BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kecerdasan Emosional Kata Emosi berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata emouvoir, yang berarti kegembiraan. Selain itu emosi berasal dari bahasa Latin emovere, darie(varians eks) yang berarti “luar” dan movere “bergerak” ( Syukur, 2012: 11). Dalam kamus bahasa Indonesia emosi diartikan sebagai “Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat”. Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Ki Hajar Dewantara, Descrates, Daniel Goleman, dan lain- lain. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Ningtyas, 2008: 4) Emosi melibatkan cipta, rasa, dan karsa, dan tidak ada kata yang lebih sesuai dengan kata “ Emotion”. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran), love (cinta) dan joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), rage(kemarahan), love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu: a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri 8 d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. Malu : malu hati, kesal. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi tersebut menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the nicomachea ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi). Goleman mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dapat dijabarkan sebagai kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri 9 sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Mayer (Dalam Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisaliologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan 10 motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. 2.1.2 Aspek-aspek Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (1996:58-59) aspek-aspek yang mempengaruhi kecerdasan emosional yakni sebagai berikut : a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (dalam Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menurut Goleman, "menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita "(2002:77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk 11 menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. c. Memotivasi Diri Sendiri Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002:57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. e. Membina Hubungan Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang 12 diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002:59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Dengan melihat uraian faktor-faktor kecerdasan emosional maka, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosional dapat dengan mudah berinteraksi ataupun beradaptasi dengan lingkungan baru serta dapat mengembangkan kecerdasan emosinya dengan menjalin hubungan baik dengan siapa saja, mampu mengolah emosi, dan meningkatkan aspek kepribadian positif yang dimiliki menjadi lebih optimal. 2.1.3 Fungsi Emosi Menurut Benjatield (dalam Uno dkk: 2000: 125) bahwa fungsi emosi meliputi: a. Emosi sebagai pembangkit energi (energizer), sebagai contoh: (1.) Marah menggerakkan kita untuk menyerang, (2.) Takut menngerakkan kita untuk lari. b. Emosi sebagai pembawa pesan atau isyarat (messenger) yaitu bahwa keadaan diri kita dapat diketahui dari kondisi emosi kita. Sebagai contoh: (1.) Marah, 13 diketahui bahwa kita sedang terganggu atau terserang. (2.) Bahagia, diketahui bahwa kita telah mencapai keinginan. c. Emosi sebagai pembawa informasi dalam komunikasi interpersonal. Yakni bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal. Sebagai contoh: Pembicara yang membawa pidatonya dengan seluruh emosi dalam berpidato, dipandang lebih hidup, lebih dinamis, dsb. d. Emosi sebagai sumber informasi tentang keberhasilan. Contohnya seseorang yang ingin sembuh dari sakit, kemudian dari yang terkesan sehat wal afiat menunjukan bahwa seseorang telah berhasil sembuh dari rasa sakitnya. Sementara itu menurut Robert S. Feldman dalam (Wirawan: 2003: 75) fungsi dari emosi yakni sebagai berikut: a. Mempersiapkan seseorang untuk bertindak. Artinya emosi menghubungkan antara kejadian dalam lingkungan eksternal dengan respon perilaku seseorang. Sehingga dapat membantu individu tersebut untuk mempersiapkan tindakan yang akan diambil. b. Membentuk perilaku masa yang akan datang. Artinya mendorong seseorang untuk mempelajari emosi yang akan membantu untuk membuat respon yang cocok terhadap peristiwa yang dihadapinya di masa yang akan datang. c. Membantu mengatur interaksi sosial. Emosi yang dialami seseorang terlihat oleh orang lain yang berkomunikasi dengan dia melalui perilaku verbal dan nonverbalnya. Dengan demikian orang itu dapat meramalkan perilakunya dikemudian hari dalam berkomunikasi. 