Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan Pada

advertisement
PENDAHULUAN
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan lazim diindikasikan
dengan PBV ( price to book value). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya
atas prospek perusahaan kedepan. Dari sudut pandang investor, salah satu
indikator penting untuk melihat prospek perusahaan dimasa yang akan datang
adalah melalui kinerja perusahaan yaitu dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Menurut Weston and Copeland (1995) sebagaimana
dikutip oleh Cahyani (2012), mengemukakan bahwa profitabilitas adalah
efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
atau
investasi
perusahaan.
Peningkatan
profitabilitas
perusahaan
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan dan itu tergantung dari, bagaimana persepsi
investor terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Persepsi investor dalam
menanggapi profitabilitas akan mempengaruhi harga saham sekaligus nilai dari
perusahaan tersebut.
Perhatian
investor
sering
terpusat
pada
informasi
laba
tanpa
memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba
tersebut (Beattie et al., 1994) dalam Mila dan Supatmi (2012). Kecenderungan
lebih memperhatikan laba inilah yang menjadi dasar oleh manajemen dan
mendorong manajer untuk melakukan praktek manajemen laba. Teori keagenan
(agency theory) dapat menjelaskan timbulnya praktek manajemen laba. Sebagai
agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
1
kemakmuran para pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat
kepentingan yang berbeda didalam perusahaan antara
agent dan principal,
dimana kedua belah pihak berusaha untuk mencapai serta mempertahankan
tingkat kemakmuran yang diinginkan.
Menurut Widyaningdyah (2001) para manajer memiliki fleksibilitas untuk
memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi
yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen
perusahaan untuk mengelola laba atau melakukan earnings management guna
meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Oleh karena itu, perusahaan
besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba
dibandingkan perusahaan yang kecil, karena salah satu alasan utamanya adalah
perusahaan
besar
harus
mampu
memenuhi ekspektasi dari investor atau
pemegang sahamnya.
Menurut Watts dan Zimermen (1985) sebagaimana dikutip oleh Yangs
(2011), menyatakan bahwa jika perusahaan sensitif terhadap variasi ukuran
perusahaan, perusahaan lebih besar menyukai prosedur (metode) yang dapat
menunda pelaporan laba. Menurut penelitian Sudarma (2003) dalam Sulistiono
(2010) bahwa ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap
nilai perusahaan antara lain: Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat
hubungan manajemen laba (discretionary accruals) dengan kinerja perusahaan
2
(Tobin’s Q). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa manajemen laba
(discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan (cash flow return on assets). Fernandes dan Ferreira (2007) mengatakan
bahwa ada hubungan manajemen (discretionary accruals) dengan nilai
perusahaan (Tobin’s Q). Herawaty (2008) menemukan bahwa earnings
management (discretionary accruals) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q). Megawati (2009) menemukan bahwa manajemen laba
(discretionary accruals) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).
Berdasarkan ketidakkonsistenan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini
menguji kembali pengaruh praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Herawaty (2008) menunjukkan
earnings management (discretionary accruals) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q), ukuran perusahaan (natural logaritma nilai pasar ekuitas
perusahaan pada akhir tahun) berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan
(Tobin’s Q). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Pengukuran nilai perusahaan di ukur dengan pendekatan kinerja pasar (PBV), dan
juga diukur dengan menggunakan pendekatan kinerja keuangan yaitu rasio
profitabilitas dengan proksi ROE (Return On Equity). Alasan menggunakan PBV
yaitu, Pertama: karena nilai buku yang disediakan relatif stabil sehingga bisa
dibandingkan dengan nilai pasar. Kedua: karena konsisten terhadap standar
akuntansi antar perusahaan sehingga PBV bisa digunakan untuk membandingkan
antar perusahaan. Ketiga: karena perusahaan yang mempunyai laba negatif bisa
menggunakan PBV ratio (Persson dan Stahlberg, 2006) dalam Ardiansyah (2009).
3
Sedangkan pertimbangan utama menggunakan ROE adalah karena ROE
merupakan turunan dari ROI sehingga lebih menggambarkan profitabilitas
(Suharly,
2004)
dan
ROE
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang
dimiliki perusahaan. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini juga
berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu tahun 2011-2012. Alasan
menggunakan perusahaan manufaktur adalah
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris tentang pengaruh
praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI tahun 2011-2012. Alasan menggunakan perusahaan
manufaktur yaitu, pertama: adanya kasus manajemen laba yang dilakukan di
perusahaan manufaktur yaitu PT. Kimia Farma Tbk tahun 2001 (Kompas, 21
November 2002). Kedua: jumlah sampel yang sangat bervariasi karena berasal
dari berbagai sektor industri.
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai pertimbangan
bagi perusahaan dalam mengambil keputusan agar dapat memaksimalkan nilai
perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Selanjutnya sebagai bahan
pertimbangan investor dalam menanamkan modal dalam suatu perusahaan serta
sebagai masukan bagi pemakai laporan keuangan dan manajemen dalam
memahami praktek manajemen laba.
4
TELAAH TEORITIS
Teori Keagenan (Agency Teory)
Darwis (2012) mengatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan
modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara
khusus, tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham.
Manajemen bertindak untuk kepentingannya sendiri daripada kepentingan
pemegang sahamnya (Van Horne dan Wachowicz, 2005:7). Pemegang saham
mempercayakan perusahaan untuk dikelola oleh manajemen (agen) yang
bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Padahal, sering terjadi konflik
antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik tersebut muncul karena
adanya
perbedaan
kepentingan
antara
kepentingan
manajemen
dengan
kepentingan pemegang saham. Pada dasarnya perusahaan didirikan untuk
mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Karena adanya tujuan yang
berbeda maka pihak manajemen sering melakukan praktek manajemen laba.
Tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh manajer terkait dengan kepentingannya. Dengan
demikian, melalui manajemen laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan
semakin terlihat baik, dalam kaitannya dengan tujuan melakukan manajemen laba
adalah untuk memperbaiki laporan keuangan perusahaan yang berbeda dengan
5
kondisi yang sebenarnya. Tindakan praktek manajemen laba yang dilakukan pihak
manajemen akan menggambarkan kinerja perusahaan tampak lebih baik yang
tercermin dari laba yang dihasilkan maupun harga saham perusahaan.
Nilai Perusahaan
Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual
perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan
tercermin dari harga pasar sahamnya. Usunariyah (2003:54) dalam Umi, Gatot
dan Ria (2012) bahwa nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawarmenawar
saham.
