26 BAB II KAJIAN TEORI I. Kajian Pustaka A. Ruang Lingkup

advertisement
26
BAB II
KAJIAN TEORI
I. Kajian Pustaka
A. Ruang Lingkup Perjudian
1. Pengertian Perjudian
Krisis moral yang melanda tatanan pergaulan dunia terbentuk
meningkatnya tindak kriminalitas, kecanduan alkohol, obat bius,
penyimpangan-penyimpangan
hubungan
seksual,
perlakuan
buruk
terhadap anak-anak, remaja, free will, nilai orang tua yang merosot, semua
pasti berpengaruh besar ke depan. Krisis moral ini akan menjadi kerugian
pada generasi mendatang.
Masyarakat indonesia memiliki beberapa tradisi yang dipercaya
dapat membuat mereka menjadi kaya mendadak. Sebuah tradisi yang
membudaya dan sudah mengakar sekaligus tradisi yang di benci tetapi
diminati oleh banyak orang
Sebelum membicarakan tentang ruang lingkup perjudian terlebih
dahulu perlu memahami pengertian perjudian itu sendiri. Untuk itu di
bawah ini penulis kutipkan pengertian perjudian dari beberapa tokoh
sebagai berikut :
Pengertian perjudian menurut Dali Mutiara, dalam tafsiran KUHP
yang dikutip oleh Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial
menyatakan sebagai berikut : Permainan judi ini harus diartikan dengan
arti yang luas, juga termasuk segala pertaruhan tentang kalah menangnya
27
suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, atau segala pertaruhan
dalam perlombaan-perlombaan itu, misalnya
totalisator dan lain
sebagainya.28
Menurut Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat 3,
perjudian itu dinyatakan sebagai berikut: Main judi berarti tiap-tiap
permainan yang kemungkinan akan menang pada umumnya tergantung
pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar,
karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Main judi mengandung juga
segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang
tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu, demikian
juga segala pertaruhan lainnya.29
Sedangkan menurut R.M. Suharto adalah Tiap-tiap permainan
yang pengharapan untuk menang bergantung pada hal yang kebetulan,
nasib, peruntungan yang tidak dapat direncanakan serta diperhitungkan.30
Adapun Pandangan Islam sebagai agama yang universal memiliki
wacana tersendiri dalam memberikan pengertian tentang perjudian yaitu
merupakan perbuatan yang dilarang serta haram hukumnya. Karena
dengan berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak
panah adalah perbuatan keji, pekerjaan syaitan. Jadi judi merupakan
bujukan syaitan untuk tidak menaati perintah-perintah Allah, karena itu
sifatnya jahat dan merusak.
28
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001), h.52.
Buku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk Indonesia, h. 1433.
30
R.M. Suharto, Hukum Pidana Materiil, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), h. 52.
29
28
Karena itulah peran agama dalam hal ini sebagai fasilitaor untuk
membantu menaikan derajat mereka dengan memalui pendayaguaan
dengan menciptakan proyek-proyek yang mengarah pada pengangkatan
derajat mereka dengan menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka.
Sedangkan tanggapan masyarakat terhadap perjudian itu berbedabeda, ada yang menolak sama sekali yaitu menganggap sebagai perbuatan
syaitan atau dosa dan haram sifatnya. Namun adapula yang menerimanya
bahkan menganjurkan sebagai sumber penghasilan inkonvensional, sedang
orang lain lagi bersikap netral saja.
Dari pengertian perjudian diatas, kendati berbeda-beda dalam
redaksinya namun diperhatikan secara cermat atau teliti maka dapat
disimpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
 Adanya suatu permainan-permainan beserta taruhan-taruhan dengan
sesuatu yang berharga.
 Dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih.
 Adanya kemenangan dan kekalahan dalam permainan.
 Untung-untungan artinya taruhan tersebut telah dilaksanakan sebelum
diketahui kalah atau menangnya para penjudi tersebut.31
Jadi perjudian itu adalah suatu permainan yang dilakukan beberapa
pihak yang mengharapkan secara untung-untungan dengan menggunakan
taruhan sesuatu yang berharga atau pertaruhan sesuatu yang berharga yang
diadakan beberapa pihak dalam suatu tempat dengan jalan menerka
menang kalahnya dalam suatu perlombaan serta pertandingan.
2. Bentuk Perjudian
31
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001), h. 53
29
Adapun bentuk perjudian itu ada 2 yakni perjudian yang mendapat
izin dari pemerintahan (legal) serta perjudian yang tidak diizinkan oleh
pemerintahan atau gelap (illegal) berikut adalah penjelasnnya :

Bentuk permainan dan undian yang legal, dengan izin pemerintah.
Bentuk perjudian yang legal itu diizinkan oleh pemerintah,
kegiatannya
mempunyai
lokasi
resmi,
dijamin
keamanan
beroperasinya dan diketahui oleh umum. Sebagai contohnya adalah
Casino-casino dan Petak Sembilan di Jakarta, Sari Empat di jalan
Kelenteng Bandung dan lain-lain. Bentuk perjudian yang diberikan
legalisasi oleh pemerintah antara lain bertujuan : untuk mendapatkan
sumber penghasilan inkonvensional dan memuaskan dorongan judi
manusia yang pada intinya tidak bisa ditekankan atau dimusnahkan.

Bentuk permainan dan undian yang illegal. Sedangkan bentuk
perjudian ini tidak mendapatkan izin dari pemerintah, salah satunya
adalah perjudian togel. Permainan judi ini sebelumnya ada
pemberitaan di media-media yang ada bahwa akan dilegalkan oleh
pemerintah, akan tetapi sampai sekarang tidak ada keputusan apapun
dari pemerintahan kita.32
3. Macam-macam Perjudian
Ada banyak sekali macam-macam dari perjudian, diantaranya adalah :
32
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001), h. 55
30

Roulet yaitu jenis perjudian dengan cara mempertaruhkan uang pada
salah satu 36 angka dan 2 angka tambahan (jumlah 38 angka), bila
tebakannya jitu maka hadiahnya 36 kali uang taruhannya.

