25 BAB III PROFIL KABUPATEN NGAWI Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 17 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21’7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro. • Sebelah Timur: Kabupaten Madiun. • Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. • Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah). III.1 Penduduk Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2006 adalah 873.489 jiwa, terdiri dari 426.615 penduduk laki-laki dan 446.874 penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex ratio sebesar 95, artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 95 penduduk laki-laki. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 4.838 jiwa atau meningkat sebesar 0,55 persen. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Paron dengan 90.586 jiwa dan Kecamatan Pangkur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 27.928 jiwa. 26 Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi tahun 2004 adalah 674 jiwa/km2, di mana tingkat kepadatan tertinggi di Kecamatan Ngawi (1.104 jiwa/km2) dan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar (224 jiwa/km2). III.2 Pertanian Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Ngawi. Betapa tidak, dari 129.598 ha luas wilayah Kabupaten Ngawi 72 persen diantaranya berupa lahan sawah, hutan dan tanah perkebunan. Sektor ini menyerap sekitar 76 persen dari total tenaga kerja yang ada. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman pangan khususnya komoditi padi merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi pertanian. Untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir produksi padi mengalami kenaikan. Pada tahun 2000 Kabupaten Ngawi menempati urutan keempat seJawa Timur dibawah Kabupaten Jember, Banyuwangi, dan Lamongan. Namun demikian sejak tahun 2001 produksi padi terus mengalami penurunan. Pada tahun 2001 produksi mencapai 5.922,58 ton, pada tahun 2002 5.499,47 ton dan pada tahun 2003 turun lagi menjadi 5.210,926 ton. Pada tahun 2004 produksi padi mencapai 5.573,375 ton atau meningkat sebesar 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian diharapkan kenaikan tersebut dapat dipertahankan pada tahun berikutnya sehingga bisa menyamai atau malah bias melampaui produksi pada tahun 2000. Kenaikan produksi tersebut salah satunya didorong oleh bertambahnya luas panen yaitu dari 93.847 hektar pada tahun 2003 menjadi 101.314 hektar. III.3 Industri Seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2004, sektor industri mengalami perkembangan yang menggembirakan, terutama industri kecil/kerajinan rumah 27 tangga. Kondisi ini dapat tergambarkan dari jumlah perusahaan, tenaga kerja dan nilai produksi yang terus meningkat. Pada tahun 2004 nilai produksi industri kecil/kerajinan rumahtangga mencapai 73,85 milyar rupiah dari 14.208 industri. Industri kelistrikan sampai tahun 2004 terus menunjukkan tren positif. Jumlah pelanggan terus mengalami kenaikan, hingga pada tahun 2004 menjadi 109.472 pelanggan atau lebih dari sepertiga dari jumlah keluarga. Hal ini menunjukkan daya jangkauan yang makin luas dan dirasakan makin banyak masyarakat Kabupaten Ngawi. III.4 Ekonomi Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kab. Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi. Pembangunan ekonomi Kabupaten Ngawi sejak tahun 2000 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan PDRB dari tahun 2000 hingga 2003 tidak hanya diakibatkan oleh kenaikan harga saja tetapi juga dikarenakan adanya peningkatan produksi, sebab penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan pengaruh harga. Dengan kata lain secara umum produktivitas berbagai sektor usaha terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2003 total PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2.459.100,09 juta rupiah, artinya telah terjadi kenaikan 55,9 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari 1.577.141,94 juta rupiah pada tahun 1999.