MEKANISME KOPING PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH The Coping Mechanism of Cancer Patients Undergoing Chemotherapy In Dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh Riska Maulina1 ; Teuku Samsul Bahri2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Univesitas Syiah Kuala Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: [email protected]; [email protected] 2 ABSTRAK Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia.Berbagai modalitas sering diterapkan pada pengobatan kanker, salah satunya adalah kemoterapi.Kondisi tersebut dapat menimbulkan stres dan berdampak negatif terhadap kesejahteraan pasien sehingga diperlukan mekanisme koping yang baik untuk memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif eksploratif dengan design cross sectional study. Penelitian inidilakukan di ruang mamplam III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 27 Juni – 5 Juli 2016 dengan teknik purposive sampling sehingga didapatkanjumlah sampel sebanyak 62 resonden. Alat pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari 20 item pernyataan dalam bentuk skala dichotomouschoice. Metode analisis data dilakukan secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi berada pada kategori adaptif yaitu sebanyak 38 responden (61,3%).Direkomendasikan bagi perawat di ruang mamplam III agar dapat memberikan dukungan mental dan meningkatkan informasi dalam mempertahankan mekanisme koping yang adaptif pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Kata Kunci: Mekanisme koping, kanker, efek samping kemoterapi ABSTRACT Cancer is one of the dreaded diseases and considered as the main cause of death in the world. Various modality have been implemented in the treatment of cancer, one of which is chemotherapy. Those conditions can cause stress and negatively impact the patients’ wellbeing so that a good coping mechanism is needed to solve the problems. The purpose of this research was to find out the coping mechanism in cancer patients undergoing chemotherapy in dr. ZainoelAbidin General Hospital of Banda Aceh. This research used descriptive-explorative research with cross-sectional study design. This research was conducted at Mamplam III ward in dr. ZainoelAbidin General Hospital of Banda Aceh on June 27 to July 5, 2016. Samples were collected by using purposive sampling technique with total samples of 62 respondents. Research instrument used was questionnaire consisting of 20 statement items in the form of dichotomous choice. Data were analyzed by using univariate analysis. The result of the research showed that the coping mechanism in cancer patients undergoing chemotherapy was in adaptive category that is 38 respondents (61.3%). It is recommended that nurses in Mamplam III ward provide mental support and improve the information in maintain adaptive coping mechanism in cancer patients undergoing chemotherapy. Keywords: Coping mechanism, cancer, side effects of chemotherapy 1 PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia.UICC (Union for International Cancer Control) 2009, memperkirakan jumlah penderita kanker di Negara berkembang pada tahun 2020 bisa mencapai 10 juta orang dengan 16 kasus baru setiap tahunnya.Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, prevalansi kanker di Indonesia tergolong tinggi yaitu 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 347.792 orang.Prevalansi penderita kanker di provinsi Aceh setara dengan nasional, yaitu 1,4 per 1000 penduduk. Berbagai modalitas sering diterapkan pada pengobatan kanker.Salah satu usaha yang dilakukan pasien untuk menyembuhkan penyakit kanker adalah dengan melaksanakan kemoterapi (Smeltzer dan Bare, 2001, p.326). Pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi biasanya mengalami efek samping atau komplikasi kemoterapi yang tidak menyenangkan.Efek samping dari kemoterapi berkaitan dengan toksisitas akibat agen kemoterapi itu sendiri.Reaksi fisik yang ditimbulkan berupa gangguan pada berbagai sistem tubuh yaitu sistem gastrointestinal, sistem hematopoietic, sistem ginjal, sistem kardiopulmonal, sistem reproduksi dan sistem neurologis (Smeltzer dan Bare, 2001, p.336). Reaksi emosional berupa ansietas, kemarahan, permusuhan, berduka dan berkabung serta harapan (Smeltzer dan Bare, 2010, p.145). Efek samping yang muncul setelah pasien menjalani kemoterapi dapat memberikan efek negatif pada kesejahteraan pasien. Hal ini akan menimbulkan stres. Bila seseorang mengalami stres, maka segera akan ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai homeostatis yaitu usaha seseorang yang dengan cara terus-menerus mempertahankan keadaan keseimbangan dalam batas tertentu supaya dapat mempertahankan kehidupan dengan menggunakan mekanisme koping yang baik yang sudah atau belum pernah digunakan sebelumnya (Tarwoto dan Wartonah, 2004, p.97). Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Rasmun, 2004, p.29). Mekanisme koping menurut Lazzarus dan Folkman terdiri dari mekanisme koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan mekanisme koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping). Problem focused coping mengarah pada penyelesaian masalah dan koping ini muncul saat kondisi yang mengancam, masih ada kemungkinan untuk berubah dan dapat diperbaiki. Emotion focused coping merupakan sekumpulan proses kognitif yang diarahkan untuk mengurangi penderitaan emosional (Lazarus dan Folkman, 1986 dalam Higgins dan Kruglanski, 2000, p.116118). METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan design cross sectional study.Penelitian inidilakukan di ruang mamplam III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 27 Juni – 5 Juli 2016 dengan teknik purposive sampling sehingga didapatkanjumlah sampel sebanyak 62 resonden yang memenuhi kriteria sampel yaitu pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan mengalami efek samping kemoterapi baik secara fisik maupun psikologis, Usia ≥ 17 tahun, kesadaran compos mentis, dapat membaca dan menulis serta bersedia menjadi responden. 