POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR

advertisement
POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR
(Meloidogynespp.)PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN
JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM
(Skripsi)
EVA YULIANTI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR
(Meloidogynespp.) PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN
JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM
Oleh
EVA YULIANTI
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp. ) ditemukan menyerang pertanaman
jambu di PT NTF. Nematoda ini dapat menurunkan kuantitas dan kualitas
tanaman jambu sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui spesies Meloidogyne yang menyerang pertanaman
jambu biji dan pengaruh umur tanaman terhadap populasi dan tingkat serangan
Meloidogynespp.. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi di PT NTF pada
tiga umur pertanaman yang berbeda. Identifikasi spesies nematoda puru akar
dilakukan dengan pengamatan pola perinnealpattern nematoda betina, populasi
nematoda j-2 dan tingkat kerusakan akar menurut skala Zeck dianalisis ragam dan
pemisahan nilai tengah diuji BNT pada taraf nyata 5% . Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat dua spesies Meloidogyne yang menyerangtanaman
jambu biji kristal di PT NTF yaitu M. incognita, dan M. javanica. Populasi
nematoda nyata dipengaruhi oleh umur tanaman tetapi tingkat kerusakan akar
tidak nyata.
Kata kunci: jambu biji, Meloidogyne spp., umur tanaman
POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR
(Meloidogyne spp.) PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN
JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM
Oleh
Eva Yulianti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada 21 Juli 1993. Penulis merupakan anak
tunggal dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsinah. Pendidikan formal
penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4 Negeri Katon pada
tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sekampung pada tahun 2006,
Sekolah Menengah Atas Negeri 1Sekampung pada tahun 2008. Tahun 2011,
penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Penulis memilih Hama Penyakit Tanaman sebagai konsentrasi dari perkuliahan.
Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum di Divisi Research and
Developmen, PT Nusantara Tropical Farm. Pada tahun 2015 penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bangun Rejo, Kecamatan
Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang. Selama perkuliahan, penulis pernah
menjadi asisten dosen pada mata kuliah Agama Islam (2013-2014). Selain
itu,Penulis juga aktif pada beberapa organisasi seperti menjadi anggota Perma
AGT Fakultas Pertanian ( Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) sebagai anggota
bidang Eksternal (2013/2014). Anggota FOSI Fakultas Pertanian (Forum Studi
Islam) sebagai sekertaris bidang Humas (2013/2014). Anggota IMMPERTI
Sumbagsel (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia Sumatra Bagian
Selatan) sebagi sekertaris departemen pengabdian Masyarakat (2013/2014) dan
v
anggota DPM Unila (Dewan Perwakilan Mahasiswa) sebagai sekertaris Komisi
IV (2014/2015) serta anggota Ikam Lamtim (Ikatan Mahasiswa Lampung Timur)
sebagai Wakil Ketua Umum (2014/2015).
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
“Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu. Dan
boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
“Barangsiapabertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangka.””
(QS. At-Thalaq: 2-3)
“O son of Adam, I don’tforgetthe person whodisobeysMe, sohowcan I
forgetsomeonewhoobeysMe?
(HadithQudsi)
“Nothingworthhavingcomeseasy.”
(Theodore Roosevelt)
“Belajarlah mendayung sampanmu”
(Eva Yulianti)
“Tidak ada pengganti dari sebuah kerja keras”
(Eva Yulianti)
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah S.W.T
Kupersembahkan karyaku untuk:
Keluarga tercinta
Bapak, Ibu dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan yang
terbaik dan senantiasa mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang
tulus, perhatian, dan dorongannya.
Teman-teman
Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya kecil ini dapat selesai.
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Dimana penulis mendapat kesempatan menimba ilmu dan berkesempatan
bertemu dengan orang-orang hebat
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanatas
rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi berjudul “Populasi Dan Tingkat Serangan Nematoda Puru
Akar (Meloidogyne spp.) Pada Beberapa Tingkat Umur Tanaman Jambu Biji
di PT Nusantara Tropical Farm” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pertanian di Universitas lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir.I Gede Swibawa, M.S.,selaku Dosen pembimbing pertama, yang
telah memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat serta motivasi
dalam penulisan skripsi ini;
2. Bapak Ir. Solikhin, M.P.,selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasehat serta motivasi dalam penulisan skripsi ini;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku pembahas dan ketua Minat Studi
Proteksi Tanaman terimakasih atas saran perhatian dan bantuan dalam
penulisan skripsi ini;
4. Bapak Ir.Rachmansyah Arianto Wardhana, M.P., Bapak Aryo Nugroho, S.P.
dan tenaga kerja PT Nusantara Tropical Farm yang telah menyediakan tempat
penelitian, alat, dan segala bentuk dukungan dalam penelitian ini;
5. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si.,selaku pembimbing akademik yang senantiasa
membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
7. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak, ibu dan keluarga yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan
kepada penulis;
9. Seluruh dosen mata kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,
dan bimbingan yang penulis peroleh selama masa studi di Universitas
Lampung;
10. Teman-teman sesama peneliti nematoda Eka Rani, Indah, Eko Saputro, dan
Septi atas kebersamaan, motivasi, semangat, serta bantuan selama penelitian
yang diberikan kepada penulis;
11. Teman-teman yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini Yeyen,
Dwi Yanti, Agung, Bertha, Sari Dewi, Lerian, Eko, Lisa dan tim penelitian
dibawah bimbingan pak I Gede dan seluruh teman-teman peneliti Hama
Penyakit Tanaman atas segala dukungan yang telah diberikan.
