perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id JURNAL PENELITIAN MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : Siti Wasiatul Khoiriyah NIM : X 5108523 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Oleh: Siti Wasiatul Khoiriyah ABSTRAK Siti Wasiatul Khoiriyah. “Manfaat Alat Peraga Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Penjumlahan dan Pengurangan Bagi Siswa Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekakdekak pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Taman Winangun Kebumen tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I SDLB Taman Winangun Kebumen menggunakan alat peraga dekak-dekak yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun, Kebumen tahun ajaran 2009/2010. ___________________________________________________________________ Kata Kunci: Alat Peraga Dekak-dekak, Hasil Belajar Matematika, Anak Tunarungu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : Siti Wasiatul Khoiriyah NIM : X 5108523 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Oleh : Siti Wasiatul Khoiriyah NIM : X 5108523 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. Dra. B. Sunarti, M.Pd. NIP. 19570901 198203 1 002 NIP. 1945 0913 197403 2 001 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Kamis Tanggal : 29 Juli 2010 Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. R. Indianto, M.Pd. ………………………….. Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ………………………….. Anggota I : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. .………………………….. Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd. ………………………….. Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Siti Wasiatul Khoiriyah. “Manfaat Alat Peraga Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Penjumlahan dan Pengurangan Bagi Siswa Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekakdekak pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Taman Winangun Kebumen tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I SDLB Taman Winangun Kebumen menggunakan alat peraga dekak-dekak yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun, Kebumen tahun ajaran 2009/2010. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Siti Wasiatul Khoiriyah. “The use of Abacus Visual and to Improve The Mathematics Learning Achievement About Summing and Subtracting for The Deaf Students in Class I of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in The School Year 2009/2010”. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas Maret University, July 2010. The aim of this study is improve the mathematics learning achievement about summing and subtracting in the deaf students of class I of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in the school year of 2009/2010. The research approach employed was Classroom Action Research (CAR). It is the research conducted by the classroom teacher who is teaching, with the emphasis on the improvement of math learning practice and process about summing and subtracting. The subject of research was the deaf students of Class I of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in the school year of 2009/2010, as many as 5 students (2 male and 3 female). The data source derive from the math learning achievement about summing and subtracting in lthe semester 2 of 2009/2010 school year including the result of observation on the students by observer and the result of observation on the teacher by observer (peer). Technique of collecting data employed was observation by observer to observe the students’ activity in attending the math learning as well as teacher’s activity in the math learning implementation. The data validity test was done using data triangulation technique. The research is discussed with the headmaster by the peer by comparing the cycles. From the explanations above, in can be concluded that the use of abacus visual aid can improve the matghematics learning achievement about summing and subtracting in the deaf students of class I of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in the school year of 2009/2010. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Dengan cinta dan sabar mari kita hantar Anak Luar Biasa menuju kehidupan yang lebih baik. ( Penulis ) commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: - Ibunda tercinta yang telah memberi semangat serta memotivasi untuk menempuh Pendidikan S1. - Suami tercinta yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan studi. - Putraku pandawa lima yang selalu mendoakan agar cepat selesai studinya - Teman-teman senasib seperjuangan yang telah memberi semangat, bantuan untuk menyelesaikan studi commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. 3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa dan sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Dra. B. Sunarti, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. H. Amir Sujoko, S.Pd., selaku Kepala SDLB Negeri Taman Winangun Kebumen yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian tindakan kelas ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga kebaikan Bapak dan Ibu mendapat pahala dari Allah swt. dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Surakarta, Juli 2010 Penulis commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. v HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vi HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR GRAFIK....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 3 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 5 A. Kajian Teori ............................................................................ 5 1. Tinjauan Anak Tunarungu ................................................ 5 2. Tinjauan Hasil Belajar Matematika ................................... 14 3. Tinjauan Alat Peraga Dekak-Dekak .................................. 18 B. Kerangka Berpikir................................................................... 29 C. Perumusan Hipotesis Tindakan .............................................. 30 BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................. 32 A. Setting Penelitian ................................................................... 32 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman B. Subyek Penelitian.................................................................... 33 C. Data dan Sumber Data............................................................. 34 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34 E. Validitas Data ........................................................................ 41 F. Teknik Analisis Data .............................................................. 41 G. Indikator Kinerja..................................................................... 42 H. Prosedur Penelitian ................................................................. 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 46 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 46 B. Hasil Penelitian ...................................................................... 59 C. Pembahaan Hasil Penelitian .................................................... 61 SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 63 A. Simpulan ................................................................................. 63 B. Saran ....................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................ 66 BAB V commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jadwal Kegaitan Penelitian .......................................................... 32 Tabel 2. Subyek Penelitian ........................................................................ 33 Tabel 3. Kisi-kisi Penguasaan Pelajaran Matematika Tentang Pejumlahan dan Pengurangan........................................................................... 35 Tabel 4. Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................. 37 Tabel 5. Lembar Observasi Guru Siklus II ................................................. 38 Tabel 6. Lembar Observasi Siswa Siklus I ................................................. 39 Tabel 7. Lembar Observasi Siswa Siklus II ................................................ 40 Tabel 8. Daftar Nilai Kondisi Awal ............................................................ 47 Tabel 9. Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus I ........................................ 50 Tabel 10. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I ......................................... 51 Tabel 11. Daftar Nilai Siklus I ..................................................................... 53 Tabel 12. Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus II ....................................... 56 Tabel 13. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus II ........................................ 57 Tabel 14. Daftar Nilai Siklus II .................................................................... 58 Tabel 15. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika pada Saat Pre Test, Siklus I, dan Siklus II ................................................................... 59 Tabel 16. Hasil Rekap Nilai Matematika pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ....................................................................................... commit to user xiii 60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Grafik 1. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... commit to user xiv 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Hasil Belajar Matematika Awal................................................... 47 Grafik 2. Hasil Belajar Matematika Siklus I .............................................. 53 Grafik 3. Hasil Belajar Matematika Siklus III ............................................ 58 Grafik 4. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Setiap Siklus .................. 61 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .............. 66 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............. 70 Lampiran 3. Soal Tes Matematika Siklus I ................................................ 76 Lampiran 4. Soal Tes Matematika Siklus II ............................................... 77 Lampiran 5. Hasil Kerja Siswa Siklus I ..................................................... 82 Lampiran 6. Hasil Kerja Siswa Siklus II .................................................... 83 Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Siklus I ............................................ 84 Lampiran 8. Lembar Observasi Guru Siklus II .......................................... 85 Lampiran 9. Lembar Observasi Siswa Siklus I .......................................... 86 Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II .......................................... 87 Lampiran 11. Foto-foto Kegiatan Penelitian ............................................... 88 Lampiran 12. Perijinan Penelitian ............................................................... 92 Considering the result of observation and learning action that has been done, it can be discribed that the math learning activity about summing and subtracting using abacus visual aid can improve the student’s learning achievement, from the prior study in which only 2 students passing the learning to the second cycle in which 5 students (100%) passing the learning. commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawa. Undang Undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 50 menjelaskan bahwa “Pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak tunarungu, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal”. Agar tujuan pendidikan Nasional dapat tercapai, maka proses pendidikan perlu dimulai sejak awal yaitu sejak pendidikan dasar. Pendidikan dasar dapat memberikan fondasi dalam menyiapkan anak tunarungu ke jejang pendidikan yang lebih tinggi. