POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogynespp.)PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM (Skripsi) EVA YULIANTI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogynespp.) PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM Oleh EVA YULIANTI Nematoda puru akar (Meloidogyne spp. ) ditemukan menyerang pertanaman jambu di PT NTF. Nematoda ini dapat menurunkan kuantitas dan kualitas tanaman jambu sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui spesies Meloidogyne yang menyerang pertanaman jambu biji dan pengaruh umur tanaman terhadap populasi dan tingkat serangan Meloidogynespp.. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi di PT NTF pada tiga umur pertanaman yang berbeda. Identifikasi spesies nematoda puru akar dilakukan dengan pengamatan pola perinnealpattern nematoda betina, populasi nematoda j-2 dan tingkat kerusakan akar menurut skala Zeck dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah diuji BNT pada taraf nyata 5% . Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua spesies Meloidogyne yang menyerangtanaman jambu biji kristal di PT NTF yaitu M. incognita, dan M. javanica. Populasi nematoda nyata dipengaruhi oleh umur tanaman tetapi tingkat kerusakan akar tidak nyata. Kata kunci: jambu biji, Meloidogyne spp., umur tanaman POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR TANAMAN JAMBU BIJI DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM Oleh Eva Yulianti Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 iv RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada 21 Juli 1993. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Marsinah. Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4 Negeri Katon pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sekampung pada tahun 2006, Sekolah Menengah Atas Negeri 1Sekampung pada tahun 2008. Tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penulis memilih Hama Penyakit Tanaman sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum di Divisi Research and Developmen, PT Nusantara Tropical Farm. Pada tahun 2015 penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bangun Rejo, Kecamatan Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Agama Islam (2013-2014). Selain itu,Penulis juga aktif pada beberapa organisasi seperti menjadi anggota Perma AGT Fakultas Pertanian ( Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) sebagai anggota bidang Eksternal (2013/2014). Anggota FOSI Fakultas Pertanian (Forum Studi Islam) sebagai sekertaris bidang Humas (2013/2014). Anggota IMMPERTI Sumbagsel (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia Sumatra Bagian Selatan) sebagi sekertaris departemen pengabdian Masyarakat (2013/2014) dan v anggota DPM Unila (Dewan Perwakilan Mahasiswa) sebagai sekertaris Komisi IV (2014/2015) serta anggota Ikam Lamtim (Ikatan Mahasiswa Lampung Timur) sebagai Wakil Ketua Umum (2014/2015). MOTTO “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6) “Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286) “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216) “Barangsiapabertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.”” (QS. At-Thalaq: 2-3) “O son of Adam, I don’tforgetthe person whodisobeysMe, sohowcan I forgetsomeonewhoobeysMe? (HadithQudsi) “Nothingworthhavingcomeseasy.” (Theodore Roosevelt) “Belajarlah mendayung sampanmu” (Eva Yulianti) “Tidak ada pengganti dari sebuah kerja keras” (Eva Yulianti) Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah S.W.T Kupersembahkan karyaku untuk: Keluarga tercinta Bapak, Ibu dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan yang terbaik dan senantiasa mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang tulus, perhatian, dan dorongannya. Teman-teman Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya kecil ini dapat selesai. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Dimana penulis mendapat kesempatan menimba ilmu dan berkesempatan bertemu dengan orang-orang hebat SANWACANA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanatas rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Populasi Dan Tingkat Serangan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Pada Beberapa Tingkat Umur Tanaman Jambu Biji di PT Nusantara Tropical Farm” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Universitas lampung. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr.Ir.I Gede Swibawa, M.S.,selaku Dosen pembimbing pertama, yang telah memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat serta motivasi dalam penulisan skripsi ini; 2. Bapak Ir. Solikhin, M.P.,selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat serta motivasi dalam penulisan skripsi ini; 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku pembahas dan ketua Minat Studi Proteksi Tanaman terimakasih atas saran perhatian dan bantuan dalam penulisan skripsi ini; 4. Bapak Ir.Rachmansyah Arianto Wardhana, M.P., Bapak Aryo Nugroho, S.P. dan tenaga kerja PT Nusantara Tropical Farm yang telah menyediakan tempat penelitian, alat, dan segala bentuk dukungan dalam penelitian ini; 5. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si.,selaku pembimbing akademik yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung; 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung; 7. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8. Bapak, ibu dan keluarga yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan kepada penulis; 9. Seluruh dosen mata kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan, dan bimbingan yang penulis peroleh selama masa studi di Universitas Lampung; 10. Teman-teman sesama peneliti nematoda Eka Rani, Indah, Eko Saputro, dan Septi atas kebersamaan, motivasi, semangat, serta bantuan selama penelitian yang diberikan kepada penulis; 11. Teman-teman yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini Yeyen, Dwi Yanti, Agung, Bertha, Sari Dewi, Lerian, Eko, Lisa dan tim penelitian dibawah bimbingan pak I Gede dan seluruh teman-teman peneliti Hama Penyakit Tanaman atas segala dukungan yang telah diberikan. 12. Teman-teman rumah kontrakan Ria Iswandari, Evi Septi, Peni, Dahlia, indah, dwica atas kebersamaan , nasehat, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 13. Teman-teman organisasi Fosi FP, DPM Unila, IMMPERTI, dan Ikam Lamtim atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan dalam belajar di Organsasi. 14. Keluarga besar Agroteknologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu; dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin. BandarLampung, September 2017 Penulis Eva Yulianti DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 1.5 Hipotesis ........................................................................................ 1 3 4 4 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6 2.1 Tanaman Jambu Kristal ................................................................. 2.2 Nematoda Puru Akar ..................................................................... 6 7 III.BAHAN DAN METODE ................................................................ 11 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah dan Akar ................................. 3.3.2 Pengamatan di Laboratorium ............................................... 3.3.2.1 Penentuan Tingkat Kerusakan Akar.......................... 3.3.2.2 Ekstrasi Nematoda .................................................... 3.3.2.3 Fiksasi Nematoda ...................................................... 3.3.2.4 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah ......................................................................... 3.4 Analisis Data ................................................................................... 11 11 12 12 15 15 17 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 21 4.1 Spesies Nematoda Yang Ditemukan ........................................... 4.2 Populasi Meloidogyne spp........................................................... 21 23 19 20 4.3 Tingkat Kerusakan Tanaman ...................................................... 4.4 Pembahasan ................................................................................. 24 27 V.KESIMPULAN .................................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32 LAMPIRAN ........................................................................................... 35 iii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Kategori tingkat kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF .......... 13 2 Tingkat kerusakan akar tanaman pada tanaman berdasarkan skala Zeck .............................................................................................. 15 Populasi Meloidogyne spp larva j-2 dari tanah dan akar pada berbagai umur tanaman jambu kristal di PT NTF ......................... 24 Tingkat kerusakan akar (skala Zeck) dan intensitas kerusakan akar skala kebun pada berbagai umur tanaman ............................. 25 Tingkat kerusakan akar menurut skal Zeck pada 3 umur tanaman yang ber beda ................................................................................. 36 Analisis ragam data pengaruh umur terhadap tingkat kerusakan akar ................................................................................................ 36 Populasi nematoda Meloidogyne J-2 dalam tanah (indv/ 300 cc tanah)pada 3 mur berbeda .............................................................. 37 Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap populasi Meliodogyne dalam tanah .............................................................. 37 Populasi nematoda Meloidogyne J-2 dalam akar (indv/5 g akar) pada 3 umur berbeda ...................................................................... 38 Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap populasi Meloidogyne dalam akar ................................................................ 38 11 Tingkat kerusakan tanaman pada 3 umur tanaman yang berbeda . 39 12 Analisis ragam data pengaruh umur tanaman terhadap tingkat kerusakan tanaman........................................................................ 