12. Teman-teman rumah kontrakan Ria Iswandari, Evi Septi, Peni, Dahlia, indah,
dwica atas kebersamaan , nasehat, dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
13. Teman-teman organisasi Fosi FP, DPM Unila, IMMPERTI, dan Ikam Lamtim
atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan dalam belajar di Organsasi.
14. Keluarga besar Agroteknologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu;
dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Amin.
BandarLampung, September 2017
Penulis
Eva Yulianti
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xvii
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.4 Kerangka Pemikiran ......................................................................
1.5 Hipotesis ........................................................................................
1
3
4
4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
6
2.1 Tanaman Jambu Kristal .................................................................
2.2 Nematoda Puru Akar .....................................................................
6
7
III.BAHAN DAN METODE ................................................................
11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................
3.3 Metode Penelitian ..........................................................................
3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah dan Akar .................................
3.3.2 Pengamatan di Laboratorium ...............................................
3.3.2.1 Penentuan Tingkat Kerusakan Akar..........................
3.3.2.2 Ekstrasi Nematoda ....................................................
3.3.2.3 Fiksasi Nematoda ......................................................
3.3.2.4 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda
Tanah .........................................................................
3.4 Analisis Data ...................................................................................
11
11
12
12
15
15
17
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
21
4.1 Spesies Nematoda Yang Ditemukan ...........................................
4.2 Populasi Meloidogyne spp...........................................................
21
23
19
20
4.3 Tingkat Kerusakan Tanaman ......................................................
4.4 Pembahasan .................................................................................
24
27
V.KESIMPULAN ..................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
32
LAMPIRAN ...........................................................................................
35
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
Kategori tingkat kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF ..........
13
2
Tingkat kerusakan akar tanaman pada tanaman berdasarkan skala
Zeck ..............................................................................................
15
Populasi Meloidogyne spp larva j-2 dari tanah dan akar pada
berbagai umur tanaman jambu kristal di PT NTF .........................
24
Tingkat kerusakan akar (skala Zeck) dan intensitas kerusakan
akar skala kebun pada berbagai umur tanaman .............................
25
Tingkat kerusakan akar menurut skal Zeck pada 3 umur tanaman
yang ber beda .................................................................................
36
Analisis ragam data pengaruh umur terhadap tingkat kerusakan
akar ................................................................................................
36
Populasi nematoda Meloidogyne J-2 dalam tanah (indv/ 300 cc
tanah)pada 3 mur berbeda ..............................................................
37
Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap populasi
Meliodogyne dalam tanah ..............................................................
37
Populasi nematoda Meloidogyne J-2 dalam akar (indv/5 g akar)
pada 3 umur berbeda ......................................................................
38
Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap populasi
Meloidogyne dalam akar ................................................................
38
11
Tingkat kerusakan tanaman pada 3 umur tanaman yang berbeda .
39
12
Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap tingkat
kerusakan tanaman........................................................................
39
Korelasi tingkat kerusakan tanaman dengan tingkat kerusakan
akar ................................................................................................
41
3
4
5
6
7
8
9
10
13
iv
14
15
Korelasi tingkat kerusakan tanaman dengan populasi Meloidogyne
pada akar ........................................................................................
42
Korelasi tingkat kerusakan akar dengan populasi Meloidogyne
pada akar ........................................................................................
43
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Siklus hidup Meloidogyne spp .......................................................
9
2
Penampakan visual setiap kategori status kerusakannya ...............
13
3
Pola fisik pengambilan sub-sample tanah pada tanaman sampel ..
14
4
Kriteria kerusakan akar ..................................................................
16
5
Pola perinneal pattern nematoda puru akar: a, M. incognita; b,
M. javanica; c, M. arenaria; dan d, M. hapla ...............................
20
Meloidogyne jantan dewasa bagian posterior a. Meloidogyne
jantan dewasa bagian anterior, b. Ekor (perbesaran 400x) ............
22
Morfologi nematoda Meloidogyne betina dewasa (perbesaran
100x) ..............................................................................................
22
Morfologi larva Meloidogyne spp., b. Ekor larva Meloidogyne
spp. (perbesaran 400x) ...................................................................
23
Pola perinneal pattern nematoda puru akar: a; M. incognita, b; M.
javanica (perbesaran 1000x), tanda panah menunjukan penciri
pola perinneal pattern spesies .......................................................
23
6
7
8
9
10 Status kerusakan tanaman di atas permukaan tanah pada 3 umur
Tanaman ........................................................................................
26
11Kondisi kerusakan akar (puru) tanaman jambu biji yang diberi
penilaian a. tanaman rusak sedang, b. tanaman tidak rusak ..........
29
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman buahbuahan tropika yang cukup populer. Tanaman yang diketahui berasal dari Negara
Brasilia ini banyak dibudidayakan di Indonesia dan menjadi salah satu buah
unggulan yang dipasarkan di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor.
Jambu biji kristal merupakan salah satu buah yang memiliki nilai ekonomitinggi.
Jambu biji kristal menjadi sumber vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan.