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi, hal ini sangat mempengaruhi terhadap pendidikannya. Guru sebagai pendidik bertugas melakukan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Dalam proses pembelajaran diperlukan tenaga guru yang profesional, dengan harapan mutu pendidikan terus meningkat sesuai perkembangan jaman. Pengajaran di ruang kelas merupakan salah satu usaha proses pendidikan kepada siswa. pengetahuan, konsep, dan ketrampilan membaca menulis, berhitung dan sikap yang tepat sebagai alat untuk belajar lebih lanjut yang harus di bangun pada awal pendidikan siswa yang secara luas tersebut “ketrampilan pendidikan Dasar commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Menyampaikan informasi-informasi yang terkandung pada pengetahuan ke dalam kegiatan pendidikan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Guru harus menyiapkan pengalaman yang siap pakai, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan pendekatan kepada siswa dan sebagainya. “Seorang guru dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment) (Glickman yang dikutip Ibrahim Bafadal, 2003:5). Dalam pembelajaran faktor guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Guru yang profesional dalam melakukan tugasnya selalu melalui prosedur pembelajaran dan perencanaan yang sistimatis. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran antara lain: minat siswa, kemampuan siswa dan sarana pembelajaran. Penguasaan materi pelajaran dari siswa adalah hal yang mutlak dalam menentukan ketuntasan belajar. Siswa dinyatakan tuntas apabila hasil belajar sudah mencapai 60 keatas, dan tidak semua pelajaran dapat dikuasai oleh siswa dengan mudah. Sebagian siswa cepat menerima materi pelajaran dan sebagian lagi mengalami kesulitan terutama mata pelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang tehnologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis dan matematika diskrit, sedangkan untuk menciptakan tehnologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis serta kemampuan bekerja sama agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (KTSP, 2006: 99). Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika, dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran perlu menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi seperti: komputer, alat peraga serta media yang lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 Pembelajaran akan berhasil apabila siswa dapat menguasai materi pembelajaran. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Kenyataan yang terjadi di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen bahwa hasil tes formatif kelas I mata pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada semester I tahun ajaran 2009//2010 baru mencapai 40%, adapun yang penulis ambil sebagai penelitian adalah siswa tunarungu kelas satu semester II. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan mata pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan masih sangat rendah, sehingga penulis merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran tersebut. Inilah yang melatar belakangi penulis melakukan perbaikan proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi siswa tuna rungu kelas satu semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010 ?” C. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak pada siswa tunarungu kelas satu semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010. D. Manfaat Penelitian. Manfaat dari penelitian tindakan kelas penulis mengharapkan agar memperoleh manfaat teoritis maupun praktis berguna bagi perkembangan pendidikan: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 1. Manfaat Teoritis Dapat memperkaya ilmu penetahuan tentang alat peraga dekak-dekak terhadap peningkatan hasil belajar matematika bagi anak tunarungu. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru Dengan Penelitian Tindakan Kelas akan membantu guru memperbaiki kinerja, berkembang secara profesional dan meningkatkan rasa percaya diri. b. Manfaat bagi siswa Dengan memanfaatkan alat peraga dekak-dekak membantu siswa tunarungu dalam memecahkan masalah penjumlahan dan pengurangan. c. Manfaat bagi peneliti. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran melalui alat peraga dekak-dekak dalam meningkatkan kemampuan berhitung. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu a. Pengertian Anak Tunarungu Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran yang disebabkan oleh alat pendengaran yang mengalami gangguan. Gangguan tersebut terdapat pada sebagian organ pendengaran atau keseluruhan ketunarunguan sering disebut dengan istilah lain, seperti anak tunarungu wicara, anak tuli, anak bisu atau anak bisu tuli. Para ahli banyak berpendapat tentang ketunarunguan. Pengertian anak tuna rungu menurut Mohammad Efendi (2006:57) sebagai berikut: Anak tunarungu adalah anak yang dalam proses mendengar terdapat satu atau lebih organ telinga mengalami gangguan atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak diketahui sehingga organ tersebut tidak dapat menjalakan fungsinya dengan baik. Sedangkan definisi anak tunarungu menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa yaitu: Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi antara 27 dB – 40 dB dikatakan sangat ringan, 41 dB – 55 dB dikatakan ringan, 56 dB – 70 dB dikatakan sedang, 71dB – 90 dB dikatakan berat, dan 91 ke atas dikatakan tuli (http://www.ditplb.or.id.profile.php?id-44). Satmoko Budi Santoso (2010: 129) memberikan pengertian: Anak tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran permanan maupun temporer (tidak permanen). Tunarungu diklasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan pendengarna, yaitu gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 dB), gangguan pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan pendengaran sedang (56-70 dB), gangguan pendengaran berat (71-90 dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisiologi anak yang tersebut di atas mengalami gangguan pada indera pendengaran yang bervariasi antara 27 dB – 40 dB dikatakan sangat ringan, 41 dB – 55 dB commit to user 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 dikatakan ringan, 56 dB – 70 dB dikatakan sedang, 71dB – 90 dB dikatakan berat, dan 91 ke atas dikatakan tuli. Gangguan ini diterjemahkan sebagai organ yang tidak normal atau tidak lengkap, bisa juga organnya normal atau lengkap namun mengalami kerusakan. Kemudian sebagai akibat berikutnya perkembangannya terganggu. Anak tunarungu kehilangan sebagian pendengaran atau seluruh pendengarannya sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi yang akhirnya mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya, sehingga anak tunarungu memerlukan bantuan atau pendidikan secra khusus. Secara umum anak dikatakan tunarungu apabila pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana umumya anak normal. b. Faktor Penyebab Anak Tunarungu Penyebab anak tunarungu menurut beberapa literatur berbeda satu sama lain, tetapi memiliki prinsip yang sama. Faktor penyebab anak tunarungu dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (2004:23) penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Faktor dari dalam diri anak. a) Salah satu orang tua atau keluarga yang mengalami kelainan tunarungu b) Kerusakan plasenta yang mempengaruhi perkembangan janin karena keracunan pada saat ibu mengandung. c) Penyakit rubella yang menyerang janin ibu pada masa kandungan tiga bulan pertama. 2) Faktor dari luar diri anak a) Faktor dari kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran telinga bagian dalam, tengah, maupun luar. b) Menginitis atau radang selaput otak. c) Otitis media, Ototis media adalah radang pada telinga bagian tengah, sehingga menimbulkan nanah. d) Terjadinya infeksi pada saat anak dilahirkan. Penulis menyimpulkan dari pendapat di atas bahwa penyebab ketunarunguan antara lain sebelum lahir, salah satunya faktor genetik, saat lahir salah satunya adalah prematur, dan setelah dilahirkan salah satunya adalah faktor trauma fisik. Selain itu faktor dari dalam anak dan faktor dari luar diri anak menjadi penyebab ketunarunguan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 c. Klasifikasi Ketunarunguan Ketunarunguan memiliki beberapa klasifikasi. Menurut beberapa literatur, ketunarunguan dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Mohammad Efendi (2006:59-61) klasifikasi anak tunarungu ditinjau dari kepentingan pendidikannya, secara terinci anak tuna rungu dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight losses). 2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses). 3) Anak runa rungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate losses). 4) Anak runarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe losses). 5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly losses). Dari kelima klasifikasi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Anak tuna rungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight losses). Ciri-ciri anak tuna rungu kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight losses), antara lain: a) kemampuan mendengar masih baik karena berada di garis batas antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran taraf ringan; b) tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan, terutama harus dekat dengan guru; c) dapat belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan pendengarannya; d) perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasanya supaya perkembangan bicara dan bahasanya tidak terhambat; e) disarankan yang bersangkutan menggunakan alat bantu dengan untuk meningkatkan kerjasama daya pendengarannya. 2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses). Ciri-ciri anak yang ang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses) antara lain: a) dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat; b) tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 hatinya; c) tidak dapat menagkap suatu percakapan yang lemah; d) kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya, jika berada pada posisi tidak searah dengan pandangannya; e) untuk menghindari kesulitan bicara perlu mendapatkan bimbingan yang intensif; f) ada kemungkinan dapat mengikuti sekolah biasa; g) disarankan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) untuk menambah ketajaman daya pendengarannya. 3) Anak runa rungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate losses). Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate losses) antara lain: a) dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira satu meter; b) sering terjadi salah pengertian terhadap lawan bicaranya; c) mengalami kelainan bicara, terutama pada huruf konsonan, misal: "K" atau "G" mungkin diucapkan "T" dan "D"; d) kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan; e) perbendaharaan kosatanya sangat terbatas. 4) Anak runarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe losses). Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe losses) antara lain: a) kesulitan membedakan suara; dan b) tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran suara. Kebutuhan layanan pendidikannya, perlu layanan khusus dalam belajar bicara maupun bahasa, menggunakan alat bantu dengar karena anak semacam ini tidak mampu berbicara spontan. 