Bloch Jach atau selikutan yaitu seorang bandar melayani beberapa
penjudi, bila kartu sang bandar yang paling tinggi jumlah angkanya
maka semua penjudi kehilangan taruhannya, dan sebaliknya bila
bandar mendapatkan kartu yang paling rendah, dia harus membayar
permainan judi itu. Tetapi pada umumnya bandar kalah terhadap satu
atau dua orang pemain saja.

Lotre buntut nalo yaitu mengambil 2 angka terakhir dari nomer
nalo, pemasang taruhan harus menebak salah satu dari angka 0-99 jika
pasangannya mengena, ia akan dibayar 65 kali uang taruhannya.

Tekpo yaitu permainan dengan kartu domino, barang siapa
mendapatkan sejumlah angka terbesar, dialah pemenangnya. Peserta
terbatas dan menggunakan taruhan kecil, umumnya tekpo dilakukan
pada perayaan perkawinan, khitanan dan untuk mengisi waktu.

Dadu atau glodog yaitu perjudian dengan menggunakan alat dadu.
Caranya menebak sejumlah lingkaran yang ada dibagian atas dadu,
bila tebakannya sesuai dengan sejumlah lingkaran yang ada di bagian
atas dadu maka dinyatakan menang.

Dokding yaitu permainan dengan dadu yang mukanya diberi gambargambar binatang, kemudian pemain memasang pada kolom gambar
31
binatang dari kertas yang digelar diatas tanah. Dadunya kemudian di
kopyok atau dilempar keatas.

Adu dara yaitu 2 merpati yang dilepaskan pada suatu tempat yang
telah disepakati, kemudian merpati yang datang lebih awal dinyatakan
menang.

Oke’ adalah dengan menempelkan 2 uang logam dilempar keatas,
apabila jatuhnya uang logam tersebut dengan gambar burung maka
dinyatakan mati dan apabila gambarnya rupiah maka dinyatakan
hidup.

Sambung ayam yaitu 2 ayam jantan yang diadu kemudian petaruh
memihak kepada salah satu dari kedua ayam tersebut, apabila ayam
yang dipihaknya menang maka petaruh dinyatakan menang.

Togel merupakan bentuk permianan toto gelap yakni bentuk
permainan dengan bertaruh uang dengan menebak nomor-nomor yang
akan keluar.33
Untuk lebih jelasnya tentang permainan judi togel, maka disini
peneliti akan menguraikan tentang permainan tersebut, karena penelitian
ini membahas tentang togel. Nomor togel dimulai dari nomor 01-00 (yakni
100), untuk 1 nomornya seharga 1000 rupiah. Sedangkan dalam
permainan tersebut terdapat 3 macam angka yakni 2 angka yang
dinamakan bete, 3 angka yang dinamakan kop-kopan dan 4 angka yang
dinamakan as-asan. 2 angka mendapatkan 60.000 rupiah, 3 angka
33
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001), h. 59
32
mendapatkan 300.000 rupiah dan 4 angka mendapatkan 2.000.000 rupiah.
Itupun berlaku untuk kelipatannya seperti : membeli angka kop-kopan
yakni 3 angka sebanyak 4 kali, maka kalau ketiga nomor tersebut keluar
akan mendapatkan 300.000 rupiah dikalikan 4 yakni sebanyak 1.200.000
rupiah. Sedangkan jumlah nomor keseluruhan yang akan keluar adalah 4
nomor.34
Untuk harinya ada 4 hari dalam satu minggu yaitu senin, kamis,
sabtu dan minggu. Yang dimulai jam 09.00 wib pagi dan ditutup pada
pukul 14.00 wib sore harinya. Untuk pengumuman nomor-nomor yang
keluar, kira-kira sore harinya atau sekitar jam 18.00 wib yakni sehabis
maghrib.
Dari macam-macam bentuk perjudian sebagaimana diatas masih
banyak lagi macam dan bentuk perjudian yang lain, dan dapat diduga
bahwa macam-macam permainan yang kebanyakan sederhana itu pada
umumnya bersifat “iseng” atau rekreatif. Selanjutnya karena sering
disertai dengan taruhan maka pada akhirnya mempunyai atribut perjudian.
4. Sebab-sebab Melakukan Perjudian
Tentunya banyak sekali penyebab mengapa seseorang melakukan
perjudian, diantaranya adalah :

Kekurangan ekonomi.
34
Ibid. 59-60
33
Masyarakat semacam ini memmbutuhkan rangsangan untuk
melakukan perbaikan terhadap keterbelakangannya dalam hal ekonomi,
cepat mereorganisasikan diri.35

Cara cepat atau mudah untuk mendapatkan uang.

Kesempatan mendapatkan uang lebih besar daripada kerja.

Mengadu nasib.

Mendapatkan penghasilan tambahan, dan lain sebagainya.
5. Akibat-akibat Perjudian
Sedangkan akibat dari kebiasaan berjudi menjadikan mental
individu ceroboh, malas, mudah berspekulasi dan cepat mengambil resiko
tanpa pertimbangan. Ekses lebih lanjut antara lain :

Energi dan pikiran jadi berkurang, karena sehari-harinya didera oleh
nafsu judi dan kerakusan ingin menang dalam waktu pendek.

Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan-harapan
menentu.

Pekerjaan jadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah pada
keasyikan berjudi.

Diseret oleh nafsu judi yang berlarut-larut, kuranglah iman kepada
Tuhan, sehingga mudah tergoda melakukan tindak asusila.

