Perencanaan Aktivitas dan Penyusunan TOR-RAB

advertisement
DIKLAT PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN BAGI KASUBBAG UMUM
BAHAN AJAR
Perencanaan Aktivitas dan
Penyusunan TOR-RAB
Oleh:
Bambang Sancoko, SE., M.Si.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
2014
DAFTAR ISI
KEGIATAN BELAJAR 1 REFORMASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
1.1 Struktur Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1.2 Identifikasi Output dan Suboutput Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
1.3 Identifikasi Komponen Kegiatan dan Detil Belanja . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
KEGIATAN BELAJAR 2 BAGAN AKUN STRANDAR
2.1 Pengertian Bagan Akun Standar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
2.2 Tujuan Bagan Akun Standar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
2.3 Peran Bagan Akun Standar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
2.4 Klasifikasi dan Kodefikasi BAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
2.5 Kodefikasi Akun/Mata Anggaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
2.6 Identifikasi Kode Akun Belanja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32
KEGIATAN BELAJAR 3 PENYUSUNAN TOR
3.1
Pengertian TOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
39
3.2
Fungsi TOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
39
3.3
Format TOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
40
3.4
Penyusunan Bagian-Bagian TOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
43
3.5
Dokumen Pendukung TOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
44
KEGIATAN BELAJAR 4 PENYUSUNAN RAB
4.1 Pengertian RAB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
47
4.2 Fungsi RAB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
48
4.3 Komponen Penyusunan RAB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
48
4.4 Penerapan Standar Biaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
49
4.5 Perhitungan Biaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
54
4.6 Format RAB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
57
KEGIATAN BELAJAR 5 PENYUSUNAN RENCANA PENGADAAN
5.1 Penetapan Metode Pengadaan Barang/Jasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
58
5.2 Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
62
KEGIATAN BELAJAR 1
PERENCANAAN KEGIATAN
1.1 Struktur Kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dalam merumuskan program
dan kegiatan mengacu Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri Keuangan tanggal 19 Juni
2009 No.0142/MPN/06/2009 dan No. SE-1848/MK/2009 perihal Pedoman
Reformasi Perencanaan dan Pembangunan. Rumusan program dan
kegiatan yang dihasilkan harus mencerminkan tugas-fungsi K/L atau
penugasan tertentu dalam kerangka Prioritas Pembangunan Nasional
secara konsisten.
Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang
berisi komponen Kegiatan untuk mencapai output dengan indikator kinerja
yang terukur. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh
1 (satu) atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program yang terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik berupa personel (sumber daya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari
beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran(output) dalam bentuk barang dan jasa.
Dalam penyusunan kegiatan, perlu diperhatikan keterkaitan antara
kegiatan dengan program yang memayungi.
Disamping itu juga
diperhatikan keterkaitan keluaran kegiatan dengan cara pencapaiannya
melalui Komponen. Keterkaitan antar komponen sebagai tahapan dalam
rangka pencapaian keluaran harus dilihat sehingga tidak ditemukan adanya
tahapan/bagian kegiatan (komponen) dalam rangka pencapaian keluaran
yang tidak relevan.
Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKAK/L) dengan pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM),
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
1
K/L perlu menyelaraskan kegiatan/program dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan Rencana Strategi
(Renstra) K/L, yang pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan dalam
menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja K/L
(Renja-KL). Oleh karena itu penyusunan kegiatan harus mengacu hal
tersebut.
Penyusunan kegiatan untuk selanjutnya dijabarkan dengan struktur
sebagai berikut :
a. Output (Keluaran)
b. Sub Output
c. Komponen
d. Sub Komponen
e. Detil Belanja
1.2 Identifikasi Output dan Sub Output Kegiatan
a. Pengertian Output
Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang
dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Rumusan output
dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan output yang ada dalam
dokumen Renja-K/L. Setiap Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari
satu jenis.
Rumusan output berupa barang atau jasa berupa :
1) Jenis output, merupakan uraian mengenai identitas dari setiap output
yang mencerminkan tugas fungsi unit Satker secara spesifik.
2) Volume output, merupakan data mengenai jumlah/banyaknya kuantitas
Output yg dihasilkan.
3) Satuan output, merupakan uraian mengenai satuan ukur yang digunakan
dalam rangka pengukuran kuantitas (volume) output sesuai dengan
sesuai karakteristiknya.
b. Kriteria Output
Dalam menyusun output perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut :
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
2
1) Mencerminkan sasaran kinerja Satker sesuai Tugas-fungsi atau
penugasan prioritas pembangunan nasional.
2) Merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan oleh Satker penanggung
jawab kegiatan.
3) Bersifat spesifik dan terukur.
4) Untuk Kegiatan Fungsional sebagian besar output yang dihasilkan
berupa regulasi sesuai tugas-fungsi Satker.
5) Untuk
Kegiatan
penugasan
(Prioritas
Pembangunan
Nasional)
menghasilkan output prioritas pembangunan nasional yang mempunyai
dampak secara nasional.
c. Klasifikasi Jenis Output
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan analisa terhadap output pada
RKA-K/L, maka jenis output dalam RKA-K/L dibagi dalam dua kelompok,
yaitu:
1) Output barang, terdiri dari:
a) Output barang infrastruktur yaitu output kegiatan yang merupakan
barang berwujud dan/atau berupa jaringan. Contoh: jalan, jembatan,
bangunan, jaringan irigasi, dan lain-lain.
b) Output barang non infrastruktur yaitu output kegiatan yang
merupakan barang baik berwujud maupun tidak berwujud yang tidak
berupa jaringan. Contoh: kendaraan bermotor, peralatan kantor,
software aplikasi, dan lain-lain.
2) Output jasa, yang terdiri dari:
a) Output jasa regulasi yaitu output kegiatan yang dihasilkan dalam
rangka pembuatan peraturan atau pendukung administrasi birokrasi.
Bentuk output ini dapat berupa norma, standar, prosedur dan
ketentuan. Contoh: UU, Peraturan Pemerintah, Perpres, Keppres,
Peraturan Menteri, Peraturan Direktur Jenderal, dan lain-lain.
b) Output jasa layanan non-regulasi yaitu output kegiatan yang
merupakan wujud dari suatu layanan dari suati instansi terkait
dengan tugas dan fungsi dari instansi berkenaan. Contoh: layanan
SIM, layanan SP2D, layanan BOS, dan lain-lain.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
3
d. Suboutput
Suboutput
pada
hakekatnya
merupakan
output.Output
yang
dinyatakan sebagai Suboutput adalah output-output yang mempunyai
kesamaan dalam jenis dan satuannya. Suboutput digunakan sebagai
penjabaran dari masing-masing barang atau jasa dalam kumpulan barang
atau jasa sejenis yang dirangkum dalam satu output. Banyaknya Subsuboutput atau akumulasi dari volume Sub-suboutput mencerminkan jumlah
volume output.
Suboutput sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak). Suboutput
hanya digunakan pada output yang merupakan rangkuman dari barang atau
jasa yang sejenis. Output yang sudah spesifik dan berdiri sendiri (bukan
rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis) tidak memerlukan
Suboutput.
1.3 Identifikasi Komponen Kegiatan dan Detil Belanja
1. Komponen Kegiatan
Komponen merupakan tahapan/bagian dari proses pencapaian output,
yang berupa paket-paket pekerjaan. Komponen bisa langsung mendukung
pada output atau pada suboutput. Komponen disusun karena relevansinya
terhadap pencapaian output, baik yang terdiri atas komponen utama dan
komponen pendukung. Antar komponen mempunyai keterkaitan yang saling
mendukung dalam pencapaian output, sehingga ketidakterlaksanaan/
keterlambatan
salah
satu
komponen
bisa
menyebabkan
ketidakterlaksanaan/keterlambatan komponen yang lain dan juga bisa
berdampak pada penurunan kualitas, penurunan kuantitas maupun
kegagalan dalam pencapaian output.
Komponen/tahapan diperlukan untuk mengetahui:
a. proses pencapaian keluaran (output)/sub keluaran (sub output) yang
akan dihasilkan;
b. relevansi terhadap pencapaian keluaran (output)/sub keluaran (sub
output), baik terhadap volume maupun kualitasnya;
c. keterkaitan
dan
kesesuaian
antar
tahapan
dalam
mendukung
pencapaian keluaran (output)/sub keluaran (sub output).
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
4
Secara
Umum,
komponen/tahapan
dalam
pencapaian
suatu
keluaran (output)/sub keluaran (sub output) menggambarkan pelaksanaan
fungsi manajemen yang terdiri dari:
a. perencanaan (planning);
b. pengorganisasian (organizing);
c. pelaksanaan (actuating); dan
d. monitoring, evaluasi, dan pelaporan (controlling).
Contoh 1
Jenis Keluaran (Output) :
Volume
Satuan
Pendidikan dan Pelatihan
100
Siswa
60
Siswa
Sub Keluaran (Sub Output) :
Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan
Tahapan/komponen :
011. Penyiapan bahan materi
Fungsi perencanaan
012. Inventarisasi peserta
013. Pendaftaran peserta
014. Pembelajaran peserta
Fungsi pelaksanaan
015. Ujian
016. Sertifikasi kelulusan
017. Monitoring
018. Evaluasi
Fungsi Monitoring dan
019. Pelaporan pelaksanaan kegiatan
Evaluasi
Komponen terdiri dari komponen utama dan komponen pendukung.
Komponen Utama merupakan komponen pembiayaan langsung dari
pelaksanaan output layanan birokrasi/publik satker.
Kebutuhan untuk
komponen utama dipengaruhi oleh total volume output yang akan dicapai.
Komponen Pendukung merupakan komponen-komponen pembiayaan
yang digunakan dalam rangka menjalankan dan mengelola layanan
birokrasi/publik satker. Komponen Pendukung ini harus relevan dengan
output layanan birokrasi/publik yang akan diimplementasikan. Komponen
pendukung tidak terkait langsung dengan total volume output yang akan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
5
dicapai. Biasanya dialokasikan dengan akun belanja barang (akun 52) dan
akun belanja modal (akun 53). Komponen Pendukung bersifat pilihan yaitu
dapat berlanjut maupun berhenti terkait dengan relevansi dari pencapaian
output teknis fungsional yang bersangkutan. Komponen Pendukung tidak
perlu dialokasikan oleh satker yang bersangkutan sepanjang telah termasuk
dalam alokasi komponen operasional dan pemeliharaan perkantoran.
Contoh:
1) Output
Layanan
Dukungan
Manajemen
(Tim
Reformasi
dan
Transformasi Kelembagaan Pusat) terdiri atas:
a) Komponen Utama adalah biaya yang digunakan dalam rangka
pelaksanaan Program-Program Reformasi Birokrasi Kementerian
Keuangan seperti biaya jasa konsultan, survey, kajian kebijakan,
monitoring, dan evaluasi.
b) Komponen Pendukung adalah biaya-biaya yang digunakan dalam
rangka
mendukung
pelaksanaan
Program-Program
Reformasi
Birokrasi Kementerian Keuangan seperti biaya paket kegiatan,
pengadaan ATK, honorarium tim, dan lain-lain.