5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly losses). Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly losses) antara lain: a) ia hanya dapat mendengarkan suara keras sekali pada jarak kira-kira 1 inchi (+ 2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar; b) biasanya ia tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi jika dekat telinga. Anak tuna rungu kelompok ini meskipun menggunakan pengeras suara, tetapi tidak dapat memahami atau menangkap suara. Jadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 mereka menggunakan alat bantu dengar atau tidak dalam belajar bicara atau bahasanya sama saja. M. Cem Girgin dalam International Journal of Special Education vol. 23 No. 2, 2008 membahas mengenai tunarungu jenis ini seperti berikut ini: “Children with profound hearing-impairment show a wide range of spoken language abilities, some having highly intelligible speech while others have unintelligible speech. This is due to errors in speech production.” (http://www.google.co.in/#hl=id&q=jurnal+internasional+children+with+hear ing+impairmen&aq=f&aqi=&aql=&gs_rfai=&fp=4dd331607e3e3ceB). d. Karakteristik Anak Tunarungu. Karakteristik anak tunarungu menurut beberapa literatur, dapat dijelaskan sebagai berikut: Karakteristik anak tunarungu menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa antara lain sebagai berikut: 1) Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan vebal anak mendengar. 2) Namun performance IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar. 3) Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak mendengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif/ berurutan. 4) Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak mendengar tidak ada perbedaan. 5) Daya ingat jangka panjang hampir tak ada perbedaan, walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah (http://www.ditplb. or.id.profile.php?id-44). Menurut Cruickshank yang dikutip Mohammad Efendi (2006:79), “anak tunarungu seringkali memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang.” Kondisi anak tuna rungu tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh anak, melainkan juga tergantung kepada potensi kecerdaan yang dimilikinya; rangsangan mental serta dorongan dan lingkungan sekitar dapat memberikan kesempatan bagi anak tuanrungu untuk mengembangkan kecerdasannya. Gangguan pendengaran sensorineural pada anak tunarungu dapat disebabkan oleh: 1) injury; 2) excessive noise exposure; 3) viral infections commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 (such as measler or mumps; 4) ototixic drugs (medications that damage hearing); 5) meningitis; 6) diabetes; 7) stroke; 8) high fever; 9) meniere’s disease; 10) acoustic tumors; and 11) heredity. Artinya: 1) cidera; 2) paparan kebisingan yang berlebihan; 3) infeksi virus (seperti campak atau gondok); 4) ototodic obat (obat-obatan yang merusak pendengaran); 5) radang selaput; 6) diabetes; 7) pukulan; 8) demam tinggi; 9) meniere penyakit; 10) akustik tumor; dan 11) keturunan. (http://www.pamf.org/hearinghealth/facts/types. html) Ketunarunguan tidak tampak jelas apabila dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, tetapi anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (2004: 28) karakteristik anak tunarungu apabila dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik dalam segi intelegennsi Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata. Karena kesulitan dalam memahami bahasa, kebanyakan anak tunarungu prestasi belajarnya rendah pada mata pelajaran matematika. Tetapi pada mata pelajaran lainnya dia akan seimbang apabila dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. 2) Karakteistik segi bahasa dan bicara Kemampuan berbicara dan berbahasa anak tunarungu mengalami hambatan karena tidak mampu mendengar, anak tunarungu memerlukan pembinaan berbicara dan bahasa secara khusus. Anak tunarungu tidak mampu mendengar bahasa, jadi kemampuan berbahsanya harus dilatih secara khusus. Bicara dan bahasa anak tunarungu pada awalnya sulit difahami tetapi apabila semakin lama bergaul dengan anak tunarungu kita akan dapat memahami maksud dari bicaranya. 3) Karakteristik segi emosi dan sosial. Anak tunarungu sering menyendiri kadang juga dijauhi temantemanya dalam pergaulan sehari-hari. Keadaan seperti ini menjadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 hambatan dalam perkembangan kepribadian anak tunarungu menuju kedewasaan. Keterasingan anak tunarungu akan menyebabkan efek-efek negatif sebagai berikut. a) Egosentrisme yang lebih, dibanding dengan anak normal. b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas. c) Ketergantungan pada orang lain d) Perhatiannya lebih sulit dialihkan e) Memiliki sikap yang polos, sederhana dan tidak banyak masalah f) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Berdasarkan uraian tersebut di atas tentang karaktereistik anak tunarungu maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu memiliki berbagai hambatan. Keterbatasan pengetahuan dan ketidak tetapan emosi dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan intelegensinya. Dalam bahasa anak tunarungu juga mengalami hambatan pada saat mengadakan kontak dengan orang lain. Anak tunarungu akan segan berlatih berbicara, anak tunarungu sering terkesan pemalu, merasa rendah diri, merasa selalu bersalah, takut ditertawakan, takut menatap. e. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu Pada awalnya anak tunarungu mengalami perkembangan bahasa seperti pada anak normal umumnya. Pada umur 6 bulan anak tunarungu mengalami masa meraban seperti anak normal. Anak tunarungu pada masa ini juga mulai membuat bunyi yang diulang dan ingin melakukan kontak dengan orang lain melalui suaranya. Ketunarunguan yang dialami anak tunarungu sejak lahir perkembangan bahasanya terhenti sejak masa meraban, karena dia tidak bisa merespon bunyibunyi yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Pendidikan anak tunarungu untuk membangkitkan perkembangan kemampuan berkomunikasi (Permanarian Somad dan Tati Herawati, 2004:31). 1) Didiklah anak tunarungu dalam kegiatan keluarga 2) Libatkan anak tunarungu dalam lingkungan keluarga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 3) 4) 5) 6) Jangan memanjakan anak tunarungu secara berlebihan Berilah kesempatan bermain seluas mungkin pada anak tunarungu Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang baik Berikanlah kewajiban yang sama kepada anak tunarungu dalam melaksanakan tugas-tugas 7) Pupuklah rasa cinta pada keindahan alam 8) Gunakan setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu Perkembangan bahasa bagi anak tunarungu, membaca (tulisan) di nilai kurang tepat digunakan dalam fase–fase permulaan perkembangan bahasa, karena membutuhkan kematangan tertentu. Penggunaan bahasa isyarat juga kurang tepat karena akan mengakibatkan keterasingan anak tunarungu dalam bermasyarakat. Pandangan orang terhadap isyarat banyak yang negatif, karena dinilai bahasa isyarat kurang dapat memperagakan pikiran yang abstrak, kurang fleksibel dan kurang berdeferens (Permanarian Somad dan Tati Herawati, 2004: 140). Penulis menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa bahasa berkembang sesuai dengan irama perkembangan anak, semakin luas pergaulan anak, maka semakin luas pula kemampuan bahasanya, kondisi tersebut jika diikuti pendengaran yang normal. Pada anak tunarungu proses perkembangan bahasa mulai terlambat pada masa babling (mengoceh). Anak tunarungu tidak pernah mendengar bunyi dari lingkungannya, maka proses meniru bahasa di lingkungannya terlambat. Anak tunarungu tidak bereaksi terhadap suara-suara dan tidak berusaha meniru apa-apa karena tidak bisa mendengar. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa tunarungu perlu perhatian yang serius serta lingkungan yang mendukung. f. Pendidikan Anak Tunarungu 1) Tujuan Umum Agar dapat mewujudkan penyelenggaraan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, khususnya bagi anak tunarungu seoptimal mungkin dan dapat melayani pendidikan bagi anak didik dengan segala kekurangan ataupun kelainan yang diderita, sehingga anak-anak tersebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 dapat menerima keadaan dirinya dan menyadari bahwa ketunaannya tidak menjadi hambatan untuk belajar dan bekerja, memiliki sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja dalam masyarakat serta dapat menolong diri sendiri dan mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup. 2) Tujuan Khusus. Tujuan khusus penyelenggara pendidikan khusus (tunarungu) adalah: a) Turut melaksanakan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah. b) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan bagi anak tunarungu di Indonesia. c) Penyelenggaraan fasilitas pendidikan yang luwes dan relevan terhadap keperluan anak tunarungu. d) Memiliki pengetahuan, kesadaran, pengalaman dan keterampilan tentang isi bidang-bidang studi yang tercantum dalam kurikulum yang resmi. e) Mengarahkan dan membina anak tunarungu agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. f) Membantu dan membina anak tunarungu agar memiliki keterampilan, keahlian, kejujuran, ataupun sumber penghasilan yang sesuai dengan jenis dan tingkat ketunaan yang disandangnya. 3) Lingkup Pendidikan Anak Tunarungu a) Lingkup pengembangan program pendidikan bagi individu tunarungu TKLB/TKKh. Tunarungu tingkat rendah: ditekankan pada pengembangan kemampuan senso-motorik, berbahasa dan kemampuan berkomunikasi khususnya berbicara dan berbahasa. b) SDLB/SDKh Tunarungu kelas tinggi ditekankan pada keterampilan senso-motorik, keterampilan berkomunikasi kemudian pengembangan kemampuan dasar di bidang akademik dan keterampilan sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 c) SLTPLB/SMPKH Tunarungu ditekankan pada peningkatan ketrampilan berkomunikasi dan keterampilan berkomunikasi, keterampilan senso-motorik, mengaplikasikan keterampilan kemampuan dasar dibidang akademik dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, peningkatan keterampilan sosial dan dasar-dasar keterampilan vokasional. d) SMLB/SMAKh Tunarungu ditekankan pada pematangan keterampilan berkomunikasi, keterampilan menerapkan kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada pengembangan kemampuan vokasional yang berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Tinjauan Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas, usia, dan berlangsung seumur hidup. Di masyarakat kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, akan penulis paparkan pengertian istilah belajar dari beberapa pendapat. Menurut Udin S. Winataputra, dkk. (2008: 1.11-1.13) 1) Menurut BF Skinner Belajar ialah Tingkah laku: perubahan tingkah laku yang direprensikan oleh frekuensi respons, merupakan fungsi dari kejadian dan kondisi lingkungan. 2) Menurut Robert Gagne Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi tentang belajar yaitu: a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motifasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi. 3) Menurut Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura Belajar ialah interaksi segitiga antara lingkungan, faktor pribadi, dan tingkah laku. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang relative dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.” b. Pengertian Hasil Belajar Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 35): “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar). Menurut Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: “Hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.” Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 31-33) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuantujuan instruksional. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 31-33) ada beberapa pendapat mengenai pengertian hasil belajar diantaranya: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 1) Menurut Benjamin S. Bloom Ada tiga ranah (domain, hasil belajar yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2) Menurut A.J. Romis Zowski Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan dari sistem tersebut berupa macam-macm informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (pervormance). Menurut Romis Zowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: a) Pengetahuan Hasil belajar yang berupa pengetahuan terdiri dari empat kategori: (1) Pengetahuan tentang fakta (2) Pengetahuan tentang prosedur (3) Pengetahuan tentang konsep (4) Pengetahuan tentang prinsip b) Ketrampilan Hasil belajar yang berupa ketrampilan terdiri dari empat kategori yaitu: (1) Ketrampilan untuk berpikir atau ketrampilan kognitif (2) Ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan motorik (3) Ketrampilan bereaksi atau bersikap, dan (4) Ketrampilan berinteraksi. 3) Menurut John M Keller Seperti halnya Romis Zowski John M Keller memandang hasil belajar sebagai keluasan dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Dari berbagai masukan tersebut menurut Keller yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 34) dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: masukan pribadi (formal inputs), dan b) masukan dari lingkungan (environmental inputs). 1) Masukan dari Pribadi (formal inputs) a) motivasi atau nilai-nilai b) harapan untuk berhasil (exspechtancy) c) intelegensi dan penguasaan awal dan d) valuasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi. 2) Masukan dari Lingkungan (environmental inputs) a) Rancangan dan pengelolaan morifasional b) Rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar dan c) Rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan (reinforcement) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan”. c. Pembelajaran Matematika Dalam pembelajaran matematika, guru memiliki strategi yang sesesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Pengertian matematika menurut Depdiknas (2006: 77-78) ”Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Menurut Depdiknas (2006: 77-78) Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agarsiswa dapat memahami konsep matematika, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari, srta memiliki sikap menghargai kegunanaan matermatika dalam kehidupan, memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta percaya diri dalam pemecahan masalah. Ruang lingkup pada mata pelajaran matematika meliputi: bilangan, geometri, pengukuran, aljabar, peluang dan statistik. Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) Meliputi aspek aspek sebagai berikut Depdiknas (2006: 101): 1) Meliputi bilangan. 2) Geometri dan pengukuran. 3) Pengolahan data Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas I semester II adalah sebagai berikut: Standar Kompetensi Bilangan Kompetensi Dasar 1.1 Membilang banyak benda 1. Melakukan penjumlahan 1.2 Mengurutkan banyak benda dan pengurangan 1.3 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 1.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20 3. Tinjauan Alat Peraga Dekak-dekak a. Pengertian Alat Peraga Pengertian alat peraga menurut berbagai literatur berbeda, tergantung dari sudut pandang masing-masing. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Menurut Moh Uzer Usman (2001:31) “Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa untuk mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa”. Menurut Aristo Rahadi (2008 :10) “Alat peraga adalah alat bendabenda yang digunakan untuk meragakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata / kognitif.” Menurut Depdiknas (2006:3) “Alat peraga yaitu alat yang digunakan atau ditunjukkan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk menjelaskan dari memvisualisasikan konsep, ide atau pengertian tertentu”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat-alat yang dipakai guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai alat bantu di sekolah untuk mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari adanya berbagai definisi yang ada,amatlah sulit membedakan antara media dengan alat peraga atau alat bantu mengajar. Akan tetapi ada yang mempergunakan istilah keduanya saling bergantian untuk menunjukkan alat peraga maupun media pengajaran untuk menunjuk sesuatu yang sama. Sesuatu dikatakan alat peraga apabila berfungsi sebagai alat bantu, sedangkan media pengajaran merupakan bagian dari seluruh yang berhubungan kegiatan belajar mengajar. Hal ini pula dapat dikatakan bahwa alat peraga bagian dari media. Meskipun alat peraga sebagai alat bantu, namun alat peraga memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun bentuk-bentuk alat peraga dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Model, contohnya model manusia (torso), model bola bumi (globe), model jam, model dekak dekak, dan lain sebagainya. 2) Benda asli, contohnya preparat sel, kulit. 3) Carta contohnya carta hewan purba, carta metode penyerbukan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 b. Pengertian Alat Peraga Model Pengertian alat peraga model menurut berbagai literatur berbeda, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Pengertian model menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:156) sebagai berikut: “model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 662), “Model adalah barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model adalah barang tiruan yang kecil yang menggantikan benda sebenarnya dalam bentuk sederhana untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa yang sesuai wujud aslinya . Dalam media pembelajaran tidak banyak memberikan batasan tentang model, hanya saja perlu ditekankan bahwa penggunaan model ini merupakan suatu tiruan dari benda yang sama dengan bentuk aslinya, sebagai alat peraga dalam pembelajaran. Penggunaan model sangat mendukung dalam pemahaman pembelajaran disajikan melalui bentuk tiruannya secara konkrit. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga model yaitu suatu benda atau alat yang digunakan dalam bentuk yang sama dan digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. c. Penggunaan Alat Peraga Model Penggunaan alat peraga model dapat dilaksanakan melalui beberapa langkah. Menurut Sri Anitah (2010: 82-83), Prinsip-prinsip penggunaan media pembealjaran yang berupa alat peraga adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan media pembelajaran dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran. 2) Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dana. 3) Guru hendaknya memahami tingkat hierarki (requence) dari jenis alat dan kegunananya. 4) Pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan sesudah pemakaiannya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 5) Penggunaan media akan samgat menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran. Langkah-langkah penggunaan alat peraga dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Persiapan sebelum menggunakan alat peraga a) Langkah awal penggunaannya adalah membuat persiapan sebaikbaiknya, yang dilakukan dengan cara mempelari petunjuk pengunaan alat peraga. b) Semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya, sehingga dalam pelaksanaan tidak akan terganggu oleh hal-hal yang bersifat teknis. 2) Pelaksanaan penggunaan alat peraga Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga berlangsung, hendaknya dijaga agar seuasana yang tetap tenang. Keadaan tenang tidak berarti siswa harus duduk diam dan pasif, yang penting perhatian pemelajaran tetap terjaga. 3) Evaluasi Tahap ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan pembelajan telah tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui alat peraga. Untuk ini perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh siswa sebagai umpan balik. Kalau ternyata tujuan belum tercapai, guru perlu mengulangi sajian program alat peraga tersebut. 4) Tindak Lanjut Dari umpan balik yang diperoleh, guru dapat meminta siswa untuk memperdalam sajian dengan berbagai cara, misalnya: diskusi tentang hasil tes, mempelajari referensi dan membuat rangkuman, melakukan suatu percobaan, observasi dan lain-lain. d. Jenis Alat Peraga Model Alat peraga model memiliki beberapa jenis. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:156), “model dapat dikelompokan ke dalam enam kategori commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 yaitu model padat (solid model), model penampang (cultaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama.”. Dari masing-masing kategori model tesebut mungkin mempunyai ukuran yang persis sama, dengan ukuran aslinya atau mungkin dengan skala yang lebih besar atau lebih kecil daripada objek yang sesungguhnya. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis model yang dikemukakan di atas. a) Model Padat (solid model) Suatu model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar daripada objek dan acapkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya. Kegiatan membuat model oleh para guru sangat bemanfaat dalam mengembangkan konsep realisme bagi siswanya. Melalui kegiatan konstruksi, menciptakan dan membentuk objek tertentu guru ditantang untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang mereka ajarkan. Melalui transformasi sederhana, menggunakan bahan-bahan murah para guru menciptakan berbagai bentuk objek studi, sehingga hasil belajar lebih mendalam dan lebih mantap. Misalnya: bentuk boneka, berbagai bendera, bermacam-macam makanan, bentuk geometri, tonggaktonggak sejarah, anatomi manusia dan binatang, aneka ragam alat angkutan, dan lain-lain. b) Model Penampang (cutaway model) Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Kadang-kadang model ini dinamakan model X-Ray atau model Crossection yaitu model penampang memotong. Model ini sangat berguna untuk mata pelajaran IPA karena fungsinya dapat menggantikan objek sesungguhnya. Model penampang bisa memperjelas objek yang sebenarnya karena bisa diperbesar atau diperkecil. Yang perlu diperhatikan dalam membuat model penampang adalah, hanya bagian-bagian terpenting saja yang harus commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 ditonjolkan, biasanya dibubuhi warna-warna yang kontras, sedangkan rincian yang tidak begitu penting dihilangkan. c) Model susun (build-up model) Model susun terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu. Misalnya seorang guru IPA mempergunakan model torzo dibuat secara komersial, untuk memperlihatkan kepada para siswa letak organ-organ tubuh bagian dalam. Juga pada bentuk geometri memperlihatkan pecahan dari bagian atau ukuran isi anatomi manusia dan binatang: mata, telinga, jantung, tengkorak, otak dan lain-lain. d) Model kerja (working model) Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli, dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya. Misalnya peralatan untuk menimbang benda-benda yang erat kaitannya dengan prinsip gaya berat bumi. Sambil mempelajari sistem tata surya dan gaya berat bumi, para siswa akan tertarik kepada berbagai metode menimbang berat benda-benda. Dalam