Mentalnya terganggu dan menjadi sakit, sedang kepribadiannya
menjadi sangat labil.
35
Stephen K Sanderson, Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
(Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada: 2000), h. 237
34

Orang lalu terdorong melakukan perbuatan kriminal, guna “mencari
modal” untuk pemuas nafsu judinya yang tak terkendalikan itu. Orang
mulai berani mencuri, berbohong, menipu, mencopet, menjambret,
menodong,
merampok,
memperkosa
dan
membunuh
untuk
mendapatkan tambahan modal guna berjudi. Sebagai akibatnya, angka
kriminalitas naik dengan drastis dan keamanan kota serta daerahdaerah pinggiran jadi sangat rawan dan tidak aman. Dan tentunya
masih banyak lagi akibat-akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan
berjudi itu sendiri. 36
6. Pengaruh Perjudian
Banyak negara melarang perjudian dengan memberikan sanksi
keras, disebabkan oleh pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh perjudian
itu sendiri, diantaranya berupa :

Kriminalitas.

Alkoholisme.

Kecanduan bahan narkotik.

Porstitusi atau pelacuran.37
Dengan berjudi orang menjadi malas, tidak mengenal rasa malu,
bermuka tebal. Jika modalnya habis maka dia menjadi kalap lalu sampai
hati merampas hak milik orang lain seperti merampok. Sebaliknya jika ia
menang berjudi hatinya mekar, senang, sifatnya sangat royal, boros tanpa
perhitungan. Namun akibatnya dia justru menderita ketika banyak
36
37
Dr. Kartini Kartono, hh. 74-75.
Ibid, h.60.
35
kekalahan lalu berbuat kriminal, mencuri, merampok serta melakukan
tindak asusila yang lainnya.
Sedangkan menurut norma jawa, pekerjaan judi (bermain judi)
digolongkan dalam aktivis 5-M (ma-lima) yang harus disingkiri, ialah :

Minum-minuman keras dan mabuk-mabukkan.

Madon, bermain dengan wanita pelacur.

Maling, mencuri.

Madat, minum, candu bahan narkotik, ganja dan lain-lain.

Main judi bebotohan, berjudi dan bertaruh.
7. Larangan Perjudian
Bahwasannya perjudian itu telah dilarang oleh hukum yang berlaku
di Indonesia ataupun didalam Agama Islam yang tertuang didalam ayat
suci Al-Qur’an. Ditulis oleh Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Patologi
Sosial Jilid 1 yang dikutip dari Buku Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Untuk Indonesia dalam KUHP Pasal 303 yang menyebutkan :

Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ribu rupiah, barang siapa
dengan tidak berhak :
Berpencaharian dengan sengaja memajukan atau memberi kesempatan
berjudi atau dengan sengaja turut campur dalam perusahaan main judi.
Dengan sengaja memajukan atau memberi kesempatan berjudi kepada
umum atau dengan sengaja turut dalam perusahaan perjudian itu,
36
biarpun diadakan atau tidak diadakan suatu syarat atau cara dalam hal
memakai kesempatan itu. Dan berpencaharian turut main judi.

Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka
boleh dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.
B. Kenakalan Remaja
1. Pengertian Remaja
Kehidupan masyarakat di sekitar remaja juga berpengaruh terhadap
cara belajar. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaaan yang tidak
baik akan berpengruh jelek terhadap anak yang berada di situ. Sebaliknya
jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar baik-baik mereka
mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias akan cita-cita yang
luhur akan masa depannya, anak atau siswa akan terpengaruh juga ke halhal yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungannya.38
Adapun pengertian remaja menurut Drs. Hasan Basri adalah
mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan
ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa
remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya
belum pernah terbayangkan dan dialami. Dalam bidang fisik-biologis
maupun psikis atau kejiwaan. Menstruasi pertama bagi kaum wanita dan
keluarnya sperma dalam mimpi basah pertama bagi kaum pria, adalah
merupakan tonggak pertama dalam kehidupan manusia yang menunjukkan
38
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta )
1995, 54-56
37
bahwa mereka sedang dalam perjalanan usia remaja yang indah dan penuh
tanda tanya.39
Sedangkan Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa pengertian
remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanakkanak menuju dewasa atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah
perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.40
Berikut adalah pengertian masa remaja yang dikutip oleh Drs. H.
Hartono dan Dra. Arnicun Aziz dari sebuah artikel yang dimuat pada
harian kompas, bahwa masa remaja adalah masa transisi dan secara
psikologis sangat problematis, masa ini memungkinkan mereka berada
dalam anomi (keadaan tanpa norma atau hukum) akibat kontradiksi norma
maupun orientasi mendua.41 Sedangkan mengenai orientasi mendua,
menurut Dr. Male adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua,
masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan serta
loyalitas terhadap teman sebaya, baik di lingkungan sekolah ataupun luar
sekolah. Dalam keadaan demikian, para remaja cenderung melakukan
tindakan-tindakan yang menyimpang atau kecenderungan melakukan
pelanggaran-pelanggaran.
Pengertian kaum remaja adalah mereka yang sedang berada dalam
jenjang usia menuju kedewasaan yang penuh tanggung jawab. Masa
39
Hasan Basri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), h. 4.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), h. 69.
41
Hartono, Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : Bumi Akasara : 1993), h. 103.
40
38
transisi
yang
ditandai
oleh
berbagai
macam
gejolak
sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan pikiran dan perasaan.42
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
adalah suatu tingkatan umur, dimana anak-anak tidak lagi anak-anak, akan
tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang
menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.
Seperti yang terjadi di Kelurahan Perak Timur Kecamatan Pabean
Cantian Surabaya ini menurut George Ritzer adalah fenomena yang
dibentuk lingkungannya, dimana menusia sekitar memberikan bentuk
dalam tindakan sehari-hari.43
2. Gejala-gejala yang Terjadi Pada Masa Remaja
Pada
era
globalisasi
ini,
para
remaja
dihadapkan
pada
perkembangan zaman yang begitu pesat, sehingga dampak dari
perkembangan dan kemajuan zaman tersebut terdapat dampak positif dan
negatif, masalah dampak negatif yang menjadi kekhawatiran masyarakat
antara lain terjadinya tindakan dan prilaku menyimpang dari masyarakat,
seperti halnya maraknya perjudian, perampokan, mengkonsumsi narkoba,
minum minuman keras dan lain sebagainya.
Adapun gejala-gejala yang terjadi pada masa remaja adalah sebagai
berikut :