Jambu jenis ini dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun buah olahan. Buah
jambu ini umumnya berbentuk bulat sampai sedikit lonjong, berdaging buah tebal,
berkulit tipis, dan berbiji sedikit sehingga dapat dimakan tanpa dikupas.Jambu biji
kristalmemiliki khasiat sebagai pencegah diare, sumber vitamin C dan vitamin A.
Setiap 100g jambu biji mengandung 183 mg vitamin C (Romeo, 1997).
PT Nusantara Tropical Farm (NTF)Lampung Timur merupakan salah satu
perusahaan agroindustri yang membudidayakan tanaman jambu biji kristal dalam
sekala besar. Perusahaan ini menghasilkan buah jambu biji kristal sebanyak10
ton/ha setiap tahunnya. Namun menurut Widodo & Zulferiyenni (2010) produksi
jambu biji kristal di PT Nusantara Tropical Farm (NTF) tersebut tidak maksimal,
2
hal ini dikarenakan jambu biji kristal memiliki potensi maksimal sebesar 30
ton/ha/th.
Data BPS (2014) menyebutkan bahwa produksi jambu biji di Indonesia menurun
setiap tahun. Pada tahun 2012 produksi jambu biji mencapai 196,861 ton, pada
tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan produksi menjadi masing-masing50,71 ton
dan 126,61 ton. Penurunan produksi jambu biji ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman jambu biji kristal.
Salah satu faktor terebut adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang dapat berupa virus, jamur, bakteri, ataupun nematoda.
NematodaMeloidogyne spp. merupakan salah satu OPT penting pada pertanaman
jambu biji kristal di PT NTF Lampung Timur. Nematoda ini disinyalir menjadi
permasalahan serius pada beberapa tahun terakhir.
Meloidogyne spp. dapat berkembang biak dengan cepat dan memiliki daya rusak
tinggi. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya berupa puru pada akar tanaman,
kemudian diikuti oleh gejala klorosis pada daun dan tanaman menjadi kerdil.
Amelia ( 2013) melaporkan bahwa pada tingkat serangan yang berat, perakaran
jambu biji kristal di PT NTF berkurang secara drastis,dikuti oleh tanaman layu
dan daun berguguran, bahkan ada yang mengalami kematian.
Nematoda Meloidogyne spp. merupakan salah satu nematoda endoparasit penting
di dunia. Nematoda ini bersifat parasit obligat dan tersebar luas di daerah tropis
dan subtropis,bersifat polifagus karena dapat menyerang lebih dari 2000 spesies
3
tumbuhan(Taylor & Sasser, 1978).Nematoda Meloidogynespp.yang paling sering
ditemukan menyerang tanaman ialahM. arenaria, M. hapla,M. incognita, dan M.
javanica. Di daerah tropis, penyebaran M. hapla terbatas pada dataran sedang
sampai tinggi,M. arenaria dapat ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan
daerah dataran rendah.
Tingkat kerusakan akibat serangan nematoda dipengaruhi oleh populasi nematoda
yang menyerang tanaman. Semakin tinggi populasi nematoda yang meyerang
maka semakin parah kerusakan sistem perakaran yang menyebabkan
berkurangnya fungsi akar dalam penyerapan dan transportasi unsur hara dan air
dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman. Tingkat serangan nematoda pada
tanaman jambu biji kristal mungkin juga dipengaruhi oleh umur tanaman, namun
hal ini masih perlu diselidiki.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.
Jenis nematoda puru akar apa saja yang menyerang tanaman jambu biji kristal
di PT NTF?
2.
Bagaimana populasi nematoda puru akar dan tingkat kerusakan tanaman
jambu biji kristal di PT NTF?
3.
Apakah umur tanaman mempengaruhi populasi nematoda puru akar dan
tingkat kerusakan tanaman jambu biji kristal di PT NTF?
4
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui spesies Meloidogyne yang menyerang pertanaman jambu
biji di PT NTF.
2.
Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap populasi dan tingkat
serangannematoda puru akar pada tanaman jambu biji di PT NTF.
1.4 Kerangka Pemikiran
PT NTF menghasilkan jambu biji kristal sebesar 10 ton/ha setiap tahunnya,
namun produksi tersebut masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan
produksi potensialnya yang dapat mencapai 30 ton/ha/th(Widodo & Zulferiyenni,
2010). Salah satu kendala dalam memproduksi jambu biji di PT NTF adalah
serangan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)(Nugroho, 2016; komunikasi
pribadi).
Menurut El-Borai & Duncan (2005) tercatat lebih dari tiga genus nematoda yang
tersebar luas dan menyerang jambu biji yaitu Helicotylenchus, Tylenchorhynchus,
dan Meloidogyne. Serangan nematoda menyebabkan kerusakan pada akar
tanaman sehingga menimbulkan gangguan pertumbuhan tanaman, serta
berkurangnya fungsi akar dalam pengangkutan unsur hara dan air dari dalam
tanah keseluruh bagian tubuh tanaman. Gejala di atas permukaan tanah tanaman
yang terserang nematoda dicirikan dengan tanaman mudah layu bila dalam
keadaan kering, tanaman tumbuh kerdil dan mengalami klorosis. Hal ini terjadi
5
karena nematoda merusak sistem perakaran yang menyebabkan jaringan berkas
pengangkut mengalami gangguan secara total (Agrios, 1996).
Nugroho (2016, komunikasi pribadi) menyebutkan bahwa terdapat indikasi
tingkat kerusakan dan populasi nematoda puru akar pada jambu biji kristal di PT
NTF dipengaruhi oleh umur tanaman. Tingkat kerusakan akar tanaman akan
semakin tinggi pada tanaman yang lebih tua. Hal ini dimungkinkan karena
terjadinya akumulasi populasi dalam kurun waktu yang lama.
Beberapa jenis nematoda puru akar dapat menyerang tanaman secara bersamasama. Hikmia et al. (2012) melaporkan bahwa beberapa spesies nematoda
Meoidogyne menyerang dan menginfeksi secara bersama pada tanaman wortel.
Nematoda tersebut adalah M. arenaria, M. hapla, M. incognita dan M. javanic.
Berdasarkan informasi ini maka nematoda puru akar yang menyerang akar
tanaman jambu biji di PT NTFmungkin lebih dari satu jenis.
1.5.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut.
1. Ditemukan lebih dari satu spesies nematoda puru akar yang menyerang
tanaman jambu biji di PT NTF.
2. Umur tanaman jambu biji kristal mempengaruhi populasi nematoda
Meloidogyne spp. dan tingkat kerusakan tanaman.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jambu biji kristal
Menurut USDA (2017) tanaman jambu biji dapatdiklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Devisi
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Psidium L
Species
:Psidium guajava L.
Tanaman jambu biji merupakan tanaman buah jenis perdu yang berasal dari
Brasilia, Amerika Tengah.Tinggi tanaman jambu biji ini berkisar 2-10 m dengan
percabangan banyak. Tanaman ini memilikibuah tunggal, bertangkai yang keluar
dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih.Buahnya berbentuk bulat
sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan.Daging buah tebal,
buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah
jambu.Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning
kecokelatan (Hapsoh & Hasanah, 2011).
7
2.2 Nematoda Puru Akar
Menurut Taylor & Sasser (1978) nematoda puru akar (Meloidogyne spp.),
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Tylenchida
Famili
: Meloidogynidae
Genus
: Meloidogyne
Spesies
: Meloidogyne spp.
Nematoda puru akar betina berwarna transparan, berbentuk seperti botol, bersifat
endoparsit menetap (sedentary). Panjang tubuh nematoda betina lebih dari 0,5
mm dan lebar 0,3-0,4 mm. Stiletnya lemah, panjang stliet 12-15 µm,
melengkung kearah dorsal, memiliki knop yang jelas pada pangkalnya.
Nematoda betina dewasa mempunyai leher pendek dan tanpa ekor, memiliki pola
striasi yang jelas di sekitas vulva dan anus yang disebut pola perinneal yang dapat
dipergunakan untuk identifikasi jenis (Taylor & Sasser, 1978)
Menurut Dropkin (1991) nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang
bergerak lambat di dalam tanah. Panjangnya bervariasi, maksimum 2 mm,
sedangkan perbandingan antara panjang tubuh dan lebarnya mendekati 45.
Kepalanya tidak berlekuk, panjang stiletnya hampir dua kali panjang stilet betina.
Bagian posterior berputar 180º dan memiliki 1-2 testis.
Nematoda puru akar menyebar hampir di seluruh dunia, lebih banyak di daerah
tropika. Tiga jenis nematoda puru akar yang dominan di daerah tropika adalah
8
Meloidogyne incognita, Meloidogyne javanica (Treub) Chitwood,
Meloidogynearenaria (Neal.) Chitwood.Ketiga jenis tersebut bersifat polifag dan
banyak menimbulkan masalah.Hal ini dikuatkan oleh suatu kenyataan bahwa
hampir 76 persen studi tentang nematoda puru akar membahas ketiga jenis
nematoda tersebut.Jenis yang dominan dan banyak menimbulkan masalah di
daerah dingin adalah M. hapla (Wallace, 1963 dalam Prasasti, 2012).
Selain tiga jenis nematoda puru akar yang dominan, di Indonesia juga ditemukan
jenis Meloidogyne lain. Supratoyo et al,(1977 dalam Prasasti, 2012) melaporkan
bahwa di Yogyakarta juga ditemukan M. hapla dan M. acronea. Nematoda M.
incognita, M. javanica dan M. arenariajuga banyak menyebar di Asia Tenggara,
terutama di Filipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Supramana dan Suastika
(2012) juga melaporkan empat spesies Meloidogyne, yaitu M. arenaria, M. hapla,
M. incognita, dan M. jananica, berhasil diidentifikasi dari sampel asal Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Umumnya perkembangan nematoda parasit tumbuhan terdiri dari empat
fase yaitu juvenil I sampai juvenil IV dan nematoda dewasa. Semua spesies
nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup
nematoda puru akar sekitar 18 – 21 hari atau 3 – 4 minggu dan lebih lama
pada suhu dingin (Agrios, 1996).
Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi
lingkungannya. Pada kondisi normal betina dapat menghasilkan 300- 800 telur
dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur.Juvenil II
9
menetas dari telur yang dikenal sebagai stadium infektif, bergerak menuju
tanaman inang untuk mencari makanan. Juvenil menuju bagian ujung akar di
daerah meristem, kemudian menembus korteks. Akibatnya pada tanaman yang
rentan terjadi infeksi dan menyebabkan sel-sel menjadi membengkak (puru). Di
dalam akar juvenil menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi
makanannya.Juvenil menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan
cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi betina atau jantan
dewasa yang berbentuk memanjang di dalam kutikula. Stadium ke empat menjadi
nematoda dewasa yang menghasilkanmassatelur, sementara nematoda jantan
akan meninggalkan akar seperti tampak pada Gambar 1 (Abad et al., 2008).