2) Output Gedung dan Bangunan terdiri atas:
a) Komponen Utama adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan fisik gedung/bangunan tersebut seperti biaya pekerjaan
perencanaan, pekerjaan fisik konstruksi, pekerjaan pengawasan/
manajemen kontruksi, dan pekerjaan pengelolaan.
b) Komponen
diperlukan
Pendukung
dalam
diantaranya
rangka
adalah
menunjang
biaya-biaya
yang
terwujudnya
fisik
gedung/bangunan tersebut seperti honor output kegiatan (panitia
pengadaan, panitia penerima barang dan jasa), biaya assessment
tanah atau AMDAL sebelum rangkaian pekerjaan pembangunan
dilaksanakan, biaya dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait,
dan lain-lain.
Suatu komponen/tahapan disebut sebagai biaya utama apabila
komponen tersebut berkaitan langsung kebijakan pencapaian keluaran yang
bersangkutan
mendukung
sedangkan
biaya
pendukung
pencapaian keluaran tersebut.
merupakan
biaya
Salah
cara untuk
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
satu
yang
6
menentukan apakah suatu komponen termasuk biaya utama adalah
mengaitkan komponen dengan keluaran berkenaan, apabila komponen
tersebut harus ada pada setiap tambahan volume keluaran berkenaan maka
komponen tersebut dikelompokkan sebagai biaya utama.
2.
Subkomponen :
Subkomponen merupakan kelompok-kelompok detil belanja, yang
disusun dalam rangka memudahkan dalam pelaksanaan Komponen.
Subkomponen sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak).
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
7
KEGIATAN BELAJAR 2
BAGAN AKUN STANDAR (BAS)
2.1 Pengertian Bagan Akun Standar
Bagan Akun Standar adalah Daftar Perkiraan buku besar yang ditetapkan
dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan
pemerintah.
Gambar 1:
2.2 Tujuan Bagan Akun Standar
a. Memastikan rencana keuangan (anggaran), realisasi dan pelaporan
keuangan dinyatakan dalam istilah yang sama. Hal ini selaras
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
8
dengan butir 2 dasar pemikiran BAS yang diharapkan dapat terjadi
koordinasi antara unit perencanaan dan penganggaran, unit
pelaksana teknis kegiatan serta unit pertangungjawaban keuangan.
b. Meningkatkan kualitas informasi keuangan. Hal ini bisa didapatkan
setelah terjadi pemahaman yang sama antara unit-unit dimaksud di
atas dalam penyusunan laporan manajerial maupun laporan
akuntabilitas yang mengungkapkan informasi keuangan pemerintah.
c. Memudahkan
pengawasan keuangan. Di sisi auditor, hal-hal
tersebut di atas juga akhirnya akan memudahkan bagi pemeriksa
dalam proses audit laporan keuangan.
2.3 Peran Bagan Akun Standar (BAS)
Bagan Akun Standar memegang peran penting dalam manajemen
keuangan pemerintah yang modern, sehingga perlu suatu BAS yang efektif
sehingga dapat mengakomodasi hal-hal sebagai berikut:
a. Sebagai dasar pelaporan manajerial dan Laporan Keuangan.
b. Merupakan jantung dari sistem di mana seluruh modul dan interface
mengalir.
c. Menyediakan landasan yang cukup untuk pengembangan lebih jauh dan
penyimpanan yang memadai atas informasi historis maupun saat ini.
d. Mendukung disiplin 9acion melalui pengaturan 9aciona dan dan ‘framing’
kepada struktur pelaporan.
e. Membantu proses pengambilan keputusan yang efektif
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka BAS seyogianya disusun
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif. Untuk itu paling
tidak perlu dipertimbangkan agar memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Memungkinkan
adanya
analisa
“multi
dimensional
level”
dalam
penyusunan BAS;
2. Menghasilkan pelaporan keuangan dan manajerial yang bermanfaat
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
9
3. Menyederhanakan proses manual sehingga dapat mempunyai lebih
banyak
waktu
untuk
melakukan
reviu
analitis
dan
pengembangan/perbaikan proses bisnis.
4. Kombinasi yang tepat antara orang, proses dan teknologi.
Dalam rangka pengelolaan keuangan Negara di Indonesia, BAS
mempunyai peran penting dalam menghubungkan unit yang melakukan
perencanaan dengan unit yang nantinya akan melaporkan. Mulai dari proses
penyusunan RAPBN (RKAKL) telah digunakan kodefikasi yang tercantum
dalam BAS. Kodefikasi ini jugalah yang nantinya akan digunakan dalam
rangka pelaporan atas pertanggungjawaban anggaran. Selama ini antara
unit keuangan dan perlengkapan dalam hal pelaporan telah terhubungkan
dengan adanya Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang mempunyai dua sub
sistem yaitu Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) yang
digunakan oleh Bagian Keuangan dan Sistem Manajemen dan Akuntansi
Barang
Milik
Negara
(SIMAK-BMN)
yang
digunakan
oleh
Bagian
perlengkapan yang mengelola barang. Sementara unit-unit pelaporan
tersebut terhubungkan dengan Unit perencanaan dengan adanya BAS. Hal
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
10
2.4 Klasifikasi dan kodefikasi BAS
A. Klasifikasi berdasarkan Organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun berdasarkan
susunan kementerian negara/lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. Klasifikasi ini tidak bersifat permanen dan akan
disesuaikan
dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintah
pusat yang ada (secara rinci lihat lampiran 1). Klasifikasi menurut organisasi
ini terinci di dalam Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satuan Kerja.
B. Klasifikasi berdasarkan Fungsí
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu
yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
Klasifikasi belanja berdasarkan fungsi diatur dalam penjelasan pasal 11 ayat
(5) UU 17 tahun 2003, terdiri dari 11 fungsi utama yaitu : pelayanan umum,
pertahanan,
ketertiban dan keamanan,
ekonomi,
lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama,
pendidikan, dan perlindungan sosial. Penjelasan atas fungsi-fungsi tersebut
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004.
C. Klasifikasi berdasarkan Sub Fungsi
Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Dari 11
(sebelas) fungsi utama dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan) sub fungsi.
Klasifikasi belanja berdasarkan subfungsi mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 21 tahun 2004. Penggunaan Fungsi dan Sub Fungsi
disesuaikan
dengan
tugas
masing-masing
kementerian
negara/lembaga/SKPD. Klasifikasi Fungsi dan Sub Fungsi sebagai berikut:
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
11
Kode
01
01.01
Tabel 1
Kodefikasi Fungsi dan Sub Fungsi
Fungsi dan Subfungsi
01.02
01.03
01.04
01.05
01.06
01.07
01.90
PELAYANAN UMUM
LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA
URUSAN LUAR NEGERI
BANTUAN LUAR NEGERI
PELAYANAN UMUM
PENELITIAN DASAR DAN PENGEMBANGAN IPTEK
PINJAMAN PEMERINTAH
PEMBANGUNAN DAERAH
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN
PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA
02
02.01
02.02
02.03
02.04
02.90
03
03.01
03.02
03.03
03.04
03.05
03.06
03.90
PERTAHANAN
PERTAHANAN NEGARA
DUKUNGAN PERTAHANAN
BANTUAN MILITER LUAR NEGERI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTAHANAN
PERTAHANAN LAINNYA
KETERTIBAN DAN KEAMANAN
KEPOLISIAN
PENANGGULANGAN BENCANA
PEMBINAAN HUKUM
PERADILAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM
KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM LAINNYA
04
04.01
04.02
04.03
04.04
04.05
04.06
04.07
04.08
04.09
04.10
04.90
EKONOMI
PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA, KOPERASI, DAN UKM
TENAGA KERJA
PERTANIAN, KEHUTANAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN
PENGAIRAN
BAHAN BAKAR DAN ENERGI
PERTAMBANGAN
INDUSTRI DAN KONSTRUKSI
TRANSPORTASI
TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
EKONOMI LAINNYA
05
05.01
05.02
05.03
05.04
05.05
05.06
05.90
LINGKUNGAN HIDUP
MANAJEMEN LIMBAH
MANAJEMEN AIR LIMBAH
PENANGGULANGAN POLUSI
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
TATA RUANG DAN PERTANAHAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA
06
06.01
06.02
06.03
06.04
06.05
06.90
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM
PENGEMBANGAN PERUMAHAN
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS PEMUKIMAN
PENYEDIAAN AIR MINUM
PENERANGAN JALAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN LAINNYA
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
12
07
07.01
07.02
07.03
07.04
07.05
07.90
KESEHATAN
OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
KELUARGA BERENCANA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KESEHATAN LAINNYA
08
08.01
08.02
08.03
08.04
08.90
PARIWISATA DAN BUDAYA
PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA
PEMBINAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
PEMBINAAN PENERBITAN DAN PENYIARAN
LITBANG PARIWISATA, BUDAYA, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
PARIWISATA DAN BUDAYA LAINNYA
09
09.01
09.02
09.03
09.90
AGAMA
PENINGKATAN KEHIDUPAN BERAGAMA
KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA
PELAYANAN KEAGAMAAN LAINNYA
10
10.01
10.02
10.03
10.04
10.05
10.06
10.07
10.08
10.09
10.90
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN DASAR
PENDIDIKAN MENENGAH
PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
PENDIDIKAN KEDINASAN
PENDIDIKAN TINGGI
PELAYANAN BANTUAN TERHADAP PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KEAGAMAAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LAINNYA
11
11.01
11.02
11.03
PERLINDUNGAN SOSIAL
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN ORANG SAKIT DAN CACAT
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN LANSIA
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL KELUARGA PAHLAWAN, PERINTIS
KEMERDEKAAN DAN PEJUANG
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL ANAK-ANAK DAN KELUARGA
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
PENYULUHAN DAN BIMBINGAN SOSIAL
BANTUAN PERUMAHAN
BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN SOSIAL
PERLINDUNGAN SOSIAL LAINNYA
11.04
11.05
11.06
11.07
11.08
11.09
11.90
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
13
D. Klasifikasi berdasarkan Program
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang
terukur sesuai dengan misi kementerian negara/lembaga. Rumusan
program harus jelas menunjukkan keterkaitan dengan kebijakan yang
mendasarinya dan memiliki sasaran kinerja yang jelas dan terukur untuk
mendukung upaya pencapaian tujuan kebijakan yang bersangkutan.
E. Klasifikasi berdasarkan Kegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan tindakan pengesahan
sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau
semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang / jasa.
