BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan
kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami
dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan
bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian
aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri
atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan,
kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjukpetunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil
pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan
dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan
demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai
pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada
kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih
kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing
maka lenyaplah kebudayaan natif dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.
Universitas Sumatera Utara
2
Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam
masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya
musik atau lagu.
Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik
bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa
memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu,
musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi
ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi
ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan
kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak
terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan
lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.
Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang
kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show
business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak
yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun
pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa
mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran.
Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni
tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi
yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam
perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering
mendengar lagu dalam bahasa Batak Toba yang tenar dan di minati masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3
dilokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih
kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota
Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerahmayoritas bahasa
Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang
juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik.
Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu
masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya
melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun
liriknyadalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui
asal-usul keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut,
mereka menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya
ataupun orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut
awal mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik
lagu tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi
atau pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang
asal-usul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris.
Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu
dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian
lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup
suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar
gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul
lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan
suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu
nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal
tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser.
Universitas Sumatera Utara
4
Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna
baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami
perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan
makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan
bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita
ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat.
Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang
menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan
bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah:(1)lagu
dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu
That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul
Ladypenyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip
lagu dengan judul She’s
Gonedengan penyanyi Steel Heart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya
vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The
Cats).
Kontak dengan kebudayaan daerahdengan budaya lain dapat menyebabkan
manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru
yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing
dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan
pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau
ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya
ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
5
tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif.Perubahan menyangkut mengenai
bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan
sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari
perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya
pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap
atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di
tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.
Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam
maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada
pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta
lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta
lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan
cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang
telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin
seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar.
Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak
sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang
merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa
inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
Universitas Sumatera Utara
6
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack
Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan
judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone
penyanyi Steel Heart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip
Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu ditelitiadalah perubahan
makna liriklagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia digunakan
untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan masyarakat
kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu tersebut.
Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam
bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer batak toba
mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop batak toba yang
tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan
melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta.
Selain itu tidak tertutup kemungkinan respon pendengar sangat memberikan
pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer batak toba yang ada,
dimana
pendengar
juga
harusnya
memiliki
kemampuan
dalam
musik
dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal
ini lagu populer batak toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat melodimelodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang
lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum
merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan
sosial budaya.
Universitas Sumatera Utara
7
Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara
etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun
terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut
ini.
Ethnomusicology is the study of music in its cultural context.
Ethnomusicologists approach music as a social process in order to
understand not only what music is but why it is: what music means to
its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed
Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working
in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore,
performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or
ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social
sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the
following approaches and methods: 1) Taking a global approach to
music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding
music as social practice (viewing music as a human activity that is
shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork
(participating in and observing the music being studied, frequently
gaining facility in another music tradition as a performer or theorist),
and historical research.
Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As
researchers, they study music from any part of the world and investigate
its connections to all elements of social life. As educators, they teach
courses in musics of the world, popular music, the cultural study of
music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music
traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods).
Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with
the music communities that they study, ethnomusicologists may
promote and document music traditions or participate in projects that
involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming,
or community music. Ethnomusicolo-gists may work with museums,
cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote
the appreciation of the world’s musics (http://www.ethnomusicology.
org/?page=whatisethnomusicology).
Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat
dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.
Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk
memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan
khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8
Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di
lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau
ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,
studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang
ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan
yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil
pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)
Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia
yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi
(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji
tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah
musik.
Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar
musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen
kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik
populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya,
tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan
metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan
komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan
mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang
melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman
seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival
budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik
dunia.
Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai
dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas.
Universitas Sumatera Utara
9
1.2 Pokok Masalah
Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka
penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya
dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya?
2.
Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik popular
Batak Toba dan Barat?
3.
Bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba
yang ada dan menjadi tenar dimasyarakat?
Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah
struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada
dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah
nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang
digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks
berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada
terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan
sejauh apa perubahan yang terjadi.
Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam
keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris
sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik
adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif (maknamakna selain makna sebenarnya, yang dikaitkan dengan aspek kebudayaan dan
Universitas Sumatera Utara
10
sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris,
distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya.
Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respon pendengar terhadap
fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu
music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar
lagu-lagu ini. Di antara respon yang akan diuraikan adalah bagaimana pengetahuan
pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana respon mereka
ini dalam mengapresiasi music popular Batak yang mereka dengarkan tersebut.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
a.
Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan
perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat
sebagai sumbernya.
b.
Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik
popular Batak Toba dan Barat.
c.
Mengkaji bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer
Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik,
terutama persebaran musik dalam konteks buidaya popular dan globalisasi.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan.
c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni.
d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di
bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak
Toba.
e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan
kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah,
nasional, maupun global.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang
berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori
musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan
buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini
beberapa buku yang sudah penulis dapatkan.
1.
Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat
tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklore Indonesia disajikan dalam
bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor
Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan
perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis
dalam buku ini untuk referensi tesis
Universitas Sumatera Utara
12
2.
Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan
Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat
memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu
kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi
yang terangkum dalam filsafat wacana.
3.
Posmodernisme karanganKevin O’Donnell (2013). Buku ini diantaranya
memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida
menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang
mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbedabeda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita
percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar
dan melihat dengan jelas.
Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara
memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika
komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi, katakata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi.
b.
Serba-Serbi Semiotikakarangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991).
Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang
digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra.
c.
Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini
berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya
mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep
sederhanayang sebelumnya merupakan istilah-istilah yang pelik. Buku ini
Universitas Sumatera Utara
13
penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya tandatanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia.
d.
Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan
Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan
post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan
dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama
ilmu-ilmu budaya.
4.
Dimensi Mistik Musik Dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku
ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik
klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan
Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang
menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan
berbagai
cara,
menghasilkan
berbagai
bunyi.
Pengelompokan
bunyi
menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara
ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi
bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah
bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya;
musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing
jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak
dikuasai”.
5.
Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini
pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh
tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi
memuat
dengan pengertian
yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan
Kaplan mengungkapkan, bahwa karena sifatnya yang subjektif itu ideologi
Universitas Sumatera Utara
14
tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus
disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari
pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial.
6.
Seri buku Nusa Jawa:Silang Budayakarangan Denys Lombard (2005),jilid1
Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan KerajaanKerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan
mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan
dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan
seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan
tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia.
7.
Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan
tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif
quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya
foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang
sebagai
dualitas
dari
partikel-gelombang.
Marianto
juga
menyoroti
hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang
melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang
merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan
Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah:
a.
Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis
mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar
dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani.
b.
Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen
Buddhisme
karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu
keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman
Universitas Sumatera Utara
15
seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga
memuat pemikiran tokoh-tokoh estetika Plato, Aristoteles, Hume, Burke,
Hutcheson, Shaftesbury, Hegel, dll.
c.
Filsafat untuk Umum karangan Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali
(2003). Buku ini menyelisik liku-liku “pertanyaan-pertanyaan” para filsuf yang
kemudian melahirkan jawaban-jawaban yang berimplikasi besar dan
mempengaruhi cara pandang manusia dalam melihat dan memahami
kompleksitas kehidupan. Dari buku ini penulis mengambil referensi yang
berhubungan dengan logika perpikir analisis dan sintesis serta cara berpikir
horisontal dan lateral menurut de Bono dalam Q. Anees. Bab XV dari buku ini
berisi paparan ringkas tentang logika berpikir analisis dan sentesis.
d.
Nada-Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik karangan
Sukatmi Susantina (2004). Buku ini berisi “rekaman” perbincangan para filsuf
tentang musik dari Yunani Kuno sampai dengan zaman kontemporer dan
kupasan tentang sisi-sisi filsafat dalam rangka memahami musik secara lebih
radikal. Susantina juga mengutip Peursen yang menyatakan bahwa jenis musik
yang paling erat berkait ialah seni musik dan sastra.
e.
Nicomachean Ethic karangan Aristoteles (2004). Buku ini memuat tentang
etika secara umum dan menyinggung pula tentang etika politik. Dituliskan
dalam buku ini bahwa tujuan politik adalah yang baik bagi manusia.
f.