pada itu banyak mainan anak-anak termasuk kepada jenis golongan model kerja ini, misalnya mobil-mobilan, kereta api yang diputar, demikian pula kereta api listrik, alat perlengkapan untuk membuat jalan, mesin-mesin pertanian, tungku listrik, perabot dapur, senapan, pesawat telepon, pesawat telegraf, boneka-boneka, kendaraan dan mainan lainnya. e) Mock-ups Mock-ups adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Susunan nyata dari bagian-bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti siswa. Mock-ups dapat dipergunakan dalam beberapa cara. Guru memamerkan mock-ups untuk memperlihatkan bentuk beberapa objek nyata seperti kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung serta pengeras suara, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 menunjukkan lambang-lambang yang berbeda dengan apa yang tertera di dalam diagram. Hal serupa itu juga diterapkan pada tahapan menengah di dalam menjelaskan tentang bagaimana membaca dan menjelaskan sirkuit yang diagramkan itu seperti yang sering dijumpai pada chassis radio penerima sebenarnya. Selama pelajaran berlangsung, mock-ups radio itu digantungkan di kelas sebagai sumber keterangan yang telah siap pakai. f) Diorama Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajian. Diorama sebagai media pengajaran terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayat, sejarah bahkan dapat diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran. Dari beberapa jenis media model tersebut di atas, peneliti dalam melaksanakan eksperimen menggunakan media model padat (solid model) dalam bentuk dekak-dekak. e. Fungsi Alat Peraga Model Alat peraga model dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga model merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga model digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:161) bahwa fungsi alat peraga model dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. 4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dalam membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Menurut Moh. Uzer Usman (2001:31) fungsi alat peraga pelajaran adalah sebagai berikut : 1) Memperbesar perhatian siswa 2) Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan siswa 3) Meletakkan dasar-dasar pemikiran konkrit, oleh sebab itu dapat menghilangkan verbalisme (tahu istilah tidak tahu arti) 4) Menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinyu. 5) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa 6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu pengembangan dan kemampuan bahasa 7) Sangat menarik minat siswa dalam belajar 8) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperhatikan suatu gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat peraga model dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Alat peraga model sebagai alat bantu untuk mewujudkan minat siswa dalam situasi belajar 2) Alat peraga model merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar 3) Alat peraga model sebagai bagian integral dengan tujuan dan isi pelajaran 4) Alat peraga model untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa 5) Alat peraga model diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru 6) Alat peraga model dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu proses belajar mengajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 f. Peranan Alat Peraga dalam Matematika Alat peraga memiliki peranan dalam matematika bagi anak tunarungu. Menurut Sugiarto dan Isti Hidayah (2008:1), peranan alat peraga dalam matematika adalah sebagai berikut : 1) Sebagai sarana bagi guru untuk menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan 2) Peserta didik dapat menemukan sendiri baik yang berupa konsep maupun prinsip dalam matematika. Adapun manfaat dari pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Luar Biasa khususnya anak Tuna rungu antara lain: 1) Secara psikologis peserta didik Tuna Rungu taraf berfikirnya selalu berada pada tahap operasi konkrit, karena keterbatan intelegensi yang dimiliki. 2) Substansi matematika bersifat abstrak, sehingga dengan pemanfaatan alat peraga, peserta didik akan lebih mudah, memahami konsep, prinsip matematika yang abstrak tersebut. 3) Dapat menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar matematika. g. Alat Peraga Dekak dekak 1) Fungsi Alat Peraga Dekak-Dekak Membantu guru dalam mengajarkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. 2) Bentuk alat 3) Alat dan bahan a) Alternatif bahan 1 : bambu kuning, kayu, triplek tebal, papan, cat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 b) Alternatif bahan 2 : tutup botol, besi beton/ kawat, kayu/ triplek tebal/ papan, cat. c) Alternatif bahan 3 : Multiplek, kawat / besi beton d) Alternatif bahan 4 : kayu / papan, kawat, ceterevoam, pewarna. e) Perkakas : amplas, gergaji, bor / pelubang, kuas. 4) Cara pembuatan alat: Langkah langkah pembuatan a) Pilihlah bahan yang mudah diperoleh, misalnya kayu / papan, kawat dan cat. b) Potonglah kayu atau papan sebagai landasan sesuai ukuran yang dikehendaki. c) Potonglah kayu berbentuk silinder, dengan diameter 3 Cm, tebal 3 Cm sebagai dekak dekak sebanyak 40 buah kemudian diberi warna (biru, kuning, merah, hijau dan lain sebagainya) masing masing 10 buah. d) Potonglah kawat sebanyak 2 empat buah dengan ukuran 30 Cm dan garis tengahnya setengah senti meter, kemudian tancapkan kawat tersebut pada landasan sedalam dua senti meter sehingga kawat yang tampak 28 cm (cukup untuk sepuluh dekak dekak) e) Tulis pada landasan mulai dari kanan: satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan tepat di bawah tiang. 5) Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dalam Matematika a) Ambil dekak dekak bertiang empat, tunjukkan dan kenalkan kepada siswa bahwa alat itu disebut dekak dekak, bundaran bundaran yang dimasukkan pada tiang disebut biji dekak dekak. b) Tunjukkan kepada siswa bahwa dekak dekak mempunyai empat tiang yang masing masing berisi sembilan buah biji dekak dekak dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 warna yang berbeda antara tiang satu dan lainnya. Masing masing tiang mempunyai nilai yang berbeda. Besarnya nilai dekak dekak pada masing masing tiang dari sebelah kanan ke kiri adalah satuan, puluhan, ratusan, ribuan. c) Ambilah lima buah dekak dekak kemudian masukkan ke tiang satuan tunjukkan pada siswa kedudukan biji dekak dekak sebagai nilai satuan, selanjutnya tambahkan satu persatu biji dekak dekak pada tiang sehingga pada tiang satuan terdapat sembilan biji dekak dekak. d) Kemudian guru dapat melanjudkan kegiatan dengan mengosongkan terlebih dahulu dekak-dekak e) Ambilah sembilan biji dekak dekak kemudian masukkan ke tiang satuan tunjukkan pada siswa kedudukan biji dekak dekak pada tiang sehingga akhirnya pada tiang satuan terdapat sembilan biji dekak dekak, tunjukkan kepada siswa, 9 satuan Karena tiang berikutnya khusus untuk biji dekak dekak puluhan, maka 10 biji satuan dapat digantikan dengan satu biji puluhan demikian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 seterusnya dengan cara yang sama guru dapat menjelaskan hubungan antara tiang satu dengan yang lain. Sehingga dapat ditunjukkan dengan peragaan sebagai berikut: 1 puluhan f) Kegiatan selanjutnmya sesuai yang sedang dipelajari siswa dapat diberi beberapa latihan dengan dekak-dekak atau dalam bentuk gambar, seperti menentukan nilai suatu bilangan apabila diketahui letak dan banyaknya dekak-dekak, Untuk memperagakan operasi penjumlahan operasi dua bilangan disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari siswa . Contoh: 10 + 5 = 15 10 + 5 = 15 B. Kerangka Berfikir Hasil belajar adalah merupakan keluaran dari suatu pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: Kelompok masukan pribadi (personaly input) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environ mental inputs). Hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas satu Sekolah Dasar luar biasa Negeri Tamanwinangun sangat rendah, dimungkinkan karena faktor pengelolaan pembelajaran kurang menarik siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 Dengan demikian menurut pemikiran penulis, dengan memanfaatkan alat peraga yang sesuai dan metode pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas satu di Sekolah Dasar Luat Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen. Untuk lebih memperjelas diatas Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kondisi awal Sebelum diberi alat peraga dekak-dekak Tindakan Diberi alat peraga dekakdekak Hasil belajar matematika rendah Silus I Kondisi Akhir Silus II Hasil belajar matematika meningkat Gambar 1: Skema Kerangka Berfikir Keterangan: 1) Kondisi awal proses belajar mengajar mata pelajaran matematika tidak menggunakan alat peraga dekak-dekak. 2) Tindakan proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika menggunakan alat peraga dekak dekak, sebagai siklus I 3) Kondisi akhir hasil mata pelajaran matematika setelah melaksanakan tindakan dengan menggunakan alat poeraga dekak-dekak hasil meningkat (siklus II). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 C. Perumusan Hipotesis Tindakan Berdasarkan pengkajian teori yang telah dikemukakan di muka dan kerangka pemikiran di atas, dapatlah dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: ”Pemanfaatan alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilaksanakan, sehingga diperoleh sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen. Pemilihan tempat penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1. SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen merupakan tempat tugas mengajar bagi peneliti 2. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran anak tunarungu di SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen. 3. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian perlu ditetapkan untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun waktu penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai pada bulan Juli 2009/2010. Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar maka penulis membuat jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Penelitian No. 1 2 3 4 5 Kegiatan Pengajuan judul Pembuatan proposal Penelitian Waktu Penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus v v v v v v v Penyusunan laporan Ujian skripsi v v v v v v v v v commit to user 32 v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 B. Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat pokok karena data tentang variabel yang diamati dan diteliti oleh peneliti berada pada subyek penelitian tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 133) Subyek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan obyek yang sedang diam dan tanpa gerak. Meliputi: 1. Unsur siswa, dapat dicermati ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas, lapangan, laboratorium, bengkel maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah atau sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah. 2. Unsur guru: dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, khususnya cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika membimbing siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarma wisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa. Penentuan subyek penelitian menggunakan tehnik porposif, menurut Suharsimi Arikunto (2006: 140) “Teknik porposif adalah teknik pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu dan diketahui lebih dahulu, berdasarkan ciri dan populasinya dalam penelitian”, kriteria subyek adalah: 1. Siswa tunarungu 2. Mengalami kesulitan dalam belajar matematika, tentang penjumlahan dan pengurangan 3. Siswa aktif berangkat sekolah. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas I di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen yang berjumlah 5 siswa. (2 laki-laki dan 3 perempuan ). Tabel 2. Subyek Penelitian No Nama 1 2 3 4 5 Ok Um RK SG RI Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Umur kelas 7 Tahun 7 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 8 Tahun 1 1 1 1 1 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 C. Data dan Sumber Data Data penelitian tindakan kelas yang dikumpulkan berupa informasiinformasi tentang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kemampuan siswa dalam matematika meliputi: 1) membilang banyak benda, 2) melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai dengan 20, dan 3) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20. Di samping hal tersebut di atas, diperlukan pula data tentang kemampuan guru dalam menyusun RPP, dan penguasaan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah daftar nilai hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Pada tahap awal peneliti, teman sejawat, dan kepala sekolah sebagai data pendukung, adapun data yang didapat: 1) Proses belajar mengajar, 2) Nilai tes siswa, 3) Observasi selama pembelajaran, dan 4) Wawancara. D. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data “Merupakan usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan secara sistimatis dengan prosedur yang sadar” (Suharsimi Arikunto, 2006: 222). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Teknik Tes a. Pengertian tes. “Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto (2003:223) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 b. Macam-macam tes. Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006: 223). c. Tes yang Digunakan. Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif jawaban singkat yang terdiri dari 5 aspek yang dinilai. Tabel 3. Kisi-Kisi Tentang Penguasaan Pelajaran Matematika Tentang Penjumlahan dan Pengurangan. Fariabel Aspek Indikator Matematika 1. Penjumlahan dan pengurangan 1. Membilang banyak benda 2. Memiliki kemampuan mengurutkan bayak benda. 3. Memiliki kemampuan menjumlah bilangan sampai 20 4. Memiliki kemampuan pengurangan bilangan sampai 20. Jumlah Skor item 5 20 5 20 5 20 5 20 Penskoran: 1. Membilang banyak benda 1) Membilang sendiri banyak benda dengan benar tanpa bantuan nilai = 3 2) Sedikit dibantu nilai = 2 3) Penuh bantuan nilai = 1 2. Mengurutkan banyak benda: 1) Mengurutkan banyak benda dengan tanpa bantuan nilai = 3 2) Sedikit dibantu nilai = 2 3) Penuh bantuan nilai = 1 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 3. Melakukan penjumlahan bilangan 1-20 1) Menjumlah bilangan sendiri tanpa bantuan dengan benar nilai = 3 2) Sedikit dibantu nilai = 2 3) Penuh bantuan nilai = 1 4. Pengurangan bilangan sampai 1-20 1) Melakukan pengurangan sampai 20 sendiri tanpa bantuan nilai = 3 2) Sedikit dibantu nilai = 2 3) Penuh bantuan nilai = 1 Nilai Akhir = N1, N2, N3, N4 x 100 = … 80 2. Observasi atau Pengamatan a. Pengertian Observasi Menurut Supardi (2007: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran. b. Macam-macam Observasi Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik c. Oservasi yang Digunakan Dalam penelitian in digunakan observasi terfokus, dimana peneliti mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan serta berupa catatan lapangan. Untuk mengetahui motovasi siswa dalam pembelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 matematika tentang penjumlahan dan pengurangan, peneliti menggunakan lembar observasi sebagai berikut: Tabel 4. Lembar Observasi Guru Siklus I Mata Pelajaran Hari / tanggal Fokus Observasi No : Matematika : : Penguasaan Terhadap Materi Pelajaran dan Kelas Kemunculan Tiap Siklus Aspek yang diobservasi Ada 1 Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran 2 Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan Menggunakan alat bantu / media 3 4 5 6 7 8 9 Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok atau klasikal Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis Mengelola waktu pembelajaran secara efisien Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran Menangani pertanyaan dan respon siswa 10 Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan badan Memicu dan memelihara ketertiban siswa 11 Memantapkan penguasaan materi pembelajaran 12 Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa Menunjukkan kegairahan dalam mengajar 13 14 15 Tdk. Ada Membantu siswa menyadari kekurangan Menanamkan konsep kelebihan dan Kebumen, Kepala Sekolah Pengamat H. Amir Sujoko, S.Pd Achmad Subroto, S.Pd. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 Tabel 5. Lembar Observasi Guru Siklus II Mata Pelajaran Hari / tanggal Fokus Observasi No : Matematika : : Penguasaan Terhadap Materi dan Kelas Kemunculan Tiap Siklus Aspek yang diobservasi Ada 1 Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran 2 3 Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan Menggunakan alat bantu / media 4 Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok atau klasikal 5 Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis 6 Mengelola waktu pembelajaran secara efisien 7 8 Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran Menangani pertanyaan dan respon siswa 9 Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan badan 10 Memicu dan memelihara ketertiban siswa 11 Memantapkan penguasaan materi pembelajaran 12 13 Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa Menunjukkan kegairahan dalam mengajar 14 Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan 15 Menanamkan konsep Kebumen, Kepala Sekolah Pengamat H. Amir Sujoko, S.Pd Achmad Subroto, S.Pd. commit to user Tidak Ada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 Tabel 6. Lembar Observasi Siswa Siklus I Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal : Fokus Observasi : Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika No Nama 1 Risaka 2 Umi 3 Dwi 4 Sigit 5 Riski Memperhatikan penjelasan guru Akif dalam tugas Siap menjawab pertanyaan Rajin mengerjakan soal Keterangan : A : Baik sekali B : Baik C : Sedang D : Kurang E : Kurang sekali Kebumen, Kepala Sekolah Pengamat H. Amir Sujoko, S.Pd Achmad Subroto, S.Pd. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Tabel 7. Lembar Observasi Siswa Siklus II Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal : Fokus Observasi : Penguasaan terhadap materi sangat rendah No Nama 1 Risaka 2 Umi 3 Dwi 4 Sigit 5 Riski Memperhatikan penjelasan guru Akif dalam tugas Siap menjawab pertanyaan Rajin mengerjakan Keterangan soal Keterangan : A : Baik sekali B : Baik C : Sedang D : Kurang E : Kurang sekali Kebumen, Kepala Sekolah Pengamat H. Amir Sujoko, S.Pd Achmad Subroto, S.Pd. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 3. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 206) “Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, surat kabar, notulen rapat, buku induk, leger, agenda dan sebagainya”. Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti mencari data berupa daftar nilai siswa E. Validitas Data Data yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi uji validitas dengan tujuan hasil penelitian dapat dipercaya. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu iunstrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Suharsimi Arikunto (2006: 144-145). Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap dari variabel yang diungkap secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud. Tehnik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sarana di luar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu (Lexy Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69). Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode pemngumpulan data. Dalam penelitian tehnik triangulasi untuk mengetahui kesulitan serta faktor penyebabnya yang dihadapi siswa dalam belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain dengan tes, observasi, dan dokumentasi.Triangulasi data dilakukan dengan cara: 1) Cros ceking, Peneliti melakukan pengecekan antara hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observafi dan dokumentasi dengan memadukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 hasil kegitaganya. cros ceking bertujuan untuk memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan. 2) Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh data ( setting). F. Teknik Analisis Data Menurut Sarwiji Suwandi (2008:70) “Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan tehnik deskriptif komparatif dan tehnik analisis kritis.” Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus, yaitu nilai pre test dengan pos tes siklus I, nilai pos tes siklus I dengan nilai pos tes siklus II, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif . Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data deskriptif meliputi deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai kemampuan siswa dalam matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada kondisi sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sedangkan data kualitatif untuk mengungkapkan kekurangan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Analisis dilakukan setelah pengumpulan data. G. Indikator Kinerja. Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) “Indikator kinerja merupakan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian”. Indikator keberhasilan penelitian adalah mengalami peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dari sebelum menggunakan alat peraga dekak-dekak pada siswa tunarungu kelas I SDLB Negeri Taman Winangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Acuan dalam menentukan keberhasilan, adanya pencapaian indikator yang telah ditentukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 yaitu nilai hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan minimal mendapat nilai 60 (KKM) dan dicapai minimal 80% dari jumlah siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen. H. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakdanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Langkah langkah dari siklus terdiri dari kegiatan perencanaan (Planning) pelaksanaan (Acting), opengamatan (Observing). Refleksi (Reflecting). 1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) Perencanaan meliputi tiga langkah yaitu: 1) Appersepsi Guru menyusun beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam tindakan. 2) Inti Proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak 3) Penutup. Di kahir pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan diadakan tes lisan. b. Pelaksanaan (Acting) 1) Apersepsi Siswa bersama guru berdoa, presensi, guru mengajak siswa menghitung benda secara bergantian 2) Inti Pelaksanaan belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak 3) Penutup Pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan diakhiri dengan diadakan tes tertulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 c. Observasi (Observing) Pengamatan dilakukan dengan melihat data nilai hasil ulangan sebagai kondisi awal, kemudian nilai rata-rata pada pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak d. Tahap Refleksi (Reflecting). Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran, dan penguasaan materi pelajaran (nilai tes). Data yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan penggunaan alat peraga dekak-dekak pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. 