
atau bangsa dengan cara bagaimanapun. Kemudian, adat menghubungkan orang
yang hidup dan kasat mata atau kelihatan dengan orang yang mati yang tidak
kelihatan; selain itu adat mengatur tata tertib sosial untuk desa atau kelompok desa
sebagai persekutuan hukum, persekutuan produksi, dan persekutuan religi. Selain
itu, adat mempertahankan daya hidup mitos, di mana kekuatannya terdapat pada
nomisme, yaitu sikap hukum yang alamiah dan tujuannya ialah untuk pencapaian
kelanggengan dan keselarasan antara alam makrokosmos dan mikrokosmos. Di
dalam keseluruhan aspek yang berkait dengan adat ini, dunia binatang dan tumbuhtumbuhan diintegrasikan sepenuhnya sama seperti dunia alam dan angkasa. Adat
mepunyai corak bermotif sebab ia mempunyai dasar dalam mitos yang merupakan
konsep suatu bangsa untuk memahami dirinya. Oleh karena itu, adat merupakan
bagian lahiriah serta pengembangan mitos dalam kehidupan bersama dan
penerapannya dalam segala seluk belukn kehidupan (Pasaribu, 1986:61).
Adat memiliki asal-usul keilahian (ketuhanan) begitu pula merupakan
seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau
yang teratur datang kembali. Selepas itu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal
yang biasa (Schreiner, 1994:18). Pola-pola kehidupan yang Nampak dan dapat
diamati dalam bentuk pergaulan sehari-hari, pembangunan rumah, upacara
42
perkawinan, upacara kematian, semuanya dipelihara, dilaksanakan dan diatur
berdasarkan adat (ibid, 1994:20).
Budaya Batak Toba merupakan sebuah bentuk gagasan yang diwarisi
masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nilai-nilai budaya.
Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia, adalah bahwa
kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat adalah bagian dari
kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan. Di dalam praktik pelaksanaan adat
Batak Toba, realitas di lapangan menunjukkan terdapat empat (4) katagori adat.
Yang pertama, masyarakat Batak Toba mempunyai sistem hubungan adat
tersendiri. Menunjukkan bahwa setiap komunitas mempunyai tipologi adat masingmasing. Perlakuan masyarakat pedesaan terhadap adat lebih intensif dan merekat, di
sisi lain masyarakat Batak Toba yang tinggal di perkotaan relatif lebih
individualistis dalam konteks menyikapi adat Batak. Perilaku ini muncul akibat
pengaruh lingkungan yang membentuk pola pikir, di samping unsur teknologi yang
mempengaruhi adat tersebut.
Yang kedua, adat yang diyakini sebagai norma yang mengatur hubungan
antar manusia Batak Toba, dipengaruhi oleh aturan dan norma yang sudah berlaku
dalam masyarakatnya. Peraturan perundang-undangan dan hukum religi yang
banyak mengatur kehidupan normatif masyarakat secara rinci, memperkecil
peranan adat dalam mengatur norma sosial dan kehidupan bermasyarakatnya.
Selaras pula dengan aturan perundang-undangan dan hukum religi yang sudah
membudaya, sering juga dipandang dan dianggap sebagai bagian dari adat istiadat
Batak Toba sendiri.
43
Ketiga, Pola hubungan antar manusia dalam kelompok masyarakat Batak
Toba berubah secara terus menerus. Oleh karena itu, maka pelaksanaan adatnya
juga mengalami perubahan sesuai kebutuhan tanpa melihat sisi ruang dan waktu.
Keempat, pandangan dan nilai yang diberikan terhadap adat itu juga
mengalami perubahan, akibat dari pengaruh teknologi dalam penyebaranluasan
informasi. Hal itu tampak dalam praktek adat yang dilakukan oleh masyarakat
pendukungnya.
Adat ini juga mengarahkan bagaimana orang-orang Batak Toba dalam
menciptakan,
mengkreasikan,
menggubah,
dan
mempraktikkan
kesenian-
keseniannya termasuk dalam nyanyian. Kemudian aspek-aspek adat yang
mentradisi ini diteruskan ke dalam konteks musik populer Batak Toba, termasuk
juga bagaimana mengadopsi musik-musik dunia dalam kebudayaan Batak Toba itu
sendiri. Bagaimanapun, peran adat tetap berlanjut baik secara tradisi atau di era
modernisasi dan globalisasi sekarang ini.
2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen
Apa yang terjadi dalam musik popular Batak Toba dengan fenomena adopsi
beberapa lagu dari budaya dunia, khususnya peradaban Eropa, sebenarnya adalah
ekspresi dari kontinuitas dan perubahan dari system religi yang dianut masyarakat
Batak Toba. Awalnya mereka menganut religi tradisi, dengan berpusat pada
penyembahan kepada
Tuhan yang disebut Debata Mulajadi Nabolon, yang
kemudian secara berangsur-angsur berpindah kepada sistem religi baru yaitu
Kristen Protestan, terutama yang dibawa oleh zending Jerman, dimotori oleh
Ingwer Ludwig Nommensen. Kontinuitas dan perubahan sistem religi ini, menurut
44
penulis juga menjadi daya dorong bagi tumbuh dan berkembangnya kebudayaan
musik populer Batak Toba, yang di dalamnya mengandung unsur musik tradisi dan
juga musik Barat. Oleh karena itu perlu di sini diuraikan secara umum mengenai
sistem religi tradisi dan kemudian peralihannya ke Kristen Protestan.
Menurut sistem kepercayaan orang-orang Batak Toba dalam mitologinya,
persoalan kehidupan selalu ada sangkut pautnya dengan ketuhanan yang dipercaya
sebagai karya dari Mula Jadi Nabolon. Mite yang mirip dengan mitologi dalam
kepercayaan Hindu dalam cerita turun temurun masyarakat Batak Toba ini, yaitu
adanya tiga oknum dewa masing-masing Batara Guru, Soripada, dan Mangala
Bulan sebagai aspek dari Mulajadi Nabolon yang memiliki otoritas di bumi untuk
mengatur kehidupan manusia (Situmorang, 2009:21).
Dalam beberapa literature budaya, konsep mitologi ini berbeda dengan
konsep yang diungkapkan oleh Sitor Situmorang tentang “tri tunggal” Dewa orang
Batak. Dalam tulisan lain, Tampubolon menyebut ketiga Dewa tersebut bukanlah
implisit dari jelmaan Mula Jadi Nabolon, melainkan tiga dewa yang berdiri secara
sendiri-sendiri yaitu: (1) Mulajadi Nabolon, ( 2) Debata Asi-asi, dan (3) Batara
Guru yang sesuai dengan pekerjaannya di bumi.
Debata Mulajadi Nabolon diyakini sebagai pencipta alam semesta alam
yang besar (Nabolon), dan menciptakan dewa-dewa yang lebih rendah. Debata Asiasi sebagai dewa yang menurunkan berkat dan kasih melalui oknum perantara (roh
leluhur, roh penghuni suatu tempat). Batara Guru berarti maha guru yang memberi
ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu gaib, pengobatan dan penangkalan roh-roh jahat.
(Tampubolon, 1978:9-10).
45
Mitologi Batak Toba pada umumnya disampaikan melalui cerita dari mulut
ke mulut (tradisi lisan), biasanya pemberitaan seperti ini sukar untuk dipercaya. Hal
ini terbukti dari banyaknya beredar cerita-cerita dongeng di kalangan suku Batak
Toba. Selanjutnya, Warneck mengemukakan bahwa hampir semua suku bangsa di
dunia memiliki dongeng, yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Masingmasing berdiri sendiri (Hutauruk, 2006:8)2
Ajaran religi Batak Toba yang terdapat dalam mitologi ini, diperjelas oleh
Batara Sangti, yang menyebutkan ketiga dewa (sama dengan versi Situmorang)
sebagai pemilik otoritas kedewaan dengan konsep pekerjaan ketiga dewa tersebut
mengatur tata kehidupan manusia. Dalam legenda Siboru Deak (Deang) Parujar
dalam tonggo-tonggo (doa) yang disampaikan pada Mula Jadi Nabolon disebutkan
sebagai Debata Natolu, Natolu Suhu, Naopat Harajaon. Batara Sangti menguraikan
pekerjaan dan tugas keempat oleh Debata Asi-asi yaitu menolong manusia dengan
bersusah payah dan berkorban. Dewa ini berfungsi sebagai: naso pinele jala naso
sinomba (yang tidak disaji dan tidak disembah) sebagai tugas keempat dimaksud
dari na opat harajaon (Sangti, 1977:279).
2
Dongeng ini masuk ke dalam sebuah kajian yang disebut secrita rakyat atau folklor.
Danandjaya (1994:3) mengemukakan Sembilan ciri folklor yaitu: (1) Penyebaran dan pewarisannya
biasanya dilakukan secara lisan. (2) Folkor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk
relatif atau dalam bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi. (3) Folklor ada
(exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara
penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga
oleh proses lupa folklore mudah mengalami perubahan. (4) Folklor bersifat anonim, nama
penciptanya sudah tidak diketahui lagi. (5) Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
Cerita rakyat bisanya selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari.” (6)
Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat
misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. (7)
Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan ligika umum.
Ciri folkor ini berlaku bagi folklor lisan dan sebagain lisan. (8) Folklor menjadi milik bersama dari
kolektif tertentu. Hal ini disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak ada sehingga
setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. (9) Folklor umumnya bersifat polos
dan lugu, sehingga sering terlihat kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat
bahwa banyak folklor merupakan proteksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
46
Dari beberapa versi cerita lisan yang terdapat kehidupan orang Batak Toba
dapat disimpulkan, bahwa orang Batak Toba pada zaman keberhalaan sudah
mempercayai adanya Tuhan yang satu yang disebut Mulajadi Na Bolon yang
menjadi sumber dari segala yang ada. Orang Batak kala itu percaya ada kekuatan
besar Debata yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya. Ia juga
memelihara kehidupan secara terus menerus. Debata Mulajadi Na Bolon adalah
sebagai Tuhan yang tidak bermula dan tidak berakhir. Dia adalah awal dari semua
yang ada. Kepercayaan terhadap dewa-dewa ini, kemudian berubah menjadi
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seiring datangnya agama Kristen
Protestan ke Tano Batak, yang dibawa oleh Ingwer Ludwig Nommensen.
Ben M. Pasaribu mengatakan tentang konsep menyatunya antara agama dan
adat pada masyarakat Batak Toba sebagai berikut.
... dalam masyarakat Batak Toba, yang mayoritas beragama Kristen
dan Katolik, terdapat beberapa organisasi agamaniah yang berdasar
kepada sistem kepercayaan Batak asli, yang dijalankan menurut
persepsi dari pendiri-pendiri oraganisasi-organisasi tersebut dan
beberapa persentuhan dengan agama wahyu.
Hubungan antara organisasi agamaniah yang tradisi dengan
organisasi gereja Kristen merupakan suatu hubungan yang bervariasi
sekali, tergantung kepada perkembangan situasi masa yang
mempengaruhi persepsi Kristen terhadap unsur kebudayaan tersebut.
... Sehingga selain gereja Kristen Protestan yang menghadirkan
acara margondang dalam beberapa peristiwa gereja, gereja Katolik
juga mengadakan suatu misa yang didasari oleh beberapa sekwensekwen dalam acara margondang dari organisasi agamaniah tersebut.
Misalnya, Gondang Elek-elek sebagai kyre, daupa sebagai
evangelium, Gondang Santi sebagai offertorium, Tortor Ulubalang
sebagai agnus dei, Gondang Puji-Pujian sebagai sanctus dan
sebagainya (Ben M. Pasaribu 1986:53-54).
Etnik Batak Toba adalah salah satu etnik natif Sumatera Utara, yang daerah
kebudayaannya berada di seputar danau Toba, yang kini adalah sebagai salah satu
47
pusat industri pariwisata di Indonesia. Etnik Batak Toba pada masa sekarang ini
daerah budayanya meliputi empat Kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten:
(a) Tapanuli Utara, (b) Toba Samosir, (c) Samosir, dan (d) Humbang Hasundutan.
Mereka memiliki berbagai kesenian, seperti sastra, tari (tortor), musik (gondang),
dan rupa (gorga), dan lain-lain.
Masyarakat Batak Toba ini sejak abad ke-19 telah berinteraksi secara pesat
dengan peradaban Eropa dan agama Kristen Protetan khususnya dari organisasi
Reinische Mission Gesselschaft (RMG) yang kemudian berubah menjadi Verenigte
Evangelische Mission (VEM).
Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward
dari Gereja Baptis Inggeris tahun 1824.
Kedua pendeta ini mencoba
memperkenalkan Injil di kawasan Silindung (sekitar Tarutung sekarang).
Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba. Kemudian tahun
1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta,
yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh penduduk di bawah
pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan Juli 1834.
Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa Dr. H.N. van der Tuuk
untuk menyelidiki budaya Batak.
Ia menyusun Kamus Batak-Belanda, dan
menyalin sebahagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama Kongsi Bibel
Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui budaya. Tahun
1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen mengirim pendeta muda
G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan.
Ia tinggal di Sipirok sambil bekerja di
perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari Rheinische Mission
Gesellschaft (RMG), pada masa sekarang menjadi Verenigte Evangelische Mission
48
(VEM), dipimpin Dr. Fabri.
Penginjilan sampai saat ini berjalan lambat.
Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian diterima oleh
masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen.
Di bawah
pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade awal
abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama Kristen
Protestan. Berdasarkan rapat pendeta pada 3 Februari 1903, penginjilan diperluas
ke daerah Simalungun dan Karo, dan ternyata berhasil dengan baik (Nestor Rico
Tambunan 1996:58-60).
2.3
Gambaran Umum Kesenian Batak Toba
Kesenian yang ada dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba di antaranya
adalah: sastra, tortor (tari), gorga (rupa), dan gondang (musik).
(1) Seni sastra yang terdapat dalam budaya Batak Toba merupakan ekspresi
dari mitologi-mitologi, pelipur lara, norma-norma sosial, dan lainnya, yang muncul
sesuai dengan alam pikiran manusianya yang menjadi bahan teladan dalam
kehidupan. Oleh karena itu sastra ini berdasar kepada konsep budaya masyarakat
Batak Toba pada umumnya. Di antara seni sastra Batak Toba itu adalah sebagai
berikut: (a) tabas-tabas, yaitu semacam doa yang diucapkan oleh datu atau dukun;
(b) tudosan, yaitu perumpamaan suatu benda terhadap kehidupan, dengan
membandingkan pada perasaan hati; (c) turi-turian, yaitu cerita yang berbentuk
legenda, misalnya legenda Siboru Deak Parujar, Tunggal Panaluan, dan lainnya; (d)
umpama, yaitu sejenis pantun yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial
dan keteladanan; (e) umpasa yaitu penyajian sastra yang bermakna sebagai ucapan
syukur atau berkat, dan mengandung unsur pantun; (f) andung-andung yaitu
49
penyajian untuk meratapi jenazah orang yang dikasihi; (g) huling-hulingan atau
hutinsa yaitu penyajian sastra yang berbentuk teka-teki, jika ia berbentuk teka-teki
cerita maka disebut dengan torhan-torhanan.
(2) Seni tortor dalam kebudayaan Batak Toba merupakan gambaran dari
kehidupan, yaitu tentang tubuh manusia, norma-norma, penyembahan, dan lainnya.
Secara etimologis, tortor berasal dari kata martortor (bergetar), yaitu dari suara
getaran rumah adat. Rumah adat Batak Toba tidak dipaku dengan paku dari besi,
tetapi diikat dengan rotan. Jadi kalau berjalan di dalam rumah sambil menghentakhentak akan kedengaran getaran (martortor) kayu (M. Hutasoit 1976:15).
M. Hutasoit (1976:15-22) dalam bukunya yang bertajuk Gondang dohot
Tortor Batak, membagi tortor ke dalam dua bagian besar: (1) Tortor Hatopan, yaitu
tortor umum yang ditandai dengan karakteristik semua gerakan penari adalah sama.
Gerakan tortor ini telah diketahui orang ramai. Tortor Hatopan in dibagi dua: (a)
Tortor Hatopan Baoa (tortor yang dilakukan oleh kaum pria saja), (b) Tortor
Hatopan Boru (tortor yang dilakukan oleh kaum wanita saja); (2) Tortor
Hapunjungan, yaitu tortor khusus yang tidak semua orang bebas menarikannya,
karena sudah ditentukan kelas-kelasnya. Misalnya Tortor Naposo adalah khusus
untuk muda-mudi, Tortor Raja khusus untuk raja atau orang yang diagungkan.
Tortor Hapunjungan terbagi dua: (a) Tortor Hapunjungan Baoa adalah jenis teraian
lelaki, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Nasiar-siaran; Situan Natorop, Mejan,
Raja, Dalan, Sibaran, Joa-joa, Monsak, dan Hoda-hoda; (b) Tortor Hapunjungan
Boru adalah jenis tarian wanita, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Soripada, Siboru,
Sibaran, Haro-haro, Siar-siaran, Sihutur Sanggul, Tumba, dan lainnya.
50
Dalam budaya Batak Toba terdapat seni gorga. Mengenai seni gorga ini,
Baginda Sirait (1980:17) menjelaskan bahwa bermula adalah seorang raja yang
kaya mencari dukun untuk mengobati anak kesayangannya. Sudah banyak dukun
dan datu yang mencoba mengobati tetapi tidak ada yang berhasil. Dengan tidak
diduga datanglah seorang tua (natua-tua) memberikan tafsir berupa kaji diri, bahwa
penyakit anak itu akan sembuh kalau roh jahat yang menguasai anak yang sakit itu
diusir. Untuk mengusir roh jahat itu maka dibawalah si anak ke rumah. Mula-mula
di atas tanah dibuat gambar yang berbentuk raksasa dan untuk menimpa garisgarisnya maka dipotonglah ayam sambil menumpahkan darah ayam itu mingikuti
garis raksasa tadi.
Melalui sembahyang dan menghadirkan gambar tadi maka
sembuhlah penyakit si anak. Atas permintaan raja maka dipanggillah tukang untuk
memahatkan gambar seperti gambar pengobatan tadi di atas pintu rumahnya.
Lebih lanjut B. Sirait mengemukakan bahwa pada umumnya gorga yang
terdapat di Batak Toba adalah mengandung nilai-nilai spiritual dan estetika tinggi.
Jenis gorga dibagi dalam dua bagian besar yang dibedakan dengan warnanya: (a)
gorga silinggom adalah gorga yang didominasi warna hitam, (b) gorga sipalang
atau sigara ni api didominasi warna merah. Menurut garisnya terdiri dari gorga: (a)
si tompi yaitu lambang ikatan kekeluargaan, (b) dalihan na tolu melambangkan
kekerabatan, (c) simeol-meol melambangkan kegembiraan, (d) simeol-meol
masialoan sama seperti simeol-meol cuma motifnya berhadap-hadapan, (e) si tagan
lambang peringatan agar tidak sombong dan congkak, (f) si jonggi lambang
keperkasaan, (g) si lintong lambang kesaktian, (h) simarogung-ogung lambang
kejayaan dan kemakmuran, (i) ipon-ipon lambang kemajuan, (i) iran-iran lambang
kecantikan, (j) hariara sundung di langit melambangkan terciptanya manusia, (k)
51
hoda-hoda lambang kebesaran, (l) simataniari lambang kekuatan hidup, (m) desa
na ualu adalah melambangkan perbintangan untuk menentukan saat-saat baik bagi
manusia untuk bertani, menangkap ikan, dan lainnya, (n) janggar atau jorngom
melambangkan penjaga keamanan, (o) gaja dompak melambangkan kebenaran, (p)
ulu paung berupa raksasa setengah manuasia dan setengah hewan melambangkan
keperkasaan untuk menjaga setan-setan dari luar kampung, (q) singa-singa
melambangkan
keadilan
hukum
dan
kebenaran,
(r)
boraspati
(cecak)
melambangkan kekuatan pelindung manusia dari bahaya dan memebri tuah serta
harta kekayaan kepada manusia; (s) susu (payudara wanita) melambangkan
kesuburan (B. Sirait 1980:18-36).
2.4 Musik Vokal dan Instrumental
Budaya musikal masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian
besar, yaitu musik vokal dan musik alat musiktal. Musik vokal pada masyarakat
Batak
Toba
disebut
dengan
ende.
Dalam
musik
vokal
tradisional,
pengklasifikasiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat
dilihat berdasarkan liriknya. Ben Pasaribu membuat pembagian terhadap musik
vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian, yaitu :
1. Ende mandideng, merupakan musik vokal yang fungsinya adalah untuk
menidurkan anak (lullaby).
2. Ende sipaingot, merupakan musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang
akan melangsungkan pernikahan. Biasanya dinyanyikan pada waktu senggang
saat menjelang pernikahan.
52
3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo
chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dan daam waktu senggang,
biasanya malam hari.
4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring
tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat
dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini
dilakukan oleh para muda-mudi atau remaja di alaman (halaman kampung) pada
malam terang bulan.
5. Ende sibaran, adalah musik vokal yang menggambarkan cetusan penderitaan
seseorang yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita
tersebut, dan biasanya dinyanyikan di tempat yang sepi.
6. Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkaitan dengan pemberkatan, dan
berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Biasanya
dinyanyikan oleh para orang tua kepada keturunannya.
7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan
secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan
bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya
dimainkan oleh kumpulan anak-anak yang dipimipin oleh seseorang yang lebih
dewasa atau orang tua.
8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup
seseorang yang telah meninggal, yang disajikn pada saat atau setelah
disemayamkan. Dalam ende andung alunan melodi biasanya muncul secara
spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan
53
terampil dalam sastra yang menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting
untuk jenis nyanyian ini.
Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi kelompok
musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang diyanyikan untuk acara-acara
namarhadodoan (resmi)
2. Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak
Toba dalam kegiatan sehari-hari.
3. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan
berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita (Ben Pasaribu, 1986:27-28)
Tetapi apabila dikaji lebih rinci dari banyaknya jenis musik vokal pada
masyarakat Batak Toba, maka dibuat pengklasifikasian yang lebih mendetail
terhadap nyanyian-nyanyian tersebut sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Berikut ini adalah pembagian jenis musik vokal Batak Toba oleh Jan Harold
Brunvand yang dikutip oleh Ritha Ony (1983:13). Jenis musik vokal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Nyanyian kelonan (lullaby), yakni musik vokal yang mempunyai irama
halus, tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang
sehingga
dapat
membangkitkan
rasa
kantuk
bagi
sianak
yang
mendengarkan. Contoh: mandideng.
2. Nyanyian kerja (work song), yaitu musik vokal yang mempunyai irama dan
kata-kata yang bersifat menggugah semangat,sehingga dapat menimbulkan
rasa gairah untuk bekerja. Contoh : luga-luga solu.
54
3. Nyanyian permainan (play song), yakni musik vokal yang mempunyai irama
gembira serta kata-kata yang lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan.
Contoh : sampele-sampele.
4. Nyanyian yang bersifat kerohanian atau keagamaan, yaitu musik vokal yang
teksnya berhubungan dengan kitab Injil, legenda-legenda keagamaan, atau
pelajaran-pelajaran keagamaan. Contoh : metmet ahu on
5. Nyanyian nasehat, yaitu musik vokal yang liriknya berisi nasehat tentang
bagaimana pola bertingkah laku yang baik. Contoh : siboruadi.
6. Nyanyian mengenai hubungan berpacaran dan pernikahan, yaitu musik vokal
yang liriknya biasanya mengungkapkan kebiasaan muda-mudi yang sedang
bercinta dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Contoh : madekdek
ma gambiri.
Musik instrumental masyarakat Batak Toba dibagi menjadi dua kategori
berdasarkan bentuk penyajiannya, yakni ada yang lazim digunakan dalam bentuk
ensambel, dan ada yang disajikan dalam bentuk permainan tunggal baik dalam
kaitannya dengan upacara adat, religi atau kepercayaan, maupun sebagai hiburan.
Secara umum, pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik
tradisional, yakni: gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain dalam bentuk
ensambel, ada juga alat musik yang disajikan secara tunggal.
55
2.5 Gondang Hasapi
Komposisi alat musik pada gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik, yang
dapat diuraikan seperti berikut ini:
1. Hasapi ende (plucked lute), atau kadang kala disebut dengan hasapi inang
atau hasapi taganing, yaitu sejenis sebuah lute berleher pendek yang
dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki dua buah senar. Alat musik ini
merupakan pembawa melodi dan dianggap sebagai alat musik utama dalam
ensambel gondang hasapi.
2. Hasapi doal (plucked lute), alat musik ini sama bentuknya dengan hasapi
ende, perbedaannya hanya terletak pada peranan musikalnya yakni hasapi
doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan.
3. Sarune etek (shawn), yakni sejenis alat tiup berlidah tunggal (single reed)
yang juga berfungsi sebagai pembawa melodi. Alat musik ini tergolong ke
dalam kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat di atas
dan satu di bawah),dan dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa
(meniup secara sirkular tanpa berhenti) yang dalam istilah musiknya disebut
dengan circular breathing.
4. Garantung (xylophone), yaitu alat musik berbilah yang terbuat dari kayu dan
umumnya memiliki lima buah bilah nada. Selain berperan sebagai pembawa
melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem pada lagu-lagu tertentu.
Dimainkan dengan cara mamalu.3
3
Mamalu dapat diartikan dengan memukul, memainkan atau membunyikan. Contoh
mamalu hasapi (membuyikan hasapi), mamalu garantung (membunyikan garantung) dan lain-lain.
Palu-palu merupakan alat pemukul berupa stik yang digunakan untuk memukul alat musik.
56
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi yang terbuat dari plat besi atau botol kaca
yang berperan sebagai pembawa tempo atau ketukan dasar.
Gondang hasapi dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil.
Penggunaannya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup, dimainkan oleh
lima orang walaupun jumlah pemusik ini dapat juga bervariasi. Jika mengacu pada
praktek pertunjukan gondang hasapi di komunitas parmalim4, sarune etek
kadangkala bisa terdiri dari dua alat yang masing-masing dimainkan oleh satu orang
pemain. Begitu juga dengan jumlah orang yang memainkan hasapi ende atau pun
hasapi doal. Dengan kata lain, jumlah pemusik keseluruhan dalam gondang hasapi
yang terdapat pada kelompok parmalim bisa mencapai enam hingga delapan orang.5
2.6 Gondang Sabangunan
Ensambel gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah yang sering
digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan atau gondang
bolon. Komposisi alat-alat musiknya adalah seperti uraian berikut ini:
1. Sarune bolon (shawm, oboe), yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda (double reed)
yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara mangombus
marsiulak hosa. Alat musik ini tergolong kepada kelompok aerophone.
2. Taganing (single headed drum), yaitu seperangkat gendang bernada bermuka
satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa
melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu atau repertoar tertentu.
Kelima gendang tersebut dibedakan sesuai dengan namanya masing-masing,
4
Sebuah aliran kepercayaan tradisional/agama suku Batak Toba yang berkembang di Huta
Tinggi, Laguboti, Sumatera Utara.
5
Dikutip dari buku yang berjudul Gondang Batak Toba oleh Ritha Ony dan Irwansyah
Harahap.
57
yakni odap-odap, paiduani odap, painonga, paiduani ting-ting, dan ting-ting.
Alat musik ini tergolong ke dalam kelompok membranophone.
3. Gordang bolon (single headed drum), yakni sebuah gendang-bas bermuka satu
yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa
ritem konstan dan ritem variabel. Insrumen juga sering disebut sebagai bass dari
ensambel gondang sabangunan. Klasifikasi alat musik ini termasuk kepada
kelompok membranophone.
4. Ogung (gong), yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan
ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama oloan,
ihutan, doal, dan panggora. Masing-masing ogung sudah memiliki ritem
tertentu dan dimainkan terus menerus secara konstan/tidak berubah-ubah. Alat
musik ini tergolong kepada kelompok idiophone.
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya yang
dapat menghasilkan bunyi tajam untuk dijadikan sebagai pembawa tempo. Alat
musik ini tergolong kepada idiophone.
6. Odap (double headed drum), yakni sejenis gendang kecil bermuka dua (dua sisi
selaput gendang) yang berperan sebagai pembawa ritem variabel. Alat musik ini
biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu. Alat musik ini
tergolong kepada kelompok membranophone.
Gondang sabangunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara
yang berhubungan dengan adat ataupun religius. Gondang sabangunan berperan
sebagai media untuk menghubungkan manusia dengan penciptanya (secara vertikal)
dan menghubungkan manusia dengan sesama (secara horizontal).
58
Penggunaan odap dalam ensambel gondang sabangunan jarang ditemukan
saat ini. Beberapa musisi tradisional Batak seperti Marsius Sitohang, Guntur
Sitohang, dan S.Sinurat mengatakan bahwa penggunaan alat ini sangat terbatas dan
hanya diperuntukkan dalam upacara-upacara tertentu, dan biasanya hanya
parmalim yang masih tetap melestarikan alat musik tersebut. Namun, berkaitan
dengan peran dan bunyi musikalnya, pada zaman sekarang ini teknik permainan
odap sudah banyak ditransformasikan oleh taganing yang juga mampu berperan
sebagai pembawa ritem variabel. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu faktor
yang mengakibatkan odap sudah semakin jarang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ensambel gondang sabangunan pada umumnya dimainkan oleh tujuh
orang, yakni satu orang memainkan sarune bolon, satu orang memainkan taganing
dan odap, satu orang memainkan gordang bolon, satu orang memainkan ogung
oloan dan ihutan, satu orang memainkan ogung doal, satu orang memainkan ogung
panggora, dan satu orang memainkan hesek. Namun, formasi dan jumlah pemusik
ini sedikit berbeda dengan apa yang terdapat di dalam upacara parmalim. Dalam
konteks tersebut, umumnya pemusik berjumlah delapan orang, dimana alat musik
ogung oloan dan ihutan masing-masing dimainkan oleh satu orang. Kadang-kadang
juga bisa ditemukan pemain sarune bolon berjumlah dua orang pada beberapa
upacara parmalim tertentu. Pada masyarakat Batak Toba secara umum di luar
parmalim, formasi pemusik dalam formasi ensambel semacam ini jarang terjadi
pada kebanyakan pertunjukan gondang sabangunan.
59
2.7 Alat-alat Musik yang Disajikan Tunggal
Di dalam kebudayaan Batak Toba, dahulu kala alat musik (alat musik)
tunggal diartikan sebagai alat musik yang dimainkan secara tunggal dan tidak boleh
digabungkan ke dalam ensambel gondang hasapi maupun gondang sabangunan,
sebab pada dasarnya sudah ditetapkan berbagai alat musik tertentu yang boleh
dimainkan ke dalam kedua ensambel tersebut. Dalam hal ini, penggunaannya hanya
dikaitkan ke dalam kedua ensambel tersebut karena berdasarkan sejarah, dahulu
hanya ada dua ensambel dalam musik adat masyarakat Batak Toba yakni gondang
hasapi dan gondang sabangunan.
Alat musik tunggal biasanya hanya digunakan pada waktu senggang untuk
mengisi kekosongan atau menghibur diri.
Alat musik ini juga tidak pernah
dimainkan dalam upacara-upacara adat yang bersifat ritual layaknya alat musikintrumen yang ada pada ensambel gondang sabangunan atau gondang hasapi.
Namun jika diartikan secara lebih luas dan terkait perkembangan berbagai musik
Batak Toba pada masa kini, alat musik tunggal pada dasarnya bukan hanya alat
musik yang tidak boleh dimainkan bersama dengan ensambel gondang hasapi
maupun gondang sabangunan saja, melainkan juga pada berbagai ensambel atau
format musik yang lain.
Selain sulim, ada berbagai intrumen Batak Toba yang termasuk ke dalam
alat musik tunggal seperti uraian berikut ini:
1. Saga-saga (jew’s harp) yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara
menggetarkan lidah alat musikt tersebut dengan bantuan hentakan tangan dan
rongga mulut berperan sebagai resonator. Alat musik ini tergolong ke dalam
keompok ideophone.
60
2. Jenggong (jew’s harp) yang terbuat dari logam dan mempunyai konsep yang
sama dengan saga-saga. Juga termasuk ke dalam kelompok ideophone.
3. Talatoit (transverse flute), sering juga disebut dengan salohat atau tulila, yaitu
alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara meniup dari
samping. Mempunyai empat lobang nada yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi
kanan, sedangkan lobang tiupan berada di tengah. Alat musik diklasifikasikan ke
dalam kelompok aerophone.
4. Sordam (up blown flute) yang terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara
meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung alat musik yang
diposisikan secara diagonal. Alat musik ini memiliki lima lobang nada, yakni
empat di bagian atas dan satu di bagian bawah, sedangkan lobang tiupan berada
pada ujung atas nya. Alat musik ini juga termasuk ke dalam kelompok
aerophone.
5. Tanggetang (bamboo ideochord), yaitu alat musik yang terbuat dari batang
bambu besar dan memiliki senar yang dibentuk dari badan bambu itu sendiri dan
badan bambu tersebut berperan sebagai resonator. Prinsip pembuatan, cara
memainkan dan karakter bunyi alat musik ini hampir sama dengan keteng-keteng
yang ada pada masyarakat Batak Karo, dimana alat musik ini bersifat ritmis dan
gaya permainannya seakan mengimitasikan karakter bunyi ogung (gong Batak
Toba). Alat musik ini termasuk kelompok yang dipadukan antara ideophone
dengan chordophone sehingga disebut dengan ideochordophone
6. Mengmung juga merupakan alat musik sejenis ideochordophone yang mirip
dengan tanggetang, hanya saja senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu
dijadikan sebagai resonator.