Jiwa seorang anak menjadi goyah kembali, dasar sexual goncang,
hidup bathin menggelombang, kegelisahan selalu timbul.
42
Hasan Basri, Op.cit, h. 6.
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada : 2009), h. 59
43
39

Cepat marah, yang kesemuanya itu kalau tidak mendapat penyaluran
yang sehat akan menjadi penyakit jiwa.

Gejala flit, artinya segala usaha untuk melaksanakan segala sesuatu
yang dapat menarik perhatian atau minat jenis kelamin lain dan
berlangsung dengan perhitungan dan dengan kesadaran.

Pertumbuhan pisik dan tanda pisiknya. Membiarkan berlarut-larut
puber seseorang melampaui masa pendewasaan tanpa tauladan,
bimbingan atau pertolongan apalagi memberikan tauladan yang tidak
baik, memberikan bimbingan yang menyesatkan dan membiarkan
terlantarnya masa puber itu merupakan suatu dosa terhadap hari
kemudian. Tauladan, bimbingan, pertolongan serta kesempatan untuk
memperkembangkan bakat dan kepribadian itu dapat disalurkan
melalui tiga suasana yaitu : rumah, sekolah dan masyarakat. Di lain
pihak angkatan puber itu membutuhkan pimpinan dan pemimpin yang
dijadikan tauladan di dalam mengatasi masa remaja tersebut. Tidak
dapat diingkari bahwa faktor yang memepercepat dan menghambat
berlalunya masa remaja adalah faktor lingkungan sosiologi, faktor
ekonomis, faktor kultur yang dengan sendirinya berbeda-beda untuk
kehidupan tiap individu dan tiap-tiap negara.

Masa remaja membekali kehidupan seseorang, pengalaman positif dan
negatif. Dan keadaan ini terwujud juga dalam bentuk perbuatan,
sehingga hasil yang diperoleh di masa remaja ini apakah banyak
melahirkan perbuatan delinkwensi atau non-delinkwensi. Keadaan ini
40
3. Sifat-sifat Remaja
Untuk sifat-sifat remaja yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :

Hasrat meniru dan runtuhnya daya tahan sehingga melakukan
kriminalitas karena pengaruh contoh dan wibawa kawan-kawan yang
sudah begitu atos atau keras dan berani.

Hasrat pamer (showing –off) agar dihargai di mata gangnya, karena
memberikan sumbangan kepada gang yang terdiri dari anggotaanggota yang lebih tua dan dihargai ; Secara psikologis dapat
dimengerti dan diterangkan, karena mereka gagal di sekolah dan di
kalangan sosial lain padahal dalam gang dihargai.

Bahaya dianggap mereka enteng atau tidak ada, karena besar
jumlahnya remaja yang tergabung dan bekerja sama disitu.

Perasaan tergetar dalam kerjasama sebagai pelaksanaan contoh-contoh
khayalan film, cerita-cerita dan teater yang seram dan menggetarkan
jiwa, dan lain-lain.44
4. Beberapa Permasalahan yang Khas Pada Masa Remaja
Adapun beberapa permasalahan yang khas atau ciri utama pada
masa remaja diantaranya adalah :

Dorongan sexsual.

Hubungan dengan orang tua kurang harmonis atau suka menentang
orang tua (termasuk pada kedua orang tua).

44
Terombang-ambing atau tidak tenang.
Stephan Hurwitz saduran oleh L. Moeljatno SH, Kriminologi, (Jakarta :Bina aksara,
1986), h. 119.
41

Berperilaku tidak sopan, kurang berhati-hati, suka membicarakan
orang lain dan cepat tersinggung.

Gejolak emosional yang tak terkendali atau ketidakstabilan perasaan.

