asuhan keperawatan klien dengan penyakit

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL
DITINJAU DARI ASPEK PSIKOSOSIAL
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan
lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Kondisit terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan
jaminan terakhir kehidupan dimana bertujuan:
1. Mempertahankan hidup
2. Menurunkan stress
3. Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin
(Weisman)
Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang
dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja
menimbulkan perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien akan juga
keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya.
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah
keluarga, kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya
Untuk menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka
bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.
B. Jenis-Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:
1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Falure (CRF)
4. Stroke Multiple Sklerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.
C. Manifestasi Klinik
1. Fisik
a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari
ujung kaki dan ujung jari.
b. Aktivitas dari GI berkurang.
c. Reflek mulai menghilang.
d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada
kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
h. Penglihatan mulai kabur.
i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
j. Klien dapat tidak sadarkan diri.
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
a. Respon kehilangan
1). Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan,
cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
2). Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan
kemudian mengendor.
3). Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau
menanggis.
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
D. Fase-Fase Kehilangan dan respon cemas yang berhubungan dengan penyakit
terminal
Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati
mengamcam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang
kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh
keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit
terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa
menerima begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang.
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien
dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat
untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap peningkatan atau denital
Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap
denial yaitu:
a. Tidak percaya diri
b. Shock
c. Mengingkari kenyataan akan kehilangan
d. Selalu membantah dengan perkataan baik
e. Diam terpaku
f. Binggung, gelisah
g. Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar
h. Nyeri tubuh, mual
2. Tahap anger atau marah
Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:
a. Klien marah-marah
b. Nada bicara kasar
c. Suara tinggi
3. Tahap tawar menawar atau bergaining
Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan
menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.
b. Seirng berjanji pada Tuhan.
c. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d. Merasa bersalah terus menerus.
e. Kemarahan mereda.
4. Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau reaksi
kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:
a. Klien tidak banyak bicara.
b. Sering menanggis.
c. Putus asa.
5. Tahap acceptance atau menerima
Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran
pada tahap ini yaitu:
a. Tenang/damai.
b. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c. Berpartisipasi aktif.
d. Tidak mau banyak bicara.
e. Siap menerima maut.
Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik,
dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentukbentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual.
Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap
individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan
pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas
pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau
ketegangan yang cepat mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan
dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa.
1. Harapan
Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya
harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping
yang adekuat.
2. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai dengan
rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah dapat dipastikan
akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk dalam maladaptif.
3. Putus asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi upaya
yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat
membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.
II. ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN
DENGAN
PENYAKIT
TERMINAL (FOKUS ASPEK PSIKOSOSIAL)
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan
pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien
bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja
akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data
psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode
“PERSON”.
P: Personal Strenghat
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya
atau pekerjaan.
Contoh yang positif:
1. Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan
nyaman.
2. Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif:
1. Kecewa dalam pengalaman hidup.
2. Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:
Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif:
Tidak berespon (menarik diri)
R: Respon to Stress
Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
1. Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
2. Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan olah
raga.
Contoh yang negatif:
1. Menyangkal masalah.
2. Pemakaian alkohol.
S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
1. Keluarga
2. Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
1. Menjadi orang tua
2. melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
1. Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
2. Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit
atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
1. Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
2. Menunda keputusan.
Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal
menggunakan pendekatan meliputi.
1. Faktor predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada
penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah
mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:
a. Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
c. Kemampuan koping.
d. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan
dibutuhkan support tambahan.
e. Tingkat perkembangan
f. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
g. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
h. Adanya reaksi sedih dan kehilangan
i. Pengetahuan klien tentang penyakit
j. Pengalaman masa lalu dengan penyakit
k. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal,
persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya
fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit.
l. Kapasitas
individu
untuk
membuat
psikosial
kembali
dalam
penderitaan.
Fokus Sosiokultural:
Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola
kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit,
penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal
maupun non verbal.
2. Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal,
yaitu:
a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.
c. Support dari keluarga dan orang terdekat.
d. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien
menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.
Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor
predisposisi, diantaranya:
a. Penyakit kanker
b. Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis
c. Congestif Renal Failure (CRF)
d. Stroke Multiple Sklerosis
e. Akibat kecelakaan yang fatal
3. Faktor perilaku
a. Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami
krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien
tersinggung sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi
fisik/penurunan daya tahan tubuh.
b. Respon terhadap diagnosa
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah
shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam,
ekspresi klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.
c. Isolasi sosial
Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien
kehilangan kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti
bagaimana pendapat orang terhadap dirinya.