14 Dengan uraian fungsi emosi maka dapat disimpulkan fungsi kecerdasan emosional ialah membantu siswa dalam membangkitkan energi-energi positif dalam dirinya ketika menghadapai berbagai persoalan hidup, membantu siswa dalam mengambil berbagai tindakan yang tepat, membantu siswa dalam membentuk perilaku masa yang akan datang, dan membantu siswa dalam mengatur interaksi sosialnya. 2.1.4 Perkembangan Emosi Remaja Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu karena tidak bisa menyesuaikan diri terhadap pola perilaku baru dan harapan yang diinginkan. Seorang remaja diharapkan memiliki memiliki jasmani yang kuat. Karena di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat. Secara jasmani, diharapkan jauh dari kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan fisik seperti narkoba dan minuman keras atau sejenisnya. Secara kejiwaan bebas dari berbagai problem kejiwaan, sehingga terwujud keharmonisan jiwa dan perasaan- perasaan positif yang lain. Remaja berada dalam periode yang banyak mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa. Kematangan hormon seks yang ditandai dengan datangnya menstruasi bagi remaja putri dan keluarnya mani melalui mimpi basah pada remaja putra dapat menimbulkan 15 kebingungan dan perasaan cemas, khususnya apabila mereka belum disiapkan untuk menyikapi peristiwa tersebut secara positif. Perubahan-perubahan yang dialami tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan hubungan sosial remaja. Para remaja mulai tertarik kepada lawan jenis, ketertarikan ini disatu sisi dapat menimbulkan konflik dalam diri mereka karena mungkin muncul perasaan malu, kurang percaya diri dan kebingungan dalam penyesuaian diri, agar bertingkah laku seperti yang dinginkan orang dewasa. Menurut Yustinus (2006: 409) emosi-emosi remaja itu kuat dan tidak stabil, dan apabila mereka merasa tertekan, mereka menjadi murung. Emosi yang meningkat pada masa ini disebabkan oleh perubahanperubahan kelenjar, terutama kelenjar seks dan kekangan-kekangan orang tua secara berlebihan. Sementara itu, remaja berusaha membuang cara-cara lama dari masa kanak-kanak dan membentuk cara-cara baru. Kecenderungan tingginya gejolek emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik khususnya orangtua dan guru. Untuk itu perlu dihindari hal- hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa, frustasi, cemas dan lainnya. Banyak penelitian membuktikan bahwa salah satu penyebab remaja menjadi nakal adalah karena mengalami gangguan emosi menimbulkan rasa tidak aman dan tidak puas terhadap kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dapat timbul kebencian dan kecemburuan terhadap orang- orang yang lebih beruntung dan bahagia. Akibat dari semuanya ini sering mereka melakukan tindakan yang merusak dan menyakiti orang lain. 16 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi Menurut Goleman (2006: 414) kecerdasan emosi dapat dikembangkan, lebih menantang, dan lebih prospek dibandingkan kecerdasan akademik sebab kecerdasan emosi memberi kontribusi lebih besar bagi kesuksesan seseorang. Menurut Agustian (Dalam Noho, 2012: 22) faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi yaitu: a. Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2006 : 12) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. b. Faktor Pelatihan Emosi Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. 