Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti PENGARUH TERAPI MUSIK AMBIENT TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN Septyan Pratama, Imas Damayanti Program Studi Ilmu Keolahragaan Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tentang pengeruh terapi musik ambient terhadap penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terapi musik ambient memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan model penelitian Quasi Eksperiment dengan bentuk nonequivalent control group design dimana penelitian ini melbatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat perlakuan terapi musik ambient, sedangkan kelopok kontrol mendapat sugesti untuk merilekskan tubuh dan pikiran tanpa mendengarkan musik. Sampel yang digunakan yaitu atlet cabang olahraga Panahan PPLP Jawa Barat sebanyak 12 orang yang diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil analisis data menunjukan penurunan tingkat kecemasan yang siginifikan pada kelompok eksperimen dengan nilai signifikansi p = 0.002 < 0.05 yaitu mengalami penuruan sebesar 16.94%, maka H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi musik ambient terhadap penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. Kata Kunci : : Kecemasan, Terapi musik, Musik ambient, Olahraga Panahan. PENDAHULUAN Panahan masuk dalam jenis cabang olahraga yang menggunakan alat yaitu berupa busur dan anak panah. Dalam olahraga ini pemain atau atlet dituntut untuk bisa menembakan anak panahnya menggunakan busur guna mengenai sasaran pada jarak tertentu. Di Indonesia sendiri panahan sudah dikenal sejaka lama, walaupum belum bisa dipastikan kapan tepatnya panahan masuk ke Indonesia. Dalam olahraga panahan selain membutukan kondisi fisik dan penguasaan teknik dasar yang baik, pemanah juga harus memiliki kesehatan dan ketahanan mental yang baik, karena pada saat menentukan sasarannya pemanah dituntut untuk mampu berkonsentrasi dan fokus. Maka pemanah di anjurkan untuk terus melatih pikirannya agar tetap sehat dan fokus terhadap tugas yang sedang dihadapi. Komarudin (2013, hlm. 34) mengatakan bahwa: “pemanah yang kontinu melatih pikirannya supaya tetap fokus terhadap tugas yang sedang dihadapi, maka dia akan mendapatkan skor yang lebih baik tatkala berada dalam kondisi tidak menentu yang bisa mengganggu pikirannya”. Salah satu faktor yang bisa mengganggu pikiran tersebut adalah kecemasan, yang 108 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti biasanya timbul karena tuntutan untuk bisa memberikan penampilan yang baik dan mencetak skor yang tinggi guna meraih gelar juara sehingga menjadikan ketegangan emosi atau kecemasan yang berlebih terhadap pemanah. Penelitian sebelumnya oleh (Lim, 2016) mengatakan “....as the anxiety level increased, performance during the competition decreased (p < 0.01).” yaitu saat tingkat kecemasan meningkat, performa selama kompetisi pun mnurut. Kecemasan ini akan menyertai disetiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Sebenarnya kecemasan merupakan kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Menurut Richard Streers & Stewart Black 1994 dalam Ibrahim dan Komarudin (2008: 243). “kecemasan adalah suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya yang mengancam. Jadi, rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang tidak memiliki respons yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.” Masalah kecemasan ini bukan tidak mungkin untuk diatasi. Banyak cara yang bisa dilakukan dan tiap-tiap individu memiliki cara masing-masing untuk mengatasinya. Para peneliti pun sudah banyak menemukan metodemetode yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan tersebut. Salah satu dari banyak metode itu adalah menggunakan terapi musik. Djohan (2005: 223) “penggunaan musik sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal, kreativitas dan rasa alamiah dari musik menjadi fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri, komunikasi, dan pertumbuhan”. Musik menurut Aizid (2011: 102) “diyakini dapat digunakan untuk relaksasi, meringankan stress, dan mengurangi kecemasan karena musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi, yang terdiri atas melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya”. