Penulisan Sejarah Kebudayaan Islam

advertisement
Karakteristik SKI
MIND MAP SKI
PERISTIWA
5W1H
PERISTIWA
MEANINGFU
L
MANUSIA
KONTEKS
PERSPEKTIF
SEJARAH
ILMU
OBJEK MATERIAL
OBYEK FORMAL
SISTEMATIS
FILOSOFIS
TEORITIS
Sejarah sebagai peristiwa
 Kata “sejarah”berasal dari bahasa Arab, yaitu kata syajarah
dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang
mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan
buah.
 Dari makna etimologis ini, bisa diperoleh makna
terminologis sejarah yang berarti berita atau cerita yang
menggambarkan perlawanan satu kelompok dengan
kelompok lainnya atau satu gagasan dengan gagasan
lainnya yang terjadi dalam satu tempat dan waktu tertentu.
 rekonstruksi peristiwa masa lalu yang ditulis dan
dilaporkan oleh orang-orang tertentu
Sejarah Sebagai Ilmu
 Ada beberapa karakteristik yang sekaligus menjadi
komponen utama sejarah sebagai sebuah disiplin itu:
 a. Memiliki obyek material: Obyek material sejarah adalah
pengetahuan atau informasi faktual mengenai peristiwa
dan kejadian penting dalam kurun waktu tertentu.
 b. Memiliki obyek formal : Obyek formal adalah cara
pendekatan dan metode yang dipakai atas obyek material
yang sedemikian khas, sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika
cara pendekatan itu “logis,” “konsisten,” dan “efisien,” maka
dihasilkanla “sistem filsafat.” Oleh karena itu, ilmu ini
melahirkan filsafat sejarah atau sejarah ilmu sejarah yang
lebih dikenal dengan nama historiography.
 c. Sistematis : Hubungan antar bab dan hubungan antar sub bab
pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian
secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur
waktu).
 d. Teoritis : Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori, yaitu teori
sejarah. Selain menggunakan metode dan teori sejarah,
penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menggunakan
pendekatan multidimensional (interdisipliner), yaitu penerapan
konsep dan teori ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi,
budaya, agama, ekonomi, politik, dll.) yang relevan dengan
masalah sejarah yang dipelajari. Pendekatan ilmiah itu perlu
dilakukan karena tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptifanalisis. Teori digunakan untuk mempertajam daya analisis,
sehingga diperoleh kejelasan mengenai berbagai hal, termasuk
makna peristiwa.
 E. Filosofis: Filsafat adalah landasan berpikir untuk
menegaskan kebenaran ilmu. Pemikiran filsafat,
khususnya logika berpikir dapat meningkatkan
kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu,
sejarah sebagai ilmu juga memiliki filsafat sejarah.
Perspektif filsafat itu digunakan untuk mencapai dan
mengukur obyektivitas dan kebenaran sejarah.
Penulisan Sejarah Kebudayaan
Islam
 Selama ini sejarah kebudayaan Islam ditulis dengan cara
kronologis. Penulisan cara seperti ini lazim dipakai untuk
menuliskan kajian sejarah, karena salah satu inti utama
sejarah adalah perubahan sistem sosial dalam perspektif
waktu. Penulisan kronologis ini juga sebagian
menunjukkan bahwa satu kejadian sejarah belakangan
dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya; atau
minimal peristiwa sebelumnya bisa menjelaskan hadirnya
fenomena baru dalam babak sejarah. Kronologi penulisan
sejarah kebudayaan Islam yang ada masih lebih banyak
berbasis pada cerita mengenai pergantian kekuasaan dan
pemerintahan. Sedikit sekali ahli sejarah Islam yang
menulis kejadiankejadian penting dengan basis
perkembangan masyarakat dan sistem sosialnya.
FUNGSI SEJARAH
 a. Pelajaran (otoritas) Sejarah adalah pelajaran yang terbaik, karena ia
menyediakan referensi yang berharga kepada seseorang untuk mengambil
keputusan tanpa harus mengalaminya. Akan tetapi, sejarah tidak akan punya
kesan dan makna yang kuat kalau tidak dibaca dan pelajari dengan empati,
perasaan merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Oleh karena peristiwa
sejarah terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang (irreversible), maka
dibutuhkan usaha kreatif untuk menampilkan makna sejarah.
 b. Model Sejarah bisa dijadikan model untuk menentukan sikap dan
membangun masa kini dan mendatang. Terutama sejarah kebudayaan Islam
masa awal, masa Nabi Muhammad Saw. bisa dijadikan paradigma membangun
masyarakat yang adil dan sejahtera.
 c. Rekreasi Ada banyak situs peninggalan purbakala yang menjadi obyek
wisata, bahkan kebanyakan tempat wisata itu memang berupa tempat-tempat
bersejarah. Tempat-tempat wisata sejarah, bangunan, dan barang-barangnya
menjadi obyek rekreasi tersendiri bagi pengunjungnya.
MANFAAT SEJARAH
 Menumbuhkan kesadaran komunitas
 Membangkitkan inspirasi
 Membiasakan berpikir kontekstual
 Mendorong berpikir kritis
 Meningkatkan penghargaan atas jasa masyarakat
sebelumnya
PERTEMUAN KEDUA
SEJARAH
PERISTIWA
BAHAN
AJAR
ILMU
STRATEGI
PEMBELAJAR
AN
HUBUNGAN
GURU-SISWA
HUBUNGAN
GURU-SISWA
Pembelajaran SKI
 proses pengajaran atau lebih tepatnya pembelajaran
SKI harus sesuai dengan hakikat sejarah itu sendiri,
yaitu bukan semata sebagai bentuk pengalaman masa
lalu yang berarti, tapi juga cara bagaimana
pengalaman itu ditulis dan dibentuk. Pada akhirnya
wawasan sejarah seperti ini mempengaruhi
pelaksanaan pembelajaran sejarah.
Implikasi terhadap Bahan Ajar
 Narasi
 Peta atau gambar
 Dokumen atau benda sejarah
 Tempat bersejarah
 (informasi berbasis IT)
Karakteristik Pembelajar Usia MI
 1. Senang bermain.
 Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih –
lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.
Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling
antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika,
dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan
seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK).
 2.
Senang bergerak.
 orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan
anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama
sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk
duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan
anak sebagai siksaan.
 Anak senang bekerja dalam kelompok.
 Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek
yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung
pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab,
belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai
olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk
mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
 4.
Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara
langsung.
 Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral,
dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi
pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama
halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh
anak akan lebih memahami tentang arah mata angina, dengan cara
membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung
setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan
diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.[2]
Anak usia SD ditandai oleh tiga
dorongan ke luar yang besar yaitu
 kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk
dalam kelompok sebaya,
 kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan
kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan
 kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep,
logika, dan logika dan simbolis dan komunikasi orang
dewasa
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Belajar Usia MI
 1.
Faktor Internal
Download