BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri adalah yakin pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Rasa percaya diri bisa berasal dari diri sendiri maupun motivasi dari lingkungan sekitar. Menurut Mustari (2014:51) percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan. Lauster (2006:15) mengemukakan sepuluh langkah untuk menjadi percaya diri: a. Sebagai langkah pertama carilah sebab-sebab Saudara merasa rendah diri. Sekali Saudara mengetahui sebab-sebab itu maka Saudara sudah mendapat prasyarat yang sangat penting untuk suatu perbaikan kepercayaan diri sendiri yang direncanakan. b. Atasi kelemahan Saudara. Hal yang penting adalah Saudara harus memiliki kemauan yang kuat. Karena hanya dengan begitu Saudara akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya. c. Cobalah kembangkan bakat dan kemampuan Saudara lebih jauh. Dengan begitu Saudara mengadakan kompensasi bagi kelemahan Saudara, sehingga kelemahan itu tidak penting lagi bagi Saudara. 7 Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 8 d. Bahagialah dengan keberhasilan Saudara dalam suatu bidang tertentu dan janganlah ragu-ragu untuk bangga atasnya. Perkiraan Saudara sendiri atas keberhasilan Saudara adalah lebih penting untuk kesadaran sendiri dibandingkan dengan pendapat orang lain. e. Bebaskan diri Saudara dari pendapat orang lain. Janganlah berbuat berlawanan dengan keyakinan Saudara sendiri. Hanya dengan begitu Saudara akan merasa merdeka dalam diri sendiri dan yakin. f. Jika misalnya Saudara tidak puas dengan pekerjaan Saudara tapi tida melihat sesuatu kemungkinanpun untuk memperbaiki dir sendiri Saudara, maka kembangkanlah bakat-bakat Saudara memalui sesuatu hobby. Dengan begitu Saudara dapat mengkompensasikan kekecewaan dan dapat menjaga diri dari ketidakyakinan atas diri sendiri. g. Jika Saudara diminta untuk melakukan pekerjaan yang sukar, cobalah melakukan pekerjaan tersebut dengan rasa optimis. Jika anda takut melakukan tugas itu, maka di masa depan Saudara akan kurang percaya pada kemampuan Saudara sendiri dan akhirnya gagal dalam tugas yang tak begitu sulit. h. Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita Saudara, maka akan semakin sulit bagi Saudara untuk memenuhi tuntutan yang tinggi itu. i. Jangan terlalu sering membandingkan diri Saudara dengan orang lain. Ada banyak hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh orang lain Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 9 dibanding dengan Saudara. Jika Saudara terus menerus membandingkan diri Saudara dengan orang lain maka ada kemungkinan Saudara akan kecewa dengan diri Saudara sendiri. Dan ini tidak baik bagi harga diri Saudara sendiri. j. Janganlah mengambil sebagai motto ungkapan yang berbunyi, “apapun juga yang dilakukan dengan baik oleh orang lain sayapun harus dapat melakukannya”, karena tak seorangpun dapat mempunyai hasil yang sama dalam tiap bidang. Berdasarkan sepuluh langkah percaya diri yang dikemukakan oleh Lauster, untuk mengatasi rasa rendah diri adalah dengan mencari penyebab perasaan tersebut. Melihat dan mendengarkan orang lain tidak selamanya baik untuk membangkitkan rasa percaya diri, karena dapat menimbulkan pikiran membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rasa percaya diri harus dimunculkan dengan penuh keyakinan untuk merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Indikator percaya diri merupakan suatu hasil yang nampak pada diri seseorang. Apabila siswa berani melakukan suatu aktivitas dan kelihatannya ia tidak ragu memilih dan membuat apa yang harus dibuatnya. Berikut adalah beberapa indikator percaya diri menurut pendapat Mustari (2014:53-57) yaitu: a. Memiliki keyakinan Percaya diri berarti keyakina pada diri. Untuk memiliki keyakinan pada siswa diperlukan keberanian, kemampuan untuk mengambil Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 10 resiko, kesediaan untuk menerima penderitaan dan kekecewaan atau tindakan yang dilakukannya. b. Persamaan kesempatan Setiap siswa memiliki potensi yang memadai untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. c. Menghilangkan inferioritas (menghilangkan rasa minder/rasa rendah diri) Siswa memiliki kemampuan bersosialisasi, misalnya menjalin keakraban dengan teman tanpa merasa minder atau tidak percaya diri dengan keadaan dirinya. 2. Prestasi Belajar Arifin (2011 : 12) mengemukakan kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”, Prestasi belajar pada umumnya berkenaan pada aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuanya masing-masing. Selain itu Harahap dalam Hamdani (2011 : 138) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Lebih lanjut Sudjana (2010) mengatakan bahwahasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 11 menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa (formatif), nilai ulangan semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai suatu usahayang telah dilakukan, prestasi juga dapat disimbolkan atau dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar yang dapat sebagai alat ukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa yang telah dicapai dalam suatu pembelajaran. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom (Sudjana, 2010:22) yang secara garis besar dibagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. a. Ranah kognitif Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognitif imeliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 12 pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). 1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumusrumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2) Pemahaman (comprehention) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri. 3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori-teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. 4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. 5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian-bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. 