Apabila
perusahaan
diperkirakan
sebagai
perusahaan
mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka kinerja pasarnya
meningkat yang tercermin dari nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila
perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah.
Perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang
tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi
harga saham perusahaan dipasar, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan
nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi.
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang
6
dimiliki (Helfert, 1996) dalam Nuswandari (2009). Kinerja perusahaan yang baik
akan menggambarkan kemakmuran pemegang saham semakin meningkat. Kinerja
perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan memiliki tipikal dihubungkan
dengan profitabilitas. Strategi perusahaan dalam perspektif keuangan secara
jangka panjang akan mempengaruhi nilai pemegang saham. Profitabilitas adalah
hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan
(Brigrham & Houston, 2009) dalam Prasetyorini (2013). Profitabilitas
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat
diukur dari berbagai rasio salah satunya menggunakan proksi ROE. Pertimbangan
utama karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan
hasil yang lebih mengambarkan profitabilitas (Suharli, 2004).
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
setelah pajak dengan menggunkan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini penting bagi pihak pemegang saham yaitu untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal
sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Naiknya rasio ROE
dari tahun ketahun pada perusahaan berarti terjadi kenaikan laba bersih dalam
perusahaan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai
perusahaan juga naik, karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan akan diikuti
harga saham pasar perusahaan (PBV) naik yang berarti juga menaikkan nilai
perusahaan.
7
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam
proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi (Schipper, 1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Sedangkan
menurut Healy dan Wahlen (2000:368) dalam herawaty (2008) didefinisikan
sebagai berikut: earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan
judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan
sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Menurut (Scott, 2000) terdapat beberapa pola dalam manajemen laba,
yaitu: Pertama, Taking a Bath yang dimana pola ini terjadi pada saat
pengangkatan CEO baru dengan cara melaporkan kerugian dalam jumlah besar
yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang. Kedua,
Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada masa mendatang diperkirakan
turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Ketiga,
Income Maximization dilakukan pada saat laba menurun bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
Keempat, Income Smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba
yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Scott (2000: 302) dalam Rahmawati dkk (2006) mengemukakan beberapa
terjadinya motivasi manajemen laba yaitu: pertama, Bonus Purposes: Manajer
8
yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat
ini (Healy, 1985) dalam Rahmawati dkk (2006). Kedua, Political Motivations:
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat. Ketiga, Taxation Motivation: Motivasi penghematan
pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode
akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan.
Keempat, Pergantian CEO: CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung
menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan. Kelima, Initial Public Offering (IPO): Perusahaan yang akan go
public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang
akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan
harga saham perusahaan. Keenam, Pentingnya Memberi Informasi Kepada
Investor: Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Manajemen laba dapat terjadi karena dalam penyusunan laporan keuangan
menggunakan basis akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur
akrual,
deferral,
pendapatan,
biaya,
pengalokasian
keuntungan
yang
bertujuan
(gains),
9
dan
untuk
kerugian
menghubungkan
(losses)
untuk
menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum
diterima dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Manajamen laba diproksikan
dengan menggunakan discretionary accruals (DA). Menurut Healy (1985) dan De
Angelo (1986) yang dikutip dalam Gumanti (2001) konsep model akrual memiliki
dua komponen, yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals.
Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan
direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion) manajerial, sementara non
discretionary accruals merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan
direkayasa sesuai dengan kebijakan manajer perusahaan. Manajer akan
melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual-akrual tersebut untuk
mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Dengan adanya pelaporan laporan
keuangan yang tidak sebenarnya karena manajer ingin menunjukkan kinerja yang
baik kepada pemilik sehingga manajer dapat memanipulasi hasil laporan
keuangan dan adanya hubungan yang asimetri antara pemilik dengan pengelola
perusahaan artinya pemilik hanya ingin mendapatkan deviden yang besar atas
investasi yang dilakukan sementara manajer menginginkan kinerja yang baik agar
manajer mendapatkan sesuatu yang lebih misalnya bonus atas kinerja yang baik
yang telah dilakukannya. Dengan kinerja manajemen yang lebih baik akan
menghasilkan laba bersih yang lebih besar dalam laporan keuangan, maka pasar
akan merespon positif yang mengakibatkan nilai perusahaan yang tercermin dari
harga saham pasar perusahaan akan meningkat.
10
Manajemen laba dan Nilai Perusahaan
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik
sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan
merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan. Menurut Ali (2002) dalam Herawaty (2008) bahwa
laporan keuangan tersebut penting bagi pihak ekternal perusahaan karena
kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.
Menurut Healy dan Wahlen (1999) sebagaimana dikutip oleh Hutagaol
(2008), manajemen laba adalah bagaimana upaya-upaya manajemen dalam
menggunakan pertimbangannya (judgement) dalam menyusun laporan keuangan,
sehingga dapat menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja perusahaan atau
dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan
berdasarkan
angka-angka
laporan
keuangan.
Dalam
proses
pencapaian
memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham yang dalam hal ini sebagai pemilik perusahaan,
yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi
pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Tercapainya target laba dianggap
manajer memiliki kinerja yang baik sehingga ada kesempatan
mendapatkan
kompensasi atau bonus. Kinerja perusahaan yang baik akan terefleksi dari laba
bersih yang dihasilkan perusahaan yang menunjukkan ROE yang semakin
meningkat. Laba bersih perusahaan yang semakin meningkat, akan memberikan
11
sinyal yang positif terhadap terhadap investor. Investor akan merespon positif dan
tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga harga saham pasar
perusahaan (PBV) akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan
telah banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para peneliti menemukan hasil yang
berbeda. Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan manajemen
laba (discretionary accruals) dengan kinerja perusahaan (Tobin’s Q) di BEJ LQ
45 tahun 2001-2002. Temuan ini menjelaskan bahwa manajemen laba yang
dilakukan oleh manajemen nilainya relatif kecil jika dibandingkan nilai
kinerja secara keseluruhan. Fernandes dan Ferreira (2007) meneliti lebih dari
24.000 perusahaan di 43 negara selama periode 1990-2003. Temuan ini
menjelaskan bahwa terdapat hubungan manajemen laba dengan nilai perusahaan
untuk peluang investasi dan kebutuhan keuangan eksternal.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa manajemen laba
(discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan (cash flow return on assets) di BEJ periode 2001-2004. Temuan ini
menjelaskan lemahnya pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa cash flow return
on assets merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori
cash flow measures yang dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap suatu transaksi. Cash flow menunjukkan hasil
yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban
yang bersifat tunai yang benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
12
Megawati (2009) manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (PBV) di Jakarta Islamic Index tahun 2005-2007.
