PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK PENGUKURAN KADAR LOGAM NATRIUM DAN KALIUM DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN TIGA EKSTRAKTAN SKRIPSI Oleh Citra Awalul Laili NIM 081810301010 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013 PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK PENGUKURAN KADAR LOGAM NATRIUM DAN KALIUM DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN TIGA EKSTRAKTAN SKRIPSI diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kimia (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sains Oleh Citra Awalul Laili NIM 081810301010 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ayahanda Choiron, Alm dan Ibunda Ida Ayu Suryonowati tercinta yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang terbaik dan doa yang tiada henti; 2. kedua adikku tersayang Ahmad Sirrul Jalil dan Badri Syarif yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doanya selama ini; 3. Bapak Ibu guru di TK An-najiyah, SD An-najiyah, SLTPN 12 Surabaya, SMAN 16 Surabaya, serta dosen – dosen di Jurusan Kimia FMIPA UNEJ; 4. Almamater Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. ii MOTTO Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. Al Mujadalah: 11)* atau Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’ad: 11)* *)Yayasan Penyelengara Penterjemah/Pentafsi Al Qur’an. 1971. Al Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Yayasan Penyelengara Penterjemah/Pentafsi Al Qur’an. iii PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Citra Awalul Laili NIM : 081810301010 menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah berjudul “Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Pengukuran Kadar Logam Natrium Dan Kalium Dalam Tanah Pertanian Dengan Menggunakan Tiga Ekstraktan” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, Februari 2013 Yang menyatakan, Citra Awalul Laili NIM 081810301010 iv SKRIPSI PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK PENGUKURAN KADAR LOGAM NATRIUM DAN KALIUM DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN TIGA EKSTRAKTAN Oleh: Citra Awalul Laili NIM 081810301010 Pembimbing Dosen Pembimbing Utama : Drs. Siswoyo, M.Sc, Ph.D Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Zulfikar, Ph.D v PENGESAHAN Karya ilmiah skripsi berjudul “Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Pengukuran Kadar Logam Natrium Dan Kalium Dalam Tanah Pertanian Dengan Menggunakan Tiga Ekstraktan” telah diuji dan disahkan pada: Hari, tanggal : Tempat : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember Tim Pembimbing Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Anggota, Drs. Siswoyo, M.Sc, PhD. Drs. Zulfikar, PhD. NIP. 196605291993031003 NIP 196310121987021001 Tim Penguji Dosen Penguji I, Dosen Penguji II, Drs. Mukh. Mintadi I Nyoman Adi Winata, S.Si, M.Si NIP 196410261991031001 NIP 197105111998021002 Mengesahkan Dekan, Prof. Drs. Kusno, DEA, Ph.D NIP 196101081986021001 vi RINGKASAN Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Pengukuran Kadar Logam Natrium Dan Kalium Dalam Tanah Pertanian Dengan Menggunakan Tiga Ekstraktan; Citra Awalulu Laili, 081810301010; 2013; 71 halaman, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Unsur kalium merupakan unsur hara ketiga yang paling banyak terdapat di dalam tanah. Kalium berfungsi untuk tanaman yaitu untuk (a). mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman; (b). memperkokoh tubuh tanaman; (c). mempertinggi resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan kekeringan; (d). meningkatkan kualitas biji. Sedangkan natrium merupakan unsur hara penunjang yang diperlukan oleh tanaman. Dimana fungsi dari natrium ini sendiri hampir sama seperti kalium. Metode standart yang sering digunakan untuk menganalisis natrium dan kalium didalam tanah adalah metode spektrometri yaitu menggunakan AAS ataupun flame fotometer. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentuakan kandungan ion-ion tertentu di dalam suatu larutan, namum belum banyak diterapkan untuk analisis pada sampel tanah. Oleh kerena itu dalam penelitian ini unsur kalium dan natrium dalam tanah akan dianalisis menggunakan metode potensiometri yang hasilnya akan dibandingkan dengan metode spektrometri. Dimana alat yang digunakan adalah flame fotometer. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variasi ekstraktan dan variasi waktu pengadukan pada analisis kadar K dan Na dalam tanah pertanian, dan dapat membandingan antara metode potensiometri dan spektrometri pada pengukuran kadar K dan Na dalam tanah pertanian. vii Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraktan optimum untuk kalium dan natrium dengan menggunakan metode potensiometri adalah CaCl2 dan air. Sedangkan untuk waktu optimum untuk kalium dan natrium dengan metode potensiomteri adalah waktu 5 menit. Dimana untuk kalium memiliki regresi linear: y = 55,71x + 279,5; limit deteksi sebesar 0,44 ppm, sensitivitas sebesar 55,71 mV/decade; dan reprodusibilitas terendah adalah 0,00% pada konsentrasi 5 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,62% pada konsentrasi 1 ppm. Untuk natrium memiliki regresi linear: y = 39,83x + 237,8; limit deteksi sebesar 1,40 ppm, sensitivitas sebesar 39,83 mV/decade; dan reprodusibilitas terendah adalah 0,19% pada konsentrasi 50 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,83% pada konsentrasi 0,01 ppm. Perbandingan metode potensiometri dan spektrometri untuk analisis kalium dan natrium dalam tanah menunjukkan bahwa penggunaan metode potensiomteri memiliki kecenderungan untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode spektrometri. Hal ini dikarenakan ekstraktan CaCl2 dan air lebih cocok digunakan untuk metode potensiomteri dibandingkan dengan spektromteri. Salah satu pengganggu spectral pada flame fotometri adalah Ca. Gangguan ini dapat terjadi apabila adanya unsur Ca yang terdapat bersama dengan unsur yang akan dianalisa. Gangguan ini disebabkan karena penggunaan filter untuk memilih λ yang akan diukur intensitasnya. Pada penelitian ini dikhawatirkan Ca yang ada di dalam ekstraktan ikut tersaring dan berada di dalam filtrate yang akan dianalisis sehingga menyebabkan respon yang dihasilkan menjadi sangat tinggi. viii PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Pengukuran Kadar Logam Natrium Dan Kalium Dalam Tanah Pertanian Dengan Menggunakan Tiga Ekstraktan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Drs. Kusno, DEA., PhD selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Jember; 2. Ketua Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Jember; 3. Bapak Drs. Siswoyo, M.Sc, PhD, selaku Dosen Pembimbing Utama, Bapak Drs. Zulfikar, PhD, selaku Dosen Pembimbing Anggota, Bapak Drs. Mukh. Mintadi dan Bapak I Nyoman Adi Winata, S.Si, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini; 4. ayah, ibu, dan adik-adikku tercinta atas semangat, dukungan, inspirasi dan doanya selama ini; 5. Muhammad Nur Hafidz yang sudah memberikan kasih sayang, pengertian, perhatian, waktu, semangat, dukungan, bantuan dan doa yang tiada henti, terimakasih atas pengorbanan dan semua yang telah dilakukan selama ini; 6. teman-temanku angkatan 2008, khususnya Rima dan Wiwin yang sudah berjuang bersama penulis selama 4 tahun lebih berbagi suka dan duka selama menjadi mahasiswa; ix 7. tim work potensiometri Ulil, Putri, Restu dan Nila yang sudah berjuang bersama penulis dalam menyelesaikan penelitian dan atas bantuannya selama ini; 8. teman-temanku di “Apartement 46” Umi dan Falah kenangan bersama kalian takkan pernah terlupakan; 9. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis juga menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Jember, Februari 2013 Citra Awalul Laili x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv HALAMAN PEMBIMBING ........................................................................ v HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi RINGKASAN ................................................................................................ vii PRAKATA .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5 2.1 Tanah .......................................................................................... 5 2.2 Natrium ....................................................................................... 6 2.3 Kalium ......................................................................................... 8 2.4 Analisis Tanah ............................................................................ 9 2.5 Soil Extractant ............................................................................. 10 xi 2.6 Potensiometri .............................................................................. 10 2.7 Elektoda Selektif Ion ................................................................... 12 2.8 Flame Fotometri ......................................................................... 14 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN....................................................... 17 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 17 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 17 3.2.1 Alat Penelitian ...................................................................... 17 3.2.2 Bahan Penelitian ................................................................... 17 3.3 Rancangan Penelitian ................................................................. 18 3.3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................ 18 3.4 Prosedur Penelitian...................................................................... 19 3.4.1 Pembuatan Berbagai Larutan................................................. 19 3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah .................................................. 21 3.4.3 Penentuan Kadar Air ............................................................. 21 3.4.4 Penentuan Kondisi Optimum Ekstraktan ............................... 21 3.4.5 Penentuan Waktu Optimum .................................................. 23 3.4.6 Pengukuran Kadar K dan Na Menggunakan Potensiometer ....................................................................... 23 3.4.7 Pengukuran Kadar K dan Na Menggunakan Flame Fotometer ................................................................... 23 3.4.8 Karakteristik Metode Potensiometri ...................................... 24 3.5 Analisis Data ................................................................................ 26 3.5.1 Uji-t ...................................................................................... 26 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 27 4.1 Kadar Air ..................................................................................... 28 4.2 Optimasi Ekstraktan ................................................................... 28 4.3 Optimasi Waktu .......................................................................... 32 4.4 Karakteristik Metode Potensiometri .......................................... 37 4.3.1 Linier Range ......................................................................... 37 xii 4.3.2 Limit Deteksi ........................................................................ 39 4.3.3 Sensitivitas ............................................................................ 40 4.3.4 Reprodusibilitas .................................................................... 41 4.5 Perbandingan Hasil Analisis Menggunakan Metode Potensiometri dan Spektrometri ................................................. 42 BAB 5 PENUTUP ......................................................................................... 47 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 47 4.1 Saran ........................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48 LAMPIRAN .................................................................................................. 51 xiii DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Data Pengukuran Variasi Ekstraktan untuk Kalium ................................ 29 4.2 Data Pengukuran Variasi Ekstraktan untuk Natrium............................... 31 4.3 Data Pengukuran Variasi Waktu untuk Kalium ...................................... 33 4.4 Data Pengukuran Variasi Waktu untuk Natrium ..................................... 35 4.5 Nilai Reprodusibilitas Kalium dan Natrium............................................ 