V. PENUTUP A. Kesimpulan Bertitik tolak dari seluruh pembahasan dan analisis yang telah diuraikan penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara normatif Polisi memiliki peran sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri. Pada kenyataanya di lapangan dalam Penanggulangan judi sabung ayam di masyarakat adat Bali di wilayah Palas dan Seputih Banyak, polisi mengunakan peranan faktual yaitu dengan melakukan kebijakan dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat adat untuk menjalankan kegiatan adat yang berupa upacara tabuh rah (tajen). Upacara tabuh rah (tajen) yang sebelumnya memiliki makna yang religius sekarang berubah menjadi ajang pertaruhan uang yang berupa perjudian sabung ayam, terhadap kegiatan tersebut timbul hubungan patronklien antara kepolisian dengan tokoh masyarakat adat Bali, hubungan patronklien itu berupa pemberian sejumlah uang kutipan dari hasil sabung ayam kepada oknum polisi yang datang ke lapangan yang dikenal dengan istilah pengecukan. Meskipun hal tersebut dilarang namun praktek perjudian sabung ayam tetap berlangsung sampai sekarang. 2. Faktor-faktor penghambat dalam penanggulangan judi sabung ayam di masyaraka adat Bali: a. Faktor hukum yaitu tidak adanya pembedaan yang tegas antara sabung ayam yang menjadi kegiatan adat dan sabung ayam yang bukan merupakan kegiatan adat (judi). b. Faktor penegakan hukum yaitu terdapat hubungan patronklien antara kepolisian dengan penyelenggara tajen. c. Faktor masyarakat yaitu kesadaran masyarakat yang minim terhadap penegakan hukum, sabung ayam yang susah untuk ditinggalkan karena masih dipengaruhi oleh kebiasaan adat masyarakat Bali. d. Faktor kebudayaan yaitu sabung ayam merupakan suatu kebiasaan adat Bali dan sudah mendarah daging. Kebudayaan sangat dijunjung tinggi di masyarakat adat Bali. B. Saran Setelah melakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan dalam skripsi ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Masyarakatr adat Bali diharapkan agar bisa menghilangkan unsur judi yang mengiringi upacara tabuh rah, agar tidak ada kesan seolah-olah agama Hindu itu mengajarkan judi. Maka sabung ayam untuk tabuh rah hendaknya diganti dengan menyembelih ayam kemudian menaburkan darah ayam atau menyajikan dalam bentuk caru. 2. Tokoh-tokoh adat Bali diharapkan dapat bekerja sama dalam menumpas perjudian sabung ayam sehingga tidak ada lagi praktek-praktek Pengecukan dan hubungan patronklien antara Polisi dengan penyelenggara tajen. Sehingga judi tajen bisa bener-benar dihapuskan. 3. Kepada para Sulinggih (Pemuka Agama Hindu) kiranya dapat memberikan wejangan atau pemahaman terhadap bentuk pelaksanaan upacara tabuh rah yang seharusnya dilakukan. Sehingga tidak terjadi pergeseran makna dari upacara tabuh rah yang sebelumnya sakral/religius menjadi ajang pertaruhan uang. 4. Kepada penegak hukum (polisi) diharapkan lebih sigap dan bertindak aktif dalam menangani masalah perjudian sabung ayam di masyarakat adat Bali. Sehingga perjudian dalam bentuk apapun dapat diberantas sehingga hukum benar-benar dapat ditegakan. DAFTAR PUSTAKA Abdussalam, R. 1997. Penegakan hukum di Lapangan Oleh Polri. Dinas Hukum Polri. Jakarta. Andrisman, Tri. 2009. Asas-asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Universitas Lampung. Bandar Lampung. . 2009. Delik Khusus Dakam KUHP. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Azhari. 1995. Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-unsurnya. UI press. Jakarta. Darmawan, Indra. 2004. Dinamika Sosiologi. Jakarta. Hasibuan, Melayu S.P. 1994. Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press. Jakarta. Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Grafindo Persada. Jakarta. Kelana, Momo. 1972. Hukum Kepolisian (perkembangan di Indonesia) Suatu Studi Historis Komperatif. PTIK. Jakarta. . 1984. Hukum Kepolisian. PTIK. Jakarta. Keniten, Pidada. 2005. Tinjauan judi dan Tabuh Rah. Paramita. Surabaya. Komite Kepolisian Indonesia. 2008. Lanjutan Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. www.komisikepolisianindonesia.com Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang. 2009. Delik-delik Khusus kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan. Sinar Grafika. Jakarta. Mertokusumo, Sudikno. 2005. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty. Yogyakarta. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung. Mustopawijaya. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Publik. Renika Cipta. Jakarta. Poerwadarminta. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Purwodarminto, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Puspawidjaja, Rinjani. 2008. Dinamika Pembentukan kelompok Sosial Dalam Masyarakat Indonesia. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sadjijono. 2010. Memahami Hukum kepolisian. LaksBang. Yogyakarta. Seregig, I Ketut. 2007. Organisasi dan Hukum Adat Bali. Paradigma. Yogyakarta. . 2010. Nilai keadilan Hukum Adat Bali. Paradigma. Yogyakarta. Singarimbun, Masri dan sofyan Effendi. 2000. Metode Penelitian survey. LP3ES. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 1976. Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta. . 1982. Beberapa Teori Sosiologi Masyarakat. Raja Gafindo Persada. Jakarta. Tentang Struktur . 1986. Beberapa Aspek Penelitian Hukum. Rajawali. Jakarta. . 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Edisi 1) Cetakan Ketujuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudarto. 2006. Kapita Selekta Hukum Pidana. PT. Alumni. Bandung. Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Wulansari, C Dewi. 2010. Hukum Adat Indonesia Suatau Pengantar. Aditama. Bandung. UU. No. 1 Tahun 1946. tentang Peraturan Hukum Pidana. UU. No. 7 Tahun 1974. tentang Penertiban Perjudian. UU. No. 2 Tahun 2002. tentang Kepolisian. PP. No. 9 Tahun 1981. tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian