ETIKA KEILMUAN Ilmu merupakan salah satu

advertisement
ETIKA KEILMUAN
Ilmu merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam kehidupan, karena tanpa ilmu
manusia akan buta tentang pengetahuan dan tidak dapat membedakan antara mana yang baik dan
mana yang salah.Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral
pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil-hasil
kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk memberikan keputusan politik dengan berkiblat
pada pertimbangan moral.Ilmiuan memiliki tanggung jawab profesional, khususnya di dunia ilmu
dan dalam masyarakat ilmuan itu sendiri serta mengenai metodologi yang dipakainya. Ilmuan juga
memikul tanggung jawab sosial yang bisa dibedakan atas tanggung jawab legal yang formal
sifatnya, dan tanggung jawab moral yang lebih luas cakupannya.Agar mendapatkan pengertian yang
jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral, maka kajiannya harus didekati dari ketiga komponen
tiang penyangga tubuh pengetahuan, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Namun sebelum
sampai pada ketiga pendekatan tersebut, dibahas dahulu mengenai etika, moral, norma, dan
kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri ilmu.
A. ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA DAN KESUSILAAN
1. Etika
a. Pengertian Etika
Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat.Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku
atauperbuatanmanusia dalam hubungannya dengan baik buruk.Yang dapat dinilai baik buruk
adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, katakata, dan sebagainya. Adapun motif , watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau
tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang
dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruk.Menurut Sunoto (1982) etika
dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan,
menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan
bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika.Adapun etika normatif sudah
memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus di kerjakan dan yang
tidak.Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motifasi suatu perbuatan, suara
hati dan sebagainya.Etika khusus adalah prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika
dalam pekerjaan, dan sebagainya.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) edisi ketiga (2005:309), etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan apa yng buruk serta tentang hak dan kewajibanmoral. Moral
yang dimaksukan disini adalah akhlak, yakni budi pekertiatau kelakuan makhluk hidup itu
dengan kata lain sebutanbahwa etikaitu membahas tentang perilku menuju kehidupan yang
lebih baib, yang di dalamnya ada aspek kebenaran, tanggung jawab,peran dan lain
sebagainya.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
a. Jenis – Jenis Etika
1. Etika Filosofis
Etika berasal dari kegiatan berfilsafat atau berfikir, yang dimiliki oleh manusia. Etika
termasuk dalam filsafat, karena itu etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Terdapat dua
sifat etika, yaitu:
1
 Non-empiris
Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat
tidak demikian, filsafat berusaha melampui yang kongkret dengan seolah-olah
menayakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak
hanya berhenti pada yang kongkret yang secara faktual dilakukan, akan tetapi bertanya
tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
 Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum
mempelajari apa itu hukum.akan tetapi etika tidak terbatas itu, melainkan bertanya “apa
yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis
karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan
oleh manusia. Tetapi etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap
pakai.etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan
kewajiban.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang berkaitan dengan teologis, yaitu:
 Etika teologis bukan milik agama tertentu, melainkan setiap agama mempunyai
teologisnya masing-masing.
 Teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena banyak unsur-unsur etika
secara umum, dan dapat dimengerti secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis.
2.
Moral
a. Pengertian Moral
(Sunoto, 1982, hlm. 6) Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang
berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari
ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai.Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.Frans Magnis Suseno
(1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran, wejangan, khotbah,
peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia
menjadi manusia yang yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang
dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat,
dan agama dan tulisan para bijak.Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.Etika adalah
sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat
yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran
moral.Etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengangan berbagai ajaran moral.
Moral (bahasa latin moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia lain atau
orang lainnya dalam tindakan yang memilikinilai positif. Manusia yang tidak memiliki nilai
mora disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positifdi mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara explisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu,
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang
memiliki nilai implisitkarena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan disekolah. Manusia harus
memiliki moral jika ia mau dihargai. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
2
masyarakat setempat.moral adalah tingkah laku, ucapan dalam berinteraksi sosial, apabila
tingkah laku dan tindakan itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut
dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakat , maka itu moral yang baik
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya
memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah
terbangun sejak lama.
3.
Norma
a. Pengertian Norma
Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus
oxford norm berarti usual or expected way of behaving yaitu norma umum yang berisi
bagaimana cara berperilaku.
Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu
akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk
mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok
masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan
dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena
awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok
tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita
akan menumukan definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi.
Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan
konkretasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai karena setiap norma pasti
terkandung nilai di dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada
nilai tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya, tanpa di buatkan norma maka nilai
yang hendak di jalankan itu mustahil terwujud.
Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang datang dari
Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di sebut norma
agama sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada dasarnya keduanya
dalam orientasi yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia
yang berbudaya dan beradab.
Unsur pokok menurut Berry adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota
masyarakatuntuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar belakang pemikirannya
adalah apabila aturan-aturan yang tidak di kuatkan oleh aturan-aturan sosial, maka ia
tidak bisa di anggap sebagai norma sosial, sebab norma di sebut sebagai norma sosial
bukan saja karena telah mendapatkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah di
jadikan patokan hidup dalam perilaku.
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat kelompok warga di dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendalian tingkah laku yang
sesuai dan diterima. Norma juga dapat disebutkan sebagai ukuran atau kaidah yang
menjadi tolok ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu. Misalnya, untuk setiap
masyarakat harus menaati suatu tata tertib yang berlaku.
(Frans Magnis Suseno, 1987, hlm. 14) Norma adalah alat tukang kayu dan tukang
batu yang berupa segitiga. Kemudian norma berarti sebuah ukuran. Pada
perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan. Misalnya dalam
suatu masyarakat pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun, norma hukum,
dan norma moral.
b. Macam-macam Norma:
3
1. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.
2. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang bersumber
dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
3. Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari pergaulan
hidup antar manusia.
Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergulan
sekelompok itu.
Norma kesopanan bersifat relatif artinya apa yang dianggapsebagai
kesopananberbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan atau waktu.
Contoh-contoh norma sopan santun ialah:
 Menghormati orang yang lebih tua.
 Tidak menyela pembicaraan.
 Tidak berkata kasar,kotor, dan takabur, dan lain-lain.
Norma sopan santun sangat penting diterapkan dalam masyarakat ,karena
norma ini sangat erat kaitannya dengan msyarakat. Sekali saja ada yang
melaggar, pelanggar akan mendapatkan sanksi.
Contoh sanksi ialah: cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dari
pergaulan masyarakat.
4. Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan
resmi atau negara yang sifatnya mengikat atau memaksa.
c. Proses-Proses Norma
1. Proses Institualisasi Norma
Berbicara proses, institualisasi atau pengaturan norma dalam bentuk institusi
sangatlah penting di lakukan, karena tanpa dukungan sebuah lembaga, norma seiring
berjalan waktu bisa saja hilang karena di tinggalkan oleh manusianya.
Institualisasi dewasa ini begitu menjamur, karena terjadinya deikotomi antara satu
kepercayaan dengan kepercayaan yang lain, dimana satu kepercayaan ingin mempertahankan
loyalitasnya pada masyarakat tanpa terganggu oleh eksistensi kepercayaan lain, sehingga jalur
institusi sepertinya menjadi pilihan tepat bagi ajaran-ajaran kepercayaan yang ada. Hal ini terbukti
dari semakin banyaknya perkumpulan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang terdaftar pada kantor direktorat pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa(Binyat).
Dari data di atas, dapat kita ambil persepsi, bahwa semakin hari di negara semakin banyak
ajaran baru yang bermunculan yang diikuti tentunya dengan norma-norma yang baru, sehingga
tidak menutup kemungkinan terjadi perseberangan pendapat antara golongan-golongan yang ada.
Oleh sebab itu untuk menjaga kedamaian dalam hidup bernegara, negara penting untuk
mengadakan pengkordinasian diantara kepercayaan agar bisa terjalin komunikasi antar golongan
yang dengan hal itu akan mencegah terjadinya kesenjangan atau perdebatan yang tidak sehat antar
golongan.
Namun akibat yang akan muncul dari sebuah institualisasi, akan tersingkirnya
kesalehan simbolis dari kesalehan aktual. Kesalehan simbolis kemudian akan memisahkan
diri dari kerangka sosial massa dan menjadi kesalehan individual, sementara kesalehan
aktual menjadi kesalehan sosial-politik.
2. Proses Internalisasi Norma
Proses internalisasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu atau ideologi pada
sesorang atau kelompok untuk memantapkan ideologi yang ada guna membentuk insan yang
mulia dan bertanggung jawab berdasarkan visi misi yang diemban.
Dalam menjalankan sebuah organisasi, internalisasi sangat di butuhkan karena akan
memperkuat kader yang ada dan akan mampu mempertahankan organisasi dengan jiwa rasa
4
memiliki pada organisasi itu sendiri. Di samping itu juga internalisasi penting dilakukan
karena membantu untuk menyempurnakan pemahaman kader atas organisasi. Seorang ahli
estetika mengatakan: “pemahaman yang setengah tentag sebuah budaya, akan
menghilangkan nilai-nilai estetika pada budaya itu sendiri”. Dengan demikian proses
internalisasi sangatlah di butuhkan lebih-lebih dalam tatanan norma yang menjadi pedoman
hidup masyarakat.