41 4.6 Data Perbandingan Nilai t eks dan ttabel Kadar Kalium antara Metode Potensiometri dan Sepktrometri ............................................................. 4.7 44 Data Perbandingan Nilai t eks dan ttabel Kadar Natrium antara Metode Potensiometri dan Sepktrometri ............................................................. xiv 46 DAFTAR GAMBAR Halaman 4.1 Grafik Optimasi Ekstraktan untuk Kalium ............................................. 30 4.2 Grafik Optimasi Ekstraktan untuk Natrium ............................................ 32 4.3 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah A ............................. 33 4.4 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah B ............................. 34 4.5 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah C ............................. 34 4.6 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah A ............................ 35 4.7 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah B ............................ 36 4.8 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah C ............................ 36 4.9 Kurva Kalibrasi Kalium ......................................................................... 37 4.10 Kurva Kalibrasi Natrium ........................................................................ 39 4.11 Grafik Perbandingan Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 ..................................................................................................... 43 4.12 Grafik Perbandingan Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan Air ......................................................................................................... 43 4.13 Grafik Perbandingan Konsentrasi Natriun Menggunakan Ekstraktan CaCl2 ..................................................................................................... 45 4.14 Grafik Perbandingan Konsentrasi Natriun Menggunakan Ekstraktan Air ......................................................................................................... xv 45 DAFTAR LAMPIRAN Halaman A. Pembuatan Larutan Standart Kalium dan Natrium 1000 ppm ...................... 51 B. Pembuatan Larutan Deret Standart Kalium dan Natrium............................. 52 C. Perhitungan Limit Deteksi .......................................................................... 53 D. Perhitungan Reprodusibilitas ...................................................................... 55 E. Perhitungan Konsentrasi Kalium dan Natrium Menggunakan Metode Potensiometri ............................................................................................. 56 F. Perhitungan Konsentrasi Kalium dan Natrium Menggunakan Metode Flame Fotometri ......................................................................................... 60 G. Perhitungan Kadar Air dan Faktor Koreksi ................................................. 64 H. Penentuan Kadar Rata-Rata Natrium dalam Tanah ..................................... 66 I. Penentuan Kadar Rata-Rata Kalium dalam Tanah....................................... 69 J. Analisis Data dengan Uji-t.......................................................................... 72 xvi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nutrisi tanaman adalah suatu zat yang sangat penting bagi produksi tanaman. Nutrisi yang diserap oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi tanaman tersebut. Ada beberapa nutrien yang telah tersedia dialam, biasanya berupa unsur-unsur alami yang terkandung di dalam tanah. Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien, sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk tumbuh. Tanah merupakan medium dari tanaman secara normal memperoleh nutriennya. Unsur-unsur yang ada di dalam tanah seperti karbon (C), natrium (Na), kalium (K), nitrogen (N), dan posfor (P). Nutrien pertama-tama dibebaskan ke dalam larutan tanah (air tanah) sebelum dipindahkan ke dalam sistem perakaran tanaman (Rao, 1994). Unsur kalium merupakan unsur yang paling mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor dan magnesium. Unsur kalium berfungsi untuk tanaman yaitu untuk (a). mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman; (b). memperkokoh tubuh tanaman; (c). mempertinggi resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan kekeringan; (d). meningkatkan kualitas biji (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988). Natrium merupakan unsur penyusun litosfer ke-6 setelah Ca yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005). Perlu diketahui bahwa tanaman yang peka dapat menunjukkan kerusakan atau pertumbuhan yang lambat bahkan pada kadar natrium yang lebih rendah. Natrium sangat rentan terhadap pencucian dan natrium tanah yang tersedia dapat hilang selama musim dingin. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan kalium dan natrium yang tersedia dalam tanah. Setiap metode yang dipakai memberikan angka yang berbeda untuk tanah yang sama. Kalium (K) dan Natrium (N) yang terdapat 2 dalam tanah dapat dianalisis dengan cara mengekstraknya. Ada beberapa ekstraktan yang sering digunakan untuk mengekstraksi K dan Na pada tanah, antara lain: larutan ammonium asetat 1N pH 7 pada metode ekstraksi Bray 1 (Adiningsih dan Sudjadi, 1983), Larutan HCl 25% pada metode ekstraksi Olsen, HNO3 1N pada metode ekstraksi Morgan Venema (Purwanto dan Adiningsih, 1980). Namun dari penelitian yang sudah banyak dilakukan ekstraktan larutan ammonium asetat 1N pH 7 yang sering digunakan karena merupakan pengekstrak terbaik dengan koefisien korelasi tertinggi dibandingkan pengekstrak lainnya. Potensiometri adalah satu cara elektrokimia untuk analisa ion secara kuantitatif berdasarkan pengukuran potensial dari elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan. Potensiometri digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu ion, pH larutan, dan titik akhir titrasi. Potensiometri digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi suatu larutan yang dijelaskan melalaui persamaan Nerst. Didalam potensiometri ini terdapat ESI (Elektroda Selektif Ion) yang berfungsi membiarkan ion-ion speksifik melewatinya dan mencegah ion lainnya masuk. Dimana ESI ini adalah suatu sensor kimia untuk analisis ion-ion dalam suatu analat yang dianalisis. ESI adalah elektrode kerja yang mampu mengukur secara selektif terhadap ion tertentu. Potensial yang diukur akan berubah secara reversibel terhadap keaktifan dari ion yang ditentukan. ESI mempunyai membran, membrane adalah benda yang tipis yang memisahkan dua fasa cairan yang mengandung minimal satu komponen dapat melaluinya (Mulder, 1996). ESI harus dapat menghantarkan listrik agar dapat memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik terhadap kation dan anion. Selain itu sifat yang harus dimiliki ESI tidak larut dalam air, dan bereaksi dengan analat melalui pertukaran ion, kristalisasi, atau kompleksasi. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu didalam satu larutan, namun belum banyak diterapkan untuk menganalisa sampel tanah. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan metode potensiometri untuk menganalisis dan untuk menentukan 3 kandungan Na dan K yang ada di tanah yang menggunakan ESI yang selektif, yang hasilnya dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan flame fotometer. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil beberapa yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah yakni : 1. Bagaimana pengaruh variasi ekstraktan ( ammonium asetat, HCl, HNO3, CaCl2, dan Air ) dan pengaruh variasi waktu pada analisis kadar K dan Na dalam tanah pertanian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik? 2. Bagaimana perbandingan pengukuran kadar K dan Na dalam sampel menggunakan metode potensiometri dengan spektrometri? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Elektroda yang digunakan adalah elektroda komersial. 2. Sampel tanah yang akan dianalisis diambil dari tiga lokasi yang berbeda. 3. Spektrometri yang digunakan adalah flame fotometer. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh variasi ekstraktan dan variasi waktu pengadukan pada analisis kadar K dan Na dalam tanah pertanian. 2. Dapat membandingan antara metode potensiometri dan spektrometri pada pengukuran kadar K dan Na dalam tanah pertanian. 4 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Mengembangkan metode untuk menganalisis tanah dalam pertanian. 2. Mengembangkan implantasi pertanian presisi. 3. Dapat memberikan informasi khususnya di bidang pertanian mengenai kadar K dan Na dalam tanah. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan terartur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berkembang secara genetik (Foth, 1994). Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang melapuk yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik. Kerangka penyusun tanah tidak hanya terdiri atas bahan mineral saja (tubuh tanah mineral). Bahan organik juga mempunyai kontribusi (tubuh tanah organik). Kontribusi bahan organik terhadap tanah sebagai tubuh alam adalah sumber N tanah dan unsur hara lainnya, terutama S dan P; berperan penting dalam pembentukan struktur tanah; mempengaruhi keadaan air, udara dan temperatur tanah; serta mempengaruhi tingkat kesuburan tanah (Sutanto, 2005). Bahan organik terdiri dari:75% air dan 25% padatan yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P, Ca, K, Mg dll (Wijaya, 2011). Proses pembentukan tanah dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau translokasi (Foth, 1994). Proses pembentukan tanah merupakan suatu masalah biologi dan kimia yang rumit dan biasanya sulit untuk digambarkan dengan reaksi tunggal. Reaksi-reaksi dapat terjadi secara serempak atau dapat dilihat sederetan reaksi yang berlangsung berurutan. Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (Kim H. Tan, 1998). Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara 6 bersama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran (Notohadiprawiro, 1998) Sistem tanah merupakan tempat penyimpanan hampir semua unsur hara yang diperlukan tanaman, dan juga mengandung permukaan-permukaan aktif yang menentukan konsentrasi ion didalam larutan tanah. Gerakan ion, akumulasi, ketersediaan unsur dan penyerapannya oleh tanaman, perubahan dalam tingkat oksidasi dan reduksi suatu unsur, dan banyak lagi reaksi kimia yang lain di dalam tanah adalah reaksi-reaksi yang hingga tingkat tertentu mirip dengan yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Tiap spesies kimia dalam suatu campuran reaksi, dianggap mempunyai sejumlah energi tertentu, yang disebut potensial kimia. Potensial kimia menunjukkan tingkat energi potensialari spesies atau komponen-komponen dalam tanah, dan perumusannya menunjukkan sesuatu hubungan dengan potensial Nerst (Kim H. Tan, 1998). Unsur-unsur dalam tanah terdapat dalam mirenal dan bahan organik yang tidak dapat larut dan tidak berguna bagi tanaman. Unsur hara akan tersedia melalui pelapukan dan pembusukan bahan organik atau melalui perombakan. Unsur-unsur hara yang diserap terutama dari larutan tanah atau permukaan- permukaan koloid dalam bentuk kation dan anion. Unsur hara yang diperlukan tanaman yang ada dalam tanah seperti nitrogen, kalium, natrium, dan fosfar (Foth, 1994). 2.2 Natrium Natrium merupakan unsur penyusun litosfer ke-6 setelah Ca, yaitu 2,75%, yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah arid dan semi arid (kering dan agak kering) yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya Na air laut. Suatu tanah disebut tanah alkali atau tanah salin jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh > 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen-komponen dominan 7 dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl) (Hanafiah, 2005). Natrium sangat rentan terhadap pencucian dan natrium tanah yang tersedia dapat hilang selama musim dingin. Perakaran tanaman yang lebih dalam dapat membantu penyerapan natrium ke lapisan tanah. Pertukaran natrium yang tinggi dapat mendispersi partikel tanah liat yang mengakibatkan rusak atau hilangnya struktur tanah. Hal ini sering terlihat saat kejadian banjir yang diakibatkan oleh naikknya air laut. Efek yang tidak nyata juga dapat terjadi ketika aplikasi natrium dilakukan pada tanah sehingga terikat dengan garam atau pada pupuk yang digunakan. Namun hal ini dapat dibenahi dengan pemberian kapur. Unsur hara pembangun (fakultatif) merupakan unsur yang tidak penting, tetapi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga dapat menjadi unsur penting untuk beberapa spesies tanaman tertentu. Unsur fakultatif disebut juga unsur yang menguntungkan (beneficial element) karena walaupun bukan unsur penting tetapi menyebabkan kenaikan produksi dan untuk sebagian tanaman tertentu menyebabkan kenaikan kualitas produksi. Unsur-unsur yang termasuk menguntungkan bagi tanaman adalah Cl, Si, dan Na. Natrium diserap dalam bentuk ion Na. Natrium bukan merupakan unsur hara tanaman yang penting. Walaupun dalam tanaman tidak mengandung Na, tanaman tidak menunjukkan adanya gangguan metabolisme. Tanaman selalu mengandung unsur Na dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Natrium sering berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negative. Misalnya, sampai kadar tertentu Na berpengaruh baik terhadap kualitas daun tembakau terutama daya bakarnya. Penagruh Na yang baik pada pertumbuhan tanaman bila kadar K relative rendah. Pada konsentrasi K yang rendah, pemberian Na menaikkan prodiksi cukup tinggi, sedangkan pada kosentrasi K yang tinggi, pemberian Na sedikit menurunkan produksi (Afandie, 2009). 