F. Klasifikasi berdasarkan Jenis Belanja (ekonomi)
Klasifikasi berdasarkan jenis belanja menurut Penjelasan Pasal 11
UU 17 tahun 2003 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja lain-lain dan Belanja
Daerah. Secara rinci klasifikasi berdasarkan jenis belanja sebagai berikut :
1) Belanja Pemerintah Pusat
a)
Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat
negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
b)
Belanja Barang
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
14
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang
habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa,
belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
c)
Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan seharihari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
d)
Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
e)
Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga
lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor
barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar
harga jualnya dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain
digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui
BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus
digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
15
f)
Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang
atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada
pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan serta organisasi internasional.
g)
Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial
dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk
didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada
masyarakat
yang
bertujuan
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
h)
Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya
tidak
dapat
diklasifikasikan
ke
dalam
pos-pos
pengeluaran
diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
2)
Transfer Ke Daerah
a) Dana Perimbangan
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa
transfer untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk
keperluan pemerintah daerah.
b)
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa
transfer untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
16
dana penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah
daerah.
Klasifikasi menurut jenis belanja (ekonomi) selanjutnya dirinci
berdasarkan kode akun.
G. Klasifikasi berdasarkan Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang
APBN. Pembiayaan terdiri dari:
1. Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan Pembiayaan Dalam negeri
b. Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri
2. Pengeluaran Pembiayaan
a. Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri
b. Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri
Penerimaan pembiayaan dalam negeri antara lain dapat berasal dari
hasil divestasi dan penjualan Surat Utang Negara (SUN), dan penerimaan
pembiayaan luar negeri antara lain adalah penerimaan pinajamn luar negeri
baik pinjaman proyek maupun pinjaman program. Sementara pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh
Pemerintah.
Klasifikasi pembiayaan selanjutnya dirinci menurut kode akun.
Dari uraian klasifikasi kode akun dimaksud, dapat digambarkan dalam
gambar berikut:
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
17
Gambar III
Organisasi
(BA, Es, Satker)
Fungsi
Sub Fungsi
Program
Kegiatan
Fungsi
Sub Fungsi
Program
Program
Kegiatan
Kegiatan
Sub Kegiatan
Sub Kegiatan
Kode Ekonomi
Kode Ekonomi
Kode Ekonomi
Catatan:
Mulai tahun anggaran 2011 sejalan dengan restrukturisasi program dan
kegiatan serta penerapan penganggaran berbasis kinerja, maka klasifikasi
berdasarkan sub kegiatan telah ditiadakan.
2.5 Kodefikasi Akun/Mata Anggaran
Untuk memenuhi amanat pasal 11 ayat (5) UU No. 17 tahun 2003,
perlu dibuat bagan akun standar (BAS) sebagai pedoman dalam menyusun
perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban dan
pelaporan keuangan pemerintah.
BAS yang terdapat dalam klasifikasi kode ekonomi dikelompokkan ke dalam
beberapa klasifikasi sebagaimana Tabel di bawah ini:
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
18
Tabel II
Kodefikasi Ekonomi
Kode
Uraian
1
Aset
2
Kewajiban
3
Ekuitas
4
Penerimaan Negara dan Hibah
5
Belanja Negara
6
Transfer ke Daerah
7
Pembiayaan
8
Non Anggaran
Terdapat dalam Jenis Laporan
Neraca
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas (LAK)
1. AKUN NERACA
a. ASET
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset
diklasifikasikan ke dalam :
1) Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki
untuk dijual dalam waktu12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan,
atau
b) berupa kas dan setara kas.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
19
Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
pendek, piutang, dan persediaan.
Kodefikasi BAS untuk Aset Lancar adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
11
Aset Lancar
111
Kas dan Setara Kas
112
Uang Muka dari Rekening KUN
113
Piutang
114
Investasi jangka Pendek
115
Persediaan
2) Investasi Jangka Panjang
merupakan
investasi
yang
diadakan
dengan
maksud
untuk
mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka
waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang
meliputi
investasi
nonpermanen
dan
permanen.
Investasi
nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara,
penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi
nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan
modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
Kodefikasi BAS untuk Investasi Jangka Panjang adalah sebagai
berikut:
Kode
Uraian
12
Investasi Jangka Panjang
121
Investasi jangka Panjang Non Permanen
122
Investasi jangka Panjang Permanen
3) Aset Tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset Tetap meliputi tanah,
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
20
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.
Kodefikasi BAS untuk Aset Tetap adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
13
Aset Tetap
131
Aset Tetap
132
Konstruksi Dalam Pengerjaan
133
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
135
Aset Tetap BLU
4) Dana Cadangan
adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
tahun anggaran.
Kodefikasi BAS untuk Dana Cadangan adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
14
Dana Cadangan
141
Dana Cadangan
5) Aset Lainnya
Aset yang tidak dapat diklasifikasikan dalam Aset Lancar, Investasi,
Aset Tetap dan Dana Cadangan. Contoh. Dana yang dibatasi
penggunaan, Trust Fund dan sebagainya.
Kodefikasi BAS untuk Aset Lainnya adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
15
Aset Lainnya
151
Piutang Jangka Panjang
152
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
153
Aset Tak Berwujud
154
Aset Lain-Lain
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
21
b. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
Kewajiban
umumnya
timbul
karena
konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak yang terjadi di
masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangundanganKewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan
tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga
terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah
atau dengan pemberi jasa lainnya.
1) Kewajiban Jangka Pendek
Merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan ke dalam waktu
kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
2) Kewajiban Jangka Panjang
Merupakan kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan
setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan.
Kodefikasi BAS untuk Kewajiban adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
2
Kewajiban
21
Kewajiban Jangka Pendek
211
Kewajiban Jangka Pendek
212
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya
22
Kewajiban Jangka Panjang
221
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
222
Utang Jangka Panjang Luar Negeri
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
22
c. EKUITAS DANA
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
1) Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih
pembiayaan anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan,
dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
pendek.
2) Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang
tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset
lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
3) Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kodefikasi BAS untuk Ekuitas Dana adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
3
Ekuitas Dana
31
Ekuitas Dana Lancar
32
Ekuitas Dana Investasi
33
Ekuitas Dana Cadangan
2. AKUN OPERASIONAL
a. PENDAPATAN
1) Penerimaan Perpajakan
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang
bersumber dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
23
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang
bersumber dari penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam penerimaan pajak yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
3) Hibah
Penerimaan yang diterima pemerintah baik berupa uang maupun
barang modal yang sumbernya berasal dari dalam dan luar
negeri atau dari hibah lainnya.
Kodefikasi BAS untuk Pendapatan adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
4
Pendapatan Negara dan Hibah
41
Penerimaan Perpajakan
411
Pendapatan Pajak Dalam Negeri
412
Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
42
Penerimaan Negara Bukan Pajak
421
Penerimaan Sumber Daya Alam
422
Pendapatan Bagian Laba BUMN
423
Pendapatan PNBP Lainnya
425
Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
43
Penerimaan Hibah
b. BELANJA
1) Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai
baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik
kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
24
2) Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian
yang habis pakai
barang dan jasa
untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari
belanja
barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja
perjalanan dinas.
3) Belanja Modal
Pengeluaran
anggaran
yang
digunakan
memperoleh atau menambah aset tetap
dalam
rangka
dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi
batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang
ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk
dijual.
4) Belanja Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest)
yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
(principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka
panjang. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari
Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
5) Belanja Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang
banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Belanja
ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
25
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
6) Belanja Hibah
Pengeluaranpemerintah
berupa transfer dalam bentuk uang,
barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus
menerus kepada pemerintahan negara lain, pemerintah daerah,
masyarakat dan organisasi kemayarakatan serta organisasi
internasional.
7) Belanja Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat
guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat
dan/atau
lembaga
kemasyarakatan
termasuk
didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/
barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus
menerus dan selektif.
8) Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja
pemerintah
pusat
yang
sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos
pengeluaran diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
26
Kodefikasi BAS untuk Belanja adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
5
Belanja Negara
51
Belanja Pegawai
511
Belanja Gaji dan Tunjangan
512
Belanja Honorarium/Lembur/Vakasi/Tunjangan Khusus dan
Belanja Pegawai Transito
513
Belanja Kontribusi Sosial
52
Belanja Barang
521
Belanja Barang
522
Belanja Jasa
523
Belanja Pemeliharaan
524
Belanja Perjalanan
525
Belanja Badan Layanan Umum (BLU)
53
Belanja Modal
531
Belanja Modal Tanah
532
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
533
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
534
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan jaringan
536
Belanja Modal Fisik Lainnya
537
Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)
Sampai saat ini, salah satu hal yang menjadi temuan berulang BPK
baik pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) maupun
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) adalah
klasifikasi
perencanaan
anggaran
yang
berbeda
dengan
realisasinya. Pada tahun 2009 jumlah kesalahan ini mencapai 27,51
triliun dan menjadi salah satu hal yang dikecualikan kewajarannya.
Hal ini terutama terkait dengan pengelompokkan/perbedaan antyara
belanja barang dan belanja modal. Untuk membedakan apakah
pengadaan awal suatu barang dikelompokkan ke dalam belanja
barang atau belanja modal dapat dilihat pada gambar berikut:
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
27
Gambar IV
Nilai Minimum Kapitalisasi:
≥ 300.000 : peralatan dan mesin
≥ 1.000.000 : gedung dan bangunan
≥ 1: Tanah, Jalan, Irigasi, Jaringan dan Aset
Tetap Lainnya
c. TRANSFER KE DAERAH
1)
Dana Perimbangan
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa
transfer untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk
keperluan pemerintah daerah.
2)
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa
transfer untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
28
dana penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah
daerah.
Kodefikasi BAS untuk Transfer ke Daerah adalah sebagai berikut:
Kode
Uraian
6
Transfer ke Daerah
61
Transfer Dana Perimbangan
611
Transfer Dana Bagi Hasil (DBH)
612
Transfer Dana Alokasi Umum (DAU)
613
Transfer Dana Alokasi Khusus (DAK)
62
Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
621
Transfer Dana Otonomi Khusus
622
Transfer Dana Penyesuaian
d. PEMBIAYAAN
1) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan adalah Penerimaan Negara berasal dari
penarikan pinjaman, penjualan surat perbendaharaan negara /
obligasi negara / surat berharga syariah negara, hasil privatisasi,
penjualan aset hasil restrukturisasi dan penerimaan perbankan
lainnya.
2) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran
Pembiayaan
pembayaran
cicilan
adalah
utang,
Pengeluaran
penarikan
surat
Negara
utang
untuk
negara,
penanaman modal negara dan investasi pemerintah lainnya serta
dukungan infrastuktur.
C. NON ANGGARAN
1) Penerimaan Non Anggaran
Penerimaan pada Rekening Kas Umum Negara yang tidak
dianggarkan dalam APBN. Yang termasuk dalam penerimaan Non
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
29
Anggaran adalah transfer antar rekening pemerintah, penerimaan
Perhitungan Fihak Ketiga dan Penerimaan Pengembalian Uang
persediaan.