6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 13 terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada. b. Ranah Afektif Kratwohl (Purwanto, 2011) membagi belajar afektif menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan (merespon rangsangan), partisipasi, penilaian (menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang dipelajari), dan internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai-nilai yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku. c. Ranah Psikomotorik Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasi belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpson (Purwanto, 2011) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu, persepsi (membedakan gejala), kesiapan (menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencpai kebiasaan), Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 14 gerakan kompleks (melakukan serang serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli). Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dalyono (2010) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi: 1) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani kurang baik dapat menganggu atau mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula. 2) Intelegensi dan bakat Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ- nya tinggi) umumnya mudah belajar dan Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 15 hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses. 3) Minat dan motivasi Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar. Minat belajar ynag besar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan memperoleh hasil belajar yang rendah. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar. Minat dan motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang menyampaikan materi dengan metode dan cara yang inovatif akan mempengaruhi juga minat dan motivasi siswanya. Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 16 4) Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak motoriknya misalnya dengan cara berjalan-jalan dan mengalami langsung aktivitas belajarnya. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi: 1) Keluarga Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antara anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar. 2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilanbelajar. Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan fasilitas di Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 17 sekolah,keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pengajaran guru yang inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar dengan model koopertif misalnya, dengan siswa belajar secara kelompok dapat merangsang siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pun dapat mengaktifkan keterampilan proses yang dimiliki oleh anak. 3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar tempat tinggal siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, akan mendorong siswa lebih giat lagi dalam belajar. Tetapi jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak anak-anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang. 4) Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Bila rumah berada pada daerah padat penduduk dan keadaan lalu lintas yang membisingkan, banyak suara orang yang hiruk pikuk, suara mesin dari pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, akan mempengaruhi Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 18 gairah siswa dalam belajar. Tempat yang sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas metode pengajaran yang terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke dalam faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang inovatif akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang terdapat di lingkungan sekitar masyarakat. Ilmu sosial terdiri dari sejumlah pelajaran yang terpadu sepertii antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah Social Studies dalam kurikulum sekolah di negara lain. Menurut Nursid Sumaatmaja dalam Sapriya (2006), studi sosial (social studies) berbeda dengan ilmu-ilmu sosial. Studi sosial bukan Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 19 merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Sapriya dalam Susanto (2014) mengemukakan pengertian IPS di tingkat persekolahan memiliki perbedaan makna antara IPS untuk Sekolah Dasar, IPS untuk Sekolah Menengah Pertama, dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas. Pada jenjang Sekolah Dasar, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu, artinya materi pembelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah, melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berfikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Djahiri dalam Sapriya (2006), mengemukakan bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabangcabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Zuraik dalam Susanto (2014) menjelaskan hakikat IPS adalah harapan untuk membina suatu masyarakat yang lebih baik dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 20 b. Tujuan IPS Susanto (2014) menyatakan bahwa pada tingkat sekolah dasar, IPS bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial, serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi daalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Pelajaran IPS terkait erat dengan pelajaran IPS. Kedua pembelajaran ini fokus pada pembentukan karakter siswa. Hasan dalam Susanto (2014) mengemukakan tiga kategori tujuan pendidikan ilmu sosial. 1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengomunikasikan hasil temuan. 2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. Tujuannya mengembangkan kemampuan Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 21 partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga, mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku di masyarakat. 