8 2.3 Kalium Tanah yang mengandung kalium dapat dikatagorikan menjadi tanah-tanah yang larut, dapat ditukar, dan tetap tidak berubah. Struktur kalium merupakan kation monovalen (K+) yang diserap oleh akar tanaman yang lebih besar jumlahnya dari kation lainnya. Kalium ini ditemukan pada cairan sel tanaman yang tidak terikat secara kuat dan bukan merupakan bagian dari jaringan tua ke titik perhubungan akar dan tajak (Spark, 1996). Kalium juga memiliki banyak perilaku yang sama dengan natrium, kalsium, dan magnesium di lingkungan. Unsur ini juga mudah tertangkap ke dalam mineral silikat, berbagi dengan magnesium (Jackson dan Jackson, 1996). Peranan kalium dalam tanaman berhubungan dengan kualitas hasil penambahan resultasi tanaman terhadap patogen-patogen tanaman. Kekuatan tanah untuk menyediakan kalium sangat ditentukan oleh faktor kapasitasnya yang berapa kejenuhan dari kalium. Sumber kalium untuk tanah yang utama berasal dari pupuk dan mineral kalium (Indranada, 1994). Unsur kalium merupakan unsur yang paling mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor dan magnesium. Unsur kalium berfungsi untuk tanaman yaitu untuk (a). mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman; (b). memperkokoh tubuh tanaman; (c). mempertinggi resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan kekeringan; (d). meningkatkan kualitas biji. Sifat K yaitu mudah larut dan terbawa hanyut dan mudah pula terfiksasi dalam tanah. Sumber K adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi, larutan dalam tanah, abu tanaman dan pupuk anorganik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988). Peningkatnya pemakaian pupuk N dan P maka keperluan K akan meningkat pula. Akibatnya serapan kalium tanah akan meningkat. Banyak tanah mempunyai kelimpahan kalium yang dapat digunakan dan tanaman tidak tanggap terhadap pupuk kalium meskipun tanaman biasanya menggunakan lebih banyak kalium dari tanah dibandingkan dengan hara lain kecuali nitrogen (Hakim dkk, 1986). Pada dasarnya, kalium dalam tanah berada dalam mineral yang melapuk dan melepaskan ion-ion 9 kalium. Ion-ion tersebut diserap pada pertukaran kation dan siap tersedia untuk diambil oleh tanaman. Kalium yang tersedia menumpuk dalam tanah dengan kelembaban lebih kering tanpa adanya pencucian. Tanah organik terkenal miskin kalium karena tanah tersebut mengandung sedikit mineral yang mengandung kalium (Foth, 1994). Kalium yang tersedia hanya meliputi 1-2 % dari seluruh kalium yang terdapat pada kebanyakan tanah mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan tanah dan kalium yang dapat dipertukarkan dan diadsorbsi oleh permukaan koloid tanah. Kalium larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap pencucian. Pada keadaan tertentu, misalnya pada pertanaman intensif atau pada tanah muda yang banyak mengandung mineral kalium dengan curah hujan tinggi, kalium tidak dapat dipertukarkan dapat juga diserap oleh tanaman (Hakim dkk, 1986). 2.4 Analisa Tanah Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika hendak melakukan pertanaman pada tanah itu. Untuk mengetahui kapasitas kemampuan itu perlu dilakukan penelitian-penelitian dengan cara analisis (penguraian) terhadap tubuhnya (Sutedjo, 2000). Salah satunya dengan cara mengekstraksi tanah terlebih dahulu sebelum dianalisis. Ekstraksi didefinisikan sebagai suatu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan untuk mendapatkan zat yang diinginkan dari bahan tersebut dengan menggunakan pelarut (Suyitno, 1989). Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan kelarutan yang berbeda didalam komponen-komponen campuran (Bernasconi et al., 1995). Ekstraksi terdiri dari 3 tahapan, diantaranya: pencampuran bahan baku dengan pelarut sehingga terjadi kontak dari keduanya, pemisahan bahan baku dan pengambilan bahan baku terlarut dari pelarutnya (Hui, 1982). Ekstraksi dan penetapan kandungan kalium ditinjau dari segi penelitian kesuburan tanah, merupakan suatu tahap dari uji tanah. Menurut Soepartini (dalam 10 Herdiani, 2000), macam-macam metode telah dikenal untuk menetapkan kalium tersedia dalam tanah yang dipakai sebagai indeks penyediaan kalium oleh tanah. Cara yang umum digunakan dan merupakan standart internasional adalah penetapan kalium tersedia yang menyangkut kalium dapat ditukar dan kalium terlarut dengan pengekstrak 1 N amonium asetat pH 7. Peneliti lain menyatakan bahwa ekstraksi kalium tanah dengan larutan asamasam atau garam-garam basa hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengekstrak baku tersebut. Sedang untuk penetepan natrium menggunakan pengekstrak yang sama dengan penetepan pada kalium hanya larutan standartnya saja yang berbeda saat pengukuran. Hal ini karena sifat fisik, kimia dan fungsi dari natrium dan kalium pada tanah untuk tumbuhan hampir sama (Herdiani, 2000). 2.5 Soil Extractant Analisa tanah membutuhkan ekstraktan untuk menentukan jumlah unsur hara dalam tanah. Ekstraktan tanah adalah larutan yang terbuat dari air dan bahan kimia dengan konsentrasi tertentu. Ekstraktan tersebut akan ditambahkan ke dalam tanah dan keduanya dicampur bersama-sama dengan waktu yang ditentukan. Campuran ini kemudian dituangkan melalui kertas saring. Tanah dipertahankan pada kertas saring, dan ekstraktan sekarang mengandung unsur hara yang terlarut. Unsur hara dalam ekstraktan tersebut dianalisis menggunakan peralatan laboratorium yang tepat untuk melihat berapa banyak unsur hara yang hilang dari tanah. Jumlah unsur hara yang diekstrak akan mewakili sebagian kecil dari nutrisi total yang tersedia (Mitchell, 2000). 2.6 Potensiometri Potensiometri merupakan bagian dari teknik analisa elektrokimia, dimana beda potensial dua elektroda yang tidak terpolarisasi diukur pada kondisi arus mendekati nol (Khopkar, 1990). Pengukuran perbedaan potensial antara dua elektroda 11 (elektroda indikator dan elektroda reference) pada kondisi arus mendekati nol bertujuan untuk mendapatkan informasi analitik tentang komposisi kimia dari larutan. Dalam potensiometri, yang merupakan sensor kimia adalah elektroda indikator (Kellner, 1998). Potensial sel elektrokimia merupakan hasil dari perubahan energi bebas yang terjadi jika reaksi kimia diteruskan sampai kondisi seimbang. Dalam reaksi kimia seperti ini: aA + bB ↔ cC + dD perubahan energi bebas atau kerja yang dilakukan dengan mendorong elektron sebanyak bilangan Avogadro, melewati voltase E adalah (Ne) E, dengan N adalah bilangan Avogadro dan e adalah muatan elektron. Hasil kali Ne adalah 96.500 C, yang disebut I faraday atau F. Jadi, ∆G = -nFE ∆G adalah perubahan energi bebas, n adalah banyaknya mol elektron yang terlibat dalam reaksi itu. Jika semua peraksi dan hasil reaksi berada dalam keadaan standar, hubungan ini menjadi: ∆G = -nFE0 jadi − = − + 2,3 log [ ] [ ] [ ] [ ] Dimana konsentrasi-konsentrasi menggantikan aktivitas. Ini dapat dituliskan sebagai berikut: = − 0,059 log [ ] [ ] [ ] [ ] log [ ] [ ] [ ] [ ] Pada 298 k persamaan menjadi = ( Day dan Underwood, 1999). − 0,059 12 Ada dua tipe utama dalam potensiometri, pertama disebut sebagai potensiometri langsung yaitu ketika potensial sel ditentukan dan dikorelasikan dengan aktifitas atau konsentrasi spesies kimia. Tipe yang kedua adalah potensiometri tidak langsung atau yang biasa disebut titrasi potensiometri, yaitu ketika variasi potensial dimonitor sebagai fungsi penambahan reagen pada sampel (Kellner, 1998). 2.7 Elektoda Selektif Ion Elektroda selektif ion (ESI) adalah salah satu sensor elektrokimia yang banyak digunakan karena memiliki selektivitas, sensitivitas, keakuratan, dan ketepatan yang relatif tinggi serta batas deteksinya yang relatif rendah. Skoog et al. (1980) menyatakan bahwa penggunaan ESI dalam analisis kimia sangat luas mulai dari analisis ion-ion anorganik yang bermolekul kecil, asam amino sampai pada molekul organik yang kompleks dalam bidang kimia analisis, pengukuran biomedis, mengontrol polusi, geologi, oceanografi, sampai kontrol industri. Salah satu kelebihan lain dari ESI analisisnya tidak memerlukan pemisahan. ESI memiliki membran yang selektif terhadap ion tertentu dan bagian luarnya mengadakan kontak dengan ion yang akan diukur keberadaannya. Misalnya saja ESIK+ dan ESI-Na+ yang membrannya terbuat dari PVC. Ada juga yang membrannya terbuat dari kristal seperti ESI-Ag+, ESI-Pb2+ dan masih banyak lagi. ESI adalah suatu sensor kimia untuk analisis ion-ion dalam suatu analat yang dianalisis. ESI adalah elektroda penunjuk (kerja) yang mampu mengukur secara selektif terhadap ion tertentu. Potensial yang diukur akan berubah secara reversibel terhadap keaktifan dari ion yang ditentukan. ESI mempunyai membran, membran adalah benda yang tipis yang memisahkan dua fasa cairan yang mengandung minimal satu komponen dapat melaluinya (Mulder 1996). ESI harus dapat menghantarkan listrik agar dapat memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik terhadap kation dan anion. Selain itu sifat yang harus dimiliki ESI tidak larut dalam air, dan bereaksi dengan analat melalui pertukaran ion, kristalisasi, atau kompleksasi. 13 Menurut Strobel & Heineman (1992), ESI terdiri atas sebuah membran dan satu elektroda pembanding yang tercelup pada larutan dalam membran. Elektroda dicelupkan dalam larutan contoh yang mengandung analat dengan aktivitas contoh. Sedangkan elektroda pembanding luar adalah bagian membran yang langsung berinteraksi dengan larutan contoh. Kedua elektroda ini merupakan penyusun setengah reaksi sel elektrokimia. Potensial yang terukur merupakan selisih potensial antara elektroda pembanding luar (Eref ext) dengan elektrode pembanding dalam (Eref int) ditambah potensial membran (E memb) dan potensial sambungan cair (Elj). E1j adalah potensial pada pertemuan antara Eref ext. dengan larutan contoh. Hubungan tersebut dapat ditulis: Esel = Eref ext - Eref int + Ememb + E1j (1) Membran yang dipakai bersifat selektif terhadap ion tertentu sehingga potensial yang dihasilkan antara kedua sisi membran akan bergantung pada aktivitas pada kedua sisi. Ememb = RT/nF ln (ai contoh/ ai ln t) (2) n = muatan ion Bila persamaan (2) di atas disubstitusikan ke persamaan (1) maka akan menghasilkan persamaan (3): Esel = Eref ext - Eref int + RT/nF ln (1/ ai ln t) + RT/nF ln (ai contoh) + E1j (3) Potensial setengah sel kedua elektroda pembanding bersifat konstan. Kondisi larutan contoh dapat dikontrol sehingga E1j akan konstan demikian juga kondisi larutan di dalam membran. Persamaan di atas dapat disederhanakan lagi menjadi: = − ln Keterangan: K = Ketetapan R = Konstanta molar gas (8.314 J/K mol) T = Temperatur (K) = Aktifitas ion (4) 14 n = Muatan ion Hubungan antara potensial ESI dan aktivitas analat ini merupakan dasar kerja ESI sebagai alat analisis. Beda potensial antara ESI dengan elektroda pembanding merupakan potensial yang terukur. 2.8 Flame Fotometri Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990). Flame fotometri adalah suatu metode yang didasarkan pada penyerapan energi oleh atom. Nyala pembakaran Bunsen dapat digunakan sebagai sumber energi pada metode flame fotometri. Metode ini efektif untuk menentukan konsentrasi rendah ionion logam seperti Na, K, dan Ca. Mekanisme yang terjadi pada flame fotometri adalah bila atom logam dibakar seperti pada tes nyala, maka atom logam akan menyerap energi lalu tereksitasi, dan saat berubah ke bentuk dasar sejumlah energi akan dilepaskan (Hendayana, 1994). Atom memiliki dua bentuk keadaan, yaitu keadaan dasar dan keadaan tereksitasi. Keadaan dasar menunjukkan elektron pada atom berada pada tingkat energi terendah yang mungkin ditempatinya (secara alami atom berada dalam keadaan dasar). Sejumlah energi yang spesifik dibutuhkan untuk memindahkan elektron tersebut dan menghasilkan keadaan tereksitasi. Energi dapat diberikan pada atom dengan berbagai cara. Energi tersebut dapat dalam bentuk cahaya, muatan listrik atau panas. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah selain dianalisis dengan flame fotometri juga dapat dianalisis dengan metode serapan atom (AAS), akan tetapi 15 flame fotometri tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi. Flame fotometri memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al., 1980). Metode flame fotometri dan spektroskopi serapan atom (AAS) mempunyai prinsip dasar yang sama, hanya saja keduannya memiliki perbedaan yang terletak pada sumber energi yang digunakan. Di dalam flame fotometri menggunakan nyala Bunsen dengan gas kota dan udara atau oksigen digunakan sebagai sumber energi, sedangkan hollow cathode menjadi sumber energi untuk AAS. Setiap pengukuran dengan AAS kita harus menggunakan hollow cathode khusus, misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu sampel, maka kita harus menggunakan hollow cathode khusus. Hollow cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi electron atom. Sedangkan pada flame fotometri kebanyakan atom berada dalam keadaan energi dasar. Atom-atom yang masih berada dalam keadaan dasar ini mempunyai kecenderungan untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan dasar. Peristiwa ini disebut self absorption, akibatnya memiliki kelemahan yang berhubungan dengan konsentrasi dan intensitas menjadi tidak linear lagi. Sedangkan pada AAS dapat menghilangkan kelemahan tersebut dengan penggunaan hollow cathode sebagai sumber energinya (Hendayana, 1994). Metode Flame fotometer berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atomatom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat energi elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energy berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacammacam. Misalnya unsur Na dengan nomer atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak memiliki 16 kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya. Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari Hukum Lambert yaitu “bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan mediumyang mengabsorbsi”. Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan: A = log Io / lt = a b c Dimana: A = absorbans lo = intensitas sumber sinar lt = intensitas sinar yang diteruskan a = absortivitas molar b = panjang medium c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1999). BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Instrumen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Pelaksanaan penelitian berlangsung mulai bulan Agustus 2012 sampai selesai. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian digolongkan menjadi peralatan gelas, instrumen, dan peralatan bukan gelas. Peralatan gelas meliputi gelas beaker, labu ukur, gelas ukur, pipet volume, pipet Mohr, pipet tetes, corong, cawan, dan pengaduk. Instrumen meliputi neraca analitik, hot plate, stirrer magnetik dan anak nya, flame fotometer, pH meter, refference electrode, elektroda K+, elektroda Na+, oven, dan desikator. Peralatan bukan gelas antara lain spatula logam, bulb pipet, lemari asam, botol semprot, kertas saring, dan tissue. 3.2.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan meliputi: Tanah pertanian, ammonium asetat (EMerck, Mr: 77,08 g/mol, :1,17 g/ml), larutan HCl 37% (E-Merck, :1,02 g/ml), larutan HNO3 65% (E-Merck, Mr: 63,01 g/mol, :1,39 g/ml), NaCl (E-Merck, Mr: 58,44 g/mol), KCl (E-Merck, Mr: 74,55 g/mol), larutan ammonia 25% (E-Merck, Mr: 17,03 g/mol, : 0,903 g/ml), larutan asam asetat pekat 100% (E-Merck, Mr: 60,05 g/mol, : 1,05 g/ml), CaCl2. 2H2O (Sigma-aldrich, Mr: 147.02 g/mol), dan aquades. 18 3.3 Rancangan Penelitian 3.3.1 Diagram Alir Penelitian Preparasi alat dan bahan Penentuan Kadar Air Ekstraksi Tanah Variasi Larutan Ekstraktan: 1. ammonium asetat 1N pH 7. Variasi Waktu: 2. HCl 25%. 5, 15, 25, 35, dan 45 menit 3. HNO3 1N 4. CaCl2 0,01M 5. Air Larutan Standart Filtrat Filtrat Hasil Optimasi Larutan Standart Analisis Potensiometri Analisis flame fotometri Data Sensitivitas Linier Range Limit Deteksi dibandingkan Reprodusibilitas Data Uji t 19 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Berbagai Larutan a. Pembuatan Larutan Ammonium asetat 1 N pH 7 Preparasi larutan Ammonium asetat 1 N pH 7 dilakukan dengan menimbang 7,708 gram ammonium asetat, yang dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan aquademin sampai garis tanda batas. Bila pH < 7, diatur dengan menambahkan ammonia dan bila pH. 7, diatur dengan menambahkan asam asetat pekat. b. Pembuatan Larutan HCl 25% Pembuatan larutan HCl 25% dilakukan dengan memipet larutan HCl 37% sebanyak 67,57 ml, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. c. Pembuatan Larutan CaCl2 0,01M Pembuatan larutan CaCl2 0,01M dilakukan dengan menimbang CaCl2 sebanyak 0,147 gram, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. d. Pembuatan Larutan HNO3 1 N Pembuatan larutan HNO3 1 N dilakukan dengan memipet larutan HNO3 65% sebanyak 6,98 ml, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. e. Pembuatan Larutan Amonia 3M Pembuatan larutan NH3 3M dilakukan dengan memipet larutan NH3 25% sebanyak 22,62 ml, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. 20 f. Pembuatan Larutan Asam asetat 3M Pembuatan larutan asam asetat 3M dilakukan dengan memipet larutan asam asetat 100% sebanyak 17,16 ml, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. g. Pembuatan Larutan Ionic Strength Adjustor ( NaCl 2,5M ) Pembuatan larutan ISA ( NaCl 2,5M ) dilakukan dengan menimbang 14,61 g NaCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. h. Pembuatan Larutan Standart K 1000 ppm Pembuatan larutan Standart K 1000 ppm dilakukan dengan menimbang 1,907 g KCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. i. Pembuatan Deret Larutan Standart K Pembuatan larutan standart K 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dilakukan dengan memipet 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 ml larutan standard K 1000 ppm ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian encerkan dengan aqudemin sampai garis tanda batas. j. Pembuatan Larutan Standart Na 1000 ppm Pembuatan larutan Standart Na 1000 ppm dilakukan dengan menimbang 2,542 g NaCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. k. Pembuatan Larutan Standart Na Pembuatan larutan standart Na 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm dilakukan dengan memipet 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 ml larutan standard Na 1000 ppm ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian encerkan dengan aqudemin sampai garis tanda batas. 21 3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Sampel tanah yang akan dianalisis diambil dari tiga lokasi. Lokasi A adalah tanah di perumahan Jalan Kalimantan, lokasi B adalah tanah di belakang jurusan kimia, lokasi C adalah tanah di Fakultas Pertanian Universitas Jember. Masingmasing sampel tanah diambil pada kedalam 20 cm. Pengambilan sampel tanah diambil menggunakan scoop atau cangkul yang kemudian sampel tanah dimasukkan kedalam wadah. 3.4.3 Penentuan Kadar Air Sebanyak 5 g sampel tanah dimasukkan kedalam wadah dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam. Setelah dioven selama 4 jam dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Kemudian ditimbang dengan neraca analitik. Bobot tanah yang hilang adalah bobot air. Perhitungan: % Kadar Air = ( )° = ( ) ( ) 100% Keterangan: a = berat wadah saja b = berat wadah dan berat sampel tanah c = berat wadah dan berat sampel tanah setelah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator 3.4.4 Penentuan Kondisi Optimum Ekstraktan a. Ekstraksi tanah menggunakan larutan Ammonium asetat 1N pada pH 7 Sampel tanah ditimbang sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dan ditambah 100 ml larutan Ammonium asetat 1N pada pH 7 dan dihomogenkan menggunakan stirrer magnetik selama 45 menit lalu disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan ekstrak. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. 22 b. Ekstraksi tanah menggunakan larutan HCl 25% Sampel tanah ditimbang sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dan ditambah 100 ml larutan HCl 25% dan dihomogenkan menggunakan stirrer magnetik selama 45 menit lalu disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan ekstrak. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. c. Ekstraksi tanah menggunakan larutan HNO3 1N Sampel tanah ditimbang sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dan ditambah 100 ml larutan HNO3 1N dan dihomogenkan menggunakan stirrer magnetik selama 45 menit lalu disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan ekstrak. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. d. Ekstraksi tanah menggunakan larutan CaCl2 0,01M Sampel tanah ditimbang sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dan ditambah 100 ml larutan CaCl2 0,01M dan dihomogenkan menggunakan stirrer magnetik selama 45 menit lalu disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan ekstrak. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. e. Ekstraksi tanah menggunakan Air Sampel tanah ditimbang sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dan ditambah 100 ml Air dan dihomogenkan menggunakan stirrer magnetik selama 45 menit lalu disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan ekstrak. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. 23 3.4.5 Penentuan Waktu Optimum Ekstraktan maksimum digunakan sebagai ekstraktan untuk penentuan waktu optimum. Variasi waktu yang digunakan yaitu 5, 15, 25, 35 dan 45 menit. Masingmasing waktu dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Waktu optimum menunjukkan nilai beda potensial yang optimum 3.4.6 Pengukuran Kadar K dan Na Menggunakan Potensiometer Pengukuran K dilakukan dengan cara memipet masing-masing 50 ml larutan standart K ( 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm ) yang sudah siap dan dimasukkan ke dalam beaker gelas. Ditambahkan 1 ml larutan ISA (larutan NaCl) pada masing-masing larutan standart. Kemudian beaker gelas yang berisi larutan standart dan larutan ISA tersebut diletakkan diatas stirrer magnetik dan diaduk sampai homogen. Kemudian celupkan elektroda K+ dan elektroda referensi ke dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca pada mV/pH meter stabil. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan standar ( dari konsentrasi terkecil ) yang lain, demikian pula dengan sampel. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Pengukuran Na dilakukan dengan cara memipet masing-masing 50 ml larutan standart Na ( 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm ) yang sudah siap dan dimasukkan ke dalam beaker gelas. Kemudian beaker gelas yang berisi larutan standart diletakkan diatas stirrer magnetik dan diaduk sampai homogen. Kemudian celupkan elektroda Na+ dan elektroda referensi ke dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca pada mV/pH meter stabil. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan standar ( dari konsentrasi terkecil ) yang lain, demikian pula dengan sampel. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. 3.4.7 Pengukuran Kadar K dan Na Menggunakan Flame Fotometer Pengukuran K dilakukan dengan cara memipet masing-masing 25 ml larutan standart K ( 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm ) yang sudah siap dan dimasukkan ke dalam 24 beaker gelas. Kemudian diukur dengan flame fotometer dengan panjang gelombang 766,5 nm. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan standar ( dari konsentrasi terkecil ) yang lain, demikian pula dengan sampel. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Pengukuran Na dilakukan dengan cara memipet masing-masing 25 ml larutan standart Na ( 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm ) yang sudah siap dan dimasukkan ke dalam beaker gelas. Kemudian diukur dengan flame fotometer dengan panjang gelombang 589 nm. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan standar ( dari konsentrasi terkecil ) yang lain, demikian pula dengan sampel. Masing-masing dilakukan dengan 3 kali pengulangan. 