JURNAL PENELITIAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNAL PENELITIAN
MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I
SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
Siti Wasiatul Khoiriyah
NIM : X 5108523
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I
SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh: Siti Wasiatul Khoiriyah
ABSTRAK
Siti Wasiatul Khoiriyah. “Manfaat Alat Peraga Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Tentang Penjumlahan dan Pengurangan Bagi Siswa
Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun Ajaran
2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekakdekak pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun
Kebumen tahun ajaran 2009/2010.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Subyek
penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Taman
Winangun Kebumen tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 5 siswa. Teknik
analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang
timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data
penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan
tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I SDLB Taman
Winangun Kebumen menggunakan alat peraga dekak-dekak yang telah
dilaksanakan dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang
telah dilaksanakan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat
peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu kelas I
SDLB Negeri Tamanwinangun, Kebumen tahun ajaran 2009/2010.
___________________________________________________________________
Kata Kunci: Alat Peraga Dekak-dekak, Hasil Belajar Matematika, Anak Tunarungu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I
SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
Siti Wasiatul Khoiriyah
NIM : X 5108523
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MANFAAT ALAT PERAGA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS I
SDLB NEGERI TAMANWINANGUN KEBUMEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
Siti Wasiatul Khoiriyah
NIM : X 5108523
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. A. Salim Choiri, M.Kes.
Dra. B. Sunarti, M.Pd.
NIP. 19570901 198203 1 002
NIP. 1945 0913 197403 2 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 29 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. R. Indianto, M.Pd.
…………………………..
Sekretaris
: Drs. Maryadi, M.Ag.
…………………………..
Anggota I
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes.
.…………………………..
Anggota II
: Dra. B. Sunarti, M.Pd.
…………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 1960 0727 198702 1 001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Siti Wasiatul Khoiriyah. “Manfaat Alat Peraga Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Tentang Penjumlahan dan Pengurangan Bagi Siswa
Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun Ajaran
2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekakdekak pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun
Kebumen tahun ajaran 2009/2010.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Subyek
penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Taman
Winangun Kebumen tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 5 siswa. Teknik
analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang
timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data
penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan
tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I SDLB Taman
Winangun Kebumen menggunakan alat peraga dekak-dekak yang telah
dilaksanakan dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang
telah dilaksanakan tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat
peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu kelas I
SDLB Negeri Tamanwinangun, Kebumen tahun ajaran 2009/2010.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Siti Wasiatul Khoiriyah. “The use of Abacus Visual and to Improve The
Mathematics Learning Achievement About Summing and Subtracting for The Deaf
Students in Class I of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in The School Year
2009/2010”. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science
Education, Sebelas Maret University, July 2010.
The aim of this study is improve the mathematics learning achievement
about summing and subtracting in the deaf students of class I of SDLB Negeri
Tamanwinangun Kebumen in the school year of 2009/2010.
The research approach employed was Classroom Action Research (CAR). It
is the research conducted by the classroom teacher who is teaching, with the
emphasis on the improvement of math learning practice and process about
summing and subtracting. The subject of research was the deaf students of Class I
of SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen in the school year of 2009/2010, as
many as 5 students (2 male and 3 female). The data source derive from the math
learning achievement about summing and subtracting in lthe semester 2 of
2009/2010 school year including the result of observation on the students by
observer and the result of observation on the teacher by observer (peer). Technique
of collecting data employed was observation by observer to observe the students’
activity in attending the math learning as well as teacher’s activity in the math
learning implementation. The data validity test was done using data triangulation
technique. The research is discussed with the headmaster by the peer by comparing
the cycles.
From the explanations above, in can be concluded that the use of abacus
visual aid can improve the matghematics learning achievement about summing and
subtracting in the deaf students of class I of SDLB Negeri Tamanwinangun
Kebumen in the school year of 2009/2010.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Dengan cinta dan sabar mari kita hantar Anak
Luar Biasa menuju kehidupan yang lebih baik.
( Penulis )
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Ibunda tercinta yang telah memberi
semangat serta memotivasi untuk
menempuh Pendidikan S1.
- Suami tercinta yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan studi.
- Putraku pandawa lima yang selalu
mendoakan
agar
cepat
selesai
studinya
- Teman-teman senasib seperjuangan
yang
telah
memberi
semangat,
bantuan untuk menyelesaikan studi
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.
3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
dan sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan ijin penyusunan
skripsi dan telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. Dra. B. Sunarti, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan
bimbingan
dan
pengarahan
sehingga
skripsi
ini
dapat
terselesaikan.
5. H. Amir Sujoko, S.Pd., selaku Kepala SDLB Negeri Taman Winangun
Kebumen yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang
dibutuhkan penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak dan Ibu mendapat pahala dari Allah swt. dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .................................................................
3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
5
A. Kajian Teori ............................................................................
5
1. Tinjauan Anak Tunarungu ................................................
5
2. Tinjauan Hasil Belajar Matematika ...................................
14
3. Tinjauan Alat Peraga Dekak-Dekak ..................................
18
B. Kerangka Berpikir...................................................................
29
C. Perumusan Hipotesis Tindakan ..............................................
30
BAB III. METODE PENELITIAN..............................................................
32
A. Setting Penelitian ...................................................................
32
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman
B. Subyek Penelitian....................................................................
33
C. Data dan Sumber Data.............................................................
34
D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
34
E. Validitas Data ........................................................................
41
F. Teknik Analisis Data ..............................................................
41
G. Indikator Kinerja.....................................................................
42
H. Prosedur Penelitian .................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
46
A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................
46
B. Hasil Penelitian ......................................................................
59
C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................
61
SIMPULAN DAN SARAN...........................................................
63
A. Simpulan .................................................................................
63
B. Saran .......................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................
66
BAB V
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegaitan Penelitian ..........................................................
32
Tabel 2. Subyek Penelitian ........................................................................
33
Tabel 3. Kisi-kisi Penguasaan Pelajaran Matematika Tentang Pejumlahan
dan Pengurangan...........................................................................
35
Tabel 4. Lembar Observasi Guru Siklus I ..................................................
37
Tabel 5. Lembar Observasi Guru Siklus II .................................................
38
Tabel 6. Lembar Observasi Siswa Siklus I .................................................
39
Tabel 7. Lembar Observasi Siswa Siklus II ................................................
40
Tabel 8. Daftar Nilai Kondisi Awal ............................................................
47
Tabel 9. Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus I ........................................
50
Tabel 10. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I .........................................
51
Tabel 11. Daftar Nilai Siklus I .....................................................................
53
Tabel 12. Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus II .......................................
56
Tabel 13. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus II ........................................
57
Tabel 14. Daftar Nilai Siklus II ....................................................................
58
Tabel 15. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika pada Saat Pre Test,
Siklus I, dan Siklus II ...................................................................
59
Tabel 16. Hasil Rekap Nilai Matematika pada Kondisi Awal, Siklus I, dan
Siklus II .......................................................................................
commit to user
xiii
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Grafik 1.
Skema Kerangka Pemikiran .......................................................
commit to user
xiv
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1.
Hasil Belajar Matematika Awal...................................................
47
Grafik 2.
Hasil Belajar Matematika Siklus I ..............................................
53
Grafik 3.
Hasil Belajar Matematika Siklus III ............................................
58
Grafik 4.
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Setiap Siklus ..................
61
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ..............
66
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............
70
Lampiran 3.
Soal Tes Matematika Siklus I ................................................
76
Lampiran 4.
Soal Tes Matematika Siklus II ...............................................
77
Lampiran 5.
Hasil Kerja Siswa Siklus I .....................................................
82
Lampiran 6.
Hasil Kerja Siswa Siklus II ....................................................
83
Lampiran 7.
Lembar Observasi Guru Siklus I ............................................
84
Lampiran 8.
Lembar Observasi Guru Siklus II ..........................................
85
Lampiran 9.
Lembar Observasi Siswa Siklus I ..........................................
86
Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II ..........................................
87
Lampiran 11. Foto-foto Kegiatan Penelitian ...............................................
88
Lampiran 12. Perijinan Penelitian ...............................................................
92
Considering the result of observation and learning action that has been
done, it can be discribed that the math learning activity about summing and
subtracting using abacus visual aid can improve the student’s learning
achievement, from the prior study in which only 2 students passing the learning to
the second cycle in which 5 students (100%) passing the learning.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Undang Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 disebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawa.
Undang Undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional
pasal 50 menjelaskan bahwa “Pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap
dan kemampuan kepribadian anak tunarungu, bakat, kemampuan mental dan fisik
sampai mencapai potensi mereka yang optimal”.
Agar tujuan pendidikan Nasional dapat tercapai, maka proses pendidikan
perlu dimulai sejak awal yaitu sejak pendidikan dasar. Pendidikan dasar dapat
memberikan fondasi dalam menyiapkan anak tunarungu ke jejang pendidikan
yang lebih tinggi. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi,
hal ini sangat mempengaruhi terhadap pendidikannya.
Guru sebagai pendidik bertugas melakukan pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa. Dalam proses pembelajaran diperlukan
tenaga guru yang profesional, dengan harapan mutu pendidikan terus meningkat
sesuai perkembangan jaman.
Pengajaran di ruang kelas merupakan salah satu usaha proses pendidikan
kepada siswa. pengetahuan, konsep, dan ketrampilan membaca menulis, berhitung
dan sikap yang tepat sebagai alat untuk belajar lebih lanjut yang harus di bangun
pada awal pendidikan siswa yang secara luas tersebut “ketrampilan pendidikan
Dasar
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Menyampaikan informasi-informasi yang terkandung pada pengetahuan
ke dalam kegiatan pendidikan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Guru harus
menyiapkan pengalaman yang siap pakai, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan
pendekatan kepada siswa dan sebagainya. “Seorang guru dapat dikatakan
profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan
motivasi kerja tinggi (high level of commitment) (Glickman yang dikutip Ibrahim
Bafadal, 2003:5).
Dalam pembelajaran faktor guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar siswa. Guru yang profesional dalam melakukan tugasnya selalu melalui
prosedur
pembelajaran dan
perencanaan yang sistimatis. Faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran antara lain: minat siswa, kemampuan
siswa dan sarana pembelajaran.
Penguasaan materi pelajaran dari siswa adalah hal yang mutlak dalam
menentukan ketuntasan belajar. Siswa dinyatakan tuntas apabila hasil belajar
sudah mencapai 60 keatas, dan tidak semua pelajaran dapat dikuasai oleh siswa
dengan mudah. Sebagian siswa cepat menerima materi pelajaran dan sebagian lagi
mengalami kesulitan terutama mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu serta daya pikir manusia. Perkembangan pesat
dibidang tehnologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis dan
matematika diskrit, sedangkan untuk menciptakan tehnologi dimasa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis serta
kemampuan bekerja sama agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(KTSP, 2006: 99).
Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika, dimulai dari
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Peserta
didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran perlu menggunakan tehnologi informasi
dan komunikasi seperti: komputer, alat peraga serta media yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Pembelajaran akan berhasil apabila siswa dapat menguasai materi
pembelajaran. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya
dinyatakan dengan nilai. Kenyataan yang terjadi di Sekolah Dasar Luar Biasa
Negeri Tamanwinangun Kebumen bahwa hasil tes formatif kelas I mata pelajaran
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada semester I tahun ajaran
2009//2010 baru mencapai 40%, adapun yang penulis ambil sebagai penelitian
adalah siswa tunarungu kelas satu semester II.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
penguasaan mata
pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
masih sangat
rendah, sehingga penulis merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran mata
pelajaran tersebut. Inilah yang melatar belakangi penulis melakukan perbaikan
proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Apakah alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil
belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi siswa tuna rungu
kelas satu semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun
Kebumen tahun ajaran 2009/2010 ?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak pada siswa tunarungu
kelas satu semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun
Kebumen tahun ajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat dari penelitian tindakan kelas penulis mengharapkan agar
memperoleh manfaat teoritis maupun praktis berguna bagi perkembangan
pendidikan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya ilmu penetahuan tentang alat peraga dekak-dekak terhadap
peningkatan hasil belajar matematika bagi anak tunarungu.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Dengan Penelitian Tindakan Kelas akan membantu guru memperbaiki
kinerja, berkembang secara profesional dan meningkatkan rasa percaya diri.
b. Manfaat bagi siswa
Dengan memanfaatkan alat peraga dekak-dekak membantu siswa tunarungu
dalam memecahkan masalah penjumlahan dan pengurangan.
c. Manfaat bagi peneliti.
Mendapatkan
pengalaman
dan
pengetahuan
tentang
pelaksanaan
pembelajaran melalui alat peraga dekak-dekak dalam meningkatkan
kemampuan berhitung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu
Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran yang disebabkan
oleh alat pendengaran yang mengalami gangguan. Gangguan tersebut terdapat
pada sebagian organ pendengaran atau keseluruhan ketunarunguan sering
disebut dengan istilah lain, seperti anak tunarungu wicara, anak tuli, anak bisu
atau anak bisu tuli. Para ahli banyak berpendapat tentang ketunarunguan.
Pengertian anak tuna rungu menurut Mohammad Efendi (2006:57)
sebagai berikut:
Anak tunarungu adalah anak yang dalam proses mendengar terdapat
satu atau lebih organ telinga mengalami gangguan atau kerusakan
disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak diketahui
sehingga organ tersebut tidak dapat menjalakan fungsinya dengan baik.
Sedangkan definisi anak tunarungu menurut Direktorat Pendidikan
Luar Biasa yaitu:
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran
dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi antara 27
dB – 40 dB dikatakan sangat ringan, 41 dB – 55 dB dikatakan ringan,
56 dB – 70 dB dikatakan sedang, 71dB – 90 dB dikatakan berat, dan
91 ke atas dikatakan tuli (http://www.ditplb.or.id.profile.php?id-44).
Satmoko Budi Santoso (2010: 129) memberikan pengertian:
Anak tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran permanan maupun temporer (tidak permanen).
Tunarungu
diklasifikasikan
berdasarkan
tingkat
gangguan
pendengarna, yaitu gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 dB),
gangguan pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan pendengaran
sedang (56-70 dB), gangguan pendengaran berat (71-90 dB), gangguan
pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisiologi anak
yang tersebut di atas mengalami gangguan pada indera pendengaran yang
bervariasi antara 27 dB – 40 dB dikatakan sangat ringan, 41 dB – 55 dB
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
dikatakan ringan, 56 dB – 70 dB dikatakan sedang, 71dB – 90 dB dikatakan
berat, dan 91 ke atas dikatakan tuli. Gangguan ini diterjemahkan sebagai organ
yang tidak normal atau tidak lengkap, bisa juga organnya normal atau lengkap
namun
mengalami
kerusakan.
Kemudian
sebagai
akibat
berikutnya
perkembangannya terganggu.
Anak tunarungu kehilangan sebagian pendengaran atau seluruh
pendengarannya sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi yang
akhirnya mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya, sehingga anak
tunarungu memerlukan bantuan atau pendidikan secra khusus. Secara umum
anak
dikatakan
tunarungu
apabila
pendengarannya
tidak
berfungsi
sebagaimana umumya anak normal.
b. Faktor Penyebab Anak Tunarungu
Penyebab anak tunarungu menurut beberapa literatur berbeda satu
sama lain, tetapi memiliki prinsip yang sama. Faktor penyebab anak tunarungu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (2004:23) penyebab
ketunarunguan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Faktor dari dalam diri anak.
a) Salah satu orang tua atau keluarga yang mengalami kelainan
tunarungu
b) Kerusakan plasenta yang mempengaruhi perkembangan janin
karena keracunan pada saat ibu mengandung.
c) Penyakit rubella yang menyerang janin ibu pada masa
kandungan tiga bulan pertama.
2) Faktor dari luar diri anak
a) Faktor dari kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran telinga bagian dalam, tengah, maupun luar.
b) Menginitis atau radang selaput otak.
c) Otitis media, Ototis media adalah radang pada telinga bagian
tengah, sehingga menimbulkan nanah.
d) Terjadinya infeksi pada saat anak dilahirkan.
Penulis menyimpulkan dari pendapat di atas bahwa penyebab
ketunarunguan antara lain sebelum lahir, salah satunya faktor genetik, saat
lahir salah satunya adalah prematur, dan setelah dilahirkan salah satunya
adalah faktor trauma fisik. Selain itu faktor dari dalam anak dan faktor dari
luar diri anak menjadi penyebab ketunarunguan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
c. Klasifikasi Ketunarunguan
Ketunarunguan memiliki beberapa klasifikasi. Menurut beberapa
literatur, ketunarunguan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Mohammad Efendi (2006:59-61) klasifikasi anak tunarungu
ditinjau dari kepentingan pendidikannya, secara terinci anak tuna rungu dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB
(slight losses).
2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB
(mild losses).
3) Anak runa rungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB
(moderate losses).
4) Anak runarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB
(severe losses).
5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB ke atas
(profoundly losses).
Dari kelima klasifikasi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Anak tuna rungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight
losses).
Ciri-ciri anak tuna rungu kehilangan pendengaran antara 20-30 dB
(slight losses), antara lain: a) kemampuan mendengar masih baik karena
berada di garis batas antara pendengaran normal dan kekurangan
pendengaran taraf ringan; b) tidak mengalami kesulitan memahami
pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat
duduknya perlu diperhatikan, terutama harus dekat dengan guru; c) dapat
belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan pendengarannya;
d) perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasanya supaya
perkembangan bicara dan bahasanya tidak terhambat; e) disarankan yang
bersangkutan menggunakan alat bantu dengan untuk meningkatkan
kerjasama daya pendengarannya.
2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild
losses).
Ciri-ciri anak yang ang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB
(mild losses) antara lain: a) dapat mengerti percakapan biasa pada jarak
sangat dekat; b) tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
hatinya; c) tidak dapat menagkap suatu percakapan yang lemah; d)
kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya, jika berada
pada posisi tidak searah dengan pandangannya; e) untuk menghindari
kesulitan bicara perlu mendapatkan bimbingan yang intensif; f) ada
kemungkinan dapat mengikuti sekolah biasa; g) disarankan menggunakan
alat bantu dengar (hearing aid) untuk menambah ketajaman daya
pendengarannya.
3) Anak runa rungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate
losses).
Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate
losses) antara lain: a) dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat,
kira-kira satu meter; b) sering terjadi salah pengertian terhadap lawan
bicaranya; c) mengalami kelainan bicara, terutama pada huruf konsonan,
misal: "K" atau "G" mungkin diucapkan "T" dan "D"; d) kesulitan
menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan; e) perbendaharaan
kosatanya sangat terbatas.
4) Anak runarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe
losses).
Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe
losses) antara lain: a) kesulitan membedakan suara; dan b) tidak memiliki
kesadaran bahwa benda-benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran
suara. Kebutuhan layanan pendidikannya, perlu layanan khusus dalam
belajar bicara maupun bahasa, menggunakan alat bantu dengar karena anak
semacam ini tidak mampu berbicara spontan.
5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly
losses).
Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly
losses) antara lain: a) ia hanya dapat mendengarkan suara keras sekali pada
jarak kira-kira 1 inchi (+ 2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar; b)
biasanya ia tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi jika
dekat telinga. Anak tuna rungu kelompok ini meskipun menggunakan
pengeras suara, tetapi tidak dapat memahami atau menangkap suara. Jadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
mereka menggunakan alat bantu dengar atau tidak dalam belajar bicara atau
bahasanya sama saja.
M. Cem Girgin dalam International Journal of Special Education vol.
23 No. 2, 2008 membahas mengenai tunarungu jenis ini seperti berikut ini:
“Children with profound hearing-impairment show a wide range of spoken
language abilities, some having highly intelligible speech while others have
unintelligible speech. This is due to errors in speech production.”
(http://www.google.co.in/#hl=id&q=jurnal+internasional+children+with+hear
ing+impairmen&aq=f&aqi=&aql=&gs_rfai=&fp=4dd331607e3e3ceB).
d. Karakteristik Anak Tunarungu.
Karakteristik anak tunarungu menurut beberapa literatur, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Karakteristik anak tunarungu menurut Direktorat Pendidikan Luar
Biasa antara lain sebagai berikut:
1) Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah
dibandingkan kemampuan vebal anak mendengar.
2) Namun performance IQ anak tunarungu sama dengan anak
mendengar.
3) Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada
anak mendengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif/
berurutan.
4) Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak
mendengar tidak ada perbedaan.
5) Daya ingat jangka panjang hampir tak ada perbedaan, walaupun
prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah (http://www.ditplb.
or.id.profile.php?id-44).
Menurut Cruickshank yang dikutip Mohammad Efendi (2006:79),
“anak tunarungu seringkali memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan
kadang-kadang tampak terbelakang.” Kondisi anak tuna rungu tidak hanya
disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh anak,
melainkan juga tergantung kepada potensi kecerdaan yang dimilikinya;
rangsangan mental serta dorongan dan lingkungan sekitar dapat memberikan
kesempatan bagi anak tuanrungu untuk mengembangkan kecerdasannya.