Penggunaan waktu luang yakni kurang disiplin serta kontrol diri yang
kurang baik, dan lain sebagainya.45
5. Perilaku Menyimpang
Istilah prilaku menyimpang biasanya diartikan sebagai sesuatu
situasi yang tidak menegakkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian
besar anggota masyarakat. Perilaku menyimpang ada dua bentuk, bentuk
pertama berkaitan dengan pelanggaran nyata terhadap norma-norma sosial,
umpama suatu maksud yang tidak sah untuk mencapai tujuan yang sah.
Sebagai contoh diajukan pandangan anak dari kelas-kelas sosial tentang
pemilikan harta benda yang sangat mereka inginkan. Tatkala mereka
masih muda orang tua mereka memberikan apa saja buat mereka yang
terbaik, termasuk mutu pendidikan.
Di lain pihak, anak dari rendah sering kurang memperoleh
kesempatan yang baik untuk mewujudkan dengan cara-cara yang sah.
Sebagai akibat mungkin para pemuda kelas bawah ini berlindung atau
bergabung dengan, misalnya, pencopet, maling, berjudi togel atau mereka
melakukan kejahatan sendiri.46
6. Kenakalan Remaja
45
46
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, hh. 13-15.
Imam Asy’ari, Op.cit, hh. 99
42
Masa remaja merupakan rentangan usia yang diliputi oleh
ketidakstabilan jiwa anak, oleh karena itu berkaitan erat dengan Juvenile
Delinquency atau yang disebut dengan kenakalan remaja. Sebelum
membicarakan pengertian remaja terlebih dahulu perlu mengetahui
pengertian remaja. Sedangkan pengertian-pengertian tentang kenakalan
anak remaja adalah sebagai berikut :
Menurut Drs. B. Simanjutank, S.H., yang dikutip oleh Drs.
Sudarsono S.H. dalam bukunya Etika Islam Tentang kenakalan Remaja
pengertian “juvenile delinquency” ialah
suatu perbuatan itu disebut
delinkwen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu
perbuatan yang anti sosial dimana didalamnya terkandung unsur-unsur anti
normatif.47
Jadi perumusan arti kenakalan remaja atau juvenile delinquency
dalam pengertian yang lebih luas adalah suatu perbuatan yang dilakukan
oleh anak-anak atau remaja, yang bertentangan dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat dimana ia hidup dan bersifat melawan hukum, anti
sosial, anti susila serta menyalahi norma-norma agama.
Kenakalan anak atau remaja tersebut dapat menjadi pelanggaran
atas tata nilai yang terdapat di masyarakat. Dan itu mempunyai
konsekwensi bagi pelakunya, sehingga berakibat bagi diri yang
bersangkutan dan kepada masyarakat. Sedangkan akibat yang berasal dari
47
Ibid, h.5.
43
masyarakat ada yang bersifat intern dan ekstern. Diantara akibat-akibat
intern, adalah sebagai berikut :

Penderitaan pisik, bilamana yang bersangkutan berbuat kenakalan
yang dapat menimbulkan kerusakan badaniah seperti alkoholisme,
narkotika dan lainnya.

Tekanan psykologis, akibat dari perbuatan nakal bisa menjadi frustasi
dan ini berarti mengarah kepada hal-hal negatif. Disamping itu ada
pula yang bersifat positif apabila ia dapat disublimir menjadi hal-hal
yang positif.

Adanya suatu isolasi bagi mereka, sebab bagi orang baik-baik dan
masyarakat akan menjauhi, serta anak-anak mereka dilarang bergaul
dengan anak-anak nakal tersebut.
Sedangkan yang termasuk faktor ekstern, diantaranya adalah :

Merusak
hubungan
primer
(hubungan
dalam
keluarga
yang
bersangkutan) juga mengakibatkan retaknya hubungan-hubungan
dalam masyarakat.

Akibat kenakalan anak-anak, ketentraman umum menjadi terganggu.

Merangsang terjadinya peningkatan kenakalan di masyarakat. Karena
seperti dinyatakan oleh suatu teori, bahwa di masa remaja mode
peniruan dan penyesuaian diri menjadi sangat tingi. Sehingga
perbuatan nakal yang semula dilakukan oleh sekelompok kecil di suatu
44
tempat, berpengaruh kepada pemuda-pemuda lain di masyarakat dan
kemudian menyebar.48
7. Kenakalan Anak Remaja ( JUVENILE DELINQUENCY )
Soal kenakalan anak-anak merupakan suatu gejala social yang
terdapat di berbagai Negara dunia. Kenakalan anak-anak melanda semua
Negara, dalam arti kata bahwa para pemuda, perbuatan-perbuatan mereka
bertentangan dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh masyarakat.
Secara sosiologis kenakalan anak-anak adalah adanya faktor lingkungan
yang kurang baik. Suatu perbuatan yang di jalankan oleh kalangan pemuda
yang menginjak dewasa, perbuatan tersebut merupakan pelanggaran tata
nilai dari masyarakat atau orang banyak.49
Fuad Hasan merumuskan definisi Delinquensi sebagai berikut :
perbuatan anti sosial yang dilakukan anak remaja yang bilamana dilakukan
orang dewasa di kualifikasikan sebagai tindak kejahatan.50 Dalam
pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja ialah perbuatan,
kejahatan, pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat
melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma
agama.
Paradigma kenakalan remaja lebih luas cakupannya dan lebih
dalam bobot isinya. Kenakalan remaja meliputi perbuatan-perbuatan yang
sering menimbulkan keresahan masyarakat, Sekolah maupun keluarga.
Contoh yang sangat sederhana hal ini antara lain pecurian para remaja,
48
Imam Asy’ari, Op.cit, hh. 86-87
Sapari imam Asy’ari. Patologi Sosial. (Surabaya. Usaha Nasional). hal. 82-83
50
Sudarsono Kenakalan Remaja (Jakarta Bineka Cipta 1990). Hal. 11
49
45
perkelahian, perjudian, mengganggu para wanita yang pelakunya anak
remaja.51
Delinkuensi remaja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

Delinkuensi Sosiologis
Dapat dipandang sebagai delinkuensi sosiologis apabila anak
memusuhi
seluruh
kontek
kemasyarakatan
kecuali
konteks
masyarakatnya sendiri. Dalam kondisi tersebut kebanyakan anak tidak
merasakan bersalah bila merugikan orang lain, asal bukan
dari
kelompoknya sendiri, atau merasa tidak berdosa walau mencuri hak
orang lain, asal bukan kelompoknya sendiri yang menderita kerugian.