3.4.8 Karakteristik Metode Potensiometri a. Linier Range Linier range dapat digambarkan dari kurva kalibrasi dengan memplotkan antara sumbu x dan sumbu y, dimana sumbu x adalah log konsentrasi natrium dan kalium sedangkan sumbu y adalah beda potensial yang dihasilkan. Respon yang linier ditunjukkan melalui persamaan garis sebagai berikut : y = bx + a dimana b adalah kemiringan kurva kalibrasi (slope) dan a adalah perpotongan terhadap sumbu y (Caulcut, 1995). b. Limit Deteksi Limit deteksi adalah kuantitas (konsentrasi) terkecil dari suatu analit yang masih dapat ditentukan atau dideteksi. Semakin kecil konsentrasi yang bisa dideteksi, semakin baik karakteristik sensor tersebut. Limit deteksi atau batas identifikasi adalah kuantitas (konsentrasi) terkecil dari suatu analit yang masih dapat ditentukan atau dideteksi. Batas deteksi biasanya dinyatakan dalam mikrogram (µg) atau gamma (Svehla, 1985). Limit deteksi dapat ditentukan dengan mencari nilai penyimpangan dari kurva kalibrasi. Limit deteksi dapat dirumuskan sebagai berikut: 25 YLOD = YB + 3 SB Dimana: YLOD = limit deteksi YB = rata-rata blanko SB = standart deviasi blanko (Miller dan Miller, 1991). c. Sensitifitas Sensitifitas dinyatakan sebagai slope dari kurva yang diperoleh dengan range tertentu (Miller dan Miller, 1991). Menurut IUPAC, sensitifitas yang dinyatakan dengan slope merupakan sensitifitas kurva. Kateman (1993) menyatakan sensitifitas sebagai rasio perubahan konsentrasi analit. Nilai sensitifitas yang besar berarti bahwa perubahan konsentrasi yang kecil dari analit dapat memberikan respon yang berarti. d. Reprodusibilitas Pengulangan percobaan yang dilakukan pada reprodusibilitas diharapkan akan dihasilkan limit antar percobaan yang sekecil mungkin, dengan nilai setiap pendekatan untuk satu kali pengulangan atau lebih yang berbeda adalah 95% (Caulcutt, 1995). Hasil pengulangan dapat dinyatakan sebagai koefisien variasi dari simpangan baku. = Dimana : SD = standart deviasi standart x = signal rata-rata standart Kv = koefisien variasi (Miller dan Miller, 1991) . 100% 26 3.5 Analisis Data 3.5.1 Uji-t Analisis data untuk menguji hasil dari metode analitik dengan membandingkan dua metode dapat menggunakan uji statistik salah satunya yaitu ujit. Uji-t dapat diperoleh dengan menghitung nilai x untuk respon metode pertama dan nilai y untuk respon metode kedua. Nilai t-eksperimen diperoleh melalui persamaan berikut : S= {(n − 1)S + (n − 1)S } (n + n − 2) t dimana = x − x 1 1 S n + n = mean data metode pertama = mean data metode kedua S1 = standar deviasi rata–rata metode pertama, S2 = standar deviasi rata–rata metode kedua S = standar deviasi total n1 = jumlah pengulangan percobaan metode pertama n2 = jumlah pengulangan percobaan metode kedua (Miller dan Miller, 1991). Jika nilai t-eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan nilai t-tabel, maka secara statistik kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaan signifikan pada selang kepercayaan 95 % (α = 0,05) (Sudjana, 1996). BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan metode untuk pengukuran kadar ion logam natrium dan kalium dalam tanah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potensiometri yang diperkirakan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode standar yang sudah umum digunakan yaitu metode yang berbasis instrumen optik misalnya spektrometri serapan atom atau fotometri nyala. Untuk pengembangan metode tersebut beberapa hal penting yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi ekstraktan, waktu ekstraksi, karakteristik kinerja metode (linier range, limit deteksi, sensitifitas dan reprodusibilitas) dan perbandingan metode potensiometri dengan metode standar flame fotometri. Analisa logam natrium dan kalium dalam tanah membutuhkan ekstraktan untuk menentukan jumlah unsur hara kalium atau natrium yang ada didalam tanah. Ekstraktan tersebut akan ditambahkan ke dalam tanah dan keduanya dicampur bersama-sama dengan waktu yang ditentukan. Kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapat akan dianalisis menggunakan ISE. Untuk itu dalam penelitian ini perlu dilakukan optimasi ekstraktan untuk metode potensiometri. Ekstraktran dengan kondisi optimum selanjutnya digunakan untuk mencari waktu optimum. Waktu optimum ini perlu dicari agar dapat mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bagi tanah dan ekstraktan untuk bercampur secara merata. Dengan didapatkannya ekstraktan dan waktu optimum ini diharapkan dapat digunakan untuk logam natrium dan kalium, terlebih lagi dapat digunakan untuk semua unsur hara yang ada ditanah, misalnya fosfat dan nitrogen dalam bentuk nitrat dan ammonium dengan hanya mengganti elektroda kerjanya saja. Pada tahap berikutnya ekstraktan dan waktu optimum dari pengukuran dengan menggunakan ISE akan dibandingkan dengan metode standar yang sering digunakan untuk analisis tanah, yaitu metode analisis berbasis optik. Pada metode optik ini alat 28 yang digunakan adalah flame fotometri. Karakteristik kinerja metode potensiometri yang meliputi linier range, limit deteksi, sensitifitas dan reprodusibilitas juga dievaluasi. Sedangkan untuk analisis datanya menggunakan uji-t, yang diperlukan untuk mengevaluasi perbedaan dua metode secara statistik berdasarkan hasil pengukuran yang telah diperoleh dengan dua metode tersebut. 4.1 Kadar Air Kadar air digunakan untuk mengetahui kandungan air pada tanah dan sebagai faktor koreksi. Hal ini dikarena pada masing-masing sampel tanah memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Kadar air pada tanah didapat dengan cara menimbang 5 gram sampel tanah dan dioven selama 4 jam dengan suhu 105oC. Kadar air ini dihitung berdasarkan bobot air yang hilang pada saat dioven. Suhu 105oC digunakan untuk menghilangkan air pada tanah yang terikat secara fisik. Kadar air dapat mempengaruhi penetapan kandungan unsur hara yang terdapat pada tanah tersebut, oleh karena itu pada proses analisis dilakukan pengukuran kadar air dari setiap kondisi tanah yang berbeda. Berdasarkan analisis yang dilakukan kadar air yang dihasilkan untuk kalium berkisar 15-34% dan natrium berkisar 21-32%. Kemudian kadar air yang didapatkan dimasukkan kedalam rumus untuk memperoleh faktor koreksi. Faktor koreksi yang didapatkan akan dimasukkan dalam rumus perhitungan untuk menetapkan kadar unsur hara pada tanah. Sehingga didapatkan konsentrasi kering untuk kalium dan natrium dalam tanah. 4.2 Optimasi Ekstraktan Optimasi jenis ekstraktan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi beberapa ekstraktan yang sering digunakan dalam menganalisis tanah yaitu: Ammonium asetat 1N pada pH 7, HCl 25%, HNO31N, CaCl2 0,01M, dan Air. Evaluasi dilakukan dengan mengamati hasil ekstraksi terhadap sampel tanah, dalam hal ini hasil ekstraksi dinyatakan dalam nilai potensial yang terukur secara potensiometri. Nilai potensial yang paling tinggi menunjukkan bahwa ekstraktan 29 tersebut mampu menukar ion K+ dalam tanah dan menghasilkan filtrat yang banyak mengandung K+ sehingga responnya tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai potensial yang tinggi untuk kalium dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Data Pengukuran Variasi Ekstraktan untuk Kalium Sampel Tanah A Tanah B Tanah C Variasi Ekstraktan Beda Potensial (mV) Rata-Rata U1 U2 U3 (mV) Air 304 306 304 305 HNO3 307 311 311 310 HCl 64 71 70 68 NH4asetat 383 387 387 386 CaCl2 325 324 325 325 Air 306 303 307 305 HNO3 307 310 309 309 HCl 76 70 75 74 NH4asetat 415 416 414 415 CaCl2 324 327 324 325 Air 313 300 285 299 HNO3 281 285 287 284 HCl 50 63 73 62 NH4asetat 407 408 410 408 CaCl2 309 303 305 306 30 Rata-rata Beda Potensial (mv) Ekstraktan untuk Kalium 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 air CaCl2 HNO3 HCl NH4 asetat Tanah A Tanah B Sampel Tanah C Gambar 4.1 Grafik Optimasi Ekstraktan untuk Kalium Gambar 4.1 menunjukkan bahwa NH4asetat tampak sebagai ekstraktan optimum untuk kalium, hal ini ditunjukkan dengan nilai beda potensial yang cukup tinggi dibandingan dengan yang lain. Namun NH4asetat ini tidak dapat dipakai sebagai ekstraktan optimum dikarenakan elektroda K+ yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengganggu yaitu: Cs+ dan NH4+. Hal ini berdasarkan pada tabel speksifikasi POTASSIUM Ion Selective Electrodes ELIT 8031 dari nico 2000. Ini yang menyebabkan respon terhadap larutan NH4asetat nilai beda potensialnya sangat tinggi, karena yang diukur oleh elektroda bukan lagi nilai K+ yang ada dalam larutan namun NH4+. Sehingga ekstraktan optimum untuk kalium adalah CaCl2, karean memiliki respon tertnggi kedua setelah NH4asetat. Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat dilihat nilai potensial yang paling tinggi menunjukkan bahwa ekstraktan tersebut mampu menukar ion Na+ dalam tanah. Ekstraktan tersebut juga dapat menghasilkan filtrat yang banyak mengandung Na+ sehingga responnya tinggi. 31 Tabel 4.2 Data Pengukuran Variasi Ekstraktan untuk Natrium Sampel Tanah A Tanah B Tanah C Variasi Ekstraktan Beda Potensial (mV) Rata-Rata U1 U2 U3 (mV) Air 260 258 256 258 HNO3 348 350 354 351 HCl 230 228 235 231 NH4asetat 388 388 385 387 CaCl2 275 275 280 277 Air 273 261 257 264 HNO3 338 345 348 344 HCl 251 260 257 256 NH4asetat 387 387 383 386 CaCl2 263 260 268 264 Air 265 266 267 266 HNO3 342 347 351 347 HCl 260 268 265 264 NH4asetat 394 391 392 392 CaCl2 279 280 277 279 Dilihat dari gambar 4.2 menunjukkan bahwa NH4asetat sebagai ekstraktan optimum untuk natrium, hal ini ditunjukkan dengan nilai beda potensial yang cukup tinggi dibandingan dengan yang lain. Namun NH4asetat ini tidak dapat dipakai sebagai ekstraktan optimum dikarenakan pada kalium merupakan pengganggu dari elektroda K+ yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan respon tertinggi kedua adalah HNO3 namun juga tidak dapat digunakan karena respon pada kalium jelek dan tidak dapat digunakan untuk analisis unsur hara yang lain seperti: fosfat dan nitrogen dalam bentuk nitrat dan ammonium 32 Rata-rata Beda Potensial (mv) Ekstraktan untuk Natrium 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Air CaCl2 HNO3 HCl NH4asetat Tanah A Tanah B Sampel Tanah C Gambar 4.2 Grafik Optimasi Ekstraktan untuk Natrium Ekstraktan optimum yang dipilih untuk natrium dan kalium dalam penelitian ini adalah CaCl2 dan Air. Hal ini dikarenakan CaCl2 tidak hanya ekstraktan untuk kalium dan natrium tetapi dapat digunakan untuk mengekstrak nitrat, ammonium dan fosfat walaupun respon yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, namum respon yang dihasilkan masih berada dalam linier rangenya dalam kurva kalibrasi. Sedangkan untuk pemilihan air dikarenakan air merupakan ekstraktan yang paling mudah untuk didapatkan dibandingkan dengan keempat ekstraktan yang lainnya dan juga dapat digunakan untuk mengesktrak unsur hara yang lain seperti nitrat dan ammonium. Respon yang dihasilkan oleh air juga sebenarnya tidak terlalu tinggi namun respon yang dihasilkan masih berada dalam linier rangenya dalam kurva kalibrasi. 4.3 Optimasi Waktu Optimasi waktu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis tanah menggunakan ekstraktan optimum dan memvariasi waktu ekstraksi yaitu 5, 15, 25, 35 dan 45 menit. Variasi waktu yang digunakan memberikan nilai potensial yang berbeda-beda pada mV/pH meter pada setiap lokasi pengambilan sampel tanah. Untuk kalium dapat dilihat dari tabel 4.3. 