39 Korelasi tingkat kerusakan tanaman dengan tingkat kerusakan akar ................................................................................................ 41 3 4 5 6 7 8 9 10 13 iv 14 15 Korelasi tingkat kerusakan tanaman dengan populasi Meloidogyne pada akar ........................................................................................ 42 Korelasi tingkat kerusakan akar dengan populasi Meloidogyne pada akar ........................................................................................ 43 vii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Siklus hidup Meloidogyne spp ....................................................... 9 2 Penampakan visual setiap kategori status kerusakannya ............... 13 3 Pola fisik pengambilan sub-sample tanah pada tanaman sampel .. 14 4 Kriteria kerusakan akar .................................................................. 16 5 Pola perinneal pattern nematoda puru akar: a, M. incognita; b, M. javanica; c, M. arenaria; dan d, M. hapla ............................... 20 Meloidogyne jantan dewasa bagian posterior a. Meloidogyne jantan dewasa bagian anterior, b. Ekor (perbesaran 400x) ............ 22 Morfologi nematoda Meloidogyne betina dewasa (perbesaran 100x) .............................................................................................. 22 Morfologi larva Meloidogyne spp., b. Ekor larva Meloidogyne spp. (perbesaran 400x) ................................................................... 23 Pola perinneal pattern nematoda puru akar: a; M. incognita, b; M. javanica (perbesaran 1000x), tanda panah menunjukan penciri pola perinneal pattern spesies ....................................................... 23 6 7 8 9 10 Status kerusakan tanaman di atas permukaan tanah pada 3 umur Tanaman ........................................................................................ 26 11Kondisi kerusakan akar (puru) tanaman jambu biji yang diberi penilaian a. tanaman rusak sedang, b. tanaman tidak rusak .......... 29 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman buahbuahan tropika yang cukup populer. Tanaman yang diketahui berasal dari Negara Brasilia ini banyak dibudidayakan di Indonesia dan menjadi salah satu buah unggulan yang dipasarkan di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Jambu biji kristal merupakan salah satu buah yang memiliki nilai ekonomitinggi. Jambu biji kristal menjadi sumber vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan. Jambu jenis ini dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun buah olahan. Buah jambu ini umumnya berbentuk bulat sampai sedikit lonjong, berdaging buah tebal, berkulit tipis, dan berbiji sedikit sehingga dapat dimakan tanpa dikupas.Jambu biji kristalmemiliki khasiat sebagai pencegah diare, sumber vitamin C dan vitamin A. Setiap 100g jambu biji mengandung 183 mg vitamin C (Romeo, 1997). PT Nusantara Tropical Farm (NTF)Lampung Timur merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang membudidayakan tanaman jambu biji kristal dalam sekala besar. Perusahaan ini menghasilkan buah jambu biji kristal sebanyak10 ton/ha setiap tahunnya. Namun menurut Widodo & Zulferiyenni (2010) produksi jambu biji kristal di PT Nusantara Tropical Farm (NTF) tersebut tidak maksimal, 2 hal ini dikarenakan jambu biji kristal memiliki potensi maksimal sebesar 30 ton/ha/th. Data BPS (2014) menyebutkan bahwa produksi jambu biji di Indonesia menurun setiap tahun. Pada tahun 2012 produksi jambu biji mencapai 196,861 ton, pada tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan produksi menjadi masing-masing50,71 ton dan 126,61 ton. Penurunan produksi jambu biji ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman jambu biji kristal. Salah satu faktor terebut adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat berupa virus, jamur, bakteri, ataupun nematoda. NematodaMeloidogyne spp. merupakan salah satu OPT penting pada pertanaman jambu biji kristal di PT NTF Lampung Timur. Nematoda ini disinyalir menjadi permasalahan serius pada beberapa tahun terakhir. Meloidogyne spp. dapat berkembang biak dengan cepat dan memiliki daya rusak tinggi. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya berupa puru pada akar tanaman, kemudian diikuti oleh gejala klorosis pada daun dan tanaman menjadi kerdil. Amelia ( 2013) melaporkan bahwa pada tingkat serangan yang berat, perakaran jambu biji kristal di PT NTF berkurang secara drastis,dikuti oleh tanaman layu dan daun berguguran, bahkan ada yang mengalami kematian. Nematoda Meloidogyne spp. merupakan salah satu nematoda endoparasit penting di dunia. Nematoda ini bersifat parasit obligat dan tersebar luas di daerah tropis dan subtropis,bersifat polifagus karena dapat menyerang lebih dari 2000 spesies 3 tumbuhan(Taylor & Sasser, 1978).Nematoda Meloidogynespp.yang paling sering ditemukan menyerang tanaman ialahM. arenaria, M. hapla,M. incognita, dan M. javanica. Di daerah tropis, penyebaran M. hapla terbatas pada dataran sedang sampai tinggi,M. arenaria dapat ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan daerah dataran rendah. Tingkat kerusakan akibat serangan nematoda dipengaruhi oleh populasi nematoda yang menyerang tanaman. Semakin tinggi populasi nematoda yang meyerang maka semakin parah kerusakan sistem perakaran yang menyebabkan berkurangnya fungsi akar dalam penyerapan dan transportasi unsur hara dan air dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman. Tingkat serangan nematoda pada tanaman jambu biji kristal mungkin juga dipengaruhi oleh umur tanaman, namun hal ini masih perlu diselidiki. