PENDAHULUAN Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan PBV ( price to book value). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk melihat prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah melalui kinerja perusahaan yaitu dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Menurut Weston and Copeland (1995) sebagaimana dikutip oleh Cahyani (2012), mengemukakan bahwa profitabilitas adalah efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan atau investasi perusahaan. Peningkatan profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan itu tergantung dari, bagaimana persepsi investor terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Persepsi investor dalam menanggapi profitabilitas akan mempengaruhi harga saham sekaligus nilai dari perusahaan tersebut. Perhatian investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie et al., 1994) dalam Mila dan Supatmi (2012). Kecenderungan lebih memperhatikan laba inilah yang menjadi dasar oleh manajemen dan mendorong manajer untuk melakukan praktek manajemen laba. Teori keagenan (agency theory) dapat menjelaskan timbulnya praktek manajemen laba. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan 1 kemakmuran para pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat kepentingan yang berbeda didalam perusahaan antara agent dan principal, dimana kedua belah pihak berusaha untuk mencapai serta mempertahankan tingkat kemakmuran yang diinginkan. Menurut Widyaningdyah (2001) para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba atau melakukan earnings management guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan yang kecil, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Menurut Watts dan Zimermen (1985) sebagaimana dikutip oleh Yangs (2011), menyatakan bahwa jika perusahaan sensitif terhadap variasi ukuran perusahaan, perusahaan lebih besar menyukai prosedur (metode) yang dapat menunda pelaporan laba. Menurut penelitian Sudarma (2003) dalam Sulistiono (2010) bahwa ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan antara lain: Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan manajemen laba (discretionary accruals) dengan kinerja perusahaan 2 (Tobin’s Q). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets). Fernandes dan Ferreira (2007) mengatakan bahwa ada hubungan manajemen (discretionary accruals) dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q). Herawaty (2008) menemukan bahwa earnings management (discretionary accruals) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Megawati (2009) menemukan bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV). Berdasarkan ketidakkonsistenan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menguji kembali pengaruh praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Herawaty (2008) menunjukkan earnings management (discretionary accruals) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q), ukuran perusahaan (natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Pengukuran nilai perusahaan di ukur dengan pendekatan kinerja pasar (PBV), dan juga diukur dengan menggunakan pendekatan kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas dengan proksi ROE (Return On Equity). Alasan menggunakan PBV yaitu, Pertama: karena nilai buku yang disediakan relatif stabil sehingga bisa dibandingkan dengan nilai pasar. Kedua: karena konsisten terhadap standar akuntansi antar perusahaan sehingga PBV bisa digunakan untuk membandingkan antar perusahaan. Ketiga: karena perusahaan yang mempunyai laba negatif bisa menggunakan PBV ratio (Persson dan Stahlberg, 2006) dalam Ardiansyah (2009). 3 Sedangkan pertimbangan utama menggunakan ROE adalah karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga lebih menggambarkan profitabilitas (Suharly, 2004) dan ROE merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu tahun 2011-2012. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur adalah Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris tentang pengaruh praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2011-2012. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur yaitu, pertama: adanya kasus manajemen laba yang dilakukan di perusahaan manufaktur yaitu PT. Kimia Farma Tbk tahun 2001 (Kompas, 21 November 2002). Kedua: jumlah sampel yang sangat bervariasi karena berasal dari berbagai sektor industri. Penelitian ini bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Selanjutnya sebagai bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modal dalam suatu perusahaan serta sebagai masukan bagi pemakai laporan keuangan dan manajemen dalam memahami praktek manajemen laba. 4 TELAAH TEORITIS Teori Keagenan (Agency Teory) Darwis (2012) mengatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus, tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham. Manajemen bertindak untuk kepentingannya sendiri daripada kepentingan pemegang sahamnya (Van Horne dan Wachowicz, 2005:7). Pemegang saham mempercayakan perusahaan untuk dikelola oleh manajemen (agen) yang bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Padahal, sering terjadi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik tersebut muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Pada dasarnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Karena adanya tujuan yang berbeda maka pihak manajemen sering melakukan praktek manajemen laba. Tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manajer terkait dengan kepentingannya. Dengan demikian, melalui manajemen laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan semakin terlihat baik, dalam kaitannya dengan tujuan melakukan manajemen laba adalah untuk memperbaiki laporan keuangan perusahaan yang berbeda dengan 5 kondisi yang sebenarnya. Tindakan praktek manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen akan menggambarkan kinerja perusahaan tampak lebih baik yang tercermin dari laba yang dihasilkan maupun harga saham perusahaan. Nilai Perusahaan Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Usunariyah (2003:54) dalam Umi, Gatot dan Ria (2012) bahwa nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawarmenawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka kinerja pasarnya meningkat yang tercermin dari nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah. Perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham perusahaan dipasar, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang 6 dimiliki (Helfert, 1996) dalam Nuswandari (2009). Kinerja perusahaan yang baik akan menggambarkan kemakmuran pemegang saham semakin meningkat. Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan memiliki tipikal dihubungkan dengan profitabilitas. Strategi perusahaan dalam perspektif keuangan secara jangka panjang akan mempengaruhi nilai pemegang saham. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan (Brigrham & Houston, 2009) dalam Prasetyorini (2013). Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat diukur dari berbagai rasio salah satunya menggunakan proksi ROE. Pertimbangan utama karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang lebih mengambarkan profitabilitas (Suharli, 2004). ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunkan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham yaitu untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Naiknya rasio ROE dari tahun ketahun pada perusahaan berarti terjadi kenaikan laba bersih dalam perusahaan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik, karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan akan diikuti harga saham pasar perusahaan (PBV) naik yang berarti juga menaikkan nilai perusahaan. 7 Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (2000:368) dalam herawaty (2008) didefinisikan sebagai berikut: earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut (Scott, 2000) terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu: Pertama, Taking a Bath yang dimana pola ini terjadi pada saat pengangkatan CEO baru dengan cara melaporkan kerugian dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang. Kedua, Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada masa mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Ketiga, Income Maximization dilakukan pada saat laba menurun bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. Keempat, Income Smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Scott (2000: 302) dalam Rahmawati dkk (2006) mengemukakan beberapa terjadinya motivasi manajemen laba yaitu: pertama, Bonus Purposes: Manajer 8 yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985) dalam Rahmawati dkk (2006). Kedua, Political Motivations: Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Ketiga, Taxation Motivation: Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan. Keempat, Pergantian CEO: CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. Kelima, Initial Public Offering (IPO): Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Keenam, Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor: Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Manajemen laba dapat terjadi karena dalam penyusunan laporan keuangan menggunakan basis akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pendapatan, biaya, pengalokasian keuntungan yang bertujuan (gains), 9 dan untuk kerugian menghubungkan (losses) untuk menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Manajamen laba diproksikan dengan menggunakan discretionary accruals (DA). Menurut Healy (1985) dan De Angelo (1986) yang dikutip dalam Gumanti (2001) konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion) manajerial, sementara non discretionary accruals merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajer perusahaan. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual-akrual tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Dengan adanya pelaporan laporan keuangan yang tidak sebenarnya karena manajer ingin menunjukkan kinerja yang baik kepada pemilik sehingga manajer dapat memanipulasi hasil laporan keuangan dan adanya hubungan yang asimetri antara pemilik dengan pengelola perusahaan artinya pemilik hanya ingin mendapatkan deviden yang besar atas investasi yang dilakukan sementara manajer menginginkan kinerja yang baik agar manajer mendapatkan sesuatu yang lebih misalnya bonus atas kinerja yang baik yang telah dilakukannya. Dengan kinerja manajemen yang lebih baik akan menghasilkan laba bersih yang lebih besar dalam laporan keuangan, maka pasar akan merespon positif yang mengakibatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham pasar perusahaan akan meningkat. 10 Manajemen laba dan Nilai Perusahaan Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Menurut Ali (2002) dalam Herawaty (2008) bahwa laporan keuangan tersebut penting bagi pihak ekternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya. Menurut Healy dan Wahlen (1999) sebagaimana dikutip oleh Hutagaol (2008), manajemen laba adalah bagaimana upaya-upaya manajemen dalam menggunakan pertimbangannya (judgement) dalam menyusun laporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan. Dalam proses pencapaian memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang dalam hal ini sebagai pemilik perusahaan, yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Tercapainya target laba dianggap manajer memiliki kinerja yang baik sehingga ada kesempatan mendapatkan kompensasi atau bonus. Kinerja perusahaan yang baik akan terefleksi dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan yang menunjukkan ROE yang semakin meningkat. Laba bersih perusahaan yang semakin meningkat, akan memberikan 11 sinyal yang positif terhadap terhadap investor. Investor akan merespon positif dan tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga harga saham pasar perusahaan (PBV) akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para peneliti menemukan hasil yang berbeda. Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan manajemen laba (discretionary accruals) dengan kinerja perusahaan (Tobin’s Q) di BEJ LQ 45 tahun 2001-2002. Temuan ini menjelaskan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen nilainya relatif kecil jika dibandingkan nilai kinerja secara keseluruhan. Fernandes dan Ferreira (2007) meneliti lebih dari 24.000 perusahaan di 43 negara selama periode 1990-2003. Temuan ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan manajemen laba dengan nilai perusahaan untuk peluang investasi dan kebutuhan keuangan eksternal. Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets) di BEJ periode 2001-2004. Temuan ini menjelaskan lemahnya pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa cash flow return on assets merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori cash flow measures yang dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap suatu transaksi. Cash flow menunjukkan hasil yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai yang benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan. 12 Megawati (2009) manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) di Jakarta Islamic Index tahun 2005-2007. Temuan ini menjelaskan walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar saham namun investor atau pasar saham mengabaikan adanya rekayasa laba tersebut. Herawaty (2008) menemukan earnings management (DA) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan BEI periode 2004-2006. Temuan ini menjelaskan manajemen laba bukan sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1a: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE H1b: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annually report) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2012. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobabilistic sampling yaitu pengambilan sampel yang bersifat secara tidak acak, dimana sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel dalam penelitian ini 13 adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan karakteristik tertentu. Adapun sampel yang diambil adalah perusahaan yang termasuk dalam kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012 b. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (Annually Report) yang sudah diaudit pada tahun 2011- 2012. c. Ketersedian data untuk setiap variabel yang diteliti Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Website Bursa Efek Indonesia, yaitu: http://www.idx.co.id. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Independen Variabel Independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur melalui discretionary accrual (DA) yang dihitung dengan cara mengurangkan total akrual (TA) dan nondiscretionary accrual (NDA). Earnings management diproksi dengan discretionary accrual dengan menggunakan model 14 Jones yang dimodifikasi (Dechow et al, 1995) dalam Herawaty (2008). Model perhitungannya adalah sebagai berikut: TAC= NIit - CFOit……………………………………………………(1) TAit/Ait-1=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait-1)+β3(PPEit/Ait-1)+e...........(2) Dari persamaan di atas, nondiscretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan memasukan kembali koefisien-koefisien α ke dalam persamaan berikut: NDAit=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait–ΔRecit/Ait)+β3(PPEit/Ait 1)+e...............(3) Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit=TAit/Ait-1– NDit-1………………...……………………………(4) Keterangan: TAC = Total Akrual perusahaan i pada periode ke t DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = NonDiscretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1 PPEt = Nilai aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRecit = Selisih perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t ΔRevit = Selisih atau perubahan saldo penjualan pada periode t 15 e = error Variabel Dependen Return On Equity (ROE) Selain menggunakan harga pasar dalam menghitung nilai perusahaan, kinerja perusahaan juga dapat digunakan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangan maupun non keuangan. Sejauh ini, kinerja keuangan (yang secara umum menggunakan berbagai rasio keuangan) masih menjadi ukuran penilaian kinerja perusahaan yang paling banyak digunakan, meskipun dalam perkembangannya muncul berbagai pendekatan penilaian kinerja yang bersifat non keuangan. Penelitian ini menggunakan rasio rofitabilitas dengan proksi Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. Menurut Weston dan Copeland (1992), Baigham dan Houston (2006), Horne (1997) dalam Yangs (2011) ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ROE = Profit After Tax Total Stockholders Equity Price to Book Value (PBV) Menurut Hougen dalam Utomo (2000) nilai perusahaan adalah nilai suatu perusahaan yang dilihat dari harga sahamnya. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). Price to book value 16 merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali antara harga pasar saham dengan jumlah saham beredar. Sedangkan harga pasar saham merupakan harga penutupan akhir tahun setiap perusahaan yang datanya diambil dari www.idx.co.id. Pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan rosio PBV. (Husnan, 1994) dan (Sudarma, 2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus untuk menghitung PBV sebagai berikut: PBV = Harga Pasar Saham Perusahaan Nilai Buku Perusahaan Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan Dalam penelitian ini selain menggunakan variabel independen dan variabel dependen, juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Widhiarso, 2011). Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Sulistiono (2010) ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun. Total asset yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan, dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam menambah nilai perusahaan. Oleh karena itu ukuran perusahaan tergantung pada kinerja 17 perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Kinerja perusahaan yang efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan yang terefleksi dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan yang semakin meningkat. Dengan laba bersih yang semakin besar mengindikasikan nilai perusahaan semakin meningkat, yang tercermin dari harga saham pasar perusahaan (PBV) juga ikut meningkat. Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang sama. Herawaty (2008) menemukan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Sulistiono (2010) dan Bhekti (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Temuan ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham. Ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja bagus. Semakin besar perusahaan semakin besar nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian diukur melalui natural logaritma TA (total asset). Taswan (2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus untuk menghitung kepemilikan manajerial sebagai berikut: Total Total asset = Kekayaan perusahaan pada akhir tahun Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, untuk mengetahui pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan. Adapun langkah analisis datanya sebagai berikut: 18 a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang hubungan langsung antara pengumpulan data dan peringkasan data serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Dengan kata lain statistik deskriptif ini dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoses dan skewness (kemencengan distribusi). Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai earning management, firm size, ROE dan PBV. b. Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen berdistribusi normal atau tidak. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali, 2005).Untuk mendeteksi normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov- Smirnov dengan koreksi liliefors. 2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dilakukan melalui Uji Durbin Watson. 3. Uji Multikolonieritas 19 Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil regresi yang baik jika terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). c. Regresi Berganda Dalam penelitian ini persamaan regresi berganda dinyatakan dalam bentuk formula: Y1= a+ β1X1+ β2X2+ e Y2= a+ β1X1+ β2X2+ e Dimana: Y1 = ROE Y2 = PBV a = Konstanta β1- β2 = Koefisien Regresi X1 = Manajemen Laba X2 = Firm Size e = Estimasi error 20 Tingkat signifikansi ditentukan sebesar 0,05 (5%). Kriteria yang akan digunakan adalah berdasarkan nilai probabilitas (p value). Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima Jika p value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Objek Penelitian Objek penelitian ini adalalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011–2012. Dari populasi tersebut dan berdasarkan kriteria pemilihan sampel diperoleh sampel sebanyak 122 perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1. Hasil Seleksi Sampel Keterangan Perusahaan manufaktur yang listing di BEI Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang asing Perusahaan yang tidak ada datanya untuk setiap variabel yang diteliti Jumlah sampel dalam penelitian Sumber data: IDX 2011– 2012 Tahun 2011 2012 150 150 19 19 64 76 67 55 Perusahaan manufaktur pada tahun 2011 dan 2012 yang menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang asing masing-masing 19 perusahaan. Perusahaan manufaktur pada tahun 2011 dan 2012, yang tidak mempublikasikan laporan keuangan masing-masing 23 perusahaan dan 29 perusahaan, yang tidak melaporkan laba masing-masing 17 perusahaan dan 21 perusahaan, yang tidak 21 melaporkan harga saham saat penutupan masing-masing 24 perusahaan dan 26 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian sebanyak 140 Perusahaan. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan pada periode penelitian berjumlah 122 sampel yaitu sebesar 40,67% dari total perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS Ver.20.0 diperoleh hasil yang ditunjukkan: Tabel 2. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Manajemen_Laba Size ROE PBV Valid N (listwise) Minimum Maximum 122 122 122 122 122 -2.11 25 -17.63 .01 3.03 33 32.70 5.30 Std. Deviation 1.88E-16 .98753 27.92 1.530 11.3326 9.79465 1.5031 1.22108 Mean Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0 Berdasarkan input data dari IDX tahun 2011-2012 maka dapat dihitung rasio variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu manajemen laba, ukuran perusahaan, ROE dan PBV. 22 Pada variabel dependen ROE mempunyai nilai minimum -17,63; maksimum 32,70; rata-rata 11,3326 dengan standar deviasi 9,79465. Rata-rata ROE sebesar 11,33%, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri adalah 11,33%. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam sampel mempunyai kinerja yang baik terbukti dari besaran ROE yang positif artinya perusahaan memperoleh laba. ROE yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna Tbk, sedangkan yang paling rendah dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk. Pada variabel dependen PBV mempunyai nilai minimum 0,01; maksimum 5,30; rata-rata 1,5031 dengan standar deviasi 1,22108. Rata-rata PBV sebesar 1,5 kali, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan harga pasar saham perusahaan adalah 1,5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham (investor) merespon secara positif terbukti dari harga pasar saham lebih besar dari nilai buku. PBV yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011, dan yang paling rendah dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun 2012 . Pada variabel independen manajemen laba (discretionary accrual atau DA) memiliki nilai minimum -2,11; maksimum 3,03; rata-rata 1,88E-16 dengan standar deviasi 0.98753. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam sampel cenderung melakukan manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (income icreasing). Nilai manajemen laba tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses 23 Internasional Tbk, nilai terendah dimiliki oleh PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. Pada Variabel kontrol ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva memiliki nilai minimum 25; maksimum 33; rata-rata 27,92 dengan standar deviasi 1,530. Ukuran perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Astra International Tbk, nilai terendah dimiliki oleh Tbk, Kedaung Indah Can Tbk dan Pyridam Farma Tbk. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas data melalui kolmogorov-smirnov test menunjukkan bahwa nilai signifikansi KS 0,409 dan 0,134 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Nilai DW tidak terdapat masalah autokoelasi, apabila berada di antara -4 sampai +4. Hasil pengujian dengan jumlah sampel 122 dengan 2 variabel independen, maka akan diperoleh nilai dL= 1,6728 ; dU = 1,7388 ; 4-dU = 2,2612 ; 4 - dL = 2,3272. Hal ini menunjukan bahwa DW = 1,761 dan 2,141 terletak pada daerah dU = 1,7388 dan 4-dU = 2,2612 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 24 + 0 Tidak ada Autokorelasi Ragu-ragu 1,6728 1,7388 Ragu-ragu 2,2612 2,3272 1,761 dan 2,141 3. Uji Multikolinearitas Untuk menguji adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor). Dari hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel sebesar 1,000 yang lebih kecil dari 10, sehingga tidak terdapat multikolinearitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi. 4. Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji park glejser. Dari hasil uji heteroskedastisitas dengan uji park glejser menunjukan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen 1,000 diatas tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. 25 4 Regresi Berganda Hasil perhitungan regresi berganda menggunakan SPSS dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 3. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B (Constant) 1 Manajemen_Laba Size Dependent Variable: ROE -57.700 1.221 2.472 Std. Error 15.005 .832 .537 Standardized Coefficients T Sig. Beta .123 .386 -3.845 1.468 4.608 .000 .145 .000 R: 0.405a R Square: 0.164 Adjusted R Square: 0.150 F-hitung: 11.643 Sig: 0.000b N: 122 Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai adjusted (R²) sebesar 0,150. Hal ini menunjukkan bahwa 15% ROE dipengaruhi oleh variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan. Sedangkan sebesar 85% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Meskipun nilai adjusted (R²) rendah tetapi dengan nilai F test, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 11,643 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 mengindikasikan bahwa model yang 26 digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama terhadap variabel ROE. Dilihat dari tabel 3 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : ROE= -57,700 + 1,22DA+ 2,472SIZE + e Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (ROE) Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,145 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1a ditolak. Ini menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE. Penjelasan yang dapat diberikan dengan ditolaknya hipotesis tersebut adalah manajemen laba yang di proksi descretionary accrual yang terjadi dalam perusahaan sampel rata-rata posititif (nilai mean positif). Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan manajer yang bertindak secara opportunistic memaksimalkan laba saat ini (Bonus Plan Motivations). Namun demikian, nilai mean sebesar 1,88E-16 menunjukkan bahwa earning management yang dilakukan oleh perusahaan nilainya relatif kecil dengan strategi menaikkan laba (income increasing). 27 Tabel 4. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-ROE Manajemen_Laba * ROE Crosstabulation ROE ROE < Rata-rata Manajemen_Laba Manajemen Laba Negatif Manajemen Laba Positif Total ROE > Rata-rata Total 30 36 66 32 24 56 62 60 122 Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0 Argumentasi ini diperkuat dengan hasil pengujian dari tabel 4 bahwa, proporsi perusahaan yang mempunyai nilai ROE yang diatas rata-rata (11,33%) dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung melakukan strategi menurunkan laba (decreasing income) adalah 29,51% (36 perusahaan). Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan penghindaran pajak (Taxation Motivations) dan adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat (Political Motivations). Sedangkan nilai ROE yang dibawah rata-rata (11,33%) dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung melakukan strategi menaikkan laba (increasing income) adalah 26,23% (32 perusahaan). Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan manajer yang bertindak secara opportunistic memaksimalkan laba saat ini (Bonus Plan Motivations) dan perusahaan mempunyai rasio debt to equity yang besar (Debt Covenants Motivations). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi perusahaan yang melakukan praktek manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (increasing income) maupun menurunkankan laba (decreasing income) tidak berbeda jauh artinya praktek manajemen laba tidak akan memberikan dampak 28 terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari kinerja keuangan yaitu ROE. Hal ini menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan bukan menjadi pertimbangan utama investor dalam menilai kinerja perusahaan untuk melakukan investasi. Akan tetapi ada faktor lain yang mungkin menjadi pertimbangan investor misalnya: perusahaan dalam sampel mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang dan perusahaan mempunyai sumber daya manusia yang handal atau terampil serta perusahaan memiliki teknologi yang canggih. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pae (1999), Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Hastuti (2005) yang mengatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROE. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat maupun investor. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tergantung 29 bagaimana pihak manajemen mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor mempertimbangkan ataupun menjadikan ukuran perusahaan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja perusahaan yang tercermin dari ROE yang dihasikan oleh perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hesti (2010) dan Uyun (2010) dalam Raharja (2012) yang menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Tabel 5. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda Coefficientsa Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Size Dependent Variable: PBV Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error -10.711 1.710 .033 .095 .437 .061 Beta .026 .548 T -6.263 .345 7.153 Sig. .000 .730 .000 R: 0.549a R Square: 0.301 Adjusted R Square: 0.289 F-hitung: 25.626 Sig: 0.000b N: 122 Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai adjusted (R²) sebesar 0,289 Hal ini menunjukkan bahwa 28,90% PBV dipengaruhi oleh variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan. Sedangkan sebesar 71,10% dipengaruhi oleh variabel 30 lain yang tidak dimasukkan dalam model. Meskipun nilai adjusted (R²) rendah, tetapi dengan nilai F test, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 25,626 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 mengindikasikan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama terhadap variabel PBV. Dilihat dari tabel 5 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : PBV = -10,711 + 0,033DA + 0,437SIZE + e Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (PBV) Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.730 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1b ditolak. Ini menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Sesuai dengan tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manajer terkait dengan kepentingannya. Konflik keagenan yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat memberikan dampak pada kualitas laba yang dihasilkan, hal ini dikarenakan para manajer akan bertindak opportunistic. Laba yang bersifat opportunistic tentunya akan merugikan bagi beberapa pihak yang memiliki kualitas rendah karena tidak mewakili informasi sebenarnya. Laba yang memiliki kualitas rendah sangat 31 merugikan para investor dan bagi perusahaan juga akan merugikan, sabab hal ini berhubungan dengan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham yang di transaksikan dan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini menjelaskan bahwa pemakai laporan keuangan dalam hal ini investor beranggapan, laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kinerja manajemen secara keseluruhan. Hal ini diduga bahwa pasar atau investor tidak terfokus pada berapa banyak laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk membeli saham perusahaan, akan tetapi investor melihat bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik sehingga investor meresponnya dengan positif. Tabel 6. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-PBV Manajemen_Laba * PBV Crosstabulation PBV Manajemen_Laba Manajemen Laba Negatif Manajemen Laba Positif Total PBV < 1 28 PBV > 1 38 Total 66 25 31 56 53 69 122 Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0 Dari tabel 6 dapat dilihat, proporsi perusahaan yang mempunyai nilai PBV yang lebih besar dari 1 dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung melakukan strategi menurunkan laba (decreasing income) adalah 31,15% (38 perusahaan), hal ini dikarenakan pihak manajemen melakukan buy out. Sedangkan nilai PBV yang lebih besar dari 1 dan melakukan praktek manajemen laba yang cenderung melakukan strategi menaikkan laba (increasing income) adalah 25.41% (31 perusahaan), hal ini diduga pihak manajemen melakukan penawaran saham ke publik. 32 Menurut Sulistyanto (2008) dalam Firdaus (2013), salah satu alasan motivasi manajemen laba dilakukan karena alasan pasar modal lebih banyak disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi, khususnya laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai harga saham (capital market motivations). Sehingga tidak mengherankan kalau ada sebagian manajer yang berusaha membuat laporan keuangannya tampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja saham dalam jangka pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi perusahaan dalam sampel yang melakukan praktek manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (increasing income) maupun menurunkankan laba (decreasing income) tidak berbeda jauh artinya praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tidak akan berdampak terhadap nilai perusahaan (PBV). Hal ini diduga walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar, namun investor atau pasar saham mengabaikan adanya manajemen laba tersebut Megawati (2009). Sehingga laba yang dihasilkan oleh perusahaan bukan menjadi pertimbangan utama bagi investor dalam membeli saham. Penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Fernandes dan Ferreira (2007) dan Herawaty (2008) yang mengatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Megawati (2009) yang menemukan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 33 Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap PBV. Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan asset yang ada di perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan temuan Herawaty (2008), Sulistiono (2010) dan Prasetyorini (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: Praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE maupun PBV. Ukuran perusahaan terbukti sebagai variabel kontrol, dimana ukuran perusahaan ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE 34 maupun PBV. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan nilai perusahaan yang berarti juga pihak manajemen mampu mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Implikasi Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba (DA) dan Ukuran perusahaan (Total Asset) yang dapat digunakan untuk menilai nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing BEI pada periode 2011-2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pae (1999), Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), Hastuti (2005) dan Megawati (2009) yaitu manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan nilainya relatif kecil dan pasar mengabaikan adanya manajemen laba tersebut. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fernandes dan Ferreira (2007) dan Herawaty (2008) yang mengatakan manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Herawaty (2008), Nuswandari (2009), Sulistiono (2010), Hesti (2010) dan Uyun (2010) dalam Raharja (2012) dan Prasetyorini (2013) yang mempertegas bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan maka akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian 35 Nuswandari (2009) mengatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini ada yang mendukung dan ada yang membantah hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya artinya tidak konsisten (inconsistent) hasil penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Implikasi Terapan Sebagai implikasi terapan dari penelitian ini adalah para manajer disarankan tidak perlu melakukan manajemen laba, karena terbukti variabel manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Pasar atau investor tidak menjadikan laba sebagai tolak ukur atau mengabaikan adanya manajemen laba tersebut dalam melakukan investasi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi manajer bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Apabila perusahaan menginginkan nilai perusahaan yang baik maka manajer harus bisa mengelola asset perusahaan secara efektif dan efisien. Bagi investor maupun kreditur hendaknya memperhatikan aspek asset perusahaan ketika akan melakukan investasi, karena asset perusahaan yang besar merupakan jaminan bagi prospek investasi yang dilakukan. Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: Perspektif manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif oportunistis. Untuk penelitian selanjutnya manajemen laba perlu ditinjau dari perspektif yang lain, misalnya perspektif efisiensi atau mengamati earnings management dengan 36 periode waktu, jumlah sampel, maupun event yang berbeda. Event merger dan akuisisi, adopsi standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang lebih dini, maupun krisis ekonomi dapat dijadikan event pengamatan atas tindakan earnings management. Perspektif efisiensi manyatakan bahwa manajer melakukan pilihan atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang cash flow yang akan datang dan untuk meminimalkan agency cost yang terjadi karena konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer Jiambalvo (1996) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini hanya menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai dasar untuk mengetahui tingkat singnifikansi terhadap nilai perusahaan hanya terbatas pada manajemen laba dan ukuran perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya supaya memasukkan variabel lain untuk mengukur nilai perusahaan, menggunakan Tobin’s Q sebagai alternatif penilaian selain PBV dan menggunakan profitabilitas dengan proksi lain (ROA atau ROI), sebagai alternatif pengukuran selain ROE, serta menambah variabel lain selain ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. 