Delinkuensi Individual
Dalam delinkuun individual anak tersebut memusuhi semua
orang, baik tetangga, kawan dalam sekolah maupun sanak sawdara
bahkan termasuk kedua orang tuanya sendiri. Biasanya hubungan
dengan kedua orang tuanya makin memburuk justru bertambahnya
usia.52
Kedua
bentuk
delinkuen
sama-sama
merugikan
dan
meresahkan masyarakat. Delinkuen sosiologis dan individual bukan
merupakan antagonis, akan tetapi keduanya hanya memilki batas
secara gradasi saja. Jika ditinjau dari bermulanya, dapat terjadi
keduanya saling menunjang dan mengembangkan. Dan yang berkaitan
ini, dapat kita jumpai seorang anak menjadi delikuen bermula dari
51
52
Sudarsono Kenakalan Remaja.(Jakarta. Bineka Cipta 1990). Hal. 12
Ibid. hal. 14
46
keadaan dari intern keluarga kemudian dikembangkan dan di tunjang
dengan oleh pergaulan.53
Pada garis besarnya, dari kedua bentuk delikuen tersebut
ternyata delikuen sosiologislah yang sering melakukan pelanggaran di
dalam masyarakat. Hal ini bukan berarti delikuensi individual tidak
melakukan keresahan didalam masyarakat.
Francis E. Merril dan Mabel A. Elliot memberikan sebab atau
alasan kemungkinan terjadinya kenakalan anak-anak, yaitu54 :
a.
keadaan rumah tangga
b.
Status ekonomi yang rendah
c.
Rumahnya jelek
d.
Lingkungan keluarga yang kurang baik, seperti adanya
keluarga yang berantakan atau broken home
53
54
e.
Teman-teman yang krang baik
f.
Tidak adanya ajaran agama
g.
Konflik mental
h.
Perasaan yang terganggu
i.
Lingkungan ekolah yang kurang baik
j.
Waktu luang yang tidak teratur
k.
Konflik kebudayaan
l.
Kesehatan badan yang kurang baik
Ibid. Hal. 15
Sapari Imam Asy’ari Op.cit. Hal. 85
47
Alasan-alasan di atas tidak berarti simulatan adanya, melainkan
hal-hal tersebut dapat muncul secara dominan, dengan dilengkapi oleh
faktor-faktor lainnya.
Juvenili Deliquen (Kenalan Remaja ) bukan hanya merupakan anak
melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk didalamnya perbutan
yang melanggar norma masyarakat dewasa ini sering terjadi seorang anak
di golongkan sebagai delinkuen jika pada anak tersebut nampak adanya
kecenderungan-kecenderungan anti sosial
yang sangat memuncak
sehingga perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan
terhadap keamanan, ketentraman serta ketertiban masyarakat serta
perbuatan-perbuatan lain yang meresahkan masyarakat.55
Masalah-masalah sosial tersebut diatas timbul dari kekurangankekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber
pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan
penyimpangan-penyimpangan trhadap norma tersebut merupakan gejala
abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan sumber-sumber
tersebut, maka masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam kategori di
atas.56
8. Wujud Perilaku Delinquency
Diatas telah dijelaskan bahwa perilaku delinkwen adalah perilaku
jahat, dursila, durjana, kriminal, sosiopatik, melanggar norma sosial dan
55
Sudarsono. Op.cit. Hal 114
Soerjono Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar.( Jakarta. PT. Raja Grafindo. 1994). hal.
56
401
48
hukum, maka wujud dari perilaku delinkwen diantaranya adalah sebagai
berikut :

Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan
mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet,
merampas,
menjambret,
menyerang,
merampok,
menggarong
(melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya)
mencekik, meracun, tindak kekerasan dan pelanggaran lainnya.

Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks
bebas atau orgi (mabuk-mabukkan dan menimbulkan keadaan yang
kacau-balau) yang mengganggu lingkungan.

Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga
mengakibatkan ekses kriminalitas.

Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter
anak, dan lain sebagainya. 57
9. Unsur-unsur Kenakalan Remaja
Beberapa unsur yang dimilki sebagai persyaratan bagi seorang
anak delinkwen, diantaranya yaitu :

Subyek yang melakukannya pria dan wanita dibawah usia tertentu.

Melakukan pelanggaran hukum negaranya.

Sering mengunjungi rumah yang reputasinya buruk atau tempat
perjudian.
57
Ibid, hh. 21-23.
49

Sering mengeluarkan perkataan yang kotor, cabul dan tidak patut
didengarkan umum yang diucapkan di tempat umum atau di sekolah,
dan lain sebagainya. 58
Jadi yang menjadi unsur-unsur delinkwensi itu adalah :

Adanya suatu tindakan atau perbuatan. Yang dimaksud dengan
tindakan atau perbuatan disini ialah tindakan atau perbuatan seseorang
yang di dalam istilah asingnya dalah “gedraging” (gedraging ini
adalah lebih luas pengertiannya daripada istilah “handeling”, oleh
karena itu mencakup pengertian kelakuan yang pasif dan kejadiankejadian yang ditimbulkan olehnya. Jadi dengan singkat dikatakan :
perbuatan adalah kelakuan ditambah akibat).

Tindakan atau perbuatan itu bertentangan dengan ketentuan hukum.
Dalam hal ini bertentangan dengan hukum tertulis maupun hukum
tidak tertulis.

Serta dirasakan dan ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang
tercela. Mengenai hal ini ada dua macam, yaitu : pertama, perbuatan
yang dirasakan tercela berhubung menurut pendapat masyarakat
merusak sendi-sendi dan tata-tata yang bangkit di dalam masyarakat
itu sendiri, dan dengan sendirinya menghambat terwujudnya
pembinaan suatu tata yang baik di dalam masyarakat. Kedua,
perbuatan ditafsirkan tercela atau keliru berhubung segala sesuatu
penafsiran mengenai baik buruknya tindakan seseorang adalah
58
Romii Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak-Anak Atau Remaja, (Bandung :
Penerbit Armico, 1985), hh. 19-20
50
mengikuti penilaian masyarakat waktu itu. Baik perbuatan yang
dirasakan dan ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan tercela atau
keliru menghasilkan penilaian yang berubah-ubah sesuai dengan
keadaan dan waktu.
10. Sebab-sebab Kenakalan Remaja
Sebab-sebab atau alasan kemungkinan terjadinya kenakalan anakanak atau remaja menurut Francis E. Merrill dan Mabel A. Elliott ada 12
sebab, yaitu :

Keadaan rumah tangga yang kurang harmonis, sering bertengkar.