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Jenis nematoda puru akar apa saja yang menyerang tanaman jambu biji kristal di PT NTF? 2. Bagaimana populasi nematoda puru akar dan tingkat kerusakan tanaman jambu biji kristal di PT NTF? 3. Apakah umur tanaman mempengaruhi populasi nematoda puru akar dan tingkat kerusakan tanaman jambu biji kristal di PT NTF? 4 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui spesies Meloidogyne yang menyerang pertanaman jambu biji di PT NTF. 2. Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap populasi dan tingkat serangannematoda puru akar pada tanaman jambu biji di PT NTF. 1.4 Kerangka Pemikiran PT NTF menghasilkan jambu biji kristal sebesar 10 ton/ha setiap tahunnya, namun produksi tersebut masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan produksi potensialnya yang dapat mencapai 30 ton/ha/th(Widodo & Zulferiyenni, 2010). Salah satu kendala dalam memproduksi jambu biji di PT NTF adalah serangan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)(Nugroho, 2016; komunikasi pribadi). Menurut El-Borai & Duncan (2005) tercatat lebih dari tiga genus nematoda yang tersebar luas dan menyerang jambu biji yaitu Helicotylenchus, Tylenchorhynchus, dan Meloidogyne. Serangan nematoda menyebabkan kerusakan pada akar tanaman sehingga menimbulkan gangguan pertumbuhan tanaman, serta berkurangnya fungsi akar dalam pengangkutan unsur hara dan air dari dalam tanah keseluruh bagian tubuh tanaman. Gejala di atas permukaan tanah tanaman yang terserang nematoda dicirikan dengan tanaman mudah layu bila dalam keadaan kering, tanaman tumbuh kerdil dan mengalami klorosis. Hal ini terjadi 5 karena nematoda merusak sistem perakaran yang menyebabkan jaringan berkas pengangkut mengalami gangguan secara total (Agrios, 1996). Nugroho (2016, komunikasi pribadi) menyebutkan bahwa terdapat indikasi tingkat kerusakan dan populasi nematoda puru akar pada jambu biji kristal di PT NTF dipengaruhi oleh umur tanaman. Tingkat kerusakan akar tanaman akan semakin tinggi pada tanaman yang lebih tua. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya akumulasi populasi dalam kurun waktu yang lama. Beberapa jenis nematoda puru akar dapat menyerang tanaman secara bersamasama. Hikmia et al. (2012) melaporkan bahwa beberapa spesies nematoda Meoidogyne menyerang dan menginfeksi secara bersama pada tanaman wortel. Nematoda tersebut adalah M. arenaria, M. hapla, M. incognita dan M. javanic. Berdasarkan informasi ini maka nematoda puru akar yang menyerang akar tanaman jambu biji di PT NTFmungkin lebih dari satu jenis. 1.5. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. 1. Ditemukan lebih dari satu spesies nematoda puru akar yang menyerang tanaman jambu biji di PT NTF. 2. Umur tanaman jambu biji kristal mempengaruhi populasi nematoda Meloidogyne spp. dan tingkat kerusakan tanaman. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jambu biji kristal Menurut USDA (2017) tanaman jambu biji dapatdiklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Psidium L Species :Psidium guajava L. Tanaman jambu biji merupakan tanaman buah jenis perdu yang berasal dari Brasilia, Amerika Tengah.Tinggi tanaman jambu biji ini berkisar 2-10 m dengan percabangan banyak. Tanaman ini memilikibuah tunggal, bertangkai yang keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih.Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan.Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu.Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecokelatan (Hapsoh & Hasanah, 2011). 7 2.2 Nematoda Puru Akar Menurut Taylor & Sasser (1978) nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Tylenchida Famili : Meloidogynidae Genus : Meloidogyne Spesies : Meloidogyne spp. Nematoda puru akar betina berwarna transparan, berbentuk seperti botol, bersifat endoparsit menetap (sedentary). Panjang tubuh nematoda betina lebih dari 0,5 mm dan lebar 0,3-0,4 mm. Stiletnya lemah, panjang stliet 12-15 µm, melengkung kearah dorsal, memiliki knop yang jelas pada pangkalnya. Nematoda betina dewasa mempunyai leher pendek dan tanpa ekor, memiliki pola striasi yang jelas di sekitas vulva dan anus yang disebut pola perinneal yang dapat dipergunakan untuk identifikasi jenis (Taylor & Sasser, 1978) Menurut Dropkin (1991) nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah. Panjangnya bervariasi, maksimum 2 mm, sedangkan perbandingan antara panjang tubuh dan lebarnya mendekati 45. Kepalanya tidak berlekuk, panjang stiletnya hampir dua kali panjang stilet betina. Bagian posterior berputar 180º dan memiliki 1-2 testis. Nematoda puru akar menyebar hampir di seluruh dunia, lebih banyak