37 Daftar Pustaka Andri, Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. pp 1-24. Ardiansyah,Yusfi. 2009. Evaluasi Kinerja Return Saham ke depan dengan penggunaan data pasar dan data akuntansi tahun sebelumnya dari rasio PER, PBV, dan EV/EBITDA pada tahun 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia (saham-saham pada index LQ-45). Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Diuduh dari (http://lontar.ui.ac.id.15 Januari 2014). Darwis, Herman. 2012. Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1, Januari 2012, hal. 45-55, Universitas Khairun. Darmawati, Deni dkk.(2004). Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004. Djojo, Adji. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Gava Media. Yogyakarta. Dwi, Nuvita.C. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Persahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba di BEI tahun 2005-2010. Juraksi,Vol.1,No.2, Februari 2012, ISSN:2301-9328. Fernandes, Nuno dan Ferreira, M.A. 2007. The Evolution of Earnings Management and Firm Valuation: A Cross-Country Analysis. Working paper. European Finance Association Conference and 2007 CEPRGerzensee Symposium. Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio Tehadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing di BEI. Skripsi Sarjana Universitas Negeri Padang, di unduh dari (http://unp.ac.id/.03 Juni 2014) Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro, Semarang. 38 Gumanti, Tatang Ary., 2001, Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2, hal. 104-115. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.10,No.2, November 2008 :97-108. Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta), Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005. Hutagaol, Rahman. 2008. Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real Pada Penawaran Perdana dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.5, No.1, Juni 2008. I,Guna Welvin dan Erlan H. 2010. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya terhadap manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, hal 53-68, STIE Trisakti. Jiambalvo, J. 1996. Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulation. Contemporary Accounting Research. Vol. 13. Spring, p.3747. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mardiyati, U, Ahmad.G.N, dan Putri, Ria. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1, 2012. Megawati. 2009. Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan yang Termasuk Kelompok Jakarta Islamic Index Tahun 2005-2007. Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri 39 Sunan Kalijaga. Diunduh dari (http://digilib.uin-suka.ac.id/3489/1.pdf.18 Sptember 2013). Mila, Efrianus Landu dan Supatmi. 2012. Analisis Perataan Laba Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2006-2010. Prosiding Seminar Nasional Dan Call For Papers: “Menilai Kinerja Bisnis & Ekonomi Indonesia: Problematika, Perspektif & Prospek”. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya. 2012 Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2005. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Hal.70-84,Vol. 16.No. 2, September 2009, ISSN: 1412-3126 Prasetyorini, F. Bhekti (2013). Pengaruh ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No.1, Januari 2013. Hal:183-196. Raharja, Iqbal Bukhori. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2010).Diponegoro Journal Of Accounting Tahun 2012. (http://ejournal S1.undip.ac.id/index.php/ accounting). Scott, William R. 2000. Financial accounting theory. Second edition. Canada: Prentice Hall. Soliha, E. dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9. No. 2, September: 149-163. Suharli, Michell dan Sofyan F. Harahap. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol.4, No.3, hal.223-245. Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2006-2008. Skripsi Sarjana Universitas Negeri Semarang. Diunduh dari (http://lib.unnes.ac.id/2612/1/7192.pdf.18 September 2013). 40 Sulistyanto, H. Sri., 2008, Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris, Jakarta: Grasindo. Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur), Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Utomo, M. Muslim, 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan High Profile dan Low Profile). Simposium Nasional Akuntansi III, IAI. Van Horne, James C. & John M. Wachowichz, Jr. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen keuangan. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Widhiarso, Wahyu. 2011, Analisis Data Penelitian Dengan Variabel Kontrol. Diunduh dari (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/ 16 Juli 2013). Widyaningdyah, A.U. 2001, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2, November, Hal. 89-101. Yangs, Analisa. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Diunduh September 2013). 41 dari (www.eprints.undip.ac.id.18 Lampiran Daftar perusahaan sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Nama Manajemen Perusahaan Laba AISA 0.52 DAVO -1.12 DLTA -0.94 ICBP -0.54 INDF -0.37 MLBI 2.71 PSDN -0.34 SKLT -0.38 STTP -0.71 ULTJ -1.29 TBLA -1.75 GGRM 1.57 RMBA 0.11 PBRX 0.08 SSTM -0.63 BATA -0.57 SRSN 0.95 TIRT 0.43 SAIP 1.31 SPMA -0.53 ALDO 0.90 DPNS -1.96 ETWA 2.75 24 INCI -1.46 25 26 27 28 29 30 31 32 33 LTLS AKPI APLI IGAR TRST YPAS LMPI AMFG SMCB 0.36 -0.81 -0.14 0.48 0.04 -0.04 -0.09 -0.17 -1.09 Size ROE PBV 29 8.18 -14.48 25.30 19.27 15.87 19.95 -11.57 -4.86 8.71 8.48 26.24 20.20 13.62 10.50 15.97 9.51 3.02 -2.88 -17.63 4.40 9.32 -5.06 19.41 0.75 0.74 2.98 2.83 1.28 4.51 2.16 0.79 1.84 2.61 1.81 4.86 2.55 1.97 2.02 1.29 0.47 0.61 1.51 0.48 2.49 1.79 1.11 -15.42 0.34 11.03 6.92 9.90 19.04 10.86 11.22 1.33 15.71 14.02 0.74 0.94 0.51 1.72 0.83 3.07 0.51 1.33 2.21 29 27 30 32 30 29 26 28 28 29 31 29 28 27 27 27 27 28 28 26 26 27 26 29 28 27 27 28 26 27 29 30 42 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 SMGR ALKA ALMI GDST INAI JPRS LION LMSH PICO KICI KDSI ARNA TOTO JECC KBLI KBLM SCCO VOKS ASII IMAS INDS LPIN NIPS PRAS SMSM UNTR INAF KAEF KLBF PYFA TSPC MBTO MRAT TCID AISA ICBP MLBI MYOR -0.30 -1.86 -1.69 0.44 -0.24 1.56 -0.49 -0.61 0.24 0.08 -0.78 -0.65 -0.28 -0.19 -0.39 -0.87 -0.80 -0.79 0.79 2.95 2.05 0.01 1.45 