MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN

advertisement
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN METODE DEMONTRASI
PADA MATERI SUSUNAN DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN
Yuliani, Nanang Heryana, Ahmad Yani
PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email: [email protected]
Abstrak:Metode demonstrasi merupakan metode yang memberikan pengalaman kepada
anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa, dan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 16 Belonsat melalui penerapan metode
demonstrasi.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 16 Belonsat. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus.
Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes.
Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa dianalisis dalam bentuk persentase.
Data tes hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan persentase ketuntasan belajar
secara individu dan klasikal.
Hasil penelitian menunjukkan Aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar
31,95 % yaitu dari 51,38 % pada siklus I menjadi 83,33% pada siklus III.
Sedangkan aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 23,14 %, yaitu dari
60,14 % pada siklus I menjadi 83,57 % pada siklus III.
Pengamatan aktivitas guru dan siswa dengan menerapkan metode demonstrasi dalam
pembelajaran IPA berjalan dengan baik dan mencapai keberhasilan.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 20 % yaitu dari 62,86 % pada
siklus I menjadi 82,86 % pada siklus III.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar, IPA.
Abstract:Demonstration method is a method that provides experiences for children in
which the child the treatment of something and watch the result.
This study aimed to describe the activities of teachers and students, and improve
student learning results class IV SDN 16 Belonsat through the application of
methods of demonstration.
The subjects wereall students of class IV SDN 16 Belonsat. This type of research
is classroom action research consisting of 3 cycles.
Each cycle is carried out through four phases: planning, implementation, observation
and reflection.
Data were obtained through observation and tests.
Data observations analyzed the activities of teachers and students in the form of a
percentage.
Student achievement test data were analyzed based on the percentage of mastery
learning individually and classical.
The results showed increased activity teacher 31,95 %, from 51,38 % in the first
cycle to 83,33 % in the three cycle.
While the student activity increased by 23,14 %, from 60,14 % in the first cycle to
83,57 % in the three cycle.
Observation activities of teachers and students to apply the method in learning
science demonstration went well and achieve success.
Student learning outcomes has increased by 20 % from 62,86 % in the first cycle to
82,86 % in the three cycle.
It can be concluded that the application of the method demonstration to improve
student learning result.
Keywords: method of demonstration, learning result, IPA.
D
alam proses belajar mengajar komponen penting dan memegang peran pital
adalah seorang guru. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi
lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah
yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu
guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara
langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta
keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara / model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam di sekolah dasar negeri 16 Belonsat khususnya di kelas IV masih
banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya,
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam peringkat nilainya menempati urutan kedua
terbawah dari lima mata pelajaran yang di-UAS kan (ulangan akhir semester) yang
mana soal-soal idak dibuat oleh sekolah atau kelompok KKG melainkan dikeluarkan
dari dinas kabupaten Melawi, yang artinya seluruh sekolah dasar yang ada di lingkup
dinas pendidikan kabupaten Melawi soal-soalnya sama.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakantindakan yang harus dilakukan guru agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep
pada materi pelajaran khususnya Susunan Dan Fungsi Bagian Tumbuhan tidak
mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat
memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa
sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep susunan dan fungsi
bagian tumbuhan
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau
pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini dimaksud agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai dengan hasil belajar siswa memuaskan yang tertuang dalam nilai-nilai sekolah.
Sedangkan penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu
aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat
secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep
perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini
penulis memilih judul “, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Metode
Demontrasi Pada Materi Susunan Dan Fungsi Bagian Tumbuhan Kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 16 Belonsat Kabupaten Melawi.”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan
diterapkannya metode demonstrasi?
2. Bagaimanakah pengaruh metode demostrasi terhadap keberhasilan belajar siswa?
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode
demonstrasi.
2. Ingin mengetahui pengaruh hasil belajar siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep Susunan Dan Fungsi Bagian
Tumbuhan dengan metode demonstrasi.
2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan
metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu
alternatif cara pembelajaran ilmu pengetahuan alam pada siswa dengan pemanfaatan
metode pengajaran dalam mencapai tujuan intruksional.
