BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada abad ke 20 ini terjadi pergeseran masalah kesehatan secara signifikan yang ditandai oleh transisi demografi, tersebut epidemi, ditunjukkan dan gizi dengan masyarakat. kedudukan Pergeseran masalah penyakit infeksi yang digantikan oleh penyakit jantung, terutama penyakit jantung iskemik (Purwaningsih & Sugiri, 2011). Indonesia bersama dengan China dan Sri Lanka merupakan 3 negara yang menyumbang angka kejadian terbanyak dalam kasus penyakit jantung di area Asia Timur dan Pasifik. Di samping hal ini dapat berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi, penyakit ini juga dapat secara langsung diturunkan antar generasi karena salah satu faktor risikonya adalah perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat (Longo et al., 2012). Perburukan keadaan pasien penyakit jantung dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko ini 1 2 dapat diamati melalui sistem penilaian dengan tujuan memberikan perlakuan dan medikasi yang tepat. Penilaian di Indonesia selama ini menggunakan sistem Canadian Cardiovascular Society (CCS). Seiring perkembangan keadaan dunia kesehatan, telah ditemukan beberapa sistem penilaian baru, salah satunya adalah sistem penilaian Euro Heart. Meskipun demikian, sistem penilaian Euro Heart sendiri selama ini lebih sering digunakan di Eropa dan belum diterapkan secara luas di Indonesia. Sistem penilaian Euro Heart dikatakan sederhana dan objektif serta memungkinkan terjadinya diskriminasi yang jelas antara kelompok berisiko sangat rendah dan kelompok berisiko tinggi dalam periode 1 tahun di populasi dengan diagnosis angina stabil (Daly et al., 2006). Ketepatan prediksi dari sistem skoring/ penilaian Euro Heart terbukti sebanding dengan metode kontemporer seperti CCS dan metode Framingham, serta lebih relevan untuk populasi kontemporer/ masa kini (Daly et al., 2006). Prevalensi kejadian perburukan pasien angina pektoris stabil menjadi keadaan kardiovaskular mayor dalam jangka waktu 1 tahun ialah 2,3% (Daly et al., 2006). Prevalensi ini meningkat menjadi 25,6% dalam jangka waktu 5 tahun 3 setelah pasien angina pektoris stabil menjalani Percutaneous Coronary Intervention (PCI) (Kaneko et al., 2013). Oleh karena itu, adanya pencegahan perburukan yang salah satunya dilakukan dengan menilai keadaan pasien angina pektoris stabil merupakan hal yang penting. Disini peneliti ingin melihat apakah pasien angina pektoris stabil di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memiliki skor Euro Heart tinggi berisiko mengalami kejadian kardiovaskular mayor (KKM) lima tahun mendatang. I.2 Perumusan Masalah Angina pektoris stabil merupakan salah satu manifestasi penyakit jantung yang memberikan kontribusi besar dalam angka morbiditas penduduk Indonesia. Penentuan prognosis dapat dilakukan dengan berbagai sistem penilaian, salah satunya adalah Euro Heart. Namun demikian, sistem penilaian ini belum umum digunakan di Indonesia dan belum diketahui apakah berhubungan dengan kejadian kardiovaskular mayor (KKM) sebagai salah satu perkembangan penyakit angina pektoris stabil. Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan masalah berupa “Apakah pasien angina pektoris 4 stabil di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memiliki skor Euro Heart tinggi berisiko mengalami perburukan keadaan menjadi kejadian kardiovaskular mayor (KKM) dalam lima tahun mendatang?” I.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Menentukan keberadaan risiko perburukan keadaan menjadi kejadian kardiovaskular mayor (KKM) dalam lima tahun mendatang pada pasien angina pektoris stabil di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memiliki skor Euro Heart tinggi. Tujuan khusus: 1. Menentukan nilai batas/ cut-off skor Euro Heart yang berisiko dan tidak berisiko terhadap perburukan angina pektoris stabil menjadi kejadian kardiovaskular mayor. 2. Menentukan risiko relatif terjadinya kejadian kardiovaskular mayor pada pasien angina pektoris stabil yang memiliki skor Euro Heart tinggi. I.4. Keaslian Penelitian Belum ada penelitian yang membahas tentang sistem penilaian keadaan pasien angina pektoris stabil di 5 Indonesia. Di luar negeri sudah pernah dilakukan beberapa penelitian terkait masalah ini seperti penelitian Daly et al. pada tahun 2006 berjudul “Predicting prognosis in stable angina-results from the Euro heart survey of stable angina: prospective observational study”. Penelitian ini menggunakan desain Kohort dengan mengambil subyek 3031 pasien yang baru terdiagnosis angina pektoris stabil oleh kardiologis dengan follow-up 1 tahun ke depan. Penelitian ini menggunakan Euro Heart survey dengan keluaran berupa sistem penilaian Euro Heart. Penelitian ini juga membandingkan sistem penilaian Euro Heart dengan beberapa sistem penilaian lainnya seperti CCS, Framingham, Duke Score, dan C Statistic for Survival. I.5. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti: Menambah pengetahuan mengenai cara menilai keadaan pasien angina pektoris stabil menggunakan sistem penilaian Euro Heart. Peneliti juga ingin mengetahui apakah skor Euro Heart yang tinggi pada pasien angina pektoris stabil berhubungan dengan risiko perburukan menjadi kejadian kardiovaskular mayor dalam jangka waktu lima tahun. 6 Bagi Klinisi: Mendapatkan alat bantu prognosis yang memperlihatkan risiko perburukan keadaan pasien angina pektoris stabil. Dengan itu diharapkan para klinisi dapat menentukan penanganan yang lebih agresif dalam mencegah perkembangan penyakit angina pektoris stabil ke arah yang lebih buruk. Bagi Masyarakat: Khususnya pasien angina pektoris stabil, memiliki harapan hidup yang lebih baik dan peluang peningkatan kualitas hidup.