RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Hak-hak LMDH ditingkatkan intensifikasinya. Pengembangan sawah selain padi juga dilakukan 1. Menerima pelatihan-pelatihan usaha produktif dan kewirausahaan. penerapan sistem mina padi, tumpang sari dan sebagainya. 2. Mendapatkan hak kelola petak hutan pangkuan. 3. Mendapatkan pendampingan dalam 5.2.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian Pertanian tanaman pangan merupakan prioritas program kemajuan usaha pertanian di Kabupaten Ngawi, dengan membangun sistem pertanian terpadu berbasis organik yang ramah iingkungan dan berkelanjutan ( Pertanian Input Rendah). Antusiasme petani di Ngawi yang cukup tinggi untuk mewujudkan hal tersebut, terlebih dengan adanya dukungan program Agribisnis Gambar 5.11 Padi Organik (APO) yang dilaksanakan oleh Kantor Badan Ketahanan Pangan Lahan Pertanian di Kecamatan Paron dan Penyuluh Pertanian serta Gerakan 1000 Ha penanaman padi organik yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Melimpahnya hasil pertanian tanaman pangan tersebut, dengan dikembangkannya sistem pertanian terpadu berbasis organik, maka peluang usaha terbuka lebar khususnya untuk industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, utamanya padi organik, jagung, kedelai dan ubi kayu yang mempunyai kapasitas produksi cukup banyak. Disamping itu, melihat kesulitan petani mendapatkan pupuk disaat musim tanam dimulai, juga membuka peluang usaha dikembangkannya pabrikasi pupuk organik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kawasan peruntukan pertanian meliputi: kawasan pertanian pangan berkelanjutan, tegalan (tanah ladang), lahan kering, dan hortikultura. A. Kawasan pertanian pertanian pangan berkelanjutan Kawasan pertanian jenis ini banyak dijumpai pada wilayah bagian Selatan, Tengah, Timur dan Barat. Luas kawasan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 41.523 ha.. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian menjadi kawasan terbangun, maka untuk mengoptimalkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan ini perlu Laporan Akhir V - 31 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030 Laporan Akhir V - 32 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI B. Tegalan (Tanah Ladang) Beberapa produk unggulan lahan kering adalah tanaman kakao, selain itu Tegalan tanah kering merupakan penggunaan tanah yang memiliki juga terdapat tanaman lain seperti tebu, cengkeh, tembakau, wijen dan empon- luasan terbesar di Kabupaten Ngawi. Keberadaan akan kawasan ini di emponan. Luas kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten Ngawi kurang Kabupaten Ngawi menyebar di seluruh kecamatan terutama pada daerah yang lebih 9.188,21 ha. kurang mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah hujan), dimana untuk peningkatan nilai manfaat dilakukan melalui penerapan sistem pergiliran, tumpang sari dan sebagainya. Beberapa bagian tegalan terutama yang terletak pada kawasan lindung atau diperuntukkan tanaman keras, dapat dialihfungsikan menjadi kawasan hutan atau perkebunan. Dengan alih fungsi ini maka luas tegalan diperkirakan akan mengalami penurunan.Arahan pengelolaan lahan tegalan ini adalah: Gambar 5.12 1. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan Lahan Kering di Kabupaten Ngawi memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan Seperti umumnya lahan kering memiliki fungsi campuran umumnya untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga untuk hortikultura dan palawija. Lahan ini diutamakan untuk ditingkatkan masyarakat fungsinya memalui pengembangan komoditas tanaman keras tegakan tinggi sehingga memiliki penggunaan tanah campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil; 2. Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh yang memiliki nilai ekonomi tinggi; 1. Kawasan ini memiliki potensi untuk menunjang ekonomi perdesaan dan dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh wilayah sehingga alih fungsi diijinkan pada beberapa area dengan catatan sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; serta memiliki nilai tambah yang lebih besar dan sesuai dengan Rencana Detail 3. Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat. Tata Ruang; serta 2. Alih fungsi lahan kering menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat. C. Peruntukan Pertanian Lahan Kering Untuk keberadaan dari kawasan jenis ini mayoritas di wilayah bagian D. Peruntukan Hortikultura Timur Selatan. Dimana untuk lebih meningkatkan pola pemanfaatan dilakukan Sentra pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Ngawi adalah penerapan sistem keragaman produk, sistem pergiliran dan sebagainya. Lahan Kecamatan Kendal, Sine, Ngrambe dan Jogorogo. Luas kawasan pertanian ini pada dasarnya dapat dialih fungsikan untuk hutan produksi atau untuk peruntukan holtikultura kurang lebih 5.621,20 ha. Setiap kecamatan perkebunan rakyat. akan dikembangkan dengan spesifikasi masing-masing. Adapun