Temuan ini menjelaskan walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar
saham namun investor atau pasar saham mengabaikan adanya rekayasa laba
tersebut. Herawaty (2008) menemukan earnings management (DA) berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan BEI periode 2004-2006. Temuan ini
menjelaskan manajemen laba bukan sebagai strategi perusahaan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka
hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1a: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan ROE
H1b: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan PBV
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
menerbitkan laporan keuangan tahunan (annually report) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2012. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah nonprobabilistic sampling yaitu pengambilan sampel yang
bersifat secara tidak acak, dimana sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu. Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel dalam penelitian ini
13
adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan mempertimbangkan karakteristik tertentu.
Adapun sampel yang diambil adalah perusahaan yang termasuk dalam
kriteria sebagai berikut :
a.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2012
b.
Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan (Annually Report) yang sudah diaudit pada tahun 2011- 2012.
c.
Ketersedian data untuk setiap variabel yang diteliti
Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data sekunder berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010-2012.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) dan Website Bursa Efek Indonesia, yaitu:
http://www.idx.co.id.
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang
diukur melalui discretionary accrual (DA) yang dihitung dengan cara
mengurangkan total akrual (TA) dan nondiscretionary accrual (NDA). Earnings
management diproksi dengan discretionary accrual dengan menggunakan model
14
Jones yang dimodifikasi (Dechow et al, 1995) dalam Herawaty (2008). Model
perhitungannya adalah sebagai berikut:
TAC= NIit - CFOit……………………………………………………(1)
TAit/Ait-1=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait-1)+β3(PPEit/Ait-1)+e...........(2)
Dari persamaan di atas, nondiscretionary accruals (NDA) dapat dihitung
dengan memasukan kembali koefisien-koefisien α ke dalam persamaan berikut:
NDAit=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait–ΔRecit/Ait)+β3(PPEit/Ait 1)+e...............(3)
Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit=TAit/Ait-1– NDit-1………………...……………………………(4)
Keterangan:
TAC
= Total Akrual perusahaan i pada periode ke t
DAit
= Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit
= NonDiscretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NIit
= Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit
= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t
Ait-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
PPEt
= Nilai aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRecit
= Selisih perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
ΔRevit
= Selisih atau perubahan saldo penjualan pada periode t
15
e
= error
Variabel Dependen
Return On Equity (ROE)
Selain menggunakan harga pasar dalam menghitung nilai perusahaan,
kinerja perusahaan juga dapat digunakan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari
sisi keuangan maupun non keuangan. Sejauh ini, kinerja keuangan (yang secara
umum menggunakan berbagai rasio keuangan) masih menjadi ukuran penilaian
kinerja
perusahaan
yang
paling
banyak
digunakan,
meskipun
dalam
perkembangannya muncul berbagai pendekatan penilaian kinerja yang bersifat
non keuangan. Penelitian ini menggunakan rasio rofitabilitas dengan proksi
Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham
biasa, yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham
biasa. Menurut Weston dan Copeland (1992), Baigham dan Houston (2006),
Horne (1997) dalam Yangs (2011) ROE dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
ROE =
Profit After Tax
Total Stockholders Equity
Price to Book Value (PBV)
Menurut Hougen dalam Utomo (2000) nilai perusahaan adalah nilai suatu
perusahaan yang dilihat dari harga sahamnya. Dalam penelitian ini, nilai
perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). Price to book value
16
merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai buku
perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali antara harga pasar saham
dengan jumlah saham beredar. Sedangkan harga pasar saham merupakan harga
penutupan
akhir
tahun
setiap
perusahaan
yang
datanya
diambil
dari
www.idx.co.id. Pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan rosio PBV.
(Husnan, 1994) dan (Sudarma, 2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus
untuk menghitung PBV sebagai berikut:
PBV =
Harga Pasar Saham Perusahaan
Nilai Buku Perusahaan
Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan
Dalam penelitian ini selain menggunakan variabel independen dan
variabel dependen, juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti (Widhiarso, 2011). Menurut Sujoko dan Soebiantoro
(2007) dalam Sulistiono (2010) ukuran perusahaan merupakan cerminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca
akhir tahun. Total asset yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan, dapat
dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam menambah nilai
perusahaan. Oleh karena itu ukuran perusahaan tergantung pada kinerja
17
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Kinerja perusahaan yang
efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan yang terefleksi dari laba
bersih yang dihasilkan perusahaan yang semakin meningkat. Dengan laba bersih
yang semakin besar mengindikasikan nilai perusahaan semakin meningkat, yang
tercermin dari harga saham pasar perusahaan (PBV) juga ikut meningkat.
Penelitian mengenai
pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan menunjukkan hasil yang sama. Herawaty (2008) menemukan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian
tersebut konsisten dengan penelitian Sulistiono (2010) dan Bhekti (2013) bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Temuan
ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam
membeli saham. Ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai kinerja bagus. Semakin besar perusahaan semakin besar nilai
perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian diukur melalui natural logaritma
TA (total asset). Taswan (2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus
untuk menghitung kepemilikan manajerial sebagai berikut:
Total Total asset = Kekayaan perusahaan pada akhir tahun
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, untuk
mengetahui pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan. Adapun
langkah analisis datanya sebagai berikut:
18
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan tentang hubungan langsung antara
pengumpulan data dan peringkasan data serta penyajian hasil peringkasan
tersebut. Dengan kata lain statistik deskriptif ini dapat memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoses dan skewness
(kemencengan distribusi). Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif
untuk mengetahui gambaran mengenai earning management, firm size, ROE
dan PBV.
b. Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen, variabel independen berdistribusi normal atau tidak.
Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal
dan independen (Ghozali, 2005).Untuk mendeteksi normalitas data
dilakukan dengan uji Kolmogorov- Smirnov dengan koreksi liliefors.
2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi dilakukan melalui Uji Durbin Watson.