3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi. Susanto (2014) menambahkan, secara garis besar, pendidikan IPS di sekolah dasar dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yang memiliki tujuan berbeda, yaitu: 1) Pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai (value education), yakni: a) Mendidik nilai-nilai yang baik, yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat. b) Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; c) Nilai-nilai inti atau nilai utama (care value), seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis. 2) Pendidikan IPS sebagai pendidikan multikultural (multicultural education), yaitu: Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 22 a) Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar; b) Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa; c) Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas. 3) Pendidikan IPS sebagai pendidikan global (global education), yakni: a) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan perbedaan di dunia; b) Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa; c) Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan komunkasi antar bangsa di dunia; d) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan. c. Materi IPS Berdasarkan KTSP materi yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu : SK : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa HinduBudha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia KD : 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 23 Indikator : 1.5.1 Menyebutkan jenis-jenis usaha perekonomian dalam masyarakat Indonesia 1.5.2 Memberi contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok 1.5.3 Memberikan contoh cara menghargai kegiatan orang dalam usaha 1.5.4 Memberi contoh kegiata produksi, distrbusi, dan konsumsi di Indonesia 4. Lecture Bingo Strategi Lecture Bingo merupakan pengembangan dari pemainan bingo yang diaplikasikan ke dalam pembelajaran. Prosedur Permainan Lecture Bingo (Silberman, 2006:50-51) a. Ciptakan suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dengan sekitar 9 poin kunci b. Kembangkan satu kartu Bingo yang berisi poin-poin pokok ini dalam satu kisi-kisi 3x3. Tempatkan sebuah poin berbeda pada tiap-tiap dari kotak ini. Jika anda mempunyai lebih sedikit dari 9 poin pokok, maka biarkan beberapa kotak kosong. c. Buatlah beberapa kartu Bingo tambahan dengan poin-poin kunci yang sama, namun tempatkan poin-poin itu dalam kotak-kotak yang berbeda. Hasilnya seharusnya bahwa beberapa, jika ada, kartu-kartu Bingo itu sama. d. Bagikan kartu-kartu Bingo kepada para siswa. Juga, beri siswa dengan sebuah garis (strip) dari 9 titik berwarna yang menentukan (sticking) sendiri (kira-kira separuh atau tiga perempat inci diameter). Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 24 Perintahkan para siswa bahwa ketika presentasi anda mulai dari poin ke poin, maka siswa hendaknya menempatkan sebuah titik pada kartukartu tersebut untuk tiap poin yang anda diskusikan. e. Ketika siswa mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau diagonal dalam suatu lajur, maka siswa berteriak “Bingo!” f. Selesaikan/sempurnakan pelajaran yang disampaikan dengan kuliah tersebut. Suruhlah siswa untuk mendapatkan Bingo sebanyak yang siswa bisa. Variasi permainan Bingo dalam penelitian ini dibuat dengan cara berkelompok. Lembar Bingo yang telah berisi poin-poin jawaban akan ditempel di papan tulis. Setiap kelompok memegang kartu Bingo yang akan ditempelkan pada lembar Bingo ketika perwakilan kelompok siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Kelompok yang salah menjawab pertanyaan, akan kehilangan satu kesempatan untuk menempelkan kartu Bingo pada lembar Bingo di papan tulis. B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Mawati Sholikhah (2013) mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya yang berjudul Pengaruh Permainan Bingo dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto didapatkan hasil post-test yang dianalisis dengan uji-t satu pihak. Berdasarkan hasil analisis uji-t dua pihak diperoleh thitung> ttabel yaitu 5,165 > 1,67 maka hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 25 siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.Respon siswa terhadap penerapan permainan bingo dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara keseluruhan adalah positif dengan rata-rata 87,61% dan termasuk kriteria respon sangat baik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh K. Jason Crandall (2015) yang berjudul “Functional Performance in Older Adults after a Combination Multicomponent Exercise Program and Bingo Game” menyimpulkan bahwa “using paired-sample t-tests, significant improvements were found in all FPmeasures, but not in BW or BMI (p ˂ .05). The low-cost, sustainability, and ease ofimplementation suggest BingocizeTM may be a novel and enjoyable alternative to traditionalolderadult group exercise interventions. Our results should be interpreted with caution due to thelack of a control group and small sample size. Future research could examine changes inactivities of daily living, quality of life, and other measures of functional fitness in this and otherpopulations”. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Weisskirch (2009) dengan judul “Playing Bingo to Review Fundamental Concepts inAdvanced Courses” menyimpulkan bahwa “Students reported animprovement of their perceived knowledge of developmental theories and for each of the theories reviewed.Thy rated the exercise as academically challenging, helpful to learn concepts, and not a waste of time.Students who reported being able to explain the theories toothers at the conclusion of the exercise had higher test scores”. Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 26 Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dan sumber bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model permainan bingo. Permainan bingo yang digunakan untuk penelitian pada pembelajaran IPS dan diharapkan dapat meningkatkan percaya diri serta prestasi belajar IPS siswa. C. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran yang menyenangkan secara tidak langsung akan membuat siswa aktif dan meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk maju. Rasa percaya diri sangat penting dalam proses pembelajaran, karena akan berpengaruh pada keaktifan dan prestasi belajar siswa di kelas. Penerapan strategi Lecture Bingo diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa. Dengan strategi Lecture Bingo siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dengan aktif di kelas. Berikut bagan kerangka berpikir dari pelaksanaan tindakan kelas ini, adalah sebagai berikut: Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017 27 Kondisi Awal 1. Rasa Percaya diri dan prestasi belajar IPS rendah 2. Guru belum menggunakan metode/model pembelajaran yang bervariasi Tindakan Menggunakan metode Lecture Binggo dalam pembelajaran IPS Siklus I Siklus II Kondisi Akhir Rasa percaya diri dan prestasi belajar IPS meningkat dengan strategiLecture Bingo Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peningkatan Rasa Percaya Diri..., Shofi Satriani, FKIP UMP, 2017