STROKE Disusun oleh : Dea Sisilia R. 1041411047 Debora Manurung 1041411048 Desah Alit Idayu 1041411049 Desy Nurul Ardianti 1041411050 Dewi Andiningrum 1041411051 Dhika Prameswari 1041411052 Apa itu Stroke ? • Menurut WHO, Stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun fungsional yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau yang menimbulkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. • Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak, biasanya merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer, 2001). • Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24jam atau lebih, bisa juga langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Macam Macam Stroke • Stroke diklasifikasikan menjadi 2 yaitu iskemik dan hemoragi (Fagan dan Hess, 2005). Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke iskemik dikelompokkan menjadi: – trancient ischemic attack (TIA), serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam, – reversible ischemic neurologic deficit (RIND) yaitu gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari, – progressing stroke atau stroke in evaluation yaitu kelumpuhan atau defisit neurologik yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat, – completed stroke yaitu kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2004). • Berdasarkan lokasi perdarahan diotak stroke hemoragi dibedakan menjadi 2 yaitu intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral), jika terjadi perdarahan pada pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan otak sehingga terjadi hematom. • Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid), jika darah arteri dari sistem pembuluh darah masuk ke dalam rongga subarachnoid (Fagan dan Hess, 2005). Penyebab Stroke Penyebab stroke (Rice, 2002;Fagan dan Hess, 2005) Tanda dan Gejala Stroke Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya. • • • • • Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia) Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy” Tonus otot lemah atau kaku Gangguan pandangan “Homonimus Hemianopsia” Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara) • Gangguan persepsi • Gangguan status mental Patofisiologi Stroke 1. Stroke iskemik Nilai normal cerebral blood flow adalah 50 – 60 ml/100 g/menit dengan rata-rata tekanan darah arteri 50 – 150 mmHg. Pembuluh darah akan melebar dan menyempit dengan adanya perubahan tekanan darah yang disebut cerebral autoregulation (Fagan dan Hess, 2005). Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi adalah 220/110-120 mmHg (Haryono, 2005). 2.Stroke hemoragi. • Stroke hemoragi (perdarahan) disebabkan oleh perdarahan pada arteri serebral. Darah yang keluar dari pembuluh arteri masuk ke jaringan otak parenkima sehingga terjadi hematom. • Hematom menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Keadaan ini terjadi pada perdarahan intrakranial atau intraserebral. Tekanan tinggi intrakranial (TTIK) menyebabkan terjadinya hipertensi. Semakin tinggi tekanan intrakranial maka semakin parah hipertensi yang terjadi. Oleh karena itu, pada stroke perdarahan intraserebral biasanya disertai hipertensi maligna. Gambaran klinis stroke • Secara umum gambaran klinis yang sering dijumpai pada penderita stroke akut adalah sebagai berikut : – hemiparesis yaitu pasien akan mengalami kelemahan pada salah satu bagian tubuh, – aphasia yaitu tidak dapat berbicara, – hemianopsia yaitu penglihatan terganggu yaitu penglihatan gelap atau ganda sesaat, – vertigo yaitu pusing yang menetap dan terjatuh (Fagan dan Hess, 2005) Penatalaksanaan Terapi Stroke 1. Tujuan Terapi Tujuan terapi stroke akut adalah untuk mengurangi kerusakan neurologis secara terus menerus, mengurangi mortalitas dan kecacatan dalam waktu yang lama; mencegah komplikasi sekunder pada imobilitas dan disfungsi neurologis; mencegah kekambuhan stroke atau stroke ulang (Fagan dan Hess, 2005). 