Gangguan pendengaran sensorineural pada anak tunarungu dapat
disebabkan oleh: 1) injury; 2) excessive noise exposure; 3) viral infections
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
(such as measler or mumps; 4) ototixic drugs (medications that damage
hearing); 5) meningitis; 6) diabetes; 7) stroke; 8) high fever; 9) meniere’s
disease; 10) acoustic tumors; and 11) heredity. Artinya: 1) cidera; 2) paparan
kebisingan yang berlebihan; 3) infeksi virus (seperti campak atau gondok); 4)
ototodic obat (obat-obatan yang merusak pendengaran); 5) radang selaput; 6)
diabetes; 7) pukulan; 8) demam tinggi; 9) meniere penyakit; 10) akustik
tumor; dan 11) keturunan. (http://www.pamf.org/hearinghealth/facts/types.
html)
Ketunarunguan tidak tampak jelas apabila dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya, tetapi anak tunarungu memiliki karakteristik yang
khas. Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (2004: 28) karakteristik
anak tunarungu apabila dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi
serta sosial adalah sebagai berikut:
1) Karakteristik dalam segi intelegennsi
Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau
rata-rata. Karena kesulitan dalam memahami bahasa, kebanyakan anak
tunarungu prestasi belajarnya rendah pada mata pelajaran matematika.
Tetapi pada mata pelajaran lainnya dia akan seimbang apabila
dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
2) Karakteistik segi bahasa dan bicara
Kemampuan berbicara dan berbahasa anak tunarungu mengalami
hambatan karena tidak mampu mendengar, anak tunarungu memerlukan
pembinaan berbicara dan bahasa secara khusus. Anak tunarungu tidak
mampu mendengar bahasa, jadi kemampuan berbahsanya harus dilatih
secara khusus.
Bicara dan bahasa anak tunarungu pada awalnya sulit difahami
tetapi apabila semakin lama bergaul dengan anak tunarungu kita akan dapat
memahami maksud dari bicaranya.
3) Karakteristik segi emosi dan sosial.
Anak tunarungu sering menyendiri kadang juga dijauhi temantemanya dalam pergaulan sehari-hari. Keadaan seperti ini menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
hambatan dalam perkembangan kepribadian anak tunarungu menuju
kedewasaan.
Keterasingan anak tunarungu akan menyebabkan efek-efek negatif
sebagai berikut.
a) Egosentrisme yang lebih, dibanding dengan anak normal.
b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas.
c) Ketergantungan pada orang lain
d) Perhatiannya lebih sulit dialihkan
e) Memiliki sikap yang polos, sederhana dan tidak banyak masalah
f) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
Berdasarkan uraian tersebut di atas tentang karaktereistik anak
tunarungu maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu memiliki berbagai
hambatan. Keterbatasan pengetahuan dan ketidak tetapan emosi dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian dan intelegensinya. Dalam bahasa
anak tunarungu juga mengalami hambatan pada saat mengadakan kontak
dengan orang lain. Anak tunarungu
akan segan berlatih berbicara, anak
tunarungu sering terkesan pemalu, merasa rendah diri, merasa selalu bersalah,
takut ditertawakan, takut menatap.
e. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu
Pada awalnya anak tunarungu mengalami perkembangan bahasa seperti
pada anak normal umumnya. Pada umur 6 bulan anak tunarungu mengalami
masa meraban seperti anak normal. Anak tunarungu pada masa ini juga mulai
membuat bunyi yang diulang dan ingin melakukan kontak dengan orang lain
melalui suaranya.
Ketunarunguan yang dialami anak tunarungu sejak lahir perkembangan
bahasanya terhenti sejak masa meraban, karena dia tidak bisa merespon bunyibunyi yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Pendidikan anak tunarungu untuk membangkitkan perkembangan
kemampuan berkomunikasi (Permanarian Somad dan Tati Herawati, 2004:31).
1) Didiklah anak tunarungu dalam kegiatan keluarga
2) Libatkan anak tunarungu dalam lingkungan keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3)
4)
5)
6)
Jangan memanjakan anak tunarungu secara berlebihan
Berilah kesempatan bermain seluas mungkin pada anak tunarungu
Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang baik
Berikanlah kewajiban yang sama kepada anak tunarungu dalam
melaksanakan tugas-tugas
7) Pupuklah rasa cinta pada keindahan alam
8) Gunakan setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan
bahasa dan bicara anak tunarungu
Perkembangan bahasa bagi anak tunarungu, membaca (tulisan) di nilai
kurang tepat digunakan dalam fase–fase permulaan perkembangan bahasa,
karena membutuhkan kematangan tertentu. Penggunaan bahasa isyarat juga
kurang tepat karena akan mengakibatkan keterasingan anak tunarungu dalam
bermasyarakat. Pandangan orang terhadap isyarat banyak yang negatif, karena
dinilai bahasa isyarat kurang dapat memperagakan pikiran yang abstrak,
kurang fleksibel dan kurang berdeferens (Permanarian Somad dan Tati
Herawati, 2004: 140).
Penulis menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa bahasa
berkembang sesuai dengan irama perkembangan anak, semakin luas pergaulan
anak, maka semakin luas pula kemampuan bahasanya, kondisi tersebut jika
diikuti pendengaran yang normal. Pada anak tunarungu proses perkembangan
bahasa mulai terlambat pada masa babling (mengoceh). Anak tunarungu tidak
pernah mendengar bunyi dari lingkungannya, maka proses meniru bahasa di
lingkungannya terlambat. Anak tunarungu tidak bereaksi terhadap suara-suara
dan tidak berusaha meniru apa-apa karena tidak bisa mendengar. Dengan
demikian untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa tunarungu
perlu perhatian yang serius serta lingkungan yang mendukung.
f. Pendidikan Anak Tunarungu
1) Tujuan Umum
Agar dapat mewujudkan penyelenggaraan pendidikan bagi anak
yang berkebutuhan khusus, khususnya bagi anak tunarungu seoptimal
mungkin dan dapat melayani pendidikan bagi anak didik dengan segala
kekurangan ataupun kelainan yang diderita, sehingga anak-anak tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
dapat menerima keadaan dirinya dan menyadari bahwa ketunaannya tidak
menjadi hambatan untuk belajar dan bekerja, memiliki sifat dasar sebagai
warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlakukan untuk melanjutkan pelajaran,
bekerja dalam masyarakat serta dapat menolong diri sendiri dan
mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
2) Tujuan Khusus.
Tujuan khusus penyelenggara pendidikan khusus (tunarungu)
adalah:
a) Turut melaksanakan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan bagi anak usia sekolah.
b) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan bagi anak tunarungu di
Indonesia.
c) Penyelenggaraan fasilitas pendidikan yang luwes dan relevan terhadap
keperluan anak tunarungu.
d) Memiliki pengetahuan, kesadaran, pengalaman dan keterampilan tentang
isi bidang-bidang studi yang tercantum dalam kurikulum yang resmi.
e) Mengarahkan dan membina anak tunarungu agar dapat menyesuaikan
diri terhadap lingkungan sekitarnya.
f) Membantu dan membina anak tunarungu agar memiliki keterampilan,
keahlian, kejujuran, ataupun sumber penghasilan yang sesuai dengan
jenis dan tingkat ketunaan yang disandangnya.
3) Lingkup Pendidikan Anak Tunarungu
a) Lingkup pengembangan program pendidikan bagi individu tunarungu
TKLB/TKKh.
Tunarungu
tingkat
rendah:
ditekankan
pada
pengembangan kemampuan senso-motorik, berbahasa dan kemampuan
berkomunikasi khususnya berbicara dan berbahasa.
b) SDLB/SDKh Tunarungu kelas tinggi ditekankan pada keterampilan
senso-motorik, keterampilan berkomunikasi kemudian pengembangan
kemampuan dasar di bidang akademik dan keterampilan sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
c) SLTPLB/SMPKH Tunarungu ditekankan pada peningkatan ketrampilan
berkomunikasi
dan
keterampilan
berkomunikasi,
keterampilan
senso-motorik,
mengaplikasikan
keterampilan
kemampuan
dasar
dibidang akademik dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari,
peningkatan
keterampilan
sosial
dan
dasar-dasar
keterampilan
vokasional.
d) SMLB/SMAKh Tunarungu ditekankan pada pematangan keterampilan
berkomunikasi, keterampilan menerapkan kemampuan dasar di bidang
akademik yang mengerucut pada pengembangan kemampuan vokasional
yang berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak
menutup kemungkinan mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Tinjauan Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa
mengenal batas, usia, dan berlangsung seumur hidup. Di masyarakat kita sering
menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar membaca, belajar
bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya, akan penulis paparkan pengertian istilah belajar
dari beberapa pendapat. Menurut Udin S. Winataputra, dkk. (2008: 1.11-1.13)
1) Menurut BF Skinner
Belajar ialah Tingkah laku: perubahan tingkah laku yang
direprensikan oleh frekuensi respons, merupakan fungsi dari kejadian
dan kondisi lingkungan.
2) Menurut Robert Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi tentang
belajar yaitu:
a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motifasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
diperoleh dari intruksi.
3) Menurut Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura
Belajar ialah interaksi segitiga antara lingkungan, faktor pribadi, dan
tingkah laku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: ”Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang
relative dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang diperoleh
melalui interaksi individu dengan lingkungannya.”
b. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 35):
“Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through
training procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment)
as distinguished from changes by factors not attributable to training.” (Belajar
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk
latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk
hasil belajar).
Menurut Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: “Hasil belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 31-33) “Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Seperti
yang telah diuraikan di atas bahwa belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan
terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil
belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuantujuan instruksional.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 31-33) ada beberapa pendapat
mengenai pengertian hasil belajar diantaranya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
1) Menurut Benjamin S. Bloom
Ada tiga ranah (domain, hasil belajar yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2) Menurut A.J. Romis Zowski
Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem
pemrosesan masukan dari sistem tersebut berupa macam-macm
informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja
(pervormance).
Menurut Romis Zowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa
proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu:
a) Pengetahuan
Hasil belajar yang berupa pengetahuan terdiri dari empat
kategori:
(1) Pengetahuan tentang fakta
(2) Pengetahuan tentang prosedur
(3) Pengetahuan tentang konsep
(4) Pengetahuan tentang prinsip
b) Ketrampilan
Hasil belajar yang berupa ketrampilan terdiri dari empat kategori
yaitu:
(1) Ketrampilan untuk berpikir atau ketrampilan kognitif
(2) Ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan motorik
(3) Ketrampilan bereaksi atau bersikap, dan
(4) Ketrampilan berinteraksi.
3) Menurut John M Keller
Seperti halnya Romis Zowski John M Keller memandang hasil
belajar sebagai keluasan dari suatu sistem pemrosesan berbagai
masukan yang berupa informasi.
Dari berbagai masukan tersebut menurut Keller yang dikutip Mulyono
Abdurrahman (2003: 34) dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
masukan pribadi (formal inputs), dan b) masukan dari lingkungan
(environmental inputs).