Gambar 1. Siklus hidup Meloidogyne spp. ( Abad et al., 2008).
Setiap jenis nematoda puru akar memiliki jenis tanaman inang yang peka dan
tahan terhadapnya.Pada tanaman inang peka, nematoda berkembang lebih cepat
dan populasinya meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan kerusakan dan
menurunkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman tersebut. Hal yang sebaliknya
akan terjadi pada tanaman tahan (Taylor & Sasser, 1978). Pada tanaman peka,
10
infeksi nematoda puru akar akanmenimbulkan gejala berupa puru pada akar yang
ukurannya bervariasi dari sangat kecil sampai besar tergantung jenis tanaman,
jenis nematoda dan populasinya yang ada di dalam puru tersebut. Terbentuknya
puru akar merupakan akibat pertambahan jumlah sel secara cepat (hiperplasia)
atau bertambahnya ukuran sel menjadi sel raksasa (hipertrofi) (Dropkin, 1991).
Serangan nematoda puru akar mempengaruhi kondisi fisik dan fisiologis
tanaman.Perluasan sel akibat sel raksasa yang sampai ke jaringan vasikular
menyebabkan terputusnya jaringan tersebut dan menggangu aliran air bebas dalam
akar.Hal tersebut mempengaruhi efesiensi sistem perakaran yang pada gilirannya
berpengaruh pada kegiatan fisiologis dalam tubuh dan pertumbuhan tanaman.
Selain menginfeksi tanaman secara individu, nematoda puru akar dapat
berasosiasi dengan patogen lain sehingga menyebabkan penyakit umbi bercabang
pada wortel (Supramana & Suastika , 2012)
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman jambu biji PT Nusantara Tropical
Farm (PT NTF) Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten
Lampung Timur dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai
Oktober 2016.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel akar, sampel tanah, air,
aquades, larutan gula, larutan Golden X (campuran dari 90 bagian aquades, 8
bagian formalin, dan 2 bagian glycerin), suspensi nematoda, kantong plastik,
spidol, dan kertas label.
Alat yangdigunakan pada penelitian ini adalah mikroskop stereo binokuler, cawan
petri, hand counter, mikroskop compound binokuler, kaca preparat, coverglass,
pengait nematoda, gelas ukur, tabung centrifuge, mesin centrifuge,
blander,stopwatch, kompor listrik, panci kecil, termometer, tabung centrifuge,
botol suspensi nematoda, gelas ukur, gelas plastik, botol 140 ml, pipet tetes,
saringan 1mm, saringan 53 µm, saringan 38 µm, ember, botol semprot,mangkuk
12
kecil, saringan dengan diameter 20 cm, kertas tisu, cangkul atau alat pengambil
sucker tananaman pisang, karung, nampan, ember,silet, meteran atau penggaris,
dan tali rapia.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di kebun jambu PT
NTF. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel tanah dan akar
di lapang, serta ekstraksi nematoda dalam tanah dan akar yang dilakukan di
Laboratorium.
3.3.1
Pengambilan Sampel Tanah dan Akar
Penentuan sampel dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertamaadalah penentuan
plot pertanaman. Dalam plot pertanaman, setiap blok dipilih tanaman yang
berbeda umur 3 tahun, 7 tahun, dan 11 tahun, yang masing- masing terletak di
blok 41002-X, 30101, dan 30104. Luas blok tersebut berurutan 0,91 ha, 2,13 ha
dan 2,64 ha. Pada setiap blok dipilih petak sampel kurang lebih seluas 1 ha yang
mengandung 1.000 tanamandan terdekat dengan akses jalan. Tahap kedua yaitu
pemilihan tanaman sampel pada petak sampel.Pada setiap petak sampel diambil
20 tanaman sampel secara acak sempurna menggunakan program axcell,dengan
demikian total sampel tanaman yang diambil dari 3 blok adalah 60 tanaman.
Tingkat kerusakan setiap tanaman sampel ditetapkan berdasarkan gejala
kerusakan tanaman yang tampak. Secara visual kerusakan tanaman terdiri dari
empat kategori yang ditetapkan oleh pihak PT NTF, yaitu: tanaman tidak rusak,
tanaman rusak ringan, tanaman rusak sedang, dan tanaman rusak berat masing-
13
masing kategori diberi skor secara berurutan 0, 1,2 dan 3. Ciri tiap kategori
kerusakan tanaman dan skornya disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2 (Nugroho,
2016; komunikasi pribadi) .
Tabel 1. Kategori tingkat kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF
Kategori
skor
Kriteria
kerusakan
tanaman
Tidak rusak
0
Jumlah daun banyak, warna daun hijau tua, ukuran daun
besar dan lebar, tunas muncul terus, kulit batang
mengelupas secara periodik (Gambar 2 a).
Rusak
1
Jumlah daun banyak, warna daun dominan menguning,
Ringan
kulit batang jarang mengelupas, tanaman tampak layu
(saat musim kemarau dapat terlihat jelas) (Gambar 2 b).
Rusak
2
Jumlah daun sedikit , warna daun dominan menguning,
Sedang
kulit batang jarang mengelupas,dan tanaman tampak layu
(saat musim kemarau dapat terlihat jelas) (Gambar 2 c).
