BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

advertisement
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan
pada wanita di seluruh dunia dan telah menjadi masalah global baik di negara
maju dan negara berkembang, termasuk Indonesia. Di seluruh dunia, setiap tahun
ditemukan lebih dari 1,1 juta kasus baru dengan angka kematian lebih dari
410.000 kasus dan peningkatan insidensi lebih dari 5% per tahun (Saika dan
Sobue, 2009).
Di Indonesia, kanker payudara menduduki urutan kedua keganasan
tersering pada wanita setelah kanker leher rahim, dan pada umumnya terdiagnosis
pertama kali pada stadium lanjut. Di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, prevalensi kanker payudara sekitar 12,7%. Di
Rumah Sakit Dr. Sardjito (RSS) Yogyakarta, kanker payudara menempati urutan
pertama keganasan pada wanita dan menjadi urutan ke-5 penyebab kematian
(Manuaba, 2010; Aryandono, 2006; Jemal et al.,2011).
Keberhasilan penanganan kanker berprinsip pada deteksi dini dan
tatalaksana komprehensif.Faktor-faktor prognostik yang mempengaruhi luaran
klinis kanker payudara yang telah diketahui adalah umur, ukuran tumor, stadium
klinis, status kelenjar limfe, status metastasis, stadium histopatologi, dan yang
dikembangkan penelitiannya adalah pengkajian tentang informasi genetik dan
peran faktor angiogenesis (Jardines et al., 2005; Aryandono, 2006).
1
2
Penelitian dan metode pengobatan telah berkembang pesat untuk
penanganan penyakit kanker, namun angka kematian kanker payudara tetap
tinggi, hal ini terutama disebabkan karena proses metastasis kanker payudara.
Perjalanan dari kanker payudara sangat kompleks, meliputi onkogenesis, imunitas
pejamu, angiogenesis, invasi dan metastasis(Tobias dan Hochhauser, 2010).
Progresivitas dan metastasis pada kanker dipengaruhi angiogenesis yang
menghasilkan neovaskularisasi. Pada sel normal, secara fisiologis angiogenesis
berperan dalam sintesis pembuluh darah kapiler baru yang menjadi dasar proses
reproduksi, perkembangan dan perbaikan jaringan dengan membawa oksigen dan
nutrisi serta membersihkan jaringan yang luka. Pada sel tumor, pertumbuhan dan
metastasis terjadi karena berubahnya
keseimbangan antara faktor pro dan
antiangiogenik (angiogenic switch), yang melibatkan sejumlah sel dan sitokin
(Folkman, 1995; Ruddon, 2007).
Dalam kondisi patologis, angiogenesis merupakan kebutuhan utama untuk
pertumbuhan, invasi dan metastasis tumor ganas padat seperti kanker payudara.
(Joskoet al., 2000). Pertumbuhan tumor melebihi ukuran 2-3 mm memerlukan
asupan nutrisi dari pembuluh darah baru (Zetter, 1998; Kamalet al., 2001).
Ukuran tumor primer sering dihubungkan dengan metastasis pada tumor
ganas padat. Pada kanker payudara, jika diameter tumor primer kurang dari 1 cm
risiko pasien mengalami metastasis aksila 0-25%, jika diameter tumor primer
lebih dari 3 cm risiko metastasis aksila 50% dan jika diameter tumor primer lebih
dari 5 cm risiko metastasis menjadi 80% (Donegan, 1997). Peningkatan diameter
3
tumor primer 1 mm akan meningkatkan risiko kematian sebesar 1% (Michaelson
et al., 2003).
Penentuan ukuran tumor primer secara akurat sangat penting dalam
tatalaksana pasien kanker payudara. Baku emas penentuan ukuran tumor dengan
pemeriksaan patologi. Beberapa subtipe histologi kanker payudara (duktal dan
lobular)
mempunyai pola pertumbuhan tumor
mempengaruhi
pengukuran
besar
tumor
dengan
yang berbeda, yang
ultrasonografi
(USG).