61
Dari keseluruhan intrumen tunggal yang ada pada masyarakat Batak Toba,
sulim adalah alat musik yang masih tetap eksis dan paling sering digunakan hingga
pada saat ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sulim merupakan alat musik
tiup yang lebih kompleks dengan frekuensi nada serta jangkauan nada yang lebih
luas dibandingkan alat musik tunggal yang lainnya, sehingga berbagai jenis lagu
atau repertoar dapat dimainkan pada alat musik tersebut.
Sementara alat musik tunggal yang lain sudah sangat jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari bahkan ada orang yang mengatakan bahwa beberapa
di antaranya sudah hampir punah keberadaannya seperti saga-saga, jenggong,
tanggetang dan mengmung. Sebab pada umumnya, keempat alat musik ini sudah
sangat jarang kelihatan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
mungkin hanya satu dua orang yang masih melestarikan alat musik ini, dan itu pun
kemungkinan jika siempunya masih hidup atau alat musik tarsebut masih tetap
diwariskan secara turun temurun.
2.8 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modernisasi
2.8.1 Konsep musik populer
Konsep budaya populer (popular culture) dan seni populer (art culture)
digunakan dengan secara meluas di Barat selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan populer, meluasnya kapitalisme, dan
peristiwa proses modernisasi dan urbanisasi. Budaya populer memberikan
pengertian yang sama dengan budaya massa (Gans, 1974:10). Konsep budaya
massa berasal dari bahasa Jerman masse dan kultur. Masse ialah golongan rakyat
(nonaristokrasi) yang tidak berpendidikan, yang merujuk juga pada istilah lower-
62
middle class atau kelas pekerja yang miskin. Kultur juga bermakna sebagai budaya
tinggi, yang tidak saja melingkupi seni, musik, kesusastraan, dan penghasilan
simbolis lain yang diminati oleh golongan elit yang berpendidikan dalam
masyarakat, tetapi juga corak pemikiran dan perasaan golongan itu yang dikatakan
golongan yang berbudaya. Jadi, budaya massa adalah hasil simbolis yang diminati
golongan mayoritas berbudaya itu.
Ada pula para pengkaji yang menganggap
penggunaan istilah budaya massa adalah lebih tepat dari budaya populer karena
dikatakan penghasilan unsur-unsur budaya seperti itu ialah untuk masyarakat ramai
(Donald, 1968:12). Konsep budaya massa dipergunakan karena hubungan dengan
pengeluaran
unsur-unsur
budaya secara
besar-besaran (massive scale),
penggunaannya pula adalah meluas dan bagi kepentingan masyarakat manusia
(Lohisse, 1973:17).
Munculnya budaya populer mempunyai sejarah perkembangan tersendiri.
Perubahan politik feodal ke arah demokrasi, perkembangan teknologi, dan usaha
perdagangan sistem kapitalis menjadi titik tolak munculnya budaya populer ini.
Menurut Donald sistem politik demokrasi dan pelajaran yang semakin meluas
meruntuhkan monopoli golongan kelas atas terhadap unsur budaya (Donald
1968:12). Perkembangan teknologi yang lebih baik dapat mengeluarkan bentuk
hiburan dengan harga murah. Ia berpendapat teknologi modern seperti piringan
hitam dan film sesuai bagi pengeluaran dan penyebaran hiburan yang meluas. Jadi
usaha menawarkan hiburan menjadi lapangan bisnis yang menguntungkan.
Budaya populer bukanlah sebuah fenomena baru, ia merupakan kontinuitas
dari budaya rakyat yang menjadi milik rakyat. Seni rakyat (folk art) adalah hasil
budaya ekspresif rakyat yang disesuaikan dengan kehendak golongan mereka,
63
berbeda dari budaya populer yang disebut sebagai imposed from above (Donald,
1968:13).
Orang-orang yang ahli dalam lapangan tertentu, seperti artis-artis
menerima bayaran dari pihak penyelenggara. Penyelenggara bertujuan mencari
untung dan menggunakan bahan budaya sebagai barang dagangan.
Penonton
merupakan pengguna sementara unsur-unsur budaya menjadi barang pengguna.
Penawaran unsur-unsur budaya seperti itu senantiasa berubah-ubah bergantung
kepada perubahan citarasa pengguna.
Seni rakyat pada mulanya terpisah dari budaya tinggi (hoc cultuur) tetapi
kemudian budaya populer memainkan peranan penting dalam menyambungkan
antara dua budaya itu (Donald, 1968:13). Perkembangan budaya populer Barat
bukanlah masalah baru tetapi paling tidak telah muncul abad ke-17 (Lowenthal,
1961:14-28). Persoalan dan perdebatan ahli-ahli agama yang menganggap bahwa
hiburan yang bertujuan melarikan individu dari kenyataan merusakkan dan
membawa keburukan kepada moral anggota masyarakat, bertentangan dengan ahliahli filsafat yang menganggap hiburan sebagai kepentingan dasar sebagaimana
kepentingan dasar lainnya yang mempunyai fungsi tertentu dalam kehidupan
masyarakat.
Budaya populer dikatakan bersifat seragam atau homogen karena
pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Apa yang dianggap budaya
tinggi pada masa lalu adalah hak milik golongan elit yang bertujuan menyampaikan
nilai dan menggunakan unsur budaya untuk menyebarkan pengajaran kepada
khalayak ramai. Golongan elit
menggunakan unsur-unsur budaya untuk
mengukuhkan kedudukan mereka. Sementara itu budaya populer tersebar kepada
64
masyarakat awam dan menentukan the image of a centripetal force rather than a
centrifugal force (Lohisse, 1973:35).
Konsep budaya populer meliputi aktivitas-aktivitas yang diminati orang
ramai yang bertujuan memberi hiburan, seperti musik, film, buku, dan lainnya yang
selalu dikaitkan dengan apa yang disalurkan melalui media massa (Winston,
1973:54).
Budaya populer atau budaya massa ini boleh dilihat melalui sifat-
sifatnya yang tersebar secara meluas dan dapat menarik perhatian kelas pekerja
industri, dan produksinya dibuat secara besar-besaran (Quail, 1969:22).
Budaya populer memegang peranan penting dalam menaikkan citra budaya.
Munculnya budaya populer yang boleh dikatakan sebagai sebuah revolusi dalam
perkembangan budaya telah dapat merapatkan jurang pemisah antara golongan elit
dan rakyat biasa (Donald, 1968:15). Munculnya budaya populer kadang-kadang
menimbulkan kekeliruan.
Rosenberg menerangkan beberapa kekeliruan atau
anggapan orang ramai yangkurang tepat tentang budaya populer. Orang selalu
mengaitkan kemunculan budaya populer dengan kapitalisme, yang berawal di
Amerika Serikat, dan berasal dari sistem politik demokrasi (Rosenberg 1960:11).
Anggapan seperti itu tidak disetujui Rosenberg karena ia percaya bahwa pengaruh
perkembangan teknologi pertumbuhan budaya populer adalah besar sekali.
Perkembangan ekonomi dan perkembangan politik tidak dapat dianggap sebagai
akibat langsung sebagaimana yang berlaku dalam revolusi industri yang
berkembang di Eropa abad ke-19.
Masyarakat umumlah yang menentukan nilai dan selera atau kehendak
masyarakat (Gans, 1974:12).
Selera masyarakat umum ini penting dalam
menentukan corak budaya populer, misalnya dalam menentukan tema, pertunjukan,
65
dan sejenisnya.
Nilai anggota masyarakat adalah manifestasi terhadap bentuk
budaya populer dalam suatu zaman.
Proses urbanisasi merupakan faktor penting dalam pertumbuhan budaya
populer. Setelah bergulirnya revolusi industri di Barat pada abad ke-19, banyak
golongan petani pindah dan bekerja di kota sebagai pusat industri. Golongan ini,
yang dijuluki proletariat dan petty bourgeois, belajar membaca dan menulis dengan
tujuan memperbaiki kedudukan dan menambahkan keahlian mereka dalam
pekerjaan baru serta menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Hiburan diperlukan
untuk mengisi masa lapang mereka. Untuk itu di pasar dimunculkan bahan-bahan
erstz culture atau kitsch yang dapat memenuhi masa lapang, dan mengurangi
keletihan mereka setelah bekerja.
Kitsch adalah hasil revolusi industri yang
menyebabkan rakyat mengalami proses urbanisasi dan perkembangan sistem
pendidikan (Howe, 1960:497).
Pertumbuhan budaya populer
berkaitan dengan aspek seni yang
menimbulkan pula konsep seni populer. Seni populer adalah kontinuitas dari seni
tradisional. Seni populer, seperti musik, tari, dan teater disalurkan melalui media
massa hingga menyebabkan orang menganggap media massa juga sebagai seni
populer.
Media massa bukanlah seni, tetapi alat komunikasi yang bisa
mempengaruhi pertumbuhan seni. Media massa menyiarkan penerangan tetapi
dilakukan dalam bentuk hiburan untuk masyarakat ramai. Konsep seni populer
muncul selaras dengan pertumbuhan budaya populer abad ke-19 (Bigsby, 1973:16).
Seni populer dalam keadaan tertentu mengambil alih seni tradisional dengan
berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional,
ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Seni rakyat juga menjadi seni populer
66
dalam konteksnya tersendiri (Kaplan, 1967:317).
Kadang-kadang bentuk seni
populer disesuaikan dengan kesadaran dan kehendak masyarakat umum. Seperti
halnya dalam musik populer Batak Toba yang menjadi kajian dalam tulisan ini.
Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan
meluas dan diminati. Oleh sebab itu sebagian pihak menganggap nilainya turut
jatuh, citarasa umum dianggap mediocre, dan norma kitsch diterima. Namun jika
kita menganalisis keadaan baru yang mendatangkan kesan kepada seni, kita tidak
dapat membuktikan bahwa dengan meluasnya peminat atau penonton nilai sebuah
budaya semakin berkurang. Ada pula orang yang menganggap bahwa nilai seni itu
tinggi apabila penghasilannya sedikit (Duvignand, 1972: 130).
Musik populer Batak Toba tampaknya mengikuti konsep-konsep seperti
yang telah diuraikan di atas. Musik populer Batak Toba umumnya mengikuti
format ensambel band yang ada pada budaya musik Barat, namun elemen-elemen
tradisional Batak Toba juga menjiwainya.
Musik populer Batak Toba adalah
bagian dari kebudayaan massa (cultural mass) Batak Toba, yang dibentuk oleh
golongan rakyat dalam budaya Batak Toba.
Selain itu, terjadinya pergantian sistem politik feodal ke arah demokrasi,
perkembangan teknologi, dan usaha perdagangan sistem kapitalis menjadi titik
tolak munculnya budaya musik populer Batak Toba ini.
Awalnya masyarakat
Batak Toba menganut sistem feodalisme terutama saat kekuasaan politik tradisional
sistem kerajaan yang mengatur ekonomi rakyat, terutama yang paling jelas adalah
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, dimana para tengkulak menguasai
bisnis pertanian dan perikanan yang mengatur kehidupan rakyat Batak Toba.
Kemudian setelah merdeka, mulailah beralih ke sistem demokrasi Pancasila, rakyat
67
memiliki hak untuk berpolitik dan mengatur sendiri kehidupannya. Demikian pula
dengan sistem perdagangan bebas turut menumbuhkembangkan kebudayaan massa,
termasuk musik populer Batak Toba. Mereka sudah melakukan distribusi kaset
rekaman dalam industri yang diatur oleh sistem liberalisme.
Budaya musik populer Batak Toba pula merupakan kontinuitas dari budaya
rakyat yang menjadi milik rakyat. Hal ini dapat dibuktikannya berbagai elemen
musik rakyat atau tradisi rakyat tetap dilanjutkan dalam musik populer Batak Toba.
Yang jelas adalah penggunaan teks-teks berbahasa Batak Toba yang mengikuti
tradisi seni sastra Batak Toba, begitu pula berbagai konsep musik gondang yang
ditransformasikan ke dalam musik populer Batak Toba, juga teknik bermainnya,
judul lagu, dan lain-lainnya, yang bukan suatu kreativitas yang terputus dari
tradisinya.
Budaya
populer
dikatakan
bersifat
seragam
atau
homogen
karena
pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Kenyataan ini dapat dilihat
dari sistem produksi budaya musik populer Batak Toba yang biasanya dilakukan
secara besar-besaran melalui bentuk kaset tape, video compact disk, compact disk,
dan lainnya.
Seni populer dalam keadaan tertentu, mengambil alih seni tradisional dengan
berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional,
ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Hal ini juga berlaku dalam musik
populer Batak Toba. Ada yang mengambil unsur musik tradisional, tetapi tak
jarang pula muncul dalam bentuk baru (kreativitas), umumnya setelah adanya
persinggungan dengan budaya musik Barat, beragai elemen baru ini masuk ke
dalam musik populer Batak Toba.
68
Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan meluas
dan diminati. Setelah ditemukannya media komunikasi seperti radio, televisi, dan
internet, maka seni musik populer Batak Toba meluas persebarannya. Sampai kini,
bahkan seni ini diminati baik oleh masyarakat Batak Toba sebagai pendukungnya,
maupun masyarakat bukan Batak Toba yang juga turut mendukung keberadaannya
atau minimal sebagai peminat musik populer Batak Toba. Demikian sekilas konsep
musik populer secara umum dan musik populer Batak Toba secara khusus.
Selanjutnya kita uraikan secara umum musik populer Barat dan pengaruhnya bagi
musik populer Batak Toba.
Kemudian selaras dengan perkembangan teknologi, budaya musik populer
Barat juga masuk ke Indonesia, termasuk Batak Toba. Mereka dengan didasari oleh
pengalaman kultural sebelumnya dengan antusias mencipta lagu-lagu (musik)
populer Batak Toba, dengan berbagai kreativitas dan akulturasinya dengan budaya
Barat. Pada paruh pertama abad ke-20, muncullah berbagai komponis ternama dari
etnik Batak Toba ini, bahkan beberapa di antaranya adalah komponis lagu-lagu
nasional Indonesia, di antaranya adalah Cornel Simanjuntak, di samping itu ada
Ismail Hutajulu, Nahum Situmorang, Tilhang Gultom, dan lain-lainnya. Selepas
itu muncul pula berbagai komponis musik populer Batak Toba seperti Sidik
Sitompul (S. Dis), Buntora Situmorang.
Sementara itu muncul pula berbagai
kelompok musik populer Batak Toba seperti: Trio Ambisi, Trio Amsisi, Trio
Lasidos, Panjaitan Bersaudara, Nainggolan
Sisters,
dan lain-lain.
Dalam
pertunjukannya, mereka melakukan akulturasi antara budaya Barat dan Batak Toba,
yang diadun sedemikian rupa menjadi budaya populer. Musik populer Batak Toba
itu berkembang dengan masuknya pengaruh budaya asing dan berinteraksi dengan
69
budaya Batak Toba. Awalnya musik populer Batak Toba dipengaruhi oleh musik
gereja, yang dapat ditelusuri melalui penggunaan tangga nada diatonis (diatonic
scale) nampak di dalam melodi-melodi yang diciptakan dan digunakan dalam
berbagai peristiwa budaya.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dan para pemusik
Batak Toba banyak mendengar berbagai jenis irama, dengan media utamanya
adalah radio, tape recorder, video compact disk, dan televisi. Karena seringnya
mendengar musik dalam berbagai irama, para pemusik mendapatkan wawasan
secara musikal, alhasil timbul keinginan para pemusik membuat sesuatu yang baru
di dalam musik populer Batak Toba yang membawa musik Batak Toba itu kepada
perkembangan-perkembangan.
Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat
penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c)
modernisasi, dan (d) konstilasi. Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak
Toba secara melodis, karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang
dipengaruhi tradisi asing. Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni musik
Barat, lagu-lagu pada masa tradisi ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah
nada bagi melodi yang dihasilkan oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum
digunakan.
Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan
adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yaitu lagulagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni
Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu
dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut
70
sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada
wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan
masa sebelumnya.
Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang
semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi
termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran
yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat
menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba.
Musik populer Batak Toba mulai diperde-ngarkan di radio pada mulanya direkam
pada bentuk piringan hitam. (Panggabean, 1994:34).
Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio,
masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama
seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain.
Hal ini
merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik
Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba
dengan berbagai irama seperti tersebut di atas.
Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya
sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik
populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang
mencoba
memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya. Masa ini dapat
dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer Batak Toba, dikarenakan
pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan komponis Batak Toba saat
ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan teknologi modern. Misalnya lagu
Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke dalam irama remix akan tetapi
71
menggunakan alat musik tradisional seperti sulim Batak dan taganing (drum chime)
dipadukan dengan alat alat musik modern (berasal dari kebudayaan Barat) seperti
seperangkat alat band dan program keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini
digarap oleh Vicky Sianipar dengan bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur
orkestra Barat.
Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga
lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen,
estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang
lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan
perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemenelemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri
sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih
dinamis.
Masyarakat Batak Toba umumnya memiliki rasa musikalitas dalam
kehidupannya, yang dalam penciptaan musik baru tanpa perlu terlalau jauh
meninggalkan tradisi nenek moyangnya. Orang Batak Toba umumnya terkenal
memiliki suara yang baik, yang dapat dilihat melalui kebiasaannya yang hobi
bernyanyi pada saat-saat berkumpul dan juga dalam mengadakan upacara-upacara
adat Batak, selalu menghadirkan musik.
Misalnya pada upacara kematian,
perkawinan, dan lainnya. Dalam pengertian yang luas musik vokal Batak Toba
memiliki berbagai fungsi sosial, baik yang sifatnya sekuler, maupun ritual. Hal ini
juga dideskripsikan oleh Hilman Situmorang (1988:151): “Rap adong do kesenian
marende dohot marandung di halak Batak, alai gumondang ma ummalo marende
sian na malo mangandung.”
Artinya adalah bahwa kesenian menyanyi dan
72
bersenandung bersamaan kelahirannya pada masyarakat Batak Toba, tetapi lebih
banyak orang yang lebih pandai menyanyi dari pada bersenandung (mangandung).
Remy Silado atau Yapi Tambayong (1992), seorang kritikus musik ternama
Indonesia juga memberikan pandangannya terhadap rasa musikalitas orang Batak
Toba.
Sederet nama para komposer dan pemusik yang berasal dari Batak Toba,
yaitu Amir Pasaribu, Cornel Simanjuntak, Liberty Manik, E.L. Pohan,
Tilhang Gultom, Nahum Situmorang, dan Nortir Simanungkalit. Ini
membuktikan bahwa orang Batak Toba memiliki musikalitas yang baik.
Bahkan setiap orang dari masyarakat tersebut memiliki kemampuan
bernyanyi dan sangat respek terhadap musik.
Musik alat musiktal Batak Toba secara ensambel dapat dibagi dua yaitu: (a)
ensambel gondang sabangunan, dan (b) ensambel gondang hasapi atau uninguningan. Ensambel gondang sabangunan terdiri dari alat musik: (a) taganing,
terdiri dari lima gendang satu sisi berbentuk konis dan pembawa melodi (drum
chime) dan satu gordang juga gendang satu sisi berbentuk konis membawa ritmik,
satu sarune bolon (shwm), empat gong yang disebut ogung (oloan, ihutan,
panggora, dan doal), serta satu simbal yang disebut hesek.
Alat-alat musik
pembawa melodi adalah taganing dan sarune bolon, pembawa ritme konstan adalah
ogung dan hesek, pembawa ritme variatif adalah gordang.
Gondang hasapi adalah ensambel musik tradisional Batak Toba yang terdiri
dari alat-alat musik: garantung (wooden xylophone), sulim (side blown flute),
sarune etek (shawm), hasapi ende (short neck lute melody), hasapi doal (short neck
lute appergiation), dan hesek (symbals). Alat-alat musik yang berfungsi pembawa
73
melodi adalah garantung, sulim, sarune etek, dan hasapi ende. Sebagai pembawa
ritme variatif adalah hasapi doal, dan sebagai pembawa ritme konstan adalah hesek.
Kedua ensambel ini, turut memberikan kontribusi terhadap masuknya alat
musik saksofon dan teknik bermainnya dalam musik populer Batak Toba. Teknik
permainan sarune bolon yang terdapat dalam ensambel gondang sabangunan dan
sarune etek dalam ensambel gondang hasapi, secara eksplisit diteruskan oleh para
pemain saksofon yang berlatar belakang budaya musik Batak Toba. Demikian
sekilas mengenai kesenian termasuk musik tradisi Batak Toba.
Selanjutnya
diuraikan tentang konsep budaya (musik) populer.
2.8.2 Musik populer Barat dan pengaruhnya pada musik populer Batak
Pada asasnya perhatian ke arah dunia musik diawali dengan timbulnya
kegoncangan di dunia perdagangan internasional dan juga dalam bidang moneter
internasional yang tidak hanya terjadi di negara-negara maju (developed countries)
tetapi pengaruhnya juga dirasakan pula oleh negara-negara berkembang, seperti
halnya Indonesia (Sindhunata, 1983:96), sebagai upaya mengatasi situasi ekonomi
akibat rendahnya pendapatan negara melalui sektor minyak dan gas bumi, sehingga
sektor non migas merupakan alternatif yang berpeluang baik untuk dikembangkan.
Tidak hanya produksi ekonomi saja yang diindustrikan, tetapi semua kejadian
dalam masyarakat, terjadilah industri kebudayaan, seni, pemikiran, dan lain-lain
(Sumitro Djojohadikusumo 1975:76-110).
Pada tahun 1920 terjadi suatu perkembangan besar dalam musik populer.
Beberapa perkembangan penting yang bersifat teknis bertambah dengan
didirikannya stasiun radio komersial yang berkaitan erat dengan perkembangan
74
teknologi, media elektronika seperti radio, televisi, piringan hitam, kaset video, film
musikal, laser disc serta perkembangan proses rekaman yang sangat berperan
dalam penyebarluasan musik populer di seluruh dunia. Dengan adanya penemuan
media elektronika, musik populer menjadi komoditas industri yang baru untuk
kepentingan komersial. Pesatnya penjualan produksi musik populer didukung oleh
pemutaran-pemutaran film atau sinetron musikal, yang memberikan akses kepada
masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan musik populer di gedung-gedung
bioskop, atau hanya dengan memegang remote control di rumah melihatnya melalui
televisi. Masyarakat umum adalah bahagian utama sebagai konsumen dari musik
populer ini.
Puncak penjualan industri musik populer Barat (dan dunia) tercatat pada
tahun 1955 ketika pemusik Bill Halley memperkenalkan musik rockn’ roll dalam
film musikal yang bertajuk Arround the Clock.
Selanjutnya bermunculan
kelompok musik baru yang juga bergaya rockn’ roll yang menguasai pasaran musik
dunia melalui piringan hitam, kaset rekaman atau pertunjukan musik, dan
pemutaran film musik.
Tokoh-tokoh musik populer dunia di antaranya adalah Elvis Presley (19351977), disusul kelompok musik The Beatles (anggotanya John Lennon, Ringgo
Star, George, Paul McCartney), dan Bee Gees. Selain grup musik populer tersebut,
masih banyak lagi grup musik dan penyanyi populer lainnya yang bermunculan
seperti: Queen, Abba, Scorpion, Michael Jackson, Stevie Wonder, Elton Jhon,
Sting, Roxeete, Prince, Debbie Gibson, Mariah Carey, Bobby Brown, Tommy
Page, Christina Aguilera, Madonna, dan lainnya.
75
Jenis-jenis musik populer yang berkembang dalam kebudayaan Barat,
dalam hal ini Eropa dan Amerika telah berpengaruh besar kepada perkembangan
musik Indonesia. Tidak ketinggalam termasuk juga pengaruhnya kepada musik
populer Batak Toba.
Jenis-jenis musik Barat itu di antaranya adalah musik kaum budak (slave
music), yang merupakan lagu-lagu kaum budak yang dibawa dari Afrika ke
Amerika.
Teks-teks nyanyian
itu banyak mengambil isi Alkitab, yang
mencerminkan penderitaan lahir dan batin, serta kerinduan akan pembebasan sistem
perbudakan.
Jenis lainnya adalah jazz, yang berasal dari kota New Orleans, bagian
selatan Amerika tahun 1619 orang negro mulai datang ke Amerika, di daerah
Virginia. Pada awalnya, kaum negro belum bekerja sebagai budak belian. Hal ini
baru mulai dengan berkembangnya abad ke-19. Bagian Amerika Utara dikuasai
oleh masyarakat Inggris beragama Kristen yang bersikap puritan menentang ritual
kaum negro, sedangkan di Amerika Selatan di bawah pengaruh agama Katholik,
tradisi lama lebih mudah ddipertahankan. Musik jazz yang pada awalnya diciptakan
oleh orang kulit hitam dalam masa perbudakan selama Perang Dunia Kedaua
kemudian membuat orang kulit hitam dan kulit putih bermain bersama dalam
ensambel jazz, sehingga ada percampuran antara corak musik yang disebut AfroJazz.
Musik jazz ditandai penerapan teknik improvisasi secara dominan yang
dijalin dengan permainan irama yang singkopik.
Gaya permainan ini bermula
tahun 1914 di area perkebunan New Orleans, sebagai perpaduan antara musik
orang-orang negro asal Afrika dengan peralatan sistem nada dan melodi-melodi
Marcia bangsa Creole Perancis. Sesudah tahun 1960 keluar dari Amerika dan
76
menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan berbagai ragam dan gaya. Hal ini
ditunjang oleh kemampuan irama ini berpadu dengan jenis musik lain seperti
populer, rock, dan klasik. Tokoh-tokoh jazz di antaranya adalah Louis Armstrong,
Benny Goodman, Lester Young, dan lain-lain.
Genre lainnya adalah musik rockn’roll, yang pada masa-masa awal
perkembangannya memakai unsur dixiland (musik jazz yang berawal dari
kerangaka country) dan ragtime (Japi Tambayong 1992:56).
Merupakan gaya
permainan musik jazz klasik, sifatnya ceria dan ragtime adalah irama musik tario
bangsa negro Amerika yang populer abad ke-19, menggunakan nada-nada
singkopatis, khususnya pada alat musik musik piano. Berdasarkan jenisnya adalah:
hard rock dan heavy metal.
Genre lainnya adalah blues, yaitu jenis lagu ratapan dari masyarakat negro
Amerika. Berkembang mulai tahun 1911, sebagai perintis musik jazz. Dalam
pertunjukan vokalnya umum dilakukan secara solo yang lambat. Namun dalam alat
musiktal nampaknya lebih leluasa, kesenduannya terasa oleh penurunan nada ke-3
dan ke-7. Jenis lagu ini juga memiliki bentuk khusus yang terdiri dari 12 birama.
Genre lainnya country dan western adalah musik Eropa yang berasal dari
imigran Irlandia (Inggris) yang dimainkan di kalangan masyarakat kulit putih. Di
Amerika nyanyian ini dimainkan dengan menggunakan progresi harmoni dan
tonalitas.
Genre lain adalah musik alternatif, yang timbul karena adanya kejenuhan
terhadap aturan-aturan komposisi yang dianggap hanya membatasi kreativitas
pemusik. Para pemusik jenis alternatif ini berkarya tanpa terlalu terikat dengan
hukum komposisi atau penggunaan alat-alat musik. Jenis musik ini merupakan
77
lanjutan dari punk yang populer pada dekade 1970-an. Grups musik alternatif di
antaranya adalah: Red Hot Chili Peppers, Spin Doctors, Pearl Jam, Car Cars, dan
lain-lain.
Berikutnya adalah genre soul, yang berasal dari lagu-lagu spiritual yang
berkembang menjadi musik gospel, yaitu musik yang dipertunjukkan di luar gereja.
Kemudian dibangun suatu tempat bagi penyanyi kulit hitam melalui rekaman pada
piringan hitam. Gaya mereka disebut rhytm and blues (R&B) yang kemudian
berkembang menjadi gaya yang berjalan sendiri, misalnya solo dengan iringan
paduan suara. Larik lagu umumnya beertema cinta, kebebasan, dan kehidupan
sosial. Kebanyakan penyanyi soul berkulit hitam, seperti: James Brown, natalia
Colie, Tina Turner, Diana Ross, Stevie Wonder, Whitney Houston, Michael
jackson, Tony Braxton, Tony Toni Tone, dan lain-lain.
Genre lainnya disco, yang merupakan akronim dari kata disc jockey (DJ)
yaitu pemain piringan hitam di tempat-tempat dansa. Corak musik dansa yang
paling populer sekali pada paruh kedua dasawarsa 1970-an, sebagai lanjutan dari
rock dasawarsa 1950-an. Penyanyi musik disco antara lain: Donna Summer, Barry
White, Peter Brown, Linda Clifford, Karen Young, Madonna, Janet jackson, dan
lain-lain. Sedangkan grup disco antara lain: Disco Trex, Sister Sledge, dan lainlain.
Genre lain funk, yang merupakan perkembangan dari musik soul. Funk
biasa juga disebut funky. Pada jenis musik ini terdapat unsur jazz, rock dan ritme
dari musik soul. Ciri khas funk antara lain ritmenya berjalan terus menerus seperti
seorang yang berbicara progresi akord berjalan bebas dan tidak memeiliki aturan
78
tertentu.
Penyanyi funk di antaranya: Funkadelic, Commodores, Kool and the
Funky Bunch, Fith no More, dan lain-lain.
Genre lain adalah rap, yang merupakan perkembangan akhir dari soul. Ciri
musik rap tidak memiliki aturan yang jelas, dan mengutamakan kebebasan.
Liriknya seperti bertutur atau bercerita sambil penyanyinya menari tanpa henti.
Tema lagu berkisah tentang kehidupan sosial, politik, kebebasan, keadilan, dan
lainnya.
Jenis musik ini menggunakan alat-alat seperti: drum, bunyi piringan
hitam, bass, keyboard, dan lainnya.
Penyanyian di antaranya: Bobby Brown,
Gypsy, kematau Das, The Fatback Band, dan lain-lain.
Jika kita lihat lagu-lagu populer Batak Toba, maka unsur-unsur musik
populer Barat masuk ke dalamnya. Misalnya slow rock terdapat dalam lagu-lagu
Dunghuon Hutanda Ho, Endengkon Di Radio Bege, Satongkin Do. Jenis lagu blues
dapat dilihat pada lagu Tumagon Nama Mate. Selain jenis lagu, irama (jenis polapola ritme tertentu) dari budaya musik Barat juga mempengaruhi irama musik
Batak Toba.
Sebagai contoh adalah irama fox-trot, yaitu jenis irama dan pola tari dari
Amerika Serikat yang muncul tahun 1912. tarian dalam birama biner ini akrab
dengan genre musik jazz, namun dalam perkembangannya menjadi dua macam,
langkah cepat (quick step) dan yang bertempo lambat (slow foxtrot). Dalam lagulagu populer Batak Toba, irama ini digunakan dalam lagu: Marhappy-happy Tung
So Boi, Modom Ma Damang Unsok, O Tao Toba, Rura Silindung, Dengke Julungjulung, Nahinali Bangkudu, Napinalu Tulila, Sapata Ni Napuran, Beha Padundung
Bulung, Ala Dao, dan lain-lain.
79
Berikutnya irama calypso, yangmerupakan irama dansa yang berasal dari
Trinidad yang sangat populer pada dasawarsa 1950-60-an. Contoh lagu pada irama
ini adalah pada lagu Sitogol, Alama Dogema, Pulo Samosir, Dana Tiniptip
Sanggar, Luahon Damang, Marombus-ombus, Luat Pahae Nauli, dan Dorma
Sijunde Do Sihabiaran.
Irama rumba, adalah jenis irama pengiring tarian rumba yang berasal dari
Kuba. Bertempo cepat dengan ciri utama singkopatik dalam birama 2. berhasil
terangkat sebagai tari ballroom dan juga ke dalam musik jazz di Amerika sekitar
tahun 1930-an. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu:
E,e Ndang Maila, Ketabo-Ketabo, Nungga Lao Nungga Lao, Tumba Goreng,
Sisingamangaraja, dan lain-lain.
Irama lainnya adalah tango, yaitu yang digunakan untukmengiringi tarian
tango dari Amerika Selatan, tepatnya di pinggiran kota Buenos Aires, Argentina.
Berkembang ke seluruh penjuru Amerika tahun 1910, mungkin dibawa oleh budakbudak negro asal Afrika. Contohnya dalam musik populer Batak Toba, pada lagulagu: Anak Sasada Tading Manetek, Di Jou Au Mulak Tu Rura Silindung, Malala
Rohangki, dan lainnya.
Chacha adalah irama musik iringan tariyang populer tahun 1950-an, berasal
dari Amerika Latin dan dikenalkan oleh Perez Prado. Irama dansa ini menjadi topik
penting dalam pembahasan kebudayaan Indonesia jaman Sukarno.
Contohnya
dalam musik populer Batak pada lagu: Sai Ga Ma Ho, Sai Tudia Ho Marhuta, dan
Situmorang Nabonggal.