2 HASIL Melalui pengolahan data didapatkan total nilai (∑x) semua subvariabel yang diukur dalam penelitian ini adalah 2226 sehingga nilai mean (𝑥̅ ) untuk 62 responden adalah 35,90. Dengan demikian secara umum mekanisme koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dikatakan adaptif jika x ≥ 35,90 dan dikatakan maladaptif jika x < 35,90. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Mekanisme Koping padaPasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi No Mekanisme f % Koping 1. Adaptif 38 61,3 2. Maladaptif 24 38,7 Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi mekanisme koping paling banyak berada pada kategori adaptif yaitu 38 responden (61,3 %). Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini mekanisme koping diukur melalui dua variabel yaitu problem-focused coping (berfokus pada masalah) dan emotion-focused coping (berfokus pada emosi). Pengolahan data untuk variabel mekanisme koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) didapatkan skor total (∑x) adalah 773, sehingga nilai mean (𝑥̅ ) untuk 62 responden adalah 12,47. Dengan demikian untuk aspek tersebut, mekanisme koping yang berfokus pada masalah dikatakan adaptif jika x ≥ 12,47 dan dikatakan maladaptif jika x< 12,47. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Mekanisme Koping berfokus pada Masalah pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi No Mekanisme f % Koping 1. Adaptif 35 56,5 2. Maladaptif 27 43,5 Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi mekanisme koping berfokus pada masalah (problem focused coping) responden paling banyak berada pada kategori adaptif yaitu 35 orang (56,5%) responden. pengolahan data untuk variabel mekanisme koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) didapatkan skor total (∑x) adalah 1453, sehingga nilai mean (𝑥̅ ) untuk 62 responden adalah 23,44. Dengan demikian untuk aspek tersebut, mekanisme koping yang berfokus pada emosi dikatakan adaptif jika x ≥ 23,44 dan dikatakan maladaptif jika x <23,44. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Mekanisme Koping Berfokus pada Emosi pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi No Mekanisme f % Koping 1. Adaptif 37 59,7 2. Maladaptif 25 40,3 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi strategi mekanisme koping yang berfokus pada emosi responden paling banyak berada pada kategori adaptif yaitu 37 orang (59,7%) responden. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.2), diperoleh hasil bahwa mekanisme koping pada pasien kanker dengan efek samping kemoterapi berada pada kategori adaptif, dengan frekuensi sebanyak 38 (61,3%) dari 62 responden. Carlson (1994) dalam Nursalam (2003, p.6) mengemukakan bahwa mekanisme koping merupakan mekanisme yang digunakan dalam menghadapi perubahan yang diterima. Mekanisme koping berhasil jika individu tersebut dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terejadi. Mekanisme koping dapat dipelajari dari sejak awal terjadinya stressor sehingga individu tersebut menyadari dampak dari stressor tersebut. Kemampuan koping individu tergantung dari temperamen, persepsi dan 3 kognisi serta latar belakang budaya atau norma tempatnya dibesarkan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati, dkk (2015) pada 8 responden tentang respon dan koping penderita kanker serviks yang menjalani kemoterapi terhadap efek kemoterapi menunjukkan bahwa koping pasien kanker serviks tersebut berada pada kategori adaptif. Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.3), diperoleh hasil bahwa mekanisme koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) pada pasien kanker dengan efek samping kemoterapi berada pada kategori adaptif yaitu sebanyak 35 responden (56,5 %). Mekanisme koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah suatu usaha untuk mengatasi permasalahan dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan. Koping ini ditujukan dengan mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh dengan stres atau memperluas sumber untuk mengatasinya. Seseorang cenderung menggunakan metode koping ini apabila mereka percaya bahwa sumber dari situasinya dapat diubah (Lazarus dan Folkman dalam Nasir dan Muhith 2011, p.93). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa mekanisme koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) berada pada kategori adaptif, dimana individu dapat menanggulangi masalah yang dialami dengan beberapa cara, diantaranya; tetap menjalani kemoterapi meskipun mengalami berbagai efek samping yang tidak menyenangkan, meminta nasehat pada orang yang berarti seperti pada keluarga, teman dan orang-orang yang dihormati. Individu juga terus berusaha mencari jalan keluar dengan melakukan segala upaya demi kesembuhan penyakitnya. Strategi problem focused coping yang dilakukan responden dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bean Glynis, dkk (2008) pada 33 pasien kanker yang menjalani kemoterapi, dimana pasien melakukan strategi koping berfokus pada masalah dengan mencari informasi tentang penyakitnya agar dapat menemukan solusi, pasien juga terus mencari dukungan sosial seperti melakukan komunikasi dengan keluarga dan teman-teman agar mendapatkan perhatian yang lebih besar dari mereka. Menurut analisa peneliti, kemampuan individu dalam mengatasi perubahan fisik dan emosional yang menimbulkan stres telah berhasil sehingga individu dapat beradaptasi terhadap masalah tersebut. Penulis berpendapat bahwa pasien kanker dapat menanggulangi efek samping kemoterapi yang dialaminya dengan menggunakan sumber koping yang berfokus pada masalah dari lingkungan baik dari sosial, interpersonal, dan intrapersonal dimana sumber tersebut berupa keyakinan, dukungan sosial dan kemampuan memecahkan masalah sehingga individu dapat beradaptasi dengan efek samping kemoterapi meskipun efek samping yang dimiliki oleh individu beragam. Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.4), diperoleh hasil bahwa mekanisme koping yang berfokus pada emosi (emotionfocused coping) pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi berada pada kategori adaptif yaitu sebanyak 37 responden (59,7%). Teori yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1984, dalam Nasir & Muhith, 2011, p.23) menyatakan bahwa emotion focused coping merupakan usaha mengatasi stress dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien kanker yang menjalani 4 kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa mekanisme koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) berada pada kategori adaptif, dimana individu dapat menanggulangi masalah yang dialami dengan pendekatan emosional, diantaranya; berusaha untuk tetap tenang dan sabar, mencoba untuk mengabaikan efek samping kemoterapi yang sedang dialami, berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berfikir positif, melakukan introspeksi diri dan mencoba membuat perasaan menjadi lebih baik dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Strategi emotion focused coping yang dilakukan responden dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bean Glynis, dkk (2008) pada 33 pasien kanker yang menjalani kemoterapi, dimana pasien melakukan strategi koping berfokus pada emosi dengan mengabaikan permasalahan yang sedang dialami, pasien juga mencoba lebih mendekatkan diri dengan Tuhan seperti membaca kitab. Sebagian pasien tidur lebih banyak dari biasanya, minum alkohol dan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Pasien juga lebih berpikir positif dengan menganggap masalah yang dialami sebagai sesuatu yang telah ditetapkan oleh Tuhan baginya. Menurut analisa peneliti, pengendalian emosi yang stabil pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sangat berkaitan dengan adanya nilai spiritualitas yang tinggi. Selain itu, adanya lingkungan sekitar yang kondusif sehingga emosional pasien yang sangat rentan tersebut dapat terus terkontrol. Untuk mengontrol emosional, pasien selalu berada dalam keadaan tenang dalam menjalani kemoterapi, mendekatkan diri kepada Tuhan dan tetap sabar dalam menghadapi berbagai efek samping kemoterapi yang tidak menyenangkan. Secara keseluruhan, emosional pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kondisi stabil salah satunya karena pendekatanpendekatan spiritual yang dijalani oleh pasien. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori adaptif yaitu sebanyak 38 responden (61,3 %). Adapun saran untuk penelitian ini adalah bagi badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh agar lebih meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi.Bagi perawat di ruang mamplam III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh agar dapat memberikan dukungan mental ataupun psikologis bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian lebih lanjut agar dapat melakukan penelitian ini pada responden yang homogen, artinya responden yang mengalami jenis kanker yang sama, stadium kanker yang sama dan riwayat kemoterapi yang sama sehingga hasil penelitian lebih spesifik dan khusus. REFERENSI Bean, G., Cooper, S., Alpert, R., Kipnis D. (2008). Coping Mechanisms of Cancer Patients: A Study of 33 Patients Receiving Chemotherapy Volume 30 Issues 5 pages 256-259. America: Wiley Online Library. Diakses dari situshttp://onlinelibrary.wiley.com/stor e/10.3322/canjclin.30.5.256/asset/256_ ftp.pdf?v=1&t=iqq00ot3&s=6f2cd05f0 8d58d3dc6bd0af3a7bbb5c334250b57. pada tanggal 10 Juli 2016 Folkman, S., Lazarus, R.S.(1986).The Dinamic of a Stressfull Encouter: Cognitive Appraisal, Coping, and Encounter Outcoumes. Journal of 5 Personality and Social Psychology, 50, 992-1003 Harrison. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: EGC. Higgins & Kruglanski. (2000). Motivational Science: Social and Personality Perspective. Washington D.C.: Psichology Press Katzung.(2004). Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika. Kozier.(2010). Buku Ajar Praktik dan Keperawatan Klinis.Jakarta: EGC. Nasir, A & Muhith, A. (2011).Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi: Teori dan Masalah Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Kemenkes RI. SjamsuhidayatR, WimdeJong,2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta: EGC. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1.Jakarta: EGC. World Health Organization.(2013). Diakses dari http://www.who.int/cancer. pada tanggal 10 januari 2016. 6