Rusak Berat
3
Jumlah daun sedikit, seluruh daun menguning, ukuran
daun kecil, jarang sekali muncul tunas, kulit batang tidak
mengelupas dan berwarna putih dan tanaman tampak layu
(Gambar 2 d).
a
b
c
d
Gambar 2. Penampakan visual setiap kategori status kerusakannya.
(a) tidak rusak
(b) rusak ringan
(c) rusak sedang
(d) rusak berat
14
Pada setiap tanaman sampel ditetapkan 2 posisi pengambilan sampel tanah dan
akar berdasarkan lebar kanopi tanaman jambu biji yaitu: 1) bagian dekat pangkal
batang tanaman 20 cm dari pangkal batang (r) dan 2) bagian yang jauh dari
pangkal tanaman 40 cm dari pangkal batang (R) yaitu pada posisi batas terjauh
kanopi tanaman . Pada masing-masing bagian ini sampel diambil dari 4 titik yang
berposisi di empat penjuru mengelilingi tanaman, sehingga dalam satu tanaman
terdapat 8 titik pengambilan sampel (Gambar 3).
Pada setiap titik pengambilan sampel digali dengan menggunakan sucker (alat
pengambil tunas pisang, kemudian diambil sekitar 10 g akar terutama akar yang
berukuran kecil dan 1kg tanah. Sampel akar dan tanah dari 8 titik pada setiap
tanaman dikomposit, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi
label untuk diproses di laboratorium.
40 cm
20 cm
Keterangan :
= tanaman sampel
= titik pengambilan sampel
Gambar 3. Posisi fisik pengambilan sub-sampel tanah pada tanaman sampel
(Swibawa,2016; komunikasi pribadi).
15
3.3.2
Pengamatan di Laboratorium
Pengamatan dilaboratorium meliputi penentuan tingkat kerusakan akar, ekstrasi
nematoda dalam tanah dan akar, dan fiksasi nematoda.
3.3.2.1 Penentuan Tingkat Kerusakan Akar
Tingkat kerusakan akar akibat serangan nematoda puru akar diskoring
menggunakan Skala Zeck yang terdiri dari 10 skala yaitu 0 sampai dengan 10.
Sampel akar dicuci hingga bersih dari tanah, kemudian kerusakan akar berupa
keparahan puru terbentuk dibandingkan dengan gambar skala menurut Zeck
(1971 dalam Hay et al., 2014) seperti Tabel 2 dan Gambar 4.
Tabel 2. Tingkat kerusakan akar pada tanaman berdasarkan skala Zeck.
Skala
Zeck
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kriteria Terbentuknya Puru Akar
Sistem akar sehat tanpa puru.
Terdeteksi sedikit sekali puru kecil (2%) dengan pengamatan
seksama.
Sangat jelas tampak telah terbentuk banyak puru kecil (4%).
Terdapat banyak puru kecil, beberapa menyatu dan tumbuh
menjadi lebih besar tetapi belum mempengaruhi fungsi akar.
Terdapat banyak puru kecil dan beberapa puru besar, tetapi
sebagian besar akar masih berfungsi.
Sekitar 25 % sistem perakaran sudah tidak berfungsi karena puru
yang parah.
Sebesar 50% sistem perakaran tidak berfungsi karena puru yang
parah.
Sebesar 75% sistem perakaran tidak berfungsi karena puru yang
parah.
Tidak ada akar sehat tersisa, pertumbuhan pucuk terganggu, tetapi
tanaman masih tampak hijau.
Sistem perakaran dan puru membusuk, tanaman mati.
Tanaman dan akar mati.
16
Gambar 4. Kriteria kerusakan akar (Zeck, 1971 dalam Hay et al., 2014)
Tingkat kerusakan akar diberi skor berdasarkan indeks puru akar 0 – 10 (Zeck,
1971dalam Hay et al., 2014). Intensitas kerusakan akar dan kerusakan tanaman
dapat dihitung dengan rumus
ni = jumlah akar atau tanaman dengan skor i
vi = skor ke i
N = Jumlah akar atau tanaman yang diamati
Z = nilai skor terteinggi yaitu 10 untuk akar dan 3 untuk kerusakan tanaman.
17
3.3.2.2 Ekstraksi Nematoda
Ekstraksi nematoda dalam akar menggunakan metode Baermann funnel yang
dimodifikasi dengan peralatan berupa mangkuk kecil yang dilengakapi saringan
sebagai filter. Sampel akar yang sebelumnya telah dicuci dan dikeringanginkan
ditimbang, lalu diambil 5 g untukdipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1
cm dan diblender (dimaserasi) selama 30 detik. Sebelumnya, telah disiapkan alat
ekstraksi Baermann yaitu saringan yang dialasi dengan tisu dan diletakkan di
atas mangkuk stenlis. Potongan akar yang telah diblender dimasukkan merata ke
dalam saringan, kemudian mangkuk diisi air hingga volumenya merendam
potongan akar. Setelah diinkubasi selama 48 jam, suspensi nematoda pada
mangkuk ditampung di gelas plastik (cup) dan diendapkan selama 24 jam.
Setelah volumenya dikurangi menjadi 25 ml dengan pipet, suspensi kemudian
disimpan dalam botol suspensi nematoda.