Bolero sebagai irama iringan tari, merupakan ritme dasar drum dalam
bentuk sajian cressendo. Tekniknya mirip seperti kebanyakan lagu tarian rakyat
80
Spanyol, yang dilakukan alat musik tiup bukan vokal. Dengan birama 3/4 yang
biasa dihiasi dengan bunyi kastanet oleh komponis Perancis M. Ravel. Contoh
irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu: Dao Pe Ho
Marhutasada dan Holong Ni Roham Do Sinta-sinta Di Au.
Irama lainnya adalah samba, yang berasal dari Afrika dibawa ke Brasilia,
dengan banyak variasi meter dupel dan berciri khas kunci-kunci mayor.
Merupakan irama dan tarian nasional yang diperlombakan tahunan pada perayaan
karnaval. Berbirama dua dengan gerak-gerak singkopatik dan tempo moderato.
Contohnya pada musik populer Batak adalah pada lagu: Tumbarudekdek dan
Nungga Tarhirim.
Irama berikutnya adalah wals (waltz), yaitu irama pengiring tari dalam
birama 3, yang mulai dibawa pada akhir abad ke-18. Kepesatan perkembangnnya
pada abad ke-19 berada di tangan komponis-komponis Wina, Austria seperti Joseph
Warner ataupun Johann Strauss. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba
adalah pada lagu: Lisoi, Nasonang Do Hita Nadua, Untte Malau.
Bossanova adalah termasuk irama jazz khas Amerika Latin, yang biasa juga
digunakan mengiringi tari. Disebut juga dansa asmara (the dance of love), irama ini
termasuk paling digemari pada dasawarsa 1960-an. Sebuah lagu populer yang
dikenal luas di Indonesia, dinyanyikan Judy Garland berjudul Blame it on
Bossanova. Di dalam musik populer Batak Toba contohnya pada lagu Lontung
Sisia Marina. Selain itu, modernisasi juga terjadi di dalam musik tiup Batak Toba,
seperti uraian berikut ini.
81
2.8.3 Alat musik Tiup di gereja Batak Toba
Tahun 1862 seorang misionaris Kristen Protestan Ingwer Ludwig
Nommensen datang ke Tanah Batak Toba dengan pengetahuan tentang masyarakat
dan kebudayaan Batak Toba. Nommensen menyebarkan agama Kristen Protestan
dengan sangat berani kepada masyarakat Toba, dengan resiko nyawa yang harus
ditanggungnya.
Berkat kegigihannya ini, maka berdirilah sebuah gereja yang
pertama di Tanah Batak yakni Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Seiring dengan penyebaran agama Kristen Protestan, para misionaris turut
membangun sarana-sarana seperti pendidikan dengan membuka sekolah, kesehatan
dengan membuka rumah sakit dan balai pengobatan maupun membangun sarana
transportasi.
Hal ini mendorong berakarnya agama Kristen di dalam budaya
masyarakat Batak Toba. Perubahan itu selaras dengan konsep hidup orang Batak
Toba di dunia, yaitu mencari hamoraon (kekayaan), hagabeon (memiliki keturunan
yang berhasil), dan hasangapon (kemuliaan atau kehormatan).
Kebaktian menjadi bagian dari masyarakat Batak Toba Kristen. Perhatian
masyarakat terhadap eksistensi gereja juga didorong oleh pengetahuan tambahan
terhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal dari Eropa. Setiap acara
kebaktian gereja mereka dikenalkan lagu-lagu melalui notasi Barat. Bersamaan
dengan itu para misionaris
memperkenalkan alat-alat musik seperti: trumpet,
saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan sausafon. Alat musik tersebut dipakai
untuk mengiringi nyanyian-nyanyian gereja pada saat upacara.
Para misionaris juga mengajarkan bagaimana cara memainkan alat musik
tersebut kepada sekelompok warga jemaat yang dianggap sungguh-sungguh
mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi
82
untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal notasi musik yang ada. Melalui
proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat
mahir
memainkan ensambel musik tiup tersebut.
Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih baru
bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang bertangga
nada diatonik. Alat musik musik brass yang pertama hanya terdiri dari sebuah
trumpet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang dimainkan oleh
Berausgegeben von D. Johansen Ruhlo, putra Nommensen sendiri, mengingat saat
itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat memainkannya.
Perkembangan agama Kristen Protestan semakin lama semakin pesat dan
pertunjukan solo trumpet tidak sanggup lagi mengimbangi tikat intensitas paduan
suara jemaat, sehingga ditambahlah trumpet tersebut menjadi empat buah. Untuk
itu Johansen terpaksa harus mengajari beberapa warga untuk memainkannya, juga
mengajarkan notasi balok khususnya yang tertuang dalam Buku Logu, buku
nyanyian pokok gereja HKBP (Tampubolon, 1999:44).
Setelah penjajahan berakhir tahun 1943, para zending Jerman juga
meninggalkan Tanah Batak, namun aktivitas kerohanian tetap berjalan.
Para
pendeta yang telah diajar kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris
mengambil alih kepemimpinan gereja.
Pada saat pendudukan Jepang ini, selain digunakan untuk kegiatan gereja,
brass band juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang
hendak berperang, seperti saat pemberangkatan tentara yang hendak berperang.
Menurut keterangan para informan, alat musik yang digunakan bukan milik gereja
tetapi dibawa oleh para tentara Jepang dari negerinya.
83
Pada
saat
pasar
malam
di
sekitar
Balige,
pemerintah
Jepang
mempergelarkan brass band sebagai hiburan. Para pemain musik brass band yang
terlibat diberi honorarium oleh pihak pemerintah Jepang.
Kalau awalnya
penggunaan brass band adalah untuk kegiatan agama Kristen di gereja, maka saat
penjajahan Jepang diperluas menjadi bagian dari hiburan.
masuknya alat musik saksofon dan lainnya dalam HKBP.
Demikian sekilas
Selain itu, di
Simalungun juga terjadi hal sama, khususnya di Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS).
Kenyataan yang dijumpai dalam melagukan nyanyian gereja dipengaruhi oleh
nyanyian rakyat Simalungun, khususnya bagi orang-orang Simalungun di pedesaan
tidaklah dapat dipungkiri.
Namun tidak perlu menyalahkan atau mengatakan
bahwa nyanyian yang mereka lagukan tidak benar.
Sering terdengar isu,
kebanyakan dari beberapa kalangan pendeta yang pernah bertugas di daerah
pedesaan, bahwa melagukan nyanyian gereja banyak salahnya. Terkadang, para
pendeta itu tidak dapat mengikuti nyanyian jemaatnya. Suatu ketika tahun 1988
ketika mengikuti kebaktian bagi para anggota partarompet (peniup trumpet) GKPS,
seorang penginjil, P.P. Luther Purba, membuat suatu ilustrasi dalam khotbahnya
mengenai cara bernyanyi anggota jemaat GKPS Marbun Lokkung dan sekitarnya
yang tidak bersungguh-sungguh. Temponya tidak sesuai dengan jiwa lagunya.
Misalnya lagu-lagu puji-pujian dinyanyikan lambat tidak gembira, seharusnya cepat
dan gembira. Melodinya banyak yang diubah. Singkat kata ia menghendaki kalau
melagukan nyanyian gereja haruslah benar sesuai dengan tuntutan lagu itu sendiri.
Apa yang dituntutkannya itu tidaklah mesti demikian.
belakang
Kita harus lihat latar
kebudayaan musik dan latar belakang cara belajar nyanyian gereja
84
tersebut. Mereka melagukan nyanyian gereja itu memang sungguh-sungguh dari
lubuk hatinya dengan tujuan memuji Tuhan.
Mereka merasa menyanyi sesuai
dengan kebiasaan yang mengungkapkan rasa emosionalnya dengan sungguhsungguh.
Sekitar tahun 1960-an, seorang pendeta Jerman yang bernama J. Depperman
telah banyak mengamati dan memperhatikan kehidupan musik di daerah
Simalungun. Akhirnya ia memutuskan suatu gagasan untuk mengadakan alat musik
tiup (trumpet) bagi para jemaat, yang berasal dari bantuan RMG/VEM. Trumpet
ini diberikan kepada para jemaat yang dianggap tepat sekali gus memberikan
pelatihan cara memainkan alat musik tersebut. Sekurangnya 60 buah trumpet
diberikan kepada para jemaat dengan perincian minimal 10 buah setiap kelompok.
Adapun para jemaat yang memiliki grup trumpet tersebut antara lain: GKPS Jalan
Sudirman Pematang Siantar, GKPS Pematang Raya, GKPS Saribu Dolok, GKPS
Tebing Tinggi, GKPS Teladan Medan, dan GKPS Bangun Purba. Trumpet ini
digunakan pada waktu ibadah mengiringi nyanyian gereja. Sebagai penyegaran
dilakukan latihan. Di samping itu secara beramai-ramai bergabung mengiringi
nyanyian-nyanyian ketika adanya pesta-pesta gereja yang besar (Setia Dermawan
Purba, 1994:203-205).
Kalau kita lihat dari peristiwa di HKBP dan GKPS, tampaknya adalah
keinginan para pengurus gereja untuk membawa para jemaatnya bernyanyi (berdoa)
dengan menggunakan nada-nada yang tepat menurut standar musik Barat. Selain
itu adalah memberikan ciri khas bagi gereja Protestan di kawasan ini. Dengan
demikian adanya alat-alat musik tiup dalam gereja adalah hasil dukungan gereja,
termasuk juga penggunaannya dalam musik populer Batak. Bagaimanapun gereja
85
memberi sumbangan penting terjadinya hubungan budaya antara budaya Batak
Toba dengan budaya Barat. Demikian pula yang terjadi di dalam musik pop.
Tidaklah mengherankan jikalau para komposer dan seniman musik Batak Toba
sebahagian hasil-hasil karya mereka “mengadopsi” musik-musik Barat, baik berupa
ciptaan yang baru dengan gaya seperti musik Barat, atau melodinya diadopsi dan
kemudian dibuatkan teksnya dalam bahasa Batak Toba. Inilah fenomena yang
terjadi di dalam musik populer Batak Toba.
2.8.4 Periodesasi lagu populer Batak Toba
Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat
penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c)
modernisasi, dan (d) konstilasi.
2.8.4.1 Masa tradisi
Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak Toba secara melodis,
karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang dipengaruhi tradisi asing.
Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni Barat, lagu-lagu pada masa tradisi
ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah nada bagi melodi yang dihasilkan
oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum digunakan.
2.8.4.2 Masa transisi
Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan
adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yang mana
lagu-lagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni
Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu
86
dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut
sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada
wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan
masa sebelumnya. Masa transisi ini komponis yang paling berpengaruh adalah
Tilhang Gultom, seorang pelopor Opera Batak yang banyak menciptakan lagu-lagu
Batak untuk pertunjukan Opera Batak, sekitar dasawarsa 1920 sampai 1930-an.
2.8.4.3 Masa modernisasi
Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang
semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi
termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran
yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat
menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba.
Musik populer Batak Toba mulai diperdengarkan di radio pada mulanya direkam
pada bentuk piringan hitam. Orang pertama yang merekam musik populer Batak
Toba adalah Romulus Lumban Tobing (ayah Gordon Tobing). Lagu-lagu Batak
mulai diperdengarkan di radio pada tanggal 10 Januari 1939 yang dimainkan oleh
Hard Batak Hawaiian Tapanuli dipimpin oleh F. Toenggoel Hutabarat
(Panggabean, 1994:34).
Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio,
masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama
seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain.
Hal ini
merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik
Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba
87
dengan berbagai irama seperti yang tertera di atas salah satu contoh adalah lagu
yang berjudul Lissoi. Lagu ini digarap oleh Nahum Situmorang dalam irama waltz
dengan metrum 3/4. Pemusik pelopor pada masa ini adalah Nahum Situmorang,
Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Marihot Hutabarat, dan Cornel Simanjuntak.
2.8.4.4 Masa konstelasi
Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya
sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik
populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang
mencoba
memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya seperti Andolin
Sibuea, Poster Sihotang, Tagor Tampubolon dan yang paling baru adalah Vicky
Sianipar. Masa ini dapat dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer
Batak Toba, dikarenakan pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan
komponis Batak Toba saat ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan
teknologi modern. Misalnya lagu Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke
dalam irama remix akan tetapi menggunakan alat musik tradisional seperti sulim
Batak dan taganing (drum chime) dipadukan dengan alat alat musik modern
(berasal dari kebudayaan Barat) seperti seperangkat alat band dan program
keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini digarap oleh Vicky Sianipar dengan
bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur orkestra Barat.
Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga
lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen,
estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang
lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan
88
perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemenelemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri
sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih
dinamis. Dalam musik populer Batak Toba, alat musik saksofon fungsi utamanya
adalah membawa melodi antara frase-frase vokal yang kosong.
2.9 Fungsi sosiobudaya
Di dalam antropologi, teori fungsi didasarkan kepada teori belajar (learning
theory). Proses belajar adalah ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi organisme
terhadap gejala-gejala dari luar dirinya sedemikian rupa, sehingga salah satu
kebutuhan nalurinya dapat dipuaskan. Teori ini sering juga disebut teori S-D-R
(stimulus-drive-reaction). Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala
aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan
kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya,
misalnya: kesenian timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan
kebutuhan nalurinya akan keindahan; ilmu pengetahuan timbul karena kebutuhan
naluri manusia untuk selalu ingin tahu.
Dalam konteks seni musik popular
Batak Toba, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya Batak Toba.
Di dalam teori antropologi, ada dua
aliran fungsionalisme, yaitu aliran
Malinowski, yang mengemukakan fungsi timbul karena kebutuhan biologis
manusia. Yang kedua adalah aliran Radcliffe-Brown yang mengemukakan bahwa
fungsi berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu
hidup terus sedangkan individu-individu dapat berganti setiap waktu. RadcliffeBrown yang melihat fungsi ini
dari
sudut sumbangannya dalam
suatu
89
masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan dari suatu bagian
aktivitas
terhadap aktivitas secara keseluruhan
di
dalam sistem sosial
masyarakatnya, untuk mencapai tingkat harmoni atau
konsistensi internal
(Radcliffe-Brown 1951:181).
By the definition here offered 'function' is the contribution which a
partial activity makes of the total activity of which it is a part. Tha
function of a particular social usage is the contribution of it makes to the
total social life as the functioning of the total social system. Such a view
implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we
may speak of as functional unity. We may define it as a condition in
which all parts of the social system work together with a sufficient degree
of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent
conflicts which can neither be resolved not regulated.
Fungsi menunjukkan proses kehidupan sosial atau aktivitas komunikasi bagi
kelangsungan hidup struktur sosial yang mewadahinya dalam sebuah sistem.
Sebaliknya, suatu proses kehidupan sosial atau aktivitas suatu masyarakat
(comunity) dapat dikatakan tidak fungsional apabila aktivitas tersebut tidak mampu
lagi memberikan sumbangan bagi sistem sosialnya. Dalam keadaan ini, kesenian
dalam kehidupan sosial dalam penelitian ini musik popular Batak Toba, dapat
dipandang sebagai bagian dari proses kehidupan sosial yang berperan bagi
kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.
Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh
antropolgi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya
sekedar hubungan praktis tetapi juga bersifat integratif, dalam arti mempunyai
fungsi
hubungan
dengan
lingkungan
kompleksitasnya (Malinowski, 1987:165-171).
alam
yang
berkaitan
dengan
90
Soedarsono yang melihat fungsi seni terutama dari hubungan praktis dan
integratifnya,
merreduksinya
menjadi tiga fungsi utama, yaitu: (1) untuk
kepentingan sosial atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan pribadi
yang dapat menghibur diri; dan (3) sebagai penyajian estetis.
Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang menjadi
bagian darinya, fungsi ini dapat atau tidak dapat menjadi fungsi yang lebih dalam.
Dia memberikan contoh, jika seseorang
menggunakan nyanyian
untuk
kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan
kesinambungan kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti
penari, pembaca doa, ritual yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan
seremonial. "Penggunaan" menunjukkan situasi musik dipakai dalam kegiatan
manusia; sedangkan "fungsi" memperhatiakn pada sebab yang ditimbulkan oleh
pemakaiannya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang
dilayaninya.
Berkaitan dengan musik popular Batak Toba, penggunaannya adalah untuk
memeriahkan suasana pesta perkawinan; memeriahkan suasana pesta rakyat
misalnya Pesta Rakyat Danau Toba, untuk mengiringi upacara kematian (baik saur
matua atau tidak), untuk mencari
pencaharian, untuk memeriahkan suatu
kegiatan seperti: seminar, lokakarya, peresmian gedung, kepentingan pariwisata,
pendidikan, pengiring wisuda, dan lainnya, terutama yang berkaitan dengan
identitas budaya Batak Toba.
Contoh kasus, adalah pesta perkawinan Bupati Tapanuli Utara Periode 1990-an
yaitu Pak Sinaga, yang mengundang pemusik Booster Latin yang menyanyikan
lagu-lagu Batak Toba. Pesta perkawinan ini dilangsungkan di Hotel Danau Toba
91
Internasional.
Di luar masyarakat Batak Toba, musik populer Batak ini juga
disenangi oleh masyarakat etnik lainnya di Sumatera Utara. Misalnya saja ketika
puteri Bapak Drs. Akmal Hasibuan, Direktur Utama Perusahaan Terbatas
Perkebunan Nusantara (PTPN) III, tahun 2004 ini, melangsungkan acara
perkawinan, ia mengundang dua penyanyi populer Batak Toba dari ibukota Jakarta,
yaitu Jack Marpaung dan Ucok Amigos, mereka menyanyikan lagu-lagu Batak
Toba seperti Tao Toba, Sitogol, Surat Narara, dan lain-lainnya. Namun dalam
konteks ini Drs. Akmal Hasibuan juga mengundang beberapa pemusik Melayu atau
dangdut Sumatera Utara. Dengan demikian musik populer Batak Toba difungsikan
dalam pesta perkawinan.
Di Sumatera Utara musik populer Batak Toba ini tetap eksis karena
terutama kegunaannya untuk memeriahkan suasana pesta orang-orang di kedaikedai
minuman
(baik
yang
tidak mengandung alkohol
mengandung alkohol) dan makanan.
ataupun yang
Fungsinya dalam konteks ini adalah
menghibur pengunjung lewat satu genre seni hiburan--dalam bentuknya menyanyi
sambil menari secara berpasangan atau berkaraoke. Kegiatan seperti ini misalnya
saja seperti yang dilakukan di hotel-hotel di Kota Parapat, yang mengadakan
hiburan-hiburan setiap malam.
Untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar, lokakarya,
peresmian gedung,
pariwisata biasanya hanya disajikan beberapa lagu populer Batak Toba saja,
terutama yang telah dikenal luas, baik masyarakat Batak maupun di luarnya.
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah untuk kepentingan bisnis,
baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Fungsi ini berkaitan erat
dengan konsep perdagangan bebas dunia, yang menganut sistem pasar terbuka atau
92
lazimnya disebut liberalisasi. Keadaan ini sangat menguntungkan fihak-fihak yang
memiliki modal besar. Mereka inilah yang siap mengatur dan mendistribusikan
polarisasi musik populer seluruh Dunia, tak terkecuali musik populer Batak Toba.
Sistem semikian ini dikelola dalam konteks kapitalisame dunia. Tujuan utamanya
untuk mencari untung yang sebesar-besarnya, dengan modal sekecil-kecilnya.
Dalam konteks ini, musik populer Batak Toba umumnya diterbitkan dan diedarkan
dari Jakarta, sedangkan prosesnya bias di Jakarta atau bias pula di Kota Medan atau
kota-kota lainnya di Sumatera Utara.
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah sebagai ekspresi identitas
kultural masyarakat Batak Toba atau masyarakat Batak lainnya. Hal ini terasa jelas
bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan unsure budaya Batak Toba, selalu
menyertakan genre musik populer ini, terutama mereka yang berada di perkotaan.
Bahwa musik populer dianggap sebagai simbol dari status modern dan sekali gus
tradisi budaya yang menjadi identitas masyarakat Batak Toba itu sendiri. Modern
dalam pengertian terbuka, toleran, mengambil unsur asing yang dianggp menjadi
kebanggaan, tanpa harus hilang jati dirinya.
Fungsi lain musik populer Batak Toba adalah untuk membina kerukunan
antara sub masyarakat Batak. Dalam masyarakat Batak, yang terdiri dari beberapa
sub, seperti: Mandailing-Angkola, Batak Toba, Simalungun, Karo, dan PakpakDairi. Selain mereka memiliki berbagai perbedaan, mereka juga memiliki berbagai
kesamaan, yang diantaranya diekspresikan dalam budaya musik populer Batak atau
Tapanuli. Dalam lagu-lagu ini sering juga selain lagu populer Batak dicipta lagulagu populer sub Batak lainnya. Hal ini menunjunkkan solidaritas di antara mereka.
93
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba menurut peneliti adalah untuk
kesinambungan kebudayaan. Masyarakat Batak Toba menyadari akan masa depan
budaya mereka. Di saat yang sama globalisasi ataupun internasionalisasi begitu
gencarnya masuk ke dalam kebudayan mereka. Selain itu, untuk menghindar atau
melakukan puritanisasi juga tidak mungkin.
Salah satu upayanya adalah
menciptakan musik populer dan juga melakukan kontinuitas budaya tradisinya,
yang terbentuk dalam musik populer Batak Toba. Dengan demikian fungsi musik
populer Batak Toba sangat berkaitan erat dengan eksistensi kebudayaan Batak
Toba.
2.10 Gambaran Umum Kota Sidikalang
Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi, Sumatera
Utara. Sidikalang yang juga merupakan ibukota Kabupaten Dairi ini secara
Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar
191.625 Ha atau sekitar 2,67% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara
(71.680.000 Ha). Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan,
dengan 145 kelurahan. Jika ditinjau dari aspek Topografis Kecamatan Sidikalang
yang berada di ketinggian 1.066 m dpl tersebut terdiri dari gunung-gunung dan
bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi. Keadaan lingkungan yang masih
cukup alami dan Udara yang sejuk serta jumlah penduduk yang masih seimbang
dengan luas wilayahnya, menjadikan Sidikalang sebagai daerah yang relatif
nyaman untuk dihuni. Bagi penduduk di Kabupaten Dairi, Sidikalang merupakan
kota pusat perdagangan,pendidikan, kesehatan,dan pelayanan umum lainnya.
94
Sidikalang yang merupakan salah satu kecamatan, dan sekaligus sebagai
ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: (1)
Sidiangkat, (2) Batang Beruh, (3) Bintang Hulu, (4) Kalang Simbara, (5) Bintang, (6)
Kalang, (7) Kota Sidikalang, (8) Belang Malum, (9) Kuta Gambir, (10) Huta Rakjat, dan
(11) Bintang Mersada.
Kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota
Sidikalang. Penduduk asli Kabupaten Dairi umumnya adalah Etnis Pakpak atau
lebih umum dikenal dengan sebutan Pakpak Dairi. Juga banyak dihuni etnis
pendatang lain seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, suku Minang,
dan suku Jawa.
Keadaan Topografinya yang terdiri dari pegunungan dan perbukitan serta
udara yang sangat sejuk menjadi salah satu faktor penentu mayoritas pekerjaan
masyarakat Dairi pada umumnya yang kini adalah petani. Beberapa komoditas
pertanian unggulan dari Kab. Dairi antara lain yaitu Nilam, Kemenyan, Jagung,
Kopi, Umbi-Umbian, Sayur-mayur, Pisang, Nangka, Kentang. Jika ditinjau dari
segi Geografisnya, tanaman buah-buahan seperti buah terong Belanda, markisa,
nenas, semangka, apel, jeruk, strowberry juga dikembangkan di daerah ini. Durian
juga sangat cocok dikembangkan di daerah ini, rasa dan aroma durian yang berasal
dari daerah ini punya ciri khas dibanding durian yang berasal dari daerah lain.
Sayangnya
untuk
durian
tidak
dijumpai
sepanjang
waktu
karena
Pembudidayaannya yang masih tradisional mengakibatkan durian tidak bisa
dijumpai di sepanjang tahun, masa pemanenan masih musiman. Musim durian
biasanya sekitar bulan Desember sampai bulan Januari.
95
Selain potensi pertanian, beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Daerah
Kabupaten Dairi juga sedang mengembangkan potensi pertambangan sejenis Timah
Hitah dan Bijih Seng Zinc and Lead yang di kelola oleh Perusahaan PT. Dairi
Prima Mineral anak perusahaan Bumi Resources.
Salah satu komoditas unggulan yang terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Kopi
sidikalang sangat terkenal akan kenikmatan cita rasanya, bukan hanya di dalam
negeri saja tetapi hampir seluruh pecinta kopi Dunia mengakuinya. Kopi Sidikalang
juga telah mampu bersaing dengan Kopi Brazil, yaitu salah satu kopi terbaik di
Dunia. Luas Keseluruhan Perkebunan kopi Robusta Kabupaten Dairi adalah 14.117
Ha dengan produksi 6.770,33 ton/tahun sedangkan pertanaman kopi Arabika seluas
5.771,5 Ha dengan produksi 2.639,05 ton/tahun.
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri
(Pachouli oil) sebagai bahan dasar pembuat parfum. Jenis Tanaman ini telah cukup
lama di budidayakan oleh penduduk di Kabupaten Dairi.
Kentang Sidikalang, Luas perkebunan kentang Kabupaten Dairi pada tahun
2009 adalah seluas 239 Ha. Pekebunan tersebut terpusat di Kecamatan Parbuluan.
Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Dairi adalah 182 Kw/Ha. Luas
perkebunan kentang tersebut diperkirakan dari tahun ketahun akan terus meningkat,
demikian pula hasil produksinya.
Selain itu disidikalang juga ada satu jenis buah yang sangat terkenal yaitu buah
tiung yang dalam bahasa Indonesia dikatakan Terong Belanda. Buah ini sangat
berkasiat sebagai menambah darah, serta memperlancar peredaran darah. Buah ini
kalau belum matang rasanya asam tetapi kalau sudah matang rasanya sangat manis
dan empuk.
96
Beberapa SMA, SMK, STM, di Kecamatan Sidikalang- Kabupaten Dairi: SMP
Negeri 1 Sidikalang, SMP Negeri 2 Sidikalang, SMP Negeri 3 Sidikalang, SMP
Bukit-Cahaya, SMP Perguruan Nasional, SMP HKBP, SMP Santo Paulus. SMA:
SMA Negeri 1 Sidikalang, SMA Negeri 2 Sidikalang, SMA Bukit Cahaya, SMA
Perguruan Nasional, SMA HKBP I, SMA Cahaya II (Santo Petrus) Sidikalang,
Madrasah Aliyah Negeri Sidikalang. SMK: SMK Negeri 1 Sidikalang, SMK
Negeri 2 Sidikalang, SMK HKBP Sidikalang, SMK Bukit Cahaya, SMK Swasta
Anugerah Pariwisata Prima Sidikalang (Mengajarkan Bahasa Jepang) JLB. STM di
antaranya SMK Pemda Dairi, SMK Bukit Cahaya.
Kemajuan tingkat pendidikan dalam program wajib bejar 9 Tahun di daerah
Sidikalang sudah mencapai 90%. Selain itu untuk SMAN 1 Sidikalang termasuk
salah satu SMA favorit di sumatera utara, selain berstandar nasional SMA ini selalu
lulus 100% untuk ujian nasional dan meluluskan 70% alumninya ke PTN favorit di
Indonesia. Ada juga Sekolah Tinggi Theologia Oikumene Injili (STT OI) Jl. Rimo
Bunga no. 19 Sidikalang.
Fasilitas angkutan dari Medan ke Sidikalang dan sebaliknya adalah Dairi
Transport, HIMPAK, Sampri, BTN dan PAS. Fasilitas umum, di antaranya Fasilitas
Joging Track (Halaman Gedung Djauli Manik), Lapangan & Kolam Renang (Panji
Porsea, Perluasan, Komplek Asrama Militer), Hotel (Hotel Sidikalang, Hotel Dairi,
Hotel Beristera, Hotel Angkasa Raya), Pusat Percetakan (KREATIVINDO
DESIGN PRINTING & ADVERTISING X-prezz Digital Printing, Saroha,
Adventina, Nathan, Rokayata & Makmur), dan Pusat Pasar Modern Sidikalang,
Penduduk asli Sidikalang adalah suku Pakpak, oleh karena itu alangkah
baiknya kalau kita mencicipi aneka kuliner khas suku Pakpak yang terdiri dari:
97
Pelleng, Nakan Merasa atau Nakan Pagit, Nditak, Ginaru Ncor, Nakan Nggersing,
dan lain-lain.
Ada beberapa tokoh yang cukup diperhitungkan dari Sidikalang, yaitu: Abdul
Aziz Angkat, ketua DPRD Sumut; Jansen Sinamo, motivator dan guru etos;
Junimart Girsang, pengacara; Junivers Girsang, pengacara; Jack Marpaung, Hilman
Padang, Judika Sihotang, penyanyi; Liberty Manik, komposer, filolog Pakpak
kuno; M.P. Tumanggor, komisaris Wilmar Indonesia, pencetus Taman Wisata Iman
Sitinjo; Pantur Silaban, Guru Besar Fisika ITB, fisikawan Asia Tenggara pertama
dibidang teori relativitas; Poltak L. Tobing, komisaris Bringin Life.
2.11 Deskripsi Singkat Jack Marpaung, Paniel Panjaitan, dan Marsada Band
2.11.1 Jack Marpaung
Gambar 2.1: Jakck Marpaung
Sumber: http://gobatak.com
98
Menurut Hotman Lumbangaol (2011) Jack Marpaung namanya pernah
menghiasi pentas hiburan nasional dengan grup musiknya, Trio Lasidos. Di jagad
tarik suara, Jack Marpaung tidak asing lagi. Dia memang bukan Jack Brown aktor
film-film romantis itu. Jack punya talenta beryanyi. Suaranya yang melengking,
karangannya berjubel. Jack cukup dikagumi dalam industri musik Batak, tak heran
banyak pengemarnya. Ciri khasnya memang susah dilupakan. Salah satu lagunya
yang terkenal itu Kamar 13. Sebuah lagu yang berkisah tentang pengalaman di
penjara.
Sesungguhnya syair itu memiliki makna, cerita sungguhan. Dahulu, anak
Siantar ini memiliki masa lalu yang kelam. Sebelum namanya terkenal, Jack pernah
terjerembab pada kubangan dosa narkoba dan minuman keras. Dunia hiburan yang
melambungkan namanya, tetapi dunia itu juga membawanya ke jurang kehidupan
terlarang.
Jack kemudian memilih meninggalkan rumah, dan hidup di terminal.
Bergaul dengan para preman-preman membuat saya semakin keras. Bahkan pada
aparat pun tidak takut. Kekasaran Jack makin menjadi-jadi. Satu waktu, tatkala
bermain dengan teman-temannya. “Satu waktu, saya kalah main gundu, saya pukul
orang itu. Lalu, ada orang mengadu ke ibu saya. Ibu saya ambil sapu, saya dihajar
sampai sapu itu patah. Habis itu baru bapak saya ganti pukul saya,” kenang Jack.
Sejak itu, Jack mengisi kehidupannya di terminal. Terminal menempanya
menjadi laki-laki keras, tak jarang berkelahi, itu kerap kali membuat Jack dan
temannya berurusan dengan aparat. Satu waktu, ada temannya tertakap polisi
karena berkelahi. Teman Jack dipukuli polisi. Tak terima perlakukan itu, Jack
kemudian dia datang sambil menghunuskan golok ke arah polisi. “Saya kejar polisi
99
dengan golok. Polisi lalu mengambil pistol dan menembak saya,” ujar Jack. Perut
Jack terkena timah panas, akibatnya dia tidak sadar diri. Sukurlah dia lolos dari
maut. Meskipun demikian, lolos dari maut tetapi Jack tidak lolos dari jerat hukum,
dan akhirnya dibui. Walau sudah beberapa lama mendekam di penjara orangtuanya
tidak pernah melihat Jack. “Orangtua saya sudah tidak peduli lagi. Walau sudah
dipenjara tidak pernah besuk saya sama sekali. Saya sudah dianggap tidak berharga
lagi,” tambahnya lagi. Bebas dari bui membuat Jack dan teman-temannya jera.
Kemudian melihat jalan lain untuk kehidupan. Jack bersama teman-temannya
mencoba mengubah jalan hidup dengan mengejar impian untuk menjadi penyanyi
di Jakarta. Sesampainya di ibukota itu, harapan mengubah nasib ternyata jauh
panggang dari api. Jakarta bukan seperti yang diharapkan.
Di Terminal Grogol, Jack memulai hidupnya di Jakarta, mencoba
menaklukan ibu kota. “Ketika itu harapan kami Jakarta menjanjikan. Namun,
begitu sampai Jakarta, saya ingin pulang. Rasanya tidak seperti yang saya
bayangkan,” kenangnya. “Hidup gelandangan pun kita jalani. Bahkan, hampir
terjerumus melakukan tindak kejahatan. Saya naik bus, lalu saya melihat ada uang
di kantong orang. Kalau saya ambil pasti bisa, tetapi saya terbayang kembali janji
kepada orangtuaku. Saya langsung turun dari bis itu supaya jangan tergoda dan
melakukan hal itu,” ujarnya lagi. Tak tahan hidup di terminal. Jack dan temantemanya mengubah peruntungan nasib.