33 Tabel 4.3 Data Pengukuran Variasi Waktu untuk Kalium Waktu Tanah A Tanah B Tanah C Rata-rata Beda Potensial (mV) CaCl2 Air CaCl2 Air CaCl2 Air 5 menit 323 313 314 291 332 304 15 menit 322 320 313 293 328 302 25 menit 325 316 317 291 334 310 35 menit 326 314 314 287 335 303 45 menit 323 312 315 287 335 300 Rata-rata Beda Potensial (mV) Kalium 330 325 Tanah A 320 CaCl2 315 Air 310 305 300 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.3 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah A 34 Rata-rata Beda Potensial (mV) Kalium 330 320 Tanah B 310 300 CaCl2 290 Air 280 270 260 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.4 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah B Rata-rata Beda Potensial (mV) Kalium 350 340 330 Tanah C 320 310 CaCl2 300 Air 290 280 270 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.5 Grafik Optimasi Waktu untuk Kalium pada Tanah C Berdasarkan ketiga grafik diatas waktu optimum untuk kalium yang dipilih adalah waktu 5 menit. Hali ini dikarenakan waktu 5 menit sudah dianggap mewaliki nilai beda potensial yang diharapkan. Perbedaan beda potensial antara waktu satu dengan waktu yang lainnya dapat dikatakan tidak beda secara signifikan baik yang 35 menggunakan ekstraktan CaCl2 ataupun air. Sehingga diputuskan untuk menggunakan waktu 5 menit sebagai waktu optimum. Dimana memilihan waktu ini juga berdasarkan pada efisisensi waktu. Walaupun ada beberapa grafik menunjukkan waktu 5 menit memberikan repon yang lebih rendah dibangdingkan dengan waktu lainnya. Namun waktu 5 menit sudah cukup memberikan respon yang bagus yaitu antara 270-340 mv. Antara waktu 5 menit sampai 45 menit beda potensial yang dihasilkan tidak terlalu jauh. Dimana respon tersebut sudah berada didalam linier range dalam kurva kalibrasi. Tabel 4.4 Data Pengukuran Variasi Waktu untuk Natrium Waktu Tanah A Tanah B Tanah C Rata-rata Beda Potensial (mV) CaCl2 Air CaCl2 Air CaCl2 Air 5 menit 286 266 263 254 285 260 15 menit 285 277 266 252 291 261 25 menit 283 270 263 254 290 265 35 menit 283 268 262 254 291 259 45 menit 284 263 264 247 291 255 Rata-rata Beda Potensial (mV) Natrium 295 290 285 280 275 270 265 260 255 250 245 Tanah A Cacl2 Air 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.6 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah A 36 Rata-rata Beda Potensial (mV) Natrium 280 275 270 265 260 255 250 245 240 235 230 225 Tanah B CaCl2 Air 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.7 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah B Rata-rata Beda Potensial (mV) Natrium 300 290 Tanah C 280 270 CaCl2 260 Air 250 240 230 5 menit 15 menit 25 menit 35 menit 45 menit Waktu Gambar 4.8 Grafik Optimasi Waktu untuk Natrium pada Tanah C Waktu optimum untuk natrium juga dipilih waktu 5 menit. Hal ini berdasarkan ketiga grafik diatas menunjukkan respon yang hampir sama seperti kalium. Dimana perbedaan beda potensial antara waktu satu dengan waktu yang lainnya dapat dikatakan tidak beda secara signifikan baik yang menggunakan 37 ekstraktan CaCl2 ataupun air. Sehingga diputuskan untuk menggunakan waktu 5 menit sebagai waktu optimum. Dimana memilihan waktu ini juga berdasarkan pada efisisensi waktu sama halnya seperti pada kalium. Walaupun ada beberapa grafik menunjukkan waktu 5 menit memberikan repon yang lebih rendah dibangdingkan dengan waktu lainnya. Namun waktu 5 menit sudah cukup memberikan respon yang bagus yaitu antara 235-290 mv. Anatra waktu 5 menit sampai 45 menit beda potensial yang dihasilkan tidak terlalu jauh. Dimana respon tersebut sudah berada didalam linier range dalam kurva kalibrasi. 4.4 Karakteristik Metode Potensiometri 4.4.1 Linier Range Pembuatan larutan standar kalium 1000 ppm dapat dilakukan dengan dengan menimbang 1,907 g KCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. Sedangkan untuk larutan deret standar kalium 0,01; 0,1; 1; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm dilakukan dengan memipet 0,0005; 0,005; 0,05; 0,25; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 ml larutan standard K 1000 ppm ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian encerkan dengan aqudemin sampai garis tanda batas dan dituangkan kedalam beaker. Beda Potensial (mv) 400 380 360 340 y = 9x + 278.2 R² = 0.895 -4 y = 55.71x + 279.5 R² = 0.995 320 300 280 260 240 -2 0 2 Log [] Gambar 4.9 Kurva Kalibrasi Kalium 38 Gambar 4.9 menunjukkan kurva kalibrasi kalium diperoleh dengan memplotkan log konsentrasi larutan deret standar kalium terhadap nilai beda potensial (mv). Penelitian ini menggunakan larutan deret standar kalium 0,01; 0,1; 1; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm. Larutan deret standar kalium diukur dengan menyelupkan elektroda K+ dan elektroda referensi ke dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca pada mV/pH meter stabil. Pengukuran kadar kalium dalam sampel tanah dimulai dengan pengukuran nilai potensial dari larutan deret standrt dengan konsentrasi terendah terlebih dahulu. Berdasarkan gambar 4.9 diperoleh persamaan regresi linear yang merupakan hubungan antara beda potensial (y) dengan log konsentrasi (x) larutan deret standar sebagai berikut : y = 55,71x + 279,5 dengan harga R2 sebesar 0,995 artinya nilai variabel dependen (beda potensial) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (log konsentrasi) sebesar 99,5%, sedangkan 0,5% sisanya dijelaskan oleh kesalahan atau pengaruh variabel lain. Kadar kalium dalam sampel tanah diperoleh dengan cara mensubstitusikan nilai beda potensial larutan sampel pada persamaan y = 55,71x + 279,5. Linier range untuk natrium didaptkan dari membuatan larutan standar natrium 1000 ppm. Pembuatan larutan standar natrium 1000 ppm dapat dilakukan dengan dengan menimbang 2,542 g NaCl, yang dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambah dengan aquademin hingga tanda batas. Sedangkan untuk larutan deret standar natrium 0,01; 0,1; 1; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm dilakukan dengan memipet 0,0005; 0,005; 0,05; 0,25; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 ml larutan standard Na 1000 ppm ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian encerkan dengan aqudemin sampai garis tanda batas dan dituangkan kedalam beaker. Kurva kalibrasi natrium diperoleh dengan memplotkan log konsentrasi larutan deret standar kalium terhadap nilai beda potensial (mv). Penelitian ini menggunakan larutan deret standar natrium 0,01; 0,1; 1; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm. Larutan deret standar natrium diukur dengan menyelupkan elektroda Na+ dan elektroda referensi ke 39 dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca pada mV/pH meter stabil. Pengukuran kadar natrium dalam sampel tanah dimulai dengan pengukuran nilai potensial dari larutan deret standar dengan konsentrasi terendah terlebih dahulu. Kurva kalibrasi natrium disajikan pada gambar 4.10 di bawah ini : Beda Potensial (mV) 320 300 y = 39.83x + 237.8 R² = 0.991 280 260 y = 15.5x + 236.3 R² = 0.921 240 220 200 -4 -2 0 2 Log [] Gambar 4.10 Kurva Kalibrasi Natrium Berdasarkan gambar 4.10 diperoleh persamaan regresi linear yang merupakan hubungan antara beda potensial (y) dengan log konsentrasi (x) larutan deret standar sebagai berikut : y = 39,83x + 237,8 dengan harga R2 sebesar 0,991 artinya nilai variabel dependen (beda potensial) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (log konsentrasi) sebesar 99,1%, sedangkan 0,9% sisanya dijelaskan oleh kesalahan atau pengaruh variabel lain. Kadar natrium dalam sampel tanah diperoleh dengan cara mensubstitusikan nilai beda potensial larutan sampel pada persamaan 39,83x + 237,8. 4.4.2 Limit Deteksi Limit deteksi adalah konsentrasi terkecil dari analit dalam sampel yang masih dapat diukur dan masih memberikan respon yang signifikan dibandingkan dengan 40 blanko. Limit deteksi ditentukan dengan cara pengukuran blanko sebanyak 15 kali. Berdasarkan sinyal blanko yang diukur dapat dicari standart deviasinya. Dimana diketahui rumus dari limit deteksi sendiri adalah YLOD = YB + 3 SB, YLOD = limit deteksi, YB = rata-rata blanko, dan SB = standart deviasi blanko. Berdasarkan dari perhitungan didapat kan nilai YLOD untuk kalium sebesar 259,66. Nilai YLOD yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam persamaan linier range dari kurva kalibrasi kalium untuk mendapatkan konsentrasi kalium terkecil yang dapat dideteksi oleh elektroda K+. Konsentrasi terkecil kalium yang dapat terdeteksi oleh elektroda K+ dari hasil perhitungan sebesar 0,44 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa limit deteksi elektroda K+ terhadap konsentrasi kalium sebesar 0,44 ppm, dibawah konsentrasi 0,44 ppm elektroda tidak mampu mendeteksi dengan baik adanya kalium dalam sampel. Limit deteksi untuk natrium dari perhitungan didapat kan nilai YLOD untuk natrium sebesar 243,67. Nilai YLOD yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam persamaan linier range dari kurva kalibrasi natrium untuk mendapatkan konsentrasi natrium terkecil yang dapat dideteksi oleh elektroda Na+. Konsentrasi terkecil natrium yang dapat terdeteksi oleh elektroda Na+dari hasil perhitungan sebesar 1,40 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa limit deteksi elektroda Na+ terhadap konsentrasi kalium sebesar 1.40 ppm, dibawah konsentrasi 1,40 ppm elektroda tidak mampu mendeteksi dengan baik adanya natrium dalam sampel. 4.4.3 Sensitifitas Sensitivitas dinyatakan sebagai slope dari kurva yang diperoleh dengan range tertentu. Dimana sensitivitas merupakan ratio perubahan sinyal tiap unit perubahan konsentrasi analit. Nilai sensitivitas didapatkan dari slope kurva kalibrasi pada pengukuran variasasi konsentrasi natrium maupun kalium, yaitu: 0,01; 0,1; 1; 5; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm. Dikatakan memiliki sensitivitas tinggi apabila perubahan kecil dari suatu konsentrasi analit dapat memebrikan perubahan respon yang besar. 41 Nilai sensitivitas untuk kalium diambil dari slope kurva kalibrasi kalium, yaitu sebesar 55,71 mV/decade. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada gambar 4.8 yaitu: y = 55,71x + 279,5 dan koefisien korelasinya sebesar 0,995. Sedangakan untuk natrium nilai sensitivitas diambil dari slope kurva kalibrasi natrium, yaitu sebesar 39,83 mV/decade. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada gambar 4.9 yaitu: y = 39,83x + 237,8 dan koefisien korelasinya sebesar 0,991. Nilai sensitivitas tersebut menjelaskan bahwa setiap perubahan konsentrasi dari natrium menghasilkan perubahan beda potensial sebesar 39,83. 4.4.4 Reprodusibilitas Reprodusibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan elektroda dalam memberikan output yang sama ketika diberikan input yang tetap. Reprodusibilitas yang baik jika kesalahan yang dihasilkan dalam pengukuran kurang dari 5%, Dimana dalam setiap 100 kali pengukuran terdapat kesalahan pengukuran kurang sari 5 kali. Tabel 4.5 Nilai Reprodusibilitas Kalium dan Natrium Konsentrasi Kalium Natrium SD Kv (%) SD Kv (%) 0,01 ppm 1,00 0,38 1,73 0,83 0,1 ppm 0,58 0,22 0,58 0,27 1 ppm 1,73 0,62 1,00 0,42 5 ppm 0,00 0,00 1,00 0,38 10 ppm 0,58 0,17 1,00 0,36 20 ppm 1,73 0,50 1,00 0,35 30 ppm 1,53 0,42 0,58 0,20 40 ppm 0,58 0,16 1,15 0,38 50 ppm 1,00 0,27 0,58 0,19 42 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui nilai koefisien variasi (Kv) terendah pada kalium adalah 0,00% pada konsentrasi 5 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,62% pada konsentrasi 1 ppm. Hal ini menunjukkan respon elektroda K+ cukup baik karena setiap kali melakukan pengulangan, kesalahan yang dihasilkan kurang dari 5%. Sedangkan nilai koefisien variasi (Kv) terendah untuk natrium adalah 0,19% pada konsentrasi 50 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,83% pada konsentrasi 0,01 ppm. Hal ini menunjukkan respon elektroda Na+ cukup baik karena setiap kali melakukan pengulangan, kesalahan yang dihasilkan kurang dari 5%. 4.5 Perbandingan Hasil Analisis Menggunakan Metode Potensiometri dan Spektrometri Metode standart yang sering digunakan untuk menganalisis natrium dan kalium didalam tanah adalah metode spektrometri. Dimana alat yang sering digunakan adalah AAS dan flame fotometer. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentuakan kandungan ion-ion tertentu di dalam suatu larutan, namum belum banyak diterapkan untuk analisis pada sampel tanah. Pada penelitian ini sampel tanah dianalisis menggunakan ekstraktan CaCl2 dan air. Kemudian dihomogenkan selama 5 menit dan diukur menggunakan metode potensiometri dan metode spektrometri. Langkah-langkah yang dilakukan hampir sama untuk kedua metode yang akan dibandingakan. Hanya saja yang membedakannya pada alat yang digunakan untuk menganalisis kalium dan natrium dalam sampel. Alat yang digunakan untuk menganalisis sampel pada metode potensiometri adalah ISE ( ion selective electrode). Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis natrium dan kalium pada metode spektrometri adalah flame fotometer. Berdasarkan hasil penelitian dapat dibandingakan antara metode potensiometri dan spektrometri dalam menganalisis kadar kalium dan natrium dalam sampel tanah. Berdasarkan dari gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa analisis dengan menggunakan metode potensiometri memiliki kecenderungan untuk mengikatkan 43 perolehan kalium jika dibandingkan dengan metode flame fotomteri. Perolehan kalium dengan metode potensiometri hampir pada setiap lokasi pengambilan sampel selalu mendapatkan konsentrasi kalium yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode flame fotomteri baik menggunakan ekstraktan CaCl2 ataupun air. Kalium Konsentrasi (ppm) 7 6 CaCl2 5 4 ISE 3 Flame 2 1 0 tanah A tanah B Sampel tanah C Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Kalium Konsentrasi (ppm) 3 2 Air 2 ISE 1 Flame 1 0 tanah A tanah B tanah C Sampel Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan Air 44 Berdasarkan tabel 4.6 perbandingan kadar kalium dalam sampel tanah antara metode potensiomteri dan flame fotomteri untuk ekstraktan CaCl2 diperoleh nilai teks lebih kecil dibanding ttabel (ttabel = 2,78) dengan selang kepercayaan 95 %.Maka secara statistik kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaan signifikan dalam menentukan kadar kalium dalam sampel tanah baik menggunakan metode potensiomteri maupun flame fotomteri. Sedangkan untuk ekstraktan air diperoleh nilai teks lebih besar dibanding ttabel (ttabel = 2,78) dengan selang kepercayaan 95 %. Artinnya ada perbedaan signifikan dalam menentukan kadar kalium dalam sampel tanah baik menggunakan metode potensiomteri maupun flame fotomteri. Tabel 4.6 Data Perbandingan Nilai t eks dan ttabel Kadar Kalium antara Metode Potensiometri dan Spektrometri Tanah Nilai t eks Nilai ttabel CaCl2 Air A 2,16 19,30 2,78 B 1,78 27,13 2,78 C -0,37 3,8 2,78 Perbedaan ini disebabkan oleh ekstraktan yang digunakan baik CaCl2 maupun air lebih memiliki kecenderungan sebagai ekstraktan untuk metode potensiomteri daripada flame fotomteri. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.11 dan 4.12 dimana konsentrasi kalium tertinggi diperoleh dari metode potensiomteri. Pada metode potensiomteri kekeruhan sampel tidak menjadi permasalahn yang cukup berarti, dikarenakan ISE dapat tetap bekerja meskipun larutan sampel keruh. Hanya saja dalam ISE harus memperhatikan ekstraktan yang digunakan, karena dikhawatirkan adanya ion-ion pengganggu elektroda yang ada dalam sampel. 45 Natrium Konsentrasi (ppm) 7 6 5 CaCl2 4 ISE 3 Flame 2 1 0 tanah A tanah B Sampel tanah C Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Konsentrasi (ppm) Natrium 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Air ISE Flame tanah A tanah B Sampel tanah C Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan Air Analisis natrium dalam tanah dengan menggunakan metode potensiometri memiliki kecenderungan hasil pengukuran natrium yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode flame fotometri. Perolehan hasil pengukuran natrium dengan metode potensiometri hampir pada setiap lokasi pengambilan sampel selalu mendapatkan 46 konsentrasi natrium yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode flame fotometri dengan menggunakan ekstraktan CaCl2, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.13. Sementara itu hasil pengukuran natrium dengan metode potensiometri menggunakan ekstraktan air jauh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode flame fotometri, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.14. Tabel 4.7 Data Perbandingan Nilai t eks dan ttabel Kadar Natrium antara Metode Potensiometri dan Spektrometri Tanah Nilai t eks Nilai t tabel CaCl2 Air A -4,31 -0,82 2,78 B -0,36 -9,99 2,78 C -1,88 -1,36 2,78 Berdasarkan tabel 4.7 perbandingan kadar natirum dalam sampel tanah antara metode potensiomteri dan flame fotometri dengan menggunakan ekstraktan CaCl2 dan air diperoleh nilai teks lebih kecil dibanding ttabel (ttabel = 2,78) dengan selang kepercayaan 95 %. Maka secara statistik kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaan signifikan dalam menentukan kadar natrium dalam sampel tanah baik menggunakan metode potensiomteri maupun flame fotometri. Berdasarkan data yang diperoleh pada analisis natrium dengan mengguanakan ekstraktan CaCl2 dan air pada metode flame fotometri memberikan respon yang tidak cukup baik atau terlalu tinggi. Hal ini disebabkan Ca merupakan salah satu pengganggu spectral pada flame fotometri. Gangguan ini dapat terjadi apabila adanya unsur Ca yang terdapat bersama dengan unsur yang akan dianalisa. Gangguan ini disebabkan karena penggunaan filter untuk memilih λ yang akan diukur intensitasnya. Pada penelitian ini dikhawatirkan Ca yang ada di dalam ekstraktan ikut tersaring dan berada di dalam filtrat yang akan dianalisis sehingga menyebabkan respon yang dihasilkan menjadi sangat tinggi. BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Ekstraktan optimum untuk K dan Na adalah CaCl2 dan Air, karena ekstraktan tersebut juga dapat digunakan untuk mengekstrak nitrat, ammonium dan fosfat dan air juga merupakan ekstraktan yang paling mudah untuk didapatkan dibandingkan dengan keempat ekstraktan yang lainnya. 2. Waktu optimum untuk proses ekstraksi K dan Na adalah 5 menit, dikarenakan nilai beda potensial antara waktu satu dengan waktu yang lainnya dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan baik yang menggunakan ekstraktan CaCl2 ataupun air dan pemilihan waktu ini juga berdasarkan pada efisisensi waktu. 3. Perbandingan metode potensiometri dan spektrometri`untuk analisis kalium dan natrium dalam tanah dapat dikatakan tidak berbeda signifikan. Hal ini dikarena nilai teks lebih kecil dibanding ttabel. Namun untuk analisis kalium menggunakan ekstraktan air nilai teks lebih besar dibanding ttabel, hal ini dikarenakan ekstraktan air tidak cocok digunakan pada metode spektrometri namun masih dapat digunakan pada metode potensiomteri. 5.2 Saran 1. Untuk pengembangan analisis unsur-unsur hara lainnya dalam tanah dengan mengggunakan metode potensiometri disarankan menggunakan ekstraktan yang tidak mengganggu kinerja dari elektroda yang digunakan. 2. Disarankan apabila menggunakan working electrode dan reference electrode harus memperhatikan cara pemakaian dan penyimpannya agar saat dipakai elektroda tidak berkurang sensitivitasnya. DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, J.S. dan M. Sudjadi. 1983. Penilaian beberapa cara ekstraksi kalium tersedia pada tanah sawah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk (1): 5−10. Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono. 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius. Bernasconi, G., Gerster, H., Hauser, H., Stauble, H., dan Schneifer, E., 1995. Teknologi Kimia. Bandung: PT. Pradnya Paramita Caulcutt, R. 1995. Statistic for Analytical Chemist. London : Chapman and Hall. Day, R. A dan Underwood, A.L. Diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Foth, 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga. Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G. B. Hong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: UNILA. Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Helmke, P.A. and D.L. Sparks. 1996. Lithium, sodium, potassium, rubidium, and cesium. In Methods of Soil Analysis. Part 3 Chemical Methods-SSSA Book Series No. 5 Herdiani, H. 2000. Uji Kalibrasi Kalium Tanah Untuk Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Dengan Berbagai Metode Ekstraksi Pada Tanah Tropika Masam Di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor Hui, Y.H. 1982. Encyclopedia of Food Sciense and Technology. New York: John Wiley & Sons. Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Semarang: Bumi Aksara. 49 Jackson, A. R. & Jackson, J. M. 1996. Enviromental Science. England: Longman Group Limited. Kateman, G. 1993. Quality Control in Analytical Chemistry. New York: J. Willey and sons, Inc. Kellner, R., Mermet, J. M., Otto, M., and Winder, H. M. 1998. Analytical Chemistry. Weinhein: Willey-VHC. Khopkar, S. M. 1990. Penerjemah: A. Saptorahardjo, dari Basic Concepts of Analytical Chemistry. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Miller, J.C., & Miller, J.N. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik edisi kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Mitchell, C. 2000. Soil Testing Issues for the Southeastern U.S. Clemson: Clemson university Mulder M. 1996. Basic Prinsiple of Membrane Technology. Kluer Academic University. Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Purwanto, S. dan J.S. Adiningsih. 1980. Hubungan penyediaan kalium pada tanah sawah dengan produksi bahan kering dan serapan K. Prosiding No. 1/Penelitian Tanah: 137−147. Bogor: Pusat Penelitian Tanah. Rao, S. 1994. Mikroba Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Skoog DA, Holler FJ, Nieman TA. 1980. Prinsiple of Instrumental Analisis, 3rd edition. USA: Saunders College Publising. Stobel HA & Heineman WR. 1992. Chemical Instrumentation: A Systematic Approach, 3rd edition. New York: John Wiley & Son. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sumar Hendayana, Ph. D. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius 50 Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta: Bina Aksara. Sutedjo, M.M., 2000. Analisa Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta Suyitno. 1989. Petunjuk Laboratorium Rekayasa Pangan Proyek Pengembangan. Yogyakarta: Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta Svehla, G. 1985. Vogels Buku Teks Analysis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro edisi kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka Tan, K. H. 1998. Dasar - Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press. Wijaya. 2011. Dasar-dasar ilmu tanah. Cirebon: Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati LAMPIRAN A. Pembuatan Larutan Standart Kalium dan Natrium 1000 ppm 1. Larutan Standart Kalium 1000 ppm = ( ) Dimana: massa K = 1000 ppm = 1000mg/L = 1000 mg = 1 gram Mr KCl = 74,55 Mr K = 39,10 Jadi = (1 74,55) = 1,907 39,10 2. Larutan Standart Natrium 1000 ppm = ( ) Dimana: massa Na = 1000 ppm = 1000mg/L = 1000 mg = 1 gram Mr NaCl = 58,44 Mr Na = 22,99 Jadi = (1 58,44) = 2,542 22,99 52 B. Pembuatan Larutan Deret Standart Kalium dan Natrium Contoh perhitungan : Pembuatan larutan deret standar Na atau K 10 ppm V1 M1 = V 2 M2 V1 x 1000 ppm = 50 mL x 10 ppm 50 10 V1 = V1 = 0,5 mL 1000 Jumlah Jumlah larutan deret standar (dibuat dari larutan konsentrasi Na /K standar 1000 ppm pada labu ukur 50 ml) 0,01 ppm 0,0005 ml 0,1 ppm 0,005 ml 1 ppm 0,05 ml 5 ppm 0,25 ml 10 ppm 0,5 ml 20 ppm 1 ml 30 ppm 1,5 ml 40 ppm 2 ml 50 ppm 2,5 ml 53 C. Perhitungan Limit Deteksi 1. Kalium − ( − Konsentrasi Beda Potensial Blanko K (mV) 0 ppm 249 -3,27 10,67 249 -3,27 10,67 249 -3,27 10,67 249 -3,27 10,67 250 -2,27 5,14 251 -1,27 1,60 253 0,73 0,54 253 0,73 0,54 254 1,73 3,00 255 2,73 7,47 254 1,73 3,00 255 2,73 7,47 254 1,73 3,00 254 1,73 3,00 255 2,73 7,47 ) Rata-rata ( ) = = = 252,27 ∑( ) = , = 2,46 +3 − +3 = 252,27 + (3 2,46) = 259,66 84,93 54 Persamaan regresi linier y = 55,71x + 279,5 259,66 = 55,71x + 279,5 259,66 - 279,5 = 55,71x x = 0,44 ppm 2. Natrium − ( − Konsentrasi Beda Potensial Blanko Na (mV) 0 ppm 213 -12 144 218 -7 49 226 1 1 231 6 36 238 13 169 232 7 49 227 2 4 223 -2 4 226 1 1 226 1 1 222 -3 9 222 -3 9 221 -4 16 220 -5 25 230 5 25 ) Rata-rata ( = ) ∑( 225 ) = = 6,22 542 55 = +3 = − +3 = 225 + (3 6,22) = 243,67 Persamaan regresi linier y = 39,83x + 237,8 243,67 = 39,83x + 237,8 243,67- 237,8 = 39,83x x = 1,40 ppm D. Perhitungan Reprodusibilitas 1 Kalium Contoh perhitungan : Mencari SD dan Kv pada larutan deret standar K 50 ppm = Kv = ∑( ) = =1 SD 1 x 100% = x 100% = 0,27% 377 X Konsentrasi Kalium mV X SD Kv (%) 0.01 ppm 263 262 261 262 1,00 0,38 0.1 ppm 265 266 266 266 0,58 0,22 1 ppm 279 282 279 280 1,73 0,62 5 ppm 320 320 320 320 0,00 0,00 10 ppm 335 334 334 334 0,58 0,17 20 ppm 348 348 351 349 1,73 0,50 30 ppm 358 360 361 360 1,53 0,42 40 ppm 370 371 370 370 0,58 0,16 50 ppm 378 377 376 377 1,00 0,27 56 2 Natrium Contoh perhitungan : Mencari SD dan Kv pada larutan deret standar Na 30 ppm = Kv = ∑( ) = , = 0,58 SD 0,58 x 100% = x 100% = 0,2% 295 X Konsentrasi Natrium mV X SD Kv (%) 0.01 ppm 210 207 207 208 1,73 0,83 0.1 ppm 215 216 216 216 0,58 0,27 1 ppm 240 239 238 239 1,00 0,42 5 ppm 265 264 266 265 1,00 0,38 10 ppm 278 277 279 278 1,00 0,36 20 ppm 286 287 288 287 1,00 0,35 30 ppm 295 295 294 295 0,58 0,20 40 ppm 302 302 300 301 1,15 0,38 50 ppm 310 310 309 310 0,58 0,19 E. Perhitungan Konsentrasi Kalium dan Natrium Menggunakan Metode Potensiometri 1. Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi kalium pada tanah A ulangan 1 pengukuran 2 Dimana y = 55,71x + 279,5 y = 299 Jadi y = 55,71x + 279,5 299 = 55,71x + 279,5 57 299- 279,5 = 55,71x x = 0,35 Konsentrasi yang didapat adalah anti log dari x, sehingga konsentrasi kalium yang didapat sebesar 2,24 ppm CaCl2 Beda Potensial (mV) Tanah A B C Konsentrasi X (ppm) P1 P2 P3 U1 302 299 299 0,40 0,35 0,35 2,53 2,24 2,24 U2 297 300 297 0,31 0,37 0,31 2,06 2,33 2,06 U3 297 298 302 0,31 0,33 0,40 2,06 2,15 2,53 U1 324 320 319 0,80 0,73 0,71 6,29 5,33 5,12 U2 325 320 321 0,82 0,73 0,74 6,56 5,33 5,56 U3 325 323 321 0,82 0,78 0,74 6,56 6,04 5,56 U1 319 320 318 0,71 0,73 0,69 5,12 5,33 4,91 U2 318 318 315 0,69 0,69 0,64 4,91 4,91 4,34 U3 318 315 315 0,69 0,64 0,64 4,91 4,34 4,34 2. Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi kalium pada tanah A ulangan 2 pengukuran 2 Dimana y = 55,71x + 279,5 y = 280 Jadi y = 55,71x + 279,5 280 = 55,71x + 279,5 280- 279,5 = 55,71x x = 0,01 58 Konsentrasi yang didapat adalah anti log dari x, sehingga konsentrasi kalium yang didapat sebesar 1,02 ppm Air Tanah A B C Beda Potensial (mV) Konsentrasi X (ppm) P1 P2 P3 U1 285 280 281 0,10 0,01 0,03 1,26 1,02 1,06 U2 282 280 281 0,04 0,01 0,03 1,11 1,02 1,06 U3 284 281 281 0,08 0,03 0,03 1,20 1,06 1,06 U1 285 283 287 0,10 0,06 0,13 1,26 1,16 1,36 U2 286 288 281 0,12 0,15 0,03 1,31 1,42 1,06 U3 281 285 286 0,03 0,10 0,12 1,06 1,26 1,31 U1 299 295 297 0,35 0,28 0,31 2,24 1,90 2,06 U2 294 301 296 0,26 0,39 0,30 1,82 2,43 1,98 U3 295 299 294 0,28 0,35 0,26 1,90 2,24 1,82 3. Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi natrium pada tanah B ulangan 1 pengukuran 1 Dimana y = 39,83x + 237,8 y = 270 Jadi y = 39,83x + 237,8 270 = 39,83x + 237,8 270- 237,8 = 39,83x x = 0,81 Konsentrasi yang didapat adalah anti log dari x, sehingga konsentrasi natrium yang didapat sebesar 6,43 ppm 59 CaCl2 Tanah A B C Beda Potensial (mV) X Konsentrasi (ppm) P1 P2 P3 U1 258 260 262 0,51 0,56 0,61 3,21 3,61 4,05 U2 262 257 261 0,61 0,48 0,58 4,05 3,03 3,82 U3 255 256 260 0,43 0,46 0,56 2,70 2,86 3,61 U1 270 268 266 0,81 0,76 0,71 6,43 5,73 5,11 U2 268 272 273 0,76 0,86 0,88 5,73 7,22 7,65 U3 272 272 269 0,86 0,86 0,78 7,22 7,22 6,07 U1 269 272 269 0,78 0,86 0,78 6,07 7,22 6,07 U2 269 270 271 0,78 0,81 0,83 6,07 6,43 6,82 U3 272 267 271 0,86 0,73 0,83 7,22 5,41 6,82 4. Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi natrium pada tanah C ulangan 2 pengukuran 3 Dimana y = 15,5x + 236,3 y = 230 Jadi y = 15,5x + 236,3 230 = 15,5x + 236,3 230- 236,3= 15,5x x = -0,41 Konsentrasi yang didapat adalah anti log dari x, sehingga konsentrasi natrium yang didapat sebesar 0,39 ppm 60 Air Tanah A B C Beda Potensial (mV) Konsentrasi X (ppm) P1 P2 P3 U1 239 236 239 0,17 -0,02 0,17 1,49 0,96 1,49 U2 240 238 236 0,24 0,11 -0,02 1,73 1,29 0,96 U3 240 239 235 0,24 0,17 -0,08 1,73 1,49 0,82 U1 237 234 234 0,05 -0,15 -0,15 1,11 0,71 0,71 U2 237 233 235 0,05 -0,21 -0,08 1,11 0,61 0,82 U3 237 236 232 0,05 -0,02 -0,28 1,11 0,96 0,53 U1 234 233 232 -0,15 -0,21 -0,28 0,71 0,61 0,53 U2 235 234 230 -0,08 -0,15 -0,41 0,82 0,71 0,39 U3 234 236 232 -0,15 -0,02 -0,28 0,71 0,96 0,53 F. Perhitungan Konsentrasi Kalium dan Natrium Menggunakan Metode Flame Fotometri 1. Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi kalium pada tanah A ulangan 1 pengukuran 2 Dimana y = 0,942x + 1,269 y=3 Jadi y = 0,942x + 1,269 3 = 0,942x + 1,269 3 - 1,269 = 0,942x x = 1,84 Konsentrasi yang didapat adalah nilai x, sehingga konsentrasi kalium yang didapat sebesar 1,84 ppm 61 CaCl2 Tanah A B C Beda Potensial (mV) Konsentrasi (ppm) P1 P2 P3 U1 3 3 3 1,84 1,84 1,84 U2 3 3 3 1,84 1,84 1,84 U3 3 3 3 1,84 1,84 1,84 U1 5 5 5 3,96 3,96 3,96 U2 5 5 5 3,96 3,96 3,96 U3 5 5 5 3,96 3,96 3,96 U1 7 6 7 6,08 5,02 6,08 U2 6 7 6 5,02 6,08 5,02 U3 6 8 7 5,02 7,15 6,08 2. Konsentrasi Kalium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi kalium pada tanah A ulangan 2 pengukuran 2 Dimana y = 0,942x + 1,269 y=2 Jadi y = 0,942x + 1,269 2 = 0,942x + 1,269 2 - 1,269 = 0,942x x = 0,78 Konsentrasi yang didapat adalah nilai x, sehingga konsentrasi kalium yang didapat sebesar 0,78 ppm 62 Air Tanah A B C Beda Potensial (mV) Konsentrasi (ppm) P1 P2 P3 U1 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U2 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U3 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U1 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U2 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U3 2 2 2 0,78 0,78 0,78 U1 3 3 3 1,84 1,84 1,84 U2 3 3 3 1,84 1,84 1,84 U3 3 3 3 1,84 1,84 1,84 3. Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi natrium pada tanah B ulangan 1 pengukuran 1 Dimana y = 0,988x + 3,142 y = 24 Jadi y = 0,988x + 3,142 24 = 0,988x + 3,142 24- 3,142= 0,988x x = 21,11 Konsentrasi yang didapat adalah nilai x, sehingga konsentrasi natrium yang didapat sebesar 21,11 ppm 63 CaCl2 Tanah A B C Konsentrasi (ppm) Beda Potensial (mV) P1 P2 P3 [] U1 20 19 21 17,06 16,05 18,07 U2 22 19 22 19,09 16,05 19,09 U3 18 22 23 15,04 19,09 20,10 U1 24 25 23 21,11 22,12 20,10 U2 23 21 22 20,10 18,07 19,09 U3 18 22 20 15,04 19,09 17,06 U1 27 28 26 24,15 25,16 23,14 U2 27 25 26 24,15 22,12 23,14 U3 29 27 28 26,17 24,15 25,16 4. Konsentrasi Natrium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari konsentrasi natrium pada tanah C ulangan 2 pengukuran 3 Dimana y = 0,988x + 3,142 y = 18 Jadi y = 0,988x + 3,142 18 = 0,988x + 3,142 18- 3,142= 0,988x x = 15,04 Konsentrasi yang didapat adalah nilai x, sehingga konsentrasi natrium yang didapat sebesar 15,04 ppm 64 Air Tanah A B C Beda Potensial (mV) Konsentrasi (ppm) P1 P2 P3 U1 19 18 20 16,05 15,04 17,06 U2 16 15 17 13,01 12,00 14,03 U3 18 15 15 15,04 12,00 12,00 U1 22 19 22 19,09 16,05 19,09 U2 21 22 20 18,07 19,09 17,06 U3 18 20 22 15,04 17,06 19,09 U1 25 23 21 22,12 20,10 18,07 U2 20 18 22 17,06 15,04 19,09 U3 18 23 22 15,04 20,10 19,09 G. Perhitungan Kadar Air dan Faktor Koreksi 1. Kadar Air untuk Kalium Contoh perhitungan : Mencari kadar air pada tanah A % Kadar Air = ( )° = ( ) ( ) 100% Dimana: a = 60,93 gram b = 65,93 gram c = 64,64 gram Jadi % Kadar Air = ( , , ) ( , , ) fk = , = 1,35 100% = 34,77% 65 Jenis Tanah a b c Kadar Air (%) fk Tanah B 50,63 55,63 54,96 15,47 1,15 Tanah C 54,63 59,63 58,54 27,88 1,28 2. Kadar Air untuk Natrium Contoh perhitungan : Mencari kadar air pada tanah A % Kadar Air = ( )° = ( ) ( ) 100% Dimana: a = 60,91 gram b = 65,91 gram c = 64,96 gram Jadi % Kadar Air = ( , , ) ( , , ) 100% = 23,46% fk = , Jenis Tanah = 1,23 a b c Kadar Air (%) fk Tanah B 50,68 55,68 54,81 21,07 1,21 Tanah C 54,9 59,9 58,66 32,98 1,33 66 H. Penentuan Kadar Rata-Rata Natrium dalam Tanah 1. Kadar Rata-rata Natrium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari kadar natrium pada tanah A ulangan rata-rata 1 menggunakan metode potensiometri [Na ] mg rata − rata konsentrasi x k x volume ekstrak = kg bobot tanah , [Na ] = [Na ] = 44,75 / , x x * Bila dilakukan pengenceran maka juga harus dikalikan faktor pengencerannya a. Kadar natrium pada tanah menggunakan metode potensiometri Tanah U1 A B C fk [] [Na+] (mg/kg) 3,21 3,61 4,05 3,62 44,75 U2 1,23 4,05 3,03 3,82 3,64 44,89 U3 2,7 2,86 3,61 3,06 37,76 U1 6,43 5,73 5,11 5,76 69,69 U2 1,21 5,73 7,22 7,65 6,87 83,15 U3 7,22 7,22 6,07 6,84 82,79 U1 6,07 7,22 6,07 6,46 85,84 U2 1,33 6,07 6,43 6,82 6,44 85,65 U3 5,41 6,82 6,48 86,20 7,22 67 b. Kadar natrium pada tanah menggunakan metode spektrometri Tanah fk fp U1 A B C [] [Na+] (mg/kg) 17,06 16,05 18,07 17,06 421,31 19,09 16,05 19,09 18,07 446,31 U3 15,04 19,09 2,.1 18,07 446,31 U1 21,11 22,12 2,.1 21,11 511,19 18,07 19,09 19,09 462,17 U3 15,04 19,09 17,06 17,06 413,16 U1 24,15 25,16 23,14 24,15 642,23 24,15 22,12 23,14 23,14 615,32 26,17 24,15 25,16 25,16 669,15 U2 1,23 U2 1,21 U2 1,33 2 2 20,1 2 U3 2. Kadar Rata-rata Natrium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari kadar natrium pada tanah B ulangan rata-rata 1 [Na ] mg rata − rata konsentrasi x k x volume ekstrak = kg bobot tanah , [Na ] = [Na ] = 10,21 / , x x 68 a. Kadar natrium pada tanah menggunakan metode potensiometri Tanah fk U1 A B C [] [Na+] (mg/kg) 1,49 0,96 1,49 1,31 16,23 1,73 1,29 0,96 1,33 16,36 U3 1,73 1,49 0,82 1,35 16,67 U1 1,11 0,71 0,71 0,84 10,21 1,11 0,61 0,82 0,85 10,28 U3 1,11 0,96 0,53 0,86 10,47 U1 0,71 0,61 0,53 0,62 8,20 0,82 0,71 0,39 0,64 8,54 0,71 0,96 0,53 0,73 9,73 U2 U2 U2 1,23 1,21 1,33 U3 b. Kadar natrium pada tanah menggunakan metode spektrometri Tanah A B C fk [] [Na+] (mg/kg) U1 16,05 15,04 17,06 16,05 198,16 U2 1,23 13,01 12,00 14,03 13,01 160,67 U3 15,04 12,00 12,00 13,01 160,67 U1 19,09 16,05 19,09 18,07 218,83 U2 1,21 18,07 19,09 17,06 18,07 218,83 U3 15,04 17,06 19,09 17,06 206,58 U1 22,12 20,10 18,07 20,10 267,28 U2 1,33 17,06 15,04 19,09 17,06 226,90 U3 15,04 20,10 19,09 18,07 240,36 69 I. Penentuan Kadar Rata-Rata Kalium dalam Tanah 1. Kadar Rata-rata Kalium Menggunakan Ekstraktan CaCl2 Contoh perhitungan : Mencari kadar kalium pada tanah C ulangan rata-rata 1 menggunakan metode potensiometri [K ] mg rata − rata konsentrasi x k x volume ekstrak = kg bobot tanah , / [K ] = [K ] = 65,48 , x x a. Kadar kalium pada tanah menggunakan metode potensiometri Tanah U1 A B C fk [] [K+] (mg/kg) 2,53 2,24 2,24 2,34 31,50 U2 1,35 2,06 2,33 2,06 2,15 29,00 U3 2,06 2,15 2,53 2,25 30,30 U1 6,29 5,33 5,12 5,58 64,44 U2 1,15 6,56 5,33 5,56 5,82 67,16 U3 6,56 6,04 5,56 6,05 69,87 U1 5,12 5,33 4,91 5,12 65,48 U2 1,28 4,91 4,91 4,34 4,72 60,35 U3 4,53 57,91 4,91 4,34 4,34 70 b. Kadar kalium pada tanah menggunakan metode spektrometri Tanah A B C fk [] [K+] (mg/kg) U1 1,84 1,84 1,84 1,84 24,77 U2 1,35 1,84 1,84 1,84 1,84 24,77 U3 1,84 1,84 1,84 1,84 24,77 U1 3,96 3,96 3,96 3,96 45,73 U2 1,15 3,96 3,96 3,96 3,96 45,73 U3 3,96 3,96 3,96 3,96 45,73 U1 6,08 5,02 6,08 5,73 73,28 U2 1,28 5,02 6,08 5,02 5,38 68,75 U3 5,02 7,15 6,08 6,08 77,80 2. Kadar Rata-rata Kalium Menggunakan Ekstraktan Air Contoh perhitungan : Mencari kadar kalium pada tanah B ulangan rata-rata 3 [K ] mg rata − rata konsentrasi x k x volume ekstrak = kg bobot tanah , [K ] = [K ] = 13,96 / , x x 71 a. Kadar kalium pada tanah menggunakan metode potensiometri Tanah fk U1 A B C [] [K+] (mg/kg) 1,26 1,02 1,06 1,11 15,00 1,11 1,02 1,06 1,06 14,35 U3 1,20 1,06 1,06 1,11 14,97 U1 1,26 1,16 1,36 1,26 14,53 1,31 1,42 1,06 1,26 14,60 U3 1,06 1,26 1,31 1,21 13,96 U1 2,24 1,90 2,06 2,07 2642 1,82 2,43 1,98 2,08 26,56 1,90 2,24 1,82 1,99 25,39 U2 U2 U2 1,35 1,15 1,28 U3 b. Kadar kalium pada tanah menggunakan metode spektrometri Tanah fk U1 A B C [] [K+] (mg/kg) 0,78 0,78 0,78 0,78 10,46 0,78 0,78 0,78 0,78 10,46 U3 0,78 0,78 0,78 0,78 10,46 U1 0,78 0,78 0,78 0,78 8,6 0,78 0,78 0,78 0,78 8,6 U3 0,78 0,78 0,78 0,78 8,6 U1 1,84 1,84 1,84 1,84 23,50 1,84 1,84 1,84 1,84 23,50 1,84 1,84 1,84 1,84 23,50 U2 U2 U2 U3 1,35 1,15 1,28 72 J. Analisis Data dengan Uji-t 1. Analisis Kadar Kalium Menggunakan Uji-t Contoh perhitungan : Mencari nilai teks untuk kalium pada tanah C menggunakan ekstraktan CaCl2 S= {(n − 1)S + (n − 1)S } (n + n − 2) S= {(3 − 1)3,86 + (3 − 1)4,53 } = 40,08 (3 + 3 − 2) t = t = x − x 1 1 S n + n 61,24 − 73,28 1 1 40,08 3 + 3 = −0,37 a. Nilai t eks kadar kalium untuk ekstraktan CaCl2 Tanah Metode A B C ISE Flame ISE Flame ISE Flame 31,50 24,77 64,44 45,73 65,48 73,28 29,00 24,77 67,16 45,73 60,35 68,75 30,30 24,77 69,87 45,73 57,91 77,80 30,27 24,77 67,16 45,73 61,24 73,28 SD 1,25 0,00 2,71 0,00 3,86 4,53 S 3,12 14,74 40,08 teks 2,16 1,78 -0,37 [K+] (mg/kg) 73 b. Nilai t eks kadar kalium untuk ekstraktan air Tanah A Metode B C ISE Flame ISE Flame ISE Flame 15,00 10,46 14,53 8,96 26,42 23,50 14,35 10,46 14,60 8,96 26,56 23,50 14,97 10,46 13,96 8,96 25,39 23,50 14,77 10,46 14,36 8,96 26,12 23,50 SD 0,37 0,00 0,35 0,00 0,64 0,00 S 0,27 0,24 0,81 teks 19,30 27,13 3,98 [K+] (mg/kg) 2. Analisis Kadar Natrium Menggunakan Uji-t Contoh perhitungan : Mencari nilai teks untuk natrium pada tanah C menggunakan ekstraktan air S= {(n − 1)S + (n − 1)S } (n + n − 2) S= {(3 − 1)0,80 + (3 − 1)20,56 } = 212,63 (3 + 3 − 2) t = t = x − x 1 1 S n + n 8,83 − 244,85 1 1 212,63 3 + 3 = −1,36 74 a. Nilai t eks kadar natrium untuk ekstraktan CaCl2 Tanah Metode A B C ISE Flame ISE Flame ISE Flame 44,75 421,31 69,69 511,19 85,84 642,23 44,89 446,31 83,15 462,17 85,65 615,32 37,76 446,31 82,79 413,16 86,20 669,15 42,47 437,97 78,55 462,17 85,90 642,23 SD 4,08 14,43 7,67 49,02 0,28 26,92 S 137,37 1318,93 362,48 teks -3,53 -0,36 -1,88 [Na+] (mg/kg) b. Nilai t eks kadar natrium untuk ekstraktan air Tanah Metode A B C ISE Flame ISE Flame ISE Flame 16,23 198,16 10,21 218,83 8,20 267,28 16,36 160,67 10,28 218,83 8,54 226,90 16,67 160,67 10,47 206,58 9,73 240,36 16,42 173,17 10,32 214,75 8,83 244,85 SD 0,23 21,64 0,13 7,07 0,80 20,56 S 234,33 25,06 212,63 teks -0,82 -9,99 -1,36 [Na+] (mg/kg)