Pengukuran ukuran tumor dengan USG menghasilkan ukuran yang lebih kecil
dibanding secara patologi, terutama pada tipe lobular (Prittet al., 2004) sedangkan
pemeriksaan fisik menunjukkan hasil yang melebihi ukuran tumor sebenarnya
(Boschet al., 2002).
Analisis
kemampuan
angiogenesis
tumor
dapat
berperan
dalam
menentukan prognosis dan penatalaksanaan penderita kanker (Kresno, 2011).
Pengukuran Microvessel Density (MVD) yang merupakan standar pemeriksaan
kemampuan angiogenesis hanya dapat diperiksa dari spesimen patologi saat
reseksi tumor atau biopsi (Weidneret al., 1991).
Penelitian pada kanker payudara membuktikan bahwa angiogenesis
berkorelasi dengan prognosis. Jumlah pembuluh darah pada spesimen tumor
berkorelasi dengan stadium tumor dan dapat memprediksi prognosis secara
independen (Weidneret al., 1991).
Tumor ganas melepaskan beberapa substansi sebagai faktor proangiogenik
seperti Vascular Endothelial Grotwh Factor(VEGF), endothelin,
Fibroblast
Grotwh Factor (FGF), Transforming Growth Factor-β (TGF-β) maupun substansi
4
sebagai faktor antiangiogeniksepertiendostatin, angiostatin, thrombospondin-1,
Tissue Inhibitor of Metalloproteins (TIMPs) (Folkman, 2002; Zhaoet al., 2004).
Vascular Endothelial Growth Factormerupakan protein aktif homodimer,
anggota dari platelet-derived growth factor (PDGF), dengan berat molekul 3442kDa.Vascular Endothelial Growth Factorfamily terdiri dari VEGF-A, VEGFB, VEGF-C, VEGF-D, VEGF-F dan placental growth factor (PlGF). VEGF-A
biasa
disebut
VEGF
(Kerbel,
2008).Vascular
Endothelial
Growth
Factormerupakansuatu Vascular Permeability Factor (VPF) danmitogen spesifik
sel endotel karena tyrosine kinase receptors yaitu Kinase Domain Receptor
(KDR atau VEGFR-2) secara eksklusif diekspresikan dalam sel endotel (Dvorak,
2002).Stimulasi VEGF sangat berperan untuk angiogenesis.Angiogenesis dan
neovaskularisasi memegang peranan penting pada progresi tumor dan metastasis
(Joskoet al., 2000).
Ekspresi VEGF telah dapat dideteksi pada berbagai jenis kanker.dan
membuktikan perannya yang sangat penting dalam biologi tumor dan proses
karsinogenesis, khususnya berkaitan dengan pertumbuhan tumor dan invasinya
(Dvorak, 2002; Gasparini, 2000).Pemeriksaan ekspresi VEGF jaringan intratumor
dengan metode immunohistokimia atau immunoassay menunjukkan korelasi yang
bermakna dengan MVD (Aliet al., 2011).
Penemuan berbagai petanda angiogenesis yang disekresikan ke sirkulasi
atau cairan tubuh lain penting karena pengukurannya lebih objektif, lebih cepat
dan tidak memerlukan prosedur yang sangat invasif. Faktor angiogenesis FGF dan
5
VEGF dapat diukur melalui darah pasien, urin atau cairan serebrospinal pada
berbagai macam tumor (Weidneret al., 1991; Ali et al., 2011).
Pemeriksaan VEGF dalam darah menggunakan metode
quantitative
sandwich enzyme immunoassaydengan antibodi monoklonalspesifik untuk VEGF.
Bahan
pemeriksaan
dapat
berupa
plasma
atau
serum
yang
dapat
disimpanpadasuhu -80oC. Metode pemeriksaan cukup praktis yang dapat
dikerjakan di pelayanan laboratorium klinik rutin (Kamal et al., 2001; R&D
system, 2011).