2. Sasaran Terapi • Sasaran terapi pada stroke akut difokuskan pada pernapasan dan fungsi jantung untuk mengetahui kerusakan akibat iskemik maupun hemoragi berdasarkan CT scan kepala. • Selain itu, perlu diperhatikan peningkatan tekanan darah mencapai 220/120 mmHg, aortic dissection, infark miokard akut, edema pulmo dan hipertensive encephalopathy. Pada pasien dengan stroke hemoragi dilakukan bedah. (Fagan dan Hess, 2005; Wibowo dan Gofir, 2001). 3. Strategi Terapi Strategi Terapi di bagi menjadi 2 yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi Terapi Non Farmakologi • Stroke Iskemik Adanya edema iskemik menyebabkan infark meluas dan meningkatkan tekanan darah. Pembedahan pada pasien stroke iskemik dapat meningkatkan hasil terapi. Pencegahan sekunder yang juga efektif adalah carotid endarterectomy pada bagian yang luka dan stenotic carotid artery. Resiko kambuhnya stroke dapat dikurangi hingga mencapai 48% bila dibandingkan dengan terapi farmakologis dengan penggunaan aspirin 325 mg per hari. • Stroke hemoragi Tindakan bedah yang dilakukan, misalnya hemicraniectomy dan cerebral angioplasty (Junaidi, 2004). Pembedahan pada pasien dengan subarakhnoid dilakukan dengan menjepit atau membuang pembuluh darah yang abnormal untuk mengurangi ruptur intracranial aneurysm (AVM) dan menurunkan mortalitas dengan mengurangi kemungkinan perdarahan kembali (rebleeding). Terapi Farmakologi Stroke Iskemik Akut 1. Terapi Komplikasi Akut a. Pernafasan dan suplementasi oksigen Tujuan terapi untuk mencegah hipoksia dan potensi yang dapat memperburuk kerusakan otak. b. Pemantauan temperatur Apabila temperatur tubuh pasien tinggi diperlukan terapi yg dapat menurunkan secara akurat yang dapat meningkatkan prognosis pasien. Obat yang bisa di pakai yaitu aspirin, ibuprofen, dan PCT c. Pemantauan fungsi jantung Diperlukan untuk mendeteksi ada tidaknya atrial fibrilasi yang paling tidak diperiksa 24 jam pertama. d. Pemantauan tekanan darah arteri Apabila tekanan darah pasien terlalu rendah (<100/<70 mmHg) diperlukan pemberian cairan normal saline. Pemberian vasopresor (dopamin) apabila normal saline tidak adekuat. Tekanan darah yg tinggi harus diterapi dengan antihipertensi e. Pemantauan gula darah Tujuanya untuk mencapai kadar gula darah yang diinginkan. Pada hiperglikemia, pasien diterapi dengan Insulin. Sedangkan pada kondisi hipoglikemia, pasien diterapi untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah 2. Terapi Antiplatelet Bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi dan perbaikan mikrovaskular. Contoh antiplatelet yaitu aspirin, klopidogrel, dipiridamolaspirin (ASA), tiklopidin. Urutan pilihan terapi untuk agen tunggal yaitu aspirin dan ASA, jika alergi atau gagal dapat diganti dengan klopidogrel, apabila masih gagal tiklopidin menjadi alternatif berikutnya. 3. Terapi antikoalugan Bertujuan untuk mencegah kekambuhan stroke dan meningkatkan outcome secara neurologis. Contoh obat yaitu heparin, warfarin. Terapi Farmakologi Stroke Hemoragi 1. Terapi Antiplatelet Lini pertama yang diberikan yaitu aspirin. Yang memiliki mekanisme aksi menghambat sintesis tromboksan yaitu senyawa yang berperan dalam proses pembekuan darah. Atau dipiridamol atau dikombinasikan dengan aspirin 2. Terapi Antikoalugan Antikoalugan diperkirakan efektif untuk pencegahan emboli jantung pada pasien stroke yang mengalami fibrilasi atrial 3. Terapi Antihipertensi Penggunaan AH harus memperhatikan aliran darah otak dan aliran darah perifer untuk menjaga fungsi serebral. Obat lini pertama untuk pasien stroke adalah golongan ACE inhibitor (candesartan) 4. Terapi untuk fungsi neurologis dengan neuropektan Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kognitif dengan meningkatkan fungsi memori, menghilangkan kelesuan atau pening. Contoh obatnya yaitu sitikolin dan pirasetam. Pemberian sitikolin dilaporkan pada beberapa uji klinis dapat meningkatkan fungsi neurologis dan mempercepat pemulihan pasien. KASUS • Selama 3 hari pasien buang air kecil tidak lancar dan sesak napas. Pasien juga mengeluh kaki dan tangan sebelah kanan terasa lemas sudah 15 hari. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama rentang waktu tersebut. Subjek • • • • • • • • • • • • No. RM Nama Usia/ Jenis kelamin Tanggal masuk Tanggal keluar Keadaan pulang Riwayat penyakit Riwayat obat Riwayat alergi Riwayat penyakit keluarga Diagnosa Masuk Diagnosa Keluar : 49.23.55 : Tn. CA : 49 tahun/ Laki-laki : 20 September 2016 : 22 September 2016 : Meninggal : Diabetes Melitus, Hipertensi : Tidak diketahui : Tidak diketahui : Tidak diketahui : Stroke iskemik : Stroke hemiplegi kanan Objektif • CT-Scan kepala (20/09) • Kesan: Stroke iskemik dengan infarct multiple pada corona radiata kiri • Foto Thorax (20/09) • Tekanan darah: 102/61 – 150/100 mmHg (20/09), 120/70-140/80 mmHg Assesment Terapi Farmakologi 1. Pirasetam 4 x 3 g sehari 2. Sitikolin 2 x 250 mg sehari 3. Furosemid 2 x 2 ampul sehari 4. Insulin Nama Obat Mekanisme Ket Piracetam Gol Neuroprotektan meningkatkan efektifitas Tidak tepat indikasi dari fungsi otak melalui peningkatan fungsi neurotransmiter kolinergik Sitikolin Gol Neuroprotektan memperbaiki kerusakan membran saraf lewat sintesis fosfatidilkolin, memperbaiki aktivitas saraf kolinergik dengan meningkatkan produksi asetilkolin dan mengurangi akumulasi asam lemak di daerah kerusakan saraf. Tidak tepat indikasi Nama Obat Mekanisme Ket Furosemid Diuretik Henle menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/ K+/ 2Cl- Tidak tepat indikasi Insulin Tepat Indikasi Tepat Dosis Nama Obat Dosis Pemakaian Ket Piracetam dosis umumnya adalah 1,2-4,8 gram per hari, yang dibagi dalam 2-4 kali minum 4x sehari 3 gram Tepat dosis Citikolin Untuk mengobati penyakit pada pembuluh darah otak konsumsi 600 miligram per hari. Untuk penanganan cepat penanggulaangan stroke akibat penggumpalan darah, konsumsi 500 – 2000 miligram per hari 2 x 250 mg sehari Tepat dosis Plan 1.Pada pasien dengan gangguan ginjal perlu diperhatikan pemilihan obat. Pada kasus ini dianjurkan untuk mengganti pirasetam dengan nisergolin karena pasien mengalami gangguan ginjal berat. Dosis yang digunakan adalah 2 x sehari 2-4 mg secara im atau infus 4-8 mg tiap dosis dalam larutan garam fisiologis dilanjutkan dengan tablet 30-60 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis dengan interval teratur (Junaidi, 2004) 2.Sebaiknya tidak perlu diberikan furosemid karena pasien punya riwayat penyakit stroke. Target tekanan darah pada pasien yang punya riwayat hipertensi dan stroke adalah 180/100105 mmHg (EUSI, 2003). Tekanan darah pasien ini pada pengamatan selama 2 hari paling tinggi adalah 150/100 mmHg. Penggunaan furosemid justru akan menyebabkan pasien mengalami hipokalemia. 3.Jika pasien tetap diberikan furosemid maka perlu pengaturan waktu pemberian. Penggunaan kedua jenis obat ini secara bersamaan kemungkinan akan menyebabkan pasien mengalami hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi akan memperluas area infark (EUSI, 2003). Tetapi meluasnya infark pada kasus ini tidak dapat dideteksi karena tidak dilakukan CT scan lebih lanjut. 4.Pasien di diagnosa menderita stroke iskemik, dimana obat lini pertama yaitu aspirin. Seharusnya di berikan obat aspirin atau golongan antiplatelet. TERIMA KASIH