KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA By : Laila Prasti Sekarani 1201100231 A. Teori Tentang Masuk dan Menyebarnya HinduBudha ke Kepulauan Indonesia 1. Teori BRAHMANA (J.C VAN LEUR) Teori ini menyatakan bahwa yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan Hindu Budha ke Indonesia adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana datang ke Indonesia atas undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untukmenyebarkan dan mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang dapat membaca kitab weda dan berwewenang tinggi untuk menyebarkan agama Hindu. 2. Teori KSATRIA (F.D.K. BOSCH) Teori ini beranggapan bahwa, di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India yang kemudian daerah koloni tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India sehingga timbul gambaran bahwa orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa Indonesia dengan demikian yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan HINDU-BUDHA adalah golongan prajurit atau kaum ksatria. 3. Teori WAISYA (N.J.KROM) Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India yang tergolong dalam kasta Waisya selain berdagang juga membawa adat kebiasaan misalnya upacara keagamaan. Pada umumnya mereka tinggal menetap di Nusantara dan selain itu kemungkinan juga terjadi adanya perkawinan antara para pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang penting dalam teori ini. 4.Teori SUDRA Menyatakan bahwa agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Kasta Sudra. Mereka datang ke Indonesia ingin merubah hidupnya karena mereka di India hanya dijadikan sebagai budak. 5. Teori ARUS BALIK Menyatakan bahwa orang Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan kemudian kembali lagi ke Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut. 6. Teori GABUNGAN Para kaum Brahmana, ksatria, Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal untuk mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama Hindu. B. Interaksi Masyarakat Di Berbagai Daerah Dengan Tradisi Hindu-Budha. Secara geografis Indonesia terletak dilintas jalur perdagangan internasional melalui jalur laut yaitu India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai Utara Jawa, pantai Timur Kalimantan dan terus ke Cina. Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan bukti ditemukannya patung dari perunggu di daerah Simpang Sulawesi Selatan, di Jember Jawa Timur dan di Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag masuk ke Indonesia adalah aliran Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Mataram pada masa Dinasti Syailendra akan tetapi dalam perkembangannya terjadi percampuran antara agama Hindu dan Budha, khususnya di Jawa Timur tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa unsur budaya lama masih dominan dalam semua lapisan masyarakat. Kerajaan Kutai 1. Kerajaan Kutai Kerajaa ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Muarakaman, tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sumber-sumber sejarah a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M) b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai) c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak Arca Ganesha d) Prasasti-prasasti Tujuh buah prasasti yang disebut dengan Yupa yang berbentuk tiang yang dipergunakan untuk mengikat hewan korban yang diparsembahkan oleh rakyat Kutai kepada para dewa yang dipujanya. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut antara lain adalah silsilah raja yang mengatakan bahwa Maharaja Kudungga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Ansuma (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga putra, salah seorang yang terkemuka adalah Mulawarman. • Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga • Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat pemerintahan berada pada tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra dari Raja Aswawarwan. • Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa. Kerajaan Tarumanegara Keajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah sungai Citarum, Jawa Barat. Sumber-sumber sejarah 1. Prasasti-prasasti Tarumanegara Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu : Prasasti Ciaruteun (Citarum) Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya terdiri dari empat baris berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki. Prasasti Kebun Kopi Ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki Gajah Airwata yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu Prasasti Jambu (Koleangkak) Ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu, sebelah barat Bogor. Prasasti Tugu Prasasti Tugu ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan prasasti Purnawarman. Prasasti Cidanghiang, Ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten Selatan. Isi prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah seorang raja yang agung, pemberani, dan perwira Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, 2. Arca-arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara Arca yang ditemukan diantaranya adalah Arca Rajasi, yang berasal dari Jakarta, dua buah patung Wisnu dan Cibuana. 3. Berita Cina Antara lain adalah Catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soul, berita dari Dinasti Tang, dan berita dari Fa-hsien. Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan ini terletak di lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah. Sumber-sumber Sejarah a. Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa) b. Prasasti Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung. c. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari Dinasti Syailendra. 1. Raja Sanjaya Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit Sthirangga, oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya akan padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja Sanna meninggal ia digantikan oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja Sanna yang bernama Sannaha. Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar dan mampu mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya. • Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, diduga muncul Dinasti Syailendra yang beragama budha dan diperkirakan berhasil menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian Utara. • Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan). Selain pada Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada Prasasti Balitung. Setelah Sanjaya, Mataram diperintah oleh Panangkaran. • Dari Prasasti Balitung diketahui bahwa Panangkaran bergelar Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Raka i Panangkaran. Hal ini menunjukkan bahwa Raka i Panangkaran berasal dari keluarga Sanjaya dan juga keluarga Syailendra. Sepeninggal Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua, Mataram bercorak Hindu dan Mataram bercorak Buddha. Wilayah Mataram-Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara, diperintah oleh Dinasti Sanjaya dengan raja-rajanya seperti Panunggalan, Warak, Garung, dan Pikatan. Sementara wilayah MataramBuddha meliputi Jawa Tengah bagian selatan yang diperintah Dinasti Syailendra dengan rajanya antara lain Raja Indra. • Perpecahan di Mataram ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 850, Raka i Pikatan dari Wangsa Sanjaya mengadakan perkawinan politik dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melaui perkawinan ini, Mataram dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur. Pikatan juga berhasil mendirikan Candi Plaosan. • Pemindahan Kekuasaan ke Jawa Timur Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919927 M dengan berdasarkan pertimbangan ekonomi sebagai berikut : a) Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas perdagangan. b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam padi secara besar-besaran. c) Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu. Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan Makutawangsawardhana yang kemudian menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa. 2. . Dinasti Syailendra Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti yang berasal dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asal usul Dinasti Syailendra. Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang pejabat tinggi yang bernama Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinasti Syailendra berasal dari Jawa Tengah. Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang banyak dan indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Mendut. • Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha mengembangkan berpusat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinansti Sanjaya yang bercorak Hindu berpusat di Jawa Tengah bagian utara. Perbedaan letak antara dua dinasti ini terlihat dari perbedaan arsitektur candi-candi yang ada di Jawa Tengah bagian selatan dan utara. • sempat menjalin hubungan baik. Pada abad ke-9 terjadi perkawinan antara Raka i Pikatan dari Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Syailendra. Perkawinan ini mendapat tentangan dari Balaputeradewa, adik Pramodawardhani. Setelah bertikai dengan Pikatan dan kalah, Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke Sriwijaya, dan menjadi raja di sana, karena Balaputeradewa memunyai darah Sriwijaya dari ibunya, Dewi Tara, yang merupakan keturunan Sriwijaya. Sedangkan Raka i Pikatan yang berhasil menyingkirkan Balaputradewa mendirikan Candi Roro Jonggrang (Prambanan) yang bercorak Siwa. • Rakai Pikatan dan Pramodawardhani yang berbeda agama ini banyak mendirikan bangunan yang bercorak Hindu maupun Buddha. Raka i Pikatan mendirikan Candi Loro Jongrang, sedangkan Pramodarwadhani sangat memperhatikan Candi Borobudur di Bumisambhara yang dibangun oleh ayahnya, yaitu Samaratungga pada 842 M. • Pemindahan Kekuasaan ke Jawa Timur Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M dengan berdasarkan pertimbangan ekonomi sebagai berikut : a) Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas perdagangan. b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam padi secara besar-besaran. c) Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu. Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan Makutawangsawardhana yang kemudian menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa. Berdasarkan berita dari Cina Raja Dharmawangsa melakukan serangan terhadap kerajaan Sriwijaya untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara Cina dan India di perairan Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya. Kerajaan Kahuripan Kerajaan ini terletak di Muara Sungai Brantas, Jawa Timur. Airlangga merupakan putera pasangan Mahendradatta (puteri dari Dinasti Isyana, Medang) dan Udayana (raja Dinasti Warmadewa, Bali). Ia dibesarkan di istana Watugaluh (Kerajaan Medang) di bawah pemerintahan raja Dharmawangsa. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat, bahkan mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke Sriwijaya. Di bawah pemerintahan Airlangga, seni sastra berkembang. Tahun 1035, Mpu Kanwa menggubah kitab Arjuna Wiwaha, yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan Arjuna, inkarnasi Wisnu yang tak lain adalah kiasan Airlangga sendiri. Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi Belahan di lereng Gunung Politik Menurut prasasti Calcuta, Airlangga adalah putra Udayana dengan putri Mahendradatta. Pada tahun 1016 Airlangga datang ke Jawa untuk melangsungkan perkawinannya dengan putri Dharmawangsa, namun pada saat itu Kerajaan Dharmawangsa diserang oleh Kerajaan Wurawari. Pada tahun 1041 Airlangga mengundurkan diri sebagai raja, kemudian atas saran Empu Bharada kerajaan dibagi menjadi dua yaitu Janggala dan Panjalu. Pada tahun 1049 Airlangga wafat dan di makamkan di Tirtha (Candi Belahan) yang diwujudkan dalam bentuk arca Wisnu yang sedang menaiki Garuda. • Ekonomi Raja Airlangga sangat memperhatikan bidang pertanian. Dalam prasasti Kelagen disebutkan tentang pembuatan sebuah waduk atas perintah Airlangga di Wringin Sapta untuk mengatur aliran Sungai Brantas dan juga menyebutkan tentang kapal-kapal dagang yang dapat berlayar meyusuri sungai Brantas sampai di pelabuhan Hujung Galuh berkat adanya Waduk Wringin Sapta tersebut. Kerajaan sriwijaya Berdasarkan penemuan prasasti, letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota Palembang, Sumatera. Sumber-sumber Sejarah Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang. Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah barat kota Palembang. Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka. Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima tidak berangka tahun. Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi. Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah Ligor. Berita dari Cina, India dan Arab serta benda purbakala Prasasti Kedukan Bukit • Politik Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa. 1) Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya a) Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis. b) Semakin pesatnya perkembangan perdagangan yang dilakkan India dan Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting c) Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara digantikan oleh Sriwijaya. 2) Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya a) Adanya serangan dari Jawa atas pimpinan Dharmawangsa b) Adanya serangan dari Kerajaan Chola c) Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandarbandar penting melepaskan diri dari Sriwijaya d) Adanya serangan dari Kerajaan Majapahit e) Muncunya kerajaan Samudra Pasai yang mengambil alih pengaruh Sriwijaya. Sosial Berdasarkan berita dari Cina diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat pendidikan agama Budha Mahayana. Itsing menerangkan bahwa pendeta-pendeta Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab-kitab agama Budha. Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama Budha terlihat dari datangnya pendeta Tantris yang bernama Wajrabodhi. Ekonomi Ramainya kegatan perdagangan India dengan Cina melalui Selat Malaka sangat menguntungkan Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut singgah di pelabuhan milik Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga melakukan transaksi jual beli dengan pedagang Sriwijaya.