Dekonstruksi Epistemologi Modern karangan Akhyar Yusuf Lubis (2006).
Dalam buku ini dipaparkan bagaimana teori kritis dan posmodernisme
menyediakan dasar-dasar pemikiran bagi kajian budaya kontemporer. Salah
satu pemikir dan filsuf yang memberi sumbangan besar bagi kajian budaya
kontemporer adalah Jurgen Habermas yang tulisannya (Teori Kritis) mencoba
Universitas Sumatera Utara
16
meruntuhkan batas-batas kaku bidang ilmu pengetahuan dan membuka jalan
bagi kajian inter/transdisipliner.
8.
Introduction to Music karangan Ronald Pen (1992). Part II dari buku ini
memuat penjelasan tentang elemen dasar dari bunyi, elemen musik, musik
sebagai ukuran waktu, music sebagai ukuran ruang, musik sebagai ukuran
dinamik, timbre musikal, musik sebagai ukuran harmoni, susunan dalam
musik, nyanyian: kesatuan anatara teks dan musik. Penulis menjadikan Part II
sebagai referensi untuk mengkaji nyanyian dari sisi musikal.
9.
Handbook Teori Sosial karangan George Ritzer dan Barry Smart (2012). Buku
ini membahas, meninjau, dan menginterpretasi ulang karya-karya yang
berkaitan dengan berbagai teoretisi klasik dan kontemporer, menggali secara
kritis perspektif-perspektif teoretis utama, dan memberikan contoh mengenai
bentuk-bentuk teoretisasi termashur terkait dengan tema dan persoalan sosial.
10. Menuju Apresiasi Musik karangan Remi Sylado (1983). Salah satu bahasan
dalam buku ini adalah tentang musik Timur yang membicarakan musik jawa
dan tangga nada pentatonis.
11. Postmodernisme, tantangan bagi filsafat karangan I. Bambang Sugiharto
(2006). Buku ini menyoroti problem bahasa dalam filsafat mengenai hal yang
literal dan metaforis.
12. Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form
(Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan
analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis laguSejarah
kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. editor umum
Mukhlis PaEni (2009). Buku ini di antaranya memuat tentang musik populer
Indonesia dan memaparkan juga beberapa ciri-ciri musik populer.
Universitas Sumatera Utara
17
13. Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005) karangan Kong Yuanzhi. Buku ini
secara umum memuat sejarah hubungan Tiongkok dan Indonesia hingga era
orde reformasi. Secara khusus dibahas pula tentang perpaduan lagu-lagu
Tiongkok dan Indonesia. Lagu-lagu Indonesia dari Ujung Pandang (menurut
Minawati dalam Yuanzhi) dikatakan lebih dekat dengan musik slendro
Tiongkok sedang musik Jawa lebih dekat dengan musik pelog India. Dikatakan
bahwa lagu-lagu Makasar berirama Tiongkok meresap dan Populer di kalangan
rakyat jelata.
1.5 Konsep yang Digunakan
1.5.1 Lagu
Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan
gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung
irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat
dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramairamai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga
yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan(http://id.wikipedia
.org/wiki/Lagu).
Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1986:141-145), nyanyian
rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan
lagu yang beredar secara lisan diantara kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta
Universitas Sumatera Utara
18
banyak mempunyai varian. Danandjaja menjelaskan bahwa seringkali nyanyian
rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut
menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian identitas
folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklornya yang
beredar dalam peredaran lisan (oral transmission).
Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak
terpisahkan. Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan dan jarang sekali yang hanya
disajakkan (recite). Keunikan lain dari lagu rakyat adalah bahwa teks yang sama
tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama, sebaliknya, lagu yang sama sering
dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda.
Danandjaja
juga menjelaskan bahwa nyanyian rakyat
bersifat mudah
diubah-ubah tidak seperti nyanyian seriosa (klasik) yang dipelajari orang dari buku
nynyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya. Penyanyi
profesional nyanyian seriosa diwajibkan untuk membawakannya dengan cara yang
berlaku pada masa nyanyian itu diciptakan, seperti yang diingini oleh
penggubahnya. Jika dinyanyikan tidak sesuai dengan yang ditentukan, akan dicela
oleh para pendengarnya. Hal ini disebabkan semua penggemarnya telah menguasai
naskah lagu (score) aslinya. Contoh nyanyian seriosa Indonesia adalah salah satu
karya Muchtar Embut Di Wajahmu Kulihat Bulan.