2) Pengeluaran Non Anggaran
Pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang tidak
dianggarkan dalam APBN. Yang termasuk dalam Pengeluaran Non
Anggaran adalah transfer antar rekening pemerintah, Pengembalian
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga dan Pembayaran Uang
persediaan.
4. AKUN APBN **)
1. ESTIMASI PENDAPATAN
a. Estimasi Penerimaan Perpajakan
b. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
c. Estimasi Hibah
2. APPROPRIASI BELANJA
a. Appropriasi Belanja Pegawai
b. Appropriasi Belanja Barang
c. Appropriasi Belanja Modal
d. Appropriasi Belanja Pembayaran Bunga Utang
e. Appropriasi Belanja Subsidi
f.
Appropriasi Belanja Hibah
g. Appropriasi Belanja Bantuan Sosial
h. Appropriasi Belanja Lain-lain
3. APPROPRIASI TRANSFER KE DAERAH
a. Appropriasi Dana Perimbangan
b. Appropriasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
d. ESTIMASI
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
DAN
APPROPRIASI
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
1) Estimasi Penerimaan Pembiayaan
2) Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
30
**) Kode akun untuk akun APBN sama dengan kode akun operasional
hanya dibedakan dengan menggunakan kode transaksi, yang dibedakan
menjadi kode apropriasi, kode allotment, dan realisasi.
5. AKUN DIPA ***)
1. ESTIMASI PENDAPATAN YANG DIALOKASIKAN
a. Estimasi Penerimaan Perpajakan yang dialokasikan
b. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dialokasikan
c. Estimasi Hibah yang dialokasikan
2. ALLOTMENT BELANJA
a. Allotment Belanja Pegawai
b. Allotment Belanja Barang
c. Allotment Belanja Modal
d. Allotment Belanja Pembayaran Bunga Utang
e. Allotment Belanja Subsidi
f.
Allotment Belanja Hibah
g. Allotment Bantuan Sosial
h. Allotment Belanja Lain-lain
3. ALLOTMENT TRANSFER KE DAERAH
a. Allotment Dana Perimbangan
b. Allotment Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
4.
ESTIMASI PENERIMAAN PEMBIAYAAN
YANG DIALOKASIKAN
DAN ALLOTMENT PENGELUARAN PEMBIAYAAN
a. Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan
b. Allotment Pengeluaran Pembiayaan
***) Kode akun untuk akun DIPA sama dengan kode akun operasional
hanya dibedakan dengan menggunakan kode transaksi.
Akun yang digunakan untuk penyusunan Neraca adalah :
1. Kelompok Aset ( Kode 1XXXXX)
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
31
2. Kelompok Utang ( Kode 2XXXXX)
3. Kelompok Ekuitas Dana (Kode 3XXXXX)
Akun yang digunakan untuk menyusun Laporan Realisasi Anggaran
1. Kelompok Pendapatan/Estimasi Pendapatan/Estimasi Pendapatan yang
dialokasikan (4XXXXX).
2. Kelompok Belanja/Apropriasi Belanja/Allotment Belanja ( 5XXXXX).
3. Kelompok Belanja Daerah/Apropriasi Belanja Daerah/Allotment Belanja
daerah (6XXXXX).
4. Kelompok Penerimaan Pembiayaan/Estimasi Penerimaan Pembiayaan/
Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan ( 71XXXX).
5. Kelompok
Pengeluaran
Pembiayaan/Appropriasi
Pengeluaran
Pembiayaan/ Allotment Pengeluaran Pembiayaan ( 72XXXX).
Akun yang digunakan untuk menyusun Laporan Arus Kas.
1. Kelompok Pendapatan (4XXXXX).
2. Kelompok Belanja ( 5XXXXX).
3. Kelompok Belanja Daerah ( 6XXXXX).
4. Kelompok Penerimaan Pembiayaan ( 71XXXX).
5. Kelompok Pengeluaran Pembiayaan ( 72XXXX).
6. Kelompok Non Anggaran (8XXXXX)
2.6 Identifikasi Kode Akun Belanja
Penyelarasan norma anggaran dan norma akuntansi dalam rangka
sinkronisasi perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran dilakukan
dengan memakai norma Bagan Akun Standar (BAS). Daftar akun belanja
dan penjelasan penggunaannya dapat dilihat pada lampiran modul. Secara
umum penerapan Bagan Akun Standar diatur sebagai berikut:
a. Penggunaan Akun Belanja Pegawai (51)
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
32
Belanja Pegawai digunakan untuk membayar Gaji dan Tunjangan
PNS, uang makan, dan uang lembur. Akun-akun yang dapat digunakan oleh
satker antara lain :
1) Belanja Gaji dan Tunjangan PNS (5111)
2) Belanja Gaji dan Tunjangan TNI/Polri (5112)
3) Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara (5113)
4) Belanja Lembur (5122)
b. Penggunaan Akun Belanja Barang (52)
Belanja Barang dapat dibedakan menjadi Belanja Barang (Operasional
dan Non-Operasional) dan Jasa, Belanja Pemeliharaan, serta Belanja
Perjalanan Dinas. Akun-akun yang termasuk Belanja Barang terdiri dari:
1) Belanja Barang Operasional (5211)
Pengeluaran-pengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini adalah
belanja barang operasional, antara lain :
a) Keperluan sehari-hari perkantoran.
b) Pengadaan/penggantian inventaris kantor yang nilainya dibawah
kapitalisasi.
c) Pengadaan bahan makanan.
d) Pengadaan penambah daya tahan tubuh.
e) Belanja
barang
lainnya
yang
secara
langsung
menunjang
operasional Kementerian Negara/Lembaga.
f)
Pengadaan pakaian seragam dinas.
g) Honorarium pejabat perbendaharaan, yaitu honor yang terkait
dengan operasional satker (akun 521115).
2) Belanja Barang Non-Operasional (5212)
Pengeluaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan nonoperasional dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan satker. Pengeluaranpengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini, antara lain:
a) Belanja Bahan.
b) Belanja Barang transito.
c) Vakasi, adalah penyediaan dana untuk imbalan bagi penguji atau
pemeriksa kertas/jawaban Ujian. Pengeluaran ini dibebankan pada
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
33
belanja barang non-operasional dan merupakan input dari output
berkenaan. Alokasi anggarannya merupakan batas tertinggi dalam
satu tahun anggaran.
d) Honor yang terkait dengan output.
Penggunaan Akun Honor Yang Terkait dengan Output Kegiatan
dimaksud harus benar-benar selektif dan dapat dialokasikan untuk
kegiatan sepanjang:

Pelaksanaannya memerlukan pembentukan panitia/tim/kelompok
kerja.

Mempunyai output jelas dan terukur;

Sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan satker/organisasi lain.

Sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu diprioritaskan
atau diluar jam kerja.

Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada PNS
disamping tugas pokoknya sehari-hari.

Bukan operasional yang dapat diselesaikan secara internal satker.
3) Belanja Jasa (5221)
Pengeluaran-pengeluaran untuk langganan daya dan jasa (listrik,
telepon, gas, dan air), jasa pos dan giro, jasa konsultan, sewa , jasa profesi
dan jasa lainnya.
4) Belanja Pemeliharaan (5231)
Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset tetap lainnya yang sudah ada ke
dalam kondisi normal yang nilainya tidak memenuhi nilai kapitalisasi
sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Belanja Pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan tanah,
pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan
bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan
irigasi, peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan
penyelenggaraan
pemerintahan.
Pengeluaran-pengeluaran
untuk
pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas/jabatan, kendaraan bermotor,
dan lain-lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
34
termasuk perbaikan peralatan dan sarana gedung (sesuai standar biaya
umum), yang termasuk Belanja Pemeliharaan nilainya dibawah kapitalisasi.
Contoh, suatu instansi merencanakan untuk mengalokasikan anggaran
sebesar Rp.2.000.000,- untuk biaya ganti oli sebanyak 10 mobil dinas.
Instansi tersebut akan mencantumkan belanja pemeliharaan pada APBN
sebesar Rp.2.000.000,-. Terhadap realisasi pengeluaran belanja tersebut
dicatat dan disajikan sebagai Belanja Pemeliharaan, karena pengeluaran
untuk
belanja
pemeliharaan
tersebut
tidak
memenuhi
persyaratan
kapitalisasi aset tetap yaitu karena tidak mengakibatkan bertambahnya
umur, manfaat, atau kapasitas, serta biaya per unitnya dibawah batas nilai
kapitalisasi.
5) Belanja Perjalanan Dinas (5241)
Pengeluaran-pengeluaran untuk perjalanan dinas. Belanja perjalanan
terdiri dari Belanja Perjalanan Biasa, Belanja Perjalanan Tetap dan Belanja
Perjalanan Lainnya. Pengalokasian anggaran di dokumen penganggaran
untuk keperluan Belanja Perjalanan, besarannya mengikuti ketentuanyang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya yang
berlaku.
c. Penerapan konsep nilai perolehan (full costing) pada jenis Belanja
Barang (52)
Pada konsep full costing, berarti seluruh biaya yang diperlukan untuk
pengadaan barang/jasa dimasukkan sebagai nilai perolehan barang/jasa
dimaksud (termasuk antara lain biaya rapat dan perjalanan dinas). Untuk
akun belanja yang digunakan harus sesuai dengan peruntukannya
sebagaimana BAS.
d. Penggunaan Akun Belanja Modal (53) dan Penerapan konsep
kapitalisasi
Akun Belanja Modal digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah nilai asset tetap dan asset lainnya yang member manfaat lebih
dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset
tetap atau asset lainnya yang ditetapkan. Aset tetap tersebut dipergunakan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
35
untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satker atau dipergunakan oleh
masyarakat/publik namun tercatat dalam registrasi asset Kementerian
Negara/Lembaga terkait serta bukan untuk dijual.
Belanja Modal terdiri dari :
1)
Belanja Modal Tanah
2)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
3)
Belanja Modal Gedung dan Bagunan
4)
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5)
Belanja Modal Lainnya
6)
Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap/Lainnya
7)
Belanja Modal Badan Layanan Umum
Konsep kapitalisasi dalam penyusunan RKA-K/L terkait dengan jenis
Belanja Modal.Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan
sebagai belanja modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap
atau aset tetap lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap. Aset tetap
mempunyai ciri–ciri/karakteristik sebagai berikut: berwujud, akan menambah
aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, nilainya
material (di atas nilai kapitalisasi). Sedangkan ciri-ciri aset tetap lainnya
adalah, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun, nilainya relatif material (di atas nilai kapitalisasi).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu
belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika :
1) Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap
atau aset tetap lainnya yang demikian menambah aset pemerintah;
2) Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset tetap lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
3) Perolehan aset tetap tersebut dimaksudkan untuk dipakai dalam
operasional pemerintahan, bukan untuk dijual atau diserahkan ke
masyarakat.
Dalam kaitan konsep harga perolehan menetapkan bahwa seluruh
pengeluaran yang mengakibatkan tersedianya aset siap dipakai maka
seluruhpengeluaran tersebut masuk ke dalam belanja modal. Pengeluaran
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
36
tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi (relatif material) aset
tetap/aset tetap lainnya.