4. Mekanis koping
a. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik
yang berfungsi pelindung kien untuk memahami penyakit secara
bertahap, tahapan tersebut adalah:
1). Tahap awal (initial stage)
Yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya harus
meninggal karena penyakit ini”
2). Tahap kronik (kronik stage)
Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari dengan sakit
akan meninggal tetapi tidak sekarang”. Proses ini mendadak dan
timbul perlahan-lahan.
3). Tahap akhir (finansial stage)
Menerima kehilangan “saya akan meninggal” kedamaian dalam
kematiannya sesuai dengan kepercayaan.
b. Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan terhadap fungsi
perannya. Mekanisme ini juga dapat memecahkan masalah pada peran
sakit klien dalam masa penyembuhan.
c. Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasannya
karena penyakit yang dialami.
Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, yang perlu dikaji
saat pengkajian pada klien terminal singkat “kesadaran“ antara lain adalah:
1. Belum menyadari (closed awereness)
Yaitu klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian,
tidak mengerti mengapa klien sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh.
2. Berpura-pura (mutual pralensa)
Yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tahu prognosa
penyakit terminal.
3. Menyadari (open awereness)
Yaitu klien dan keluarga menerima/mengetahui klien akan adanya
kematian dan merasa tenang mendiskusikan adanya kematian.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Anxietas/cemas b.d.
a. Antisipasi kehilangan
b. Konflik yang tidak terselesaikan
c. Rasa takut
2. Isolasi diri b.d.
a. Perasaan tidak berharga
b. Perasaan meninggalkan aktivitasnya
c. Menarik diri
3. Perubahan rasa nyaman b.d. nyeri fisiologi atau emosional
4. Depresi b.d. keadan fisik yang bertambah peran dan kunjungan keluarga
yang tidak teratur
5. Gangguan komunikasi verbal
a. Perubahan status mental
b. Denial
c. Kehilangan kepercayaan (trust)
d. Depresi
e. Riwayat keterampilan komunikasi verbal
f. Menarik diri/isolasi diri
g. Ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya
6. Tidak efektifnya koping individu b.d.
a. Rasa bersalah
b. Rasa takut
c. Gangguan mood
d. Gangguan mengambil keputusan
7. Tidak efektifnya koping keluarga b.d.
a. Rasa takut
b. Ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya
c. Denial
d. Aspek fisik perawatan klien
8. Perubahan proses keluarga
a. Perubahan peran
b. Kehilangan anggota keluarga
c. Stress finansial
9. Takut (kematian atau ketidak tahuan) b.d.
a. Hilang kontrol
b. Tidak memprediksi masa depan
10. Antisipasi berduka b.d.
a. Antisipasi kehilangan
b. Rasa takut
c. Perubahan self image
11. Disfungsi berduka b.d.
a. Kehilangan
b. Rasa bersalah
c. Marah
d. Konflik yang tidak terselesaikan
12. Putus harapan b.d.
a. Melihat harapan hidup
b. Perubahan fisik dan mental
c. Hilang kontrol
d. Merasa hidup sendiri
13. Gangguan peran b.d. perubahan fungsi
14. Potensial self care defisit b.d.
a. Hilangnya fungsi mental
b. Meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan
15. Gangguan self konsep b.d.
a. Kehilangan fungsi fisik/mental
b. Meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan
16. Dystress spiritual b.d.
a. Rasa salah yang tak terselesaikan
b. Marah yang tidak terselesaikan
c. Perasaan putus harapan dan putus pertolongan
d. Ketidakmampuan untuk memaafkan diri dari orang lain
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan perawatan pada klien terminal:
1. Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai
meninggal.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian
Kriteria hasil dan manajemen efektif:
1. Koping yang efektif, klien dan keluarga yang tidak mengetahui kematian,
ditandai dengan:
a. Percakapan antara keluarga dan klien tentang hari terakhir dan jam
terakhir yang disukai.
b. Percakapan antara klien dan keluarga tentang kepercayaan spiritual
dan tentang adanya kematian.
c. Interaksi antara klien dan keluarga yang berhubungan dengan arti
kehidupan dan ketakutan yang berhubungan dengan kematian.
2. Proses pemisahan yang berguna bagi klien dan keluarga, ditandai dengan:
a. Klien memberi kenang-kenangan pada anggota keluarga.
b. Klien mengucapkan selamat tinggal pada tiap-tiap anggota keluarga.
c. Perubahan ekspresi verbal tentang cinta antara kelurga dan klien.
d. Klien membuang semua harapannya.
e. Diskusi antara klien dan pasangannya tentang bagaimana mengelakan
kematian pada anaknya dan bagaimana anak berpartisipasi dalam
upacara pemakaman.