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa musik mampu mengurangin kecemasan dan membantu untuk masuk dalam keadaan rileks, (Chyn-Yng Yang, 2012) “Music therapy can relieve anxiety in hospitalized psychiatric patients and help them achieve a state of relaxation”. (Wiramihardja, 2005) Beberapa peneliti mengatakan bahwa musik klasik seperti musik-musik yng dimainkan oleh Bach, Mozart, Bethoven, dan lainnya bisa dijadikan sebagai media terapi penurunan stress dan kecemasan, seperti yang dijelaskan oleh Aizid (2011: 99) “seseorang yang sering mendengarkan musik, khususnya musik klasik atau musik-musik yang menenangkan jiwa, maka kemungkinan untuk mengalami stress dan kecemasan sangat kecil”. Namun dari penjabaran diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak hanya musik klasik yang dapat digunakan sebagai media untuk mengurangi kadar kecemasan, melainkan juga jenis-jenis musik yang menenangkan jiwa. Salah satu jenis musik yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan musik klasik adalah musik Ambient. Menurut (Prendergast, 2001) menjelaskan bahwa “Ambient music is a genre of music that puts an emphasis on tone and atmosphere over traditional musical structure or rhythm”, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan bahwa musik ambient adalah genre atau jenis musik yang menempatkan penekanan nada dan suasana terhadap struktur dan irama music tradisional. Salah satu lagu dari jenis ini yang bisa digunakan adalah lagu yang diciptakan oleh Marconi Union dengan judul “Weightless”, bahkan lagu ini oleh para peneliti dan media terkemuka telah diklaim sebagai lagu atau musik yang paling menenangkan di dunia. Lagu ini dipercaya mampu memperlambat ritme pernafasan dan mengurangi aktivitas otak sehingga membuat oarang yang mendengarkannya menjadi rileks,“It slows your breathing and reduces brain activity to such an extent that Weightless, written by Manchester band Marconi Union, is said to be the most relaxing song ever” (The Telegraph, 2011). 109 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa lagu ini memperlambat ritme pernafasan dan mengurangi aktivitas otak anda sehingga “weightless”, yang ditulis oleh band grup musik dari Manchester Marconi Union dikatakan sebagai lagu yang paling menenangkan yang pernah dibuat. Lagu ini telah diteliti menggunakan teknologi terkini dan dibandingkan dengan banyak lagu menenangkan lainnya seperti Enya dan Mozart, “Scientists played the song to 40 women and found it to be more effective at helping them relax than songs by Enya, Mozart and Coldplay. They were then played different songs as their heart rate, blood pressure, breathing and brain activity were recorded” (The Telegraph, 2011), yaitu bahwa para ilmuan telah memperdengarkan lagu ini kepada 40 wanita dan menemukan bahwa lagi ini lebih efektif dalam membantu mereka untuk relax dibandingkan dengan lagu dari Enya, Mozart, dan Coldplay. Mereka kemudian diperdengarkan beberapa lagu berbda sedangkan secara bersamaan denyut jantung, tekanan darah, ritme pernafasan dan aktivitas mereka direkam dan di amati. Para peneliti pun mengklaim bahwa lagu ini adalah lagu paling menenangkan di dunia ”Studies found Weightless was 11 per cent more relaxing than any other song and even made many of the women "drowsy" in the lab. It induced a 65 per cent reduction in overall anxiety and brought them to a level 35 per cent lower than their usual resting rates” (The Telegraph, 2011). Banyak penelitian telah menemukan bahwa “weightless” 11 persen lebih menenangkan dibandingkan dengan lagu yang lain dan bahkan menyebabkan banyak dari perempuan didalam lab merasa "mengantuk". Ini disebabkan penurunan sebesar 65 persen dari tingkat kecemasan yang membawa mereka pada 35% lebih rendah dari tingkat istirahat biasa mereka. “lagu ini dimulai pada 60 bit per menit (bpm) kemudian secara bertahap melambat menjadi sekitar 50 bpm, dimana detak jantung pendengar secara otomatis menurun sejalan dengan bit lagu. Proses ini dikenal sebagai entrainment dan dibutuhkan sekitar lima menit untuk melakukan proses tersebut, itu menjelaskan mengapa lagu harus berdurasi cukup lama yaitu 8 menit. Lyz menambahkan, bahwa perlambatan lembut tersebut membawa perasaan tenang untuk tubuh, menstimulasi jantung, pernapasan, tekanan darah dan gelombang otak ke dalam keadaan relaks.” (Lyz cooper dalam Gerges, 2011) Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa musik Ambient bisa bekerja lebih baik dalam penurunan kecemasan dibandingkan dengan musik jenis lain termasuk jenis musik klasik dan penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai terapi musik Ambient terhadap penurunan kecemasan guna menunjang performa atlet. Oleh karena itu penelitian ini pun dilakukan dan mengambil judul. Pengaruh terapi musik Ambient terhadap penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan model penelitian quasi eksperimen berbentuk non-equivalent control group design. penelitian quasi eksperimen ini melibatkan dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut sama-sama melakukan pre test daan post test, akan tetapi mendapat perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen mendapat perlakuan terapi musik ambient, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan sugesti untuk merilekskan tubuh dan fikiran tanpa mendengarkan musik selama durasi yang telah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet panahan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Jawa Barat (PPLP Jabar) tahun 2016. Sedangkan sampel diambil dengan teknik sampling jenuh, yaitu mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sebagai sampel, yakni atlet panahan PPLP Jabar tahun 2016 sejumlah 12 atlet (6 110 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti putra dan 6 putri). Pengambilan sampel ini berdasarkan anggapan bahwa atlet pelatda panahan PPLP Jabar mempunyai program latihan yang terencana baik latihan fisik maupun teknik. