1 Analisis Isu Netralitas ASN/PNS Dalam Pelaksanaan

advertisement
Analisis Isu Netralitas ASN/PNS Dalam Pelaksanaan Pemilu Kepada Daerah serentak 2015
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I.
Isu
Pelaksanaan pemilihan umum secara serentak 2015 menjadi tantangan besar dalam
mewujudkan Netralitas ASN/PNS di daerah.
II.
Uraian Permasalahan
1. Pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat sebagai bentuk perwujudan demokrasi
dalam era otonomi daerah di berbagai daerah pada kurun waktu satu dasawarsa belakangan
ini, secara nyata telah membawa aparatur daerah (ASN/PNS) pada pusaran pertarungan
kekuasaan, yang efeknya sangat tidak produktif dalam mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik di daerah.
2. Pada sebagian besar daerah pelaksanaan pilkada serentak tahun 2015, terdapat 146 calon
petahana/incumbent yang mencalonkan kembali di daerah yang dipimpinnya. Kondisi ini
sangat memungkinkan munculnya potensi tarik-menarik kepetingan dan penyalahgunaan
wewenang dengan memanfaatkan keberadaan ASN/PNS sebagai pendukung.
3. Sampai saat ini, konsep Netralitas ASN/PNS masih belum terbangun secara utuh.
Berdasarkan data dari pers rilis KPU, dari 265 daerah yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan pilkada serentak tahun 2015, lebih dari setengahnya terdapat calon
petahana/incumbent yang mencalonkan diri kembali untuk kepemimpinan yang ke-2 kalinya,
sebagaimana diagram di bawah.
III. Analisis/Tanggapan
1. UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (pengganti UU Tentang Kepegawaian)
secara tegas telah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN
(PNS) berdasarkan prinsip antara lain Netralitas.
1
2. Pada pengalaman sebelumnya di berbagai daerah, dampak dari proses dukung-mendukung
yang dilakukan oleh pejabat birokrasi dan PNS daerah dalam pilkada membawa pengaruh
antara lain:
1) banyak terjadi penyalahgunaan wewenang jabatan oleh pejabat birokrasi daerah
untuk membantu proses pemenangan calon yang didukung;
2) efek setelah pilkada sangat berpengaruh terhadap pengelolaan manajemen
kepegawaian daerah yang tidak dilaksanakan sesuai norma standard dan prosedur
(NSP) dalam bentuk: a) penerimaan pegawai, terutama honorer untuk menampung
tim sukses/pendukung; b) pola karir menjadi tidak jelas, karena munculnya
kesewenang-wenangan dalam menempatkan orang dalam jabatan terutama untuk
menampung tim sukses/pedukung; c) kinerja birokrasi pemerintahan tidak bertambah
baik, karena jabatan tidak diisi oleh orang yang kompeten.
3. ASN/PNS daerah selama ini menghadapi kondisi dilema, terutama apabila calon
petahana/incumbent mencalonkan kembali sebagai kepala daerah untuk ke-2 kalinya.
Intimidasi secara tidak langsung sering dihadapi, tindakan netral dianggap tidak
mendukung, hal ini akan berpengaruh pada karir dan jabatan yang diduduki oleh PNS saat
ini. Oleh karena itu menurut hemat kami, fungsi pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan sistem merit dalam pengelolaan manajamen kepegawaian ASN yang dilakukan
oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN), khususnya
terkait dengan pengangkatan dalam jabatan, promosi dan mutasi perlu diperkuat.
IV. Alternatif Solusi dan Rekomendasi
Berikut ini alternatif langkah-langkah yang perlu diambil antara lain:
1.
Diperlukan Instruksi Presiden untuk penguatan netralias ASN/PNS dalam menghadapi
pemilihan umum dan atau Pilkada:
2.
Memperkuat dan mengefektifkan kerja Satgas Penegakan Integritas yang sudah
dibentuk oleh Menteri PAN dan RB dan Menteri Dalam Negeri dalam rangka
menghadapi Pilkada.
3.
Agar memperkuat posisi kelembagaan dan peran Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
sebagai lembaga pengawas penerapan sistem merit dan penegakan netralitas ASN
dalam manajemen kepegawaian.
4.
Agar penegakan hukum terhadap pelanggaran Netralitas oleh ASN/PNI ditindak dengan
penerapan sanksi (hukum adan aministratif) secara tegas.
5.
Disamping memberikan sanksi kepada ASN/PNS, perlu juga dipertimbangkan larangan
dan sanksi terhadap Bakal Calon Kepala Daerah (Balonkada) yang melakukan upaya
menarik dan memanfaatkan pejabat birokrasi/ASN/PNS kedalam proses dukungmendukung dalam penyelenggaraan pilkada (misal sanksi administratif, dll).
2
Download