3. Uji Multikolonieritas
19
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2005).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Hasil regresi
yang baik jika terjadi
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
c. Regresi Berganda
Dalam penelitian ini persamaan regresi berganda dinyatakan dalam bentuk
formula:
Y1= a+ β1X1+ β2X2+ e
Y2= a+ β1X1+ β2X2+ e
Dimana:
Y1
= ROE
Y2
= PBV
a
= Konstanta
β1- β2 = Koefisien Regresi
X1
= Manajemen Laba
X2
= Firm Size
e
= Estimasi error
20
Tingkat signifikansi ditentukan sebesar 0,05 (5%). Kriteria yang akan digunakan
adalah berdasarkan nilai probabilitas (p value).
 Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima
 Jika p value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2011–2012. Dari populasi tersebut dan berdasarkan kriteria pemilihan
sampel diperoleh sampel sebanyak 122 perusahaan manufaktur yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 1. Hasil Seleksi Sampel
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang listing di BEI
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan
dalam mata uang asing
Perusahaan yang tidak ada datanya untuk setiap
variabel yang diteliti
Jumlah sampel dalam penelitian
Sumber data: IDX 2011– 2012
Tahun
2011 2012
150
150
19
19
64
76
67
55
Perusahaan manufaktur pada tahun 2011 dan 2012 yang menerbitkan
laporan keuangannya dalam mata uang asing masing-masing 19 perusahaan.
Perusahaan manufaktur pada tahun 2011 dan 2012, yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan masing-masing 23 perusahaan dan 29 perusahaan, yang tidak
melaporkan laba masing-masing 17 perusahaan dan 21 perusahaan, yang tidak
21
melaporkan harga saham saat penutupan masing-masing 24 perusahaan dan 26
perusahaan. Perusahaan manufaktur yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian
sebanyak 140 Perusahaan. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah
sampel yang digunakan pada periode penelitian berjumlah 122 sampel yaitu
sebesar 40,67% dari total perusahaan manufaktur yang listing di BEI.
Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing
variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS
Ver.20.0 diperoleh hasil yang ditunjukkan:
Tabel 2. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Manajemen_Laba
Size
ROE
PBV
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
122
122
122
122
122
-2.11
25
-17.63
.01
3.03
33
32.70
5.30
Std.
Deviation
1.88E-16
.98753
27.92
1.530
11.3326
9.79465
1.5031
1.22108
Mean
Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0
Berdasarkan input data dari IDX tahun 2011-2012 maka dapat dihitung
rasio variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu manajemen laba,
ukuran perusahaan, ROE dan PBV.
22
Pada variabel dependen ROE mempunyai nilai minimum -17,63;
maksimum 32,70; rata-rata 11,3326 dengan standar deviasi 9,79465. Rata-rata
ROE sebesar 11,33%, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri adalah
11,33%. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam sampel mempunyai kinerja yang
baik terbukti dari besaran ROE yang positif artinya perusahaan memperoleh laba.
ROE yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna Tbk, sedangkan
yang paling rendah dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
Tbk.
Pada variabel dependen PBV mempunyai nilai minimum 0,01; maksimum
5,30; rata-rata 1,5031 dengan standar deviasi 1,22108. Rata-rata PBV sebesar 1,5
kali, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan harga pasar saham
perusahaan adalah 1,5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham (investor)
merespon secara positif terbukti dari harga pasar saham lebih besar dari nilai
buku. PBV yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun
2011, dan yang paling rendah dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun
2012 .
Pada variabel independen manajemen laba (discretionary accrual atau
DA) memiliki nilai minimum -2,11; maksimum 3,03; rata-rata 1,88E-16 dengan
standar deviasi 0.98753. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam sampel
cenderung melakukan manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (income
icreasing). Nilai manajemen laba tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses
23
Internasional Tbk, nilai terendah dimiliki oleh PT. Keramika Indonesia Assosiasi
Tbk.
Pada Variabel kontrol ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma
natural dari total aktiva memiliki nilai minimum 25; maksimum 33; rata-rata
27,92 dengan standar deviasi 1,530. Ukuran perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT.
Astra International Tbk, nilai terendah dimiliki oleh Tbk, Kedaung Indah Can Tbk
dan Pyridam Farma Tbk.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Hasil
uji
normalitas
data
melalui
kolmogorov-smirnov
test
menunjukkan bahwa nilai signifikansi KS 0,409 dan 0,134 lebih besar dari
tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
2. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin
Watson. Nilai DW tidak terdapat masalah autokoelasi, apabila berada di
antara -4 sampai +4. Hasil pengujian dengan jumlah sampel 122 dengan 2
variabel independen, maka akan diperoleh nilai dL= 1,6728 ; dU = 1,7388 ;
4-dU = 2,2612 ; 4 - dL = 2,3272. Hal ini menunjukan bahwa DW = 1,761
dan 2,141 terletak pada daerah dU = 1,7388 dan 4-dU = 2,2612 sehingga
dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
24
+
0
Tidak ada
Autokorelasi
Ragu-ragu
1,6728
1,7388
Ragu-ragu
2,2612
2,3272
1,761 dan 2,141
3. Uji Multikolinearitas
Untuk menguji adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat VIF
(Variance Inflation Factor). Dari hasil uji multikolinearitas menunjukkan
nilai VIF dari masing-masing variabel sebesar 1,000 yang lebih kecil dari 10,
sehingga tidak terdapat multikolinearitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji park
glejser. Dari hasil uji heteroskedastisitas dengan uji park glejser
menunjukan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen
1,000 diatas tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
25
4
Regresi Berganda
Hasil perhitungan regresi berganda menggunakan SPSS dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:
Tabel 3. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
Dependent Variable: ROE
-57.700
1.221
2.472
Std.
Error
15.005
.832
.537
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
.123
.386
-3.845
1.468
4.608
.000
.145
.000
R: 0.405a
R Square: 0.164
Adjusted R Square: 0.150
F-hitung: 11.643
Sig: 0.000b
N: 122
Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai adjusted (R²) sebesar 0,150.
Hal ini menunjukkan bahwa 15% ROE dipengaruhi oleh variabel manajemen laba
dan ukuran perusahaan. Sedangkan sebesar 85% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model. Meskipun nilai adjusted (R²) rendah tetapi
dengan nilai F test, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 11,643 dengan tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 mengindikasikan bahwa model yang
26
digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang
signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama
terhadap variabel ROE.
Dilihat dari tabel 3 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
ROE= -57,700 + 1,22DA+ 2,472SIZE + e
Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (ROE)
Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,145 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1a ditolak. Ini
menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diukur dengan ROE.