1) Masukan dari Pribadi (formal inputs)
a) motivasi atau nilai-nilai
b) harapan untuk berhasil (exspechtancy)
c) intelegensi dan penguasaan awal dan
d) valuasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi.
2) Masukan dari Lingkungan (environmental inputs)
a) Rancangan dan pengelolaan morifasional
b) Rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar dan
c) Rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan (reinforcement)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: “Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar baik yang berupa pengetahuan,
sikap, maupun ketrampilan”.
c. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika, guru memiliki strategi yang
sesesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Pengertian
matematika menurut Depdiknas (2006: 77-78) ”Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”.
Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti
dan kompetitif.
Menurut Depdiknas (2006: 77-78) Mata pelajaran matematika bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes,
akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran
matematika bertujuan agarsiswa dapat memahami konsep matematika,
mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari, srta
memiliki sikap menghargai kegunanaan matermatika dalam kehidupan,
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika
serta percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup pada mata pelajaran matematika meliputi: bilangan,
geometri, pengukuran, aljabar, peluang dan statistik. Mata pelajaran
Matematika pada satuan pendidikan sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu
(SDLB-B) Meliputi aspek aspek sebagai berikut Depdiknas (2006: 101):
1) Meliputi bilangan.
2) Geometri dan pengukuran.
3) Pengolahan data
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas I semester II
adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi
Bilangan
Kompetensi Dasar
1.1 Membilang banyak benda
1. Melakukan penjumlahan 1.2 Mengurutkan banyak benda
dan pengurangan
1.3 Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 20
1.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan dan pengurangan
sampai 20
3. Tinjauan Alat Peraga Dekak-dekak
a. Pengertian Alat Peraga
Pengertian alat peraga menurut berbagai literatur berbeda, tergantung
dari sudut pandang masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Menurut Moh Uzer Usman (2001:31) “Alat peraga pengajaran adalah
alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa untuk mencegah
terjadinya verbalisme pada diri siswa”.
Menurut Aristo Rahadi (2008 :10) “Alat peraga adalah alat bendabenda yang digunakan untuk meragakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur
tertentu agar tampak lebih nyata / kognitif.”
Menurut Depdiknas (2006:3) “Alat peraga yaitu alat yang digunakan
atau ditunjukkan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk menjelaskan dari
memvisualisasikan konsep, ide atau pengertian tertentu”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga
adalah alat-alat yang dipakai guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai alat
bantu di sekolah untuk mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa dan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari adanya berbagai definisi yang ada,amatlah sulit membedakan
antara media dengan alat peraga atau alat bantu mengajar. Akan tetapi ada
yang mempergunakan istilah keduanya saling bergantian untuk menunjukkan
alat peraga maupun media pengajaran untuk menunjuk sesuatu yang sama.
Sesuatu dikatakan alat peraga apabila berfungsi sebagai alat bantu,
sedangkan media pengajaran merupakan bagian dari seluruh yang berhubungan
kegiatan belajar mengajar. Hal ini pula dapat dikatakan bahwa alat peraga
bagian dari media. Meskipun alat peraga sebagai alat bantu, namun alat peraga
memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun bentuk-bentuk alat peraga dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
1) Model, contohnya model manusia (torso), model bola bumi (globe), model
jam, model dekak dekak, dan lain sebagainya.
2) Benda asli, contohnya preparat sel, kulit.
3) Carta contohnya carta hewan purba, carta metode penyerbukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
b. Pengertian Alat Peraga Model
Pengertian alat peraga model menurut berbagai literatur berbeda,
tergantung dari sudut pandang masing-masing. Pengertian model menurut
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:156) sebagai berikut: “model adalah
tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu
jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk
dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 662), “Model adalah
barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model adalah
barang tiruan yang kecil yang menggantikan benda sebenarnya dalam bentuk
sederhana untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa yang sesuai wujud
aslinya .
Dalam media pembelajaran tidak banyak memberikan batasan tentang
model, hanya saja perlu ditekankan bahwa penggunaan model ini merupakan
suatu tiruan dari benda yang sama dengan bentuk aslinya, sebagai alat peraga
dalam pembelajaran. Penggunaan model sangat mendukung dalam pemahaman
pembelajaran disajikan melalui bentuk tiruannya secara konkrit. Secara
keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga model yaitu suatu
benda atau alat yang digunakan dalam bentuk yang sama dan digunakan oleh
guru dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran yang disampaikan
lebih mudah dipahami oleh siswa.
c. Penggunaan Alat Peraga Model
Penggunaan alat peraga model dapat dilaksanakan melalui beberapa
langkah. Menurut Sri Anitah (2010: 82-83), Prinsip-prinsip penggunaan media
pembealjaran yang berupa alat peraga adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan media pembelajaran dipandang sebagai bagian integral
dalam sistem pembelajaran.
2) Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dana.
3) Guru hendaknya memahami tingkat hierarki (requence) dari jenis
alat dan kegunananya.
4) Pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus,
sebelum, selama, dan sesudah pemakaiannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
5) Penggunaan media akan samgat menguntungkan dan memperlancar
proses pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan alat peraga dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Persiapan sebelum menggunakan alat peraga
a) Langkah awal penggunaannya adalah membuat persiapan sebaikbaiknya, yang dilakukan dengan cara mempelari petunjuk pengunaan alat
peraga.
b) Semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya,
sehingga dalam pelaksanaan tidak akan terganggu oleh hal-hal yang
bersifat teknis.
2) Pelaksanaan penggunaan alat peraga
Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga berlangsung,
hendaknya dijaga agar seuasana yang tetap tenang. Keadaan tenang tidak
berarti siswa harus duduk diam dan pasif, yang penting perhatian
pemelajaran tetap terjaga.
3) Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan pembelajan telah
tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan
melalui alat peraga. Untuk ini perlu disediakan tes yang harus dikerjakan
oleh siswa sebagai umpan balik. Kalau ternyata tujuan belum tercapai, guru
perlu mengulangi sajian program alat peraga tersebut.
4) Tindak Lanjut
Dari umpan balik yang diperoleh, guru dapat meminta siswa untuk
memperdalam sajian dengan berbagai cara, misalnya: diskusi tentang hasil
tes, mempelajari referensi dan membuat rangkuman, melakukan suatu
percobaan, observasi dan lain-lain.
d. Jenis Alat Peraga Model
Alat peraga model memiliki beberapa jenis. Menurut Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai (2001:156), “model dapat dikelompokan ke dalam enam kategori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
yaitu model padat (solid model), model penampang (cultaway model), model
susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama.”.
Dari masing-masing kategori model tesebut mungkin mempunyai
ukuran yang persis sama, dengan ukuran aslinya atau mungkin dengan skala
yang lebih besar atau lebih kecil daripada objek yang sesungguhnya. Berikut
ini akan dijelaskan jenis-jenis model yang dikemukakan di atas.
a) Model Padat (solid model)
Suatu model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar
daripada objek dan acapkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya.
Kegiatan membuat model oleh para guru sangat bemanfaat dalam
mengembangkan konsep realisme bagi siswanya. Melalui kegiatan
konstruksi, menciptakan dan membentuk objek tertentu guru ditantang untuk
memecahkan masalah-masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang
mereka ajarkan. Melalui transformasi sederhana, menggunakan bahan-bahan
murah para guru menciptakan berbagai bentuk objek studi, sehingga hasil
belajar lebih mendalam dan lebih mantap. Misalnya: bentuk boneka,
berbagai bendera, bermacam-macam makanan, bentuk geometri, tonggaktonggak sejarah, anatomi manusia dan binatang, aneka ragam alat angkutan,
dan lain-lain.
b) Model Penampang (cutaway model)
Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak,
apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian
dalamnya. Kadang-kadang model ini dinamakan model X-Ray atau model
Crossection yaitu model penampang memotong. Model ini sangat berguna
untuk mata pelajaran IPA karena fungsinya dapat menggantikan objek
sesungguhnya.
Model penampang bisa memperjelas objek yang sebenarnya karena bisa
diperbesar atau diperkecil. Yang perlu diperhatikan dalam membuat model
penampang adalah, hanya bagian-bagian terpenting saja yang harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
ditonjolkan, biasanya dibubuhi warna-warna yang kontras, sedangkan
rincian yang tidak begitu penting dihilangkan.
c) Model susun (build-up model)
Model susun terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau
sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu. Misalnya seorang guru IPA
mempergunakan model torzo dibuat secara komersial, untuk memperlihatkan kepada para siswa letak organ-organ tubuh bagian dalam. Juga pada
bentuk geometri memperlihatkan pecahan dari bagian atau ukuran isi
anatomi manusia dan binatang: mata, telinga, jantung, tengkorak, otak dan
lain-lain.
d) Model kerja (working model)
Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar
dari objek asli, dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang
sesungguhnya. Misalnya peralatan untuk menimbang benda-benda yang erat
kaitannya dengan prinsip gaya berat bumi. Sambil mempelajari sistem tata
surya dan gaya berat bumi, para siswa akan tertarik kepada berbagai metode
menimbang berat benda-benda.
Dalam pada itu banyak mainan anak-anak termasuk kepada jenis golongan
model kerja ini, misalnya mobil-mobilan, kereta api yang diputar, demikian
pula kereta api listrik, alat perlengkapan untuk membuat jalan, mesin-mesin
pertanian, tungku listrik, perabot dapur, senapan, pesawat telepon, pesawat
telegraf, boneka-boneka, kendaraan dan mainan lainnya.
e) Mock-ups
Mock-ups adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu
proses atau sistem yang lebih ruwet. Susunan nyata dari bagian-bagian
pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah
dimengerti siswa.
Mock-ups dapat dipergunakan dalam beberapa cara. Guru memamerkan
mock-ups untuk memperlihatkan bentuk beberapa objek nyata seperti
kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung serta pengeras suara,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
menunjukkan lambang-lambang yang berbeda dengan apa yang tertera di
dalam diagram. Hal serupa itu juga diterapkan pada tahapan menengah di
dalam menjelaskan tentang bagaimana membaca dan menjelaskan sirkuit
yang diagramkan itu seperti yang sering dijumpai pada chassis radio
penerima sebenarnya. Selama pelajaran berlangsung, mock-ups radio itu
digantungkan di kelas sebagai sumber keterangan yang telah siap pakai.
f) Diorama
Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk
menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas
bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar
belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajian.
Diorama sebagai media pengajaran terutama berguna untuk mata pelajaran
ilmu bumi, ilmu hayat, sejarah bahkan dapat diusahakan pula untuk berbagai
macam mata pelajaran.