Jack bersama teman-temannya, kemudian mencoba menawarkan jasa
menghibur lewat suara ke hotel-hotel. Ternyata itu pun bukanlah sesuatu yang
mudah. Penolakan demi penolakan mereka alami.“Berkali-kali kami ditolak
sebelum diterima menjadi pengisi acara di cafe-cafe hotel. Satu tahun baru dapat
100
pekerjaan di Hotel Borobudur. Sejak saat itulah berdatangan undangan mengisi
acara. Semenjak itu juga mereka bentuk Trio Lasidos [Trio Lasidos personilnya
Hilman Padang, Bunthora Situmorang, dan Jack sendiri] Trio ini digandrungi anak
muda di tahun 1980]. Ketika meniti karir sebagai penyanyi dari satu hotel ke hotel.
Jack bertemu dengan seorang perempuan cantik yang memikat hatinya,
bernama Anita, yang kemudian hari menjadi pendamping hidupnya. Dan untuk
menikahi Anita pun bukan proses yang mudah, karena ayah mertuanya menolak
punya menantu seorang penyanyi. Tetapi, bukan pemuda Siantar namanya kalau
tidak nekat, akhirnya, Jack dan Anita nekat kawin lari. Sejak berkeluarga Jack pun
mulai makin bersinar.
Tawaran kepada Trio Lasidos untuk rekaman pun makin padat. “Kaset saya
meledak, saya mulai sombong. Mulai sudah merasa hebat. Show dari satu daerah ke
daerah lain, kadang-kadang satu bulan di daerah, dan kita ngga pernah pikirkan istri
dan anak.” Tidak hanya melupakan keluarganya, Jack pun mulai terlena dengan
popularitas dan hidup dalam pesta pora. Minuman keras dan narkoba menjadikan
Jack semakin lupa diri. Pulang pagi dalam keadaan mabuk menjadi bagian dari
kesehariannya. Percecokan suami-istri kerap kali terjadi. Bahkan, bahtera rumah
tangganya di ambang kehancuran. Walaupun sudah berkali-kali diingatkan istri
agar Jack jangan lagi mabuk. Dia tetap saja mabuk-mabukan.
Beruntunglah Jack punya istri yang sabar dan tabah menghadapi kelakuan
Jack. Istrinya menjadi tiang doa. Sang istri tak jemu-jemunya berdoa, dan istinya
tetap bertahan, walau Jack sudah memintai cerai saja. Karena tidak ingin melihat
Jack hancur, istrinya selalu berdoa. Saat pulang dalam keadaan mabuk, tanpa setahu
Jack, sang istri selalu mendoakannya. Itu berlanjut terus hingga doa istrinya
101
dijawab Tuhan. Satu waktu, tahun 1987, berita Jack tertangkap polisi. “Berita saya
ditangkap polisi karena membawa ganja 100 kilo di Jakarta sudah, beritanya
gempar. Karena berita itu, anak saya [Dewi Marpaung-artis] telepon ke saya sambil
menangis. Papa dipenjara iya? nggak, saya lagi di hotel, kata saya. Di sini sudah
tersebar berita bapa disebut dipenjara.” Inilah kehidupan seperti roda pedati, yang
kadang di atas kadang di bawah. Saat Jack kembali ke Jakarta dia menemukan
sebuah kenyataan yang pahit, semua shownya telah dibatalkan, bahkan semua
karangannya tidak dipakai produser. Kejadian itu, membuat Jack bersolo karir.
Sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Waktu itu, tidak ada
pemasukan sama sekali, cerita Jack. Istrinya kemudian membantunya berbisnis.
Namun malang, seperti sudah jatuh dari tangga tertimpa pula pula. Bisnis itu
bangkut karena mitranya menipu. Akibatnya hutang pun melilit keluarga Jack dan
memaksa Jack harus menjual mobil dan rumah. Sejak saat itulah Jack memutuskan
bertobat. Lagu Di Kamar 13 Hutobus Dosaki…. [di kamar 13 ini kutebus, kujalani
hukumanku] menemukan maknanya, kata lain bertobat. Berlahan Jack melepaskan
keterikatan dengan narkoba. Hubungannya dengan Tuhan pulih. Hubungannya
dengan istrinya kembali bersemi. Sejak itu pertobatan itu, dia bersama istri dan
anak-anaknya semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. “Sekarang saya sudah
meninggalkan hidup yang pana. Sekarang hidup ini saya sukuri. Saya
menikmatinya. Damai sejahtera, sukacita yang belum pernah saya rasakan
sebelumnya, saya rasakan sekarang. Berjalan bersama Yesus benar-benar
mengubah jalan hidup saya,” ujarnya. (Sumber: https://tokohbatak.wordpress.com/
2011/09/16/jack-marpaung/).
102
2.11.2 Paniel Panjaitan
Gambar 2.2: Paniel Panjaitan
Sumber: Paniel Panjaitan 2010
Secara singkat penyanyi Batak yang satu ini adalah memang seorang sarjana
seni. Ia adalah tamatan Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra (kini Ilmu
Budaya), Universitas Sumatera Utara Medan. Sebelumnya ia menempuh
pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Balige.
Sejak menjadi mahasiswa di Jurusan Etnomusikologi FS USU, Panel
Lahagu Panjaitan ini memang sudah sering tampil sebagai penyanyi baik trio
bersama kawan-kawannya atau juga secara solo. Suaranya yang khas menjadi
disukai oleh public, khususnya orang-orang Batak. Dari pengalamannya menyanyi
di kala mahasiswa ini, selapas saja ia tamat, ia pun pergi ke Jakarta untuk
menjadikan dirinya penuh berkinerja di bidang musik, khususnya musik populer
Batak Toba.
Kini beliau sudah menikah dengan seorang perempuan Batak Toba juga. Ia
sekarang ini pun tinggal dan menetap di Jakarta. Namun sebagai seorang
103
perantauan Batak Toba Paniel Lahagu Panjaitan tidak melupakan kampung
halamannya, ia selalu pulang kampung jika punya kesempatan. Ia pun tetap
menjunjung nama almamaternya Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan.
2.11.3 Marsada Band
Gambar 2.3: Marsada Band
Sumber: video klip Marsada Band, 2012
104
Marsada Band adalah sebuah kelompok pemusik Batak Toba yang
menyanyi dalam gaya folk song, yang kemudian secara fenomenal lagu-lagunya
mendapatan minat dan simpati masyarakat Batak, terutama lagunya yang berjudul
Maria.
Kelompok musik Marsada band ini, personil-personilnya terdiri dari: 1.
Marlundu Situmorang, 2. Monang Sidabutar, 3. Jannen Sigalingging, 4. Kalous
Sidabutar, 5. Pardi Sidabutar, 6. Lundu Sidabutar, dan 7. Hobbi Sinaga.
Album yang berjudul Maria yang sukses di pasar industri musik rekaman
tanah air ini dirilis pada tahun 2010, oleh perusahaan label Wahana Record. Album
ini mendapat apresiasi bukan saja di kalangan orang Batak Toba, tetapi juga
masyarakat Indonesia, dan bahkan dunia internasional.
Awalnya Marsada Band berdiri tahun 1999 dengan personil 3 orang: 2 lakilaki dan 1 orang wanita. Personil laki-lakinya adalah Marlundu Situmorang dan
Jannen Sigalingging, sedangkan personil wanitanya adalah Norma boru Manurung.
Sempat mau tur ke Cina sayang gagal karena kurang sponsor.
Seiring berjalan waktu dan perkembangan zaman seorang pengelola hiburan
yang bernama Amput membuka grup entertainmen tahun 2000 dengan nama Artha
Nada Group, yang melayani segala bentuk pesta dengan ensambel musik keyboard
(terdiri dari: sulim, hasapi, taganing, gitar akustik, dan keyboard). Pada saat itu
menurut penjelasan para informan ini belum ada yang buat bentuk musik seperti
itu, yang ada musik tiup. Boleh dibilang Artha Nada merupakan perintis musik
keyboard. Amput mengajak Marlundu, Jannen, Clous, Amir bergabung ke Artha
Nada. Kemudian melakukan rekaman dan sukseslah mereka dalam industri
rekaman tersebut.
105
Artha Nada mulai dikenal orang dan merajai setiap pesta di Samosir bahkan
diluar Samosir sering dapat orderan ke Parapat, Siantar, Tebing, Asahan. Tahun
2001 ada seorang wanita touris asal Inggris namanya Hope Cooper tertarik dengan
pertunjukan Artha Nada, yang beberapa kali dia ikut setap mai di pesta dan
mengutarakan niatnya hendak membawa tur ke negaranya tetapi dengan syarat
harus rekaman dulu. Kami sepakat dan nama grup di ganti dengan Marsada Band
agar nama Bataknya menonjol.
Tahun 2002 Hope Cooper datang lagi untuk rekaman di Medan tetapi proses
mixing di Inggris. Cakra padat (CD) tersebut di sebarkan ke setiap event organizer
di United Kingdom dan dapat respon dari berbagai event organizer dan organisasi
yang membidangi seni.
Tahun 2004 Marsada Band resmi diundang untuk meramaikan perhelatan
Summer Party bulan 5 oleh WOMAD (World Organisation Music Art & Dance)
dan telah terdaftar sebagai anggota organisasi. Selama 40 hari Marsada Band tur
kelilingdi United Kingdom Wells & Scohtland mengikuti pestival musik dunia.
Kemudian tahun 2005 diundang lagi oleh WOMAD, mereka kolaborasi dengan
musisi Senegal (Afrika) dan musisi Madagaskar pada musim gugur di bulan 11
selama 30 hari tur di United Kingdom. Itulah deskripsi singkat Marsada Band.
(diolah dari: Sejarah Marsada Band, 25 Mei 2011; diunggah ke internet oleh
Timothy Manullang pada 12.30 di http://www.musicbatak.wordpress. com).
106
2.12 Deskripsi Singkat Michael Learns to Rock, Steelhearts, dan The Cats
2.12.1 Michael Learns to Rock
Michael Learns to Rock (juga dikenal sebagai MLTR) adalah kelompok
musik populer beraliran rock di Denmark, yang merilis lagu-lagu dalam bahasa
Inggris, sebagai bahasa internasional. Dibentuk pada tahun 1988, band ini telah
menjual lebih dari 11 juta album di seluruh dunia, terutama di Asia. Di samping itu,
lagu mereka dibayar dalam kepentingan bisnis dunia maya untuk lagu mereka Take
Me To Your Heart sebanyak 16 juta copy yang juga dianugerahi lagu yang paling
banyak didownload dari tahun 2006. Band ini telah mencatat delapan album serta
sejumlah album hits yang direkam dari penampilan live mereka. Album kedelapan
dirilis pada tahun 2012 di Skandinavia.
MLTR telah memenangkan banyak penghargaan dan telah menerima gold
and platinum status di banyak negara, serta Gold Preis Award dari RSH, Jerman
dan "The Best Performing Act of the Year" di SEA Grammy Awards di Singapura.
Band ini mendulang keberhasilannya di Asia juga. Selama puncak popularitasnya
di pertengahan 1990-an, MLTR digambarkan oleh kritikus sebagai band yang
"baik” sebagai kelompok nama besar di luar negara Amerika atau Inggris.
Menurut rilis yang dikeluarkan oleh label rekaman band, suara mereka
adalah "keseimbangan sempurna dari Skandinavia dan lagu pop internasional yang
telah berperan dalam membentuk suara yang menarik," meskipun vokalis dan
penulis lagu, Jascha Richter, tidak setuju dengan hal ini, yang mengatakan bahwa
musik tidak mengenal kategorisasi geografis.
Singel pertama mereka dari Skandinavia yang bertajuk, Renovation My Life,
dirilis di iTunes pada tanggal 9 Juni 2012, di Denmark sejak 11 Juni. Rilis album
107
dimulai pada tanggal 11 Juni 2012, dengan video musik untuk "Every Way You
Want It" di YouTube, serta rilis digital dari albumnya di India. Di Kathmandu
ibukota Nepal, band ini konser pada bulan November 2011. Album ini pertama
kali dirilis pada 30 Juni 2012, di India oleh Virgin Records, oleh Warner Music
pada bulan Juli di Asia Tenggara, dan oleh Sony Music pada tanggal 3 September
2012 di Denmark.
Sejarah terbentuknya kelompok musik ini dimulai pada tahun 1988,
penyanyi dan pemain keyboard Jascha Richter, membentuk sebuah band untuk
menyanjikan lagu-lagunya, bergabung dengan temannya SMA dan juga sebagai
drumme,r Kåre Wanscher di Aarhus, di Denmark. Menyadari keterbatasan bermain
secara duet, mereka merekrut gitaris Mikkel Lentz, yang saat itu bermain musik
rock dengan kelompok Rocking Studs. Pada tanggal 15 Maret 1988, pada malam
pertama mereka latihan dan masih membutuhkan pemusik keempat, mereka
meminta Søren Madsen, untuk bergabung dan main pada gitar bas. Meskipun
Madsen bukanlah pilihan untuk pop band, ia diundang atas dasar bahwa ia telah
menjadi bagian dari band hip hop yang telah mencapai final kompetisi musik
tersebut di Denmark dan juga untuk
mencalonkan lagu ke Eurovision Song
Contest.
Pada tanggal 22 Mei 1988, kuartet musik ini melakukan pertunjukan publik
pertama mereka di Aarhus Grand Prix Stone di tempat terbesar Aarhus, Ridehuset.
Sebagai salah satu dari dua tim pemenang, MLTR tampil musim panas di Aarhus
Festival pada 20 Juni, tetapi hanya 20 orang yang hadir. Kekecewaan tersebut
diimbangi oleh dimuatnya berita tentang mereka di
koran, informasi tentang
kelompok musik ini, digambarkan sebagai kelompok yang belum dikenal tetapi
108
sebagai "kejutan sangat positif." Pada 30 Juli 1988, kelompok ini masuk dan
memenangkan perlombaan band sebagai bakat tahunan ternama di Aarhus
Musikhus.
Jens Peter Andersen, anggota juri kontes serta promotor Danmarks
Smukkeste Festival ("Festival Terindah Denmark") di Skanderborg, terkesan
dengan bakat band ini. Dia kemudian menjadi manajer band tersebut. Michael
Learns To Rock terus bermain live di seluruh Jutland dan merekam materi
musiknya untuk menarik perhatian label rekaman Denmark.
Mereka akhirnya menandatangani kontrak rekaman dengan label Denmark
Medley pada bulan Januari 1989. Namun, band Michael Learns to Rock ini tidak
merilis album pertama mereka, sampai September 1991. Kemudian pada September
1991 merilis album dengan dukungan oleh label rekaman Amerika, Impact
Records, termasuk juga beberapa album termasuk singel pertama Amerikanya, "My
Blue Angel", berkolaborasi dengan produsen Amerika Tony Peluso dan Steve
Barri.
Meskipun belum membuat kemajuan sama sekali di Amerika dengan
debutnya "My Blue Angel", namun kemudian lagu "I Still Carry On" dari album,
"The Actor", menduduki puncak chart Denmark dan juga di Norwegia, Swedia,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Pada bulan Januari 1992, album
tersebut menduduki puncak tangga lagu Denmark, diikuti oleh keberhasilannya di
Asia, yang menjual 25.000 keping dan mendapatkan status album emas di
Indonesia.
Didorong oleh keberhasilan album pertama mereka, selanjutnya Michael
Learns To Rock merilis album kedua, Colour pada bulan Oktober 1993 yang
109
terjual lebih dari 1,1 juta keping. Album ini memuat lagu Sleeping Child, 25
Minutes dan Out Blue. Band ini selanjutnya melakukan tur ke Asia untuk pertama
kalinya dan pada The Phoebus Concert Hall di Bangkok. Mereka bermain untuk
penonton terbesarnya, yang sampai saat itu berjumlah 12.000 orang. Keberhasilan
album ini ditambah dengan pertunjukan live band mengakibatkan band tersebut
menerima “The Best Performing Act of the Year” tahun 1994 di SEA Grammy
Awards di Singapura untuk lagu "25 Minutes", diikuti oleh anugerah “Gold Preis “
dari stasiun radio Jerman RSH (Radio Schleswig Holstein) pada tahun 1995 untuk
hit radio melalui lagu Wild Women dan 25 Minutes.
Pada bulan Agustus 1995, Michael Learns membuat album ketiga dan dijual
lebih dari 1,2 juta unit. Trek di album ini termasuk That’s Why dan Someday. Untuk
pertama kalinya, band ini merekam dan memproduksi seluruh album secara sendiri.
Untuk mempromosikan album, kelompok ini melakukan 25 pertunjukan di sepuluh
negara.
Segera setelah itu, anggota band ini mengambil masa istirahat untuk
menghabiskan waktu dengan keluarga mereka dan untuk mengembangkan proyekproyek mereka sendiri atau bekerja sama dengan pemain lain. Mereka juga
memutuskan untuk mengubah citra band dengan nama sederhana dari MLTR.
Selama break, Richter menulis beberapa lagu baru untuk band, termasuk Strange
Foreign Beauty yang ditambahkan ke 1999 terbesar album hit. Dalam sebuah
proses yang dilakukan oleh MLTR untuk pertama kalinya, lagu itu dibuat dengan
menyusun rincian terbaik dari ide rekaman yang dibuat secara individual oleh
empat anggota. Album ini termasuk hit mereka sebelumnya, baik remix atau
disempurnakan dalam beberapa cara oleh produsen internasional terkemuka
110
termasuk Chris Lord Alge untuk Someday. Cutfather & Joe (untuk Sleeping Child)
dan produsen Swedia Per Magnusson (untuk bagian atas MLTR hit The Actor).
Album greatest hits ini menduduki puncak tangga lagu penjualan Denmark (album
MLTR kedua setelah album pertama mereka untuk melakukannya), dijual baik di
Swedia dan Portugal, dan login penjualan hampir satu juta kopi.
Anggota saat ini adalah sebagai berikut: (1) Miljenko Matijevic, lead
vocals, rhythm guitar, gitar akustik, piano (1990-1992, 1996, 2006-sekarang); (2)
Uros Raskovski, lead guitar (2006-2008, 2009-2010, 2014-sekarang); (3) Rev
Jones, bas (2007-sekarang); (4) Mike Humbert, drum dan perkusi (2006-sekarang);
(5) Chris Risola, lead guitar (1990-1992, 2006-2014).
2.12.2 Steelheart
Kelompok musik Steelheart ini memulai debutnya sebagai band beraliran
rock, yang awalnya bernama Red Alert. Anggota-anggotanya terdiri dari: James
Ward (bas), Chris Risola (gitar), Jack Wilkenson (drum) dan Miljenko Matijevic
pada vokal. Kemudian masuklah Frank DiCostanzo yang bergabung sebagai gitaris
kedua, dan John Fowler sebagai pemain drum kedua.
Dengan mengandalkan hasil rekaman audio empat track, Matijevic
kemudian mengelola dan mempertemukan keempat orang ini dengan manejer artis
yang bernama
Stan Poses. Awalnya ia tidak begitu merespons kelompok ini,
namun berkat rekaman yang berulang-ulang didengarnya ia menerima kelompok
band Red Alert ini untuk meneken kontrak produksi dengan perusahaan rekaman
yang dipimpinnya MCA. Untuk lebih meningkatkan bisnis rekaman ini akhirnya
kelomk Red Alert tersebut merubah nama kelompoknya menjad Steelheard.
111
Awal-awal perjuangan mereka adalah pada tahun 1990 sampai 1992.
Steelherat merealisasikan debut album perdananya pada tahun 1990. Album ini
pada hari pertama penjualannya mencapai angka 33.000 keping di Jepang sendiri,
dan kemudian dengan cepat memperoleh penghargaan platinum. Lagu bergaya
balada yang bertajuk She’s Gone memperlihatkan kemampuan ambitus vokal
Matijevic yang begitu tinggi, sehingga lagu ini mencapai urutan pertama dalam
deretan lagu-lagu internasional saat itu. Bahkan mencapai masa selama 17 minggu.
Lagu balada ini terutama populer di Asia Timur hingga sekarang ini. Lagu ini
dimainkan oleh sebahagian besar band-band ternama di berbagai ninght club di
Asia Timur ini setiap malamnya. Lagu kedua hits mereka berjudul I’ll Never Let
You Go (Angle Eyes) mencapai peringkat 14 di Billboard charts, dan di MTV
sendiri, yaitu televisi yang mempertunjukan musik, menempatkan lagu ini pada
posisi kedua video lagu-lagu yang paling diminta para penontonnya. Demikian pula
lagu Every Body Loves Eileen termasuk lagu dengan videonya yang paling banyak
diminati penonton. Kemudian lagu Can't Stop Me Lovin' You juga memperlihatkan
kemampuan ambitus vokal Matijevic's yang mencapai beberapa oktaf, ditambah
kemampuan virtuoso pemain gitarnya yaitu Risola, menjadikan lagu tersebut begitu
diminati pendengarnya. Dalam lagu "Love Ain't Easy", Matijevic mencatat hits
tertinggi di antara tiga album yang sudah mereka hasilkan.
Album kedua Steelheart berjudul, Tangled in Reins
yang diisi dengan
beberapa suara musikal unik seperti yang dilakukan Guns N' Roses. Lagu balada
Mama Don't You Cry menduduki puncak lagu-lagu di beberapa negara di Asia
Timur, termasuk tur promosi mereka ke Hong Kong, bulan September, 1992.
112
Saluran MTV di Hong Kong mencapai suksesnya ketika lebih dari 10.000 orang
hadir dalam pertunjukan Steelheart ini.
Selepas beberapa minggu turnya di Asia, Steelheart belakangan cenderung
berubah menjadi band beraliran heavy metal. Mereka ini melakukan konser di
Denver, Colorado. Pertunjukan mereka dilakukan pada acara menyambut malam
Halloween. Selama pertunjukan mereka menyajikan lagu Dancing in the Fire,
sebuah lagu yang menjadi hit dari album Tangled in Reins.
Empat tahun belakangan, Matijevic membentuk versi Steelheart yang baru,
dengan Kenny Kanowski (pada gitar), Vincent Mele (bas), dan Alex Makarovich
(drum)
untuk merekam dan merilis album "Wait". Album ini sangat berbeda
dengan album-album terdahulunya. Album ini selain menduduki puncak nomor
satu dalam deretan lagu-lagu di Asia juga menembus pasar lagu di Aerika dan
Eropa, dengan sentuhan gaya utamanya hard rock. James Ward bergabung dengan
Steelheart dalam rangka tur promosi album Wait ini.
Pada tahun 2001 Matijevic mengusung vokal Mark Wahlberg ke dalam film
Rock Star, sebuah kisah tentang fan musik yang kemudian menjadi penyanyi dalam
band favoritnya. Band itu sendiri dibentuk oleh Zakk Wylde (gitaris dari grup band
Ozzy Osbourne dan orang kuat pada Black Label Society), Jeff Pilson (Dokken),
dan Jason Bonham, anak pemain drum Led Zeppelin, John Bonham. Film ini juga
fmenunjukkan rekaman ulang lagu "We All Die Young", dari album ketiga
Steelheart yang berjudul Wait. Kenny Kanowski merekam CD dengan melibatkan
Mele pada gitar bas, dan beberapa pemusik dari Los Angeles.
Band Steelheart ini pada masa sekarang beranggotakan: (a) Miljenko
Matijevic sebagai lead vocal, rhythm guitar, acoustic guitar, piano (1990–1992,
113
1996, 2006–sekarang); (b) Uros Raskovski, lead guitar (2006–2008, 2009–2010,
2014–sekarang); (c) Rev Jones, bass (2007–sekarang); (d) Mike Humbert, drum,
perkusi (2006–sekarang).
2.12.3 The Cats
Band ini didirikan oleh dua musisi Belanda, yaitu Cees Veerman (6 Oktober
1943 sampai 15 Maret 2014) dan Arnold Mühren (lahir 28 Januari 1944). Para
pemusik duet ini bergabung dan menjadi The Four Mystic, dengan Cees dan Piet
Veerman pada vokal dan gitar, Schilder pada gitar (dan piano), dan Mühren pada
bas. Pada 1965 mereka berganti nama menjadi The Blue Cats, referensi ke warna
pakaian mereka. Kemudian tahun 1966 mereka merekrut drummer Theo Klouwer
(30 Juni 1947-8 Februari 2001).
Awalnya The Cats meminjam uang dari Jan Buys, yang kemudian menjadi
manajer mereka, dan mencatat singel pertama mereka yang segera masuk tangga
lagu-lagu pop Eropa. Bernyanyi dalam lagu berlirik bahasa Inggris Lirik Arnold
dan suara sedih Piet muncul menjadi ciri khas meraka. Mereka mendedikasikan
untuk penggemar setia yang meninggal dalam kecelakaan mobil lagu yang bertajuk
Why?, Scarlet Ribbons, dan Marian.
Popularitas internasional mereka mulai tumbuh di era 1970-an ini. Pada
musim semi tahun 1970 The Cats
tur ke Suriname dan bermain dalam satu
pertunjukan pada tanggal 4 April 1970 di Guyana. Pada 17 Oktober 1970 band ini
melakukan perjalanan ke markas EMI di London mengisi acara televisi Top Pop.
Pada awal 1971 The Cats berkeliling ke Indonesia. Namun, antara
pertunjukan mereka ditegur pemerintah Belanda karena mereka bertemu dengan
114
para ekspatriat pembangkang politik Belanda yang dipimpin Poncke Princen yang
dipandang sebagai pengkhianat.
Band ini begitu populer, dan mereka telah menjadi bagian dari kesadaran
populer di Belanda. Sebagai contoh, selama Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, tim
nasional sepak bola Belanda mendengarkan rekaman The Cats di bus tim saat
bepergian ke pertandingan mereka. The Cats tahun 1974 terbang ke Los Angeles
Larrabee Studios untuk merekam albumnya.
Pada tahun 1976, Cees Veerman merilis album solo yang disebut Side of Me
Another, yang melahirkan single Sailor, Sail On (Dreamer, Dream On). Pada
tahun 1987, Piet Veerman membuat solo hit yang bertajuk Sailing Home. Pada
tahun 1995, Piet menjadi bintang tamu pada versi duet bilingual One Way Wind
dengan penyanyi Flemish Winner. Piet bernyanyi dalam bahasa Inggris dan Winner
bernyanyi dalam bahasa Belanda. Akhir tahun 1979 anggota The Cats memutuskan
untuk bubar. Sebuah perpisahan yang menyedihkan.
Pada 23 Maret 2006, The Cats dibentuk kembali oleh anggota Order of
Orange-Nassau. Pada tahun yang sama kelompok membuat reuni untuk merekam
singel mereka untuk dimasukkan pada album terbaik. Cees Veerman meninggal
pada usia 70, pada tanggal 15 Maret 2014.
Album-album yang dihasilkan The Cats ini adalah: Cats As Cats Can 1967;
Cats 1968; Colour Us Gold 1969; Portrait 1970; Take Me with You 1970; 45 lives
1970; Cats Aglow 1971; One Way Wind 1972; Lo Mejor 1972; Times Were When
1972; Signed by The Cats 1972; Home 1973; One Way Wind 1974; Love in Your
Eyes 1974; 10 Jaar 1974; Hard To Be Friends 1975; We Wish You a Merry
Christmas 1975; Homerun 1976; Let's Go Together 1977; Times Were When 1979;
115
The End of the Show 1980; Third Life 1983; Live in Concert 1984; Flying High
1985; Live 1991; Shine On 1994 (sumber: wikipedia.org).
2.13 Hubungan Budaya
Apa yang dilakukan oleh para penyanyi dan pencipta lagu-lagu eBatak yang
mengadopsi lagu-lagu popular Batak, tidaklah mengherankan publik, baik itu di
kalangan masyarakat Batak, Indonesia, atau internasional. Menurut penulis keadaan
yang seperti ini didukung oleh berbagai faktor sosial. Di antaranya adalah dalam
music tradisional Batak Toba seperti yang diurai di atas, tangga-tangga nada yang
digunakan juga dapat diekspresikan melalui tangga-tangga nada seperti yang
terdapat di dalam musik Barat. Selain itu, faktor religi juga menyebabkan terjadinya
proses pengadopsian sampai juga proses akulturasi budaya. Bagaimanapun antara
orang Batak Toba mayortitas beragama Kristen dan mereka merasakan satu saudara
terutama saudara seiman. Oleh karena itu, kedekatan religi ini membuat juga dekat
secara budaya. Akhirnya mereka pun, para pencipta lagu dan penyanyi Batak Toba
ini mengadopsi melodi lagu-lagu dari kebudayaan Barat ke dalam musik pop Batak
dengan menggubah syairnya dalam bahasa Batak Toba, dan dengan tema yang
berbeda dengan versi asalnya.
Faktor sosial lainnya yang menyebabkan fenomena musikal yang seperti ini
disebabkan oleh faktor modernisasi. Manusia dipandang maju jika mampu
menciptakan
peradabannya
berdasarkan
konsep-konsep
modern.
Artinya
masyarakat di seluruh dunia harus mengadopsi peradaban yang dipandang paling
cepat untuk mencapai derajat modernisasi, dan itu tentu saja ada pada kebudayaan
116
Barat, yang diapndang unggul secara rasional, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan
hal-hal sejenis.
Selain itu, situasi zaman berada dalam era globalisasi, di mana batas-batas
antara negara sudah tidak begitu kuat membendung setiap informasi. Manusia
semuanya sebenarnya berada di dalam satu kampong global, yang saling
mengetahui apa saja yang terjadi di seluruh penjuru dunia ini. Dalam proses
globalisai yang seperti ini, lagu-lagu dari manapun datangnya bias saja menjadi
trend, dan itu menjadi ikutan dalam konteks industri musik. Demikian pula yang
terjadi di dalam kebudayaan musik pop Batak Toba.
117
BAB III
ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI
TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN BARAT
Pada Bab III ini dikaji secara komparatif antara tiga melodi lagu pop Barat
dengan tiga lagu pop Batak Toba. Keenam-enamnya memiliki hubungan melodis
yang sama atau hamper sama, atau juga mirip. Tujuan perbandingan melodis ini
adalah untuk melihat sejauh mana melodi dalam lagu-lagu popular Batak Toba
berkembang atau berubah berdasarkan melodi yang diadopsinya dari lagu-lagu
popular Barat tersebut.
Adapun melodi yang dibandingkan adalah seperti sudah dijabarkan di Bab I
tesis ini adalah tiga lagu dari pop Barat dan tiga lagu turunannya dalam musik
popular Batak Toba. Hubungan structural melodis itu adalah sebagai berikut.
(i) Perbandingan Pertama
1. Lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung
2. Lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh Michael Learn
(ii) Perbandingan Kedua
3. Lagu Lady yang dinyanyikan oleh Peniel Panjaitan
4. Lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh Steelheart
(iii). Perbandingan Ketiga
5. Lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band
6. Lagu Marian yang dinyanyikan oleh The Cats
118
Perbandingan ini dikaji melalui hasil transkripsi berupa notasi balok Barat, untuk
dapat memperlihatkan detil bagian per bagiannya. Nemun sebelumnya terlebih
dahulu dijelaskan metode transkripsi yang penulis lakukan terhadap keenam-enam
lagu yang memiliki hubungan melodis tersebut. Adapun teknik transkripsi yang
digunakan adalah sebagai berikut.
3.1 Transkripsi dan Hasil Notasi
Untuk melakukan analisis musik, perlu dilakukan visualisasi bunyi kedalam
simbol-simbol bunyi yang disebut notasi. Ini dilakukan untuk mempermudah setiap
orang dalam melakukan analisis musik. Visualisasi atau pemindahan dimensi bunyi
ke dalam bentuk visual tersebut, penulis pindahkan kedalam bentuk notasi balok
dalam garis paranada. Garis paranada terdiri dari 4 spasi dan 5 garis, ditambah
garis-garis dan spasi-spasi bantu di atas dan di bawah nya. Kunci dari garis
paranada ini adalah kunci G, karena vokal yang disajikan biasa menggunakan tanda
kunci G, atau trebel.
Dalam kerja etnomusikologi, tujuan penggunaan notasi balok, yaitu untuk
mencatat semua karakter-karakter musikm baik secara umum (preskirptif) maupun
secara detail dan mendalam (deskriptif). Kedua jenis notasi ini memiliki
keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan masing-masing. Sebaiknya
pemilihan bentuk notasi ini disesuaikan dengan tujuan menganalisis musik dan
tranfer pengetahuan kepada para pembaca dan penganalisis musik lainnya. Dalam
suatu komposisi musik terdapat dua jenis notasi yang ditawarkan oleh Charles
Seeger, yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Dalam penulisan notasi ini, penulis
119
memilih pendekatan prekriptif untuk mencatat bunyi yang didengar secara umum
saja.
Proses visualisasi bunyi musikal ini dalam ilmu etnomusikologi dinamakan
transkripsi. Dengan mentranskripsikan bunyi kedalam bentuk notasi, maka setiap
orang dapat melihat dan memainkan kembali apa yang ia dengar.
Untuk
mempermudah kerja notasi ini, penulis tidak menuliskan semua instrumen yang
dipakai dalam ensambel, tetapi hanya melodi vokalnya saja. Adapun keenam lagu
tersebut adalah sebagai berikut:
(l) lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki
penyanyi Jack Marpaturg (melodinya mirip lagu That's Why dengan penyanyi
Michael Leam To Rock ); (2) lagu dengan judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan
(melodinya mirip lagn dengan judul She's Gone dengan penyanyi Steel Heart); dan
(3) lagu dengan judul Maria penyanyinya vokalis Marsada Band (melodi lagunya
mirip dengan lagu Marian dengan penyanyi The Cats), yang terdiri dari ensembel
orkes atau band. Penulis hanya mentranslcipsi musik vokal atau nyanyian.