Penjelasan yang dapat diberikan dengan ditolaknya hipotesis tersebut
adalah manajemen laba yang di proksi descretionary accrual yang terjadi dalam
perusahaan sampel rata-rata posititif (nilai mean positif). Hal ini diduga dilakukan
untuk kepentingan manajer yang bertindak secara opportunistic memaksimalkan
laba saat ini (Bonus Plan Motivations). Namun demikian, nilai mean sebesar
1,88E-16 menunjukkan bahwa earning management yang dilakukan oleh
perusahaan nilainya relatif kecil dengan strategi menaikkan laba (income
increasing).
27
Tabel 4. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-ROE
Manajemen_Laba * ROE Crosstabulation
ROE
ROE <
Rata-rata
Manajemen_Laba
Manajemen Laba
Negatif
Manajemen Laba
Positif
Total
ROE >
Rata-rata
Total
30
36
66
32
24
56
62
60
122
Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0
Argumentasi ini diperkuat dengan hasil pengujian dari tabel 4 bahwa,
proporsi perusahaan yang mempunyai nilai ROE yang diatas rata-rata (11,33%)
dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung melakukan strategi
menurunkan laba (decreasing income) adalah 29,51% (36 perusahaan). Hal ini
diduga dilakukan untuk kepentingan penghindaran pajak (Taxation Motivations)
dan adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat (Political Motivations). Sedangkan nilai ROE yang
dibawah rata-rata (11,33%) dan melakukan praktek manajemen laba yang
cenderung melakukan strategi menaikkan laba (increasing income) adalah 26,23%
(32 perusahaan). Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan manajer yang
bertindak secara opportunistic memaksimalkan laba saat ini (Bonus Plan
Motivations) dan perusahaan mempunyai rasio debt to equity yang besar (Debt
Covenants Motivations). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi
perusahaan yang melakukan praktek manajemen laba dengan strategi menaikkan
laba (increasing income) maupun menurunkankan laba (decreasing income) tidak
berbeda jauh artinya praktek manajemen laba tidak akan memberikan dampak
28
terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari kinerja keuangan yaitu ROE. Hal
ini menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan bukan menjadi
pertimbangan utama investor dalam menilai kinerja perusahaan untuk melakukan
investasi. Akan tetapi ada faktor lain yang mungkin menjadi pertimbangan
investor misalnya: perusahaan dalam sampel mempunyai prospek yang baik
dimasa yang akan datang dan perusahaan mempunyai sumber daya manusia yang
handal atau terampil serta perusahaan memiliki teknologi yang canggih.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pae (1999),
Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan
Hastuti (2005) yang mengatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROE.
Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan
keuangan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat seberapa besar asset
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini
menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan
dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat
maupun investor. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangannya. Semakin besar asset yang dimiliki oleh
perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tergantung
29
bagaimana pihak manajemen mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor mempertimbangkan ataupun
menjadikan ukuran perusahaan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja
perusahaan yang tercermin dari ROE yang dihasikan oleh perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hesti (2010)
dan Uyun (2010) dalam Raharja (2012) yang menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Tabel 5. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
Dependent Variable: PBV
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
-10.711
1.710
.033
.095
.437
.061
Beta
.026
.548
T
-6.263
.345
7.153
Sig.
.000
.730
.000
R: 0.549a
R Square: 0.301
Adjusted R Square: 0.289
F-hitung: 25.626
Sig: 0.000b
N: 122
Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai adjusted (R²) sebesar 0,289
Hal ini menunjukkan bahwa 28,90% PBV dipengaruhi oleh variabel manajemen
laba dan ukuran perusahaan. Sedangkan sebesar 71,10% dipengaruhi oleh variabel
30
lain yang tidak dimasukkan dalam model. Meskipun nilai adjusted (R²) rendah,
tetapi dengan nilai F test, pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 25,626 dengan tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 mengindikasikan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang
signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama
terhadap variabel PBV.
Dilihat dari tabel 5 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
PBV = -10,711 + 0,033DA + 0,437SIZE + e
Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (PBV)
Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0.730 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1b ditolak. Ini
menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang diukur dengan PBV.
Sesuai dengan tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan
agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manajer terkait dengan
kepentingannya. Konflik keagenan yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat
memberikan dampak pada kualitas laba yang dihasilkan, hal ini dikarenakan para
manajer akan bertindak opportunistic. Laba yang bersifat opportunistic tentunya
akan merugikan bagi beberapa pihak yang memiliki kualitas rendah karena tidak
mewakili informasi sebenarnya. Laba yang memiliki kualitas rendah sangat
31
merugikan para investor dan bagi perusahaan juga akan merugikan, sabab hal ini
berhubungan dengan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham yang di
transaksikan dan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini menjelaskan bahwa
pemakai laporan keuangan dalam hal ini investor beranggapan, laba yang
dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kinerja manajemen secara
keseluruhan. Hal ini diduga bahwa pasar atau investor tidak terfokus pada berapa
banyak laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk membeli saham perusahaan,
akan tetapi investor melihat bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang
baik sehingga investor meresponnya dengan positif.
Tabel 6. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-PBV
Manajemen_Laba * PBV Crosstabulation
PBV
Manajemen_Laba Manajemen Laba
Negatif
Manajemen Laba
Positif
Total
PBV < 1
28
PBV > 1
38
Total
66
25
31
56
53
69
122
Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0
Dari tabel 6 dapat dilihat, proporsi perusahaan yang mempunyai nilai PBV
yang lebih besar dari 1 dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung
melakukan strategi menurunkan laba (decreasing income) adalah 31,15% (38
perusahaan), hal ini dikarenakan pihak manajemen melakukan buy out.
Sedangkan nilai PBV yang lebih besar dari 1 dan melakukan praktek manajemen
laba yang cenderung melakukan strategi menaikkan laba (increasing income)
adalah 25.41% (31 perusahaan), hal ini diduga pihak manajemen melakukan
penawaran saham ke publik.
32
Menurut Sulistyanto (2008) dalam Firdaus (2013), salah satu alasan
motivasi manajemen laba dilakukan karena alasan pasar modal lebih banyak
disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi,
khususnya laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan
oleh investor dalam menilai harga saham (capital market motivations). Sehingga
tidak mengherankan kalau ada sebagian manajer yang berusaha membuat laporan
keuangannya tampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja saham
dalam jangka pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi
perusahaan dalam sampel yang melakukan praktek manajemen laba dengan
strategi menaikkan laba (increasing income) maupun menurunkankan laba
(decreasing income) tidak berbeda jauh artinya praktek manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer tidak akan berdampak terhadap nilai perusahaan (PBV).