2. Tindakan Siklus II a. Tahap Perencanaan (planning). 1) Identifikasi masalah setelah pelaksanaan siklus 1. 2) Melaksanakan alternatif tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak. 3) Menyiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, buku sumber, lembar observasi dan sebagainya). b. Pelaksanaan (Acting). 1) Untuk mengawali kegiatan, guru melakukan apersepsi. 2) Kegiatan inti yaitu proses pembelajaran, guru mengajak siswa menghitung banyak benda dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak menjumlahkan biji dekak-dekak dan mengurangkan biji dekak-dekak. c. Observasi (Observing) Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas, dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Adapun observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru lain sebagai kolaborator, hal yang diamati antara lain: 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 2) Guru selama melakukan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui keberhasialan pelaksanaan tindakan. d. Refleksi (Reflecting). 1) Mengulas secara kritis tentang perubahan pada siswa, suasana kelas dan guru saat proses pembelajaran. 2) Mendiskusikan hasil siklus I dan II dengan teman sejawat, kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen. 3) Merumuskan hasil, baik baik keberhasilan maupun kekurangan untuk ditindaklanjuti pada langkah-langkah penyempurnaan dan pengembangan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada dua siklus: Mata Pelajaran : Matematika Kompetensi Dasar :- Membilang banyak benda - Mengurutkan banyak benda - Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. - Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai dengan 20 Hari/Tanggal : - Siklus I dilaksanakan tanggal 24 Mei 2010. - Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2010 1. Diskripsi Siklus Awal Berdasarkan hasil siklus awal dan observasi pembelajaran diperoleh fakta yang menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan siswa tunarungu kurang berminat, karena menganggap bahwa pelajaran matematika sangat sulit. Hasil belajar matematika siswa rendah karena penyampaian materi pelajaran kurang menarik, siswa merasa enggan belajar matematika, metode pembelajaran yang tidak relevan serta alat peraga yang sangat terbatas. Akibatnya pada saat dilakukan tes, siswa tidak mampu mengerjakan dengan baik. Setelah memperoleh data tersebut, peneliti merencanakan studi pembelajaran yang belum dilakukan sebelumnya. Dengan memanfaatkan alat peraga dekak-dekak dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan diharapkan hasil belajar matematika pada siswa tunarungu kelas satu dapat meningkat. Adapun data awal nilai formatif tertera dalam tabel berikut: commit to user 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Tabel 8. Daftar Nilai Kondisi Awal (Dokumentasi Nilai Semester II, 2010) No Nama Nilai 1 OK 40 Belum tuntas 2 UM 60 Tuntas 3 RK 60 Tuntas 4 SG 50 Belum tuntas 5 RI 40 Belum tuntas jumlah 250 Nilai rerata 50 Kriteria Jumlah nilai tuntas 2 siswa 40 % Jumlah siswa belum tuntas 3 siswa 60 % 60 50 40 30 NILAI 20 10 0 OK UM RK SG RI Grafik 1. Kondisi awal 2. Diskripsi Siklus I Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 Mei tahun 2010. a. Perencanaan Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP.) beserta skenario pembelajaran yang mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 kegiatan pembelajaran. Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu penggunaan alat peraga dekak-dekak Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas satu Sekolah Dasar luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas satu. 2) Mengembangkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP 3) Merencanakan lembar kerja siswa sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan membilang banyak benda, mengurutkan banyak benda, melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak untuk meningkatkan hasil belajar matematika. b. Tindakan Tahap atau langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan terperinci sebagai berikut: 1) Tahap dalam mempersiapkan tindakan Peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, Sumber belajar dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektifitas pembelajaran. 2) Pelaksanaan tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP antara lain: a) Kegiatan awal Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa mengatur tempat duduk siswa, berdoa, absensi, menyanyi, memberikan penjelasan tentang materi yang akan diajarkan serta mempersiapkan siswa untuk siap belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menunjukkan alat peraga sambil meminta anak untuk menghitung 1 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 sampai 20. Dengan alat peraga diharapkan dapat memacu siswa untuk menghitung secara spontan.Peneliti memulai pembelajaran setelah semua siswa siap belajar. b) Kegiatan Inti Untuk mengawali kegiatan pembelajaran peneliti memperlihatkan alat peraga, meyebutkan nama alat peraga diikuti oleh siswa. Kemudian peneliti beserta siswa mengoperasikan bilangan sesuai dengan materi pelajaran. Penulis menuliskan lambang bilangan 1-20 kemudian diucapkan sesuai dengan lambang bilangannya, peneliti membetulkan ucapan siswa yang belum tepat. Misalnya: 1 diucapkan ”satu”, 2 diucapkan ”dua”, 3 diucapkan ”tiga”, 4 diucapkan ” empat”, 5 diucapkan ” lima” dan seterusnya. Penjumlahan Misalnya 4 + 2 = 6 diucapka empat ditambah dua sama dengan enam dan seterusnya. Pengurangan misalnya 12 – 5 = 7 diucapkan dua belas dikurangi lima sama dengan tujuh dan seterusnya. c) Kegiatan akhir. Untuk kegiatan akhir pembelajaran pada siklus satu siswa mengerjakan tes sebagai data peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti memberikan evaluasi serta memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan rumah (PR). c. Pengamatan Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti maupun terhadap siswa saat pelaksanaan pembelajaran dengan lembar obserrvasi yang telah peneliti siapkan. Adapun hasil observasi terhadap siswa maupun guru adalah sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 Tabel 9: Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus I Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal : Senin 24 Mei 2010 Fokus Observasi : Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika No Nama Memperhatikan penjelasan guru Akif dalam tugas Siap menjawab pertanyaan Rajin mengerjakan soal Keterangan 1 OK C B C B Sedang 2 UM B B B B Baik 3 RK B B B B Baik 4 SG C C B C Sedang 5 RI C C B C Sedang Keterangan : A : Baik sekali B : Baik C : Sedang D : Kurang E : Kurang sekali commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 Tabel 10. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I Mata Pelajaran : Matematika Hari / tanggal : Senin 24 Mei 2010 Fokus Observasi : Penguasaan Terhadap Materi dan Kelas No Aspek yang diobservasi 1 2 Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan Menggunakan alat bantu / media Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok atau klasikal Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis Mengelola waktu pembelajaran secara efisien Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran Menangani pertanyaan dan respon siswa Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan badan Memicu dan memelihara ketertiban siswa Memantapkan penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa Menunjukkan kegairahan dalam mengajar Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan Menanamkan konsep Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ketuntasan Mengajart commit to user Kemunculan Tiap Siklus Tdk. Ya v v v v v v v v v v v v v v v 10 5 66,67 % perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 Setelah pembelajaran selesai, maka peneliti melaksanakan tes formatif, adapun bentuk tes adalah sebagai berikut: Isilah titik titik dibawah ini dengan benar ! 1. 5 + 3 =…. 6. 7 – 2 =…. 11. 5 +4 =…. 16. 7 – 4 =…. 2. 6 + 4 =…. 7. 8 – 3 =…. 12. 6+5 =…. 17. 10 – 3 =…. 3. 8 + 4 =…. 8. 7 – 3 =…. 13. 5+5 =…. 18. 13 – 3 =…. 4. 4 + 3 =…. 9. 14- 2 =…. 14. 3+5 =…. 19.15 – 5 =…. 10.13 – 5 =…. 15.13+3=…. 20.17- 6 =…. 5. 5 + 1 = …. Kunci Jawaban: 1. 8 11.9 2. 10 12.11 3. 12 13.10 4. 7 14. 8 5. 6 15.16 6. 5 16. 3 7. 5 17. 7 8. 4 18.10 9.12 19.11 10.8 20. 9 Skor penilaian: Skor maksimal = 20 Penentuan nilai ditentukan dengan rumus: X Nilai = x 100 20 Keterangan: Ni = Nilai Akhir X = Skor akhir yang diperoleh (jawaban betul) 20 = Skor maksimal commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 Tabel 11. Daftar Nilai Siklus I No Nama Nilai 1 OK 55 Belum tuntas 2 UM 70 Tuntas 3 RK 60 Tuntas 4 SG 60 tuntas 5 RI 50 Belum tuntas Jumlah 295 Nilai rerata 59 Kriteria Jumlah nilai tuntas 3 siswa 60 % Jumlah siswa belum tuntas 2 siswa 40 % 70 60 50 40 30 20 10 0 OK UM RK SG RI Grafik 2. Siklus 1 Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Jumlah nilai yang dicapai lima siswa 295 2) Nilai ratarata kelas yang dicapai 59 3) Siswa yang tuntas sebanyak tiga dari lima siswa atau 60% 4) Siswa yang belum tuntas sebanyak 2 dari lima siswa atau 40% 5) Nilai tertinggi 70diraih satu siswa, sebab aktif mengikuti pelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 6) Nilai terendah 50 diraih satu siswa.sebab siswa tidak ada minat terhadap pelajaran matematika. d. Refleksi Kegiatan pada siklus satu belum berhasil karena masih terdapat dua siswa dari lima siswa yang memiliki nilai dibawah enam.sedangkan tiga siswa telah dinyatakan tuntas atau 60% dinyatakan tuntas. Pada indikator peningkatan matematika dinyatakan berhasil jika kriteria minimal 80 % dari jumlah siswa tuntas atau mendapat nilai 6 (enam). Selanjutnya peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pengamatan dan hasil tes formatif, maka ditemukan penyebab ketidak tuntasan dalam kemampuan matematika tentang penjumlahan dan pengurangan karena: 1) Peneliti dalam menyampaikan pembelajaran kurang optimal. 2) Adanya siswa yang senang bermain-main sendiri saat pembelajaran berlangsung. 3) Bimbingan individu masih kurang. 4) Perhatian dan keaktifan siswa kurang maksimal 3. Diskripsi Siklus II Pembelajaran siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I pelaksanaan penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Juni 2010. a. Perencanaan Sesuai dengan hasil refleksi dan temuan pada siklus I kemampuan matematika tentang penjumlahan dan pengurangan masih rendah, yaitu belum tercapainya indikator yang telah ditentukan yaitu 80% dari jumlah siswa tuntas belajar. Maka pada siklus II peneliti memperbaiki tindakan dalam pembelajaran serta berusaha untuk menarik perhatian siswa dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak dan mengadakan pendekatan secara individual. b. Tindakan 1) Kegiatan awal commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa mengatur tempat duduk siswa, berdoa, absensi, menyanyi. Memberikan penjelasan tentang materi yang akan diajarkan serta mempersiapkan siswa untuk siap belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menunjukkan alat peraga dekak-dekak sambil meminta anak untuk menghitung 1 sampai 20. Dengan alat peraga dekak-dekak tersebut diharapkan dapat memacu siswa untuk menghitung secara spontan. Peneliti memulai pembelajaran setelah semua siswa siap belajar. 