Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK -091304 Pengaruh Nukleofilik Terhadap Reaksi Dengan Asam Akrilat Diah Puspasari*, Agus Wahyudi1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Telah dilakukan reaksi esterifikasi asam akrilat dan reaksi asam akrilat dengan ion etoksi yang merupakan pereaksi yang bersifat sebagai nukleofil, sehingga diharapkan reaksi terjadi pada gugus karbonil, dan C-beta. Identifikasi struktur pun dilakukan menggunakan kromatografi gas- spektroskopi massa (KG-SM) serta spektrofotometer inframerah. Hasil yang diperoleh adalah bahwa kedua reaksi, baik reaksi esterifikasi asam akrilat, maupun reaksi asam akrilat dengan ion etoksi, terjadi pada C=O karbonil. Kata kunci: esterifikasi, asam akrilat, ion etoksi, nukleofil I. Pendahuluan Dewasa ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Misalnya adalah tentang pengaruh jenis nukleofil pada suatu substrat dengan reaktan yang berbeda maka dimungkinkan akan menghasilkan produk yang berbeda. Salah satu penelitian tersebut adalah seperti yang dilakukan oleh Li Lin (2006), dan Michael (2008). Dalam penelitiannya, Li Lin mereaksikan kurkumin dengan pereaksi etil asetat. Etil asetat disini berfungsi sebagai basa sehingga akan mengambil H-alfa pada kurkumin. Sedangkan Michael, membuat senyawa analog isoksazol sebagai turunan kurkumin dengan metode kondensasi dengan katalis asam dengan hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl). Hidroksilamin hidroklorida disini berfungsi sebagai nukleofil, sehingga akan menyerang spesies yang bermuatan positif yang berada di karbonil. Dari uraian di atas, jika kurkumin diganti dengan asam akrilat dan direaksikan dengan suatu pereaksi yang bersifat sebagai nukleofil, maka diharapkan reaksi terjadi pada gugus karbonil, dan C-beta. Nukleofil adalah suatu spesies yang mempunyai pasangan elektron bebas. Spesies ini dapat berupa molekul netral maupun ion negatif. Asam akrilat (CH2=CHCOOH) merupakan asam karboksilat tak jenuh sederhana, yang terdiri dari gugus vinil yang terikat langsung dengan asam karboksilat pada ujungnya. Asam akrilat berupa cairan tanwarna dengan bau khas yang tajam, larut dalam air, alkohol, eter, dan kloroform. Adapun struktur dari asam akrilat dapat dilihat pada Gambar 1. O H 0 Gambar 1. Struktur Asam Akrilat * Corresponding author Phone : +628563275433, e-mail: [email protected] 1 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Prosiding KIMIA FMIPA - ITS II. Metode Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hotplate stirrer, magnetic stirrer bar, labu bundar leher tiga, labu Erlenmeyer, pipet tetes, corong kaca, gelas beaker, termometer, kondensor, rak tabung reaksi, tabung reaksi, kromatografi gas- spektrometer massa Shimadzu QP2010S, spektrometer IR Shimadzu. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam akrilat, metanol, etanol, asam sulfat pekat, tbutanol, natrium hidroksida. 2.1. Reaksi Esterifikasi Asam Akrilat Asam akrilat sebanyak 3.5 ml (0.05 mmol), 8 ml metanol (0.2 mmol), serta asam sulfat sebanyak 0.26 ml (0.005 mmol) dimasukkan dalam labu bundar leher tiga yang sebelumnya telah berisi magnetic stirrer bar, kemudian direfluks selama 1 jam dengan suhu 68°C. Hasil refluks kemudian diidentifikasi dengan kromatografi gasspektroskopi massa dan spektrofotometer inframerah 2.2. Reaksi Asam Akrilat dengan Ion Alkoksi Etanol 29.20 ml (0.5 mmol), t- butanol 47.45 ml (0.5 mmol) serta natrium hidroksida 0.5 ml (0.5 mmol) dicampur dalam labu bundar leher tiga, lalu direfluks selama setengah jam dengan suhu berkisar 40-50°C. Setelah setengah jam, asam akrilat sebanyak 3.5 ml (0.05 mmol) dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran, kemudian direfluks kembali selama 2 jam dengan suhu tetap dijaga di kisaran 40-50°C. Hasil refluks kemudian di uji kualitatif menggunakan Brom dalam air, dan diidentifikasi menggunakan kromatografi gas- spektroskopi massa dan spektrofotometer inframerah. III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Reaksi Esterifikasi Asam Akrilat Esterifikasi asam akrilat dilakukan dengan mengadaptasi prosedur pembuatan ester akrilat yang dilakukan oleh Bunning, dkk (1991). Hasil yang diperoleh dari esterifikasi asam akrilat dengan metanol yaitu metil akrilat, dengan bau khas yang berbeda dari asam akrilat. Hal ini berdasarkan dari identifikasi struktur dengan menggunakan kromatografi gas- spektroskopi massa (KGSM) serta spektrofotometer inframerah (IR). Dari data spektrum massa didapatkan pola fragmentasi m/z 55, 58, 71, 85, yang diduga merupakan senyawa metil akrilat. Sedangkan berdasarkan spektrum IR didapatkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3379.29 cm -1, 2947.23 cm-1, 2831.50 cm-1, 1728.22 cm-1, 1442.75 cm-1 dan 1026.13 cm-1. Pita serapan pada bilangan gelombang 3379.29 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus hidroksi (OH) yang diperkuat dengan adanya vibrasi ulur ikatan C-O pada bilangan gelombang 1026.13 cm -1. Kedua serapan tersebut mengindikasikan adanya gugus hidroksi (OH) yang terikat pada atom karbon. Seharusnya gugus OH tidak muncul pada spektrum IR, hal ini dikarenakan produk yang diharapkan adalah ester. Namun, pada kenyataannya gugus OH muncul di spektrum IR. Hal ini mungkin disebabkan oleh masih adanya sisa asam yang tertinggal, maupun hidrogen yang belum sepenuhnya hilang. Munculnya vibrasi ulur C-H alifatik pada 2947.23 cm -1 dan 2831.50 cm-1 memberi petunjuk kemungkinan adanya gugus metil (CH3) dan metilena (CH2). Data ini diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk C-H pada bilangan gelombang 1442.75 cm-1 yang merupakan C-H alkena. Pita serapan pada bilangan gelombang 1728.22 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi ulur C=O karbonil. Berdasarkan data IR, maka senyawa ini diindikasikan sebagai suatu ester. 3.2 Reaksi Asam Akrilat dengan Ion Alkoksi Pembentukan ion etoksi dibentuk dari reaksi etanol, tbutanol, dan natrium hidroksida dengan cara merefluks ketiga reaktan tersebut dengan suhu 40-50 °C. Suhu ini dipilih karena merupakan suhu larutan azeotrop (etanol-air). Setelah terbentuk ion etoksi, kemudian dilakukan penambahan asam akrilat sedikit demi sedikit. Hasil dari refluks ini adalah larutan berwarna jernih dengan aroma asam yang berasal dari asam akrilat. Hasil ini kemudian diuji kualitatif menggunakan brom dalam air yang diletakkan dalam ruang gelap. Warna Br2/air pada ruang gelap lebih pudar bila dibandingkan dengan saat penetesan pertama Br2/air. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan alkena yang berasal dari asam akrilat mengalami reaksi adisi, sehingga ikatan rangkap masih ada. Hasil reaksi ini kemudian diidentifikasi dengan menggunakan KG-SM. Spektrum massa dari senyawa tersebut mempunyai pola fragmentasi m/z 55, 73, 85, 99, yang diduga adalah senyawa etil akrilat. Analisis dengan spektrofotometer inframerah memperkuat kesimpulan hasil analisa sebelumnya sebagai senyawa etil akrilat. Spektrum inframerah (IR) diatas menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3387.00 cm-1, 2970.38 cm -1, 1465.90 cm -1, 1720.50 cm-1, dan 1195.87 cm-1. Pita serapan pada bilangan gelombang 3387.00 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus hidroksi (OH) yang diperkuat dengan adanya vibrasi ulur ikatan C-O pada bilangan gelombang 1195.87 cm -1. Kedua serapan tersebut mengindikasikan adanya gugus hidroksi (OH) yang terikat pada atom karbon. Seharusnya gugus OH tidak muncul pada spektrum IR, hal ini dikarenakan produk yang diharapkan adalah ester. Namun, pada kenyataannya gugus OH muncul di spektrum IR. Hal ini mungkin disebabkan oleh masih adanya sisa asam yang tertinggal. Munculnya vibrasi ulur C-H alifatik pada 2970.3 cm -1 memberi petunjuk kemungkinan adanya gugus metil (CH 3). Data ini diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk C-H pada bilangan gelombang 1465.90 cm -1 yang merupakan C-H alkena. Pita serapan pada bilangan gelombang 1720.50 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi ulur C=O karbonil. Berdasarkan data IR, maka senyawa ini diindikasikan sebagai suatu ester. Prosiding KIMIA FMIPA - ITS III. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa reaksi esterifikasi asam akrilat maupun reaksi asam akrilat dengan ion etoksi, kedua reaksi tersebut terjadi pada C=O karbonil UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs. Agus Wahyudi, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan, motivasi, dan nasehatnya; Bapak Supaya dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada atas bantuan analisa menggunakan KG-SM dan Spektrofotometer Inframerah dan semua pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Daftar Pustaka Bunning, Donald L., William, Etzkorn G., and Jonathan, Kurland J. 1991. “Process For Producing Acrylic Ester”. US Patent No. 4,999,452. Li Lin, Qian Shi, Ching-Yuan Su, Charles C.-Y. Shih and Kuo-Hsiung Lee. 2006. “Antitumor agents 247. New 4ethoxycarbonylethyl curcumin analogs as potential antiandrogenic agents”. Bioorganic & Medicinal Chemistry 14: 2527–2534. Michael, Amolins W., Peterson, Laura B., Blagg, Brian S.J. 2008. “Synthesis and evaluation of electron-rich curcumin analogues”. Bioorganic & Medicinal Chemistry 17: 360– 367