Sejakadanya penemuan penting tentang hubungan angiogenesis dan
metastasis pada kanker payudara, banyak penelitian membuktikan nilai klinis dari
petanda angiogenesis ini. Tingginya MVD berkorelasi dengan agresivitas tumor
dan prognosis buruk kanker payudara, dan pemeriksaan MVD intra tumor
dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi survival kanker payudara (Folkman,
1987).
Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengevaluasi kadar VEGF
serum dengan diagnosis, pertumbuhan tumor, metastasis, kekambuhan, survival,
dan prognosis jelek pada kanker payudara, tetapi masih terdapat ketidaksepakatan
hasil. Beberapa penelitian membuktikan peningkatan kadar VEGF serum seiring
dengan stadium dan faktor prognosisnya. Kadar VEGF serumpada pasien kanker
payudara stadium IV meningkatsignifikan bila dibandingkan dengan kanker
payudara derajat I, II, and III. (Khagafyet al., 2005). Kadar VEGF plasma
meningkat sejalan dengan peningkatan ukuran tumor dan pada stadium III/IV
kanker payudara (Wu et al., 2002). Kadar VEGF serum dapat digunakan sebagai
6
petanda prognosis untuk menentukan rekurensi dan metastasis kanker payudara,
tetapi tidak banyak berperan pada tahap awal penyakit sehingga tidak mempunyai
peran dalam skrining penyakit (Hoebenet al., 2004).VEGF serum berkorelasi kuat
dengan derajat III, ukuran tumor >2 cm, limfonodi (+), status reseptor hormon dan
invasi vaskuler (Ali et al., 2011).
Berbeda dengan hasil di atas,Bryne et al. tidak menemukan perbedaan
bermakna antara kadar VEGF plasma kanker payudara tahap dini dan lanjut.Hasil
yang sama juga didapatkan dari penelitian Hodorowitz yang tidak mendapatkan
hubungan antara kadar VEGF serum subjek kanker payudara dengan faktor-faktor
prognostik kanker payudara, termasuk dengan ukuran tumornya(Bryne et al.,
2007; Stathopuloset al., 2012; Hodorowiczet al., 2012).
Di Indonesia, penelitian tentang VEGF serum pada kanker payudara masih
terbatas. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa kadar VEGF-C serum tidak
berhubungan dengan metastasis limfonodi aksila dan faktor kliniko patologi.
Kadar VEGF-C serum meningkat secara signifikan pada kanker payudara stadium
awal (Hagogoan, 2010).
Penelitian VEGF serum pada kanker payudara masih menunjukkan
ketidaksepakatan hasil. Penelitian yang menilai hubungan kadar VEGF serum
dengan ukuran tumor juga masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini ingin
mengetahui korelasi antara kadar VEGF serum dengan ukuran tumor primer pada
kanker payudara.
7
B. Permasalahan
Berdasar fakta-fakta tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan prioritas baik di tingkat
global maupun nasionaldengan insidensi dan tingkat kematian yangmasih
tinggi, apalagi di negara berkembang.
2. Penanganan kanker payudara berprinsip pada deteksi dini dan tatalaksana
komprehensif
dengan
menelaah
faktor-faktor
prognostik
yang
mempengaruhi luaran klinis kanker payudara. Pertambahan ukuran tumor
primer dan metastasis merupakan prognosis buruk pada kanker payudara.
Ukuran
tumor
kanker
metastasisnya.Penentuan
payudara
berkorelasi
dengan
kemampuan
ukuran tumor primer secara akurat sangat
penting, dan penentuan ukuran tumor secara klinis masih menunjukkan
ketidaksepakatan dengan hasil patologi.
3. Angiogenesis sangat berperan dalam pertumbuhan tumor dan metastasis
kanker payudara. Penilaian angiogenesis dengan pengukuran MVD
merupakan pemeriksaan yang invasif dan subjektif.