Dalam mentranskripsi keenam lagu sebagai objek kajian di dalam tesisi ini,
penulis menggunakan pendekatan preskriptif. Penulis juga memakai notasi angka
yang
asli
ditulis
dan
kernudian
mendengarkan
hasil
rekaman,
dan
mentransmisikannya ke dalam notasi balok secara preskriptif ntuk mendapatkan
transkripsi lagu-lagu penulis merekam langsung lagu-lagu yang disajikan dalam
konteks pertunjukan dan juga menggunakan cakra padat (CD) komersial,
khususnya untuk tiga lagu dari musik pop Batak.
Rekaman tersebut didengarkan secara berulang-ulang agar mendapatkan
hasil yang maksimal, dan kemudian ditranskripsikan kedalam bentuh notasi.
Rekaman ini dibandingkan dengan tulisan notasi angka yang dihasilkan oleh
120
sendiri. Pendekatan transkripsi yang dilakukan adalah pendekatan preskriptif, yaitu
menuliskan perjalanan rnelodi secara mako dan garis besar saja. Tujuannya adalah
untuk memperlihatkan bagaimana struktur lagu-lagu sampel tersebut.
Dalam proses mentranskripsi keenam lagu ini, penulis menggunakan teknik
notasi sebagai berikut.
(1) Keenam-enam lagu tersebut ditulis dengan menggunakanm notasi balok Barat,
dengan menggunakan tanda kunci G (treble) yang lazim digunakan dalam menulis
musik vokal (nyanyian), di dalam disiplin etnomusikologi maupun musikologi.
Contohnya sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
121
(2) Keenam lagu ini ditulis berdasarkan frekuensi yang sesungguhnya dari rekaman
yang telah dilakukan. Dengan demikian enam lagu tersebut menggunakan nada
dasar yang berbeda, dan tanda clef yang berbeda. Lagu Ditakko Ho Rohakki
bernada dasar G dalam tangga nada G Mayor (ditulis dengan tanda mula 1#);
selanjutnya lagu That’s Why bernada dasar G dalam tangga nada G Mayor juga
(ditulis dengan tanda mula 1#); lagu Lady bernada dasar C dalam tangga nada C
Mayor (ditulis menggunakan tanda mula netral); lagu She’s Gone bernada dasar Es
dalam tangga nada Es Mayor (ditulis dengan menggunakan tanda mula 3b);
seterusnya lagu Maria bernada dasar E dalam tangga nada E Mayor (ditulis dengan
menggunakan tanda mula 4#); dan lagu Marian bernada dasar C dalam tangga nada
C Mayor (ditulis dengan tanda mula netral).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
122
(3) Untuk menuliskan teks (lirik) enam lagu tersebut, penulis menuliskannya di
bawah setiap nadanya, seperti contoh berikut ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
123
Dengan melakukan teknik transkripsi seperti itu, maka keenam lagu yang
telah ditranskripsi, bentuk notasinya adalah seperti berikut ini.
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
Dari hasil traskripsi berupa notasi seperti dapat dilihat di atas, maka
selanjutnya dilakukan analisis terhadap enam melodi tersebut dengan menggunakan
pendekatan weighted scale, seperti yang sudah diuraikan di bab pertama tulisan ini.
Namun analisis ini dimulai dari aspek yang paling kreatif yang membuat struktur
yang berbeda antara tiga lagu populer Batak Toba dan perbandingannya dengan
asal-usul tiga melodi lagu dari music popular Barat. Aspek itu adalah formula
melodi, atau lazim juga disebut dengan bentuk melodi.
3.2 Perbandingan Formula Melodi
Untuk memahami persamaan dan perbedaan dari tiga lagu populer Batak
Toba, yang melodinya diadopsi dari musik populer Barat, seperti sudah diuraikan di
atas, maka salah satu aspek yang paling umum adalah penggunaan formula-formula
melodi yang sama antara lagu-lagu tersebut. Formula ini secara umum adalah sama,
namun khususnya dalam musik populer Batak, formula-formula ulangan baik itu
dalam bentuk demi bentuk atau juga bahagian reffrainnya. Untuk lebih
memperlihatkan secara visual persamaan formula melodi dan perbedaannya di
dalam siklus adalah seperti dapat dilihat pada notasi berikut ini.
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
Dalam mendeskripsikan formula melodi ini, biasanya selalu digunakan
istilah-istilah etnomuskologis. Di antara istilah itu adalah sebagai berikut.
1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang.
2. Iteratif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan
kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian.
3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama
setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi.
4. Progresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan
materi melodi yang selalu baru.
5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama,
tetapi dengan teks nyanyian yang selalu berubah.
3.3 Perbandingan Tangga Nada
Setelah mentranskripsikan keenam sampel lagu kedalam bentuk notasi,
maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah menganalisis struktur
musiknya. Untuk menentukan tangganada, penulis melakukan pendekatan weighted
scale, seperti yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977). Dari hasil
transkripsi, maka ditemukan tangga nada pada keempat lagu tersebut.
157
1. Tangga nada lagu Ditakko Ho Rohakki
Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’
Laras:
1
1
½
1
1
Sent:
200
200
100
200 200
1
½
200
100
2. Tangga nada lagu That’s Why (You Go Away)
Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’
Laras:
Sent:
1
1
200 200
½
1
1
100
200 200
1
½
200
100
3. Tangga nada lagu Lady
Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’
158
Laras:
1
1
½
1
1
Sent:
200
200
100
200 200
1
½
200
100
4. Lagu She’s Gone
Nada: es – f – g – as – bes – c – d – es’
Laras:
1
1
½
1
1
Sent:
200
200
100
200 200
1
½
200
100
5. Lagu Maria
Nada: b – cis – dis – e – fis – gis – ais – b’
Laras:
1
1
½
1
Sent:
200
200
100
200 200
6. Lagu Marian
1
1
½
200
100
159
Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’
Laras:
1
1
½
1
1
Sent:
200
200
100
200 200
1
½
200
100
Enam lagu di atas, keseluruhannya menggunakan tangga nada mayor.
Tangga nada ini didasari oleh pola laras, sebagai berikut.
Laras:
1
1
½
1
1
1
½
Pola ini jika ditransformasikan ke dalam sistem sent, maka jarah penuh atau 1 laras
sama dengan 200 sent, dan seterusnya jarak setengah laras sama dengan 100 sent.
Pola ini dalam tangga nada mayor dapat digambarkan sebagai berikut.
200
200
100
200 200
200
100
Dilihat dari sudut perbedaannya maka keenam lagu di atas meskipun
menggunakan tangga nada mayor, namun nada dasarnya ada yang sama dan ada
pula yang berbeda. Untuk lagu perbandingan pertama Ditakko Ho Rohakki dengan
That’s Why menggunakan nada dasar yang sama yaitu G dalam tangga nada G
Mayor. Di sisi lainnya lagu Lady menggunakan nada dasar C dalam tangga nada C
mayor, sedangkan lagu asalnya yaitu She’s Gone menggunakan nada Es dalam
tangga nada Es Mayor. Kemudian lagu Maria menggunakan nada dasar B dalam
160
tangga nada B Mayor, dan lagu Marian sebagai melodi asalnya menggunakan nada
dasar C dalam tangga nada C Mayor.
Menurut tefsiran penulis, mengapa penyanyi dan kelompok band ini
menggunakan nada-nada dasar yang berbeda, adalah berupa pilihan ambitus vokal
penyanyinya agar sesuai dengan apa yang dinyanyikan. Seseorang penyanyi
biasanya sebelum menyanyi pasti menyesuaikan suaranya dengan nada dasar yang
hendak dinyanyikan, sekali gus ia dapat berekspresi secara estetis melalui nada
dasar dan tangga nada yang sesuai dengan ambitus, karakter, dan warna suaranya.
Seperti diurai di atas, lagu Ditakko Ho Rohakki sama nada dasarnya dengan
lagu That’s Why. Ini bermakna bahwa penyanyi Jack Marpaung dengan penyanyi
Micahel Learn to Rock memiliki ambitus yang relatif sama, dan kedua-duanya
sama memilih tangga nada G Mayor untuk menyanyikan lagu ini. Dengan demikian
selain mengadopsi melodi, Jack Marpaung juga mengadopsi nada dasarnya
sekaligus.
Pada lagu-lagu perbandingan kedua yaitu Lady dan She’s Gone, keduaduanya menggunakan nada dasar yang berbeda. Lagu Lady menggunakan nada
dasar C, sedangkan She’s Gone adalah Es. Dengan demikian lagu Lady diturunkan
nada dasarnya sebesar 1 ½ laras atau 300 sent. Ini menunjukkan bahwa penyanyi
Paniel Panjaitan suaranya lebih nyaman menggunakan nada dasar C dibandingkan
jika ia mesti harus menggunakan nada dasar Es. Sebaliknya penyanyi She’s Gone
lebih nyaman menggunakan nada dasar Es untuk mengeksplorasi melodi dan
ambitus suaranya.
161
Pada lagu perbandingan ketiga lagu Maria yang dibawakan Marsada band
menggunakan nada dasar B dalam tangga nada B Mayor. Smeentara lagu asalnya
yaitu Marian yang dibawakan penyanyi The Cats menggunakan nada dasar C
dalam tangga nada C Mayor. Dengan demikian lagu Maria yang dinyanyikan
Marsada Band satu laras (200 sent) lebih rendah dibandingkan lagu asalnya yaitu
Marian. Sama dengan lagu perbandingan kedua, maka kedua lagu ini juga
disesuaikan dengan ambitus, warna suara, karakter, dan kenyamanan penyanyi
dalam mengekspresikan melodi lagu-lagu tersebut.
Dari tiga perbandingan di atas jelaslah bahwa nada dasar yang digunakan
oleh para penyanyi pop Batak Toba ada yang sama dengan lagu pop yang diadopsi
dari musik pop Barat. Namun dua lagu, kemudian nada dasarnya direndahkan yaitu
satu setengah dan satu laras. Jadi di dalam lagu-lagu pop Batak ada kecenderungan
nada dasarnya diturunkan, disesuaikan dengan kemampuan dan kenyamanan
ambitus suara.
3.4 Perbandingan Nada Dasar
Dalam menentukan nada dasar pada keempat lagu ini, penulis menggunakan
tujuh kriteria-kriteria generalisasi yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya
Theory and Method in Etnomusicology (1963: 147), yaitu sebagai berikut.
1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang paling sering
muncul dan nada mana yang paling jarang dipakai dalam suatu komposisi
musik.
2. Kadang-kadang nada yang memiliki nilai ritmisnya besar dianggap nada
dasar, meskipun jarang dipakai.
162
3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian
tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas
tersebut.
4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun
posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting.
5. Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai
patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya,
sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh
dianggap lebih penting.
6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai
patokan tonalitas.
7. Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem
tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas.
Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya
adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut
(terjemahan Marc Perlman 1963:147).
Dengan melihat ketujuh kriteria diatas, maka dapat diuraikan nada dasar
pada keenam sampel lagu di atas.
(i) Lagu Ditakko Ho Rohakki
1
Nada yang paling sering dipakai adalah nada: g
2
Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: g
3
Nada awal yang paling sering dipakai: c, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: g
4
Nada yang memiliki posisi paling rendah: a
163
5
Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: g
6
Nada yang mendapat tekanan ritmis: g
7
Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar
nada dasar lagu Ditakko Ho Rohakki adalah nada: g
(ii) Lagu That’s Why
1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: g
2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: g
3. Nada awal yang paling sering dipakai: c, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: g
4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: b
5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: g
6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: g
7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan
besar nada dasar lagu That’s Why adalah nada: g
(iii) Lagu Lady
1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: c
2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: c
3. Nada awal yang paling sering dipakai: b, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: e
4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: a
5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: c
6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: c
7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan
besar nada dasar lagu Lady adalah nada: c
164
(iv) Lagu She’s Gone
1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: es
2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: es
3. Nada awal yang paling sering dipakai: d, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: g
4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: es
5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: es
6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: es
7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan
besar nada dasar lagu She’s Gone adalah nada: es
(v) Lagu Maria
1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: b
2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: b
3. Nada awal yang paling sering dipakai: b, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: b
4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: c
5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: b
6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: b
7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan
besar nada dasar lagu Maria adalah nada: b
(vi) Lagu Marian
1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada: c
2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: c
165
3. Nada awal yang paling sering dipakai: g, dan nada akhir yang paling
sering dipakai: g
4. Nada yang memiliki posisi paling rendah: d
5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: c
6. Nada yang mendapat tekanan ritmis: c
7. Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan
besar nada dasar lagu Marian adalah nada: c
Tabel 5.1
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Ditakko Ho Rohakki
No
Kriteria
Nada
1
K1
g
2
K2
g
3
K31
c
4
K32
g
5
K4
b
6
K5
g
7
K6
g
8
K7
g
Tabel 5.2
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu That’s Why
166
No
Kriteria
Nada
1
K1
g
2
K2
g
3
K31
c
4
K32
g
5
K4
b
6
K5
g
7
K6
g
8
K7
g
Tabel 5.3
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Lady
No
Kriteria
Nada
1
K1
c
2
K2
c
3
K31
b
4
K32
e
5
K4
a
6
K5
c
7
K6
c
8
K7
c
Tabel 5.4
167
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu She’s Gone
No
Kriteria
Nada
1
K1
es
2
K2
es
3
K31
d
4
K32
g
5
K4
es
6
K5
es
7
K6
es
8
K7
es
Tabel 5.5
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Maria
No
Kriteria
Nada
1
K1
b
2
K2
b
3
K31
b
4
K32
b
5
K4
c
6
K5
b
7
K6
b
8
K7
b
Tabel 5.6
168
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Marian
No
Kriteria
Nada
1
K1
c
2
K2
c
3
K31
c
4
K32
g
5
K4
d
6
K5
c
7
K6
c
8
K7
c
Keterangan
K1: Nada yang paling sering dipakai
K2: Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat
K31: Nada awal yang paling sering dipakai
K32: Nada akhir yang paling sering dipakai
K4: Nada yang memiliki posisi paling rendah
K5: Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf
K6: Nada yang mendapat tekanan ritmis
K7: Nada dasar berdasarkan pengalaman dan kecenderungan
169
3.5 Perbandingan Wilayah Nada
Wilayah nada adalah daerah (ambitus) dari nada yang frekuensinya paling
rendah, sampai pada frekuensi nada yang paling tinggi. Dari hasil transkripsi di
atas, maka diperoleh ambitus suara dari keenam lagu tersebut sebagai berikut.
1. Wilayah Nada Lagu Ditakko Ho Rohakki
a -- g’
11 laras
2200 sent
2. Wilayah Nada Lagu That’s Why
b
--
g’
10 laras
2000 sent
3. Wilayah Nada Lagu Lady
gis --
e’
170
10 laras
2000 sent
4. Wilayah Nada Lagu She’s Gone
g
-- g’’
12 laras
2400 sent
5. Wilayah Nada Lagu Maria
c --
g’
9 ½ laras
1900 sent
6. Wilayah Nada Lagu Marian
d --
a’
9 ½ laras
1900 sent
Apa yang dapat kita bandingkan dari wilayah keenam lagu tersebut,
tampaknya diselaraskan dengan kemampuan dan kenyamanan penyanyinya dalam
171
menyanyikan masing-masing lagu tersebut. Antara penyanyi Batak dengan
penyanyi Barat pun tidak menyebabkan ambitus suara itu lebih luas di antara
mereka. Luas atau sempitnya ambitus serta nada-nada yang digunakan sepenuhnya
tergantung kepada kemampuan dan kenyamanan penyanyi. Sebagai contoh Jack
Marpaung (penyenyi Batak) dalam lagu Ditakko Ho Rohakki memiliki ambitus
suara lebih luas satu langkah atau 200 sent dibandingkan dengan penyanyi lagu
That’s Why yaitu dari kelompok Michael Learn to Rock yang jelas adalah orang
Eropa. Sebaliknya penyanyi She’s Gone yaitu penyanyi Eropa bernyanyi 400 sent
lebih luas dalam lagu ini dibandingkan dengan Paniel Panjaitan dalam lagu Lady.
Di sisi lain ambitus lagu Maria oleh penyanyi Marsada Band (Batak Toba)
memiliki ambitus yang sama dengan penyanyi The Cats dalam lagu Marian, namun
penyanyi The Cats mengambil tonika satu laras lebih tinggi dibanding dengan
penyanyi Marsada Band.
3.6 Perbandingan Jumlah Nada
Untuk menentukan jumlah nada-nada keempat sampel lagu, terdapat dua
cara yang perlu dilakukan. Pertama adalah melihat banyaknya kemunculan setiap
nada tanpa melihat durasinya secara kumulatif. Kedua, melihat kemunculannya dan
menghitung durasi kumulatif. Dalam analisis ini, penulis menggunakan cara yang
pertama, yaitu menghitung kemunculan nada tanpa melihat durasinya.
1. Lagu Ditakko Ho Rohakki
172
Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’
2. Lagu That’s Why (You Go Away)
Nada: g – a – b – c – d – e – fis – g’
3. Lagu Lady
Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’
173
4. Lagu She’s Gone
Nada: es – f – g – as – bes – c – d – es’
7. Lagu Maria
Nada: b – cis – dis – e – fis – gis – ais – b’
8. Lagu Marian
Nada: c – d – e – f – g – a – b – c’
3.7 Perbandingan Interval
Interval yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah jarak antara nada yang
satu dengan nada yang lainnya dalam satu komposisi musik. Sistem pengukuran
pada interval disebut “laras” dengan alat ukur “cent”. Interval pada keenam lagu ini
174
terdapat dua jenis, yaitu melangkah (conjunct) dan melompat (disjunt) Analisis
interval penulis lakukan dengan menghitung setiap interval baik yang naik, maupun
turun. Dengan melihat ketentuan-ketentuan interval di atas, maka interval pada
keenam sampel lagu di atas adalah, sebagai berikut.
1. Lagu Ditakko Ho Rohakki
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
h. Sekta mayor
2. Lagu That’s Why
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
175
h. Sekta mayor
3. Lagu Lady
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
h. Sekta mayor
i.
Septim mayor
j.
Oktaf
4. Lagu She’s Gone
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
h. Sekta mayor
i.
Septim mayor
176
j.
Oktaf
5. Lagu Maria
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
h. Sekta mayor
6. Lagu Marian
a. Prima murni
b. Sekunde minor
c. Sekunde mayor
d. Ters minor
e. Ters mayor
f. Kuart murni
g. Kuint murni
h. Sekta mayor
3.8 Perbandingan Pola-pola Kadensa
Pola kadensa dapat dikonsepkan sebagai rangkaian nada akhir pada setiap
akhir frase dalam suatu komposisi musik. Pola-pola kadensa ini merupakan ujungujung frase lagu yang memberikan kecenderungan melodis dan juga tonalitas
177
kepada sebuah lagu. Pola-pola kadensa juga berisikan aksentuasi-aksentuasi
musikal yang berfungsi menekankan satu frase yang utuh, termasuk juga akhir dari
lagu tersebut. Pola-pola kadensa dalam musik vokal atau nyanyian, biasanya berkait
erat dengan struktur bahasa yang digunakan, terutama pada bahagian ujung setiap
baris dalam teksnya. Pola-pola kadensa yang terdapat pada enam lagu di atas,
dengan contoh pada cuplikannya saja, adalah sebagai berikut.
178
179
180
181
182
183
184
(1) Antara lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu That’s Why pola-pola
kadensanya memiliki berbagai perbedaan dan persamaan. Pada lagu Ditakko Ho
Rohakki pola-pola kadensa umumnya menggunakan dua atau tiga nada saja. Dalam
lagu That’s Why pun demikian pula. Pada lagu Ditaklko Ho Rohakki pola-pola
kadensa ini selain menggunakan teknik silabik (satu kata satu nada), juga
menggunakan teknik melismatik (yaitu satu suku kata pada ujung frase teks
menggunakan beberapa nada). Pada lagu That’s Why kecenderungan penggarapan
pola-pola kadensanya adalah silabik yaitu satu suku kata cenderung menggunakabn
satu suku kata saja. Dalam lagu That’s Why ini juga kecenderungan nada-nada
kadensa adalah turun. Sementara dalam lagu Ditakko Ho Rohakki pola-pola
kadensanya ada yang turun dan ada pula yang naik, seperti terlihat dalam notasi
analisis.
(2) Di dalam lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan pola-pola
kadensanya pada umumnya menggunakan teknik melismatik, dengan cara
mengolah satu suku kata di ujung frase teks dengan beberapa nada. Sementara di
sisi lain, di dalam lagu She’s Gone selain menggarap secara melismatik juga
menggarap kadensa secara silabik (artinya satu suku kata hanya menggunakan satu
nada saa). Selain itu, ciri khas kadesa lagu She’s Gone adalah menggunakan satu
nada tetapi membaginya ke dalam durasi not-not yang relatif padat, dalam hal ini
menggunakan not 1/32 dan 1/64, hal semacam ini tidak dijumpai dalam lagu Lady
yang dibawakan dal;am versi Batak Toba.
185
(3) Dilihat dari garapan kadensanya antara lagu Maria dengan lagu Marian
adalah penggunaan nada-nada akhir yang cenderung lagu Maria lebih panjang (ada
yang menggunakan enam nada untuk satu suku kata), sementara lagu Marian
kecenderungannya pada pola kadensa menggunakan tiga sampai empat nada saja.
Namun demikian kedua lagu ini memiliki ciri yang sama dalam menggarap pola
kadensa yaitu satu suku kata menggunakan beberapa nada. Gaya yang seperti ini
dapat dikategorikan sebagai melsmatik. Kecenderungan melismatik ini terdapat di
dalam semua bentuk melodi kedua lagu ini. Jadi aspek melismatik ini adalah sama
dalam kedua lagu tersebut.
3.9 Kontur
Menurut Malm (1977:8) kontur adalah garis suatu lintasan melodi dalam
sebuah lagu, yang dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu:
1. Ascending (menaik), yaitu garis melodi yang bergerak naik dari nada yang
rendah ke nada yang tinggi.
2. Descending (menurun) adalah garis melodi yang bergerah turun dari nada
yang tinggi ke nada yang rendah.
3. Pendulous adalah garis melodi yang bergerak dengan membentuk
lengkungan (melengkung setengahlngkaran).
4. Terraced (berjenjang) adalah garis melodi yang membentuk gerakan
berjenjang seperti anak tangga.
5. Statis (level) adalah melodi yang gerakan-gerakan intervalnya terbatas atau
garis melodi yang bergerak datar atau statis.
186
Dari kelima jenis kontur di atas, maka kontur pada lima sampel lagu adalah seperti
berikut ini:
(a) Kontur Lagu Ditakko Ho Rahakki, gabungan pendulum dan statis.
(b) Kontur Lagu That’s Why gabungan antara pendulum dan statis.
(c) Kontur Lagu Lady, gabungan statis, pendulum, dan asending.
(d) Kontur Lagu She’s Gone, gabungaan statis, pendulum, dan asending.
(e) Kontur Lagu Maria, gabungan antara statis, disending, dan pendulum
(f) Kontur lagu Marian gabungan antara statis, disending, dan pendulum.
Dengan demikian kalau kita perhatikan kontur keenam lagu ini, antara lagulagu populer Batak Toba dengan lagu-lagu populer Barat yang lagunya diadopsi
dalam musik Batak, memiliki kesamaan kontur. Kontur ini juga yang menjadi
struktur yang menghubungkan antara kedua jenis musik pop tersebut.
3.10 Perbandingan Garapan Teks
Salah satu aspek yang menjadi pembeda penting antara tiga lagu musik
populer Batak Toba dalam sampel studi ini dengan tiga lagu pop Barat yang
melodinya diadopsi dalam musik pop Batak tersebut adalah garapan teks yang
kemudian memberikan perbedaan dalam hal ritme, dan nada-nada yang digunakan.
Aspek tekstual ini pula yabng menjadi identitas gaya masing-masing lagu. Selain
juga didukung oleh faktor tema teks yang bisa saja jauh berubah, atau masih dekaat
dengan tema teks pada musik populer Barat.
Menurut penulis dalam proses menciptakan teks ini, terlebih dahulu para
pencipta lagu pop Batak Toba, yang pertama kali tertanam di dalam memori dan
187
otaknya adalah aspek melodi yang didengarkan dari lagu pop Barat tersebut.
Setelah itu ia mencoba memahami arti teks, atau sama sekali tidak mencoba
memahami arti teks itu, tetapi lebih menekankan kepada aspek melodi dan unsurunsur musik lainnya seperti harmoni, akord, ritme, pola-pola ritme pada drum, jenis
ritme yang digunakan, dan aspek-aspek sejenis. Setelah itu barulah ia menggarap
teks berdasarkan kosa-kosa kata dalam bahasa Batak Toba, yang tentunya diiringi
oleh unsur-unsur puitis, seperti persajakan (rima), gaya bahasa, penggarapan
morfem, fonem, suku kata, dikaitkan pula dengan teknik silabik dan melismatik,
dan seterusnya. Maka jadilah komposisi “baru” dalam bentuk lagu yang teksnya
kosa-kosa kata Batak Toba, dengan mengadopsi melodi yang berasal dari musik
populer Barat tadi.
Contoh-contoh penggarapan melodi yang berasal dari musik pop Barat
menjadi musik Batak Toba itu dapat dilihat dalam analisis berikut ini.
(A) Lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why
1. Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki
(1) Ho do namandokito
(2) Tung maccai holong rohamtu au
(3) Pos do rohakki di situ ho
(4) Hu oloi do sude, akkanapinangido mi
2. Teks Lagu That’s Why
(1) Baby won’t you tell me why
(2) There is sadness in your eyes
(3) I don’t wanna say goodbye, to you
(4) Love is one big illusion, I should try to forget
188
Kedua cuplikan teks pada bait pertama masing-masing lagu di atas kemudian
memiliki garapan yang khas di dalam bentuk melodi seperti analisis perbandingan
berikut ini.
189
190
191
BAB IV
MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA LAGU
POP BARAT YANG MELODINYA SAMA
4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian
Nyanyian atau lagu adalah salah satu bidang kajian di dalam disiplin
etnomusikologi.
Lagu
biasanya
berkait
erat
dengan
bahasa
yang
melatarbelakanginya, misalnya lagu-lagu berbahasa Inggris pastilah mencerminkan
kebudayaan orang-orang Inggris atau masyarakat yang berbahasa Inggris di seluruh
dunia, termasuk juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Demikian pula lagulagu Batak Toba tentu saja mencerminkan kebudayaan Batak Toba dan juga
masyarakat Batak secara umum.
Studi teks nyanyian berhubungan juga dengan makna-makna kebudayaan.
Makna-makna ini ada yang sifatnya langsung dan sebagai makna sebenarnya atau
makna denotatif, atau juga makna-makna lain atau makna konotatif di samping
makna denotatif tadi. Dalam teks nyanyian terdapat kata-kata yang digayakan
sesuai dengan nyanyiannya. Artinya adalah kata-kata yang terdapat dalam satu
nyanyian biasanya dikomposisikan mengikuti alur melodinya. Misalnya untuk
memanjangkan suku kata mengikuti beberapa melodi, yaitu dalam teknik
melismatik, maka digunakanlah beberap nada untuk satu suku kata tersebut.
Sebalinya jika satu suku kata diwakili oleh satu nada saja, maka teknik seperti ini
disebut dengan silabik.
192
Teks nyanyian, biasanya agak berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh
masyarakat pendukung bahasa tersebut sehari-harinya, walau tetap memiliki
hubungan kultural. Teks nyanyian ini kadangkala berkaitan dengan mantra yang
sifatnya rahasia dan memiliki kaitan dengan dunia supernatural. Ada pula di antara
teks nyanyian tersebut diciptakan berdasarkan kepada puisi-puisi yang lazim
terdapat di dalam setiap kebudayaan, dengan ciri dan strukturnya yang khas. Ada
pula teks nyanyian tersebut yang diciptakan secara bersama-sama dengan tujuan
utama komunikasi verbal sambil bernyanyi dalam sebuah aktivitas tertentu.
Misalnya lagu Rasa Sayange yang dinyanyikan dengan menggunakan pantun yang
diciptakan secara spontanitas oleh setiap orang yang ikut di dalam nyanyian
tersebut.
Kajian terhadap teks nyanyian pastilah melibatkan kajian pula terhadap
bahasa yang digunakan di dalam nyanyian tersebut. Kegiatan mengkaji teks
nyanyian di dalam etnomusikologi berkait erat dengan disiplin linguistik dan sastra
sebagai disiplin yang juga memberikan perhatian utama terhadap nyanyian dalam
bentuk komunikasi verbal ini. Teks nyanyian juga mendapatkan perhatian dalam
ilmu komunikasi. Bahwa teks nyanyian ini dapat dipandang sebagai salah satu
bentuk komunikasi verbal yang tumbuh dan berkembang di dalam kebudayaan
masyarakat pendukungnya. Demikian pula yang terjadi di dalam kasus musik
populer Batak Toba yang menjadi fokus kajian penulis dalam tesis ini.
Teks nyanyian inilah sebagai ciptaan dan ciri khas dari lagu-lagunya, yang
melodi dasarnya diadopsi dari budaya musik populer Barat. Teks nyanyian dalam
bahasa Batak Toba ini tentu saja mencerminkan aspek-aspek kominikasi verbal di
dalam konteks kebudayaan populer, dan industri musik. Tema yang selalu
193
dikembangkan dalam konteks ini adalah tema yang umum dan universal yang
terjadi di dalam kebudayaan manusia. Di antara tema itu adalah jatuh cinta, putus
cinta, pujian terhadap orang-orang yang dicintai, hubungan cinta yang tidak
direstui, penghianatan cinta, kisah tentang manusia, dan hal-hal sejenis.
Adapun lagu-lagu yang dikaji maknanya adalah keenam-enam lagu, yaitu
tiga lagu berbahasa Inggris dan turunannya tiga lagu berbahasa Batak Toba. Studi
ini penting untuk melihat sejauh apa kreativitas teks (puisi) untuk nyanyian yang
dikembangkan oleh para pencipta lagu populer Batak Toba. Selain itu juga untuk
melihat apakah temanya sama dengan teks lagu populer asalnya yang berbahasa
Inggris. Atau teks tersebut juga merupakan terjemahan bebas dari teks asalnya.
Atau tema yang diusung bahkan antonim (berlawanan) dengan teks nyanyian
asalnya. Inilah yang menjadi menarik untuk dikaji dalam konteks ini.
Seterusnya, struktur dan makna teks yang dikaji adalah mencakup keenam
lagu itu, dengan urutan sebagai berikut.
1A. Lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung
1B. Lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh Michael Learn
2A. Lagu Lady yang dinyanyikan oleh Peniel Panjaitan
2B. Lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh Steelheart
3A. Lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band
3B. Lagu Marian yang dinyanyikan oleh The Cats
4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki
Selengkapnya teks lagu Ditakko Ho Rohakki ini beserta terjemahannya di
dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
194
(5) Ho do namandokito
Kamu yang mengatakan sayang
(6) Tung maccai holong rohamtu au
Jadi semakin cinta hatimu padaku
(7) Pos do rohakki di situ ho
Teduhnya perasaanku saat ini bersamamu
(8) Hu oloi do sude, akkanapinangido mi
Ku lakukan semua apa yang kamu minta
(9) Ditakko ho rohakki
Kamu telah mencuri hatiku
(10)
Tung maccailambok do i
Jadi semakin terasa lembutnya
(11)
Di husippon ho tu au
Bisikanmu kepadaku
(12)
Cinta mati do au tu ho ito
Cinta mati aku kepadamu
(13)
Maccai Las ma rohakkihujakkoncintami
Semakin puasnya hatiku kau ucapkan perasaanmu
(14) Ditakko ho rohakki
Kamu telah mencuri hatiku
Reffrain
(15) Dang tarbahen au mangalupahon ho
195
Tak bisa ku lakukan untuk melupakanmu
(16) Di umma ho di haol ho ito
Kau cium dan kau peluk erat
(13) Dang bolas au daosian ho ito
Tidak sanggup aku jauh darimu
(14) Nang perohamdaosian au
Walaupun hatimu jauh dariku
(15) Dang hurippu songoni pambahenan mi tu au
Tak ku sangka begini perbuatanmu padaku
(16) Sandiwara do hapesude
Sandiwara ternyata semua itu
(17) Ala dang tarbahen au mangalupahon ho
Karena tak ada yang bisa ku perbuat melupakan dirimu
(18) Ditakko ho rohakki
Kamu telah mencuri hatiku
Kembali ke reffrain
(19) Sai hutamiangkon do hasian anggiat muba ho
Selalu ku doakan kamu sayang semoga kamu berubah
(20) Sotunggabe di jalo ho sapata, sapatakiito aeon mu do ito
Jangan sampai kau mendapat karma, sakit hatiku kau akan terima
Lagu Ditakko Ho Rohakki di atas terdiri dari dua puluh larik teks yang
diatur sedemikian rupa, dengan ulangan pada bahagian reffrainnya, untuk tujuan
menguatkan suasana komunikasi verbal dalam gaya nyanyian ini.
Lagu ini
196
menggunakan kosa-kosa kata berupa kata-kata dalam bahasa Batak Toba yang
mudah dicerna, tidak ambigu, dan lebih bersifat eksplisit ketimbang implisit. Katakata yang digunakan termasuk di dalamnya: subjek, kata ganti, kata kerja, kata
sifat, dan lain-lainnya.