3. Tanda aktif, nyaman bagi klien sampai kematian, ditandai dengan:
a. Tidak ada ekpresi dystress berhubungan dengan nyeri.
b. Komunikasi dengan pengunjung meskipun klien menjadi pendengar,
berusaha memberikan perhatian dan sedikit komentar.
c. Menonton TV atau membaca sendiri.
4. Grieving untuk klien dan keluarga pada kehilangan yang akan terjadi dan
saling menghibur, ditandai dengan:
a. Saling berbicara tentang perasaan mereka.
b. Menanggis bersama.
c. Saling berpelukan.
d. Mempertahankan kontak fisik selama klien mengalami kemunduran
fisik.
D. Intervensi Keperawatan
1. Komunikasi
a. Denial, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi:
1). Listening
a). Dengarkan apa yang diungkapkan klien.
b). Pertahankan kontak mata.
c). Observasi komunikasi non verbal.
2). Silent
a). Duduk bersama klien
b). Mengkonsumsikan minat perawat pada klien secara non verbal
3). Broad opening
Mengkonsumsikan topik/pikiran yang sedang dipikirkan klien.
b. Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi
Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang
dikatakan klien lalu diklarifikasikan.
c. Bargaining
1). Fucusing
Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting.
2). Sharing perception
Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai untuk
kemampuan meluruskan kerancuan.
d. Acceptance
1). Informing
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek
yang sesuai dengan kesejahteraan dan kemandirian klien.
Example:
a). Melaksanakan kegiatan sesuaai dengan kemampuan
b). Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
c). Gunakan waktu luang dengan aktivitas bermanfaat dan
pemikiran positif
2). Broad opening
Komunikasikan pada klien tentang apa yang dipikirkan dan
harapan-harapannya.
3). Focusing
Membantu klien mendiskusikan hal yang menjadi topik utama dan
menjaga agar tujuan komunikasi tercapai.
2. Persiapan klien
a. Fase denial
1). Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan
ciptakan suasana tenang.
2). Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya
dengan menanyakan kepada klien apa yang dipersepsikannya
tentang kehidupan setelah mati.
3). Tanyakan tentang pengalaman klien menghadapi dying yang
diketahui klien, tanyakan apa saja ketakutan yang dihadapi proses
dying.
4). Menganjurkan kien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
b. Fase angger
1). Pertahankan sentuhan fisik dan suara tenang dan juga rahasia
klien.
2). Membicarakan klien untuk mengekpresikan keinginan, apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
3). Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c. Fase bargaining
1). Ajarkan kien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
2). Dengarkan klien saat bercerita tentang hidupnya mengenai apa
yang diperolehnya, kesukaan dan kegagalannya, kesenangan dan
keputusan yang dialaminya.
d. Fase depresi
1). Beri kenyataan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan
ciptakan lingkungan/suasana yang tenang.
2). Perlakuan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
3). Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien jika ada salah
pengertian harusnya diklarifikasi.
4). Untuk klien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal tetap
berikan support.
e. Fase acceptance
1). Bina hubungan saling percaya sehingga klien akan terbuka,
menanyakan dan mengklarifikasikan alternatif pemecahan masalah
bila klien didiagnosa penyakit terminal.
2). Identifikasikan dengan siapa klien ingin bicara terbuka beri tahu
keluarga untuk menghadapi masalah regesi yang akan terjadi.
3). Bantu klien memperoleh dan memberitahukan kualitas hidup jika
mungkin.
4). Bantu klien dalam mengatur waktu agar merasa kepuasan dalam
hidup mereka.
5). Pertahankan hubungan klien dengan orang-orang terdekat.
6). Bantu klien dalam mendapatkan informasi dan apa yang dapat
klien lakukan dengan informasi yang diberikan olehnya.
7). Berikan jawaban terbuka dan jujur terhadap semua pertanyaan
yang diajukan klien.
8). Tetap merespon dan mencari tahu bagaimana klien menerima
informasi sebelum mereka mencari kolaborasi lebih jauh.
III. INTERVENSI DENGAN KELUARGA
1. Bantu klien untuk mengerti tentang pentingnya komunikasi diantara klien dan
keluarga.
2. Berikan support yang bermutu yang didapatkan dengan cara berbagi
pengalaman dan perasaan.
3. Bantu keluarga untuk mengenal koping klien dalam melewati fase ini.
4. Beri keyakinan yang realistik bahwa hubungan yang terbuka dan jujur adalah
hal penting bagi klien dalam melewati fase ini.
5. Bantu keluarga dalam melewati proses kematian, resolusi yang dapat
dilakukan setelah kematian.