di daerah tropika. Tiga jenis nematoda puru akar yang dominan di daerah tropika adalah 8 Meloidogyne incognita, Meloidogyne javanica (Treub) Chitwood, Meloidogynearenaria (Neal.) Chitwood.Ketiga jenis tersebut bersifat polifag dan banyak menimbulkan masalah.Hal ini dikuatkan oleh suatu kenyataan bahwa hampir 76 persen studi tentang nematoda puru akar membahas ketiga jenis nematoda tersebut.Jenis yang dominan dan banyak menimbulkan masalah di daerah dingin adalah M. hapla (Wallace, 1963 dalam Prasasti, 2012). Selain tiga jenis nematoda puru akar yang dominan, di Indonesia juga ditemukan jenis Meloidogyne lain. Supratoyo et al,(1977 dalam Prasasti, 2012) melaporkan bahwa di Yogyakarta juga ditemukan M. hapla dan M. acronea. Nematoda M. incognita, M. javanica dan M. arenariajuga banyak menyebar di Asia Tenggara, terutama di Filipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Supramana dan Suastika (2012) juga melaporkan empat spesies Meloidogyne, yaitu M. arenaria, M. hapla, M. incognita, dan M. jananica, berhasil diidentifikasi dari sampel asal Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umumnya perkembangan nematoda parasit tumbuhan terdiri dari empat fase yaitu juvenil I sampai juvenil IV dan nematoda dewasa. Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18 – 21 hari atau 3 – 4 minggu dan lebih lama pada suhu dingin (Agrios, 1996). Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi normal betina dapat menghasilkan 300- 800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur.Juvenil II 9 menetas dari telur yang dikenal sebagai stadium infektif, bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan. Juvenil menuju bagian ujung akar di daerah meristem, kemudian menembus korteks. Akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan sel-sel menjadi membengkak (puru). Di dalam akar juvenil menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya.Juvenil menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi betina atau jantan dewasa yang berbentuk memanjang di dalam kutikula. Stadium ke empat menjadi nematoda dewasa yang menghasilkanmassatelur, sementara nematoda jantan akan meninggalkan akar seperti tampak pada Gambar 1 (Abad et al., 2008). Gambar 1. Siklus hidup Meloidogyne spp. ( Abad et al., 2008). Setiap jenis nematoda puru akar memiliki jenis tanaman inang yang peka dan tahan terhadapnya.Pada tanaman inang peka, nematoda berkembang lebih cepat dan populasinya meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan kerusakan dan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman tersebut. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada tanaman tahan (Taylor & Sasser, 1978). Pada tanaman peka, 10 infeksi nematoda puru akar akanmenimbulkan gejala berupa puru pada akar yang ukurannya bervariasi dari sangat kecil sampai besar tergantung jenis tanaman, jenis nematoda dan populasinya yang ada di dalam puru tersebut. Terbentuknya puru akar merupakan akibat pertambahan jumlah sel secara cepat (hiperplasia) atau bertambahnya ukuran sel menjadi sel raksasa (hipertrofi) (Dropkin, 1991). Serangan nematoda puru akar mempengaruhi kondisi fisik dan fisiologis tanaman.Perluasan sel akibat sel raksasa yang sampai ke jaringan vasikular menyebabkan terputusnya jaringan tersebut dan menggangu aliran air bebas dalam akar.Hal tersebut mempengaruhi efesiensi sistem perakaran yang pada gilirannya berpengaruh pada kegiatan fisiologis dalam tubuh dan pertumbuhan tanaman. Selain menginfeksi tanaman secara individu, nematoda puru akar dapat berasosiasi dengan patogen lain sehingga menyebabkan penyakit umbi bercabang pada wortel (Supramana & Suastika , 2012) 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman jambu biji PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai Oktober 2016. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel akar, sampel tanah, air, aquades, larutan gula, larutan Golden X (campuran dari 90 bagian aquades, 8 bagian formalin, dan 2 bagian glycerin), suspensi nematoda, kantong plastik, spidol, dan kertas label. Alat yangdigunakan pada penelitian ini adalah mikroskop stereo binokuler, cawan petri, hand counter, mikroskop compound binokuler, kaca preparat, coverglass, pengait nematoda, gelas ukur, tabung centrifuge, mesin centrifuge, blander,stopwatch, kompor listrik, panci kecil, termometer, tabung centrifuge, botol suspensi nematoda, gelas ukur, gelas plastik, botol 140 ml, pipet tetes, saringan 1mm, saringan 53 µm, saringan 38 µm, ember, botol semprot,mangkuk 12 kecil, saringan dengan diameter 20 cm, kertas tisu, cangkul atau alat pengambil sucker tananaman pisang, karung, nampan, ember,silet, meteran atau penggaris, dan tali rapia. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di kebun jambu PT NTF. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel tanah dan akar di lapang, serta ekstraksi nematoda dalam tanah dan akar yang dilakukan di Laboratorium. 