Ekstraksi nematoda dalam tanah dilakukan dengan metode penyaringan dan
sentrifugasi dengan larutan gula. Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan
500 g gula dalam air sampai volume larutan menjadi 1000 ml. Sebanyak 300 cc
tanah (yang sebelumnya telah ditimbang untuk mengetahui bobotnya)
dimasukkan ke dalam ember, kemudian ditambahkan 2 L air dan diremas-remas
serta didiamkan selama 1 menit. Suspensi disaring manggunakan saringan
dengan ukuran lubang 1 mm dan suspensi tanah ditampung dalam ember kedua,
kemudian didiamkan selama 3 menit, dan sisa saringan tanah di dalam ember
pertama dibuang. Setelah 3 menit suspensi tanah pada ember kedua disaring
ulang menggunakan saringan dengan ukuran lubang 53 µm dan suspensi tanah
18
ditampung dalam ember ketiga, sedangkan tanah yang tertambat pada saringan
ditampung dalam gelas beker. Selanjutnya suspensi tanah dalam ember ketiga
kembali disaring menggunakan saringan berukuran lubang 38 µm . Suspensi
tanah yang tertambat pada saringan ditambahkan kesuspensi pada gelas beker
sebelumnya.
Suspensi tanah dalam gelas beker diaduk merata, kemudian dimasukkan kedalam
tabung centrifuge dan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 3 menit.
Setelah itu, supernatan dibuang dan endapannya ditambahkan larutan gula lalu
diaduk hingga merata kemudian disentrifugasi kembali dengan kecepatan 1500
rpm selama 2 menit. Selanjutnya, supernatan yang merupakan suspensi
nematoda yang masih dalam larutan gula dibilas dengar air menggunakan
saringan dengan ukuran lubang 3,8 µm untuk membersihkan larutan gula.
Suspensi nematoda kemudian dimasukkan kedalam botol suspensi dan diberi
label.
3.3.2.3 Fiksasi Nematoda
Fiksasi merupakan metode yang dilakukan untuk mengawetkan nematoda dengan
cara menambahkan larutan fiksasi (larutan Golden X) ke dalam suspensi
nematoda. Sebelum difiksasi nematoda dimatikan dengan cara memanaskan
suspensi sampai suhu 60o-70o C. Suspensi dalam botol 140 ml didiamkan
selama 24 jam, volumenya dikurangi dengan pipet secara hati-hati (agar tidak
mengganggu endapan suspensi nematoda) sehingga tersisa sekitar 10 ml. Sekitar
10 ml suspensi nematoda ini dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan
didiamkan kembali selama 12 jam untuk dikurangi volumenya secara hati-hati
19
menggunakan pipet hingga tersisa 3 ml. Kemudian, suspensi ini ditambahkan
larutan Golden X hingga suspensi menjadi 10 ml, dengan demikian nematoda
berada pada formalin 3 %.
3.3.2.4 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah
Sebelum perhitungan populasi, dilakukan identifikasi Meloidogyne terlebih
dahulu untuk mengenali bentuk Meloidogyne j-2 dan membedakannya dengan
nematoda lain pada perbesaran 40-60 kali dibawah mikroskop stereo binokuler.
Sekitar 10-15 nematoda yang diduga sebagai Meloidogynej-2 dikait dan
diletakkan pada kaca preparat, diberi 1 tetes larutan Golden X kemudian ditutup
dengan coverglass. Kemudian diamati di bawah mikroskop compound dengan
perbesaran 100-400 kali. Pada perbesaran tersebut Meloidogynej-2memiliki ciri
khas yang terletak pada ekornya meruncing dan bergerigi (Gambar 7b). Setelah
familiar dengan bentuk nematoda Meloidogynej-2 pada perbesaran 40-60 x maka
dilakukan penghitungan populasi.
Populasi nematoda Meloidogyne dihitung dengan cara mengambil suspensi
sekitar 3 ml, kemudian dituang ke dalam cawan petri bergaris. Perhitungan
dilakukan berulang sampai seluruh suspensi habis. Nematoda Meloidogyen j-2
dihitung dangan menggunakan hand counter di bawah mikroskop bedah stereo
binokuler pada perbesaran 40 x. Kelimpahan nematoda Meloidogyne j-2 adalah
jumlah individu per 300 cc tanah.
Identifikasi penentuan spesies nematoda sampai tingkat spesies dilakukan
terhadap nematoda betina dewasa, menggunakan ciri perinneal pattern pada
20
bagian posteriol tubuhnya. Nematoda puru akar betina dewasa dalam akar
diambil satu per satu, kemudian diletakkan di glass preparat. Kemudian, tubuh
nematoda dipotong dengan silet, bagian anterior dibuang dan bagian posterior
ditekan agar isi tubuh nematoda keluar. Bagian posterior disayat dan jaringan di
dalam dibuang secara hati-hati. Potongan bagian posterior ini dipindahkan ke
dalam preparat yang sebelumnya ditetesi cotton blue dan dibiarkan selama 24
jam. kemudian diamati lebih lanjut menggunakan mikroskop majemuk dengan
perbesaran 1000 x. Sebanyak 60 sampel sidik pantat difoto dibawah mikroskop
dan beberapa yang paling jelas diambil untuk diidentifikasi dengan
membandingkannya dengan pola perinneal pattern pada kunci identifikasi seperti
pada Gambar 5 (Taylor & Sasser, 1981).