4. Vascular Endothelial Grotwh Factormerupakan faktor angiogenesis yang
paling penting. Pemeriksaan VEGF serum merupakan pemeriksaan cukup
praktis yang dapat dikerjakan di pelayanan laboratorium klinik.Penelitian
mengenai VEGF serum pada kanker payudara masih menunjukkan hasil
8
yang tidak konsisten. Belum ada data tentang korelasi kadar VEGF serum
dengan ukuran tumor pada pasien kanker payudara di RS. Dr. Sardjito.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat korelasi kadar VEGF serum dengan ukuran tumor primer
pada kanker payudara?
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang VEGF pada kanker payudara telah banyak dilakukan
mengenai
aspek
diagnostik,
prognostik
dan
survival.
Masih
terdapat
ketidaksepakatan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lain.
Penelitian Adam et al.(2000) di Inggris melakukan pemeriksaan VEGF
serum dan plasma dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay(ELISA),
serta VEGF jaringan dan MVD terhadap 201 subjek pra dan post
menopause(sehat, tumor jinak payudara, kanker payudara non metastasis, remisi,
dan kanker payudara metastasis), kemudian dihubungkan dengan gambaran klinis
dan patologisnya. Hasilnya terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar
VEGF serum dan plasma pasien kanker payudara metastasis dibanding kontrol
(p=0,004, dan p=0,0001). Tidak terdapat korelasi antara VEGF sirkulasi dengan
faktor klinis patologis, VEGF jaringan, maupun MVD.
Heer Kamal et al. (2001) di Inggris meneliti hubungan antara VEGF
serum (metode ELISA) pasien kanker payudara praoperasi dengan faktor
prognosis, serta membandingkan dengan CEA dan Ca 153. Penelitian ini
melibatkan 200 pasien kanker payudara dan 88 kontrol sehat. Mediankadar VEGF
serum167,5pg/mL dan rerata 201,7pg/mL pada kelompok kontrol. Pada pasien
9
kanker payudara, median kadar VEGF serum 305, 9 pg/mL dan berbeda
bermakna dengan kontrol (p<0,0005). Pada cut off 241,2 pg/mL didapatkan
sensitivitas 62,1% dan spesifisitas 74%.
Penelitian tentang serum interleukin 6, VEGF plasma, VEGF serum dan
VEGF platelet load pada kanker payudara dilakukan Benoyet al. di Belgia
(2002)dengan subjek penelitian 73 pasien kanker payudara metastasis, 31 pasien
non metastasis, dan 26 subjek kontrol.Pada populasi kontrol, dengan 95 persentil
didapatkan kadar VEGF serum 250pg/mL, VEGF plasma 30 pg/mL, dan VEGF/pl
1 pg/106trombosit. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar VEGF serum
subjek kanker payudara dengan subjek kontrol (p<0,0001), terdapat perbedaaan
bermakna antara kadar VEGF serum kanker payudara metastasis dibandingkan
dengan subjek kontrol dan tidak terdapat perbedaaan bermakna antara kadar
VEGF serum kanker payudara yang metastasis dan non metastasis.
Penelitian Zhao et al.(2004) di China yang bertujuan menilai korelasi
kadar VEGF serum dan endostatin serum pasien kanker payudara, melibatkan 95
subjek kanker payudara pre dan post operasi, dan 30 kontrol. Hasilnya, didapatkan
median kadar VEGF serum subjek kanker payudara yang lebih tinggi bermakna
dibanding kelompok kontrol. Terdapat korelasi peningkatan kadar VEGF serum
dengan kekambuhan.