Selanjutnya Danandjaja menjelaskan bahwa seperti halnya nyanyian seriosa,
nynyian pop juga tercetak, lebih sering lagi direkam secara komersial yang juga
merupakan karya penggubah lagu profesional. Berbeda dengan penggubah
nyanyian seriosa, penggubah nyanyian pop adakalanya lebih tepat digolongkan
sebagai pengusaha atau spekulator disebabkan mereka mencipta nyanyian pop
bukan berdasarkan ilham yang didorong oleh perasaan seni melainkan didorong
Universitas Sumatera Utara
19
oleh ilham mencari untung secara komersial. Jika mereka tidak menyesuaikan diri
mereka akan mati kelaparan.
Danandjaja menuliskan bahwa umur nyanyian rakyat lebih panjang daripada
nyanyian pop. Banyak nyanyian rakyat yang malah lebih tua daripada nyanyian
seriosa. Selanjutnya, berdasarkan sifat penyebarannya yang melalui lisan maka
lagu-lagu rakyat menimbulkan varian-variannya.
1.5.2 Melodi
Dalam tesis ini, konsep tentang melodi dapat dikemukakan sebagai
rangkaian nada-nada yang kemudian menyusun sebuah bentuk utuh menjadi suatu
lagu. Melodi ini disusun oleh bentuk (form). Kemudian bentuk melodi biasanya
disusun oleh dua atau lebih frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi
disusun oleh beberapa motif melodi. Kesemuanya membentuk satu kesatuan yang
utuh menjadi sebuah bangunan musik.
Selanjutnya berkaitan dengan melodi di dalam tesis ini, maka melodi yang
digunakan berkait langsung dengan teks yang digunakannya. Melodi ini juga sangat
mengutamakan komunikasi verbal, berupa bahasa yang dinyanyikan, selain
didukung oleh unsure-unsur melodi seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar,
interval, motif, frase, bentuk, dan lain-lainnya. Melodi menjadi unsure utama dalam
nyanyian dalam musik populer Batak Toba termasuk juga dari lagu asalnya pada
budaya musik populer Barat.
Universitas Sumatera Utara
20
1.5.3Undang-Undang Hak Cipta
Dalam Undang-Undang
Hak
Cipta
Indonesia
telah
diatur
tentang
penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut
sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam UndangUndang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat
diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk
tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu
pelanggaran hak cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal
1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara
bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan
kemampuan
pikiran,
imajinasi,
kecekatan,
keterampilan
atau
keahlian
yangdituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah
hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai
Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebuttang
kepemilikan
Hak
Cipta,apa
yang
di
maksud
pencipta,
ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh
pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah
dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari
pemegang Hak Cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002, disana sudah jelas
tentang
kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta, ciptaan,pemegang
Universitas Sumatera Utara
21
Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak
Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras.
Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta.
Ada juga peraturan tentang ciptaan yang dilindungi menurut Undangundang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat 1,2 dan 3. Adapun
berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 3 ayat
1,mengatakan bahwa hak cipta digolongkan sebagai benda bergerak,secara tidak
langsung benda bergerak berhubungan dengan hak milik,dan penyerahan hak milik
bisa dilakukan dengan nyata oleh atau atas nama pemilik,hal ini bisa dilihat pada
buku 2 KUHPerdata Pasal 612.
1.5.4 Respon
Yang dimaksud dengan respon dalam tesis ini adalah berasal dari unsur
serapan bahasa Inggris response, yang maknanaya adalah samadengan reaksi,
tanggapan, jawaban, dan sejenisnya. Respon dalam hal ini bias saja berupa
tanggapan dalam bentuk jawaban tertulis, jawaban lisan, reaksi diam, marah, setuju,
aguh, dan seterusnya.
Respon yang dimaksud dalam tesis ini adalah bagaimana dampak
didengarnya tiga lagu musijk popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari
budaya music popular Barat, oleh para pendengar di kalangan masyarakat batak
Toba. Apakah respon mereka sebenarnya mengetahui asal-usul lagu-lagu tersebut.