Dari beberapa jenis media model tersebut di atas, peneliti dalam
melaksanakan eksperimen menggunakan media model padat (solid model)
dalam bentuk dekak-dekak.
e. Fungsi Alat Peraga Model
Alat peraga model dalam mengajar memegang peranan penting
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.
Alat peraga model merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur
lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan
pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga
model digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa
lebih efektif dan efisien.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:161) bahwa fungsi alat
peraga model dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai
fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang
efektif.
2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan
situasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan
dan isi pelajaran.
4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dalam membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
Menurut Moh. Uzer Usman (2001:31) fungsi alat peraga pelajaran
adalah sebagai berikut :
1) Memperbesar perhatian siswa
2) Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan
siswa
3) Meletakkan dasar-dasar pemikiran konkrit, oleh sebab itu dapat
menghilangkan verbalisme (tahu istilah tidak tahu arti)
4) Menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinyu.
5) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa
6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu pengembangan
dan kemampuan bahasa
7) Sangat menarik minat siswa dalam belajar
8) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin
dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperhatikan suatu
gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat
peraga model dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1) Alat peraga model sebagai alat bantu untuk mewujudkan minat siswa dalam
situasi belajar
2) Alat peraga model merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi
belajar
3) Alat peraga model sebagai bagian integral dengan tujuan dan isi pelajaran
4) Alat peraga model untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa
5) Alat peraga model diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar
dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru
6) Alat peraga model dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
proses belajar mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
f. Peranan Alat Peraga dalam Matematika
Alat peraga memiliki peranan dalam matematika bagi anak tunarungu.
Menurut Sugiarto dan Isti Hidayah (2008:1), peranan alat peraga dalam
matematika adalah sebagai berikut :
1) Sebagai sarana bagi guru untuk menciptakan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan
2) Peserta didik dapat menemukan sendiri baik yang berupa konsep maupun
prinsip dalam matematika.
Adapun manfaat dari pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar Luar Biasa khususnya anak Tuna rungu antara
lain:
1) Secara psikologis peserta didik Tuna Rungu taraf berfikirnya selalu berada
pada tahap operasi konkrit, karena keterbatan intelegensi yang dimiliki.
2) Substansi matematika bersifat abstrak, sehingga dengan pemanfaatan alat
peraga, peserta didik akan lebih mudah, memahami konsep, prinsip
matematika yang abstrak tersebut.
3) Dapat menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar matematika.
g. Alat Peraga Dekak dekak
1) Fungsi Alat Peraga Dekak-Dekak
Membantu guru dalam mengajarkan konsep operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan.
2) Bentuk alat
3) Alat dan bahan
a) Alternatif bahan 1 : bambu kuning, kayu, triplek tebal, papan, cat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
b) Alternatif bahan 2 : tutup botol, besi beton/ kawat, kayu/ triplek tebal/
papan, cat.
c) Alternatif bahan 3 : Multiplek, kawat / besi beton
d) Alternatif bahan 4 : kayu / papan, kawat, ceterevoam, pewarna.
e) Perkakas : amplas, gergaji, bor / pelubang, kuas.
4) Cara pembuatan alat:
Langkah langkah pembuatan
a) Pilihlah bahan yang mudah diperoleh, misalnya kayu / papan, kawat dan
cat.
b) Potonglah kayu atau papan sebagai landasan sesuai ukuran yang
dikehendaki.
c) Potonglah kayu berbentuk silinder, dengan diameter 3 Cm, tebal 3 Cm
sebagai dekak dekak sebanyak 40 buah kemudian diberi warna
(biru, kuning, merah, hijau dan lain sebagainya) masing masing 10 buah.
d) Potonglah kawat sebanyak 2 empat buah dengan ukuran 30 Cm dan
garis tengahnya setengah senti meter, kemudian tancapkan kawat
tersebut pada landasan sedalam dua senti meter sehingga kawat yang
tampak 28 cm (cukup untuk sepuluh dekak dekak)
e) Tulis pada landasan mulai dari kanan: satuan, puluhan, ratusan, dan
ribuan tepat di bawah tiang.
5) Penggunaan Alat Peraga Dekak-dekak dalam Matematika
a) Ambil dekak dekak bertiang empat, tunjukkan dan kenalkan kepada
siswa bahwa alat itu disebut dekak dekak, bundaran bundaran yang
dimasukkan pada tiang disebut biji dekak dekak.
b) Tunjukkan kepada siswa bahwa dekak dekak mempunyai empat tiang
yang masing masing berisi sembilan buah biji dekak dekak dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
warna yang berbeda antara tiang satu dan lainnya. Masing masing tiang
mempunyai nilai
yang berbeda. Besarnya nilai dekak dekak pada
masing masing tiang dari sebelah kanan ke kiri adalah satuan, puluhan,
ratusan, ribuan.
c) Ambilah lima buah dekak dekak kemudian masukkan ke tiang satuan
tunjukkan pada siswa kedudukan biji dekak dekak sebagai nilai satuan,
selanjutnya tambahkan satu persatu biji dekak dekak pada tiang sehingga
pada tiang satuan terdapat sembilan biji dekak dekak.
d) Kemudian guru dapat melanjudkan kegiatan dengan mengosongkan
terlebih dahulu dekak-dekak
e) Ambilah sembilan biji dekak dekak kemudian masukkan ke tiang satuan
tunjukkan pada siswa kedudukan biji dekak dekak pada tiang sehingga
akhirnya pada tiang satuan terdapat sembilan biji dekak dekak,
tunjukkan kepada siswa,
9 satuan
Karena tiang berikutnya khusus untuk biji dekak dekak puluhan, maka
10 biji satuan dapat digantikan dengan satu biji puluhan demikian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
seterusnya dengan cara yang sama guru dapat menjelaskan hubungan
antara tiang satu dengan yang lain. Sehingga dapat ditunjukkan dengan
peragaan sebagai berikut:
1 puluhan
f) Kegiatan selanjutnmya sesuai yang sedang dipelajari siswa dapat diberi
beberapa latihan dengan dekak-dekak atau dalam bentuk gambar, seperti
menentukan nilai suatu bilangan apabila diketahui letak dan banyaknya
dekak-dekak, Untuk memperagakan operasi penjumlahan operasi dua
bilangan disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari siswa .
Contoh: 10 + 5 = 15
10 + 5 = 15
B. Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah merupakan keluaran dari suatu pemrosesan berbagai
masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dikelompokkan
menjadi 2 macam yaitu: Kelompok masukan pribadi (personaly input) dan
kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environ mental inputs). Hasil
belajar matematika siswa tunarungu kelas satu Sekolah Dasar luar biasa Negeri
Tamanwinangun sangat rendah, dimungkinkan karena faktor pengelolaan
pembelajaran kurang menarik siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Dengan demikian menurut pemikiran penulis, dengan memanfaatkan alat
peraga yang sesuai dan metode pembelajaran yang menyenangkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
pada siswa tunarungu kelas satu di Sekolah Dasar Luat Biasa Negeri
Tamanwinangun Kebumen.
Untuk lebih memperjelas diatas Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kondisi awal
Sebelum diberi
alat peraga
dekak-dekak
Tindakan
Diberi alat
peraga dekakdekak
Hasil belajar
matematika
rendah
Silus I
Kondisi Akhir
Silus II
Hasil belajar
matematika
meningkat
Gambar 1: Skema Kerangka Berfikir
Keterangan:
1) Kondisi awal proses belajar mengajar mata pelajaran matematika tidak
menggunakan alat peraga dekak-dekak.
2) Tindakan proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika
menggunakan alat peraga dekak dekak, sebagai siklus I
3) Kondisi akhir hasil mata pelajaran matematika setelah melaksanakan tindakan
dengan menggunakan alat poeraga dekak-dekak hasil meningkat (siklus II).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
C. Perumusan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengkajian teori yang telah dikemukakan di muka dan
kerangka pemikiran di atas, dapatlah dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
”Pemanfaatan alat peraga dekak-dekak dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa tunarungu kelas I
semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilaksanakan, sehingga
diperoleh sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian di Sekolah Dasar Luar Biasa
Negeri Tamanwinangun Kebumen.
Pemilihan tempat penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut:
1. SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen merupakan tempat tugas mengajar
bagi peneliti
2. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran
anak tunarungu di SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen.
3. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
Tamanwinangun Kebumen.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian perlu ditetapkan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
penelitian. Adapun waktu penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai pada bulan
Juli 2009/2010. Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar maka penulis
membuat jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No.
1
2
3
4
5
Kegiatan
Pengajuan
judul
Pembuatan
proposal
Penelitian
Waktu Penelitian
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
v
v
v
v
v
v
v
Penyusunan
laporan
Ujian skripsi
v
v
v
v
v
v
v
v
v
commit to user
32
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat pokok
karena data tentang variabel yang diamati dan diteliti oleh peneliti berada pada
subyek penelitian tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 133) Subyek
penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan obyek yang sedang diam dan tanpa gerak. Meliputi:
1. Unsur siswa, dapat dicermati ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas, lapangan, laboratorium, bengkel
maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah atau sedang
mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur guru: dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di
kelas, khususnya cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika
membimbing siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarma
wisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
Penentuan subyek penelitian menggunakan tehnik porposif, menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 140) “Teknik porposif adalah teknik pengambilan
sampel didasarkan pada tujuan tertentu dan diketahui lebih dahulu, berdasarkan
ciri dan populasinya dalam penelitian”, kriteria subyek adalah:
1. Siswa tunarungu
2. Mengalami kesulitan dalam belajar matematika, tentang penjumlahan dan
pengurangan
3. Siswa aktif berangkat sekolah.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas I di Sekolah
Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen yang berjumlah 5 siswa.
(2 laki-laki dan 3 perempuan ).
Tabel 2. Subyek Penelitian
No
Nama
1
2
3
4
5
Ok
Um
RK
SG
RI
Jenis
Kelamin
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Umur
kelas
7 Tahun
7 Tahun
7 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
1
1
1
1
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian tindakan kelas yang dikumpulkan berupa informasiinformasi tentang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kemampuan siswa dalam matematika
meliputi: 1) membilang banyak benda, 2) melakukan penjumlahan dan
pengurangan sampai dengan 20, dan 3) menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20.
Di samping hal tersebut di atas, diperlukan pula data tentang kemampuan
guru dalam menyusun RPP, dan penguasaan melaksanakan proses pembelajaran
di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah daftar nilai hasil belajar
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Pada tahap awal peneliti,
teman sejawat, dan kepala sekolah sebagai data pendukung, adapun data yang
didapat: 1) Proses belajar mengajar, 2) Nilai tes siswa, 3) Observasi selama
pembelajaran, dan 4) Wawancara.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data “Merupakan usaha sadar untuk mengumpulkan
data yang dilaksanakan secara sistimatis dengan prosedur yang sadar” (Suharsimi
Arikunto, 2006: 222). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Teknik Tes
a. Pengertian tes.