Adapun tema dari lagu ini puji-pujian kepada kekasih hati yang telah
berterus terang mengemukakan cintanya kepada si penyanyi. Dampak dari
komunikasi langsung ini, maka si penyanyi menjadi semakin teduh perasaannya.
Apa pun ia lakukan demi sang kekasih hati. Sang kekasihnya adalah si pencuri hati,
artinya adalah telah mampu membuat getar-getar asmara di dada penyanyi tersebut.
Dampak berikutnya adalah semakin terasa lembut bisikan cinta sang kekasih
kepada penyanyi tersebut. Dampak berikutnya adalah cinta mati sang penyanyi
kepada pujaan hatinya ini. Sang penyanyi pun merasa kepastiannya terhadap cinta
yang tulus dan memiliki ketegaran yang kuat dari kekasihnya ini.
Pada bahagian reffrain, dikemukakan tentang perasaan cinta yang terbalas
dengan sempurna ini menyebabkan sang penyanyi tidak bisa melupakan
kekasihnya, peluk dan cium eratnya (dalam ilusi), serta ia tak dapat jauh dari sang
kekasih, yang artinya tidak dapat dipisahkan oleh apapun, meskipun seandainya
sang kekasih menjauh dari dirinya, ia bertekad untuk terus dekat dengan pujaan
hatinya ini.
Namun demikian, kesetiaan cinta yang dibangun tersebut dikhianati oleh
sang kekasihnya, yaitu berupa ekspresi tidak disangka-sangka sang kekasih hati
hanyalah memainkan peran kepura-puraan atau bersandiwara saja. Namun di akhir
teks nyanyian ini, sang penyanyi berdoa semoga saja kekasih pujaan hatinya
tersebut berubah, tidak bermain sandiwara, mencintai secara tulus dan ikhlas. Sang
197
penyanyi pun berharap agar Tuhan tidak menimpakan karma atas perbuatan
berpura-puranya tersebut. Demikian yang ingin disampaikan oleh teks nyanyian ini
kepada pendengarnya.
Tema utama lagu ini adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih
hati, atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss
dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang
kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya
secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati
sang penyanyi. Di sini tampak hukum sebab akibat. Pertama adalah pernyataan
cinta dari sang kekasih, kemudian pernyataan tersebut dibalas pula oleh sang
penyanyi. Dalam perjalanannya ternyata sang kekasih yang pertama kali
mengemukakan cintanya tersebut hanya bversandiwara saja. Maka akibatnya sakit
hatilah yang diterima oleh sang penyanyi. Namun sang penyanyi memiliki doa agar
sang kekasih yang bersandiwara tersebut dapat berobah agar hukum Tuhan berupa
karma tidak jatuh kepadanya. Inilah komunikasi yang coba dibangun berdasarkan
sebab dan akibat atau hubungan kausal.
4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why
Secara struktural lagu yang bertajuk That’s Why ini adalah seperti yang
terurai berikut ini, disertai dengan terjemahan di dalam bahasa Indonesia pada
setiap baris teksnya.
(5) Baby won’t you tell me why
Sayang tidak kamu ceritakan mengapa
198
(6) There is sadness in your eyes
Ada kesedihan di dalam matamu
(7) I don’t wanna say goodbye, to you
Aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padamu
(8) Love is one big illusion, I should try to forget
Cinta adalah suatu kejadian ilusi, aku harus mencoba melupakan
(9) But there is something left in my head
Namun ada satu yang tersisa di kepalaku
(10)
You’re the one who set it up
Kamu ajak untuk melakukan
(11)
Now you’re the one to make it stop
Sekarang kamu malah berhenti
(12)
I’m the one who’s feeling lost righ now
Aku salah satunya orang yang merasa kehilangan sekarang
(13)
Now you want me to forget, every little thing you said
Sekarang kamu ingin aku melupakan setiap hal kecil yang kamu bilang
(10) But there is something left my head
Namun ada satu yang tersisa di kepalaku
Reffrain
(11) I want forget the way you’re kissing
Aku ingin melupakan cara kamu mencium
(12) The feeling so strong , we’re lasting for so long
Perasaan begitu kuat, kita melakukannya begitu lama
(13) But I’m not the main your heart is missing
199
Tapi bukan itu ku utamakan melainkan hatimu yang hilang
(14) That’s why you go away, I know
Itulah sebabnya caramu menjadikan jalan untuk pergi, aku tahu
(15) You were never satisfied, no matter how I tired
Kamu tidak pernah puas, tak peduli bagaimana lelahnya aku
(16) Now you wanna say goodbye to me
Sekarang kamu ingin ucapkan selamat tinggal padaku
(17) Love is one big illusion, I should try to forget
Cinta adalah suatu kejadian ilusi, aku harus mencoba melupakan
(18) But there is somethinh left in my head
Namun ada satu yang tersisa di kepalaku
Kembali ke reffrain
(19) Sitting here all alone in the middle of now now here
Ku duduk sendirian di tengah lokasi ini dari sekarang
(20) Don’t know which way to go
Tidak tahu arah untuk pergi
(21) There ain’t so much to say now between us
Di sana tak bisa untuk mengatakan kejadian antara kita sekarang ini
(22) There ain’t so much for you, there ain’t so much for me, anymore
Di sana tak bisa lagi berkata untukmu, di sana tak bisa berkata lagi untukku,
lagi.
Lagu That’s Way seperti terurai di atas, secara struktural terdiri dari 22 baris
teks yang saling jalin-menjalin kesatu dan membentuk bangunan teks nyanyian
200
secara utuh dan dapat dimaknai dengan eksplisit oleh setiap pendengar yang
memahami bahasa Inggris. Lagu ini disusun oleh diksi (kata-kata) berupa: kata
dasar, kata kerja, keterangan waktu, keterangan tempat, dan lain-lainnya. Ada juga
kata-kata yang menggunakan teknik pelesapan yang lazim dijumpai dalam puisipuisi dan lagu-lagu berbahasa Inggris. Kata-kata itu di antaranya adalah: that’s
pelesapan dari that is, don’t pelesapan dari do not, you’re pelesapan dari you are,
won’t pelesapan dari kata will not. Ini memberikan efek puitis di dalam lagu
tersebut.
Adapun tema lagu ini secara keseluruhannya adalah seseorang (dalam hal
ini penyanyi) dalam keadaan gundah-gulana di ambang perpisahan dengan kekasih
hatinya, yang ingin memutuskan hubungan cinta mereka. Dimulai secara puitis
wahai kekasih ada kesedihan yang terpancar kesedihan dari matamu. Kesedihan
dari sinar mata ini jelas merujuk kepada makna sang kekasih ingin memutuskan
hubungan asmara yang telah terjalin selama ini, dengan sebab-sebab tidak kuat lagi
menanggung derita atas hubungan yang terjalin tersebut. Namun si penyanyi
sebenarnya mempunyai keinginan dan cita-cita yang kuat
untuk tidak
meninggalkan sang kekasih. Tidak akan pernah terlontar dari hati dan mulutnya
untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kekasih hatinya. Si penyanyi dipaksa
kekasihnya untuk melupakan cinta tersebut sebagai senuah ilusi. Namun
sebagimana dalam budaya Barat, yang berdasar kepada logika yang itu diikonkan
dengan kepala, bahwa sang penyanyi menyatakan ada seuatu yang tersisa di dalam
kepalanya artinya dalam pikiran kritisnya.
Kemudian sang penyanyi memang ingin melupakan semua asmara yang
telah terjadi selama ini, namun ia tidak bias melupakan kenangan atau memori
201
bagaimana sang pujaan hati menciumnya dalam masa yang relative lama menjalin
hubungan asamara. Kata mencium (kissing) di sini adalah symbol penyatuan cinta
sang penyanyi pada pujaan hati. Dengan gaya yang khas penyanyi menyatakan
bukan penyatuan cinta dalam ciuman itu yang tidak bias dilupakannya, tetapi
hilangnya hati sebagai simbol cinta yang selam ini telah terukir dengan indahnya.
Di dalam teks berikutnya sang penyanyi juga menunjukkan sifat kritisnya
atau penyebab dari retaknya hubungan cinta mereka yang berada di ambang
perpisahan ini. Sang pujaan hati terlalu banyak menuntut sehingga lelahlah fisik
dan jiwa sang penyanyi tersebut. Namun bagaimanapun sang penyanyi akan
mencoba melupakan cinta yang pernah terjalin tersebut. Ia memandang cinta itu
sebagai ilusi saja untuk dapat melupakanyya, walau di hati tentu saja sakit.
Kemudian masih dalam konteks kultur Barat, sang penyanyi memikirkan
secara kritis hubungan di ambang perpisahan ini. Ia duduk sendirian di tempat di
mana mereka biasa memadu cinta dan kasih sayang. Sang penyanyi kehilangan arah
di dalam merajut hidupnya, kekasih pergi. Hanya kesendirianlah yang menemai
sang penyanyi di tempat penuh sejarah asamara ini. Gundah dan gulanalah hati
sang penyanyi.
Tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal).
Pertama kali sang penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, nemun tiba-tiba
terpancar kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta
yang selama ini dirajut diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir
kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya,
yaitu selam ini mereka telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya
banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi,
202
maka kekasihnya memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam
kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta
ini. Ia pun mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut.
Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini
memadu cinta. Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini.
4.4 Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why
Tema yang diusung di dalam kedua lagu ini adalah sama-sama mengenai
cinta, dan juga cinta yang nyaris berada di ambang putus. Penyebab putusnya cinta
pada lagu Ditakko Ho Rohakki adalah karena cinta palsu atau sandiwara dari
pujaan hati. Sementara dalam lagu That’s Way penyebab putusnya cinta adalah
karena begitu banyak dan kompleksnya tuntutan dari sang pujaan hati kepada
penyanyi, yang ia tidak dapat memenuhi semua permintaaan dan kebutuhan dari
sang kekasih dalam kopnteks membina jalinan asamara yang terjadi selama ini.
Selanjutnya sebagai budaya Timur, teks lagu Ditakko Ho Rahakki sangat
mengeksplorasi perasaan dalam percintaan, termasuk puji-pujian yang berlebihan.
Kemudian perasaan ini tiba-tiba bertubah drastic akbibat kepura-puraan cinta.
Dalam lagu ini aspek rasionalitas tidak begitu dikemukakan, lebih meluapkan
perasaan. Sementara walau tetap mengenai cinta dan putusanya cinta dalam lagu
That’s Way, syairnya bercirikan kebudayaan Barat, seperti kata bersiuman, memadu
kasih di suatu tempat, dan juga sang penyanyi tak habis piker, mengapalah cinta
yang begitu lama dan mendalam harus diputuskan karena tidak dipenuhinya
berbagai macama kebutuhan yang kompleks dari sang kekasih. Itulah persamaan
dan perbedaan dari dua lagu ini.
203
4.5 Struktur dan Makna Lagu Lady
Secara structural lagu Lady dalam versi musik popular Batak Toba,
selengkapanya dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
ini.
(1) Lao ho dao sian au
Kau pergi jauh dariku
(2) Alani pambahenan hina so ture
Karena perbuatanku yang tak bagus
(3) Holongki, dang boi dao sian holongmi
Kasihku, tidak bisa jauh dari kasihmu
(4) Ngolukkon dang marhasoan, mago sudena ngadongi
Hidupku tidak tenang, hilang semua yang sudah ada
(5) Manolsoli au ito, salah ma au
Menyesal aku jadinya, salahlah aku
Reffrain:
(6) Lady, sarihon au ito, rohakkisai hot do tu ho
Lady, perhatikan aku, hatiku selalu untukmu
(7) Lady, anju ma au ito, holongki holan di ho
Lady, maafkan aku, cintaku hanya padamu
(8) Lady, oh lady …
Lady, oh lady …
204
(9) Lao ho dao sian au
Kau pergi jauh dariku
(10) Alani pambahenan hina so ture
Karena perbuatanku yang tak bagus
(11) Holongki, dang boi dao sian holongmi
Kasihku, tidak bisa jauh dari kasihmu
Lagu Lady dalam bahasa Batak Toba ini, secara struktural disusun oleh 11
baris teks, termasuk di dalamnya adalah bahagian refrain lagu. Teks yang
menyusun lagu ini terdieri dari kosa-kosa kata dalam bahwa Batak Toba berupa:
kata dasar, kata kerja, kata ganti orang, kata sifat, kata keterangan, kata keadaan,
dan lain-lainnya. Kata-kata ini disusun sedemikian rupa menjadi larik-larik atau
baris-baris teks. Kemudian baris ini menyusun bentuk teks secara keseluruhan.
Namun yang menarik secara struktural, lagu ini menggunakan judul Lady, dan pada
beberapa barisnya juga menggunakan kata Lady ini yang mengingatkan dan
langsung mengasosikan para pendengar kepada lagu She’s Gone yang sama bentuk
melodinya secara umum, dan juga menggunakan ulangan-ulangan kata dsengan
gaya repetisi untuk kata Lady juga. Dengan demikian selain mengadopsi melodinya
lagu Lady versi musik populer Batak Toba ini juga mengadopsi istilah Lady dalam
bahasa Inggris ke dalam teks Toba.
Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan
asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang
penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun,
sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam
205
kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh
sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf.
Dimulai dari sang kekasih pergi dari kehidupan sang penyanyi, akibat dari
perbuatan penyanyi yang tak bagus (pambahenan hina so ture). Dampak kepergian
sang kekasih ini adalah menimbulkan rasa rindu berupa ungkapan sang penyanyi
sebenarnya tidak dapat berpisah jauh dengan kekasih pujaan hatinya yang
dibuatnye menderita selama ini. Sang penyanyi pun merasa tidak tenteram
sebagaimana ketika sang pujaan hati masih bersamanya, hilanglah semua keadaan
yang telah dirajut bersama ini. Sang penyanyi pun menyesali (manolsoli) semua
kelakuakn salah yang dibuatnya kepada sang kekasih selama ini, ia meminta maaf
atas segala kesalahannya tersebut.
Selanjutnya sang penyanyi masih terus mengharapkan cinta kekasihnya
yang disebut sebagai Lady, dengan ungkapan perhatikanlah diriku kasih, hati dan
cintaku hanya kepadamu, maafkanlah aku. Demikian rintihan hati yang
diekspresikan melalui nyanyian oleh sang penyanyi.
Tema ini juga mengusung cerita yang kausal, yaitu ada sebab dan akibat
dalam konteks hubungan percintaan antara dua anak Adam di dunia ini. Pertama
adalah terjalinnya hubungan cinta penyanyi dengan sang Lady. Dalam
perjalanannya, sang penyanyi selalu membuat kesalahan-kesalahan yang disengaja.
Akibatnya sang kekasih pergi menjauh dari dirinya. Dalam saat kepergian sang
kekasih ini timbullah penyesalan sang p[enyanyi atas khilaf dan salahnya selama
ini. Ia pun meminta maaf kepada kekasihnya. Namun bagaimana pun, cintanya
hanyalah kepada sang kekasih hati. Ia masih berharap dan menunggu kedatangan
206
kembali sang kekasih hati yang disia-siakannya selama ini. Itulah rintihan hati sang
penyanyi.
4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone
Dari transkripsi teks nyanyiannya, lagu She’s Gone ini memiliki struktur
seperti yang terurai berikut ini, beserta terjemahannya dalam bahasa nasional
Indonesia.
(1) She’s gone out of my life
Kamu pergi dari hidupku
(2) I was wrong, I’m to blame
Aku yang salah, aku selalu salah
(3) I was so untrue, I can’t live without her love
Aku tak benar, hidupku hampa tanpa cintanya
(4) In my life, there’s just an empty space
Di hidupku, tersisa ruang hampa
(5) All my dreams are lost, I’m wasting away
Semua impianku hilang, aku terjatuh
(6) Forgive me, girl …
Maafkanku, gadis …..
Reffrain:
207
(7) Lady, won’t you save me, my heart belongs to you
Gadis, jagalah aku, hatiku milikmu
(8) Lady, can you forget me, for all I’ve done to you
Gadis, maafkanaku, atas semua kesalahanku
(9) Lady, oh lady …
Gadis, oh gadis …
(10) She’s gone, out of my life
Kamu pergi, dari hidupku
(11) Oh, she’s gone, I find it so hard to go on
Oh, kamu pergi, ku kehilangan arah
(12) I really miss that girl, my love
Ku merindukanmu gadis, cintaku
(13) Come back in to my arms, I’m so alone
Datanglah kepadaku, aku sendirian
(14) I’m begging you, I’m down on my kness
Aku mohon, aku berlutut
(15) Forgive me, girl..
Maafkan aku, gadis..
Secara struktural lagu She’s Gone seperti terurai di atas, disusun oleh kosakosa kata yang lazim dan umum digunakan dalam bahasa Inggris. Kata-kata yang
digunakan di dalam lagu ini selain umum juga memiliki unsur-unsur puitisnya
sendiri. Kata-kata yang menyusun lagu ini terdiri dari kata dasar, verbal, kata ganti,
kata keadaan, dan lain-lainnya. Untuk menguatkan efek puitisnya, lagu ini
208
menggunakan kata-kata pelesapan yang umum digunakan dalam bahasa Inggris,
seperti can’t pelesapan dari kata can not; I’m dari kata I am; She’s dari kata She is.
Begitu juga pemilihan kata dalam konteks puitis ini muncul dalam diksi kata:
empty space (ruang hampa); drems (impian), dan sejenisnya. Itulah yang mau
cicapai oleh teks nyanyian lagu ini.
Tiap baris teks terdiri dari tiga sampai sembilan kata. Seluruhnya terdiri dari
15 baris teks yang jalin menjalin membentuk sebuah keutuhan teks yang bernas.
Pada lagu ini bait demi baitnya bercerita dengan gaya yang puitis sekali. Walau
demikian kosa-kosa katanya adalah kosa kata umum yang dijumpai dan digunakan
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berbahasa Inggris, dan tidak sulit untuk
memahami makna-maknanya.
Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan asmaranya, karena
kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut
juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati
pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua
impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta
maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya.
Selanjutnya ia memohon ikepada kekasihnya untuk kembali kepadanya
dengan cara menjaga hatinya seperti yang dilakukan selama ini, dan secara repetitif
meminta maaf atas segala kesalahannya. Di akhir lagu ini, sang penyanyi bermohon
kepada kekasihnya untuk kembali lagi, sembari minta maaf.
209
4.7 Perbandingan Teks Lagu Lady dan He’s Gone
Di dalam kedua lagu ini, tampak jelas hubungan tema garapan yang sama
dan cerita yang sama pula. Selain itu, kesamaan lainnya adalah pada penggunaan
judul lagu Lady yang merujuk kepada kosa kata repetitif yang terdapat di dalam
lagu She’s Gone.
Tema keduanya sama yaitu seorang kekasih (perempuan) meninggalkan
pujaan hatinya (sang penyanyi). Respons ini adalah akibat dari kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh sang penyanyi selama ini dalam mrangka merajut cinta dan
kasih sebagai dua sejoli Anak Adam di dunia ini. Ketika sang kekasih pergi
meninggalkan sang penyanyi, di sinilah dimulainya penyesalan dan munculnya rasa
rindu dan kehilangan terhadap kekasih yang sebenarnya amat dicintainya. Oleh
karena itu sang penyanyi berharap sangat agar sang keasih kembali kepadanya,
sembari emminta maaf yang sebesar-besarnya.
Apa yang dapat dikaji dalam kenyataan ini, lagu Lady dalam musik pop
Batak Toba, selain mengadopsi melodi lagu She’s Gone juga sekaligus mengadopsi
tema lagu She’s Gone tersebut. Bisa dikatakan bahwa lagu Lady Batak Toba adalah
“terjemahan tema langsung” dari teks lagu She’s Gone. Ini juga memperkuat kesan
bahwa lagu Lady memang berasal dari lagu She’s Gone.
4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria
Berdasarkan strukturnya, lagu Maria yang terdapat di dalam kebudayaan
musik populer Batak Toba, yang ditranskripsi dari album lagunya, adalah seperti
yang terurai di bawah ini (beserta terjemahan masing-masing barisnya di dalm
bahasa Indoensia).
210
(1) Nang pe naung muli ho ito hasian
Walaupun kamu sudah menikah kekasihku
(2) Nang pe dao ho sian au
Walaupun kau jauh dariku
(3) Anggo roha hu sai hot doi tu ho
Tapi perasaanku selalu hanya untukmu
(4) Sahat rodi na lao mate au
Sampai akhir hayatku
(5) Manghirim au diharorom hasian
Aku berharap kedatanganmu kekasihku
(6) Manghirim au dijanjimi
Berharap aku akan janjimu
(7) Nungnga martaon au paima ima ho
Sudah bertahun-tahun aku menunggumu
(8) Surat sabikbik pe so ro
Tak ada selembar surat pun yang datang
(9) Sai holan na marsak au ito
Hanya malas-malasan aku sayang
(10) Sipata sai ro do tu nipikku bohi mi
Terkadang wajahmu sering hadir di mimpiku
(11) Maria taringot au naung salpui
211
Maria, teringat aku waktu dulu
(12) Maria sega nai pikkiran hi marningot ho
Maria, sangat hancur pikiranku mengingat dirimu
(13) Maria didia ho
Maria di manakah engkau
(14) Sai …
Usai …
.
Secara struktural lagu Maria dalam bahasa Batak Toba tersebut dibangun oleh
baris-baris teks sebanyak empat belas larik. Kesmua barisnya disusun oleh katakata yang lazim digunakan dalam komunikasi pada masyarakat Batak Toba.
Adapun kata-kata dalam bahasa Batak Toba yang digunakan di dalam lagu ini di
antaranya adalah: kata ganti orang, nama yaitu Maria, kata kerja, kata keadaan, kata
keterangan waktu, kata sifat, dan lain-lainnya. Diksi yang digunakan di dalam lagu
ini sepenuhnya adalah bahasa Batak Toba.
Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi
penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah
dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta it uterus akan abadi
sampai akhir hayat sang penyanyi.
Setersunya, walaupun sang kekasih telah menikah dengan orang lain, sang
penyanyi masih mengharapkan datangnya sang kekasih ke dalam kehidupannya
walau sebentar saja, seperti yang pernah dijanjikan oleh kekasihnya tersebut.
Sebuah pengharapan yang semestinya tidak perlu diwujudkan sebagai seorang
manusia yang percaya kepada takdir Tuhan. Namun sebagai manusia biasa rasa
212
rindu itu selalu bergelayut di dalam diri sang penyanyi. Harapan kekasih datng pun
walau selembar surat sudah dapat mengobati rindu sebenarnya.
Karena kerinduan akan hadirnya sang kekasih, maka tiada gairah hidup sang
penyanyi, ia hanya malas-malasan saja. Ia pun selalu terbayang-bayang wajah sang
kekasihnya tersebut, terutama di dalam mimpi.
Ia pun mencurahkan rasa cintanya tersebut dengan memanggil pujaan hati,
Maria. Ia teringat kepada masa lampaunya ketika ia merajut kenangan manis
dengan Maria. Namun kenangan itu membuat dirinya hancur lebur. Selain itu ia
pun mengalami kerinduan yang luar biasa dengan menyebut dan bertanya di
manakah gerangan engkau Maria.
Teks yang dibangun dalam lagu Maria dalam budaya musik populer Batak
ini, tetap bertema cinta. Lebih tepatnya adalah jodoh yang ditentukan Tuhan, adalah
kekasih hati nikah dengan orang lain. Namun kerinduan terus bergelayut di dalam
kehidupannya. Ia memastikan bahwa cintanya adalah abadi untuk sang kekasih.
Namun sebagai manusia ia tidak dapat menepis rasa rindu tersebut. Demikian
makna yang disampaikan oleh teks nyanyian ini.
4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian
Secara struktural, lagu Marian yang berbahasa Inggris dan dinyanyian oleh
kelompok musik The Cats ini, berdasarkan transkripsi teks lagu, selengkapnya
adalah sebagai berikut (disertai terjemahan bahasa Indonesia, dari baris ke
barisnya).
213
(1) Here are the roses that I brought you, my love?
Ini adalah mawar yang aku bawa untuk kamu, cintaku
(2) Where are the poems that I wrote?
Dimana puisi-puisi, yang saya tulis?
(3) You cast your eyes down when I watch you, my love
Kamu membuang matamu ke bawah ketika saya mengamati anda, cinta ku
(4) Have I been to long on the road?
Saya telah lama di jalan?
Reffrain:
(5) I came back to find a stranger in tears
Aku datang kembali untuk menemukan, orang asing menangis
(6) She was once the girl I used to know, for some years
Dia adalah gadis yang saya kenal, dalam beberapa tahun
(7) Marian, tell me you still care for me
Marian, katakan padaku kamu masih peduli untukku
(8) Marian, remember how good those days used to be
Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu
(9) Marian, for don't you retreat
Marian, akhirnya tidak dipungkiri kamu mundur
(10) What kind of music fills your head now my love?
Jenis musik apa menpengaruhi pikiran kamu sekarang cintaku?
(11) What kind of place became your mind?
Apa yang menjadi pikiran kamu?
(12) You tried to find out 'bout your feelings my love
214
Kamu mencoba untuk menyadari bahwa perasaanmu mencintaiku
(13) Were you ever thinking of mine?
Apakah kamu pernah mengingat aku?
Kembali reffrain:
(14) Marian, tell me you still care for me
Marian, katakan kamu masih peduli padaku
(15) Marian, remember how good those days used to be
Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu
Struktur lagu Marian dalam bahasa Inggris ini dibentuk oleh lima belas
baris teks. Kelima belas baris teks tersebut disusun oleh berbagai jenis kata seperti:
nama orang yaitu Marian, kata kerja, kata ganti orang, kata kerja, kata sifat,
keterangan waktu, dan lain-lainnya.
Diksi yang digunakan di dalam lagu ini juga menggunakan unsur puitis,
seperti penggunaan persamaan bunyi (rima) di ujung-ujung baris, demikian pula
gaya bahasa (seperti gaya babahasa repetitif, metafora, dan lainnya). Bunga mawar
(roses) yang digunakan di dalam lagu ini juga secara semiotic adalah simbol dari
cinta yang abadi selamanya, serta cinta yang suci seseorang kepada pujaan hatinya.
Selanjutnya, tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang
hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu
cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa.
Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau
tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta
yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya
215
ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali
seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
4.10 Perbandingan Teks Lagu Maria dan Marian
Meskipun sama-sama mengusung tentang cinta, namun kedua lagu ini
sebenarnya mengusung tema yang agak berbeda. Lagu Maria dalam bahasa Batak
Toba lebih menonjolkan kisah cinta di masa lalu yang indah, namun sang kekasih
sudah menikah dengan orang lain, tinggallah sang penyanyi kesendirian di dalam
kerinduannya kepada sang kekasih. Lagu Marian dalam bahasa Inggris temanya
adalah mengingatkan sang kekasih akan indahnya cinta yang mereka rajut di masa
dahulu, yang ini hendak dihilangkan dari memori sang kekasih. Sang penyanyi
berharap kenangan indah itu diulang kembali.
Selanjutnya memori indah di masa lampau itu, dalam lagu Maria membuat
dampak terus teringat dan inginnya datang sang kekasih walaupun hanya sepucuk
surat saja untuk pengobat rindu. Namun dampak lainnya adalah sang penyanyi
hanya bermalas-malasan tanpa gairah hidup dan bekerja di dunia ini. Sementara di
dalam lagu Marian kisah cintah dan kenangan indah masa lampau itu perlu
dikenang dan diualng lagi dengan sejuta harapan. Di sini tampak adanya gairah
hidup berdasarkan sejarah biografi masa lampaunya. Itulah titik perbedaan utama di
antara keddua lagu yang berkaitan ini. Titik perbedaan lainnya adalah kalau di
dalam lagu Maria Batak Toba penyanyi menyadari tentang nasibnya yang tidak
berjodoh dengan kekasih hati itu sudah menjadi takdir dalam hidupnya. Jadi ia
sangat meyakini akan takdir Tuhan. Di dalam lagu Marian, hubungan antara cinta,
manusia, dan takdir Tuhan, tidak diungkap di sini.
216
Selain perbedannya ternyata kedua lagu ini memiliki kesamaan, yaitu
kenangan indah tentang cinta di masa lampau. Kenangan itu pastilah tidak dapat
dilupakan oleh kedua anak manusia ini.
Dengan kajian seperti diuraiakn di atas, maka perbandingan struktur, tema,
makna tiga lagu populer Batak Toba dan tiga lagu populer pada musik Barat, dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Perbandingan Struktur, Tema dan makna Tekstual Tiga Lagu Pop Batak
dengan Tiga Lagu Pop Barat
No/Lagu
1A. Ditakko Ho Rohakki
Struktur
Tema dan Makna
20 larik dengan bahasa Tema utama lagu ini adalah diawali dengan puji-pujian
terhadap kekasih hati, atas pernyataan verbal cintanya
Batak Toba
kepada penyanyi, yang kemudian diresponss dengan cinta
suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa
sang kekasih hati yang memulai api asmara tersebut
ternyata hanyalah mencintainya secara tidak sungguhsungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit
hati sang penyanyi.
1B. That’s Way
20 larik memakai baha- Tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan
akibat (kausal). Pertama kali sang penyanyi dengan
sa Inggris
kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar
kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba
menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut
diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan
berpikir kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada
sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini
mereka telah membina hubungan asmara, namun karena
kekasihnya banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak
dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya
memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap
dalam kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya
yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun mencoba
melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut.
Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di
mana mereka selama ini memadu cinta. Itulah makna yang
ngin disampaikan di dalam lagu ini.
217
Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih
dari kehidupan asmara (cinta) sang penyanyi karena
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi
dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun
bagaimanapun, sang penyanyi masih sangat mengharapkan
kehadiran kekasihnya tersebut di dalam kehidupan
cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang
diungkapkan oleh sang penyanyi terhadap kekasihnya
tersebut, dan ia meminta maaf.
2A. Lady
11 larik menggunakan
bahasa Batak Toba,
tetapi menyerap kata
Lady yang merujuk
kepada lagu She’s Gone
2B. She’s Gone
15 larik menggunakan Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan
kosa-kosa kata dalam asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang
penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar
bahasa Inggris
atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih
hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang
kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna
pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta
maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi
meninggalkan dirinya
Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita
tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang
sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah dan
membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta itu
terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi.
3A. Maria
14 larik menggunakan
kosa-kosa kata dalam
bahasa Batak Toba, dan
menyerap kkata Maria
yang merujuk langsung
kepada lagu Marian.
3B. Marian
15 larik menggunakan tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang
kosa-kosa kata dalam hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang
kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian
bahasa Inggris
pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa.
Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori
cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu
Marian melupakan segalanya tentang cinta yang pernah
mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan
kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar
kekasihnya ini merajut cinta kembali seperti di waktu
dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
.
218
BAB V
RESPONS PENDENGAR DALAM
BUDAYA BATAK DENGAN KASUS DI SIDIKALANG
5.1 Apresiasi
Menurut pendapat Alwi(2003:62) yang mengatakan bahwa;”apresiasi
adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya serta penilaian (penghargaan)
terhadap sesuatu.
Soeharto(1992:4) mengatakan bahwa:”apresiasi adalah usaha atau kegiatan
untuk meningkatkan kecintaan dan penghargaan para peserta terhadap karya-karya
seni dalam suatu bidang tertentu.
Bila dikaitkan dengan musik berarti apresiasi adalah penghargaan terhadap
karya seni musik. Dalam mengapresiasikan karya seni seseorang ikut mengetahui
seluk beluk musik secara mendalam, artinya seseorang tersebut bukan hanya
mendengar secara pintas tetapi lebih jauh sipendengar dapat memberi penilaian
tehadap karya seni musik yang didengar baik dari segi karakter, estetika, ide
maupun gagasan yang terkamdung dalam musik tersebut.
Pada saat mengapresiasikan musik, sipendengar berusaha menyelami cita
rasa dan keindahan yang terkandung dalam musik tersebut. Dalam hal ini apresiasi
menurut jiwa atau perasaaan kedalam ide atau gagsan yang tertuang dalam musik
tersebut serta mampu menbandingakan citarasa keindahan si penciptanya.
Penilaian dalam mengapresiasikan musik umumnya bersifat positif, artinya
sipendengar memndang musik berdasarkan keindahannya (nialai estetisnya). Maka
219
apresiator didalam jiwanya akan timbul rasa penghargaan atau cinta terhadap karya
musik yang diapresiasikannya.
Dari uraian pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian apresiasi adalah suatu penghargaan atau penilaian untuk meningkatkan
kecintaan terhadap karya-karya seni maupun sastra serta jenis karya cipta manusia.
Ada 4 langkah dalam mengapresiasikan musik, yaitu:
a. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu rangsangan dari benda/objek yang diamati, apakah
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, maupun perabaan.
b. Tanggapan
Tanggapan adalah suatu reaksi (respon) terhadap rangsangan yang dating, selain itu
tanggapan terjadi akibat adanya kesan-kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan penghayatan yang dalam (interprestasi).
c. Penilaian
Penilaian dalam apresiasi adalah merupakan pertimbangan berdasarkan kaidahkaidah yang berlaku. Pertimbangan yang dilakukan berlandaskan pada unsur-unsur
musik seperti: melodi, ritme, harmoni, ekspresif dan syair.
d. Penghargaan
Penghargaan dalam apresiasi adalah merupakan kegiatan akhir dari aktifitas
penilaian
terhadap
objek
yang
diapresiasikan.