Di samping belanja modal untuk perolehan aset tetap dan aset tetap
lainnya, belanja untuk pengeluaran–pengeluaran sesudah perolehan aset
tetap atau aset tetap lainnya dapat juga dimasukkan sebagai Belanja
Modal.Pengeluaran tersebut dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika
memenuhi
persyaratan
bahwa
pengeluaran
tersebut
mengakibatkan
bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang
telah dimiliki.Termasuk pengeluaran untuk gedung yang nilai perbaikannya
lebih 2% dari nilai aset, berdasarkan perhitungan dari Ditjen Cipta karya.
Berikut disampaikan contoh pengeluaran yang masuk dalam kategori
belanja barang dan belanja modal terkait konsep kapitalisasi.
Contoh pengeluaran yang masuk kategori Belanja Barang :
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
URAIAN
Pengisian Freon AC, service AC
Pembelian ban, oli, bensin, service /
tune up
Pengecatan, pembuatan partisi non
permanen, pembelian gordyn
Perbaikan jalan berlubang/
pemeliharaan berkala
Biaya Pengurusan STNK/BPKB
Rumah yang akan diserahkan ke
masyarakat
Peralatan dan mesin yang akan
diserahkan ke pihak III
Pembayaran satpam dan cleaning
service
Pembelian accu mobil dinas
Pembelian lampu ruangan kantor
Perbaikan atap gedung kantor
Penggantian kompresor
Suku cadang alat laboratorium,bahan
cairan kimia,tempat alat suntik
Pekerjaan infrastruktur penanganan
luapan lumpur
Pengadaan anti virus
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
KLASIFIKASI
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Barang
37
Contoh pengeluaran yang masuk kategori Belanja Modal :
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
URAIAN
Pembelian memory PC, up grade PC
Pembelian meubelair, dispenser
Pembuatan jalan, irigasi dan jaringan
Overhaul kendaraan dinas
Biaya lelang pengadaan aset
Perbaikan jalan kerikil ke hotmix
Pembelian tape mobil dinas
Penambahan jaringan dan pesawat
telpon
Penambahan jaringan listrik
Perjalanan dinas pengadaaan aset
Pembayaran konsultan perencanaan
pembangunan/gedung dan bangunan
Perbaikan atap dari seng ke multiroof
Pengadaan:
peta,jaringan,software,lambang
instansi,alat kesehatan
Pembuatan film
Pekerjaan interpretasi citra satelit
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
KLASIFIKASI
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
Belanja Modal
38
KEGIATAN BELAJAR 3
PENYUSUNAN TOR
3.1 Pengertian TOR
Term of Reference atau Kerangka Acuan Kerja yang selanjutnya
disebut TOR/KAK adalah dokumen yang menginformasikan gambaran
umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai
sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang memuat
latar belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian, dan biaya yang
diperlukan. TOR merupakan dokumen perencanaan kegiatan yang berisi
penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, dimana,
bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu kegiatan.
TOR menjelaskan secara lengkap untuk setiap suatu keluaran
(output) dalam suatu kegiatan, yang akan dilaksanakan dari mulai awal
sampai akhir pelaksanaan kegiatan, yang memuat di dalamnya jenis
pekerjaan, penanggung jawab kegiatan, alasan mengapa diperlukan
kegiatan tersebut, strategi pencapaiannya, sampai dengan besaran biaya
yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
3.2 Fungsi TOR
TOR merupakan dokumen pendukung penyusunan RKA-K/L. TOR
ini dibuat untuk setiap output kegiatan.
Setiap alokasi anggaran output
kegiatan harus didasarkan TOR karena TOR berfungsi sebagai acuan untuk
menentukan besaran anggaran output.
Secara ringkas fungsi dari TOR adalah :
a. Alat bagi pimpinan untuk melakukan pengendalian kegiatan yang
dilakukan oleh bawahannya.
b. Alat bagi para Perencana Anggaran untuk menilai urgensi pelaksanaan
kegiatan tersebut dari sudut pandang keterkaitan dengan Tugas dan
Fungsi.
c. Alat bagi pihak-pihak pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan realisasi
kegiatan tersebut.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
39
d. Sebagai informasi bagaimana output kegiatan dilaksanakan/didukung
oleh komponen input, serta apa saja input (tahapan-tahapan) yang
dibutuhkan dan bagaimana pelaksanaannya untuk mencapai output
Peruntukan TOR ada dua yaitu :
a. Untuk output kegiatan dalam kerangka angka dasar.
b. Untuk output kegiatan dalam kerangka inisiatif baru.
Substansi penting dalam TOR adalah konsistensi antara output yang
dihasilkan dengan rangkaian tahapan (komponen) pencapaiannya.
3.3 Format TOR
Format TOR dapat dilihat pada gambar 1.1.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
40
Gambar 1.1 Format TOR
TOR PER KELUARAN KEGIATAN
Kementerian negara/lembaga : ………………………………………….. (1)
Unit Eselon I/II
: ………………………………………….. (2)
Program
: ………………………………………….. (3)
Hasil (Outcome)
: ………………………………………….. (4)
Kegiatan
: ………………………………………….. (5)
Indikator Kinerja Kegiatan : ………………………………………….. (6)
Jenis Keluaran (Output)
: ………………………………………….. (7)
Volume Keluaran (Output) : ………………………………………….. (8)
Satuan Ukur Keluaran (Output): ……..………………………………….. (9)
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan (10)
2. Gambaran Umum (11)
B. Penerima Manfaat (12)
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan (13)
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan (14)
D. Waktu Pencapaian Keluaran (15)
E. Biaya Yang Diperlukan (16)
Penanggung Jawab
...................................... (17)
NIP……...…….....…..... (18)
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
41
PETUNJUK PENGISIAN TOR
TOR merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran
kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian
negara/lembaga yang memuat latar belakang, penerima manfaat, strategi
pencapaian, waktu pencapaian, dan biaya yang diperlukan.
No.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
Uraian
Diisi nama kementerian negara/lembaga.
Diisi nama unit eselon I/II sebagai penanggung jawab program.
Disi nama program sesuai dengan dokumen Renja K/L.
Diisi dengan hasil yang akan dicapai dalam program.
Diisi nama kegiatan sesuai dengan dokumen Renja K/L.
Diisi uraian indikator kinerja kegiatan.
Diisi nama/nomenklatur keluaran (output) secara spesifik.
Diisi jumlah/banyaknya kuantitas keluaran (output) yang dihasilkan.
Diisi uraian satuan ukur yang digunakan dalam rangka pengukuran
kuantitas keluaran (output) sesuai dengan karakteristiknya.
Diisi dengan dasar hukum tugas fungsi dan/atau ketentuan yang
terkait langsung dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Diisi gambaran umum mengenai keluaran (output) kegiatan dan
volumenya yang akan dilaksanakan dan dicapai.
Diisi dengan penerima manfaat baik internal dan/atau eksternal
kementerian negara/lembaga.
Contoh : pegawai, petani, siswa.
Diisi dengan cara pelaksanaannya berupa kontraktual atau swakelola.
Diisi dengan tahapan/komponen masukan yang digunakan dalam
pencapaian keluaran kegiatan, termasuk jadwal waktu (time table)
pelaksanaan dan keterangan sifat komponen masukan/tahapan
tersebut termasuk biaya utama atau biaya penunjang.
Diisi dengan kurun waktu pencapaian pelaksanaan.
Diisi dengan total anggaran yang dibutuhkan untuk pencapaian
keluaran (output) dan penjelasan bahwa rincian biaya sesuai dengan
RAB terlampir.
Diisi dengan nama penanggung jawab unit perencana.
Diisi dengan NIP penanggung jawab unit perencana.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
42
3.4 Penyusunan Bagian-Bagian TOR
a. Latar Belakang
1) Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Bagian ini memuat dasar hukum tugas fungsi dan/atau ketentuan
yang terkait langsung dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Gambaran Umum
Bagian ini menjelaskan gambaran umum jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan. Apa dan mengapa kegiatan ini akan dilaksanakan
diuraikan dengan jelas.
pendukungnya.
Apabila diperlukan disampaikan data
Gambaran
umum
juga
menjelaskan
jenis
kegiatannya. Contoh : Kegiatan Generik atau Kegiatan Teknis
(Kegiatan Prioritas Nasional, Kegiatan Prioritas K/L dan Kegiatan
Teknis Non Prioritas).
Selain penjelasan gambaran umum kegiatan, bagian ini memuat
penjelasan target volume output yang akan dicapai.
Apabila terkait output barang, disampaikan data kondisi barang milik
Negara seperti kuantitas yang diharapkan, kuantitas saat ini dan
kondisi barangnya.
b. Penerima Manfaat
Bagian ini memuat sasaran penerima manfaat kegiatan.Sasaran
penerima manfaat dapat berasal dari internal dan/atau eksternal
kementerian negara/lembaga.
Contoh : pegawai, petani, siswa.
c. Strategi Pencapaian Keluaran
Strategi untuk mencapai keluaran paling tidak memuat dua hal yaitu
metode pelaksanaan dan tahapan serta waktu pelaksanaannya.
1) Metode Pelaksanaan
Dalam bagian ini dijelaskan cara pelaksanaan kegiatan, apakah
dilakukan secara kontraktual atau swakelola. Cara kontraktual berarti
pelaksanaan kegiatan melalui penyedia barang/jasa.
Dalam
pemilihan cara ini harus diperhatikan ketentuan pemaketan.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
43
Apabila metode swakelola yang dipilih maka harus diperhatikan
ketentuan tentang swakelola. Metode ini biasanya dilakukan apabila
kegiatan merupakan kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi satker.
Perlu dijelaskan siapa yang akan melaksanakan kegiatan swakelola
ini nanti.
2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan/komponen masukan yang digunakan dalam pencapaian
keluaran kegiatan diuraikan dibagian ini. Kemudian tahapan ini dirinci
jadwal waktu (time table) pelaksanaanya.
Perlu juga diberikan keterangan sifat komponen masukan/tahapan
tersebut. Pada bagian ini dirinci juga biaya utama atau biaya
penunjang komponen tersebut untuk menjelaskan prioritas dalam
pendanaannya.
d. Waktu Pencapaian Keluaran
Pada bagian ini ditentukan kurun waktu pencapaian keluaran dalam
pelaksanaan kegiatan.
e. Biaya Yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan dicantumkan sesuai dengan perhitungan dalam
lampiran RAB. RAB merupakan rincian alokasi dana yang diperlukan
dalam pencapaian keluaran kegiatan
3.5 Dokumen Pendukung TOR
Dalam menyusun TOR dilengkapi dengan dokumen pendukung antara lain :
a. Untuk Pengadaan Tanah
1) Data/dokumen Rencana Kebutuhan Tahunan BMN.
2) Status kepemilikan tanah.
