I. PENDAHULUAN Upaya meningkatkan kualitas tanah yang telah menurun telah dilakukan dengan berbagai cara. Namun tetap dibutuhkan inovasi ilmu sains untuk memberikan solusi terbaik yang ramah lingkungan. Salah satu pendekatan pengembangan metode perbaikan kualitas tanah adalah dengan memahami indikator kualitas tanah. Kualitas tanah dapat diindikasikan dari sifat fisika, biologi dan kimia tanah. Indikator potensial kualitas tanah yang mudah digunakan dan diamati yaitu dari sifat biologi tanah, yang dapat terlihat dari keadaan biota (fauna dan mikroba) tanah. Biota tanah dapat mencerminkan proses-proses biokimia yang terjadi di habitatnya, karena biota dan biokimia tanah berperan utama dalam siklus karbon dan nitrogen. Keduanya juga bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang merupakan kriteria utama suatu indikator. Kualitas serasah dapat ditentukan melalui kandungan C:N (Boberg et al., 2010; IlievaMakulec et al., 2006). Serasah dengan C:N yang rendah akan cepat terdekomposisi karena mengandung lebih sedikit karbon yang dapat menyusun senyawa lignin. Serasah yang mengandung C:N yang tinggi lebih lambat terdekomposisi karena lebih banyak mengandung komponen yang bersifat recalcitrant (Chapin et al., 2002; Santiago, 2010). Perbedaan C:N pada substrat dapat menghasilkan mikroba tanah dominan yang berbeda (Boberg et al., 2010). Perbedaan komponen mikroba tanah akan menghasilkan perbedaan aktivitas dekomposer tanah. Hal ini dikarenakan metabolisme mikroba dipengaruhi oleh ketersediaan N pada substrat. Oleh karena itu, organisme dekomposer bergantung pada kualitas sumber daya dengan C:N rasio yang spesifik (Boberg et al., 2010). Komposisi C:N rasio serasah merupakan faktor penting yang mengontrol siklus nutrisi dalam tanah. Setiap jenis tanaman memliki C:N rasio yang spesifik. Menurut Cornelissen et al. (2004), spesies dan tipe tanaman berperan penting dalam mengontrol siklus karbon dan nutrisi. Keduanya berperan dalam umpan balik positif antara laju pertumbuhan tanaman dengan produktivitas ekosistem, laju dekomposisi materi organik dan mineralisasi dalam tanah. Perbedaan jenis serasah dapat menunjukkan laju dekomposisi yang berbeda. Jenis serasah dapat mempengaruhi fase awal kolonisasi mikroba maupun invertebrata untuk memulai dekomposisi (Freschet et al., 2012). Hal ini berkaitan dengan kandungan nutrisi dalam tanah yang merupakan faktor pembatas yang dapat dikaitkan dengan pengelolaan 3 ekosistem dan konservasi spesies. Nutrisi serasah yang terbatas berkaitan dengan dinamika nutrisi dan merupakan proses umpan balik terhadap ketersediaan nutrisi untuk tanaman serta keseimbangan karbon dalam ekosistem (Gusewell & Gessner, 2009). Komposisi komunitas nematoda mampu mencerminkan proses ekologi habitat, mempengaruhi siklus karbon dan nitrogen melalui interaksi dalam komunitas dan pengaruhnya terhadap biomassa mikroba. Nematoda berperan lebih besar dibandingkan dengan mikroba dalam mineralisasi nitrogen di dalam lingkungan yang nitrogennya terbatas. Mineralisasi ini dilakukan melalui aktivitas grazing oleh nematoda terhadap mikroba (Neher et al., 2012). Nematoda dapat menjadi bioindikator yang baik karena nematoda menempati posisi penting dalam jaring-jaring makanan dalam tanah. Nematoda juga merespon gangguan dengan cepat dan merespon pengayaan nutrisi dengan cara meningkatkan aktivitas mikroba yang menyebabkan perubahan proporsi bakterivor dalam suatu komunitas. Analisis nematoda pada tingkat famili memberikan banyak informasi tentang jalur dekomposisi, status hara tanah, respon dari pengelolaan pertanian sehingga dapat menjadi dasar dalam pengelolaan lingkungan (Bongers & Ferris, 1999; Ferris et al., 2001). Pengaruh komposisi materi organik terhadap komunitas nematoda menjadi landasan dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Bagaimana pengaruh perbandingan berat materi organik terhadap kelimpahan komunitas nematoda dalam periode waktu tertentu. 2. Bagaimana pengaruh perbandingan berat materi organik terhadap struktur jaring-jaring dekomposer dalam komunitas nematoda. 3. Bagaimana laju dekomposisi materi organik dengan perbandingan berat materi organik yang berbeda. Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh perbandingan berat materi organik terhadap kelimpahan komunitas nematoda dalam periode waktu tertentu. 2. Mengetahui pengaruh perbandingan berat materi organik terhadap struktur jaringjaring dekomposer dalam komunitas nematoda. 3. Mengetahui pengaruh perbandingan berat materi organik yang berbeda terhadap laju dekomposisi materi organik. 4 Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat diketahui komposisi materi organik yang ideal bagi komunitas nematoda, sehingga dapat berperan maksimal dalam proses ekologi yang terjadi di tanah. 5