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi
Arikunto (2003:223) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa
baik secara individu atau kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
b. Macam-macam tes.
Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2)
Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes
jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006: 223).
c. Tes yang Digunakan.
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes
yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta
untuk menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes objektif jawaban singkat yang terdiri dari 5 aspek yang
dinilai.
Tabel 3. Kisi-Kisi Tentang Penguasaan Pelajaran Matematika Tentang
Penjumlahan dan Pengurangan.
Fariabel
Aspek
Indikator
Matematika
1. Penjumlahan
dan
pengurangan
1. Membilang banyak
benda
2. Memiliki kemampuan
mengurutkan bayak
benda.
3. Memiliki kemampuan
menjumlah bilangan
sampai 20
4. Memiliki kemampuan
pengurangan bilangan
sampai 20.
Jumlah
Skor
item
5
20
5
20
5
20
5
20
Penskoran:
1. Membilang banyak benda
1) Membilang sendiri banyak benda dengan benar tanpa bantuan nilai = 3
2) Sedikit dibantu
nilai = 2
3) Penuh bantuan
nilai = 1
2. Mengurutkan banyak benda:
1) Mengurutkan banyak benda dengan tanpa bantuan
nilai = 3
2) Sedikit dibantu
nilai = 2
3) Penuh bantuan
nilai = 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
3. Melakukan penjumlahan bilangan 1-20
1) Menjumlah bilangan sendiri tanpa bantuan dengan benar
nilai = 3
2) Sedikit dibantu
nilai = 2
3) Penuh bantuan
nilai = 1
4. Pengurangan bilangan sampai 1-20
1) Melakukan pengurangan sampai 20 sendiri tanpa bantuan
nilai = 3
2) Sedikit dibantu
nilai = 2
3) Penuh bantuan
nilai = 1
Nilai Akhir = N1, N2, N3, N4 x 100 = …
80
2. Observasi atau Pengamatan
a. Pengertian Observasi
Menurut Supardi (2007: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan (Suharsimi Arikunto, 2006: 229).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: observasi
terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik
c. Oservasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terfokus, dimana peneliti
mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan serta berupa
catatan lapangan. Untuk mengetahui motovasi siswa dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan, peneliti menggunakan
lembar observasi sebagai berikut:
Tabel 4. Lembar Observasi Guru Siklus I
Mata Pelajaran
Hari / tanggal
Fokus Observasi
No
: Matematika
:
: Penguasaan Terhadap Materi Pelajaran dan Kelas
Kemunculan Tiap Siklus
Aspek yang diobservasi
Ada
1
Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran
2
Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi
dan lingkungan
Menggunakan alat bantu / media
3
4
5
6
7
8
9
Melaksanakan pembelajaran secara individual,
kelompok atau klasikal
Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang
logis
Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
dengan isi pembelajaran
Menangani pertanyaan dan respon siswa
10
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan
gerakan badan
Memicu dan memelihara ketertiban siswa
11
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
12
Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh
pengertian, dan sabar kepada siswa
Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
13
14
15
Tdk. Ada
Membantu siswa menyadari
kekurangan
Menanamkan konsep
kelebihan
dan
Kebumen,
Kepala Sekolah
Pengamat
H. Amir Sujoko, S.Pd
Achmad Subroto, S.Pd.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Tabel 5. Lembar Observasi Guru Siklus II
Mata Pelajaran
Hari / tanggal
Fokus Observasi
No
: Matematika
:
: Penguasaan Terhadap Materi dan Kelas
Kemunculan
Tiap Siklus
Aspek yang diobservasi
Ada
1
Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran
2
3
Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan
lingkungan
Menggunakan alat bantu / media
4
Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok
atau klasikal
5
Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis
6
Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
7
8
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi
pembelajaran
Menangani pertanyaan dan respon siswa
9
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan
badan
10
Memicu dan memelihara ketertiban siswa
11
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
12
13
Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh
pengertian, dan sabar kepada siswa
Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
14
Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan
15
Menanamkan konsep
Kebumen,
Kepala Sekolah
Pengamat
H. Amir Sujoko, S.Pd
Achmad Subroto, S.Pd.
commit to user
Tidak
Ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Tabel 6. Lembar Observasi Siswa Siklus I
Mata Pelajaran
: Matematika
Hari/Tanggal
:
Fokus Observasi
: Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika
No
Nama
1
Risaka
2
Umi
3
Dwi
4
Sigit
5
Riski
Memperhatikan
penjelasan
guru
Akif
dalam
tugas
Siap
menjawab
pertanyaan
Rajin
mengerjakan
soal
Keterangan :
A
: Baik sekali
B
: Baik
C
: Sedang
D
: Kurang
E
: Kurang sekali
Kebumen,
Kepala Sekolah
Pengamat
H. Amir Sujoko, S.Pd
Achmad Subroto, S.Pd.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Tabel 7. Lembar Observasi Siswa Siklus II
Mata Pelajaran
: Matematika
Hari/Tanggal
:
Fokus Observasi
: Penguasaan terhadap materi sangat rendah
No
Nama
1
Risaka
2
Umi
3
Dwi
4
Sigit
5
Riski
Memperhatikan
penjelasan guru
Akif dalam
tugas
Siap menjawab
pertanyaan
Rajin
mengerjakan Keterangan
soal
Keterangan :
A
: Baik sekali
B
: Baik
C
: Sedang
D
: Kurang
E
: Kurang sekali
Kebumen,
Kepala Sekolah
Pengamat
H. Amir Sujoko, S.Pd
Achmad Subroto, S.Pd.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
3. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 206) “Metode dokomentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, surat kabar, notulen
rapat, buku induk, leger, agenda dan sebagainya”. Dalam menggunakan metode
dokumentasi peneliti mencari data berupa daftar nilai siswa
E. Validitas Data
Data yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi uji validitas
dengan tujuan hasil penelitian dapat dipercaya. “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
iunstrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Suharsimi
Arikunto (2006: 144-145).
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap
dari variabel yang diungkap secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang
dimaksud.
Tehnik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain
triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan data dengan memanfaatkan
sarana di luar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu (Lexy
Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pemngumpulan data. Dalam penelitian tehnik triangulasi
untuk mengetahui kesulitan serta faktor penyebabnya yang dihadapi siswa dalam
belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Untuk itu peneliti
membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain dengan tes,
observasi, dan dokumentasi.Triangulasi data dilakukan dengan cara:
1) Cros ceking, Peneliti melakukan pengecekan antara hasil pengumpulan data
yang diperoleh melalui tes, observafi dan dokumentasi dengan memadukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
hasil kegitaganya. cros ceking bertujuan untuk memperoleh informasi yang
benar dan meyakinkan.
2) Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data ( setting).
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sarwiji Suwandi (2008:70) “Teknik analisis data yang digunakan
untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan
tehnik deskriptif komparatif dan tehnik analisis kritis.” Teknik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antar siklus, yaitu nilai pre test dengan pos tes siklus I, nilai pos tes siklus I
dengan nilai pos tes siklus II, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan
data kualitatif .
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data deskriptif meliputi
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui
peningkatan nilai kemampuan siswa dalam matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan pada kondisi sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sedangkan
data kualitatif untuk mengungkapkan kekurangan kinerja siswa dan guru dalam
proses pembelajaran. Analisis dilakukan setelah pengumpulan data.
G. Indikator Kinerja.
Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) “Indikator kinerja merupakan kinerja
yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian”.
Indikator keberhasilan penelitian adalah mengalami peningkatan hasil
belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dari sebelum
menggunakan alat peraga dekak-dekak pada siswa tunarungu kelas I SDLB
Negeri Taman Winangun Kebumen tahun ajaran 2009/2010. Acuan dalam
menentukan keberhasilan, adanya pencapaian indikator yang telah ditentukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
yaitu nilai hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
minimal mendapat nilai 60 (KKM) dan dicapai minimal 80% dari jumlah siswa
tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Tamanwinangun Kebumen.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakdanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Langkah langkah dari siklus
terdiri dari kegiatan perencanaan (Planning) pelaksanaan (Acting), opengamatan
(Observing). Refleksi (Reflecting).
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan meliputi tiga langkah yaitu:
1) Appersepsi
Guru menyusun beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam
tindakan.
2) Inti
Proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak
3) Penutup.
Di kahir pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan diadakan tes lisan.
b. Pelaksanaan (Acting)
1) Apersepsi
Siswa bersama guru berdoa, presensi, guru mengajak siswa menghitung
benda secara bergantian
2) Inti
Pelaksanaan belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak
3) Penutup
Pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan diakhiri
dengan diadakan tes tertulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
c. Observasi (Observing)
Pengamatan dilakukan dengan melihat data nilai hasil ulangan sebagai
kondisi awal, kemudian nilai rata-rata pada pada pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga
dekak-dekak
d. Tahap Refleksi (Reflecting).
Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap pelaksanaan proses kegiatan
pembelajaran, dan penguasaan materi pelajaran (nilai tes). Data yang
diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan
penggunaan alat peraga dekak-dekak pada pembelajaran matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan.
2. Tindakan Siklus II
a. Tahap Perencanaan (planning).
1) Identifikasi masalah setelah pelaksanaan siklus 1.
2) Melaksanakan alternatif tindakan pembelajaran dengan menggunakan
alat peraga dekak-dekak.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, buku sumber, lembar
observasi dan sebagainya).
b. Pelaksanaan (Acting).
1) Untuk mengawali kegiatan, guru melakukan apersepsi.
2) Kegiatan inti yaitu proses pembelajaran, guru mengajak siswa menghitung banyak benda dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak
menjumlahkan biji dekak-dekak dan mengurangkan biji dekak-dekak.
c. Observasi (Observing)
Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas, dengan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Adapun observasi pelaksanaan
pembelajaran oleh guru lain sebagai kolaborator, hal yang diamati antara
lain:
1) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
2) Guru selama melakukan pembelajaran matematika tentang penjumlahan
dan pengurangan.
Pengumpulan
data
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
keberhasialan
pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi (Reflecting).
1) Mengulas secara kritis tentang perubahan pada siswa, suasana kelas dan
guru saat proses pembelajaran.
2) Mendiskusikan hasil siklus I dan II dengan teman sejawat, kepala sekolah
dan guru-guru Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun
Kebumen.
3) Merumuskan hasil, baik baik keberhasilan maupun kekurangan untuk
ditindaklanjuti pada langkah-langkah penyempurnaan dan pengembangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada dua siklus:
Mata Pelajaran
: Matematika
Kompetensi Dasar
:-
Membilang banyak benda
-
Mengurutkan banyak benda
-
Melakukan penjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 20.