Hal ini diduga walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar, namun
investor atau pasar saham mengabaikan adanya manajemen laba tersebut
Megawati (2009). Sehingga laba yang dihasilkan oleh perusahaan bukan menjadi
pertimbangan utama bagi investor dalam membeli saham.
Penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Fernandes dan Ferreira (2007)
dan Herawaty (2008) yang mengatakan bahwa manajemen laba berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Megawati (2009) yang menemukan bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
33
Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap PBV.
Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya
memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja
perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak
manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan asset yang ada di perusahaan
tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan meningkatkan
nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar asset yang
dimiliki oleh perusahaan semakin besar nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham
perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan temuan Herawaty (2008), Sulistiono (2010)
dan Prasetyorini (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu: Praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan yang diukur dengan ROE maupun PBV. Ukuran perusahaan
terbukti sebagai variabel kontrol, dimana ukuran perusahaan ditemukan
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE
34
maupun PBV. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan
dapat meningkatkan nilai perusahaan yang berarti juga pihak manajemen mampu
mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
Implikasi
Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba (DA) dan Ukuran
perusahaan (Total Asset) yang dapat digunakan untuk menilai nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang listing BEI pada periode 2011-2012.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Pae (1999), Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam
Ujiyantho dan Pramuka (2007), Hastuti (2005) dan Megawati (2009) yaitu
manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan nilainya relatif kecil dan pasar
mengabaikan adanya manajemen laba tersebut. Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Fernandes dan Ferreira (2007) dan Herawaty (2008)
yang mengatakan manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Herawaty
(2008), Nuswandari (2009), Sulistiono (2010), Hesti (2010) dan Uyun (2010)
dalam Raharja (2012) dan Prasetyorini (2013) yang mempertegas bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin
besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan maka akan dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
35
Nuswandari (2009) mengatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini ada yang mendukung dan ada yang membantah hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya artinya tidak konsisten (inconsistent)
hasil penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
Implikasi Terapan
Sebagai implikasi terapan dari penelitian ini adalah para manajer
disarankan tidak perlu melakukan manajemen laba, karena terbukti variabel
manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Pasar atau
investor tidak menjadikan laba sebagai tolak ukur atau mengabaikan adanya
manajemen laba tersebut dalam melakukan investasi. Penelitian ini memberikan
gambaran bagi manajer bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Apabila perusahaan menginginkan nilai
perusahaan yang baik maka manajer harus bisa mengelola asset perusahaan secara
efektif dan efisien. Bagi investor maupun kreditur hendaknya memperhatikan
aspek asset perusahaan ketika akan melakukan investasi, karena asset perusahaan
yang besar merupakan jaminan bagi prospek investasi yang dilakukan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: Perspektif manajemen
laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif oportunistis. Untuk
penelitian selanjutnya manajemen laba perlu ditinjau dari perspektif yang lain,
misalnya perspektif efisiensi atau mengamati earnings management dengan
36
periode waktu, jumlah sampel, maupun event yang berbeda. Event merger dan
akuisisi, adopsi standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang lebih dini,
maupun krisis ekonomi dapat dijadikan event pengamatan atas tindakan earnings
management. Perspektif efisiensi manyatakan bahwa manajer melakukan pilihan
atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang
cash flow yang akan datang dan untuk meminimalkan agency cost yang terjadi
karena konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer Jiambalvo (1996)
dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini
hanya menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai dasar
untuk mengetahui tingkat singnifikansi terhadap nilai perusahaan hanya terbatas
pada manajemen laba dan ukuran perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya
supaya
memasukkan
variabel
lain
untuk
mengukur
nilai
perusahaan,
menggunakan Tobin’s Q sebagai alternatif penilaian selain PBV dan
menggunakan profitabilitas dengan proksi lain (ROA atau ROI), sebagai alternatif
pengukuran selain ROE, serta menambah variabel lain selain ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol.
37
Daftar Pustaka
Andri, Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi X. pp 1-24.
Ardiansyah,Yusfi. 2009. Evaluasi Kinerja Return Saham ke depan dengan
penggunaan data pasar dan data akuntansi tahun sebelumnya dari rasio
PER, PBV, dan EV/EBITDA pada tahun 2004-2008 di Bursa Efek
Indonesia (saham-saham pada index LQ-45). Skripsi Sarjana Universitas
Indonesia, Jakarta. Diuduh dari (http://lontar.ui.ac.id.15 Januari 2014).
Darwis, Herman. 2012. Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Corporate Governance Sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol.16, No.1, Januari 2012, hal. 45-55, Universitas Khairun.
Darmawati, Deni dkk.(2004). Hubungan Corporate Governance dan Kinerja
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember
2004.
Djojo, Adji. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Gava Media.
Yogyakarta.
Dwi, Nuvita.C. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Persahaan,
Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri Terhadap
Praktek Perataan Laba di BEI tahun 2005-2010. Juraksi,Vol.1,No.2,
Februari 2012, ISSN:2301-9328.
Fernandes, Nuno dan Ferreira, M.A. 2007. The Evolution of Earnings
Management and Firm Valuation: A Cross-Country Analysis. Working
paper. European Finance Association Conference and 2007 CEPRGerzensee Symposium.
Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio
Tehadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan
Yang Listing di BEI. Skripsi Sarjana Universitas Negeri Padang, di unduh
dari (http://unp.ac.id/.03 Juni 2014)
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Universitas Diponegoro, Semarang.
38
Gumanti, Tatang Ary., 2001, Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2, hal. 104-115.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.10,No.2, November
2008 :97-108.
Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta), Simposium Nasional
Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Hutagaol, Rahman. 2008. Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real
Pada Penawaran Perdana dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka
Panjang (Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2003). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.5, No.1, Juni 2008.
I,Guna Welvin dan Erlan H. 2010. Pengaruh mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya
terhadap manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, hal
53-68, STIE Trisakti.
Jiambalvo, J. 1996. Discussion of Causes and Consequences of Earnings
Manipulation. Contemporary Accounting Research. Vol. 13. Spring, p.3747.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta
: BPFE.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mardiyati, U, Ahmad.G.N, dan Putri, Ria. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur di BEI tahun 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1, 2012.
