1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah berbasis kelas, kegiatan
belajar membelajarkan merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan
pencapaian
tujuan
pendidikan
terutama
ditentukan
oleh
proses belajar
membelajarkan yang dialami siswa. Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan
pengembangan proses pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut
perhatian. Perbedaan tingkat pemahaman antara siswa satu dengan yang lainnya
terhadap suatu materi pembelajaran yang diberikan menuntut seorang guru
melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran sehingga tidak sekedar hanya
menyajikan materi saja, tetapi juga perlu menggunakan metode yang sesuai,
menciptakan suasana yang membuat pembelajaran menjadi tidak membosankan dan
disukai, mempermudah pemahaman siswa dan menggunakan teknik yang dapat
diterima oleh semua siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di SMA Negeri 2 Boyolali,
diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika kurang begitu
memuaskan, dari 27 siswa kelas XI IPA 4 hanya 6 orang yang lulus dengan nilai
diatas KKM pada ulangan bab hukum gravitasi Newton, dan siswa yang lain
memiliki nilai dibawah KKM (Lampiran 10). Salah satu faktor yang menyebabkan
hal tersebut adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap kemampuan diri mereka
sendiri atau kemampuan metakognisi siswa, yang digunakan untuk pemamhaman
belajar. Siswa belum tahu kategori belajar apa yang cocok untuk diri mereka sendiri
dalam memahami konten pembelajaran, dan kurangnya upaya siswa untuk
memahami bagian yang tidak dimengerti. Hal tersebut menyebabkan penyerapan
materi siswa kurang begitu maksimal. Kemampuan metakognisi yang tinggi membuat
pembelajar memahami kategori belajar mana yang cocok dengan diri mereka sendiri,
1
2
Metakognisi menjawab pertanyaan mengapa anak/peserta didik dengan
umur yang berbeda biasanya mengerjakan tugas pembelajaran dengan cara yang
berbeda-beda, dengan bertambahnya umur mereka membangun strategi baru dalam
belajar. Proses metakognisi berpusat pada perencanaan, pemecahan masalah/problem
solving, evaluasi dan aspek-aspek lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan Iin dan
Sugiarto (2012) menunjukkan adanya korelasi antara keterampilan metakognitif dan
hasil belajar siswa pada materi kelarutan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa keterampilan metakognitif siswa mempengaruhi hasil belajar kognitif mereka.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Aprilia dan Sugiarto (2013) juga menunjukkan
bahwa keterampilan metakognitif dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Dilihat dari sisi yang lain, perlunya variasi model pembelajaran oleh guru.
Pemilihan model yang sesuai untuk siswa dapat menunjang keberhasilan siswa dalam
menyerap materi yang diberikan. Dari survey dan wawancara saya kepada guru,
sebenarnya model dan teknik pembelajaran sudah mulai dilirik, dalam arti sudah
mulai diberlakukan. Beberapa dari guru Fisika di SMA tersebut sudah mulai
menggunakan fasilitas laboraturium untuk kegiatan praktikum yang bertujuan untuk
menguatkan konsep materi, sebagai motivasi, dan variasi suasana kelas agar
antuasiasme siswa juga terpacu sehingga siswa diharapkan lebih mudah lagi dalam
menyerap konsep dari materi yang diberikan, dan untuk selanjutnya pendalaman
materi bisa dilanjutkan di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan situasi tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle.
Learning Cycle diderivasi dari ide konstruktivisme ilmu science yang
dikembangkan dari teori Jean Piaget yang mana terdiri dari beberapa tahapan belajar
dan sangat tepat digunakan dalam pembelajaran IPA. Keunggulan dari model
pembelajaran Learning Cycle antara lain mampu menciptakan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan materi, membangun pengetahuannya dan bekerja dalam
kelompok/kerjasama dalam tim sehingga dapat menghasilkan prestasi yang lebih
3
tinggi, lebih baik dalam menyimpan konsep yang sudah didapat, dapat
mengembangkan sikap ilmiah dan belajar ilmiah, meningkatkan kemampuan
mengungkapkan alasan, dan siswa mempunyai kemampuan proses yang lebih baik
dari model konvensional. Learning Cycle dapat digunakan pada siswa pada semua
level, untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. (Trianto, 2007: 22)
Dari uraian beberapa permasalahan di atas, saya menemukan beberapa poin
masalah yang di kelas XI IPA 4 dan 5 SMA N 2 Boyolali yaitu perlu ditingkatkannya
metakognitif siswa yang bisa diupayakan dengan menggunakan variasi model
pembelajaran untuk menghasilkan kognitif siswa yang lebih baik yaitu menggunakan
model Learning Cycle. Dari masalah tersebut maka saya akan melaksanakan
penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR)
sebagaimana dinyatakan: Nonoh (2012: 45). Dalam penelitian tindakan kelas, guru
dapat berkolaborasi dengan peneliti lain dari perguruan tinggi atau teman sejawat.
Kolaborasi diantara anggotanya akan memungkinkan proses penelitian tindakan kelas
berlangsung lancar, efektif dan efisien, dengan menerapkan model pembelajaran
Learning Cycle di kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Boyolali penelitian ini diharapkan
dapat membantu guru dan siswa dalam meningkatkan metakognitif dan kognitif siswa
khususnya pada mata pelajaran fisika. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi
dengan judul :
“PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN
METAKOGNITIF DAN HASIL KOGNITIF SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 2 BOYOLALI”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut terdapat masalah yang dapat
diidentifikasi, antara lain :
1.
Kesulitan belajar yang dialami siswa pada proses pembelajaran, dan kurangnya
upaya siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi.
4
2.
Model pembelajaran untuk menunjang pemahaman siswa pada proses
pembelajaran yang kurang variatif.
3.
Kurang terasahnya metakognitif siswa.
4.
Hasil belajar kognitif siswa yang tidak begitu tinggi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian menjadi jelas dan terarah maka perlu adanya pembatasan
masalah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian
dibatasi pada :
1.
Model
pembelajaran
yang digunakan
dalam
penelitian
adalah
model
pembelajaran Learning Cycle 3 tahap.
2.
Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMA N 2 Boyolali
tahun pelajaran 2014/2015.
3.
Metakognitif siswa dites melalui pengisian angket diukur sebelum dan sesudah
tindakan.
4.
Hasil kognitif siswa yang dilihat dari tes testulis diukur setelah tindakan dan
dibandingkan dengan hasil kognitif materi sebelumnya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah metakognitif siswa kelas XI SMA N 2 Boyolali dapat ditingkatkan
dengan model pembelajaran Learning Cycle?
2.
Apakah hasil belajar kognitif siswa kelas XI SMA N 2 Boyolali dapat
ditingkatkan dengan model pembelajaran Learning Cycle?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan tersebut di atas maka tujuan penelitian adalah :
1.
Untuk meningkatkan metakognitif siswa kelas XI SMA N 2 Boyolali melalui
model pembelajaran Learning Cycle.
5
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI SMA N 2 Boyolali
melalui model pembelajaran Learning Cycle.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi dalam bidang
pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran dengan model pembelajaran
Learning Cycle untuk meningkatkan metakognitif siswa .
2.
Manfaat praktis
a.
Masukan bagi tenaga pengajar khususnya guru di SMA N 2 Boyolali sebagai
salahsatu alternatif model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam upaya
memperbaiki dan memudahkan pembelajaran fisika, sehingga metakognitif
dan hasil kognitif siswa dapat ditingkatan.
b.
Bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian
sejenis.
Download