3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah dan Akar Penentuan sampel dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertamaadalah penentuan plot pertanaman. Dalam plot pertanaman, setiap blok dipilih tanaman yang berbeda umur 3 tahun, 7 tahun, dan 11 tahun, yang masing- masing terletak di blok 41002-X, 30101, dan 30104. Luas blok tersebut berurutan 0,91 ha, 2,13 ha dan 2,64 ha. Pada setiap blok dipilih petak sampel kurang lebih seluas 1 ha yang mengandung 1.000 tanamandan terdekat dengan akses jalan. Tahap kedua yaitu pemilihan tanaman sampel pada petak sampel.Pada setiap petak sampel diambil 20 tanaman sampel secara acak sempurna menggunakan program axcell,dengan demikian total sampel tanaman yang diambil dari 3 blok adalah 60 tanaman. Tingkat kerusakan setiap tanaman sampel ditetapkan berdasarkan gejala kerusakan tanaman yang tampak. Secara visual kerusakan tanaman terdiri dari empat kategori yang ditetapkan oleh pihak PT NTF, yaitu: tanaman tidak rusak, tanaman rusak ringan, tanaman rusak sedang, dan tanaman rusak berat masing- 13 masing kategori diberi skor secara berurutan 0, 1,2 dan 3. Ciri tiap kategori kerusakan tanaman dan skornya disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2 (Nugroho, 2016; komunikasi pribadi) . Tabel 1. Kategori tingkat kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF Kategori skor Kriteria kerusakan tanaman Tidak rusak 0 Jumlah daun banyak, warna daun hijau tua, ukuran daun besar dan lebar, tunas muncul terus, kulit batang mengelupas secara periodik (Gambar 2 a). Rusak 1 Jumlah daun banyak, warna daun dominan menguning, Ringan kulit batang jarang mengelupas, tanaman tampak layu (saat musim kemarau dapat terlihat jelas) (Gambar 2 b). Rusak 2 Jumlah daun sedikit , warna daun dominan menguning, Sedang kulit batang jarang mengelupas,dan tanaman tampak layu (saat musim kemarau dapat terlihat jelas) (Gambar 2 c). Rusak Berat 3 Jumlah daun sedikit, seluruh daun menguning, ukuran daun kecil, jarang sekali muncul tunas, kulit batang tidak mengelupas dan berwarna putih dan tanaman tampak layu (Gambar 2 d). a b c d Gambar 2. Penampakan visual setiap kategori status kerusakannya. (a) tidak rusak (b) rusak ringan (c) rusak sedang (d) rusak berat 14 Pada setiap tanaman sampel ditetapkan 2 posisi pengambilan sampel tanah dan akar berdasarkan lebar kanopi tanaman jambu biji yaitu: 1) bagian dekat pangkal batang tanaman 20 cm dari pangkal batang (r) dan 2) bagian yang jauh dari pangkal tanaman 40 cm dari pangkal batang (R) yaitu pada posisi batas terjauh kanopi tanaman . Pada masing-masing bagian ini sampel diambil dari 4 titik yang berposisi di empat penjuru mengelilingi tanaman, sehingga dalam satu tanaman terdapat 8 titik pengambilan sampel (Gambar 3). Pada setiap titik pengambilan sampel digali dengan menggunakan sucker (alat pengambil tunas pisang, kemudian diambil sekitar 10 g akar terutama akar yang berukuran kecil dan 1kg tanah. Sampel akar dan tanah dari 8 titik pada setiap tanaman dikomposit, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk diproses di laboratorium. 40 cm 20 cm Keterangan : = tanaman sampel = titik pengambilan sampel Gambar 3. Posisi fisik pengambilan sub-sampel tanah pada tanaman sampel (Swibawa,2016; komunikasi pribadi). 15 3.3.2 Pengamatan di Laboratorium Pengamatan dilaboratorium meliputi penentuan tingkat kerusakan akar, ekstrasi nematoda dalam tanah dan akar, dan fiksasi nematoda. 3.3.2.1 Penentuan Tingkat Kerusakan Akar Tingkat kerusakan akar akibat serangan nematoda puru akar diskoring menggunakan Skala Zeck yang terdiri dari 10 skala yaitu 0 sampai dengan 10. Sampel akar dicuci hingga bersih dari tanah, kemudian kerusakan akar berupa keparahan puru terbentuk dibandingkan dengan gambar skala menurut Zeck (1971 dalam Hay et al., 2014) seperti Tabel 2 dan Gambar 4. Tabel 2. Tingkat kerusakan akar pada tanaman berdasarkan skala Zeck. Skala Zeck 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kriteria Terbentuknya Puru Akar Sistem akar sehat tanpa puru. Terdeteksi sedikit sekali puru kecil (2%) dengan pengamatan seksama. Sangat jelas tampak telah terbentuk banyak puru kecil (4%). Terdapat banyak puru kecil, beberapa menyatu dan tumbuh menjadi lebih besar tetapi belum mempengaruhi fungsi akar. Terdapat banyak puru kecil dan beberapa puru besar, tetapi sebagian besar akar masih berfungsi. Sekitar 25 % sistem perakaran sudah tidak berfungsi karena puru yang parah. Sebesar 50% sistem perakaran tidak berfungsi karena puru yang parah. Sebesar 75% sistem perakaran tidak berfungsi karena puru yang parah. Tidak ada akar sehat tersisa, pertumbuhan pucuk terganggu, tetapi tanaman masih tampak hijau. Sistem perakaran dan puru membusuk, tanaman mati. Tanaman dan akar mati. 16 Gambar 4. Kriteria kerusakan akar (Zeck, 1971 dalam Hay et al., 2014) Tingkat kerusakan akar diberi skor berdasarkan indeks puru akar 0 – 10 (Zeck, 1971dalam Hay et al., 2014). Intensitas kerusakan akar dan kerusakan tanaman dapat dihitung dengan rumus ni = jumlah akar atau tanaman dengan skor i vi = skor ke i N = Jumlah akar atau tanaman yang diamati Z = nilai skor terteinggi yaitu 10 untuk akar dan 3 untuk kerusakan tanaman. 