Penghargaan
didalam
mengapresiasikan tidaklah melihat objek tersebut dari keburukan atau kesalahankesalahan, melainkan memandang dari positifnya saja.
220
Jelaslah bahwa apresiasi musik adalah merupakan daya individu untuk
mengamati, menghayati, menanggapi, menilai dan menghargai karya seni musik
dari sudut keindahan yang terkandung didalam karya musik tersebut
Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah respons pendengar
keenam lagu tersebut, yakni tiga dari musik populer Batak Toba dan tiga lagi dari
musik populer Barat, yang memiliki kaitan asal-usul. Untuk mengkaji mengenai
respons pendengar ini, penulis menggunakan teori belajar behavioristik, yang lazim
digunakan di dalam ilmu psikologi, terutama dalam kaitannya dengan aspek sosial
dan pendidikan.
Dalam menerapkan teori ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dan
mengkaji respons para responsden melalui kuesioner yang dibagikan. Kuesioner
yang disusun terdiri dari 25 pertanyaan seputar pengetahuan para responsden
terhadap lagu dan penyanyi baik dalam budaya pop Batak Toba maupun budaya
pop Barat sebagai asal-usul melodinya. Setiap kuesioner dibagikan kepada 50
responden (kecuali lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why diabgikan kepada 40
responden).
Pertanyaan yang penulis desain bertujuan utama untuk mendapatkan
sejauh mana respons para pendegar lagu-lagu sampel tersebut di atas. Setiap lagu
yang memiliki hubungan, maka dibuat dalam sebuah kuesioner. Jawaban yang
didisain, selain berupa jawaban tertutup, juga disediakan jawaban yang terbuka,
untuk memberikan ruang bagi para responden agar dapat mencurahkan apa
yangdiketahuinya dengan komunikasi tulisan yang terstruktur dan terarah.
221
Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didisain sedemikian rupa
ini, maka hasilnya dapat dilihat pada uraian-uraian baik berupa kalimat demi
kalimat dan tabel-tabel berikut ini.
5.2 Respons terhadap Lagu Ditakko Do Rohakki dan That’s Way
Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya
dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para
responden adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho
Rohakki?
a. Tahu
b. Tidak tahu
Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang
dibawakan oleh Jack Marpaung ?
a. 2 - 3 tahun
b. 3 - 4 tahun
c. 1- 2 Tahun
I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack
Marpaung?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
I. Jack Marpaung adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho
Rahakki, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu pencipta lagu Ditakko Ho Rahakki, tuliskanlah nama penciptaya,
...................................
Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan
oleh JackMarpaung?
a. mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack
Marpaung ?
a. bahasa liriknya
b. Melodi lagu
c. Irama lagu
Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang
dinyanyikan oleh Jack Marpaung ?
a. pernah
b. Tidak pernah
Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack
Marpaung?
a. sangat suka
b. Tidak suka
c. Suka
Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki
yang dinyanyikan oleh JackMarpaung ?
a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan
Batak Toba.
b. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda
c. Penyanyinya berpenampilan menarik
d. Alasan lain. Tuliskan....................................................................................................
..................................................................................................................
222
10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack
Marpaung.
a. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba
b. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi
c. Penyanyinya kurang menarik penampilannya
d. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................
11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan
JackMarpaungadalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki
menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti?
a. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
12. Tahukah anda lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock?
a. Tahu
b. Tidak tahu
13. Pernahkah anda melihat video klip lagu “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To
Rock?
a. Pernah
b. Tidak pernah
14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh
grup band Michael Learn To Rock?
a. 1 - 2 tahun
b.Lebihdari 2 tahun
c. Kurang dari 1 Tahun
15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To
Rock?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
(Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu That’s Why
yang dinyanyikan ole Michael Learn To Rock)
16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup
Michael Learn To Rock?
a. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
17. Sukakah anda dengan lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To
Rock?
a. Suka
b. Kurang suka
c. Tidak suka
18. Jika anda sudah mendengar lagu “Ditakko Ho Rohakki” yang dinyanyikan Jack Marpaung
dan “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah
kesamaan lagu tersebut ?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi
JackMarpaung dengan lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock?
a. Melodi lirik
b. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama
c. Total musikalitas
20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda
antara lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack MarPaung dengan lagu Thats Why
yang dinyanyikan Michael Learn To Rock?
a. Sama
b. Tidak sama
c. Tidak tahu
21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why,
menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi
tersebut ?
a. Jack Marpaung
b. Michael Learn To Rock
c. Tidak tahu
22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas
mengubah lagu asing di ubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang
hakcipta yang berlaku di Indonesia?
a. Tidak boleh
b. Kurang tahu
c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu
ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta.
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
223
.............................................................
24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia
musik di indonesia ?
a. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta
b. Tidak peduli sama sekali
c. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia ?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
Berikan alasan anda
..................................................................................................................
Respons atau jawaban 40 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.1 berikut ini.
224
Tabel 5.1:
Sebaran Jawaban dari 40 Responden tentang Lagu Ditakko Do Rohakki
dan That’s Way
QUISIONER
RESPONS (JAWABAN) DARI RESPONDEN LAGU DITAKKO HO ROHAKKI OLEH JACK MARPAUNG DAN LAGU
THAT'S WHY OLEH MICHAEL LEARN TO ROCK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RESPONSDEN
10 11 12 13
14
15
16
17
18
19
20
1
a
b
a
a
a
b
b
a
a
a
a
a
b
b
b
b
b
a
a
a
2
c
c
c
c
c
c
c
c
c
a
a
a
c
c
c
c
c
3
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
4
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
5
a
b
a
b
b
c
a
a
a
a
b
b
a
a
a
b
a
a
a
b
6
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
c
b
a
a
a
a
a
a
a
a
7
b
b
a
a
b
b
b
b
b
b
b
b
a
a
a
a
b
b
b
b
8
b
c
c
c
b
b
b
c
b
b
b
c
c
c
b
b
b
9
d
a
b
a
d
a
b
b
b
a
a
d
d
d
10
d
d
a
b
b
b
d
d
11
c
c
12
a
b
13
b
b
14
c
c
15
b
b
b
16
b
c
17
a
18
a
c
b
a
d
b
c
b
b
a
a
c
b
b
b
b
b
c
c
c
c
b
b
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
a
b
b
a
a
a
a
b
b
b
b
b
b
c
c
a
a
c
b
b
b
b
c
c
c
c
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
c
c
b
b
b
a
a
b
c
c
b
b
b
c
b
c
c
b
a
b
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
19
a
a
b
b
b
b
b
a
b
a
a
a
b
b
b
a
a
a
a
b
20
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
21
c
b
b
b
b
b
b
b
c
c
b
b
b
b
b
b
b
c
b
b
22
c
b
a
a
a
a
a
b
c
c
a
a
c
c
b
b
a
a
a
23
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
24
a
25
a
√
√
√
a
c
c
c
a
c
a
a
a
c
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
c
c
c
c
c
a
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
225
JAWABAN DARI RESPONDEN DITAKKO HO ROHAKKI OLEH JACK MARPAUNG
DAN LAGU THAT'S WHY OELH MICHAEL LEARN TO ROCK
RESPONSDEN
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1
b
a
b
b
b
b
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
2
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
a
b
c
b
3
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
4
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
5
c
b
b
b
a
a
a
a
b
a
b
b
b
a
b
a
a
a
a
b
c
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
b
a
b
b
b
a
a
a
a
a
a
c
c
c
c
b
c
a
b
c
c
c
b
a
d
a
a
a
d
d
d
d
d
c
a
d
d
d
d
c
c
b
d
b
b
b
a
b
c
b
a
b
6
7
b
a
b
b
8
b
c
b
b
a
c
QUISIONER
9
10
a
11
c
12
a
13
14
c
b
d
a
c
d
c
a
b
b
b
b
b
b
b
b
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
b
b
b
b
a
a
a
a
a
b
b
b
a
a
b
b
a
a
a
c
a
c
b
c
a
c
b
a
c
b
b
a
c
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
15
d
d
d
b
16
c
a
b
b
c
c
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
c
b
a
a
17
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
c
a
a
a
18
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
c
a
a
19
b
b
b
b
b
c
a
b
b
b
a
b
a
b
a
c
a
b
a
20
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
21
c
c
b
b
c
c
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
c
b
b
b
22
b
b
a
a
a
a
b
b
a
b
a
a
b
a
a
a
b
a
a
23
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
24
a
a
a
c
c
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
c
a
a
a
25
a
a
a
c
c
a
c
c
a
a
b
a
a
c
a
a
a
a
226
Tabel 5.2:
Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Ditakko Do Rohakki
dan That’s Way
JUMLAH JAWABAN
A
B
C
D
KOSONG
1
26
14
-
-
-
2
4
2
27
-
7
40
-
-
3
A
B
1
65%
35%
2
10%
5%
3
C
D
67,5%
KOSONG
17,5%
100%
4
2
37
-
-
1
4
5%
92,5%
5
24
14
1
-
1
5
60%
35%
2,5%
2,5%
6
32
3
3
-
2
6
80%
7,5%
7,5%
5%
7
17
23
-
-
-
7
42,5%
57,5%
8
2
16
16
-
6
8
5%
40%
40%
15%
9
12
4
2
15
7
9
30%
10%
5%
37,5%
17,5%
10
3
5
5
11
16
10
7,5%
12,5%
12,5%
27,5%
40%
11
5
24
10
-
1
11
12,5%
60%
25%
12
30
9
-
-
1
12
75%
22,5%
2,5%
13
14
24
-
-
2
13
35%
60%
5%
14
7
10
16
-
7
14
17,5%
25%
15
1
35
-
-
4
15
2,5%
87,5%
16
6
22
12
-
16
15%
55%
30%
17
36
2
2
-
17
90%
5%
5%
18
38
1
1
-
18
95%
2,5%
2,5%
19
16
21
2
-
19
40%
52,5%
5%
20
38
1
1
-
20
95%
2,5%
2,5%
31
9
-
21
77,5%
22,5%
11
5
-
27,5%
12,5%
21
22
23
22
√ 34
24
29
25
26
-
1
2
6
1
QUISIONER
QUISIONER
PERSENTASE
22
23
55%
2,5%
40%
-
1
24
72,5%
11
-
2
25
65%
2,5%
5%
15%
25%
2,5%
17,5%
10%
√ 85%
10
2,5%
27,5%
2,5%
5%
227
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho Rohakki?
Sebanyak 26 orang dari 40 orang responden menyatakan tahu, sisanya 14 orang
tidak tahu. Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu
ini yaitu sebesar 65 % dibandingkan yang tidak tahu hanya 35 persen saja.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack
Marpaung? Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c.
1- 2 tahun. Hasil respons mereka adalah, sebahagian besar yaitu 27 responden
(67,5%) memilih telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka
mengenal lagu ini dalam masa yang relative paling singkat dibanding dua jawaban
lainnya. Responden lain yaitu memilih mengenal lagu ini antara dua sampai tiga
tahun yaitu sebanyak 4 orang (10%) saja dari 40 responden. Yang terakhir adalah
responden yang memilih mengenal lagu ini relative lebih lama yaitu antara tiga
sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 2 orang saja (5%) dari keseluruhan
responden.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? Denagn dua jawaban pilihan
tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu 40
responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para pendengar
setia ini paham betul bila awal kali Jack Marpaung mendendangkan dan memasarkan
kasetnya yang berisi lagu tersebut.
228
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Jack Marpaung adalah salah satu
penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho Rahakki, tahukah
anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutu a. tahu dan b. tidak
tahu. Hasil jawaban responden adalah 37 responden (92,5%) mengetahui penciptanya.
Sementara dua orang (5%) tidak tahu dan satu orang (2,5%) tidak mengisi atau tidak
member responsnya. Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini cukup baik
terhadap siapa penciopta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack
Marpaung? Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan
tidak tahu. Respons para responden adalah sebanyak 24 orang (60%) mengerti;
diikuti oleh 14 orang (35%) kurang mengerti, dan sisanya 1 orang (2,5 %) tidak
tahu, dan 1 orang (2,5%) tidak menjawab.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack Marpaung?
Disediakan jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para
responden adalah mayoritas 32 responden (80%) yang mendasari adalah bahasa
liriknya. Seterusnya masing-masing 3 responden (7,5%) menjawab melodi lagu dan
irama lagu. Yang tidak menjawab adalah dua orang (5%) dari keseluruhan
responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini
adalah karena factor teks atau lirik.
Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video
klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung?
Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak
229
pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 17 orang
(42,5) menyatakan pernah dan 23 orang (57,5%) menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian separuh lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu
tersebut.
Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan JackMarpaung?
Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan
suka. Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya,
yaitu sebagai berikut. Sebanyak 2 orang (5%) menyatakan sangat suka, disusul 16
responden (40%) menyatakan tidak suka, sebanyak 16 orang (40%) menyatakan
suka dan selebihnya 6 orang (15%) tidak memberikan responsnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang
dinyanyikan oleh Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban
tertutup dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut
adalah sebagai berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah
kehidupan anda, c. penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka
adalah alasan lain, di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam
menjawab pertanyaan tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai
berikut. Sebanyak 12 orang (30%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian
alat music Toba serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak
4 responden (10%) menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan
responden. Setelah itu, sebanyak
2 orang (5%) memilihnya karena alas an
230
penyanyinya dalam hal ini Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu
sebanyak
15 orang
(37,5%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya
sebanyak 7 orang (17,5%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda
(sebagai responden) tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan
oleh Jack Marpaung. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak
mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat
sederhana nuansa tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai
jawaban terbuka, yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa
sebanyak 3 orang (7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak
Toba. Kemudian sebanyak
5 orang (12,5%) menjawab tampilannya sangat
sederhana dan nuansanya tradisi. Kemudian sebanyak
5 responden (12,5 %)
menjawab penyanyinya kurang menarik penampilannya. Selain itu ada yang
mengisi jawaban terbuka yaitu sebanyak 11 orang (27%) dengan persepsinya
masing-masing. Ada pula sebesar 16 responden (40%) memilih tidak menjawab
pertanyaan ini, sebab ia memang menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya
pastilah ia tidak meresponsnya.
Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan
dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung adalah
bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki menggunakan
bahasa Inggris apakah anda mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban
tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban
responden adalah sebagai berikut.
Sebanyak 5 orang
(12,5%) menyatakan
mengerti, seterusnya sebesar 24 responden (60%) menyatakan kurang mengerti.
231
Disusul sebesar 10 orang (25%) menyatakan dengan terus-terang tidak tahu.
Sisanya 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To
Rock? Yang disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban
responden adalah sebagai berikut.
tahu. Kemudian sebanyak
sebanyak
Sebanyak 30 (75%) responden menyatakan
9 orang (22,5%) menyatakan tidak tahu, dan sisanya
1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Yang menarik dari sini
adalah mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band
Eropa Michael Learn To Rock.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Pertanyaan
ini diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para
responden adalah
Sebanyak 14 orang (35%) menjawab pernah, disusul
24 responden (60%)
menyatakan tidak pernah. Sisinya yaitu 2 orang (5%) tidak menjawab pertanyaan
ini. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu menjadi sarana utama
dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain, seperti televisi, radio,
atau internet.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup
band Michael Learn To Rock? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2
tahun, b. lebih dari 2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk
tidak menjawab. Hasil yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut.
232
Sebanyak 7 responden (17,5%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 10 orang
(25%) menjawab lebih dari dua tahun. Setelah itu 16 responden (40%) menjawab
kurang dari setahun. Di sisi lain sebanyak 7 orang (17,5%) tidak menjawab
pertanyaan ini.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Jawaban
yang diberikan adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari
kuesioner di lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar
1 orang (2,5%) saja yang tahu, kemudian mayoritas 35 orang (87,5%) tidak tahu,
dan sisanya 4 responden (10%) tidak mejawab pertanyaan ini.
Pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu
dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup Michael Learn To Rock?
Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu.
Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden (15%)
menjawab mengerti, disusul 22 orang (55%) tidak mengerti, dan 12 orang (30%)
menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan,
tak seorang pun yang tidak menjawab.
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu That’s
Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? Pertanyaan ini
disediakan tiga jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja
tidak menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.
Sebanyak 36 orang (90%) menjawab suka, kemudian 2 orang (5%) kurang suka,
dan 2 orang juga (5%) tidak suka.
233
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dan That’s
Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah kesamaan
lagu tersebut? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 38
responden (95%) menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2,5%)
menyatakan tidak ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 1 orang (2,5%)
menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi JackMarpaung dengan
lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock? Ditentukan pilihan jawaban,
yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama
yang sama, c. total musikalitas. Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah
sebagai berikut. Sebanyak 16 responden (40 %) menyatakan kesamaan di bidang
melodi. Seterusnya sebanyak 21 orang (53,5%) menyatakan melodi dan lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama. Seterusnya sebanyak 2
orang (5%) menyatakan kesamaan total musikalitas, serta 1 orang (2,5%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu That’s
Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Disediakan jawaban-jawaban, a.
sama, b. tidak sama, c. tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini
234
adalah: sebanyak 38 responden (95%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2,5%)
menjawab tidak sama, dan 1 orang (2,5%) menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why, menurut anda siapakah yang
pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan
jawaban: a. Jack Marpaung, b. Michael Learn To Rock, dan c. tidak tahu. Hasil
jawaban atau respons dari para responden adalah sebagai berikut: 0tidak satu
respondenpun yang menjawab Jack marpaung. Ada sebanyak
31 responden
(77,5%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali diciptakan oleh Michael Learn
To Rock, selebihnya 9 orang (22,5%) menjawab tidak tahu. Dari jawaban-jawaban
ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa pencipta sebelanrnya
awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (55%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 11 orang (27,5%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 5 orang (15,5%) menyatakan diperbolehkan dan
2 orang (5%)
tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
235
penelitian ini sebanyak 34 orang (85%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 6 orang (15 %) tidak mengisi.
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang
(72,5%) menjawab peduli, kemudian 10 orang (25%) menjawab tidak perduli, dan
1 orang (2,5%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak
26
responden (65%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 1 orang (2,5%) menyatakan
tidak ada; seterusnya
11 orang (27,5%) tidak tahu, dan 2 orang (5%) tidak
menjawab pertanyaan ini. Demikian rerspons 40 responden terhadap 25 pertanyaan
yang didisain untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Ditakko Ho Rohakki
bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu That’s Why dari budaya
musik populer Eropa. Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu
kedua yang juga memiliki hubungan struktural musikal yaitu lagu Lady Batak Toba
dengan She/s Gone Barat.
236
5.3 Respons terhadap Lagu Lady dan She’s Gone
Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya
dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para
responden adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady?
b. Tahu
b. Tidak tahu
Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel
Panjaitan?
b. 1-2 tahun
b. 3 tahun
c. Lebihdari 3 tahun
I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. Kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
I. Paniel Panjaitan adalah orang yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda
siapa yang menciptakan lagu tersebut?
b. Tahu
b. Tidak tahu
II. Kalau anda tahu pencipta Lady, tuliskanlah nama penciptanya ……………………
Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh paniel
Panjaitan?
a. mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu dan Lady yang dibawakan Paniel
Panjaitan?
a. bahasa liriknya
b. melodi lagu
c. irama lagu
Pernahkah anda melihat atau mendengarkan klip lagu dengan judul dan Lady yang
dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan ?
b. pernah
b. Tidak pernah
Sukakah anda akan lagu dan Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan ?
b. Sangat suka
b. Tidak suka
c. Suka
Apa alasan anda memahami dan menyukai lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel
Panjaitan ?
e. menggunakan bahasa, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba.
f. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda
g. Penyanyinya berpenampilan menarik
h. Alasan lain. Tuliskan................................................................................................
10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan
e. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba
f. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi
g. Penyanyinya kurang menarik penampilannya
h. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................
11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu
lady menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti ?
b. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
12. Tahukah anda lagu “She’s Gone” yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ?
b. Tahu
b. Tidak tahu
13. Pernahkah anda melihat atau mendengarkan keseluruhan`klip lagu “She’s Gone” yang
dinyanyikan Steelheart ?
237
b. Pernah
b. Tidak pernah
14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh
grup band Steelheart ?
b. 1- 3 tahun
b. Lebih dari 3 Tahun
c. Kurang dari 1 Tahun
15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart ?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . .
16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup
band Steelheart ?
b. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
17. Sukakah anda dengan lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ?
b. Suka
b. Kurang suka
c. Tidak suka
18. Jika anda sudah mendengar lagu Lady dan lagu She’s Gone , menurut anda adakah
kesamaan lagu tersebut ?
b. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu She’s Gone dengan lagu Lady?
d. Melodi lirik
e. Lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama
f. Total musikalitas
20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda
antara lagu Lady dengan lagu She’s Gone ?
b. Sama
b. Tidak sama
c. Tidak tahu
21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda
siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ?
b. Paniel Panjaitan
b. Steelheart
c. Tidak tahu
22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta,
apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di
ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di
Indonesia?
b. TidahBoleh
b. Kurang tahu
c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu
ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang
HakCipta...................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia
musik di indonesia ?
d. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta
e. Tidak peduli sama sekali
f. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia ?
b. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
Berikan alasan anda
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini.
238
Tabel 5.3:
Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Lady
dan She’s Gone
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU LADY OLEH PANIEL PANJAITAN DAN LAGU
SHE’S GONE OLEH STEELHEART
RESPONSDEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
2
b
a
c
b
b
b
a
b
b
c
c
b
b
c
c
c
c
c
c
c
b
c
a
c
c
c
3
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
4
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
5
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
b
a
a
6
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
b
a
a
a
a
b
b
a
a
a
b
a
7
b
a
b
b
a
a
b
a
a
b
a
a
a
b
a
a
b
a
b
b
a
b
b
a
a
a
8
c
c
c
c
a
c
c
c
c
b
c
c
a
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
b
c
c
9
a
d
a
d
b
b
d
d
a
a
a
d
a
b
a
d
a
d
d
a
a
a
a
a
d
b
c
c
c
11
b
b
c
b
b
b
b
b
a
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
12
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
b
b
a
a
b
a
a
a
13
b
a
b
a
b
a
b
a
a
b
a
a
b
b
b
b
b
a
a
b
a
b
b
b
b
a
14
c
c
c
c
b
a
a
c
b
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
b
c
c
c
c
c
15
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
16
a
b
a
b
b
b
a
b
a
b
b
b
a
b
b
a
b
b
c
b
b
b
b
b
a
c
17
a
a
b
b
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
18
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
19
a
b
b
b
b
b
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
b
a
b
a
b
a
b
c
b
a
20
a
a
a
a
a
a
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
21
c
b
b
b
b
b
c
b
c
c
c
b
c
b
b
b
b
c
c
b
a
b
c
c
c
b
22
a
a
b
a
a
a
a
b
a
b
b
b
a
b
b
a
b
b
c
b
b
a
b
a
b
b
23
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
24
a
a
a
b
a
a
c
c
a
c
c
c
c
a
a
a
c
a
c
a
a
a
a
a
a
a
25
a
a
a
c
a
a
c
a
a
c
a
c
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
c
a
a
c
KUESIONER
10
c
c
d
d
a
239
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU LADY OLEH PANIEL PANJAITAN DAN LAGU
SHE’S GONE OLEH STEELHEART
RESPONSDEN
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
1
a
a
a
b
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
a
a
a
a
a
2
c
a
c
c
a
c
a
c
a
c
a
c
c
c
c
c
c
a
b
c
c
c
a
b
3
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
4
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
5
a
b
c
b
a
a
a
a
b
a
a
c
a
b
b
a
a
b
a
a
a
a
a
a
6
a
a
b
a
a
a
b
a
b
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
c
a
a
7
a
a
b
a
a
a
b
a
a
b
a
b
a
b
b
b
b
a
a
b
a
a
a
a
8
c
c
c
c
c
c
c
c
b
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
a
c
a
9
a
a
b
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
d
b
a
b
d
a
KUESIONER
10
d
c
11
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
a
b
b
b
a
b
a
b
b
12
a
b
b
a
a
a
b
b
a
a
a
b
a
b
b
b
a
b
a
a
a
a
b
b
13
a
b
b
a
a
a
b
b
b
a
a
b
b
b
b
b
a
b
a
b
a
a
b
b
14
c
c
c
c
a
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
a
c
a
c
c
a
c
c
15
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
16
c
c
b
b
c
c
b
b
b
a
a
b
b
b
c
a
b
b
b
a
b
a
b
b
17
a
a
a
a
a
b
b
a
b
b
a
a
a
a
b
a
a
b
a
b
a
a
a
a
18
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
19
c
a
a
b
a
c
a
a
b
b
a
a
b
a
c
b
c
b
a
b
c
b
b
c
20
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
21
b
c
c
a
b
c
b
c
c
b
b
c
b
c
c
c
b
b
a
b
c
b
b
b
22
c
b
a
b
b
b
a
b
b
b
a
a
b
b
b
a
a
a
a
b
c
a
a
a
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
23
24
a
a
a
a
c
c
a
a
c
a
a
a
a
c
a
c
c
a
c
a
a
c
a
a
25
a
c
a
a
a
c
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
c
c
a
a
240
Tabel 5.4:
Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Lady
dan She’s Gone
A
B
1
45
5
2
10
11
C
D
PERSENTASE
KOSONG
29
A
B
1
90%
10%
2
20%
22%
3
50
3
100%
4
50
4
100%
C
37
11
2
5
74%
22%
4%
6
39
10
1
6
78%
20%
2%
7
30
20
7
60%
40%
8
4
3
8
8%
6%
9
31
8
9
62%
16%
10
1
10
2%
11
7
42
11
14%
84%
12
34
16
12
68%
32%
13
21
29
13
42%
58%
14
6
3
14
12%
6%
11
6
15
3
40
1
41
50
16
22
21
17
39
11
18
50
19
23
20
49
21
3
22
23
23
43
15
22%
12%
100%
17
78%
22%
18
100%
7
19
46%
1
20
98%
26
21
21
6%
52%
42%
25
2
22
46%
50%
4%
23
80%
82%
42%
no 7
6%
2%
44%
√ 43
KOSONG
86%
16
20
7
D
58%
5
QUISIONER
QUISIONER
JUMLAH JAWABAN
40%
14%
14%
2%
No Ceklis 14%
Ceklis 86%
24
33
1
16
24
66%
2%
32%
25
38
2
10
25
76%
4%
20%
241
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady? Sebanyak 45 orang
(90%) dari 50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 5 orang (10%) tidak tahu.
Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini
dibandingkan yang tidak tahu.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan?
Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun.
Hasil respons mereka adalah, yaitu 10 responden (20%) memilih telah
mengenalnya satu sampai dua tahun saja. Responden lain yaitu memilih mengenal
lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50
responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif
lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 29
orang (58%) dari keseluruhan responden.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan?
Dengan dua jawaban pilihan
tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu
50 responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para
pendengar setia ini paham betul bila awal kali Paniel Panjaitan mendendangkan dan
memasarkan kasetnya yang berisi lagu tersebut.
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu: Paniel Panjaitan adalah orang
yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda siapa yang menciptakan
lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil jawaban
242
responden adalah 50 responden (100%) mengetahui penciptanya. Dengan demikian
tingkat apresiasi responden ini cukup baik terhadap siapa penciopta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan?
Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu.
Respons para responden adalah sebanyak 27 orang (74%) mengerti; diikuti oleh 11
orang (22%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4 %) tidak tahu, dan 1 orang
(2,5%) tidak menjawab.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Lady yang dibawakan Paniel Panjaitan? Disediakan jawaban:
a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden adalah
mayoritas 39 responden (78%) yang mendasari adalah bahasa liriknya. Seterusnya
masing-masing 10 responden (20%) menjawab melodi lagu dan irama lagu. Yang
tidak menjawab adalah satu orang (2%) dari keseluruhan responden. Dengan
demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini adalah karena faktor
teks atau lirik.
Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video
klip lagu dengan judul Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Kemudian untuk
pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak pernah. Maka 50
responden tersebut melakukan respons jawabannya: 30 orang (60%) menyatakan
pernah dan 20 orang (40%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian separuh
lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu tersebut.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Untuk
243
pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka.
Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu
sebagai berikut. Sebanyak 4
orang (8%) menyatakan sangat suka, disusul 3
responden (6%) menyatakan tidak suka, sebanyak 43 orang (86%) menyatakan
suka.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan oleh
Paniel Panjaitan? Untuk menjawab pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup
dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai
berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan
kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c.
penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain,
di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan
tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 31
orang (62%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 8 responden (16%)
menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu,
sebanyak 11 orang (22%) memilihnya karena alas an penyanyinya dalam hal ini
Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu sebanyak
memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak
15 orang (37,5%)
7 orang (17,5%) tidak
melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
Setelah itu adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda (sebagai
responden) tidak suka dengan lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan.
Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya yang
244
menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi,
c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai jawaban terbuka, yaitu
alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang (2%)
tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian
sebanyak 6 orang (12%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya
tradisi. Kemudian sebanyak 40 responden (80 %) menjawab penyanyinya kurang
menarik penampilannya.
Untuk pertanyaan kuantitatif berikutnya nomor sebelas, yaitu bahasa yang
digunakan dalam lirik lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan adalah bahasa
Batak Toba, seandainya lirik lagu Lady menggunakan bahasa Inggris apakah anda
mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b.
kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut.
Sebanyak 7 orang (14%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 42 responden
(84%) menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 1 orang (2%) menyatakan
dengan terus-terang tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Yang
disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah
sebagai berikut.
Sebanyak 34
(68%) responden menyatakan tahu. Kemudian
sebanyak 16 orang (32%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah
mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa
Steelheart.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Pertanyaan ini diberi dua
245
jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para responden adalah
sebanyak 21 orang (42%) menjawab pernah, disusul
29 responden (58%)
menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu
menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain,
seperti televise, radio, atau internet.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup
band Steelheart? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari
2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil
yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden
(12%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 3 orang (6%) menjawab lebih dari
dua tahun. Setelah itu 41 responden (82%) menjawab kurang dari setahun.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Jawaban yang diberikan
adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di
lapangan adalah sebagai berikut.
Hasil respons adalah keseluruhan responden
yaitu 50 orang (100%) tidak tahu.
Setersunya pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan
lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup Steelheart?
Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu.
Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (44%)
menjawab mengerti, disusul 21 orang (42%) tidak mengerti, dan 7 orang (14%)
menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan,
tak seorang pun yang tidak menjawab.
246
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu She’s
Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Pertanyaan ini disediakan tiga
jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak
menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak
39 orang (78%) menjawab suka, kemudian 11 orang (22%) kurang suka.
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan dan She’s Gone yang
dinyanyikan Steelheart, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk
pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden 50 orang
(100%) menyatakan ada kesamaan
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Lady penyanyi Paniel Panjaitan dengan lagu She’s Gone
penyanyi Steelheart? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas.
Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 23
responden (46 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 20
orang (40%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta
irama yang sama. Seterusnya sebanyak 7 orang (14%) menyatakan kesamaan total
musikalitas.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Lady yang dinyanyikan Paniel panjaitan dengan lagu She’s Gone yang
dinyanyikan Steelheart? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c.
247
tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 49
responden (98%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak sama.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda siapakah yang pertama
sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a.
Paniel Panjaitan, b. Steelheart, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari
para responden adalah sebagai berikut: 3 orang (6%) menjawab Paniel Panjaitan.
Ada sebanyak 26 responden (52%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali
diciptakan oleh Steelheart, selebihnya 21 orang (42%) menjawab tidak tahu. Dari
jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tidak tahu
siapa pencipta sebenarnya awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hak cipta yang
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 23 responden (46%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 25 orang (50%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 2 orang (4%) menyatakan diperbolehkan.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 33 orang (66%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 7 orang (14 %) tidak mengisi.
248
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 33 orang
(66%) menjawab peduli, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak perduli, dan 16
orang (32%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebanyak
38
responden (76%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 2 orang (4%) menyatakan
tidak ada; seterusnya 10 orang (27,5%) tidak tahu.
Demikian rerspons 50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain
untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Lady bahasa Batak Toba yang
melodinya diadopsi dari lagu She’s Gone dari budaya musik populer Eropa.
Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu kedua yang juga memiliki
hubungan struktural musikal yaitu lagu Maria Batak Toba dengan Marian dalam
musik populer Barat.
5.4 Respons terhadap Lagu Maria dan Marian
Untuk lagu Maria nyanyian Marsada Band dan hubungannya dengan lagu
Marian, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para responden adalah
sebagai berikut.
249
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Marsada Band dengan judul Maria ?
c. Tahu
b. Tidak tahu
Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh
Marsada Band ?
c. 1- 2 tahun
b. 3 tahun
c. Lebih dari 3 Tahun
I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band ?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun ...
I. Marsada band adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah
anda siapa yang menciptakan lagu tersebut ?
c. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu pencipta lagu maria, tuliskanlah nama penciptaya,
...................................
Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada
band?
a. mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan Marsada band ?
a. bahasa liriknya
b. Melodi lagu
c. Irama lagu
Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul maria yang dinyanyikan oleh
Marsada band ?
c. pernah
b. Tidak pernah
Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band ?
c. sangat suka
b. Tidak suka
c. Suka
Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang
dinyanyikan oleh Marasada Band ?
i. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik toba, serta mencondongkan kehidupan
Batak Toba.
j. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda
k. Penyanyinya berpenampilan menarik
l. Alasan lain. Tuliskan....................................................................................................