Atau mereka menikmatinya karena faktor teks yang berbahasa Batak Toba, atau
lebih umum karena melodinya memang selalu didengar dan sesuai dengan cita rasa
Universitas Sumatera Utara
22
musikal pendengar, atau factor-faktor lainnya. Respon inilah yang coba hendak
penulis tangkap dari penelian yang dilakukan ini.
1.6 Teori-teori yang Digunakan
Untuk mengkaji tiga pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
yaitu: (1) kajian komparatif melodi, (2) makna teks; dan (3) respon pendengar,
maka penulis menggunakan masing-masing satu teori untuk ketiga pokok masalah
tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori weighted scale, untuk
mengkaji makna teks baik makna denotative maupun konotatif digunakan teori
semiotic, dan untuk mengkaji respon digunakan teori belajar behavioristik. Ketigatiga teori ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.6.1 Teori Weighted Scale
Dalam kerja laboratorium di dalam studi ini, eterutama untuk menganalisis
struktur enam melodi lagu dan perbandingannya, penulis berpatokan pada teori
weighted scaler (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm
(1977:8). Teori ini berorientasi kepada kajian terhadap unsure-unsur universal yang
terdapat di dalam melodi di manapun dijumpai di dunia ini.
Malm menyatakan terdapat delapan karakter yang harus diperhatikan dalam
mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada,
(4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi
dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan
menggunakan ukuran-ukuran tertentu.
Universitas Sumatera Utara
23
Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan
bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang
membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu
frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah
sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian.
Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah
atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik.
Seeterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan
music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu,
yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan
nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde
mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian ujungujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung melodi tersebut. Kemudian
yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar
pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur
adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk
seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang
penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
1.6.2 Teori Semiotik
Semiotika adalah ilmu (juga teori)
tentang tanda-tanda. Ilmu ini
berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan tanda-
Universitas Sumatera Utara
24
tanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders
Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan
beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika
dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan
semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan
dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah
(lihat Zoest 1993:l-2).
Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang
didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh
Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan
teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara
semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam
bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai
langkah pemroduksian makna.
(1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang
berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang
dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi,
ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan
ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of
meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti
(creatingof meaning). Riffaterre (1978:2) menyatakan bahwa penggantian arti
Universitas Sumatera Utara
25
disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain.
Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan),
kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement,
homologue, dan tipografi.
(2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang
didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca
harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).
Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana
untuk
memahami
beberapa
hal
yang
disebut
sebagai
ungramatikal
(ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan
semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak
arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk
itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua.
Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada
pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi
himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54).
(3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks
dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep
ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang
dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang
muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model.
Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat
Universitas Sumatera Utara
26
dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan
model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21).
(4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah
prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa
karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan
seperti ini, sebuah sajak merupakan respons atau tanggapan terhadap karya-karya
sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan
tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks.
Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain
yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal
adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks
yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual.
Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti
yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau
eksplisit.
Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre
sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai
acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam mantra melaut suku
Melayu Aras Kabu. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka
proses pemaknaan akan dilakukan.
Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk
dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya
Barat perlu dilakukan interpretasi semiotika. Interpretasi ini selanjutnya akan
Universitas Sumatera Utara
27
mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara
pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam
budaya mereka. 1 Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah
saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu
sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian,
penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work).
1.6.3 Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mementingkan faktor lingkungan
1
Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan
pendekatan emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih
menumpukan perhatian kepada pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka
memahami makna-makna yang terkandung di dalam kebudayaan yang diteliti
dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti tidaklah harus
sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan
kunci. Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan
kaidah-kaidah ilmiah yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja
penafsiran ini bisa berbeda-beda antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya,
yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman keimlmuannya. Pendekatan
kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949Thorndike berprofesi sebagai
seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari
Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar
doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational
Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence
(1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and
The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and
connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan
teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan
Universitas Sumatera Utara
29
Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan
tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi
pendidikan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut:1. Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan
menimbulkan
kepuasan
individu
sehingga
asosiasi
cenderung
diperkuat.Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan
membentuk asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahitmenjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan,
ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika
anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan
cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan
belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan
bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak
akan melakukan tindakan lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak,
tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia
akan
melakukan
tindakan
lain
untuk
mengurangi
atau
meniadakan
ketidakpuasannya.Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan
bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia
Universitas Sumatera Utara
30
akan
melakukan
tindakan
lain
untuk
mengurangi
atau
meniadakan
ketidakpuasannya.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law
of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila
koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan
bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat
menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis
gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya.