3) Informasi harga tanah/NJOP dari Dinas Pendapatan Daerah
setempat atau Kantor Pelayanan Pajak (terakhir akhir bulan
Desember).
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
44
4) Keterangan dari Camat setempat apabila harga tanah lebih besar
dari NJOP.
5) Izin Menteri Keuangan untuk perubahan dari semula tahun tunggal
menjadi tahun jamak dengan kondisi force majeur atau non force
majeur.
6) Izin Menteri Keuangan (untuk kontrak tahun jamak di atas Rp 10 M)
atau menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan (untuk tahun
kontrak jamak sampai dengan Rp10 M).
7) Izin Menteri Keuangan untuk perpanjangan atas kontrak yang
disebabkan tertundanya penyelesaian kontrak tahun jamak (force
majeur atau non force majeur).
8) Hasil Audit BPKP (optional) untuk sisa pekerjaan yang dimohonkan
persetujuan perpanjangan kontrak tahun jamak.
b. Untuk Pembangunan Bangunan/Gedung Negara
1) Data/dokumen Rencana Kebutuhan Tahunan BMN untuk bangunan.
2) Izin prinsip pembangunan gedung dari Pemerintah Daerah (IMB).
3) Status kepemilikan tanah.
4) Surat dari kementerian teknis seperti : Surat dari Kementerian
Pekerjaan Umum/Dinas Pekerjaan Umum setempat (dari Dinas PU
Propinsi) terkait perhitungan kebutuhan biaya pembangunan gedung
Negara atau sejenisnya untuk Pengadaan Bangunan/Gedung.
5) Izin Menteri Keuangan untuk perubahan dari semula tahun tunggal
menjadi tahun jamak dengan kondisi force majeur atau non force
majeur.
6) Izin Menteri Keuangan (untuk kontrak tahun jamak di atas Rp 10 M)
atau menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan (untuk tahun
kontrak jamak sampai dengan Rp10 M).
7) Izin Menteri Keuangan untuk perpanjangan atas kontrak yang
disebabkan tertundanya penyelesaian kontrak tahun jamak (force
majeur atau non force majeur).
8) Hasil Audit BPKP (optional) untuk sisa pekerjaan yang dimohonkan
persetujuan perpanjangan kontrak tahun jamak.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
45
c. Untuk Pengadaan Aset Lainnya (misal Kendaraan Dinas/Kapal Patroli)
1) Surat
dari
Kementerian
Teknis,
antara
lain
:
Kementerian
Perhubungan atau Kementerian Pertahanan (khusus untuk yang
dilengkapi dengan senjata).
2) SK Penetapan Menpan-RB (untuk satker baru).
3) Surat Keterangan, Berita Acara Penghapusan Kendaraan (untuk
penggantian asset kendaraan bermotor)
d. Untuk Renovasi Bangunan
Surat dari Kementerian Pekerjaan Umum/Dinas Pekerjaan Umum
setempat (dari Dinas PU Propinsi) terkait perhitungan kebutuhan biaya
renovasi gedung Negara atau sejenisnya.
e. Untuk Pemeliharaan BMN
1) PMK tentang Standar Biaya Masukan.
2) Data SIMAK BMN untuk mengetahui luas, jumlah, dan kondisi BMN.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
46
KEGIATAN BELAJAR 4
PENYUSUNAN RAB
4.1 Pengertian RAB
Rincian Anggaran Biaya yang selanjutnya disingkat RAB adalah
suatu dokumen yang berisi tahapan pelaksanaan, rincian komponenkomponen masukan dan besaran biaya dari setiap komponen suatu
kegiatan. Dokumen RAB merupakan dokumen pendukung TOR.
Pelaksanaan sebuah proyek/kegiatan sangat berkaitan dengan
proses manajemen didalamnya. Pada tahapan itu, pengelolaan anggaran
biaya untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu dirancang dan disusun
sedimikian rupa berdasarkan sebuah konsep estimasi yang terstruktur
sehungga menghasilkan nilai estimasi rancangan yang tepat dalam arti
ekonomis.
Nilai estimasi anggaran yang disusun selanjutnya dikenal dengan
istilah Rencana Anggaran Biaya (RAB), yang mempunyai fungsi dan
manfaat lebih lanjut dalam hal mengendalikan sumberdaya material, tenaga
kerja, peralatan dan waktu pelaksanaan proyek sehingga pelaksanaan
kegiatan
proyek yang dilakukan akan mempunyai nilai efisiensi dan
efektivitas.
Konsep penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), pada
pelaksanaannya didasarkan pada sebuah analisa masing-masing komponen
penyusunnya (material, upah dan peralatan) untuk tiap-tiap item pekerjaan
yang terdapat dalam keseluruhan proyek. Hasil analisa komponen tersebut
pada akhirnya akan menghasilkan Harga Satuan Pekerjaan (HSP) per item
yang menjadi dasar dalam menentukan nilai estimasi biaya pelaksanaan
proyek keseluruhan dengan menkonversikannya kedalam total volume untuk
tiap item pekerjaan yang dimaksud.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
47
4.2 Fungsi RAB
RAB disusun dengan fungsi sebagai berikut :
a. Alat untuk memberikan informasi rincian perkiraan komponen biaya yang
dibutuhkan dalam TOR.
b. Alat
bantu untuk
mengidentifikasi komponen
biaya
utama dan
pendukung suatu output dalam TOR.
c. Alat untuk menghitung total biaya yang diperlukan atas suatu output
dalam TOR.
4.3 Komponen Penyusunan RAB
RAB merupakan total penjumlahan dari seluruh hasil perkalian
antara volume suatu item pekerjaan dengan harga satuannya. Dalam
rumus matematis RAB dapat dituliskan sebagai berikut :
RAB = ∑ (volume x Harga Satuan Pekerjaan)
Jika merujuk pada sebuah item pekerjaan, maka pada dasarnya
untuk melaksanakan sebuah item pekerjaan membutuhkan upah, material,
peralatan yang digunakan. Hal-hal yang dibutuhkan daam melaksanakan
pekerjaan tadi disebut komponen penyusunan RAB.
Komponen penyusunan RAB dapat dikelompokkan menjadi :
a. Komponen Utama,merupakan komponen pembiayaan langsung dari
pelaksanaan output layanan birokrasi/publik satker. Kebutuhan untuk
komponen utama dipengaruhi oleh total volume output yang akan
dicapai
b. Komponen Pendukung,merupakan komponen-komponen, pembiayaan
yang digunakan dalam rangka menjalankan dan mengelola layanan
birokrasi/publik satker.
Komponen pendukung tidak terkait langsung
dengan total volume output yang akan dicapai. Komponen pendukung
tidak perlu dialokasikan oleh satker sepanjang telah termasuk dalam
alokasi komponen operasional dan pemeliharaan perkantoran.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
48
4.4 Penerapan Standar Biaya
Standar Biaya merupakan salah satu instrumen dalam penyusunan
RKA-K/L untuk tahun yang direncanakan. Sebagai salah satu instrumen,
Standar Biaya harus dipahami untuk selanjutnya diterapkan dalam
penghitungan kebutuhan anggaran yang wajar, rasional, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
a. Fungsi Standar Biaya dalam Pengalokasian Anggaran
Standar biaya digunakan sebagai pedoman K/L untuk menyusun RKAK/L berbasis kinerja. Fungsi standar biaya baik Standar Biaya Masukan
(SBM) maupun Standar Biaya Keluaran dalam rangka
perencanaan
penganggaran merupakan batas tertinggi yang besaran biayanya tidak
dapat dilampaui.
Selanjutnya dalam rangka pelaksanaan kegiatan satuan biaya yang
tercantum merupakan
estimasi
yang besaran biayanya dapat dilampui
atau lebih rendah disesuaikan dengan harga pasar dan ketersediaan alokasi
anggaran dengan memperhatikan
prinsip ekonomis efisiensi, efektifitas,
serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali
SBM yang terdapat dalam Lampiran I.
b. Penerapan Standar Biaya dalam RKA-K/L
Standar Biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berapa Standar
Biaya Masukan maupun Standar Biaya Keluaran sebagai acuan perhitungan
kebutuhan anggaran dalam RKA-K/L. Standar Biaya tersebut diatur oleh
Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga,
dalam penganturannya Standar Biaya yang ditetapkan setiap tahun terdiri
atas:
1)
Standar Biaya
Masukan
(SBM) yaitu satuan biaya berupa harga
satuan, tarif, dan indeks
yang digunakan untuk menyusun biaya
komponen masukan kegiatan (komponen sebagai tahapan pencapaian
output).
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
49
2)
Standar Biaya Keluaran (SBK) yaitu besaran biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sebuah keluaran kegiatan yang merupakan
akumulasi biaya komponen masukan kegiatan.
Dalam hal satuan biaya yang diperlukan untuk penyusunan RKA-K/L tidak
terdapat dalam standar biaya tersebut di atas, K/L dapat mengajukan usul
standar biaya masukan lainnya kepada Menteri Keuangan untuk mendapat
persetujuan. Di samping itu K/L dapat juga menggunakan standar biaya
lainnya di luar standar biaya yang ditetapkan Menteri Keungan dengan
dilengkapi dengan Surat
ditandatangani
(PA/KPA)
oleh
serta
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang
pengguna
anggaran/kuasa
dilampiri
data
pengguna
pendukung
yang
anggaran
dapat
dipertanggungjawabkan. SPTJM ini bukan merupakan dasar pembayaran,
namun merupakan pengalihan tanggung jawab atas penggunaan standar
biaya lain yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L.
Berikut ini disajikan contoh penerapan Standar Biaya tahun anggaran
2012 (sebagaimana
Peraturan Menteri Keuangan
No.84/PMK.02/2011)
dalam penyusunan RKA-K/L tahun anggaran 2012. Kementerian Hukum
dan
Hak
Asasi
Manusia
melalui
Program
Pembentukan
Hukum
mengusulkan Proposal Anggaran Inisiatif Baru dan telah disetujui (oleh
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan) sebesar Rp
383.565.000,-. Rincian Anggaran Biaya (RAB) dari proposal anggaran
Inisiatif Baru tersebut sebagai berikut:
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
50
Satker (Satker)
: Ditjen Peraturan Perundang-Undangan
Kegiatan
: Perancangan Peraturan Perundang-Undangan
Output
: Rancangan Undang-Undang
Volume
:1
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian
Komponen Biaya
1
PEMBENTUKAN TIM
PENYUSUNAN NASKAH RUU
(Komponen 1)
521211 Belanja Bahan
- Pengadaan ATK
- Pengadaan/Pencetakan
- Konsumsi rapat [26 ORG x 1
RPT x 1 RUU]
PENYUSUNAN NASKAH RUU
(Komponen 2)
521211 Belanja Bahan
- Konsumsi rapat [26 ORG x 14
RPT x 1 RUU]
- Pengadaan ATK
- Pengadaan Pencetakan
521213 Honor yang terkait dengan
output kegiatan
- Ketua [1 ORG x 12 BLN x 1
RUU]
- Wakil Ketua [1 ORG x 12 BLN x
1 RUU]
- Anggota [12 ORG x 12 BLN x 1
RUU]
521219 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
- Transport lokal, pengiriman
surat/bahan,dll [1 ORG x 10
JLN x 1 RUU]
Volume
Satuan
Volume
Ukur
Biaya Satuan
Ukur
Jumlah
Ket.