0.02 -0.31 -2.09 -0.03 0.25 -0.26 0.37 -0.57 0.37 0.36 0.50 0.15 -0.99 -0.94 -0.39 27.06 20.85 5.51 13.37 24.85 11.16 17.39 8.74 -6.56 0.55 8.46 19.86 28.76 22.58 0.01 7.78 21.15 22.27 28.15 20.97 19.05 9.57 10.74 3.24 32.70 21.32 6.07 13.71 23.63 6.28 19.22 10.65 9.19 13.72 12.47 19.08 14.00 24.27 31 26 28 28 27 27 28 28 27 25 27 27 28 27 28 27 28 28 33 30 28 26 27 27 28 31 28 28 30 25 29 27 27 28 29 31 32 30 43 4.65 1.15 0.34 1.42 0.81 0.22 0.90 0.84 0.58 0.39 0.36 1.39 3.26 0.71 0.58 0.52 1.24 1.37 3.95 2.61 1.25 0.40 0.48 0.56 2.92 3.57 0.83 1.51 5.30 1.14 3.77 1.10 0.60 1.52 1.55 3.41 1.50 5.00 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 PSDN SKLT STTP ULTJ TBLA GGRM ERTX PBRX SSTM UNIT BATA SRSN FASW KBRI SAIP SPMA ALDO INCI LTLS AKPI APLI IGAR TRST YPAS AMFG SMCB SMGR ALKA ALMI INAI JPRS PICO KICI KDSI KIAS MLIA TOTO KBLM -0.51 -0.58 0.64 -0.99 0.59 -0.21 0.46 0.50 -1.32 -0.12 0.25 0.41 -0.89 1.34 -0.82 0.16 -0.76 -0.28 -1.09 0.01 -0.46 -0.07 0.15 2.49 -0.44 -0.17 -0.26 -0.08 0.04 2.22 0.12 0.47 -0.15 -0.63 -2.11 0.01 0.95 1.71 6.26 6.14 12.91 21.08 13.88 15.29 12.98 17.29 -5.68 0.15 17.90 6.30 0.29 5.14 -12.73 5.13 9.80 3.84 13.04 3.69 1.92 18.39 8.29 10.01 14.11 16.41 27.11 11.43 2.59 17.92 3.91 5.62 3.39 11.66 -5.13 26.27 14.82 9.00 27 26 28 29 29 31 27 28 27 27 27 27 29 27 28 28 26 26 29 28 27 26 28 27 29 30 31 26 28 27 27 27 25 27 28 28 28 27 44 1.09 0.96 2.15 2.29 1.49 4.37 0.56 1.75 0.63 0.11 2.01 1.12 0.07 0.33 1.08 0.52 2.74 0.38 0.59 0.65 0.59 1.63 0.72 2.72 1.47 3.55 5.18 1.02 0.48 0.55 1.00 0.74 0.80 0.63 0.28 0.37 1.27 0.57 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 SCCO VOKS AUTO IMAS LPIN NIPS PRAS INAF KAEF KLBF PYFA MBTO MRAT -0.22 -0.21 0.67 3.03 0.23 0.99 -0.18 0.54 -0.56 0.17 0.53 0.87 0.19 26.09 24.38 20.71 15.50 12.31 10.03 14.79 6.52 14.27 24.02 6.05 10.67 8.92 28 28 30 31 26 27 27 28 28 30 26 27 27 1.28 1.42 2.60 1.55 1.71 0.35 0.53 1.57 2.85 0.01 1.07 0.09 0.54 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardiz ed Residual N 122 a,b Normal Parameters Mean .0000000 Std. Deviation .99170110 Most Extreme Differences Absolute Positive Negative .080 .059 -.080 .889 .409 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 45 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 122 Mean 0E-7 Normal Parametersa,b Std. Deviation .99170110 Absolute .105 Most Extreme Positive .105 Differences Negative -.068 Kolmogorov-Smirnov Z 1.162 Asymp. Sig. (2-tailed) .134 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Uji Autokorelasi Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 .405 .164 .150 9.03233 a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba b. Dependent Variable: ROE DurbinWatson 1.761 Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 .549 .301 .289 1.02942 a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba b. Dependent Variable: PBV DurbinWatson 2.141 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Toleran VIF ce Manajemen_Laba 1.000 1.000 1 Size 1.000 1.000 a. Dependent Variable: ROE 46 Coefficientsa Model Manajemen_Laba Size a. Dependent Variable: PBV 1 Collinearity Statistics Toleran VIF ce 1.000 1.000 1.000 1.000 Uji Heteroskedastisitas Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.365E15.005 014 .000 .832 .000 Size a. Dependent Variable: Abresid Model .000 .537 Coefficientsa Unstandardized Coefficients .000 Standardized Coefficients B Std. Error (Constant) 2.164E-015 1.710 1 Manajemen_Laba .000 .095 Size .000 .061 a. Dependent Variable: Abresid Regresi Berganda Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 .405 .164 .150 9.03233 a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba b. Dependent Variable: ROE 47 t Sig. .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000 t Sig. .000 .000 .000 1.000 1.000 1.000 Beta .000 .000 Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 .549 .301 .289 1.02942 a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba b. Dependent Variable: PBV Model ANOVAa df Sum of Mean Squares Square Regression 1899.782 2 949.891 1 Residual 9708.367 119 81.583 Total 11608.149 121 a. Dependent Variable: ROE b. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba Model ANOVAa df Sum of Mean Squares Square Regression 54.312 2 27.156 1 Residual 126.104 119 1.060 Total 180.416 121 a. Dependent Variable: PBV b. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Size a. Dependent Variable: ROE Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Size a. Dependent Variable: PBV F .000b 11.643 F Sig. .000b 25.626 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -57.700 15.005 1.221 .832 .123 2.472 .537 .386 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -10.711 1.710 .033 .095 .026 .437 .061 .548 48 Sig. t -3.845 1.468 4.608 t -6.263 .345 7.153 Sig. .000 .145 .000 Sig. .000 .730 .000 Uji t Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Size a. Dependent Variable: ROE Model (Constant) 1 Manajemen_Laba Size a. Dependent Variable: PBV Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -57.700 15.005 1.221 .832 .123 2.472 .537 .386 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -10.711 1.710 .033 .095 .026 .437 .061 .548 49 t -3.845 1.468 4.608 t -6.263 .345 7.153 Sig. .000 .145 .000 Sig. .000 .730 .000 CURRICULUM VITAE DATA DIRI : Nama : Dimer Simamora NIM : 232010155 Fakultas : Ekonomika dan Bisnis Program Studi : Akuntansi Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : Tapanuli Utara, 11 Agustus 1991 Umur : 23 tahun Agama : Kristen Protestan Alamat Rumah : Lobupining, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara Alamat Kos : Jalan Kalisawo, Rt.03 Rw.01, Kel. Bugel, Kec. Sidorejo, Salatiga-Jawa Tengah Telepon, HP : 085641941530 E-mail : [email protected] PENDIDIKAN : 1997 – 2003 : SD Negeri 173256 Lobu pining 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Pahae Julu 2006 – 2009 : SMK Negeri 1 Siatas Barita 2010 – sekarang : Universitas Kristen Satya Wacana, Jurusan Akuntansi. 50 RIWAYAT ORGANISASI DAN KEPANITIAAN 2011 Panitia Makrab Batak di Wisma Garuda Kopeng, 12-13 November 2011, sebagai seksi Akomodasi Perlengkapan dan Transportasi. 2012 PanitiaVisit Plan Jakarta-Bandung, 30 April-03Mei 2012, sebagai Seksi Acara. Panitia Retreat Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga di Salib Putih Kopeng 2012, sebagai Seksi Acara. Ketua Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga periode 2012-2013. 2013 Panitia National Seminar on Accounting, di UKSW 2013, sebagai Seksi Acara 51