Selain itu untuk menambah perspektif keilmuan ini, dalam rangka mengkaji
keberadaan lagu-lagu populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
Universitas Sumatera Utara
31
Barat, maka penulis menggunakan teori kebenaran. Artinya adalah alasan
kebenaran apa yang menjadi eksisnyalagu-lagu populer Batak Toba seperti itu.
1.6.4 Teori kebenaran
Teori dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan
filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (18421910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis
(Jujun, 1990:57) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme
dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility),
kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus,
1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan
pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi
hidup praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia. Kriteria
pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah
dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap
benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah
seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan
mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan
itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang
menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59),
demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atau
lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita,
Universitas Sumatera Utara
32
(2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar
adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori- teori
kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling
menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat
digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian
yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada
alam seperti adanya
1.7 Metode Transkripsi dan Analisis
Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23)
yang mengatakan ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan
musik, yaitu : (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang
kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat
mendeskripsikan tulisan itu.
Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195)
yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu : notasi perskriptif dan
notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar
dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan
oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap
tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan.
Universitas Sumatera Utara
33
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini direncanakan sebagai riset pustaka dan metode lapangan
(wawancara dan pengamatan). Dalam penelitian inidigunakan metode deskriktif
kwantitatif. Lagu dengan judul DITAKKO HO ROHAKKI
penyanyi Jack
Marpaung ( mirip lagu THATS WHY penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu
dengan judul LADYpenyanyinya Paniel Panjaitan ( mirip
Lagu dengan judul
SHE’S GONE penyanyi Steel Heart),lagu dengan judul Maria penyanyinya
Marsada Band ( mirip Lagu dengan judul MARIAN penyanyi The Cats). Masih
dari lagu yang sama melodinya akan tetapi makna lirik berbeda dan versi yang
berbeda (asli dan tiruan),dapat digali atau diperoleh pengetahuan tentang apa,
siapa, di mana, untuk apa, mengapa, kapan,bagaimana, dsb.sesuatu itu terhubung
atau berhubung kait dengan lagu tersebut.
1.9 Sistematika Penulisan
Penelitian ini direncanakan terdiri dari
lima bab. Bab Iterdiridari
Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Setersunya Bab II berupa Gambaran Umum Kebudayaan Musik batak Toba:
Tradisi dan Modernisasi. Bab II ini memfokuskan kajian aspek hostoris yang
melatarbelakangi budaya music popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari
kebudayaan Barat. Aspek religi terutama agama Kristen menjadi factor penghubung
dua budaya ini.
Universitas Sumatera Utara
34
Setersunya Bab III bertajuk Analisis Komparatif Struktur Melodi Tiga Lagu
Pop Barat dan Batak Toba. Bab ini mengkhususkan kajian terhadap struktur melodi
tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari melodi music pop Barat.
Tujuan utmanya adalah seberapa jauh perkembangan dan perubahan yang terjadi
setelah diolah kembali oleh para pemusik Batak Toba.
Bab IV berjudul Makna Teks Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba yang
bermelodi sama. Pada bab ini focus kajian dilakukan terhadap teks-teks yang
digunakan dalam masing-masing lagu. Kajian iniuntuk menjawab apakah lagu pop
Batak Toba memiliki tema yang sama atau berubah temanya disbanding dengan
lagu asalnya dalam budaya music pop Barat.
Bab V berjudul Respon Pendengar dalam Budaya Batak Toba. Bagian ini
mengkaji langsung bagaimana tanggapan, apresiasi, rekasi dari para pendengar
ketika mendengarkan lagu-lagu Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
pop Barat tersebut.
Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bahagian penutup
dari tulisan berbentuk tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
Download