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan atau ditegaskan pengertian dari metode demontrasi sebagai berikut:
Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan, dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah
tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau
mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses
yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Ilmu pengetahuan alam didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara profesional. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya
fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan
pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah
sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk
angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri
alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut
lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat
diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih
sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan
sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsepkonsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan
diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar
tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian
diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan
guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan hasil belajar, maka dapt diartikan bahwa hasil belajar IPA
adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh
potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana
guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaulasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan
percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah
cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan
sesuatu proses misalnya cara melego ke suatu perusahaan atau instansi, sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba
dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang
diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu
memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya mendirikan
perusahaan, cara mengelola suatu perusahaan, dengan demonstrasi siswa dapat
mengamati bagian-bagian dari suatu perusahaan juga cara pengelolaan perusahaan itu
sendiri seperti cara memenejemen perusahaan tersebut. Dengan demikian siswa akan
mengerti cara-cara tepat mengatur, manajemen suatu perusahaan baik kecil atau pun
besar, sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga
mereka akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek.
Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi hasil
belajar yang kuat pada siswa untuk belajar.
Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya
tujuan yang telah anda rumuskan.
Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang
berhasil. Bila tidak anda harus mengambil kebijaksaaan lain.
Apakah anda telah mencoba, atau telah mempatekkan terlebih dahulu, agar demonstrasi
itu berhasil.
Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila
perlu, dan siswa bisa bertanya.
Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk
mengamati dengan baik dan bertanya.
Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil,
dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru
memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu
sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau
mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsurunsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta
indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya
dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi
tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang
telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.
Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
Memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab
penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam
memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih
menarik.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Proses Belajar
Mengajar.
Kelebihan metode demonstrasi antara lain:
1) Perhatian siswa lebih dipusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahankesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi melalui pengamatan
dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal
lebih lama pada pikirannya. Akibatnya selanjutnya memberikan hasil belajar yang kuat
untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan demonstrasi itu siswa dapat partisipasi
aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan
kecakapannya
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.
Kekurangan metode demonstrasi :
1. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang
matang, sehingga memerlukan waktu yang bayak.
2. Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika
memakai alat yang mahal).
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
4. Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan suasana
gaduh.
5. Bila alatnya telalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat, menyebabkan demonstrasi
itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini penulis tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran penulis
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa
tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Sekolah dasar
negeri 16 Belonsat, kabupaten Melawi, Tahun Pelajaran 2013/2014.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September dan
Oktober semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV sekolah dasar tahun
Pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan Susunan Dan Fungsi Bagian Tumbuhan,
sub pokok bahasan “Daun”
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek
pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Putaran 1
Refleksi
Rencana
awal/rancangan
Putaran 2
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Putaran 3
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi
Gambar 1 siklus PTK dari Kemis & Tagget
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh penulis sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak
dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi .
3. Refleksi, penulis mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu
sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran.
Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan.
1.
2.
3.
4.
1.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus,
dan kegiatan belajar mengajar.
Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.
Tes formatif
Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan guru (objektif).
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan belajar dengan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru,
dan tes formatif.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu
suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Penulis melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X
X 
N
Dengan
: X
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85%
yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
P
 Siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode demonstrasi
dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, serta data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung yaitu
berbagai macam jenis daun-daunan.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10
September 2013 di Kelas IV dengan jumlah siswa 21 siswa. Dalam hal ini penulis
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Penentuan keberhasilan dalam pembelajaran mengacu pada nilai KKM (kriteria
ketuntasan minimal) yang ditetapkan oleh sekolah masing-masing, seperti pada penelitian
ini untuk mata pelajaran IPA KKM adalah 75.
SIKLUS I
Series1
58,38
60,81
61,24
62,86
51,38
23,81
Grafik 2 Data hasil pembelajaran siklus I
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung, seperti
media berbagai bentuk daun tumbuhan yang di dapat dari sekitar lingkungan sekolah.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 23
September 2013 di Kelas IV, siswa pada saat itu hadir semua yaitu 21 orang. Sama seperti
siklus I penulis bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi atau perbaikan pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
SIKLUS II
Series1
76,14
79,76
76,95
77,86
63,88
80,95
Grafik 3 Data hasil pembelajaran siklus II
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Dalam
proses pembelajaran guru kini lebih menekankan pada terjadinya proses penyajian materi
kepada siswa yang nilainya masih belum tuntas yaitu kepada 4 orang siswa, dengan media
yang sengaja di arahkan kepada siswa yang belum tuntas untuk memperagakan materi
tentang stuktur daun, contohnya “ coba kamu tunjukkan mana daun yang menjari” dimana
pada meja siswa sudah disiapkan berbagai jenis daun-daunan tumbuhan.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal
08 Oktober 2013 di Kelas IV dengan jumlah siswa masih 21 orang. Dalam hal ini penulis
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian
pada siklus III adalah sebagai berikut.