Penelitian yang dilakukan Khafagy et al.di Mesir (2005) menilai hubungan
antara VEGF serum pasien kanker payudara dengan berbagai faktor prognostik
dan status reseptor estrogennya. Pengukuran kadar VEGF serum pada 45 pasien
kanker payudara dan 15 kontrol menggunakan teknik ELISA. Hasilnya median
10
kadar VEGF serum subjek kanker payudara 308,7 pg/mL, dan median kadar
VEGF serum subjek kontrol 164,5 pg/mL dan terdapat perbedaan yang bermakna
diantara keduanya(p<0,005).Pada cut off 241 pg/mL, didapatkan sensitivitas
62,2% dan spesifisitas 73%. Tiga bulan setelah operasi, terdapat penurunan yang
bermakna pada kadar VEGF serum. Pada kanker payudara stadium IV, kadar
VEGF serum lebih tinggi dan berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kadar
VEGF serum pada stadium III, II, maupun stadium I.
Stathopouloset al.(2010)
melakukan penelitian di Yunani yang
melibatkan 93 subjek kanker payudara, yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu
kelompok A(tanpa rekurensi) 46 subjek, kelompok B (dengan rekurensi) 47
subjek, dan 21 subjek sebagai kontrol.Penelitian ini menilai perbedaan kadar
VEGF plasma dan bFGF dengan metode ELISA pada kelompok A dan B. Hasil
penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kadar VEGF
plasma diantara kelompok rekurensi dan non rekurensi (p=0,979). Tidak ada
perbedaan bermakna antara kadar VEGF plasma diantara kelompok kanker
payudara dan kelompok sehat.
Penelitian Aliet al. di Mesir (2011) bertujuan menelaah ekspresi VEGF
jaringan dan VEGF serum, menilai vaskularisasi tumor dengan MVD dan menilai
korelasi antara MVD dengan data klinis, patologi dan survival. Penelitian ini
melibatkan 120 pasien kanker payudara nonmetastasis yang diikuti selama 4
tahun dan 30 subjek tumor jinak payudara. Hasilnyakadar VEGF serum pasien
kanker payudara praoperasi lebih tinggi secara bermakna dibanding paska operasi
(p=0,001) dan juga lebih tinggi secara bermakna dibanding subjek dengan tumor
11
jinak payudara (p=0,001). Terdapat korelasi positif antara VEGF serum dan
jaringan. VEGF serum dan VEGF jaringan berkorelasi kuat dengan derajat III,
ukuran tumor yangbesar, limfonodi (+), status reseptor hormon, dan terdapat
peningkatan yang bermakna kadar VEGF serum pada pasien dengan invasi
vaskuler.
Penelitian VEGF serum pada pasien kanker payudara juga dilakukan oleh
Hodorowicz et al. di Jerman (2012) yang bertujuanmenilai VEGF serum dan
hubungannya dengan faktor prognostik. Delapan puluh tujuh subjek kanker
payudara preoperasi dan 37 perempuan sehat sebagai kontrol dilibatkan dalam
penelitian ini. Tidak didapatkan korelasi antara kadar VEGF serum dengan
stadium kanker, ukuran tumor, metastasis limfonodi, histologi, angioinvasi,
reseptor estrogen, dan ekspresi HER-2. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara rerata kadar VEGF serum subjek kanker payudara dan kelompok kontrol.
Ahmedet al. (2012) meneliti tentang kegunaan dari VEGF serum dan CA
153 untuk membedakan tumor jinak dan kanker payudara, dan hubungan antara
kadar VEGF serum dengan agresivitas penyakit. Penelitian ini melibatkan 70
pasien kanker payudara dan 20 tumor jinak. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar
VEGF serum dan Ca 153 pada kanker payudara lebih tinggi secara bermakna
dibanding pada tumor jinak.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan bukti ilmiah untuk pengembangan parameter VEGF serumdalam
pelayanan laboratorium klinis terkait tatalaksana kanker payudara
12
2. Praktis
Kadar VEGF serum dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam
memperkirakan progresivitas kanker terkait penatalaksanaan pasien kanker
payudara.
F. Tujuan Penelitian
Menentukan korelasi kadar VEGF serum dengan ukuran tumor primer
pada kanker payudara.
Download