Status ekonomi yang rendah, yakni serba kekurangan.

Perumahan yang jelek, seperti tempat perumahan yang miskin.

Lingkungan keluarga yang kurang baik, seperti adanya keluarga yang
berantakan atau broken home.

Teman-teman yang kurang baik.

Tidak adanya ajaran agama atau minimnya pengetahuan tentang
agama.

Konflik mental.

Perasaan yang terganggu.

Lingkungan sekolah yang kurang baik.

Waktu luang yang tidak teratur.

Konflik kebudayaan.

Dan kesehatan badan yang kurang baik. 59
59
Ibid, hh. 85-86.
51
11. Motif Kenakalan Remaja
Adapun motif yang mendorong untuk melakukan tindak kejahatan
atau kenakalan remaja diantaranya adalah sebagai berikut :

Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.

Meningkatkan agresivitas dan dorongan seksual.

Salah-asuh dan salah-didik orang tua, sehingga anak menjadi manja
dan lemah mentalnya.

Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya dan
kesukaan untuk meniru-niru.

Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.

Konflik batin sendiri dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian
serta pembelaan diri yang irrasional.60
II. Kerangka Teoritik
Penelitian
ini
menggunakan
paradigma
definisi
sosial,
yang
dikemukakan dan di kembangkan oleh Max Weber, menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mencoba memberi pemahaman
interpretatif mengenai tindakan sosial, yaitu semua perilaku manusia apabila
dan sejauh yang bertindak itu memberikannya suatu arti subyektif.61 Paradigma
ini menekankan pada hakekat kenyataan sosial yang di lakukan, dalam hal ini
perjudian togel dan bentuk kenakalan Kelurahan Perak Timur Kecamatan
60
Kartini Kartono, Patologi Sosial jilid 2, h. 9.
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), 100 lihat juga George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda. Ter. Alimandan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 38 lihat juga
Achmad Ali, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan (Jakarta: STIH IBLAM,
2004), 160
61
52
Pabean Cantian Surabaya. Struktur sosial menunjuk pada definisi bersama yang
dimiliki individu masyarakat Kelurahan Perak Timur Kecamatan Pabean
Cantian Surabaya yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang
menghubungkan satu sama lain. Tindakan-tindakan individu masyarakat yang
mayoritas juga tempat para pendatang ini berjalan dengan pola-pola interaksinya
di bimbing oleh definisi bersama serupa itu yang di konstruksikan melalui
proses interaksi. Sebenarnya prinsip dasar dari paradigma ini adalah pertama,
individu menyikapi sesuatu atau apa saja yang ada di lingkungannya
berdasarkan makna sesuatu itu bagi dirinya, kedua, makna tersebut di berikan
berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan individu lain. Ketiga, makna
tersebut di fahami dan di modifikasi oleh individu melalui proses interpretatif
yang berkaitan dengan hal-hal yang di jumpainya.
Berdasarkan paradigma tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan
teori fenomenologi yang dikemukakan oleh Edmund Gustav Albrecht Husserl
adalah sekaligus sebagai penggagas pertama teori fenomenologi yang
menyatakan bahwa fenomena mempunyai hakekat dan dapat dilihat dan
diterangkan. Hakekat fenomena adalah murni dan sejati. Hakekat tidak akan
berubah meskipun diamati dari segi yang berbeda, dalam waktu yang tidak
sama, dan terbebas dari prasangka sehingga tidak perlu diragukan lagi
kebenarannya. Lebih lanjut Husserl menetapkan syarat utama bagi keberhasilan
penggunaannya
dengan
pengandaian-pengandaian
membebaskan
secara
tradisi
diri
dari
yang
praduga-praduga
selama
ini
ada,
atau
yang
membelenggu fenomena sebagai obyek penelitian. Merupakan suatu keharusan
53
dalam mengeksplorasi kesadaran dan fenomena yang menjadi obyeknya, bahwa
seluruh penyimpangan, teori-teori, keyakinan-keyakinan, dan corak berfikir
yang telah menjadi kebiasaan disingkirkan untuk sementara dan disimpan dalam
tanda kurung (Bracketed), Husserl menyebutnya dengan istilah Epoche yang
artinya tidak memberikan suara, sebab dengan jalan demikian fenomena tidak
terkaburkan atau didistorsi oleh sifat-sifat individual peneliti.62
Menurut Dhavamony, Penelitian fenomenologi bersifat induktif.
Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang dikembangkan dari filsafat
fenomenologi (phenomenological philoshop). Fokus filsafat fenomenologi
adalah pemahaman tentang respon atas kehadiran atau keberadaan manusia,
bukan sekedar pemahaman atas bagian-bagian spesifik atau perilaku khusus.
Tujuan
penelitian
fenomenologi
adalah
mendeskripsikan
pengalaman-
pengalaman apa yang di alami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk
interaksinya dengan orang lain.63
Fenomenologi Edmund Husserl mengemukakan bahwa objek ilmu itu
tidak terbatas pada yang empirik (sensual) melainkan mencakup fenomena yang
tidak lain dari pada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek
tentang sesuatu di luar subyek; ada sesuatu yang di transenden, disamping yang
aposteriorik.64 Lebih lanjut menurut Husserl, pengetahuan ilmiah sebenarnya
tidak terpisahkan dari pengalaman sehari-hari dari kegiatan-kegiatan dimana
pengalaman dan pengetahuan berakar dan menjadi tugas fenomenologi untuk
62
Henry Misiak dan Virginia, S. Sexton, Psikologi Fenomenologi Eksistensial Dan
Humanistiksuatu Survey Historis, terj. E. Koswara (Bandung: Eresco, 1988), 2
63
Sudarwan Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 52
64
Neong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rakesarasin, 2002) 17.
54
memulihkan hubungan tersebut. Fenomenologi sebagai suatu bentuk dari
idealisme yang semata-mata tertarik pada struktur-struktur dan cara-cara
bekerjanya kesadaran manusia serta dasar-dasarnya. Dunia yang kita diami pun
di ciptakan oleh kesadaran-kesadaran yang ada di kepala kita masing-masing,
namun tidak berarti dunia yang eksternal itu tidak ada. Dunia eksternal itu ada
dan hanya dapat di mengerti melalui kesadaran kita tentang dunia itu.65
Untuk mengimplementasikan teori fenomenologi ini terdapat empat
langkah:
1
Penentuan titik tolak metodis dalam subyek dan obyek. Tahap ini meliputi
penentuan obyek sebagai fenomena yang diteliti dan proses pengintuisian
yakni fenomena perjudian togel yang marak dilakukan di Kelurahan Perak
Timur Kecamatan Pabean Cantian Surabaya yang diamati atau dipandang
secara rohani dengan suatu intuisi.
2
Reduksi fenomenologis yaitu tahap penyaringan segala keputusan tentang
realitas atau idealitas peneliti dan masyarakat Kelurahan Perak Timur
Kecamatan Pabean Cantian Surabaya. Kawasan ini diselidiki sejauh yang di
sadari oleh peneliti.
3
Reduksi eiditis yaitu tahap pencarian hakekat atau eidos, merupakan struktur
dasar yang meliputi aspek fundamental dalam fenomena sebagai obyek,
untuk kemudian dianalisis melalui deskripsi non emperikal dan kriterium
koherensi dalam rangka menemukan tindakan yang intensionalitas, yang
65
Zainuddin Maliki, Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik (Surabaya: Lembaga
Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM), 2003), 233
55
terjadi di masyarakat Kelurahan Perak Timur Kecamatan Pabean Cantian
Surabaya.
4
Reduksi transendental yang merupakan tahap pengarahan ke subyek
sehingga kesadaran yang diperoleh bersifat transendental. Disini juga
ditemukan intensubyektifitas dengan lingkungan sekitar yang bias dijadikan
pedoman pemahaman secara global.66
III. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pada sub bab ini berisi tentang semacam resume tentang penelitian
terdahulu, dimana topik yang diangkat ada kemiripan dengan topik yang peneliti
angkat saat ini, dimana record-record tersebut menjadi masukan dan wawasan
bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun record-record tersebut
adalah sebagai berikut :
Yang pertama dengan topik : “Bimbingan Konseling Agama Dengan
Pendekatan Rasional Emotif Terapi Dalam Mengatasi Kecanduan Judi (Studi
Kasus Seorang Pemuda Yang Kecanduan Togel). Yang ditulis oleh : Puji
Ningsih, dengan NIM : BO.33.98.238, tahun : 2002, jurusan : BPI, Fakultas :
Dakwah. Adapun kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah bahwasannya
orang yang sudah kecanduan togel mereka merasa :