komoditi holtikultura yang ada dominan di Kabupaten Ngawi adalah Sayuran antara lain Laporan Akhir V - 33 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Bawang Merah 17.890 kw, Cabe 7.690 kw, Sawi 9.330 kw dan buah melon Diagram 5.1 71.470 kw. Pengembangan kawasan dilakukan dengan : 1. Diagram Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan Pada setiap kawasan sentra produksi di perdesaan akan dilengkapi dengan Produksi Tanaman Komoditi Unggulan (Pangan, Hortikultura, Perkebunan) lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan; 2. Pengembangan sistem agopolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khusunya pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan ke Kecamatan Karangannyar sebagai kawasan prioritas pengembangan, serta Kecamatan Peternakan (Komoditi Unggulan) disekitarnya sebagai kawasan penunjang-; 3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan sejenisnya, maka sektor ini harus tetap di pacu dan dikembangkan Pasar Sub Terminal Agribisnis Bahan Organik Kotoran produksinya secara intensif dan ekstensif; serta 4. - Komoditi Unggulan Segar - Produk Olahan (Industri kecil/RT) Pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan Perikanan (Pembenihan & Pembesaran) eksport. Adapun arahan pengelolaan kawasan hortikutura di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut : 1. Kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di Kabupaten 4. Ngawi dilakukan dengan memperhatikan besaran supply dan permintaan pasar untuk menstabilkan harga produk; 2. 3. Kawasan ini harus dilakukan peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara teknis dan vegetatif; serta 5. Kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan berbagai kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan jenis komoditas yang menunjukan ciri khas daerah (seperti melon dan jeruk memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas; bali). Beberapa bagian kawasan hortikultura khususnhya sayuran terletak pada ketinggian diatas 1000 meter dpl, dan banyak memiliki kelerengan > 40%. 5.2.2.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan Di Kabupaten Ngawi perkebunan banyak terdapat di Kecamatan Karangjati, Bringin, Kasreman, Padas, Ngrambe, Kendal, Jogorogo dan Sine, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Secara keseluruhan luas lahan perkebunan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 10.788,68 Ha. Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan Laporan Akhir V - 34 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI untuk pertanian tanaman semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan pengelolaan bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah : 1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi. 2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Ngrambe. 3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak (seperti perkebunan teh) atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan; 4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, cengkeh, tembakau, kopi, panili, teh. 5. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta 6. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk. Adapun arahan pengelolaan perkebunan di Kabupaten Ngawi diarahkan sebagai berikut : 1. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Ngrambe, Kendal Sine dan Jogorogo tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian; 2. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; serta 3. Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika. Laporan Akhir V - 35 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030 Laporan Akhir V - 36 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 5.2.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan 4. Perikanan dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni perikanan Perikanan mina padi yakni mengembangkan ikan di sawah ketika digenangi air terdapat pada hampir semua sawah di Kabupaten Ngawi. darat yang dikembangkan di kolam/sungai, waduk, tambak, karamba, dan mina padi. Produksi perikanan yang menonjol, antara lain : 5.2.2.5. Perikanan Perairan Tangkapan Umum, rata - rata produksi per tahun Kawasan Peruntukan Pertambangan Potensi sektor pertambangan di Kabupaten Ngawi meliputi 488,930 ton. pertambangan mangaan, batu gunung/vulkanik, batu gamping, tanah liat, batu Budidaya Kolam, rata - rata produksi per tahun 671,160 ton. pasir, dan batu kali yang termasuk dalam jenis mineral dan batubara. Pada Budidaya Karamba rata - rata produksi per tahun 58,515 ton. dasarnya pola persebaran lokasi dari sumber daya alam ini tergantung dari pola Luas peruntukan (perairan umum) kawasan perikanan untuk perikanan tangkap fisiografis dari Kabupaten Ngawi. Dimana Kabupaten Ngawi merupakan daerah kurang lebih 1.351 ha dan luas peruntukan budidaya perbukitan dan pegunungan di bagian utara dan barat daya dengan daerah perikanan kurang lebih 22,95 ha. dataran di bagian tengah dan selatan. Kondisi tersebut karena Kabupaten Ngawi Melihat jumiah dan kapasitas produksi tersebut maka dirasakan perlu merupakan daerah jalur gunung kwarter. Faktor tersebut menyebabkan membangun kemitraan /kerjasama pengembangan budidaya ikan, dan jaringan Kabupaten Ngawi terdiri dari batuan-batuan klastik dan vulkanik epiklastik. pemasaran sesuai dengan standart mutu yang ditetapkan (bersertipikat). Kawasan yang paling potensial untuk pertambangan ini terletak di Kecamatan Adapun pengembangan perikanan darat adalah : Pitu, Kasreman, Bringin,Geneng, Kendal, Jogorogo Kecamatan Ngrambe. 