I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri telekomunikasi khususnya operator telekomunikasi, baik telepon tetap maupun selular, merupakan salah satu industri yang dapat bertahan dan bahkan tetap tumbuh dalam krisis ekonomi yang dialami Indonesia. Namun yang paling menonjol adalah pertumbuhan di sektor selular khususnya operator berbasis teknologi GSM (Global System of Mobile) seperti Telkomsel, Satelindo, IM3 dan Excelcomindo. Gambar 1 menyajikan persentase pertumbuhan pelanggan selular di Indonesia. Pelanggan Seluler Indonesia Pertumbuhan 120% Persentase 100% 108.4% 89.6% 81.6% 80% 69.6% 60% 65.2% 45.9% 40% 30% 20% -0.2% 0% -20% 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Gambar 1. Pertumbuhan pelanggan selular Indonesia (Diolah dari berbagai sumber) Sangat menarik bahwa pertumbuhan pelanggan hanya turun pada tahun 1998 yang merupakan puncak krisis ekonomi. Selanjutnya pertumbuhan bahkan melonjak sangat pesat sampai mencapai lebih dari 100 persen dan baru mulai turun akhir-akhir ini pada tahun 2003 dan 2004. Fenomena yang menarik lainnya adalah pertumbuhan jumlah pelanggan selular menyusul jumlah pelanggan telepon tetap (fixed line). Hal ini 1 wajar karena telepon tetap umumnya merupakan telepon bersama sehingga untuk satu rumah atau kantor jumlah sambungan telepon hanya satu. Berbeda dengan telepon selular yang lebih merupakan telepon pribadi. Setiap orang ingin memiliki setidaknya satu nomor dan banyak kasus bahkan memiliki beberapa nomor. Jadi permintaan dari telepon tetap didasarkan pada jumlah rumah tangga atau lokasi perkantoran sedangkan permintaan telepon selular lebih berkaitan erat dengan jumlah penduduk. Faktor lain yang mendorong pertumbuhan telepon selular adalah kemudahan pembangunan jaringan dimana infrastruktur radio yang dipergunakan dapat digunakan untuk beberapa pelanggan (sharing). Hal ini berbeda dengan telepon tetap yang memanfaatkan teknologi kabel, dimana satu kabel hanya dapat digunakan oleh satu pelanggan. Dalam diagram di bawah ini tampak bahwa secara perlahan jumlah pelanggan selular bertambah secara signifikan dan pada tahun 2002 mulai menyusul jumlah pelanggan telepon tetap. Tahun 2003 akhir pelanggan selular berjumlah sekitar 20 juta sementara telepon tetap hanya sekitar 8 juta pelanggan (Gambar 2). 2 Perbandingan jumlah pelanggan 20,000 Pelanggan (dalam ribuan) 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 1997 1998 1999 2000 Tetap Gambar 2. 2001 2002 2003 Selular Perbandingan jumlah pelanggan telpon tetap dan selular (Diolah dari berbagai sumber) Berdasarkan proyeksi dari Dirjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika tahun 2003, pertumbuhan ini tampaknya masih berkelanjutan. Penetrasi telepon yang dihitung berdasarkan jumlah telepon per 100 penduduk untuk telepon tetap diperkirakan baru menembus angka 10 persen sekitar tahun 2013. Sementara pada tahun 2004 penetrasi telepon selular sudah mencapai 10 persen dan tumbuh terus dengan sangat pesat. Proyeksi Telematika Indonesia* Tabel 1. Pelanggan Proyeksi Pelanggan Telematika Indonesia Sambungan Tetap Sambungan Telepon bergerak Akhir Tahun Kapasitas Penetrasi Pelanggan (Kapasitas Terpakai) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 8.074.630 8.726.066 9.508.520 10.454.115 11.594.976 12.963.259 14.591.029 16.510.494 18.753.716 21.352.879 24.340.042 27.747.373 31.607.041 3,7 3,9 4,2 4,6 5,0 5,5 6,1 6,9 7,7 8,7 9,8 11,0 12,4 17.349.354 22.667.678 27.985.809 33.303.941 38.622.073 43.940.204 49.258.336 54.576.467 59.894.599 65.212.730 70.530.862 75.848.993 81.167.125 Internet Multimedia* Penetrasi Pelanggan (juta) Pelanggan (juta) 7,92 10,20 12,43 14,59 16,70 18,76 20,76 22,71 24,62 26,48 28,29 30,06 31,79 1,511 2,228 3,171 4,371 5,863 7,680 9,853 12,417 15,403 18,847 22,779 27,233 32,243 1,281 1,914 2,648 3,637 4,866 6,363 8,153 10,265 12,725 15,562 18,801 22,471 26,598 sumber: *Demand Projection Dirjen Postel Sumber : Demand Projection Dirjen Postel tahun 2003 Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah dominasi kuat dari operator GSM. Secara bersama-sama mereka menguasai lebih dari 98 persen pangsa pasar. 