17 c. Faktor Pendidikan Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah diharapka mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi. 2.1.6 Hakekat Bimbingan Kelompok Secara harfiah bimbingan berasal dari kata bahasa inggris “Guidance”. Akar kata dari guidance dan guidance artinya menunjukkan, menuntun, atay mengemudikan. (Shertzer, dalam Rusmana,2009: 12) Menurut Rochman Natawidjaya (Dalam rusman, 2009: 29) pengertian bimbingan kelompok dimaksudkan untuk member informasi seluas-luasnya pada konseli agar mereka dapat membuat perencanaan dan pengambilan keputusan yang adekuat mengenai hal-hal yang terkait dengan masa depannya. Dengan demikian bimbingan lebih bersifat preventif ( pencegahan). Dalam pelaksanaannya kegiatan bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok. Dalam situasi tertentu dimana suatu masalah tidak dapat ditangani secara individual, situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dari siswa. Yang menjadi sasaran dalam 18 bimbingan kelompok pada hakikatnya sama dengan sasaran dalam bimbingan pada umumnya yakni individu. Individu yang dimaksud disini bisa berupa individu sebagai bagian dari kelompok. Bimbingan kelompok menggunakan situasi kelompok sebagai media untuk memberikan layanan bantuan kepada indiviu. Berdasarkan pemaparan diatas, maka bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Ada beberapa keuntungan yang mendukung diselenggarakannya bimbingan kelompok, yakni sebagai berikut (M. surya dan rochman Natawidjaya dalam rusmana, 2009: 13): a. Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien b. Bimbingan keompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap anggota lainnya. c. Dalam bimbingan kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman diantara para anggotanya yang dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu. d. Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual, sehingga bimbingan kelompok dapat dimanfaatkan mempersiapkan individu dalam arti sebagai layanan konseling 19 untuk e. Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual, dalam arti sebagai layanan tindak lanjut dari konseling individual f. Bagi kasus-kasus tertentu, bimbigan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yakni dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain g. Dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak/ pikiran. Menurut Achmad Juntika (2005: 17) Strategi lain layanan dalam meluncurkan layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdir atas penyampian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. 2.1.7 Permainan ( games emotional bingo) Permainan (games) diausmanrtikan oleh Berne (dalam Rusmana 2009: 61) sebagai serangkaian transaksi komplmenter yang terus menerus terselubung untuk mencapai maksud tertentu. Mappiare ( dalam Rusmana, 2009 : 61) mendeinisikan games sebagai transaksi yang melibatkan konsekuensi yang “mengsyikkan” (pay off), baik itu menghukum atau mengganjar pribadi yang memainkannya, melibatkan pula motif tersmbunyi. Permainan (games), menurut sifatnya adalah manipulatif hambat serta menjurus pada perasaan “ Saya Tidak OK”. Segitiga 20 Drama Karpman digunakan dalam kelompok untuk mengenali peran “ perilaku permainan khas setiap anggota dan untuk melihat hubungan diantara “ pelaku permainan”. Berikut gambar segitiga Drama Karpman. persecutor rescuer victim Segitiga Drama karpman menanmpilkan tiga peranan yang dijalani oleh “ pelaku permainan”, yaitu persecutor, rescuer, dan victim. Prosecutor (penuntut ialah orang yang meras diri lebih baik disbanding lain. rescuer ( penyelamat ) ialah orang yang berpikir bahwa dirinya tahu lebih banyak dari orang lain. Victim (korban) adalah orang yang memainkan peran sebagai pihak yang tidak berdaya. Permainan Emotional Bingo emosional terdiri dari beberapa papan bingo. Setiap papan memiliki 25 kotak mengatur dalam 5 baris dengan ruang jantung gratis di pusat papan. Dalam setiap persegi, wajah digambarkan karikatur emosi tertentu. Kedua sisi setiap papan bingo memiliki karikatur wajah yang sama dengan nama-nama emosi ditulis di bawah mereka, di satu sisi papan bingo emosi ditulis dalam bahasa Spanyol dan di sisi lain semuanya itu tertulis dalam Inggris. Ada juga setumpuk kartu dengan karikatur wajah yang sama top of form menggambarkan emosi yang sama seperti yang digambarkan pada papan bingo, dengan nama emosi ditulis di bawah setiap gambar. Di sini, nama-nama 21 pada setiap kartu emosi adalah bahasa Inggris di bagian atas dan Spanyol di bagian bawah. Selain itu, permainan masing-masing berisi poster menampilkan semua emosi digambarkan pada kartu dalam urutan abjad. a. Cara Bermain Emotional Bingo