Gambar 5. Pola perinneal patternnematoda puru akar: a, M. incognita; b, M. javanica; c,
M. arenaria;dand, M. hapla, (Taylor &Sasser, 1981)
3.4Analisis Data
Data yang diperoleh adalah tingkat kerusakan akar yaitu indeks puru akar (Zeck,
1971 dalam Hay et al., 2014), populasi nematoda puru akar J-2 dalam akar dan
tanah, serta tingkat kerusakan tanaman. Data ini dialaisis ragam dan pemisahan
nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.
21
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nematodaMeloidogyne
incognita dan Meloidogyne javanica ditemukan menyerang secara bersama-sama
dan menimbulkan kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF. Populasi nematoda
dipengaruhi oleh umur tanaman, sedangkan tingkat kerusakan akar tidak
dipengaruhi oleh umur tanaman.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tanaman jambu bijiPT NTF untuk
melihat pengaruh populasi nematoda Meloidogyne spp.terhadap produksijambu
biji di PT NTF.
31
PUSTAKA ACUAN
Abad, P., J. Gouzy , J.M. Aury, P. Castagnone-Sereno, E.G.J. Danchin, E.
Deleury , L. Perfus-Barbeoch,V. Anthouard, F. Artiguenave & V.C. Blok.
2008. Genome sequence of the metazoan plant-parasitic nematode
Meloidogyne incognita. Nat Biotechnol. 26(8):909–915.
Agrios, G.N. 1996. Plant Pathology. Academic Press. California.
Amelia, S. 2013. Tingkat Kerusakan Akar pada Tanaman Jambu Biji Kristal
(Psidium guava L.) Akibat Nematoda Di PT Nusantara Tropical Farm .
Laporan Praktik Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Produksi buah-buahan di Indonesia, 20102014. http://www.pertanian.go.id/EIS-ASEM-HORTI-2014/Prod-BuahASEM-HORTI2014.pdf.Diakses tanggal 15 Februari 2016.
Cahyono, B . 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan
Perkebunan. Lily Publisher. Yogyakarta.
Dropkin, V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan (Edisi Kedua,alih
bahasa oleh Supratoyo). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
El-Borai F.E. & L.W. Duncan 2005. Nematode parasities of the subtropica and
tropical fruit crops. In, M.Luc, R.A. Sikora and J.Bridge (eds).2005. Plant
Parasitic Nematodes In Subtropical And Tropical Agriculture2 edition.
CABI Publishing. Walingford UK. Hlm, 467-492.
Hay, F., G. Striling, G. Walker, K.O. Keller, J. Cobon, V. Vanstone, S. Bulman
and D. Griffin. 2014. Managemet of Root-Knot Nematode in Vegetable
Crops. Horticulture Australia Ltd. (HAL). Australia.
Hapsoh dan Y,Hasanah.2011.Budidaya Tanaman Obat dan Rempah.USU Press.
Medan.
Hikmia, Z., Supramana, G. Suastika. 2012. Identifikasi spesies Meloidogyne spp.
penyebab umbi bercabang pada tanaman wortel di Jawa Timur. Jurnal
Fitopatologi Indonesia. 8(3):73–78.
32
Kamira, M., S. Hauser, A.P. Van, D. Coyne, & H.L. Talwana. 2013. Plant
parasitic nematodes associated with banana and plantain in eastern and
western Democratic Republic of Congo. Nematropica. 43(2) : 213-224.
Luc, R.A. Sikora & J.Bridge (eds).2005. Plant Parasitic Nematodes In
Subtropical And Tropical Agriculture2 edition. CABI Publishing.
Walingford UK.
Nugroho, A. 2015. Monitoring status nematoda pada kebun jambu secara
berkala(periode Mei 2014 – Desember 2015).Department of Research and
DevelopmentPT Nusantara Tropical Farm. Lampung Timur.
Panggeso, J. 2010. Analisis kerapatan populasi nematoda parasitik pada tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) asal kabupaten Sigi Biromaru. J.
Agroland. 17 (3):198--204.
Parimin, 2005. Jambu Biji (Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya). Penebar
Swadaya. Jakarta.
Prasasti, W.D. 2012. Strategi pengendalian penyakit nematoda puru akar
(Meloidogyne sp.) pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.).
Makalah Seminar Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Razak , A.R. & T.K. Lim. 1978. Occurena Of The Root Knot Nematodes
Meloidogyne Incognita On Guava In Malaysia. Pertanika 10(3):265-270.
Romeo. 1997. Psidium Guajava. Ticzon publishing. Filipina.
Sastrahidayat, I.R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Supramana&G. Suastika.2012. Spesies nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
yang berasosiasi dengan penyakit umbi bercabang pada wortel: penyakit
baru di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.17 (2): 108-112.
Taylor, A.L. & J.N. Sasser. 1978. Biologi, Identification And Control Of Root
Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). North Carolina State University
Graphics. USA.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
USDA. 2017. Classification for Kingdom Plantae Down toSpecies Psidium
Guava.http://plants.usda.gov/java/Classification
Servlet?source=splay&classid=SAOF. Diakses tanggal17 Januari 2017.
33
Widodo S. E.&Zulferiyenni , 2010. Jambu biji kristal dan Mutiara 45 Ha.
http://www.trubus-online.co.id/kristal-dan-mutiara-45-ha/.Diakses tanggal
12 Februari 2016.
Download