17 3.3.2.2 Ekstraksi Nematoda Ekstraksi nematoda dalam akar menggunakan metode Baermann funnel yang dimodifikasi dengan peralatan berupa mangkuk kecil yang dilengakapi saringan sebagai filter. Sampel akar yang sebelumnya telah dicuci dan dikeringanginkan ditimbang, lalu diambil 5 g untukdipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm dan diblender (dimaserasi) selama 30 detik. Sebelumnya, telah disiapkan alat ekstraksi Baermann yaitu saringan yang dialasi dengan tisu dan diletakkan di atas mangkuk stenlis. Potongan akar yang telah diblender dimasukkan merata ke dalam saringan, kemudian mangkuk diisi air hingga volumenya merendam potongan akar. Setelah diinkubasi selama 48 jam, suspensi nematoda pada mangkuk ditampung di gelas plastik (cup) dan diendapkan selama 24 jam. Setelah volumenya dikurangi menjadi 25 ml dengan pipet, suspensi kemudian disimpan dalam botol suspensi nematoda. Ekstraksi nematoda dalam tanah dilakukan dengan metode penyaringan dan sentrifugasi dengan larutan gula. Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan 500 g gula dalam air sampai volume larutan menjadi 1000 ml. Sebanyak 300 cc tanah (yang sebelumnya telah ditimbang untuk mengetahui bobotnya) dimasukkan ke dalam ember, kemudian ditambahkan 2 L air dan diremas-remas serta didiamkan selama 1 menit. Suspensi disaring manggunakan saringan dengan ukuran lubang 1 mm dan suspensi tanah ditampung dalam ember kedua, kemudian didiamkan selama 3 menit, dan sisa saringan tanah di dalam ember pertama dibuang. Setelah 3 menit suspensi tanah pada ember kedua disaring ulang menggunakan saringan dengan ukuran lubang 53 µm dan suspensi tanah 18 ditampung dalam ember ketiga, sedangkan tanah yang tertambat pada saringan ditampung dalam gelas beker. Selanjutnya suspensi tanah dalam ember ketiga kembali disaring menggunakan saringan berukuran lubang 38 µm . Suspensi tanah yang tertambat pada saringan ditambahkan kesuspensi pada gelas beker sebelumnya. Suspensi tanah dalam gelas beker diaduk merata, kemudian dimasukkan kedalam tabung centrifuge dan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Setelah itu, supernatan dibuang dan endapannya ditambahkan larutan gula lalu diaduk hingga merata kemudian disentrifugasi kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 2 menit. Selanjutnya, supernatan yang merupakan suspensi nematoda yang masih dalam larutan gula dibilas dengar air menggunakan saringan dengan ukuran lubang 3,8 µm untuk membersihkan larutan gula. Suspensi nematoda kemudian dimasukkan kedalam botol suspensi dan diberi label. 3.3.2.3 Fiksasi Nematoda Fiksasi merupakan metode yang dilakukan untuk mengawetkan nematoda dengan cara menambahkan larutan fiksasi (larutan Golden X) ke dalam suspensi nematoda. Sebelum difiksasi nematoda dimatikan dengan cara memanaskan suspensi sampai suhu 60o-70o C. Suspensi dalam botol 140 ml didiamkan selama 24 jam, volumenya dikurangi dengan pipet secara hati-hati (agar tidak mengganggu endapan suspensi nematoda) sehingga tersisa sekitar 10 ml. Sekitar 10 ml suspensi nematoda ini dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan didiamkan kembali selama 12 jam untuk dikurangi volumenya secara hati-hati 19 menggunakan pipet hingga tersisa 3 ml. Kemudian, suspensi ini ditambahkan larutan Golden X hingga suspensi menjadi 10 ml, dengan demikian nematoda berada pada formalin 3 %. 3.3.2.4 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah Sebelum perhitungan populasi, dilakukan identifikasi Meloidogyne terlebih dahulu untuk mengenali bentuk Meloidogyne j-2 dan membedakannya dengan nematoda lain pada perbesaran 40-60 kali dibawah mikroskop stereo binokuler. Sekitar 10-15 nematoda yang diduga sebagai Meloidogynej-2 dikait dan diletakkan pada kaca preparat, diberi 1 tetes larutan Golden X kemudian ditutup dengan coverglass. Kemudian diamati di bawah mikroskop compound dengan perbesaran 100-400 kali. Pada perbesaran tersebut Meloidogynej-2memiliki ciri khas yang terletak pada ekornya meruncing dan bergerigi (Gambar 7b). Setelah familiar dengan bentuk nematoda Meloidogynej-2 pada perbesaran 40-60 x maka dilakukan penghitungan populasi. Populasi nematoda Meloidogyne dihitung dengan cara mengambil suspensi sekitar 3 ml, kemudian dituang ke dalam cawan petri bergaris. Perhitungan dilakukan berulang sampai seluruh suspensi habis. Nematoda Meloidogyen j-2 dihitung dangan menggunakan hand counter di bawah mikroskop bedah stereo binokuler pada perbesaran 40 x. Kelimpahan nematoda Meloidogyne j-2 adalah jumlah individu per 300 cc tanah. Identifikasi penentuan spesies nematoda sampai tingkat spesies dilakukan terhadap nematoda betina dewasa, menggunakan ciri perinneal pattern pada 20 bagian posteriol tubuhnya. Nematoda puru akar betina dewasa dalam akar diambil satu per satu, kemudian diletakkan di glass preparat. Kemudian, tubuh nematoda dipotong dengan silet, bagian anterior dibuang dan bagian posterior ditekan agar isi tubuh nematoda keluar. Bagian posterior disayat dan jaringan di dalam dibuang secara hati-hati. Potongan bagian posterior ini dipindahkan ke dalam preparat yang sebelumnya ditetesi cotton blue dan dibiarkan selama 24 jam. kemudian diamati lebih lanjut menggunakan mikroskop majemuk dengan perbesaran 1000 x. Sebanyak 60 sampel sidik pantat difoto dibawah mikroskop dan beberapa yang paling jelas diambil untuk diidentifikasi dengan membandingkannya dengan pola perinneal pattern pada kunci identifikasi seperti pada Gambar 5 (Taylor & Sasser, 1981). Gambar 5. Pola perinneal patternnematoda puru akar: a, M. incognita; b, M. javanica; c, M. arenaria;dand, M. hapla, (Taylor &Sasser, 1981) 3.4Analisis Data Data yang diperoleh adalah tingkat kerusakan akar yaitu indeks puru akar (Zeck, 1971 dalam Hay et al., 2014), populasi nematoda puru akar J-2 dalam akar dan tanah, serta tingkat kerusakan tanaman. Data ini dialaisis ragam dan pemisahan nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. 