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah , mp3 player, dan angket kecemasan Sport sompetition anxiety test oleh (Marteens, 1977). Penelitian dilakukan selama 7 hari, yaitu 1 hari pre-test, 5 hari treatment, dan 1 hari posttest. Data dianalisis menggunakan teknik paired sample t-test dan independent sample t-test HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan selesainya pengujian hipotesis penelitian, maka bisa di ketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara atlet yang mendapat perlakuan terapi musik ambient pada kelompok eksperimen dan yang tidak mendapat perlakuan terapi musik pada kelompok kontrol Penelitian ini terlaksana dalam kurun waktu 7 hari, yaitu satu hari tes awal, 5 hari pemberian perlakuan, dan satu hari tes akhir. Penelitian dilakukan di sekretariat cabang olahraga panahan KONI Jawa Barat. Pada hari pertama setelah sesi latihan selesai, atlet berkumpul untuk diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan diberikan pengarahan untuk selanjutnya melakukan tes awal yaitu mengisi angket guna mengetahui tingkat kecemasan masing-masing sampel. Setelah melakukan tes awal sampel dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kecemasan sampel. Pemberian perlakuan diberikan kepada sampel selama periode 5 hari berturut-turut pada saat sebelum sampel melakukan sesi latihan rutin. Sampel pada kelompok eksperimen di berikan terapi musik ambient sedangkan pada kelompok kontrol diberikan sugesti untuk merilekskan tubuh dan fikiran selama durasi 8 menit tanpa mendengarkan musik. Setelah periode pemberian perlakuan selesai maka atlet di berikan tes akhir untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Setelah pengolahan data, didapatkan hasil bahwa atlet yang berada pada kelompok eksperimen memiliki kecenderungan penurunan kecemasan yang lebih baik daripada atlet yang berada pada kelompok kontrol. Berikut adalah grafik penurunan kecemasan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 30 25 20 15 10 5 0 25 25 23 23 21 20 20 20 18 19 18 17 18 18 17 17 18 17 16 16 16 16 14 14 Tes Awal Tes dan Akhirtes akhir Grafik 4. 1 hasil tes awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sampel yang berada dalam kelompok eksperimen secara keseluruhan setelah diberikan perlakuan terapi musik Ambient mengalami penurunan tingkat kecemasan yang signifikan, sedangkan sampel pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan terapi musik ambient melainkan sugesti untuk merilekskan tubuh dan fikiran dalam ruangan dengan durasi waktu selama 8 menit tanpa mendengarkan musik juga mengalami penurunan tingkat kecemasan tetapi lebih cenderung rendah jika dibandingkan dengan sampel pada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen memiliki kecenderungan penurunan tingkat kecemasan yang leih besar daripada kelompok kontrol dikarenakan sampel pada kelompok kontrol tidak mendapatkan stimulus yang sama seperti yang didapatkan oleh sampel pada kelompok eksperimen yang mampu membawa mereka ketitik dimana mereka merasakan ketenangan yaitu musik dengan jenis ambient dari grup 111 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti musik marconi union dengan judul “weightless”. “lagu ini dimulai pada 60 bit per menit (bpm) kemudian secara bertahap melambat menjadi sekitar 50 bpm, dimana detak jantung pendengar secara otomatis menurun sejalan dengan bit lagu. Proses ini dikenal sebagai entrainment dan dibutuhkan sekitar lima menit untuk melakukan proses tersebut, itu menjelaskan mengapa lagu harus berdurasi cukup lama yaitu 8 menit. Lyz menambahkan, bahwa perlambatan lembut tersebut membawa perasaan tenang untuk tubuh, menstimulasi jantung, pernapasan, tekanan darah dan gelombang otak ke dalam keadaan relaks.” (Lyz cooper dalam Gerges, 2011). Musik juga diketahui mampu mengubah persepsi seseorang tentang sesuatu. Penelitian sebelumnya oleh (Kevin Kantono, 2015) mengungkapkan bahwa musk bahkan mampu merubah persepsi seseorang tentang rasa makana “The TDS difference curves showed significant differences between gelati samples and music conditions (p<0.05). Sweetness was perceived more dominant when neutral and liked music were played, while bitterness was more dominant for disliked music” atau dalam bahasa Indosesia berarti ”Kurva perbedaan TDS menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sampel Gelati dan kondisi musik (p <0,05). Rasa manis dianggap lebih dominan ketika musik netral dan yang disukai dimainkan, sementara rasa pahit lebih dominan untuk musik yang