-
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penjumlahan dan pengurangan sampai dengan
20
Hari/Tanggal
: - Siklus I dilaksanakan tanggal 24 Mei 2010.
-
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Juni
2010
1. Diskripsi Siklus Awal
Berdasarkan hasil siklus awal dan observasi pembelajaran diperoleh fakta
yang menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan siswa tunarungu kurang berminat, karena
menganggap bahwa pelajaran matematika sangat sulit. Hasil belajar matematika
siswa rendah karena penyampaian materi pelajaran kurang menarik, siswa merasa
enggan belajar matematika, metode pembelajaran yang tidak relevan serta alat
peraga yang sangat terbatas. Akibatnya pada saat dilakukan tes, siswa tidak
mampu mengerjakan dengan baik. Setelah memperoleh data tersebut, peneliti
merencanakan studi pembelajaran yang belum dilakukan sebelumnya. Dengan
memanfaatkan alat peraga dekak-dekak dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan diharapkan hasil belajar matematika pada siswa
tunarungu kelas satu dapat meningkat. Adapun data awal nilai formatif tertera
dalam tabel berikut:
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 8. Daftar Nilai Kondisi Awal (Dokumentasi Nilai Semester II, 2010)
No
Nama
Nilai
1
OK
40
Belum tuntas
2
UM
60
Tuntas
3
RK
60
Tuntas
4
SG
50
Belum tuntas
5
RI
40
Belum tuntas
jumlah
250
Nilai rerata
50
Kriteria
Jumlah nilai tuntas 2 siswa 40 %
Jumlah siswa belum tuntas 3 siswa 60 %
60
50
40
30
NILAI
20
10
0
OK
UM
RK
SG
RI
Grafik 1. Kondisi awal
2. Diskripsi Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari
senin tanggal 24 Mei tahun 2010.
a. Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP.) beserta skenario pembelajaran yang
mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
kegiatan pembelajaran. Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu
penggunaan alat peraga dekak-dekak
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan pada siswa tunarungu kelas satu Sekolah Dasar luar Biasa Negeri
Tamanwinangun Kebumen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran matematika kelas satu.
2) Mengembangkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran
atau RPP
3) Merencanakan lembar kerja siswa sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan membilang banyak benda, mengurutkan banyak benda,
melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20
dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak untuk meningkatkan
hasil belajar matematika.
b. Tindakan
Tahap atau langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
tindakan terperinci sebagai berikut:
1) Tahap dalam mempersiapkan tindakan
Peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP,
Sumber belajar dan media belajar yang digunakan untuk mendukung
efektifitas pembelajaran.
2) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan
sesuai dengan RPP antara lain:
a) Kegiatan awal
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa mengatur
tempat duduk siswa, berdoa, absensi, menyanyi, memberikan penjelasan
tentang materi yang akan diajarkan serta mempersiapkan siswa untuk
siap belajar.
Untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa,
peneliti
menunjukkan alat peraga sambil meminta anak untuk menghitung 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
sampai 20. Dengan alat peraga diharapkan dapat memacu siswa untuk
menghitung secara spontan.Peneliti memulai pembelajaran setelah semua
siswa siap belajar.
b) Kegiatan Inti
Untuk mengawali kegiatan pembelajaran peneliti memperlihatkan
alat peraga, meyebutkan nama alat peraga diikuti oleh siswa. Kemudian
peneliti beserta siswa mengoperasikan bilangan sesuai dengan materi
pelajaran.
Penulis menuliskan lambang bilangan 1-20 kemudian diucapkan
sesuai dengan lambang bilangannya, peneliti membetulkan ucapan siswa
yang belum tepat. Misalnya: 1 diucapkan ”satu”, 2 diucapkan ”dua”, 3
diucapkan ”tiga”, 4 diucapkan ” empat”, 5 diucapkan ” lima” dan
seterusnya.
Penjumlahan Misalnya 4 + 2 = 6 diucapka empat ditambah dua
sama dengan enam dan seterusnya.
Pengurangan misalnya 12 – 5 = 7 diucapkan dua belas dikurangi
lima sama dengan tujuh dan seterusnya.
c) Kegiatan akhir.
Untuk kegiatan akhir pembelajaran pada siklus satu siswa
mengerjakan tes sebagai data peningkatan hasil belajar matematika
dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan. Untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti memberikan evaluasi serta
memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan rumah
(PR).
c. Pengamatan
Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat
sebagai observer. Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti maupun
terhadap siswa saat pelaksanaan pembelajaran dengan lembar obserrvasi yang
telah peneliti siapkan. Adapun hasil observasi terhadap siswa maupun guru
adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tabel 9: Lembar Hasil Observasi Siswa Siklus I
Mata Pelajaran
: Matematika
Hari/Tanggal
: Senin 24 Mei 2010
Fokus Observasi
: Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika
No
Nama
Memperhatikan
penjelasan
guru
Akif
dalam
tugas
Siap
menjawab
pertanyaan
Rajin
mengerjakan
soal
Keterangan
1
OK
C
B
C
B
Sedang
2
UM
B
B
B
B
Baik
3
RK
B
B
B
B
Baik
4
SG
C
C
B
C
Sedang
5
RI
C
C
B
C
Sedang
Keterangan :
A
: Baik sekali
B
: Baik
C
: Sedang
D
: Kurang
E
: Kurang sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Tabel 10. Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I
Mata Pelajaran
: Matematika
Hari / tanggal
: Senin 24 Mei 2010
Fokus Observasi
: Penguasaan Terhadap Materi dan Kelas
No
Aspek yang diobservasi
1
2
Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran
Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan
lingkungan
Menggunakan alat bantu / media
Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok
atau klasikal
Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis
Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan
isi pembelajaran
Menangani pertanyaan dan respon siswa
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan
badan
Memicu dan memelihara ketertiban siswa
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh
pengertian, dan sabar kepada siswa
Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan
Menanamkan konsep
Jumlah
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ketuntasan Mengajart
commit to user
Kemunculan
Tiap Siklus
Tdk.
Ya
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
10
5
66,67 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Setelah pembelajaran selesai, maka peneliti melaksanakan tes formatif,
adapun bentuk tes adalah sebagai berikut:
Isilah titik titik dibawah ini dengan benar !
1. 5 + 3 =….
6.
7 – 2 =….
11. 5 +4 =….
16. 7 – 4 =….
2. 6 + 4 =….
7.
8 – 3 =….
12. 6+5 =….
17. 10 – 3 =….
3. 8 + 4 =….
8.
7 – 3 =….
13. 5+5 =….
18. 13 – 3 =….
4. 4 + 3 =….
9. 14- 2 =….
14. 3+5 =….
19.15 – 5 =….
10.13 – 5 =….
15.13+3=….
20.17- 6 =….
5. 5 + 1
= ….
Kunci Jawaban:
1. 8
11.9
2. 10
12.11
3. 12
13.10
4. 7
14. 8
5. 6
15.16
6. 5
16. 3
7. 5
17. 7
8. 4
18.10
9.12
19.11
10.8
20. 9
Skor penilaian:
Skor maksimal = 20
Penentuan nilai ditentukan dengan rumus:
X
Nilai
=
x 100
20
Keterangan:
Ni = Nilai Akhir
X = Skor akhir yang diperoleh (jawaban betul)
20 = Skor maksimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Tabel 11. Daftar Nilai Siklus I
No
Nama
Nilai
1
OK
55
Belum tuntas
2
UM
70
Tuntas
3
RK
60
Tuntas
4
SG
60
tuntas
5
RI
50
Belum tuntas
Jumlah
295
Nilai rerata
59
Kriteria
Jumlah nilai tuntas 3 siswa 60 %
Jumlah siswa belum tuntas 2 siswa 40 %
70
60
50
40
30
20
10
0
OK
UM
RK
SG
RI
Grafik 2. Siklus 1
Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Jumlah nilai yang dicapai lima siswa 295
2) Nilai ratarata kelas yang dicapai 59
3) Siswa yang tuntas sebanyak tiga dari lima siswa atau 60%
4) Siswa yang belum tuntas sebanyak 2 dari lima siswa atau 40%
5) Nilai tertinggi 70diraih satu siswa, sebab aktif mengikuti pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
6) Nilai terendah 50 diraih satu siswa.sebab siswa tidak ada minat terhadap
pelajaran matematika.
d. Refleksi
Kegiatan pada siklus satu belum berhasil karena masih terdapat dua
siswa dari lima siswa yang memiliki nilai dibawah enam.sedangkan tiga siswa
telah dinyatakan tuntas atau 60% dinyatakan tuntas. Pada indikator
peningkatan matematika dinyatakan berhasil jika kriteria minimal 80 % dari
jumlah siswa tuntas atau mendapat nilai 6 (enam).
Selanjutnya
peneliti
bersama
observer
mendiskusikan
hasil
pengamatan dan hasil tes formatif, maka ditemukan penyebab ketidak tuntasan
dalam kemampuan matematika tentang penjumlahan dan pengurangan karena:
1) Peneliti dalam menyampaikan pembelajaran kurang optimal.
2) Adanya siswa yang senang bermain-main sendiri saat pembelajaran
berlangsung.
3) Bimbingan individu masih kurang.
4) Perhatian dan keaktifan siswa kurang maksimal
3. Diskripsi Siklus II
Pembelajaran siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I pelaksanaan
penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Juni 2010.
a. Perencanaan
Sesuai dengan hasil refleksi dan temuan pada siklus I kemampuan
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan masih rendah, yaitu belum
tercapainya indikator yang telah ditentukan yaitu 80% dari jumlah siswa tuntas
belajar. Maka pada siklus II peneliti memperbaiki tindakan dalam
pembelajaran serta berusaha untuk menarik perhatian siswa dengan
menggunakan alat peraga dekak-dekak dan mengadakan pendekatan secara
individual.
b. Tindakan
1) Kegiatan awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa mengatur
tempat duduk siswa, berdoa, absensi, menyanyi. Memberikan penjelasan
tentang materi yang akan diajarkan serta mempersiapkan siswa untuk siap
belajar.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menunjukkan
alat peraga dekak-dekak sambil meminta anak untuk menghitung 1 sampai
20. Dengan alat peraga dekak-dekak tersebut diharapkan dapat memacu
siswa untuk menghitung secara spontan. Peneliti memulai pembelajaran
setelah semua siswa siap belajar.
2) Kegiatan Inti
Untuk mengawali kegiatan pembelajaran peneliti memperlihatkan
alat peraga dekak-dekak, meyebutkan nama alat peraga dekak-dekak diikuti
oleh siswa. Kemudian peneliti
beserta siswa mengoperasikan bilangan
sesuai dengan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga dekakdekak
Penulis menuliskan lambang bilangan 1-20 kemudian diucapkan
sesuai dengan lambang bilangannya, peneliti membetulkan ucapan siswa
yang belum tepat. Misalnya 1 diucapkan ”satu”, 2 diucapkan ”dua” , 3
diucapkan ”tiga”, 4 diucapkan ” empat”, 5 diucapkan ” lima” dan
seterusnya. Penjumlahan Misalnya 4 + 2 = 6 diucapka empat ditambah dua
sama dengan enam danseterusnya. Pengurangan misalnya 12 – 5 = 7
diucapkan dua belas dikurangi lima sama dengan tujuh dan seterusnya.