3 Konsolidasi industri yang terjadi baru-baru ini, dimana grup Indosat menggabungkan IM3 dan Satelindo dibawah satu manajemen serta akuisisi Telkomsel oleh PT Telkom mengarah pada praktek oligopoli secara alamiah. Para operator kecil yang secara bersama-sama hanya menguasai kurang dari 7 persen pelanggan akan sangat sulit untuk menyaingi operator besar. Indosat 29% Excelkomindo 13% Telkom - Flexi 4% Mobile-8 - Fren 2% Other 3% Indosat - StarOne 0% Bakrie Telecom - Esia 1% Telkomsel 51% Gambar 3. Pangsa pasar operator Selular Indonesia Mei 2005 (Diolah dari berbagai sumber) Gambar 3 menggambarkan pangsa pasar operator selular. Tampak bahwa tiga operator besar GSM, yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelkomindo mengambil 93 persen pangsa pasar. Sementara Telkom Flexi yang menggunakan CDMA mengambil 4 persen. Operator lain seperti Mobile-8, Bakrie Telecom dan Indosat-StarOne yang juga menggunakan teknologi CDMA membagi 3 persen sisa pangsa pasar. 4 Tabel 2. Ekshibit laporan keuangan Telkomsel Sumber: harian Kompas 26 Mei 2004 5 Untuk melihat mengapa industri ini sangat menarik akan dilihat salah satu operator dominan, yaitu Telkomsel. Dalam ekshibit laporan keuangan yang ditampilkan di harian Kompas yang cuplikannya tersaji pada tabel 2, tampak bahwa EBITDA margin yang dicapai Telkomsel sangat tinggi. Sampai akhir 2003, EBITDA marginnya berkisar di sekitar 70 persen. Angka ini tentu saja sangat menarik bagi para investor karena menunjukkan kinerja yang sangat jauh diatas rata-rata industri lain. Telkomsel bukan perusahaan publik, namun merupakan bagian dari PT Telkom yang sudah go public di Indonesia dan bursa efek New York. Tentu saja kinerja Telkomsel ini ikut menaikkan valuasi PT Telkom selain menyumbangkan kontribusi revenue yang signifikan. Aspek lain yang menarik adalah tingginya current ratio (mendekati 100 persen) yang menunjukkan bahwa perusahaan sangat likuid. Memang selama ini ekspansi jaringan Telkomsel dilakukan terutama dari cash flow internal dan kontribusi dari pinjaman tidak signifikan. Namun jika diperlukan ekspansi yang lebih besar, maka sangat mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan pinjaman karena kinerjanya sangat baik. Selain itu current ratio yang tinggi juga memberikan fleksibilitas yang sangat besar bagi perusahaan jika kompetisi di industri mengarah pada perang harga (price war). Margin yang tinggi dipadukan dengan kemampuan finansial dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi tekanan untuk menurunkan tarif dan bertahan dalam kondisi ini. 6 Esia adalah brand produk telepon berbasis teknologi CDMA yang diluncurkan oleh PT Bakrie Telecom sejak September 2003. Produk ini terdiri dari dua jenis layanan, yaitu : a) Telepon tetap Produk telepon tetap ditujukan untuk konsumen yang membutuhkan telepon di rumah atau kantor. Dahulu hanya ada PT Telkom yang melayani sambungan ini dengan menggunakan kabel (wireline). Teknologi CDMA memungkinkan infrastruktur ini dipergunakan untuk melayani telepon tetap dan bahkan PT Telkom juga meluncurkan brand Telkom Flexi untuk menyediakan layanan ini. b) Ponsel (telepon selular) Infrastruktur selular CDMA memang dirancang untuk melayani pelanggan telepon bergerak. Terminal yang digunakan pelanggan adalah ponsel dengan berbagai model dan merek yang tersedia bebas di pasar. Contoh dari terminal CDMA terdapat dalam lampiran 1. 7 1.2. Rumusan masalah Dari uraian dalam latar belakang di atas, para operator selular berbasis GSM menikmati pertumbuhan yang sangat pesat. Ini tidak hanya terjadi untuk brand yang lama tapi juga untuk brand yang baru seperti Kartu As dan Jempol. Namun pada saat yang sama, pertumbuhan pesat ini tidak dialami oleh operator berbasis CDMA. Karena itu perlu dianalisa apakah memang operator CDMA dipersepsikan secara berbeda oleh konsumen. Selain itu Esia sebagai pemain baru dalam industri selular menghadapi posisi yang sulit. Berdasarkan aturan, Esia tidak dapat menerapkan airtime sehingga otomatis tarif pulsanya lebih murah dari operator selular yang dapat menerapkan airtime. Di lain pihak akibat kompetisi yang keras, maka para operator berlomba untuk menawarkan tarif yang murah. Perlu dianalisa apakah strategi tarif murah ini sustainable untuk Esia. 8 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi apakah strategi tarif murah yang telah diputuskan Esia selama ini adalah strategi yang tepat. Untuk mencapai tujuan umum tersebut maka penelitian ini secara rinci bertujuan untuk : 1. Analisa atribut yang menentukan pilihan pelanggan dalam membeli dan menggunakan layanan selular. 2. Analisa kemampuan finansial dari Esia yang terkait dengan strategi tarif murah dibandingkan dengan operator lain. 3. Merumuskan usulan peningkatan efektivitas strategi Esia terutama dikaitkan dengan akuisisi pelanggan baru. 9