..................................................................................................................
Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band.
i. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba
j. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi
k. Penyanyinya kurang menarik penampilannya
l. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................
Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah
bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa inggris apakah anda
mengerti ?
c. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
Tahukah anda lagu “Mariam” yang dinyanyikan oleh grup band The Cat ?
c. Tahu
b. Tidak tahu
Pernahkah anda melihat video klip lagu “Mariam” yang dinyanyikan The Cat ?
c. Pernah
b. Tidak pernah
Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh
grup band The Cat ?
c. 1- 3 tahun
b. Lebih dari 3 tahun
c. Kurang dari 1 tahun
I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cat ?
a. Tahu
b. Tidak tahu
II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
(Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu mariam
yang dinyanyikan ole The Cat!)
Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh grup
250
17.
18.
19.
20.
21.
22.
The Cat ?
c. Mengerti
b. Kurang mengerti
c. Tidak tahu
Sukakah anda dengan lagu Mariam yang dinyanyikan oleh grup band The Cats ?
c. Suka
b. Kurang suka
c. Tidak suka
Jika anda sudah mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band dan lagu Mariam
yang dinyanyikan The Cat, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ?
c. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band
dengan lagu Marian penyanyi The Cats?
g. Melodi lirik
h. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama
i.
Total musikalitas
Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa
berbeda antara lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dengan lagu Marian yang
dinyanyikan The Cats?
c. Sama
b. Tidak sama
c. Tidak tahu
Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda
siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ?
c. Marsada Band
b. The Cats
c. Tidak tahu
Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta,
apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di
ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di
Indonesia?
TidahBoleh
b. Kurang tahu
c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu
ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. . .
................................................................................................................................................
24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia
musik di indonesia ?
g. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta
h. Tidak peduli sama sekali
i. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia ?
c. Ada
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
Berikan alasan anda
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini.
251
Tabel 5.5:
Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Maria
dan Marian
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU MARIA OLEH MARSADA BAND DAN LAGU MARIAN OLEH THE CATS
RESPONDEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
2
c
a
c
b
b
a
c
c
c
c
c
c
c
c
a
c
c
c
c
c
c
a
c
a
c
3
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
4
b
b
b
a
a
b
b
b
b
b
b
a
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
5
a
b
b
a
a
b
a
a
b
b
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
6
a
a
c
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
7
b
b
a
a
a
a
a
b
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
8
b
b
b
a
c
c
a
b
c
c
c
c
c
c
b
c
c
c
a
c
a
a
c
b
a
9
b
b
d
a
a
d
d
a
a
a
a
a
a
a
a
a
d
d
a
b
a
a
a
a
KUESIONER
10
a
d
c
d
b
d
d
d
11
b
c
b
b
b
b
b
b
b
c
b
b
a
a
c
c
c
b
b
b
b
b
a
b
b
b
12
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
13
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
14
c
c
c
c
c
c
c
15
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
16
b
b
b
c
c
c
c
c
c
a
b
b
b
b
b
b
c
b
c
b
b
a
b
c
c
b
17
a
a
b
c
c
c
c
a
b
a
b
b
a
b
b
b
c
b
c
a
a
a
a
c
c
a
18
a
a
a
c
c
c
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
c
a
a
a
a
a
a
a
19
b
a
b
a
c
b
b
a
a
a
a
a
a
b
a
b
a
a
a
c
c
20
b
a
c
c
c
c
c
c
a
a
c
c
a
a
a
a
a
c
c
a
a
a
c
b
a
21
c
b
c
c
c
c
c
b
c
c
b
c
b
b
b
b
b
c
c
c
a
a
b
c
c
c
22
a
b
b
c
c
c
c
a
c
c
b
a
a
a
a
a
a
b
c
b
c
b
b
c
b
c
23
c
c
√
24
a
a
a
a
a
25
a
a
a
a
a
a
a
c
a
a
c
a
c
c
c
c
c
a
a
a
c
a
c
a
a
a
a
b
a
c
a
a
a
c
c
c
c
a
a
a
b
a
a
a
a
a
252
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU MARIA OLEH MARSADA BAND DAN LAGU MARIAN OLEH THE CATS
RESPONDEN
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
4
9
50
1
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
2
c
c
c
b
a
b
c
c
a
b
a
a
b
c
c
c
c
a
a
b
b
b
c
3
a
a
a
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
4
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
b
b
b
5
a
a
a
a
b
a
a
a
c
c
b
b
a
b
b
b
a
a
b
a
a
a
b
b
6
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
7
a
a
a
a
a
a
b
b
b
a
a
a
a
a
a
a
a
a
b
a
a
b
a
8
a
a
a
c
c
a
c
c
b
c
c
c
a
c
a
b
c
c
a
a
c
c
9
a
a
a
a
a
a
a
b
b
a
a
a
a
a
b
a
a
a
a
c
a
b
c
b
a
a
KUESIONER
10
a
b
b
c
11
b
b
b
b
b
b
b
c
c
a
b
c
b
c
b
b
b
a
c
b
b
b
c
b
12
a
a
a
a
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
a
b
13
b
a
a
a
b
a
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
a
b
a
b
14
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
15
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
16
b
b
b
b
b
a
b
b
a
b
b
c
a
c
b
b
c
b
b
b
b
c
b
17
a
a
a
a
a
a
b
b
b
b
a
a
a
c
b
b
b
a
a
a
b
a
a
a
18
a
a
c
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
c
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
19
c
c
a
a
a
a
a
c
b
b
a
a
a
b
a
a
b
a
a
a
b
a
b
a
20
a
a
c
c
a
a
c
a
a
b
a
a
b
b
c
c
b
a
a
a
a
c
c
21
c
c
b
b
a
b
a
c
c
b
b
c
b
c
c
b
b
b
b
b
b
a
b
b
22
b
b
b
b
b
c
b
b
c
b
c
b
b
c
a
b
c
c
c
b
a
c
a
24
a
a
c
c
c
a
a
a
a
b
c
c
b
a
a
a
c
a
c
c
a
a
a
25
a
a
b
a
c
c
a
a
c
c
c
c
c
a
a
a
b
a
c
a
b
a
a
b
23
a
253
Tabel 5.6:
Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Maria
dan Marian
PERSENTASE
A
B
C
D
KOSONG
A
B
1
49
1
-
-
-
1
98%
2%
2
11
9
28
-
2
2
22%
18%
3
5
43
-
-
2
3
10%
86%
4%
4
5
42
-
-
3
4
10%
84%
6%
5
33
15
2
-
-
5
66%
30%
4%
6
41
4
1
-
4
6
82%
8%
2%
8%
7
37
13
-
-
-
7
74%
26%
8
15
8
25
-
2
8
30%
16%
50%
4%
9
34
5
-
7
4
9
68%
10%
10
-
4
4
5
37
10
11
4
35
11
-
-
11
12
10
40
-
-
-
13
9
41
-
-
-
14
-
-
27
-
23
15
-
49
-
-
1
15
16
4
30
15
-
1
16
8%
60%
30%
17
25
16
9
-
-
17
50%
32%
18%
18
43
1
6
-
-
18
86%
2%
12%
19
27
12
6
-
5
19
54%
24%
12%
10%
20
24
7
17
-
2
20
48%
14%
34%
2%
21
5
23
22
-
-
21
10%
46%
44%
22
11
20
18
-
1
22
22%
40%
36%
23
-
-
-
-
49
23
24
29
2
17
-
2
24
58%
4%
34%
25
32
5
13
-
-
25
64%
10%
26%
KUESIONER
KUESIONER
JUMLAH JAWABAN
C
56%
8%
8%
8%
70%
22%
12
20%
80%
13
18%
82%
14
D
54%
98%
KOSONG
4%
14%
8%
10%
74%
46%
2%
2%
2%
98%
4%
254
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Marsada band dengan judul Maria? Sebanyak 49 orang dari
50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 1 orang tidak tahu. Dengan demikian
secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini yaitu sebesar 98 %
dibandingkan yang tidak tahu cuma 2 persen saja.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band?
Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun.
Hasil respons para responden ini adalah, sebanyak 28 responden (56 %) memilih
telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka mengenal lagu ini
dalam masa yang relatif paling singkat. Responden lain yaitu memilih mengenal
lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50
responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif
lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 9 orang
saja (18%) dari keseluruhan responden. Seterusnya 2 orang (4%) tak merespons
pertanyaan kedua ini.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Dengan dua jawaban pilihan tertutup yaitu
a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah 43 responden (86%) tidak mengetahui bila
terciptanya lagu ini. Sebanyak 5 responden (10%) tahu kapan lagu ini diciptakan.
Sementara di sisi lain, 2 orang (4%) tidak merespon pertanyaan ini.
255
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Marsada Band adalah salah satu
penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah anda siapa yang
menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil
jawaban responden adalah 42 responden (84%) tidak mengetahui penciptanya. Sementara 5
orang (10%) tahu dan 3 orang (6%) tidak mengisi atau tidak memberikan responsnya.
Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini mayoritas tidak tahu terhadap
siapa pencipta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band?
Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu.
Respons para responden adalah sebanyak 33 orang (66%) mengerti; diikuti oleh 15
orang (30%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4%) tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan oleh Marsada Band? Disediakan
jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden
adalah mayoritas 41 responden (82%) yang mendasari adalah bahasa liriknya.
Seterusnya 4 responden (8%) menjawab melodi lagu dan irama lagu, satu orang
(2%) menjawab irama lagu. Yang tidak menjawab adalah 4 orang (8%) dari
keseluruhan responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang
terhadap lagu ini adalah karena factor teks atau lirik.
Berikutnya untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda
melihat video klip lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band?
Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak
pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 37 orang
256
(74%) menyatakan pernah dan 13 orang (26%) menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian separuh lebih dari responden ini pernah menonton video klip lagu
tersebut.
Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Untuk
pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka.
Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu
sebagai berikut. Sebanyak 15 orang (30%) menyatakan sangat suka, disusul 8
responden (16%) menyatakan tidak suka, sebanyak 25 orang (50%) menyatakan
suka dan selebihnya 2 orang (4%) tidak memberikan responsnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan oleh
Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup dan
ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai
berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan
kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c.
penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain,
di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan
tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 34
orang (68%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 5 responden (10%)
menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu
sebanyak 7 orang (14%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak
4 orang (8%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
257
Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda
(sebagai responden) tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada
Band. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya
yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa
tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Disertai jawaban terbuka,
yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang
(7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian
sebanyak
4 orang (8%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya
tradisi. Kemudian sebanyak
4 responden (8 %) menjawab penyanyinya kurang
menarik penampilannya. Selain itu ada yang mengisi jawaban terbuka yaitu
sebanyak 5 orang (10%) dengan persepsinya masing-masing. Ada pula sebesar 37
responden (74%) memilih tidak menjawab pertanyaan ini, sebab ia memang
menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya pastilah ia tidak meresponsnya.
Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan
dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah bahasa Batak Toba,
seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa Inggris apakah anda mengerti?
Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang
mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak
4 orang (8%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 25 responden (50%)
menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 11 orang (22%) menyatakan dengan
terus-terang tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu Marian yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Yang disertai
jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah sebagai
258
berikut. Sebanyak 9 (18%) responden menyatakan tahu. Kemudian sebanyak 41
orang (82%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah mayoritas 82%
responden tidak tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa The Cats, jadi
dalam persepsinya kemungkinan besar lagu ini memang lagu Batak yang
penciptanya orang Batak pula.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu Marian yang dinyanyikan grup musik The Cats? Pertanyaan ini
diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para
responden adalah
sebanyak 8 orang (16%) menjawab pernah, disusul
41
responden (82%) menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini
tidak begitu menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh grupThe
Cats? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari 2 tahun, c.
kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil yang
diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 27 responden (54%)
menjawab kurang dari satu tahun. Kemudian sebanyak 23 orang (64%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? Jawaban yang diberikan
adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di
lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar 48 orang
(96%) tidak tahu, dan sisanya 1 responden (2%) tidak mejawab pertanyaan ini.
259
Pertanyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu
dengan judul Marian yang dinyanyikan oleh grup The Cats? Jawaban yang
disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban para
responden adalah sebagai berikut.
mengerti, disusul
30 orang (60%)
Sebanyak 4 responden (8%) menjawab
tidak mengerti, dan
15 orang (30%)
menyatakan tidak tahu. Sisanya 1 orang (2%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu Marian
yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Pertanyaan ini disediakan tiga
jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak
menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak
25 orang (50%) menjawab suka, kemudian 16 orang (32%) kurang suka, dan 8
orang juga (16%) tidak suka.
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dan Marian yang
dinyanyikan The Cats, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk
pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (86%)
menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2%) menyatakan tidak
ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 8 orang (16%) menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band dengan lagu Marian
penyanyi The Cats? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas.
Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 27
260
responden (54 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 12
orang (24%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta
irama yang sama. Seterusnya sebanyak 8 orang (16%) menyatakan kesamaan total
musikalitas, serta 5 orang (10%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Maria yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu Marian yang
dinyanyikan The Cats? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c.
tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 24
responden (48%) menyatakan sama, kemudian 7 orang (14%) menjawab tidak
sama, dan 17 orang (34%) menjawab tidak tahu. Sisanya 2 orang (4%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda siapakah yang pertama sekali
menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a. Marsada
Band, b. The Cats, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari para
responden adalah sebagai berikut: 5 orang (10%) menyatakan Marsada Band. Ada
sebanyak
23 responden (46%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali
dinyanyikan oleh The Cats, selebihnya 22 orang (44%) menjawab tidak tahu. Dari
jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa
pencipta sebenarnya awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang
261
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 11 responden (22%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 20 orang (40%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 18 orang (36%) menyatakan diperbolehkan dan
1 orang (2%)
tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 1 orang (2%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 49 orang (90 %) tidak mengisi.
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang
(58%) menjawab peduli, kemudian 2 orang (4%) menjawab tidak perduli, 11
orang (22%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja, sisanya 2 orang (4%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebanyak
32
responden (64%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 5 orang (10%) menyatakan
262
tidak ada; seterusnya 13 orang (26%) tidak tahu, dan 2 orang. Demikian rerspons
50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain untuk membuka tabir di balik
fenomena lagu Maria bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu
Marian dari budaya musik populer Eropa.
5.5 Respons Umum yang Diperoleh
Dari respons berupa jawaban-jawaban seperti terurai di atas, maka dapat
disimpulkan fenomena respons para responden terhadap ketiga lagu pop Batak yang
melodinya diadopsi dari music pop Barat. Kesimpulan yang pertama adalah bahwa
para responden mengenal dengan baik ketiga lagu pop Batak Toba tersebut, baik
melalui video klip atau media lainnya. Sebahagian responden mengenal lagu-lagu
Batak tersebut memang benar-benar ciptaan para pencipta lagu Batak, namun
sebagian lagi mengetahui bahwa lagu tersebut diadopsi melodinya dari music Barat.
Tingkat pemahaman para responden terhadap melodi lagu-lagu Barat yang
melodinya diadopsi itu pun sangat kurang. Mereka banyak yang tidak mengenal
lagu-lagu Barat yang melodinya diadopsi dalam lagu-lagu pop Batak ini.
Faktor teks lagu sebagai unsur utama dalam mengapresiasi lagu-lagu Batak
Toba bagi para responden. Mereka menganggap bahwa lagu-lagu tersebut memang
bergaya budaya music Batak karena faktor teks ini. Walaupun melodi diadopsi dari
music Barat, namun bagi mereka teksnya adalah teks berbahasa Batak, yang
menganggap bahwa nyanyian ini memang nyanyian Batak. Ditambah lagi di antara
para responden tidak mengetahui asal-usul melodinya. Inilah fenomena yang
menarik yang terjadi di dalam persepsi para responden.
263
Fenomena yang menarik adalah ketika diajukannya pertanyaan tentang hak
cipta. Bahwa para responden ini percaya bahwa hak cipta perlu ditegakkan dalam
konteks industry music pop di tanah air. Undang-undang ini perlu didukung agar
dapat melindungi hasil-hasil karya apapun termasuk karya di bidang music.
264
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah dikaji secara luas mulai dari Bab I sampai Bab V, maka pada Bab
VI ini, penulis akan menyimpulkan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian
berbasis lapangan, dengan menggunakan dua jenis metode penelitian yaitu
kualitatif dan kuantitatif, serta teori-teori seperti: semiotik, weighted scale,
behavioristik, dan lain-lain. Kesimpulan ini dibuat berdasarakan tiga pokok
masalah utama, seperti yang sudah diuraikan di dalam Bab I tesis ini, yaitu: (a)
komparatif struktur melodi, (b) makna teks, dan (c) respons pendengar lagu-lagu
tersebut.
(A) Struktur melodi antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diambil
dari tiga lagu pop Barat, bentuk (form)nya secara umum adalah sama. Dalam
persepsi para pencipta lagu Batak Toba, memang yang mereka ciptakan adalah teks
(lirik) lagunya, sedangkan melodi memang mereka adopsi secara penuh dari musik
Barat. Dalam persepsi pencipta lagu-lagu ini, jika mereka menciptakan lirik dengan
mengadopsi lagu yang sudah ada, hal itu sudah merupakan hasil ciptaan.
Walaupun secara umum bentuk melodinya bisa dikatakan sama, namun dari
sisi ritme dan nama dalam melodi terjadi perubahan. Proses terjadinya perubahan
ritme dalam melodi ini, menurut penulis, disebabkan oleh berubahnya teks, yaitu
dari bahasa Inggris menjadi bahasa Batak Toba. Teks menjadi faktor penting
265
terjadinya perubahan-perubahan ritmik dan juga distribusi nada yang digunakan
dalam melodi.
Perbedaan lainnya antara melodi tiga lagu pop Batak dan tiga lagu pop
Barat yang menjadi asal-usulnya, adalah dalam lagu-lagu Barat lebih banyak
dilakukan ulangan-ulangan bentuk melodi. Sementara di dalam lagu pop Batak
Toba ulangan-ulangan itu diusahakan untuk selalu dikurangi (direduksi).
Kemungkinan besar, para pencipta lagu pop Batak Toba menginginkan perbedaan
siklus dengan melodi lagu asalnya dari musik pop Barat. Atau dapat juga
ditafsirkan bahwa para pencipta lagu pop Batak lebih suka hal-hal yang tidak
berulang, tegas, eksplisit, dan langsung.
(B) Teks yang dikandung lagu-lagu pop Batak yang melodinya diadopsi
dari musik pop Barat, temanya adalah berubah dari lagu awalnya. Adapun tema
lagu Ditakko Ho Rohakki, adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati,
atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss
dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang
kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya
secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati
sang penyanyi.
Sementara itu dalam lagu asalnya yaitu That’s Way , tema lagu ini juga
dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang
penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar kesedihan di
mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut
diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat,
maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka
266
telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan
tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya
memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia
menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun
mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia
sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta.
Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini.
Pada lagu Lady temanya bisa dikatakan “sama” dengan lagu asalnya She’s
Gone. Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan
asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang
penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun,
sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam
kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh
sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf.
Pada lagu She’s Gone ceritanya dimulai dari kepergian sang kekasih dari
kehidupan asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi.
Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya
kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang
kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam
penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah
pergi meninggalkan dirinya.
Pada lagu Maria tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita
tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam
267
kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain.
Cinta itu terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi.
Dalam lagu asalnya yaitu Marian
tema yang diusung di dalam nyanyian
ini adalah cinta yang hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang
kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati
tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori
cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan
segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada
apa dengan kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini
merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
Dari sisi penggarapan teks, maka jelaslah bahwa unsur inilah yang menjadi
pembeda utama antara lagu-lagu pop dari budaya Barat dengan lagu-lagu pop
turunannya di dalam budaya musik pop Batak Toba. Tema teks berubah, walau ada
juga yang memiliki tema yang sama. Begitu pula diksi dan gaya bahasa dalam teks
lagu pop Batak masih tampak unsur bahasa Batak, seperti rima (persajakan), baris
demi baris seperti dalam puisi tradisi Batak Toba, diksi, gaya bahasa, dan lainlainnya.
(C) Respons dari para responden adalah mereka mengetahui ketiga lagu
Batak itu, dengan mendengarkan baik melalui media televisi atau video klip dari
album sang penyanyi. Namun tidak semuanya tahu kalau ketiga lagu tersebut
melodinya diadopsi dari musik pop Barat. Para responden mengapresiasi musik pop
Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat ini, terutama adalh karena liriknya
yang memakai bahasa batak Toba, sehingga identik dengan budaya Batak Toba,
dan dipandang sebagai musik yang dapat mewakili budaya Batak pada umumnya.
268
Sebahagian besar responden kurang tahu kalau melodi ketiga lagu musik
pop Batak tersebut diadopsi melodinya dari musik pop Barat. Para responden hanya
tahu kalau lagu-lagu pop Batak ini memang merupakan ciptaan para pencipta lagulagu Batak, yang memang sangat kreatif dalam mencipta.
Pada saat masuk ke bahagian pertanyaan mengenai lagu-lagu Barat sebagai
asal ketiga lagu musik pop Batak, sebahagian besar di antara responden tidak dapat
mengapresiasi lagu-lagu pop Barat tersebut, karena minimnya pengetahuan mereka
tentang hal itu. Mereka lebih tahu terhadap keberadaan tiga lagu pop Batak
dibandingkan dengan tiga lagu pop Barat sebagai asal-usul melodinya.
6.2 Saran-saran
Dari ulasan-ulasan yang termaktub dalam tesis ini, maka secara keilmuan
dan intelektualitas, perlulah penulis kemukakan saran-saran dalam konteks
penelitian ini. Saran-saran ini penulis harapkan dapat menjadi daya dorong yang
kuat bagi eksistensi dan perkembangan musik populer Batak Toba di tengah-tengah
modernisasi dan globalisasi. Selain itu dapat menjadi sumber wawasan budaya bagi
para pencipta lagu populer Batak Toba, agar melakukan kegiatan yang selaras
dengan budaya, sosial, dan perundang-undangan yang berlaku baik secara daerah,
nasional, dan juga global.
Saran yang pertama adalah bagi para pencipta lagu-lagu Batak Toba, ke
masa depan adalah jika kita mengadopsi musik dari manapun, maka yang perlu
dipertimbangkan adalah untuk juga mengakui asal atau sumber musik yang kita
adopsi itu agar tidak ada yang merasa dirugikan dalam hal ini. Misalnya judul lagu
269
dalam bahasa Batak Toba, dengan melodi asal dari lagu Barat karangan siapa, dan
kemudian pencipta lirik dalam bahasa batak Toba siapa, jika perlu aransemennya
juga oleh siapa. Ini penting untuk dilakukan agar semua orang yang berkontribusi
dalam lagu tersebut terwadahi dan sama-sama diuntungkan baik popularitas
maupun finansial yang berkait dengan hak-haknya.
Saran kedua dari penulis adalah selain mengadopsi melodi dari lagu-lagu
asing ke dalam musik Batak Toba, semestinya bisa juga dilakukan karya-karya
musik dengan gaya atau struktur seperti musik tertentu namun dengan ciptaan
melodi yang baru, tidak penuh mengadopsinya. Ini juga bisa menunjukkan
kreativitas para pencipta lagu. Gaya dalam musik adalah universal, dan gaya ini
bisa saja diolah kembali, sebagai daya motivasi, inovasi, dan kreativitas yang baru.
Ketiga, saran penulis adalah pentingnya bagi setiap pencipta lagu,
pengaransemen, penyanyi, dan produser lagu-lagu populer Batak Toba untuk
mendalami pengetahuannya, terutama yang berkaitan dengan Undang-undang Hak
Cipta, Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI), perundang-undangan secara
umum, agar dapat mengarahkan dirinya bertindak dan mencipta secara tepat, adil,
bermartabat, dan intelektual.
Saran keempat, adalah perlunya dibentuk persatuan seniman musik Batak
untuk mewadahi mereka dalam sebuah organisasi yang kuat. Organisasi ini
diharapkan akan dapat menjadi tulang punggung kinerja para seniman anggotanya
dalam konteks mencari rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Dengan
terbentuknya organisasi semacam ini, maka setiap anggota akan dapat bertanya,
melakukan pembelaan hak-hak dan kewajiban, dan tentu saja ke arah mana
kebudayaan musik p[opuler Batak Toba ini akan dibawa bersama-sama.
270
Bagaimanapun kekuatan sebuah organisasi itu akan berbeda dengan kekuatan yang
dilakukan secara sendiri-sendiri, apalagi menafikan keberadaan orang lain yang
kinerja, posisi, dan kedudukannya sama dan berkait dengan diri kita. Bagaikan
sebuah sapu pasti lebih kuat menyapu dibandingkan hanya berupa lidi yang
berserakan.
Saran kelima penulis adalah perlunya dibina para pemusik-pemusik
berbakat dari kawasan Batak ini, baik itu sebagai pencipta lagu, pemain alat musik
tertentu, penggubah lagu, komposer, dan lain-lainnya. Pembinaan ini bisa dilakukan
melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dasar, menengah, sampai ke
perguruan tinggi. Juga bisa dilakukan secara informal di dalam kursus-kursus,
pelatihan-pelatihan, dan sejenisnya. Bagaimanapun kesinambungan kebudayaan
akan lebih baik dilakukan melalui pendidikan (enkulturasi) dari satu generasi dan
generasi lainnya.
Saran keenam, dalam menciptakan lagu-lagu populer Batak Toba,
hendaknya penekanan dan fokus tema lirik bukan hanya pada aspek cinta saja,
tetapi bisa diluaskan lebih dari itu. Misalnya tema-tema cerita rakyat, kemanusiaan,
perdamaian, persatuan dan kesatuan, kehidupan sehari-hari masyarakat, religi,
dongeng, dan lain-lainnya yang mengandung kearifan lokal. Di dalam tema-tema
ini terkandung nilai-nilai filsafat hidup yang universal, sekali gus juga sebagai
kearifan lokal masyarakat Batak.
271
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Sejenisnya
Ali, Matius, 2004. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani
sampai Zen Buddhisme. Jakarta: Gramedia.
Anees, Bambang Q. dan Radea Juli A. Hambali, 2003. Filsafat untuk Umum.
Aristoteles, 2004. Nicomachean Ethics.
Aritonang, Tetty B., 1990. Musik Tiup dalam Upacara Saur Matua di Kota
Medan: Analisis Gaya Melodi dan Fungsi Sosial. Medan: Skripsi sarjana
Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Bigsby, C.W.E., 1975. Superculture, American Popular Culture, and Europe.
London: Paul Elek.
Cobley, Paul dam Litza Janis, 2002. Semiotic for Beginners.
Cook, Nicholas, 1987. A Guide to Musical Analysis. London dan Melbourne: J.M.
Dent & Sons Limited.
Danandjaja, Djames, 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Duvignand, Jean, 1972. The Sociology of Art. (terjemahan dari The French oleh
Timothy Wilson), Paris: Paladin.
Gans, H.J., 1966. “Popular Culture in America: Social Problems in a Mass
Society or Social Asset in a Pluralist Society?” Dalam H.S. Becker (ed.) 1966,
Social Problems: A Modern Approach. New York, pp. 540-620.
Hadiwojono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yigyakarta: Kanisius.
Hatta, Muhammad, 1986. Alam Pikiran Yunani.
Hoover, Kenneth R., 1989. Unsur-Unsur pemikiran Ilmiah dalam Ilmu-ilmu
Sosial (terjemahan Hartono Hadikusumo). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Hiroshue, Masashi, 1988. Prophets and Followers in Batak Millenarian
Responses to the Colonial Order: Parmalim, Nasiak Bagi and Parhudamdam,
1890-1930. Canberra: Tesis Doktoral Australian National University.
Kaplan, David dan Robert A. Manners, 2002. Teori Budaya
Kaplan, Max, 1975. Leisure: Theory and Policy. New York: Wiley and Sons Inc.
Khan, Hazrat Inayat, 2002. Dimensi Mistik, Musik, dan Budaya.
Langer, Susanne K., 1953. Problems of Art. New York: Charles Sribner’s Son’s.
Lohisse, Jean, 1973. Anonimous Communication, Mass Media in the Modern
World. London: George Allen and Unwin Ltd.
Lombard, Dennys, 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya.
Lorimer, Lawrence T. et al 1995. Grolier Encyclopedia of Knowledge. Vol. 1-20.
Grolier Incorporated, Danburry, Connecticut.
271
272
Lowenthal, Leo, 1961. Literature, Popular Culture, and Society. New York:
Pacific Book Publisher.
Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern.
Madsen, Clifford K. dkk. 1975. Research in Music Behavior. New York dan
London: Teachers College Press.
Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I.
Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam
bahasa Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk,
Timur Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari,
Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Marianto, M. Dwi, 2006. Quantum Seni.
Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of Music. Chichago: Noerthwestern
University Press.
Nasir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nettl, Bruno, 1973. Folk and Traditional of Western Continents, Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.O’Donell, Kevin, 2013.
Postmodernisme.
Nettl, Bruno, 1992. “Ethnomusicology: Some Definitions, Problems and
Directions.” Music in Many Cultures: An Introduction. Elizabeth May (ed.).
California: University California Press.
Olsen, Marvin. E. The Process of Social Organization.
New Delhi,
Bombay, Calcuta : Oxford and IBH Publising Co, 1968
Pasaribu, Amir, 1986. Analisis Musik Indonesia. Jakarta: Pantja Simpati.
Pasaribu, Ben M., 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks
Gondang Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Pen, Ronald, 1992. Introduction to Music.
Piliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan
Makna-makna
Poerwadarminta, W.J.S., 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Pradopo, 1994. Kesusastraan Indonesia: Sejarah dan Kritik. Yogyakarta: Gama
media.
Purba, Setia Dermawan, 1988. Penggunaan, Fungsi, dan Perkembangan
Nyanyian Rakyat Simalungun bagi Masyarakat Pendukungnya: Studi Kasus di
Desa Dolok Mariah Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun Sumatera
Utara. Jakarta: Tesis S-2 Antropologi Universitas Indonesia.
Quail, Denis Mc, 1969. Toward to Sociology of Mass Communication. London:
Collier MacMillan.
272
273
Radcliffe-Brown, A.R., 1952., Structure and Function in Primitive Society.
Glencoe: Free Press.
Ricoeur, Paul, 2012. Teeori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan
Metodologinya. Jakarta:
Riffaterre, M., 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.
Ritzer, George dan Barny Smart, 2012. Handbbok Teori Sosial.
Rosenberg, Bernard dan David Manning White (eds.), 1960. Mass Culture, The
Popular Art in America. Glencoe, Illinois: The The Free Press.
Sadie, Stanley (ed.), 1980. The New Grove Dictionary of Music and Musicians.
vol. 16, New York: MacMillan Publishers.
Sangti, Batara. 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar.
Seeger, Anthony. 1987. Why Suya Sing: A Musical Anthropology of Amazonian
People. Cambridge: Cambridge University Press.
Silado, Remy, 1983. Menuju Apresiasi Musik.
Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi.
Stein, leon, 1979. Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Form.
Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest (ed..) 1992. Serba-serbi Semiotik. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiharto, I. Bambang, 2006. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat.
Susantiana, Sukatmi, 2004. Nada-nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf
tentang Musik.
Sutrisno, Mudji, et al., 1993. Estetika : Filsafat Keindahan, Yogyakarta,
Kanisius.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan.
Sianturi, Rosmaida, 2003. Analisis Gaya Musikal Lagu Populer Batak Toba
dengan Perhatian Khusus pada Lagu-lagu Karya Nahum Situmorang. Medan:
Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara.
Sinurat, Horasman, 2001. Perkembangan Musik Brass di Kota Medan dengan
Masuknya Unsur Musik Tradisi Batak Toba: Studi Kasus, Kelompok
Musik Sopo Nauli. Medan: Skripsi sarjana Jurusan Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Soedarsono, 1995. “Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.”
Makalah Seminar dalam Rangka Penringatan Hari Jadi Jurusan pendidikan
Sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Pebruari 1995.
Tambunan, Nestor Rico, 1996. Tambunan, “Dr. I.L. Nommensen: Missionaris
Besar, Penguak Kegelapan Tanah Batak,” Kartini, No. 601, Desember
1996.
Tampubolon, Berliana, 1999. Aspek Penggarapan Melodi pada Instrumen
Terompet dan Sulim Dalam Ensambel Musik Tiup pada Masyarakat Batak
273
274
Toba di Medan. Medan: Skripsi sarjana Fakultas Kesenian Universitas
HKBP Nommensen.
Tarihoran, P. Emerson, 1994. Analisis Perbandingan Sttruktur Repertoar Musik
Brass Band dengan Gondang Sabangunan dalam Sipitu Gondang di
Medan. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
van Zoest, Aart 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang
Kita Lakukan. (Diterjemahkan oleh Eni Soekowati). Jakarta: Yayasan
Sumber Agung.
Van Zoest, Aart . 1991. Fiksi dan Non-Fiksi dalam Kajian Semiotika. Jakarta:
Intermasa.
Winston, Brain, 1973. The Image of the Media. London: Davis-Pointer.
Yuanzhi, Kong, 2005. Sialng Budaya Tiongkok Indonesia.
Internet
http://www.ethnomusicology. org/?page=whatisethnomusicology).
http://id.wikipedia .org/wiki/Lagu.
http://www.gobatak.com
274
Download