3) Kegiatan akhir.
Untuk kegiatan akhir pembelajaran pada siklus dua siswa
mengerjakan tes formatif dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah
dipersiapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti memberikan
evaluasi serta memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan
rumah ( PR).
c. Pengamatan
Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat
sebagai observer. Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
terhadap siswa saat pelaksanaan pembelajaran dengan mengisi lembar
observasi yang telah peneliti siapkan. Adapun hasil observasi terhadap siswa
maupun guru adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Observasi Siswa Siklus II
Mata Pelajaran : Matematika
Hari/Tanggal
: Kamis, 10 Juni 2010
Fokus Observasi : Penguasaan terhadap materi pelajaran matematika
No
Nama
Memperhatikan
penjelasan
guru
Akif dalam
tugas
Siap
menjawab
pertanyaan
Rajin
mengerjakan
soal
Keterangan
1
OK
B
B
C
B
Baik
2
UM
B
B
B
B
Baik
3
RK
B
B
B
B
Baik
4
SG
B
C
B
B
Baik
5
RI
B
C
C
B
Sedang
Keterangan :
A
: Baik sekali
B
: Baik
C
: Sedang
D
: Kurang
E
: Kurang sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Tabel 13. Hasil Observasi Guru Siklus II
Mata Pelajaran : Matematika
Hari / tanggal
: Kamis 27 Mei 2010
Fokus Observasi : Penguasaan Terhadap Materi pelajaran Matematika dan Kelas
No
Aspek yang diobservasi
1
2
Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran
Pembelajaran sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan
lingkungan
Menggunakan alat bantu / media
Melaksanakan pembelajaran secara individual, kelompok
atau klasikal
Melaksanakan pembelajaran sesuai urutan yang logis
Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan
isi pembelajaran
Menangani pertanyaan dan respon siswa
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan
badan
Memicu dan memelihara ketertiban siswa
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh
pengertian, dan sabar kepada siswa
Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangan
Menanamkan konsep
Jumlah
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ketuntasan Mengajar
commit to user
Kemunculan
Tiap Siklus
Tdk.
Ya
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
20
-
100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Setelah pembelajaran selesai, maka peneliti melaksanakan tes formatif, adapun
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 14 : Hasil tes formatif siklus II
No
Nama
Nilai
Kriteria
1
OK
60
Tuntas
2
UM
75
Tuntas
3
RK
80
Tuntas
4
SG
70
Tuntas
5
RI
65
Tuntas
jumlah
350
Nilai rerata
70
Jumlah nilai tuntas 5 siswa 100 %
Jumlah siswa belum tuntas 0 siswa / 0%
80
70
60
50
40
30
20
10
0
OK
UM
RK
SG
RI
Grafik 3. Hasil Nilai formatif siklus II
Dari hasil tes formatif siklus II dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Jumlah nilai yang dicapai lima siswa 350
2) nilai ratarata kelas yang dicapai 70
3) siswa yang tuntas sebanyak lima dari lima siswa atau 100%
4) Siswa yang belum tuntas 0 (0%)
5) Nilai tertinggi 75 diraih satu siswa, sebab aktif mengikuti pelajaran
6) Nilai terendah 60 diraih satu siswa.sebab siswa tdak ada minat terhadap
pelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
d. Refleksi
Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer tentang pemanfaatan alat
peraga dekak-dekak untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa
tunrungu Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun Kebumen Tahun
ajaran 2009/2010 maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II
telah berhasil karena tingkat ketuntasannya mencapai 100 %, lima dari lima
siswa telah tuntas. Sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka
tindakan siklus II tidak dilanjutkan karena sudah berhasil.
B. Hasil Penelitian
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling sulit dirasakan
oleh siswa, khususnya siswa yang pada umumnya takut dan tidak senang terhadap
pelajaran matematika. Anak akan merasa senang jika tidak kesulitan dalam
mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang baik. Penulis ingin mengubah sikap
siswa agar menyenangi pelajaran matematika.
Di bawah ini tabel tes formatif siswa dari dua siklus dibandingkan
dengan hasil pre test.
Tabel 15. Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika pada Saat Pre Test,
Siklus I, dan Siklus II
No
Nama
Pre Test
Siklus I
Siklus II
1
OK
40
55
60
2
UM
60
70
75
3
RK
60
60
80
4
SG
50
60
70
5
RI
40
50
60
Berdasarkan tabel 15 dapat kita lihat hasil perubahan nilai yang dicapai
siswa pada tiap-tiap siklus, sebagian besar mengalami kenaikan. Kita dapat
mengetahui dari data tersebut di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
1. Pada saat pre test, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 3 siswa dari 5
siswa dengan tingkat prosentase 60 %.
2. Pada siklus I, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 2 siswa dari 5 siswa
dengan tingkat prosentase 40%
3. Pada siklus kedua, dari lima siswa tuntas belajar semua, yang belum tuntas
tidak ada, dengan prosentase 0 %.
Dari kelima siswa, mulai dari pre test sampai siklus kedua mengalami
kenaikan yang cukup memuaskan. Hal ini dapat kita lihat dengan data berikut :
1) Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 3 siswa dari 5 siswa atau 60%
2) Pada siklus II yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa dari 5 siswa atau
sebesar 100%.
Tabel 16. Hasil Rekap Nilai Matematika Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus
II.
Siswa tuntas
No
Siswa belum tuntas
Uraian
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Kondisi awal
2
40
3
60
2
Siklus I
3
60
2
40
3
Siklus II
5
100
-
0
Hasil perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan pada siklus kedua menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini
disebabkan pada perbaikan pembelajarannya, guru lebih cermat dan mengetahui
secara khusus berdasarkan perbaikan pembelajaran pada siklus sebelumnya.
Hasil perbaikan pembelajaran matematika siswa kelas B I dari segi
ketuntasan dapat dilihat pada grafik 4 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
80
70
60
50
nilai kondisi awal
40
Nilai siklis I
30
Nilai siklus II
20
10
0
OK
UM
RK
SG
RI
Grafik 4. Peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan siswa dari kondisi awal sampai siklus II
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada siklus pertama terjadi peningkatan prestasi, karena jumlah siswa
yang tuntas belajar meningkat dibanding pada study awal. Dari 2 siswa yang
tuntas pada study awal menjadi 3 siswa pada siklus pertama. Perkembangan
kognitif siswa Tunarungu kelas I semester II Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
Tamanwinangun Kebumen hampir sama dengan perkembangan kognitif anak
normal usia SD yaitu berada pada tahap perkembangan operasional kongkret.
Siswa lebih mudah memahami, jika menggunakan obyek-obyek konkrit
dan siswa terlibat langsung didalamnya. Pembelajaran matematika tentang
penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak
dapat menarik perhatian siswa dan lebih berhasil, sebab siswa lebih tertarik pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak.
Menurut Ensiklopedia of Educations Researt (Rusna Ristasa, 1998 : 15)
“Nilai dari alat peraga pendidikan adalah melaksanakan dasar-dasar berpikir
konkrit dan mengurangi verbalisme”.
Pada siklus kedua menunjukkan peningkatan keberhasilan dari 3 siswa
yang tuntas belajar pada siklus pertama, menjadi 5 siswa atau semua siswa tuntas
belajar. Hal ini karena dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan
pengurangan menggunakan alat peraga dekak-dekak siswa dapat mengoperasikan
secara langsung dengan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Dengan menggunakan alat peraga dekak-dekak dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dapat memotivasi siswa dalam
belajar. Jadi pembelajaran matematika tentang Penjumlahan dan pengurangan
menggunakan alat peraga dekak-dekak dapat berhasil terbukti adanya perubahanperubahan pada setiap siklusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan pembelajaran yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan alat peraga dekak-dekak dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan
pada siswa tunarungu kelas I Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Tamanwinangun
Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang ada di lapangan maka
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi kembaga atau sekolah diharapkan dalam pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan memanfaatkan alat peraga dekak-dekak.
2. Siswa dibimbing untuk menemukan sendiri cara mengoperasikan alat peraga
dekak-dekak dalam menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan
dengan benar.
commit63to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
DAFTAR PUSTAKA
Aristo Rahadi, 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Tenaga Pendidikan.
Basuki Wibawa, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Tenaga Kependidikan.
Depdiknas, 2006. Pedoman Tim Pemilihan Alat Peraga/Praktek Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Menejemen Pendidikan dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Direktorat PLB, 2003. Buku 2 Identifikasi Anak Luar Biasa. Jakarta : Rirek PLB
Rirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
_____. http://www.ditplb.or.id.profile.php?id-44.
Ekodjatmiko Sukarso, 2006. Standar Kompetenswi dan Kompetensi Dasar.
SMPLB C. Jakarta: Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Emi Dasiemi, 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Surakarta UNS.
Ibrahim Bafadal. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Jakarta : Depdikbud.
Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Moh. Amin, 1995. Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung : Depdikbud.
Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Muji Darmanto, 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD kelas 5. Jakarta:
Erlangga.
Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta..
Mulyono dan Sudjadi, 1994. Ortopedagogik Umum. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Tinggi.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik, 1986. Media Pendidikan : Bandung : Citra Aditya Bhakti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Pernamanian Somad dan Tati Hernawati, 2004. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu.
Bandung: Depdikbud.
Sam Isbani, 1989. Ortopedagodik Pendidikan Khusus Anak Subnormal Mental.
Surakarta Sebelas Maret University Press.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Satmoko Busi Santoso. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak ...?!.
Yogyakarta: Diva Press.
Sri Anitah. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama
dengan FKIP UNS.
Sugiarta dan Isti Hidayah, 2008. Buku Petunjuk Penggunaan Alat peraga
Matematika untuk Pendidikan Dasar. Semarang: Unit Usaha “Mebelika”
Laboratorium Matematika UNES.
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
_____. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukarno, 2007. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Program Studi
Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Gramedia.
Udin S. Winataputra. dkk, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Semarang : CV. Aneka Ilmu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
1.
6.
2.
.7
3.
8.
4.
9.
5.
10
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
11
12
13
16
17
18
19
14
15
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Kunci Jawaban:
1= 8
6=3
11=9
16=3
2=9
7=5
12=11
17=5
3=8
8=5
13=10
18=9
4=7
9=12
14=8
19=5
5=6
10=8
15=13
20=11
commit to user
Download