Ingin melakukan judi terus-menerus.

Tidak suka bekerja keras.

Suka meramal.

Suka bergadang.
66
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), 118
56

Sering datang ke paranormal.

Sering menafsirkan mimpi-mimpinya dengan hal-hal yang bukan-bukan.

Keinginan untuk menjadi kaya tanpa mau kerja keras.
Sedangkan yang kedua dengan topik : “Implementasi Pasal 303 KUHP
Terhadap Perilaku Judi Di Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota
Kabupaten Sidoarjo (Dalam Tinjauan Hukum Islam). Penulis : Achmad
Solichuddin,
NIM : CO.33.99.015, tahun : 2003, jurusan : JS, Fakultas
Syari’ah. Kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut :

Implementasi atau pelaksanaan pasal 303 KUHP terhadap perilaku judi togel
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat bahwa
antara hukum atau sanksi yang dijatuhkan oleh hukum terhadap pelaku togel
tidak begitu berat dan tidak sesuai dengan pasal 303.

Pada dasarnya hukum positif memandang bahwa judi adalah merupakan
suatu tindak pidana kejahatan. Hal ini mengingat bahwa pada hakikatnya
perjudian, apapun jenis dan bentuk permainannya adalah bertentangan
dengan agama, kesusilaan dan moral pancasila dan dianggap membahayakan
terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat bangsa dan negara.

Dalam tinjauan hukum Islam pemberian sanksi atau hukuman yang berat
bagi pelaku judi togel, bukanlah hanya sebagai nestapa bagi pelakunya.
Sebab
pemberian
hukuman
adalah
merupakan
kemaslahatan
bagi
masyarakat. Dengan memberikan hukuman yang setimpal, maka masyarakat
yang belum terlibat dalam perjudian ini menjadi takut dengan ancaman
hukuman yang dijatuhkan.
57
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat tema yang
sama yakni tentang perjudian togel. Namun dalam pembahasannya ada beberapa
perbedaan diantaranya, yang pertama membahas tentang pemuda yang
kecanduan togel dan yang kedua dari segi pelaksanaan hukum bagi penjudi
togel. Sedangkan peneliti membahas tentang perilaku yang ditimbulkan oleh
para remaja penjudi togel. Namun record-record diatas telah memberi masukanmasukan bagi peneliti untuk menambah wawasan tentang perjudian togel
tersebut. Serta untuk melaksanakan penelitian ini kearah yang lebih baik lagi.
Download