Menggantung poster di depan kelompok atau kelas sehingga setiap orang dapat melihatnya. Jelaskan kepada kelompok / kelas yang emosi di poster adalah didirikan di urutan abjad sehingga mereka dapat menemukan mereka dengan mudah. Jelaskan bahwa setelah anda memanggil kartu emosi, Anda akan mengarah ke gambar yang benar pada poster sehingga mereka dapat mengidentifikasi gambar pada kartu emotional bingo lebih mudah. Ditangan pemain ada kartu bingo dan 10 chip plastik merah. menstruksikan mereka untuk menempatkan chip merah pada ruang jantung gratis di tengah bingo kartu. Kemudian jelaskan bahwa game ini dimainkan mirip dengan Bingo lain permainan mereka bermain sebelumnya: Untuk setiap emosi yang disebut oleh pemimpin yang muncul pada kartu mereka, mereka menutupi ruang yang sesuai dengan Chip untuk Bingo, mereka harus menutup garis lima kotak pada bingo kartu mereka (atau empat berturut-turut ditambah dengan ruang bebas) dalam, horisontal vertikal, atau diagonal arah. a. Fase-fase permainan emotional Bingo 1. Sesi Pertama Untuk memulai permainan, pemimpin menarik keluar kartu dari setumpuk emosi kartu, membaca emosi keras, dan kemudian menunjuk ke yang sesuai 22 emosi di poster itu. Setiap pemain yang memiliki emosi yang digambarkan pada nya atau nya kartu bingo menutupnya dengan chip plastik merah. Di sinilah permainan berbeda dari permainan bingo lain mereka mungkin telah memainkan sebelumnya. Pemain yang memiliki ditutupi spasi dengan chip plastik merah memiliki kesempatan untuk memberikan contoh dari waktu dalam kehidupan mereka ketika mereka telah mengalami pengalaman khusus emosi. Setelah pemain memberikan contoh dari kehidupan mereka mereka dihargai dengan dua token hadiah putih. Jika pemain merasa terlalu tidak nyaman memberikan contoh pribadi, mereka dapat membentuk jawaban atau menggunakan contoh dari pengalaman orang lain (tanpa menggunakan nama orang itu). 2. Sesi kedua Bagian selanjutnya dari permainan melibatkan mendengarkan aktif dan empati. Setelah pemain pertama telah memberikan contoh saat ia telah mengalami emosi, pemain lain memiliki kesempatan untuk menanggapi bahwa pemain misalnya dengan empati. Misalnya, jika fasilitator mengambil bagian emosi kartu "marah" dan pemain memberikan contoh, "Saya merasa marah ketika saya berkencan dan orang tua saya menghukumku, "adalah pemain lain dihargai dengan tanda putih jika ia mampu menanggapi dengan sungguh-sungguh sebagai contoh pemain pertama. Oleh karena itu, jika seorang pemain mengatakan, "Tentu saja, Anda pasti marah ketika orang tua terlalu mebentengi dan Anda tidak bisa keluar pada tanggal yang telah Anda rencanakan, "maka pemain yang menerima satu putih token. Pemain lain yang memberikan laporan tambahan empati juga dihargai dengan tanda putih. Pemimpin pada saat ini 23 memiliki kebijaksanaan untuk merespon pemain lain yang ingin memberikan contoh tambahan kali dalam hidup mereka ketika mereka merasa marah, atau untuk bermain bersama dengan memilih kartu lain emosi dan memulai proses dari awal lagi. Drama itu berlangsung sampai seseorang mendapatkan Bingo. Pemain yang mendapat bingo membaca emosi lima berturut-turut dengan suara keras sehingga semua orang dapat mendengar mereka, dan jika ia benar memanggil setiap emosi, orang yang mendapat kardus merah penghargaan tanda senilai 10 token. Bermain terus ke babak berikutnya. Pemenangnya adalah pemain yang di akhir pertandingan telah mengumpulkan yang paling token, termasuk yang menang untuk mendapatkan bingo, untuk memberikan contoh kali ketika ia memiliki emosi yang berpengalaman, dan untuk menunjukkan empati terhadap pemain lain. Cara alternatif dari bermain game ini bagi fasilitator untuk mengarahkan isi dari bermain dalam arah tertentu. Misalnya, jika kelompok memiliki datang bersama-sama khusus untuk membantu remaja fokus pada isu-isu seksual penyalahgunaan, maka semua contoh yang diberikan oleh para pemain dapat difokuskan pada bahwa topik. Misalnya, jika fasilitator memilih kartu "bahagia," seorang remaja bisa memberikan contoh ini dengan mengatakan "Saya sangat senang pada awalnya ketika ayah saya membayar begitu banyak perhatian kepada saya "lain. Contoh "Bahagia" mungkin " saya sangat senang ketika akhirnya saya mengatakan kepada