SIKLUS III
Series1
82,86
85,05
82,81
82,86
83,33
100,00
Grafik 4 Data hasil pembelajaran siklus III
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik untuk selanjutnya
digunakan sebagai bahan referensi dalam mengajar maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar untuk selanjutnya bisa diperbaiki pada masa akan datang dengan
Penerapan metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya dan hasilnya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Berikut data yang ditampilkan pada grafik pada setiap siklus
100
80
60
40
20
0
83,57 83,33 82,86
100
77,62
63,88 77,86
80,95
60,14
51,38
62,86
DATA SIKLUS
SIKLUS III
SIKLUS II
SIKLUS I
23,8
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
AKTIVITAS SISWA AKTIVITAS GURU
NILAI TES SISWA
KETUNTASAN
SIKLUS I
60,14
51,38
62,86
23,8
SIKLUS II
77,62
63,88
77,86
80,95
SIKLUS III
83,57
83,33
82,86
100
Grafik 5 Data hasil pembelajaran siklus I
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, serta yang amat
nampak adalah perhatian siswa pada materi yang diajarkan guru, karena guru banyak
memperagakan media nyata dan dalam kelompoik siswa juga sudah disiapkan berbagai
jenis daun sebagai medianya, jadi mereka merasa benda yang di ajarkan guru itu ada di
depan mereka, dalam bentuk kongkrit bahkan mereka bias memegang dan menunjukkan
apa yang dimaksud dan diminta guru dalam penjelasannya. Apalagi dalam menjelaskan
materi guru selalu menunjuk pada media dan perhatian guru juga menyebar ke setiap
kelompok, selain itu guru juga berkeliling ke setiap meja siswa untuk membantu siswa
menunjukkan maksud dari bagian-bagian pada daun, seperti, “ ini yang dimaksud dengan
tulang daun, ini contoh daun menjari, dan sebagainya” siswa merasa senang dan bahkan
waktu mengajar yang telah ditentukan terasa tidak lama, dari 2 x 35 menit pelajaran
tersebut.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
ilmu pengetahuan alam pada pokok bahasan Susunan dan fungsi bagian tumbuhan dengan
metode demonstrasi yang paling dominan adalah mendengarkan / memperhatikan
penjelasan guru, serta memperagakan media yang siswa miliki. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah belajar dengan metode demonstrasi dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan latihan, menemukan konsep, menjelaskan,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
Penulis memilih observer yang melakukan penilaian adalah rekan sejawat yang
juga guru yang sudah senior dan berpengalaman serta pernah menjadi guru Berprestasi di
tingkat kabupaten Melawi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi terbukti meningkatkan hasil belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa hal ini dapat dilihat dari
seriusnya siswa mengamati media berbagai bentuk daun yang telah disediakan di meja
kelompok masing-masing pada saat guru menjelaskan sekaligus memperagakan media
yang dimaksud dalam penjelasan guru, para siswa langsung menangkap dan berkata ”
ohh, ini ya” sambil mengamati daun. Pada saat guru menjelaskanpun ada siswa yang
ingin lebih tahu bentuk daun lain dengan berkata” bu,, kalau yang ini apanya bu”
sambil menunjukkan daun tersebut. Ini membuktikan bahwa siswa sudah paham dan
ingin tahu yang lebih jauh lagi pada materi tersebut.
Nilai rata-rata tes siswa per siklus juga meningkat seperti pada grafik yang telah
diperagakan di atas.
2. Penerapan metode demonstrasi ternyata membuat antusiasnya siswa dalam belajar
dengan meningkatnya kemampuan belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa hasil wawancara dengan guru pada akhir pelajaran yang menyatakan
bahwa mereka senang kalau guru mengajar pelajaran lain juga seperti ini, yang
dimaksud siswa penggunaan metode mengajarnya memakai benda nyata dalam
menjelaskan materi.
Saran
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas, penulis memberikan saran untuk
perbaikan kualitas para pengajar di sekolah-sekolah lain seperti:
1. Untuk memperoleh hasil belajar harus memerlukan perencanaan, pelaksanaan hingga
refleksi yang sungguh-sungguh.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa agar berani tampil, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga
siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
sekolah dasar negeri 16 Belonsat Tahun Pelajaran 2013/2014 saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.
Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin
University Press.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya), 1995, h. 209
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Tayar Yusup dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa
Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 53
Download