IV. INTERVENSI UNTUK PEMBERI ASUHAN
1. Adakan pertemuan untuk mengemukakan atau mengekpresikan perasaan
pemberi
asuhan
tentang
kematian
yang
sudah
dekat
(study
mengidentifikasikan staf yang merawat klien dengan penyakit terminal lebih
suka menjauh atau tidak sering berada dekat dengan klien).
2. Dipertemuan tim atau penulisan laporan tentukan apa yang telah dikatakan
kien bagi pengetahuan dengan lainnya yang akan berinteraksi dengan klien.
3. Dengan pertanyaan-pertanyaan klien tentang penyakitnya yang semakin
memburuk dan beritahu tim lainnya.
V. EVALUASI
Asuhan keperawatan dapat dievaluasi melalui apakah klien “terminal”
ditinggal sendirian lebih dari klien yang “non terminal” ketika anggota staf
merasa tidak nyaman disekitar klien “drying” maka mereka tidak dapat
memberikan perawatan yang baik pada mereka. Sehingga klien lebih senang
ditinggal sendirian. Evaluasi tingkat kenyamanan klien baik fisik, emosi dan
spiritual dapat memberikan/menjadikan bukti bahwa perawatan yang efektif
meskipun klien mme gaya/pola mereka sendiri.
1. Perawat dapat:
a. Menjadi pendengar yang baik
b. Mengkaji pertanyaan untuk menentukan iterest (rasa tertarik), kebutuhankebutuhan dan tugas-tugas klien serta anggota keluarga.
c. Berkomunikasi secara teratur dengan anggota keluarga klien.
d. Bertindak sebagai penengah antara dokter, klien dan keluarga.
e. Menjamin kenyamanan fisik dan emosi
f. Mensupport spiritual keluarga
g. Menemukan cara untuk membuat masa-masa terakhir klien menjadi
sangat berguna
h. Merawat klien dengan penuh respek dan menjaga martabatnya
i. Membantu klien mengontrol dirinya semaksimal mungkin
j. Tidak memberikan informasi (rahasia) sebanyak mungkin kecuali bagi
klien yang siap mendengarnya
k. Membimbing klien dalam pendekatannya menerima kematian
l. Mengembangkan dan menggunakan support bagi dirinya untuk tetap
empati terhadap kien dying.
m. Berbagi kenyamanan dengan menggunakan humor-humor natural.
n. Menemukan keunikan setiap klien.
2. Klien dapat:
a. Mempertahankan kontrol nyeri.
b. Berinteraksi dengan keluarga, teman-teman dan staf perawatan
c. Berdiskusi dan mengekpresikan rasa takutnya
d. Mempersiapkan dirinya terhadap kematian
e. Melakukan aktivitas yang dirasakan sangat bermanfaat bagi dirinya
f. Mengekpresikan perasaan-perasaaannya dengan cara yang tepat
g. Mengembangkan dan menggunakan support spiritualnya
h. Mengembangkan dan menggunakan support sosialnya
i. Menjawab pertanyaan dokter
j. Menemukan cara untuk mengekpresikan keunikan pribadinya dalam
menghadapi kematian atau “lifing dying”
Setelah kepulanganya dari rumah sakit, klien dan keluarga dapat dirujuk
untuk follow-up dan support melalui organisasi-organisasi seperti: hospice,
konselor pribadi, kelompok support masyarakat dan kunjungan organisasi
perawat.
Masalah terminal adalah masa yang dialami seseorang sebelum datang
ajalnya atau orang yang sekaratul maut menghadapi kematian. Penyakit
terminal itu diantaranya seperti penyakit kanker, AIDS dan lainnya. Dimana
seseorang yang mengalami penyakit tersebut akan melalui tahap-tahap/fasefase kehilangan. Menurut Elizabeth Kuber Ross, ada 5 tahap yaitu:
a. Denial/mengingkari
b. Anger/marah
c. Bargaining/tawar menawar
d. Depresi
e. Acceptance/menerima
Dengan adanya tahap-tahap seperti diatas maka perawat harus dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan masa-masa yang klien
alami/hadapi. Pendekatan psikososial sangat penting untuk diterapkan dalam
menghadapi klien terminal dengan mengikutsertakan faktor fisik, psikis,
sosial, spiritual serta budaya klien.
Meskipun setiap penderita memiliki keunikan sendiri yang berakar pada
jenis kelamin, pengalaman hidup, umur, fase hidup, sumber-sumber kekuatan
dan dukungan lainnya, kepercayaan, budaya dan sebagainya. Semua petugas
kesehatan yang merawat/mendampingi penderita harus mampu menanggani
berbagai masalah umum yang utama.
Download