terapis saya apa yang terjadi kepada saya dan dia mengatakan kepada ibu saya, yang mengeluarkan sebuah penahanan order pada ayah saya" 24 menggunakan permainan seperti emosional bingo untuk fokus pada emosional. masalah sarat bisa berbicara tentang hal menyakitkan bagi beberapa remaja. Memainkan permainan ini membantu untuk meredakan sedikit sengatan sementara membantu remaja berdiri dengan bahan dalam situasi kurang mengancam. Bagi sebagian remaja, gaya bahasa terlalu canggung dan terlalu langsung. Tapi dari permainan ini mereka bisa melatih kecakapan dalam berbicara dan bercerita. Dan berceloteh sesukanya. Tetapi tidak menuntup kemugkinan mereka menggunakan bahasa yang lugas sehingga mudah dipahami. Selain itu dapat belajar dari teman dengan mengambil pelajaran dari pengalaman emosi teman dan bisa memberikan tanggapan seputar pengalaman yang pernah dialami orang lain. 2.1.8 Pengaruh Permainan Emotional Bingo Terhadap Kecerdasan Emosional Permainan Emotional Bingo merupakan salah satu teknik Game Play Theraphy. Istilah play (bermain) dan games (permainan) memiliki makna berbeda dalam literatur konseling bermain. Menurut Schaefer & Reid (dalam Rusmana: 2009:16) bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia dan binatang. Adakalanya bermain merupakan aktivitas sukarela dan spontan yang tidak memiliki titik akhir atau tujuan tertentu. Bermain secara instrinsik didorong oleh hasrat untuk bersenang - senang . Geldard&Geldard (2001:156) dalam bukunya Counseling Children mengatakan bahwa“from a counseling perspective, games can be a useful way of 25 enganging children whoare shy, or for other reasons, reluctant to enter the counseling relationship. Playing agame with a child can create a relationship that may be a precursor to meaningfulcounseling”. Selanjutnya, ketika bermain, menurut Geldard&Geldard (2001: 156) bahwa keadaan menyenangkan yang dialami satu sama lain akan membantu anak (dalam hal ini konseli) untuk membangun secara psikis, kognitif, emosi dan proses sosial dalam dirinya.Oleh karena itu, games memerlukan kemampuan yang kompleks. Studi tentang bermain dalam bimbingan dan konseling digambarkan oleh Russ (dalam Rusmana,2009: 62) dengan mengamati proses permainan, konselor dapat melihatekspresi dari sejumlah proses kognisi, afeksi, proses interpersonal dan pemecahan masalah. Proses kognisi melaui proses bermain meliputi (1) organisasi, (2) berfikir divergen, (3)simbolisme, (4) fantasi atau khayalan. Proses afeksi yang diekspresikan melalui proses bermain meliputi : 1. ekspresiemosi, 2. ekspresi tema-tema afeksi, 3. aturan emosi dan modulasi emosi 4. integrasikognisi dan afeksi. Proses interpersonal yang diekspresikan melalui proses bermain meliputi: 1. empati, 2. skema interpersonal atau representasi diri, 3. komunikasi. Empati merujuk pada ekspresi kepedulian dan perhatian terhadap orang lain, sedangkan skemainterpersonal atau representasi diri merujuk pada kapasitas 26 individu untuk mempercayaiorang lain. Komunikasi merujuk pada kemampuan untuk berkomunikasi, mengekspresikangagasan dan emosi pada orang lain. 2.2 Kerangka Berpikir Alur kerangka berpikir secara praktis mengenai pengaruh bimbingan kelompok teknik emotional bingo terhadap percaya diri siswa kelas X di SMA Negeri 2 Limboto dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Kecerdasan Emosional siswa yang rendah INPUT PROCESS Permasalahan 1. Siswa memiliki EQ kurang 2. Tinggiya kasus pemukulan antar siswa 3. Siswa yang IQ tinggi memiliki prestasi belajar rendah Bimbingan kelompok teknik emotional bingo menggunakan teori bimbingan kelompok Nandang Rusmana karena teorinya berorientasi pada permainan, yakni: 1. Tahap Pembentukan 2. Tahap Peralihan 3. Tahap Kegiatan a. Eksperientasi b. Identifikasi c. Analisis d. Generalisasi 4. Tahap Pengakhiran Penyebab 1. Belum memahami emosi 2. Belum mampu menangani emosi 3. Belum mampu mengendalikan dorongan hati 27 OUTPUT OUTCOME EQ meningkat Kesuksesan hidup dimasa mendatang 2.3 Hipotesis Berdasarkan Kerangka Berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu: Terdapat pengaruh bimbingan kelompok teknik emotional bingo terhadap kecerdasan emosional peserta didk kelas X SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo. 28