Megawati. 2009. Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Manajemen
Laba Terhadap Nilai Perusahaan yang Termasuk Kelompok Jakarta
Islamic Index Tahun 2005-2007. Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri
39
Sunan Kalijaga. Diunduh dari (http://digilib.uin-suka.ac.id/3489/1.pdf‎.18
Sptember 2013).
Mila, Efrianus Landu dan Supatmi. 2012. Analisis Perataan Laba Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI
Tahun 2006-2010. Prosiding Seminar Nasional Dan Call For Papers:
“Menilai Kinerja Bisnis & Ekonomi Indonesia: Problematika, Perspektif
& Prospek”. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya. 2012
Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index
Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2001-2005. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Hal.70-84,Vol.
16.No. 2, September 2009, ISSN: 1412-3126
Prasetyorini, F. Bhekti (2013). Pengaruh ukuran perusahaan, leverage, price
earning ratio, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan industri dasar
dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011.
Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No.1, Januari 2013. Hal:183-196.
Raharja, Iqbal Bukhori. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan
yang terdaftar di BEI 2010).Diponegoro Journal Of Accounting Tahun
2012. (http://ejournal S1.undip.ac.id/index.php/ accounting).
Scott, William R. 2000. Financial accounting theory. Second edition. Canada:
Prentice Hall.
Soliha, E. dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai
Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi, Vol. 9. No. 2, September: 149-163.
Suharli, Michell dan Sofyan F. Harahap. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor
Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi. Vol.4, No.3, hal.223-245.
Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada perusahaan Manufaktur di
BEI tahun 2006-2008. Skripsi Sarjana Universitas
Negeri Semarang.
Diunduh dari (http://lib.unnes.ac.id/2612/1/7192.pdf.18 September 2013).
40
Sulistyanto, H. Sri., 2008, Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris, Jakarta:
Grasindo.
Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor
Manufaktur), Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Utomo, M. Muslim, 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan High
Profile dan Low Profile). Simposium Nasional Akuntansi III, IAI.
Van Horne, James C. & John M. Wachowichz, Jr. 2005. Prinsip-Prinsip
Manajemen keuangan. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Widhiarso, Wahyu. 2011, Analisis Data Penelitian Dengan Variabel Kontrol.
Diunduh dari (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/ 16 Juli 2013).
Widyaningdyah, A.U. 2001, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2, November, Hal. 89-101.
Yangs, Analisa. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Sarjana Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Diunduh
September 2013).
41
dari
(www.eprints.undip.ac.id.18
Lampiran
Daftar perusahaan sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nama
Manajemen
Perusahaan
Laba
AISA
0.52
DAVO
-1.12
DLTA
-0.94
ICBP
-0.54
INDF
-0.37
MLBI
2.71
PSDN
-0.34
SKLT
-0.38
STTP
-0.71
ULTJ
-1.29
TBLA
-1.75
GGRM
1.57
RMBA
0.11
PBRX
0.08
SSTM
-0.63
BATA
-0.57
SRSN
0.95
TIRT
0.43
SAIP
1.31
SPMA
-0.53
ALDO
0.90
DPNS
-1.96
ETWA
2.75
24
INCI
-1.46
25
26
27
28
29
30
31
32
33
LTLS
AKPI
APLI
IGAR
TRST
YPAS
LMPI
AMFG
SMCB
0.36
-0.81
-0.14
0.48
0.04
-0.04
-0.09
-0.17
-1.09
Size
ROE
PBV
29
8.18
-14.48
25.30
19.27
15.87
19.95
-11.57
-4.86
8.71
8.48
26.24
20.20
13.62
10.50
15.97
9.51
3.02
-2.88
-17.63
4.40
9.32
-5.06
19.41
0.75
0.74
2.98
2.83
1.28
4.51
2.16
0.79
1.84
2.61
1.81
4.86
2.55
1.97
2.02
1.29
0.47
0.61
1.51
0.48
2.49
1.79
1.11
-15.42
0.34
11.03
6.92
9.90
19.04
10.86
11.22
1.33
15.71
14.02
0.74
0.94
0.51
1.72
0.83
3.07
0.51
1.33
2.21
29
27
30
32
30
29
26
28
28
29
31
29
28
27
27
27
27
28
28
26
26
27
26
29
28
27
27
28
26
27
29
30
42
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
SMGR
ALKA
ALMI
GDST
INAI
JPRS
LION
LMSH
PICO
KICI
KDSI
ARNA
TOTO
JECC
KBLI
KBLM
SCCO
VOKS
ASII
IMAS
INDS
LPIN
NIPS
PRAS
SMSM
UNTR
INAF
KAEF
KLBF
PYFA
TSPC
MBTO
MRAT
TCID
AISA
ICBP
MLBI
MYOR
-0.30
-1.86
-1.69
0.44
-0.24
1.56
-0.49
-0.61
0.24
0.08
-0.78
-0.65
-0.28
-0.19
-0.39
-0.87
-0.80
-0.79
0.79
2.95
2.05
0.01
1.45
0.02
-0.31
-2.09
-0.03
0.25
-0.26
0.37
-0.57
0.37
0.36
0.50
0.15
-0.99
-0.94
-0.39
27.06
20.85
5.51
13.37
24.85
11.16
17.39
8.74
-6.56
0.55
8.46
19.86
28.76
22.58
0.01
7.78
21.15
22.27
28.15
20.97
19.05
9.57
10.74
3.24
32.70
21.32
6.07
13.71
23.63
6.28
19.22
10.65
9.19
13.72
12.47
19.08
14.00
24.27
31
26
28
28
27
27
28
28
27
25
27
27
28
27
28
27
28
28
33
30
28
26
27
27
28
31
28
28
30
25
29
27
27
28
29
31
32
30
43
4.65
1.15
0.34
1.42
0.81
0.22
0.90
0.84
0.58
0.39
0.36
1.39
3.26
0.71
0.58
0.52
1.24
1.37
3.95
2.61
1.25
0.40
0.48
0.56
2.92
3.57
0.83
1.51
5.30
1.14
3.77
1.10
0.60
1.52
1.55
3.41
1.50
5.00
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
PSDN
SKLT
STTP
ULTJ
TBLA
GGRM
ERTX
PBRX
SSTM
UNIT
BATA
SRSN
FASW
KBRI
SAIP
SPMA
ALDO
INCI
LTLS
AKPI
APLI
IGAR
TRST
YPAS
AMFG
SMCB
SMGR
ALKA
ALMI
INAI
JPRS
PICO
KICI
KDSI
KIAS
MLIA
TOTO
KBLM
-0.51
-0.58
0.64
-0.99
0.59
-0.21
0.46
0.50
-1.32
-0.12
0.25
0.41
-0.89
1.34
-0.82
0.16
-0.76
-0.28
-1.09
0.01
-0.46
-0.07
0.15
2.49
-0.44
-0.17
-0.26
-0.08
0.04
2.22
0.12
0.47
-0.15
-0.63
-2.11
0.01
0.95
1.71