21 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nematodaMeloidogyne incognita dan Meloidogyne javanica ditemukan menyerang secara bersama-sama dan menimbulkan kerusakan tanaman jambu biji di PT NTF. Populasi nematoda dipengaruhi oleh umur tanaman, sedangkan tingkat kerusakan akar tidak dipengaruhi oleh umur tanaman. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tanaman jambu bijiPT NTF untuk melihat pengaruh populasi nematoda Meloidogyne spp.terhadap produksijambu biji di PT NTF. 31 PUSTAKA ACUAN Abad, P., J. Gouzy , J.M. Aury, P. Castagnone-Sereno, E.G.J. Danchin, E. Deleury , L. Perfus-Barbeoch,V. Anthouard, F. Artiguenave & V.C. Blok. 2008. Genome sequence of the metazoan plant-parasitic nematode Meloidogyne incognita. Nat Biotechnol. 26(8):909–915. Agrios, G.N. 1996. Plant Pathology. Academic Press. California. Amelia, S. 2013. Tingkat Kerusakan Akar pada Tanaman Jambu Biji Kristal (Psidium guava L.) Akibat Nematoda Di PT Nusantara Tropical Farm . Laporan Praktik Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Produksi buah-buahan di Indonesia, 20102014. http://www.pertanian.go.id/EIS-ASEM-HORTI-2014/Prod-BuahASEM-HORTI2014.pdf.Diakses tanggal 15 Februari 2016. Cahyono, B . 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Lily Publisher. Yogyakarta. Dropkin, V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan (Edisi Kedua,alih bahasa oleh Supratoyo). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. El-Borai F.E. & L.W. Duncan 2005. Nematode parasities of the subtropica and tropical fruit crops. In, M.Luc, R.A. Sikora and J.Bridge (eds).2005. Plant Parasitic Nematodes In Subtropical And Tropical Agriculture2 edition. CABI Publishing. Walingford UK. Hlm, 467-492. Hay, F., G. Striling, G. Walker, K.O. Keller, J. Cobon, V. Vanstone, S. Bulman and D. Griffin. 2014. Managemet of Root-Knot Nematode in Vegetable Crops. Horticulture Australia Ltd. (HAL). Australia. Hapsoh dan Y,Hasanah.2011.Budidaya Tanaman Obat dan Rempah.USU Press. Medan. Hikmia, Z., Supramana, G. Suastika. 2012. Identifikasi spesies Meloidogyne spp. penyebab umbi bercabang pada tanaman wortel di Jawa Timur. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 8(3):73–78. 32 Kamira, M., S. Hauser, A.P. Van, D. Coyne, & H.L. Talwana. 2013. Plant parasitic nematodes associated with banana and plantain in eastern and western Democratic Republic of Congo. Nematropica. 43(2) : 213-224. Luc, R.A. Sikora & J.Bridge (eds).2005. Plant Parasitic Nematodes In Subtropical And Tropical Agriculture2 edition. CABI Publishing. Walingford UK. Nugroho, A. 2015. Monitoring status nematoda pada kebun jambu secara berkala(periode Mei 2014 – Desember 2015).Department of Research and DevelopmentPT Nusantara Tropical Farm. Lampung Timur. Panggeso, J. 2010. Analisis kerapatan populasi nematoda parasitik pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) asal kabupaten Sigi Biromaru. J. Agroland. 17 (3):198--204. Parimin, 2005. Jambu Biji (Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya). Penebar Swadaya. Jakarta. Prasasti, W.D. 2012. Strategi pengendalian penyakit nematoda puru akar (Meloidogyne sp.) pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.). Makalah Seminar Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Razak , A.R. & T.K. Lim. 1978. Occurena Of The Root Knot Nematodes Meloidogyne Incognita On Guava In Malaysia. Pertanika 10(3):265-270. Romeo. 1997. Psidium Guajava. Ticzon publishing. Filipina. Sastrahidayat, I.R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya. Supramana&G. Suastika.2012. Spesies nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) yang berasosiasi dengan penyakit umbi bercabang pada wortel: penyakit baru di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.17 (2): 108-112. Taylor, A.L. & J.N. Sasser. 1978. Biologi, Identification And Control Of Root Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). North Carolina State University Graphics. USA. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. USDA. 2017. Classification for Kingdom Plantae Down toSpecies Psidium Guava.http://plants.usda.gov/java/Classification Servlet?source=splay&classid=SAOF. Diakses tanggal17 Januari 2017. 33 Widodo S. E.&Zulferiyenni , 2010. Jambu biji kristal dan Mutiara 45 Ha. http://www.trubus-online.co.id/kristal-dan-mutiara-45-ha/.Diakses tanggal 12 Februari 2016.