2
3
4
5
6
6.748.000
1,00
1,00
PKT
PKT
2.000.000
3.500.000
*)
*)
6.748.000
2.000.000
3.500.000
26,00
OK
48.000
***)
1.248.000
267.772.000
- Transport [3 ORG x 1 RUU]
- Uang harian [3 ORG x 3 HR x 1
RUU]
- Penginapan [3 ORG x 2 HR x 1
RUU]
U
28.472.000
364,00
OK
48.000
*)
17.472.000
1,00
1,00
PKT
PKT
5.000.000
6.000.000
*)
*)
5.000.000
6.000.000
130.200.000
12,00
OB
1.000.000
**)
12.000.000
12,00
OB
850.000
**)
10.200.000
144,00
OB
750.000
**)
108.000.000
1.100.000
10,00
OK
110.000
***)
522115 Belanja Jasa Profesi
- Narasumber Tim Non PNS[2
ORG x 3 JAM x 1 RUU x 15
RPT]
UJI KONSEP NASKAH RUU
(Komponen 3)
522115 Belanja Jasa Profesi
- Narasumber Uji Konsep Non
PNS[3 ORG x 3 JAM x 1 RUU]
524119 Belanja perjalanan lainnya
(DN)
P
1.100.000
108.000.000
90,00
OJ
1.200.000
***)
108.000.000
31.365.000
10.800.000
9,00
OJ
1.200.000
***)
10.800.000
20.565.000
3,00
OK
4.090.000
***)
12.270.000
9,00
OH
515.000
***)
4.635.000
6,00
OH
610.000
***)
3.660.000
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
51
P
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian
Komponen Biaya
Volume
Satuan
Volume
Ukur
Biaya Satuan
Ukur
Jumlah
Ket.
1
2
3
4
5
6
KONSINYERING PENYUSUNAN
NASKAH RUU (Komponen 4)
84.680.000
521211 Belanja Bahan
- Pengadaan ATK
- Pengadaan Bahan
522114 Belanja Sewa
- Sewa ruang rapat [2 HR x 1
RUU]
6.500.000
1,00
PKT
2.500.000
*)
2.500.000
1,00
PKT
4.000.000
*)
4.000.000
6.000.000
2,00
HR
3.000.000
*)
6.000.000
522115 Belanja Jasa Profesi
- Narasumber konsinyering
PNS[2 ORG x 3 JAM x 1 RUU]
524119 Belanja perjalanan lainnya
(DN)
- Transport [26 ORG x 1 RUU]
- Paket Full Board [26 ORG x 3
HR x 1 RUU]
PENYUSUNAN LAPORAN
(Komponen 5)
521211 Belanja Bahan
- Pengadaan ATK
- Pengadaan/Pencetakan
JUMLAH ALOKASI ANGGARAN
OUTPUT
U
9.000.000
6,00
OJ
1.500.000
*)
9.000.000
63.180.000
26,00
OK
150.000
*)
3.900.000
78,00
OH
760.000
***)
59.280.000
2.000.000
1,00
1,00
PKT
PKT
500.000
1.500.000
*)
*)
2.000.000
500.000
1.500.000
392.565.000
Penjelasan :
1. Keterangan pada kolom 6
P = Pendukung, yang mempunyai arti bahwa Komponen tersebut
merupakan komponen dengan sifat biaya pendukung. U = Utama, yang
mempunyai arti bahwa Komponen tersebut merupakan komponen
dengan sifat biaya utama. Pengelompokan Komponen ini berfungsi
dalam penghitungan prakiraan maju. Komponen dengan sifat biaya
pendukungberarti cara penghitungan prakiraan maju-nya dilakukan
dengan mengalikan parameter ekonomi (indeks KPJM). Sedangkan
Komponendengan sifat biaya utama berarti cara penghitungan
prakiraan maju-nyadapat dilakukan dengan mengalikan parameter
ekonomi (indeks KPJM)atau secara manual apabila ada kebijakan
sebagai dasar perhitungannya.
2. Tanda *) adalah satuan biaya diluar standar biaya masukan
(memerlukan SPTJM).
3. Tanda **) adalah satuan biaya yang termasuk dalam kategori
sebagaimanaLampiran I PMK Standar Biaya Masukan (batas teringgi di
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
52
P
dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran), dengan rincian
penjelasan sebagai berikut:
a. Rp 1.000.000 ini mengacu pada besaran satuan biaya honorarium
tim pelaksana kegiatan untuk Ketua Tim;
b. Rp 850.000 ini mengacu pada besaran satuan biaya honorarium tim
pelaksana kegiatan untuk Wakil Ketua Tim;
c. Rp 750.000 ini mengacu pada besaran satuan biaya honorarium tim
pelaksana kegiatan untuk Anggota Tim.
Satuan biaya tersebut di atas juga menjadi dasar pembayaran dalam
pelaksanaan anggaran. Artinya, jenis biaya dan besarannya tidak boleh
dilampaui pada saat pembayaran dilakukan kepada Tim.
4. Tanda ***) adalah satuan biaya yang termasuk dalam kategori Lampiran
II PMK Standar Biaya Masukan (estimasi dalam perencanaan), dengan
rincian penjelasan sebagai berikut:
a. Rp 48.000 ini mengacu pada satuan biaya untuk makanan sebesar
Rp 35.000 dan satuan biaya kudapan/snack Rp 13.000,- yang
berlaku di Jakarta (lokasi kegiatan di Jakarta);
b. Rp 110.000 ini mengacu pada satuan biaya transportasi dalam kota;
c. Rp 1.200.000 ini mengacu pada satuan biaya honorarium
narasumber non-PNS;
d. Rp 4.090.000 ini mengacu pada satuan biaya tiket perjalanan
Jogjakarta-Jakarta PP sebesar Rp3.610.000, biaya taksi ke bandara
diJakarta dan Jogjakarta (PP) Rp480.000;
e. Rp 515.000 ini mengacu pada satuan biaya uang harian perjalanan
dinas dalam negeri untuk pegawai golongan III dengan lokasi DKI
Jakarta;
f. Rp 610.000 ini mengacu pada satuan biaya penginapan/hotel
perjalanan dinas dalam negeri untuk narasumber non-PNS yang
disetarakan dengan PNS golongan III dengan lokasi di Jawa Barat;
g. Rp 760.000 ini mengacu pada satuan biaya paket kegiatan fullboard
di luar kota dengan lokasi Jawa Barat.
Satuan biaya tersebut di atas tidak merupakan keharusan menjadi
dasarpembayaran dalam pelaksanaan anggaran. Artinya, jenis biaya
dan besarannya dapat diubah/direvisi/digeser/dilampaui sesuai dengan
kebutuhan pada saat pelaksanaan.
Berdasarkan RAB tersebut di atas, Satker Ditjen Peraturan PerundangUndangan melakukan input data sebagian informasi yang terdapat dalam
RAB tersebut ke dalam dokumen KK RKA-K/L melalui/menggunakan
program aplikasi RKA-K/L.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
53
4.5 Perhitungan Biaya
Secara umum prosedur penghitungan biaya kebijakan/Output
kegiatan prioritas adalah menggunakan rumus umum yaitu:
Output
= Komponen utama + Komponen pendukung
Komponen = Harga x Kuantitas
Perhitungan biaya setiap komponen dihitung menggunakan satuan
harga berpedoman pada standar biaya. Standar biaya, adalah satuan biaya
yang ditetapkan baik berupa standar biaya masukan maupun standar biaya
keluaran sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran.
Dalam rangka mendukung efisiensi alokasi biaya dalam penyusunan
RKA-K/L, Menteri Keuangan menetapkan:
a. Standar Struktur Biaya; dan
b. Indeksasi.
Standar Struktur Biaya merupakan batasan besaran atau persentase
yang antara lain berupa:
a. Total biaya pendukung terhadap total biaya dalam suatu keluaran
(output) kegiatan/program tertentu;
b. Unsur biaya tertentu terhadap total biaya pendukung dalam keluaran
(output) kegiatan/program tertentu; dan
c. Unsur
biaya
tertentu
terhadap
total
biaya
keluaran
(output)
kegiatan/program tertentu.
Standar Struktur Biaya berfungsi sebagai acuan untuk menyusun
komposisi pembiayaan suatu keluaran (output) kegiatan/program tertentu.
Selain berfungsi sebagai acuan untuk menyusun komposisi pembiayaan
suatu keluaran (output) kegiatan/program tertentu, Standar Struktur Biaya
berlaku sebagai acuan pada tahap pelaksanaan anggaran.
Pada tahap pelaksanaan anggaran, K/L dapat melakukan perubahan
komposisi pembiayaan suatu keluaran (output) kegiatan/program dengan
ketentuansebagai berikut:
a. untuk menjamin capaian kinerja K/L berkenaan.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
54
b. mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas.
Contoh penerapan Standar Struktur Biaya merujuk pada batasan
komposisi biaya yang ditetapkan sesuai jenis dan karakteristik keluaran
(output) tertentu adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan batasan persentase biaya pendukung yang diijinkan.
Dalam penyusunan anggaran, komponen biaya dibedakan menjadi 2
jenis kelompok, yaitu
2) Biaya Utama adalah komponen biaya berkaitan langsung kebijakan
pencapaian suatu keluaran (output) tertentu.
3) Biaya Pendukung adalah komponen biaya yang mendukung
pencapaian suatu keluaran (output) tertentu.
Dalam menyusun biaya seharusnya biaya utama merupakan komponen
terbesar dan lebih besar daripada biaya pendukung.
b. Pengaturan batasan persentase biaya Perjalanan dinas/konsinyering
Perjalanan dinas/konsinyering perlu diperhatikan tingkat keperluannya
dalam pencapaian keluaran (output) yang bersangkutan.
c. Pengaturan batasan persentase honor yang diizinkan.
Seiring dengan konsep single remuneration system, besaran remunerasi
yang diberikan telah memperhitungkan semua keluaran (output) yang
akan dihasilkan. Konsekuensinya, alokasi honorarium untuk pembiayaan
suatu keluaran (output) seharusnya tidak diperlukan lagi. Pembatasan
alokasi honor merupakan langkah awal guna mendukung konsepsi
dimaksud adalah dengan dilakukan pembatasan honor sesuai dengan
karakteristik keluaran (output) bersangkutan.