4.
Kesusilaan
a. Pengertian Kesusilaan
Leibniz seorang filsuf pada zaman Modern berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil
suatu “menjadi” yang terjadi didalam jiwa.Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap
sampai pada kehendak yang sadar, yang berarti sampai pada kesadaran kesusilaan yang telah
tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktifitas jiwa sendiri.Segala perbuatan kehendak kita sejak
semula telah ada.Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di
dalam nafsu alamiah yang gelap.
(Harun Hadiwijono, 1990, hlm. 44-45) Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama
ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri.Kesusilaan hanya
berkaitan dengan batin kita.Akibat pandangan itu orang hanya dapat berbicara tentang
kehendak yang baik dan jahat.Kehendak baik ialah jika perbuatan kehendak mewujudkan
suatu bagian dari perkembangan yang sesuai dengan gagasan yang jelas dan
aktual.Kehendak jahat ialah jika perbuatan kehendak diikat oleh gagasan yang tidak jelas.
Menurut filsuf Herbert Spencer, pengertian kesusilaan dapat berubah, di antara bangsa
berbagai pengertian kesusilaan sama sekali berbeda-beda. Pada saman negara militer,
kebajikan keprajuritanlah yang dihormati, sedang pada saman negara industri hal itu
dianggapp hina.Hal ini disebabkan oleh kemakmuran yang dialami pada saman industri
bukan didasarkan atas perampasan dan penaklukan, melainkan atas kekuatan berproduksi.
Kesusilaan merupakan bagian kecil dari norma sehingga bisa mengenal nama norma
susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan setiap hari atau seharihari. Contohnya pergaulan antara pria dan wanita. Kesusilaandapat pula menjadi bagian dari
adab dan sopan santun.
B. PROBLEM ETIKA ILMU PENNGETAHUAN
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai
pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih lanjut
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan sesutu yang menyangkut
kegitan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal, karena pada dasarnya ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi
manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab ilmu pengetahuan
dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah
diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya
bagi masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam kegitannya.
Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan teknologi terbukti ada yang dapat
mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntup tanggung
jawab untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan
merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh. (Achmad Charris Zubair,
2002) Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupaan manusia. Akan tetapi, harus
5
menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh
kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik dalam hubungannya sebagai pribadi ,
dalam hubungan dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab
terhadap khaliknya. Jadi sesuai dengan pendapat Van Meslen (1985) bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun meningkkatkan keberadaan manusia
tergantung pada manusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh
manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya.Kemajuan dibidang teknologi
memerlukan kedewasaan manusia dalam arti sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk mengerti
mana yang layak dan yang tidak layak, yang buruk dann yang baik.Tugas terpenting ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguhsungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
saja sarana untuk mengembangkan diri manusia saja, tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreativitas manusia itu sendiri.
Sikap dan perilaku sangat penting dalam kehidupan. Setiap tingkah laku dan perilaku
seseorang akan menjadi tolok ukur tentang kepribadian sesorang tersebut. Oleh karena itu
seorang ilmuan mesti memiliki sikap ilmiah yang mencerminkan dirinya sebagai ilmuan. Sikap
yang dimaksud bisa berupa rendah diri, tidak sombong, dan selalu menghargai orang lain.
Sikap ilmiah diharapkan dimiliki seorang ilmuan sebab sesuai dengan pengertiannya bahwa
ilmuan adalah orang yang ahli atau banyak pengetahuannya menguasai suatu ilmu. Ilmuan dapat
pula dikatakan kepada orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku
atauperbuatanmanusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk
adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata, dan
sebagainya.
2. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
3. Norma adalah alat tukang kayu dan tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma berarti
sebuah ukuran. Pada perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan.
4. Tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri.
Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.
5. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap halhal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lalu, sekarang
maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam kegitannya.
6. Beberapa sikap seperti etika, moral, norma, kesusilaan mesti dimiliki oleh seorang ilmuan. Jika
sikap-sikap itu tidak dimiliki walaupun seseorang itu memiliki ilmu yang sangat tinggi, akan
dianggap rendah derajatnya dimata masyarakat.
__________________
Disusun oleh:
Dewi Widyastuti
Heri Saputra
Muhammad Roisudin
Putri Ayu Anggraini
Tri Agustin Ningrum
(11.88203.045)
(11.88203.057)
(11.88203.063)
(11.88203.069)
(11.88203.075)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Afid
Burhanuddin, M.Pd.
6
Download