1. Perikanan kolam dan sungai produksinya terdistribusi merata di seluruh Kabupaten Ngawi; 2. 1. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan Perikanan waduk dengan membentuk Kawasan Perikanan. Kawasan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi Perikanan di Kabupaten Ngawi terkonsentrasi di wilayah Kecamatan dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan; Bringin terdapat Waduk Pondok. 3. Rencana pengelolaan kawasan pertambangan meliputi : Sedangkan pengertian Kawasan 2. Perikanan adalah Kawasan Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi yang sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga membudidayakan ikan darat, dengan kemudahan memperoleh benih menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang kelestarian lingkungan hidup; dipercaya oleh pemerintah. Selain itu untuk memenuhi persyaratan 3. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan menjadi Perikanan, harus tersedia infrastruktur yang memadai baik tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI, infrastruktur yang penambangan; mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan. Laporan Akhir 4. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur dan batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan; V - 37 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 5. 6. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif b) Genteng : dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus o Desa Pocol Kecamatan Sine disertai pengendalian yang ketat; serta o Desa Baderan Kecamatan Geneng Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk o Desa Kedungharjo Kecamatan Mantingan pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti c) Anyaman Bambu : tanaman jarak pagar dan tanaman nilam. o Desa Sumberejo, Desa Gendol Kecamatan Sine o Desa Pangkur Kecamatan Pangkur 5.2.2.6. Kawasan Peruntukan Industri o Desa Brubuh, Desa Jaten, Desa Tanjungsari Kecamatan Jogorogo. Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Ngawi akan dikembangkan dalam bentuk kawasan industri besar, industri sedang, dan home industry. o Desa Kero Kecamatan Padas d) Anyaman Tas Adapun pengembangan kawasan peruntukan industri di Kabupaten Ngawi o Desa Sembung, Desa Brangol, Desa Jatipuro Kecamatan Karangjati adalah pada kawasan sekitar jalan lingkar Utara, yang meliputi Kecamatan Pitu, o Desa Kedungprahu, Desa sukowiyono Kecamatan Padas Ngawi dan Kasreman. Pengembangan kawasan industri sedang terletak di o Desa sumberbening Kecamatan Bringin Kecamatan Ngawi, Geneng dan Karangjati o Desa Pohkonyal, Desa Padas, Desa Gandri Desa Pangkur Peluang investasi pada sektor industri diarahkan pada tiga sasaran, e) Batik Tulis : Desa Banyubiru Kecamatan Widodaren yaitu pengembangan industri kecil, industri menengah, dan industri besar. Hal f) Batu Bata : Desa Gelung Kecamatan Paron ini seiring dengan banyaknya sumber daya alam yang berpeluang untuk g) Parut Kelapa : Desa Ngalih Kecamatan Paron dikembangkan seperti hasil hutan (kayu jati), hasil bumi seperti padi, jagung, h) Handycrafft kedelai, ketela, dll. Oleh karenanya masyarakat terutama para investor atau : Desa Kedungharjo dan Desa Sidowayah Kecamatan Kedunggalar pemilik modal dapat ikut ambil bagian terhadap peluang ini untuk membuka i) Supit dan Sedotan : Desa Ngawi Kecamatan Ngawi cabang atau membuka usaha di Kabupaten Ngawi, ataupun bermitra usaha Luas peruntukan home industri secara keseluruhan kurang lebih 1.628,27 ha. dengan penusaha-pengusaha lokal. Adapun sentra – sentra industri kecil di Kabupaten Ngawi adalah : a) Kripik Tempe : Rencana pengelolaan kawasan industri dan perdagangan, yaitu : 1. o Desa Karangtengah Kecamatan Ngawi o Desa Gendingan Kecamatan Widodaren perdesaan dan perkotaan; 2. o Desa Tulakan, Kecamatan Sine o Desa Pucangan, Kecamatan Ngrambe Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan; 3. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan o Desa Purwosari Kecamatan Kwadungan Laporan Akhir V - 38 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 4. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi. Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri antara lain meliputi: 1. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan; 2. Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial; serta 3. Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri. Laporan Akhir V - 39