6.26
6.14
12.91
21.08
13.88
15.29
12.98
17.29
-5.68
0.15
17.90
6.30
0.29
5.14
-12.73
5.13
9.80
3.84
13.04
3.69
1.92
18.39
8.29
10.01
14.11
16.41
27.11
11.43
2.59
17.92
3.91
5.62
3.39
11.66
-5.13
26.27
14.82
9.00
27
26
28
29
29
31
27
28
27
27
27
27
29
27
28
28
26
26
29
28
27
26
28
27
29
30
31
26
28
27
27
27
25
27
28
28
28
27
44
1.09
0.96
2.15
2.29
1.49
4.37
0.56
1.75
0.63
0.11
2.01
1.12
0.07
0.33
1.08
0.52
2.74
0.38
0.59
0.65
0.59
1.63
0.72
2.72
1.47
3.55
5.18
1.02
0.48
0.55
1.00
0.74
0.80
0.63
0.28
0.37
1.27
0.57
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
SCCO
VOKS
AUTO
IMAS
LPIN
NIPS
PRAS
INAF
KAEF
KLBF
PYFA
MBTO
MRAT
-0.22
-0.21
0.67
3.03
0.23
0.99
-0.18
0.54
-0.56
0.17
0.53
0.87
0.19
26.09
24.38
20.71
15.50
12.31
10.03
14.79
6.52
14.27
24.02
6.05
10.67
8.92
28
28
30
31
26
27
27
28
28
30
26
27
27
1.28
1.42
2.60
1.55
1.71
0.35
0.53
1.57
2.85
0.01
1.07
0.09
0.54
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardiz
ed
Residual
N
122
a,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation .99170110
Most Extreme
Differences
Absolute
Positive
Negative
.080
.059
-.080
.889
.409
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
45
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
122
Mean
0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
.99170110
Absolute
.105
Most Extreme
Positive
.105
Differences
Negative
-.068
Kolmogorov-Smirnov Z
1.162
Asymp. Sig. (2-tailed)
.134
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
.405
.164
.150
9.03233
a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
b. Dependent Variable: ROE
DurbinWatson
1.761
Model Summaryb
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
.549
.301
.289
1.02942
a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
b. Dependent Variable: PBV
DurbinWatson
2.141
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Toleran
VIF
ce
Manajemen_Laba
1.000
1.000
1
Size
1.000
1.000
a. Dependent Variable: ROE
46
Coefficientsa
Model
Manajemen_Laba
Size
a. Dependent Variable: PBV
1
Collinearity
Statistics
Toleran
VIF
ce
1.000
1.000
1.000
1.000
Uji Heteroskedastisitas
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.365E15.005
014
.000
.832
.000
Size
a. Dependent Variable: Abresid
Model
.000
.537
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
.000
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
2.164E-015
1.710
1
Manajemen_Laba
.000
.095
Size
.000
.061
a. Dependent Variable: Abresid
Regresi Berganda
Model Summaryb
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
.405
.164
.150
9.03233
a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
b. Dependent Variable: ROE
47
t
Sig.
.000
1.000
.000
1.000
.000
1.000
t
Sig.
.000
.000
.000
1.000
1.000
1.000
Beta
.000
.000
Model Summaryb
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
.549
.301
.289
1.02942
a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
b. Dependent Variable: PBV
Model
ANOVAa
df
Sum of
Mean
Squares
Square
Regression
1899.782
2
949.891
1
Residual
9708.367
119
81.583
Total
11608.149
121
a. Dependent Variable: ROE
b. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
Model
ANOVAa
df
Sum of
Mean
Squares
Square
Regression
54.312
2
27.156
1
Residual
126.104
119
1.060
Total
180.416
121
a. Dependent Variable: PBV
b. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
a. Dependent Variable: ROE
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
a. Dependent Variable: PBV
F
.000b
11.643
F
Sig.
.000b
25.626
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-57.700
15.005
1.221
.832
.123
2.472
.537
.386
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-10.711
1.710
.033
.095
.026
.437
.061
.548
48
Sig.
t
-3.845
1.468
4.608
t
-6.263
.345
7.153
Sig.
.000
.145
.000
Sig.
.000
.730
.000
Uji t
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
a. Dependent Variable: ROE
Model
(Constant)
1
Manajemen_Laba
Size
a. Dependent Variable: PBV
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-57.700
15.005
1.221
.832
.123
2.472
.537
.386
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-10.711
1.710
.033
.095
.026
.437
.061
.548
49
t
-3.845
1.468
4.608
t
-6.263
.345
7.153
Sig.
.000
.145
.000
Sig.
.000
.730
.000
CURRICULUM VITAE
DATA DIRI :
Nama
: Dimer Simamora
NIM
: 232010155
Fakultas
: Ekonomika dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir
: Tapanuli Utara, 11 Agustus 1991
Umur
: 23 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Alamat Rumah
: Lobupining, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara
Alamat Kos
: Jalan Kalisawo, Rt.03 Rw.01, Kel. Bugel, Kec.
Sidorejo, Salatiga-Jawa Tengah
Telepon, HP
: 085641941530
E-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN :
1997 – 2003
: SD Negeri 173256 Lobu pining
2003 – 2006
: SMP Negeri 1 Pahae Julu
2006 – 2009
: SMK Negeri 1 Siatas Barita
2010 – sekarang
: Universitas Kristen Satya Wacana, Jurusan Akuntansi.
50
RIWAYAT ORGANISASI DAN KEPANITIAAN
 2011

Panitia Makrab Batak di Wisma Garuda Kopeng, 12-13 November
2011, sebagai seksi Akomodasi Perlengkapan dan Transportasi.
 2012

PanitiaVisit Plan Jakarta-Bandung, 30 April-03Mei 2012, sebagai
Seksi Acara.

Panitia Retreat Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga di Salib Putih
Kopeng 2012, sebagai Seksi Acara.

Ketua Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga periode 2012-2013.
 2013

Panitia National Seminar on Accounting, di UKSW 2013, sebagai
Seksi Acara
51
Download