2) Kegiatan Inti Untuk mengawali kegiatan pembelajaran peneliti memperlihatkan alat peraga dekak-dekak, meyebutkan nama alat peraga dekak-dekak diikuti oleh siswa. Kemudian peneliti beserta siswa mengoperasikan bilangan sesuai dengan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga dekakdekak Penulis menuliskan lambang bilangan 1-20 kemudian diucapkan sesuai dengan lambang bilangannya, peneliti membetulkan ucapan siswa yang belum tepat. Misalnya 1 diucapkan ”satu”, 2 diucapkan ”dua” , 3 diucapkan ”tiga”, 4 diucapkan ” empat”, 5 diucapkan ” lima” dan seterusnya. Penjumlahan Misalnya 4 + 2 = 6 diucapka empat ditambah dua sama dengan enam danseterusnya. Pengurangan misalnya 12 – 5 = 7 diucapkan dua belas dikurangi lima sama dengan tujuh dan seterusnya. 3) Kegiatan akhir. Untuk kegiatan akhir pembelajaran pada siklus dua siswa mengerjakan tes formatif dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti memberikan evaluasi serta memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan rumah ( PR). c. Pengamatan Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti maupun commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 terhadap siswa saat pelaksanaan pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah peneliti siapkan. Adapun hasil observasi terhadap siswa maupun guru adalah sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Observasi Siswa Siklus II Mata Pelajaran : Matematika Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juni 2010 Fokus Observasi : Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika No Nama Memperhatikan penjelasan guru Akif dalam tugas Siap menjawab pertanyaan Rajin mengerjakan soal Keterangan 1 OK B B C B Baik 2 UM B B B B Baik 3 RK B B B B Baik 4 SG B C B B Baik 5 RI B C C B Sedang Keterangan : A : Baik sekali B : Baik C : Sedang D : Kurang E : Kurang sekali commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 Tabel 13. Hasil Observasi Guru Siklus II Mata Pelajaran : Matematika Hari / tanggal : Kamis 27 Mei 2010 Fokus Observasi : Penguasaan Terhadap Materi pelajaran Matematika dan Kelas No Aspek yang diobservasi 1 2 Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan Menggunakan alat bantu / media Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok atau klasikal Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis Mengelola waktu pembelajaran secara efisien Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran Menangani pertanyaan dan respon siswa Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan badan Memicu dan memelihara ketertiban siswa Memantapkan penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa Menunjukkan kegairahan dalam mengajar Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan Menanamkan konsep Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ketuntasan Mengajar commit to user Kemunculan Tiap Siklus Tdk. Ya V V V V V V V V V V V V V V V 20 - 100 % perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 Setelah pembelajaran selesai, maka peneliti melaksanakan tes formatif, adapun hasilnya sebagai berikut: Tabel 14 : Hasil tes formatif siklus II No Nama Nilai Kriteria 1 OK 60 Tuntas 2 UM 75 Tuntas 3 RK 80 Tuntas 4 SG 70 Tuntas 5 RI 65 Tuntas jumlah 350 Nilai rerata 70 Jumlah nilai tuntas 5 siswa 100 % Jumlah siswa belum tuntas 0 siswa / 0% 80 70 60 50 40 30 20 10 0 OK UM RK SG RI Grafik 3. Hasil Nilai formatif siklus II Dari hasil tes formatif siklus II dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Jumlah nilai yang dicapai lima siswa 350 2) nilai ratarata kelas yang dicapai 70 3) siswa yang tuntas sebanyak lima dari lima siswa atau 100% 4) Siswa yang belum tuntas 0 (0%) 5) Nilai tertinggi 75 diraih satu siswa, sebab aktif mengikuti pelajaran 6) Nilai terendah 60 diraih satu siswa.sebab siswa tdak ada minat terhadap pelajaran matematika. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 d. Refleksi Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer tentang pemanfaatan alat peraga dekak-dekak untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa tunrungu Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun ajaran 2009/2010 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II telah berhasil karena tingkat ketuntasannya mencapai 100 %, lima dari lima siswa telah tuntas. Sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka tindakan siklus II tidak dilanjutkan karena sudah berhasil. B. Hasil Penelitian Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dirasakan oleh siswa, khususnya siswa yang pada umumnya takut dan tidak senang terhadap pelajaran matematika. Anak akan merasa senang jika tidak kesulitan dalam mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang baik. Penulis ingin mengubah sikap siswa agar menyenangi pelajaran matematika. Di bawah ini tabel tes formatif siswa dari dua siklus dibandingkan dengan hasil pre test. Tabel 15. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika pada Saat Pre Test, Siklus I, dan Siklus II No Nama Pre Test Siklus I Siklus II 1 OK 40 55 60 2 UM 60 70 75 3 RK 60 60 80 4 SG 50 60 70 5 RI 40 50 60 Berdasarkan tabel 15 dapat kita lihat hasil perubahan nilai yang dicapai siswa pada tiap-tiap siklus, sebagian besar mengalami kenaikan. Kita dapat mengetahui dari data tersebut di atas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 1. Pada saat pre test, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 3 siswa dari 5 siswa dengan tingkat prosentase 60 %. 2. Pada siklus I, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 2 siswa dari 5 siswa dengan tingkat prosentase 40% 3. Pada siklus kedua, dari lima siswa tuntas belajar semua, yang belum tuntas tidak ada, dengan prosentase 0 %. Dari kelima siswa, mulai dari pre test sampai siklus kedua mengalami kenaikan yang cukup memuaskan. Hal ini dapat kita lihat dengan data berikut : 1) Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 3 siswa dari 5 siswa atau 60% 2) Pada siklus II yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa dari 5 siswa atau sebesar 100%. Tabel 16. Hasil Rekap Nilai Matematika Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II. Siswa tuntas No Siswa belum tuntas Uraian Frekuensi % Frekuensi % 1 Kondisi awal 2 40 3 60 2 Siklus I 3 60 2 40 3 Siklus II 5 100 - 0 Hasil perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siklus kedua menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan pada perbaikan pembelajarannya, guru lebih cermat dan mengetahui secara khusus berdasarkan perbaikan pembelajaran pada siklus sebelumnya. Hasil perbaikan pembelajaran matematika siswa kelas B I dari segi ketuntasan dapat dilihat pada grafik 4 sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 80 70 60 50 nilai kondisi awal 40 Nilai siklis I 30 Nilai siklus II 20 10 0 OK UM RK SG RI Grafik 4. Peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan siswa dari kondisi awal sampai siklus II C. Pembahasan Hasil Penelitian Pada siklus pertama terjadi peningkatan prestasi, karena jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dibanding pada study awal. Dari 2 siswa yang tuntas pada study awal menjadi 3 siswa pada siklus pertama. Perkembangan kognitif siswa Tunarungu kelas I semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen hampir sama dengan perkembangan kognitif anak normal usia SD yaitu berada pada tahap perkembangan operasional kongkret. Siswa lebih mudah memahami, jika menggunakan obyek-obyek konkrit dan siswa terlibat langsung didalamnya. Pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak dapat menarik perhatian siswa dan lebih berhasil, sebab siswa lebih tertarik pada pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak. Menurut Ensiklopedia of Educations Researt (Rusna Ristasa, 1998 : 15) “Nilai dari alat peraga pendidikan adalah melaksanakan dasar-dasar berpikir konkrit dan mengurangi verbalisme”. Pada siklus kedua menunjukkan peningkatan keberhasilan dari 3 siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama, menjadi 5 siswa atau semua siswa tuntas belajar. Hal ini karena dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dekak-dekak siswa dapat mengoperasikan secara langsung dengan benar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 Dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Jadi pembelajaran matematika tentang Penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dekak-dekak dapat berhasil terbukti adanya perubahanperubahan pada setiap siklusnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan pembelajaran yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang ada di lapangan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi kembaga atau sekolah diharapkan dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan memanfaatkan alat peraga dekak-dekak. 2. Siswa dibimbing untuk menemukan sendiri cara mengoperasikan alat peraga dekak-dekak dalam menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan dengan benar. commit63to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 DAFTAR PUSTAKA Aristo Rahadi, 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan. Basuki Wibawa, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Depdiknas, 2006. Pedoman Tim Pemilihan Alat Peraga/Praktek Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Menejemen Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Direktorat PLB, 2003. Buku 2 Identifikasi Anak Luar Biasa. Jakarta : Rirek PLB Rirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. _____. http://www.ditplb.or.id.profile.php?id-44. Ekodjatmiko Sukarso, 2006. Standar Kompetenswi dan Kompetensi Dasar. SMPLB C. Jakarta: Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Emi Dasiemi, 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Surakarta UNS. Ibrahim Bafadal. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Jakarta : Depdikbud. Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Moh. Amin, 1995. Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : Depdikbud. Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Muji Darmanto, 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD kelas 5. Jakarta: Erlangga. Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.. Mulyono dan Sudjadi, 1994. Ortopedagogik Umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Oemar Hamalik, 1986. Media Pendidikan : Bandung : Citra Aditya Bhakti. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 Pernamanian Somad dan Tati Hernawati, 2004. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu. Bandung: Depdikbud. Sam Isbani, 1989. Ortopedagodik Pendidikan Khusus Anak Subnormal Mental. Surakarta Sebelas Maret University Press. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. Satmoko Busi Santoso. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak ...?!. Yogyakarta: Diva Press. Sri Anitah. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS. Sugiarta dan Isti Hidayah, 2008. Buku Petunjuk Penggunaan Alat peraga Matematika untuk Pendidikan Dasar. Semarang: Unit Usaha “Mebelika” Laboratorium Matematika UNES. Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. _____. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR). Jakarta: Bumi Aksara. Sukarno, 2007. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS. Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia. Udin S. Winataputra. dkk, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : CV. Aneka Ilmu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66 1. 6. 2. .7 3. 8. 4. 9. 5. 10 . commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67 11 12 13 16 17 18 19 14 15 20 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 Kunci Jawaban: 1= 8 6=3 11=9 16=3 2=9 7=5 12=11 17=5 3=8 8=5 13=10 18=9 4=7 9=12 14=8 19=5 5=6 10=8 15=13 20=11 commit to user