Contoh matrik pengaturan Standar Struktur Biaya :
% Biaya perjalanan
Barang
Barang Non-
Jasa
Jasa
Infrastruktur
Infrastuktur
Regulasi
Layanan
a%
d%
g%
j%
b%
e%
h%
k%
c%
f%
i%
l%
dinas yang
diperkenankan
% Biaya honorarium
yang diperkenankan
% Biaya pendukung
yang diperkenankan
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
55
Indeksasi merupakan alat yang digunakan untuk penghitungan
kebutuhan anggaran dalam kerangka pengeluaran jangka menengah.
Indeksasi digunakan oleh kementerian negara/lembaga atau Kementerian
Keuangan untuk menyusun penghitungan anggaran dasar (baseline) dan
inisiatif baru (new initiative). Penggunaan indeksasi dalam penghitungan
anggaran dasar (baseline) dilakukan untuk menyesuaikan perhitungan
kebutuhan besaran biaya keluaran (output) pada tahun anggaran yang
direncanakan dan prakiraan maju tahun anggaran berikutnya.
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
56
4.6 Format RAB
Format RAB dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Format RAB
RINCIAN ANGGARAN BIAYA
KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TAHUN 20XX
Kementerian Negara/Lembaga: ………………………………………….. (1)
Unit Eselon II/Satker
: ………………………………………….. (2)
Kegiatan
: ………………………………………….. (3)
Keluaran (Output)
: ………………………………………….. (4)
Volume
: ………………………………………….. (5)
Satuan Ukur
: ………………………………………….. (6)
Alokasi Dana
: ………………………………………….. (7)
No.
Tahapan Pelaksanaan dan Rincian
Komponen Biaya
1
2
xxx.xxx Sub Output 1
xxx
Komponen 1
A
Sub Komponen A
- Detil Belanja 1
- Detil Belanja 2
- dst
B
Sub Komponen B)
- Detil Belanja 1
- dst
Volume
Sub
Output
3
Jenis
Komponen
(Utama/
Pendukung)
4
Rincian
Perhitungan
Jml
5
Harga
Satuan
Jumlah
6
7
xxx.xxx Sub Output 2
xxx
Komponen 1
A
Sub Komponen A
- Detil Belanja 1
- Detil Belanja 2
- dst
B
Sub Komponen B)
- Detil Belanja 1
- dst
Penanggung Jawab
...................................... (8)
NIP……...…….....…..... (9)
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
57
KEGIATAN BELAJAR 5
PENYUSUNAN RENCANA
PENGADAAN
5.1
Penetapan Metode Pengadaan Barang/Jasa
Metode pelaksanaan pengadaan direncanakan sejak perencanaan
anggaran. Metode pelaksanaan ditetapkan dengan melihat karakteristik
aktivitas dan keterkaitannya dengan tugas dan fungsi satuan kerja.
Metode pelaksanaan pengadaan dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Metode swakelola
Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
kelompok masyarakat.
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi:
1) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta
sesuai dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
2) pekerjaan
yang
operasi
dan
pemeliharaannya
memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I;
3) pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
4) pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang
besar;
5) penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
6) pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang
bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang
belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
58
7) pekerjaan
survei,
pemrosesan
data,
perumusan
kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, dan pengembangan sistem
tertentu;
8) pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
9) pekerjaan Industri Kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri;
10) penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
11)
pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista, dan
industri almatsus dalam negeri.
b. Metode melalui penyedia barang/jasa
Pengadaan melalui penyedia barang/jasa dilakukan dengan metode
pemilihan sebagai berikut :
5) Barang
Metode
Pemilihan
Pelelangan
Umum
Pelelangan
Terbatas
Pelelangan
Sederhana
Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Kriteria
Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan
melalui metode Pelelangan Umum
Penyedia yang mampu terbatas dan untuk
pekerjaan kompleks
Bernilai paling tinggi Rp 5.000.000.000,00
KEADAAN TERTENTU:
• Penanganan darurat
• Pekerjaan konferensi yang mendadak dan
dihadiri Presiden/Wapres
• Pekerjaan bersifat rahasia
• Pertahanan negara serta keamanan dan
ketertiban masyarakat
• Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan
oleh satu penyedia
KEADAAN KHUSUS:
• Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang
ditetapkan pemerintah
• Pekerjaan kompleks dengan teknologi
khusus dan hanya satu penyedia yang
mampu
• Distribusi obat/alkes tertentu
• Kendaraan bermotor GSO
• Untuk pengadaan dengan nilai s.d.
Rp200.000.000,00
• Kebutuhan operasional
• Teknologi sederhana
• Resiko kecil
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
59
Kontes
• Usaha perseorangan/Badan Usaha kecil
dan koperasi kecil
• Tidak punya harga pasar
• Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga
Satuan
6) Pekerjaan Konstruksi
Metode
Pemilihan
Pelelangan
Umum
Pelelangan
Terbatas
Pemilhan
Langsung
Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Kriteria
Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan
melalui metode Pelelangan Umum
Penyedia yang mampu terbatas dan untuk
pekerjaan kompleks
Bernilai paling tinggi Rp 5.000.000.000,00
KEADAAN TERTENTU:
• Penanganan darurat
• Pekerjaan konferensi yang mendadak dan
dihadiri Presiden/Wapres
• Pekerjaan bersifat rahasia
• Pertahanan negara serta keamanan dan
ketertiban masyarakat
• Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan
oleh satu penyedia
KONSTRUKSI KHUSUS:
• Pekerjaan kompleks dengan teknologi
khusus dan hanya satu penyedia yang
mampu
• Pekerjaan konstruksi bangunan yang
merupakan satu kesatuan sistem konstruksi
dan satu kesatuan tanggung jawab atas
resiko kegagalan bangunan
• Sarana dan prasarana di perumahan
• Untuk pengadaan dengan nilai s.d.
Rp200.000.000,00
• Kebutuhan operasional
• Teknologi sederhana
• Resiko kecil
• Usaha perseorangan/Badan Usaha kecil
dan koperasi kecil
7) Jasa Lainnya
Metode
Pemilihan
Pelelangan
Umum
Pelelangan
Sederhana
Kriteria
Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan
melalui metode Pelelangan Umum
Bernilai paling tinggi Rp 5.000.000.000,00
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
60
Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Sayembara
KEADAAN TERTENTU:
• Penanganan darurat
• Pekerjaan konferensi yang mendadak dan
dihadiri Presiden/Wapres
• Pekerjaan bersifat rahasia
• Pertahanan negara serta keamanan dan
ketertiban masyarakat
• Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan
oleh satu penyedia
JASA LAINNYA KHUSUS:
• Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang
ditetapkan pemerintah
• Pekerjaan kompleks dengan teknologi
khusus dan hanya satu penyedia yang
mampu
• Sewa penginapan/ruang rapat
• Lanjutan sewa gedung
• Untuk pengadaan dengan nilai s.d.
Rp200.000.000,00
• Kebutuhan operasional
• Teknologi sederhana
• Resiko kecil
• Usaha perseorangan/Badan Usaha kecil
dan koperasi kecil
• Proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas,
inovasi, budaya dan metode pelaksanaan
tertentu
• Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga
Satuan
8) Jasa Konsultansi
Metode
Pemilihan
Seleksi Umum
Seleksi
Sederhana
Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Kriteria
Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan
melalui metode Seleksi Umum
Bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 dan
bersifat sederhana
 Penanganan darurat
 Pekerjaan yang menyangkut pertahanan/
keamanan dan ketertiban masyarakat
 Penyedia jasa tunggal atau hanya bisa
dilakukan pemegang hak paten
 Konsultansi di bidang hukum (konsultan
hukum/advokat atau pengadaan arbiter)
yang tidak direncanakan untuk menghadapi
gugatan dan/atau tuntutan hukum kepada
Pemerintah, harus segera
• Untuk pengadaan dengan nilai s.d.
Rp50.000.000,00
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
61
Sayembara
• Kebutuhan operasional
• Proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas,
inovasi, budaya dan metode pelaksanaan
tertentu
• Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga
Satuan
2.2 Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP)
Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa (RUP) adalah kegiatan
yang terdiri dari identifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I,
penyusunan dan penetapan rencana penganggaran sampai dengan
penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK). RUP dibuat untuk pengadaan
baik yang melalui Swakelola dan melalui Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
PA mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa pada
masing-masing Kementerian/Lembaga/Institusi secara terbuka kepada
masyarakat luas setelah rencana kerja dan anggaran Kementerian/
Lembaga/Institusi disetujui oleh DPR.
2.3 Langkah-langkah Penyusunan RUP
a. Menetapkan jenis pengadaan :
Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Konsultansi, atau Jasa Lainnya.
b. Menetapkan metode pengadaan :
1) Swakelola
2) Kontraktual
c. Menetapkan metode pemilihan
d. Menyusun RUP
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
62
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT/SEKRETARIAT JENDERAL/BADAN ….
SATUAN KERJA ….
RENCANA UMUM PENGADAAN
Instansi
Unit Kerja Eselon I
Kuasa Pengguna Anggaran
Satuan Kerja
Alamat Satuan Kerja
Tahun Anggaran
Nomor DIPA
No
Akun
Jenis Paket
Pekerjaan
:
:
:
:
:
:
:
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
“Diisi sesuai dengan DIPA satker masing-masing”.
Paket Pekerjaan
Lokasi
Pekerjaan
Pagu Anggaran
Tanggal Rencana
Pengadaan
1.
2.
Barang
Barang
PABX dan Instalasi
Meubelair
KAB. BOGOR
KAB. BOGOR
30,000,000
345,000,000
02/09/2013 - 20/09/2013
08/07/2013 - 16/08/2013
3.
4.
Barang
Jasa Lainnya
ATK Rutin semester II
Konsumsi Diklat Semester II
KAB. BOGOR
KAB. BOGOR
57,027,600
664,840,000
05/08/2013 - 23/08/2013
15/07/2013 - 16/08/2013
5.
Jasa Lainnya
Pencetakan Modul Diklat Semester
II
KAB. BOGOR
163,800,000
31/05/2013 - 01/07/2013
Cara Pengadaan
Non Lelang/Seleksi
Lelang/Seleksi
Elektronik
Non Lelang/Seleksi
Lelang/Seleksi
Elektronik
Lelang/Seleksi
Elektronik
……………….., ……………..
Disahkan:
Kuasa Pengguna Anggaran
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
63
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun
2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK.02/2013 tentang Pedoman
Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, dan Indeksasi dalam
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga.
Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.02/2013 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga beserta perubahannya.
Peraturan Menteri Keuangan No. 194/PMK.02/2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.02/2013 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
No. 13 Tahun 2012 tentang Pengumuman Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
No. 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden No.
70 Tahun 2012.
Peraturan Direktur Jenderal Anggaran No. PER-03/AG/2011 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan Penyusunan dan Penelaahan Standar
Keluaran Tahun 2012.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-80/PB/2011 tentang
Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan
Transfer pada Bagan Akun Standar.
Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik, User Manual Pengembangan
Aplikasi Rencana Umum Pengadaan (RUP) versi II, Jakarta (2013).
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
64
PERENCANAAN AKTIVITAS DAN PENYUSUNAN TOR RAB
65
Download