tidak disukai” Persepsi adalah proses atau keadaan dimana seseorang mengenali, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterima oleh indra. Suharman (2005: 23) menyatakan bahwa “persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia” Persepsi seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh banyak hal, dan kecemasan adalah salah satu faktor yang bisa mendistorsi persepsi seseorang. Orang dengan tingkat kecemasan yang tinggi cenderung memandang realita dengan cara yang berbeda, misal ketika menghadapi bahaya seperti digigit anjing, orang dengan kecemasan yang normal atau tanpa gangguan kecemasan akan mengeneralisasi memori sehingga tanda-tanda peringatan muncul saat menghadapi kejadian yang sama di masa depan, sedangdan orang dengan tingkat kecemasan tinggi atau gangguan kecemasan akan cenderung over generalisasi kejadian tersebut sehingga dengan hanya melihat anjing saja tanda-tanda peringatan muncul secara berlebihan. Seperti yang telah disebutkan bahwa persepsi seseorang dapat dirubah dengan berbagai metode terapi seperti terapi musik, dan karena persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh kecemasan sehingga dengan menurunkan tingkat kecemasan ada kemungkinan persepsi seseorang dimasa lampau yang cenderung negatif dapat dirubah ke arah yang lebih positif. Sama halnya dengan kelompok eksperimen yang mengalami penurunan tingkat kecemasan secara signifikan dikarenakan sampel dapat masuk ke dalam keadaan rileks oleh stimulus musik ambient sehingga mampu dalam rentang waktu tertentu mampu mengubah persepsi tentang kecemasan yang mereka hadapi pada saat pertandingan, kelompok kontrol pun mengalami hal yang sama dimana stimulus yang mereka dapat adalah sugesti untuk merilekskan tubuh dan fikiran. Berbeda dengan terapi musik ambient yang menstimulus seseorang melalui irama dan melodi yang menenangkan, pemberian sugesti memberi stimulus melalui perintah atau pandangan yang ditanamkan secara simultan kedalam pikiran bawah sadar seseorang sehingga jika diberikan dalam rentang waktu yang cukup lama dan terus-menerus orang tersebut akan secara tidak sadar mengikuti apa yang disampaikan oleh pemberi sugesti. Pemberian sugesti berhubungan dengan prilaku kognitif seseorang. Beberapa jenis terapi yang berbasis sugesti antara lain adalah hipnoterapi dan cognitive behavioral treatment. Studi seelumnya oleh Ady Irianto dkk pada tahun 2014 bahwa hipnoterapi bisa digunakan 112 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti sebagai metode untuk menurunkan tingkat kecemasan “Sedangkan setelah pemberian hipnoterapi didapatkan hasil tingkat kecemasan menurun menjadi skala normal sebanyak 20 responden (42,6%)” (Ady Irianto DS, 2014). Dalam penelitian ini sugesti yang diberikan tidak cukup kuat seperti yang terjadi dalam metode hipnoterapi yaitu hanya sugesti untuk merilekskan tubuh dan fikiran dalam rentang sesi dan waktu terapi yang sebentar sehingga penurunan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol cenderung lebih rendah daripada kelompok eksperimen. Dari penjelasan tersebut bisa dimengerti kenapa kelompok kontrol tidak memiliki kecenderungan penurunan kecemasan yang tinggi seperti yang dialami oleh sampel pada kelompok eksperimen karena mereka tidak mampu mencapai taraf relaks dalam waktu 8 menit tanpa mendapatkan stimulus dalam proses tersebut seperti yang didapatkan oleh sampel dalam kelompok eksperimen. Setelah data dianalsis maka selanjutnya adalah menjawab pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini adalah apakah terdapat pengeruh dari terapi musik ambient terhadap penurunan tingkat kecemasan pada cabang olahtraga panahan. Dari data yang didapat dilapangan dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan terapi musik ambient dalam periode 5 hari adalah 19.6667 dan 16.3333 yaitu mengalami penurunan tingkat kecemasan sebesar 16.94% dengan nilai signifikansi (p) = 0.002 < 0.05, sedangkan rata-rata nilai tes awal dan tes akhir kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan terapi musik ambient dalam periode 5 hari adalah 19.8333 dan 18.5000 yaitu mengalami penurunan tingkat kecemasan sebesar 6.71% dengan nilai signifikansi (p) = 0.025 < 0.05. Nilai signifikansi (p) uji independent sample t-test kedua kelompok adalah 0.017 < 0.05 (H0 ditolak, signifikan). Dari data tersebut, maka jawaban dari pertanyaan penelitian ini adalah terdapat pengeruh yang signifikan dari terapi musik ambient terhadap penurunan tinggkat kecemasan dalam cabang olahraga panahan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada BAB IV, dapat dijabarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Adapun simpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan terapi musik ambient mengalami penurunan tingkat kecemasan sebesar 16.94% dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan terapi musik ambient menalami penurunan tingkat kecemasan sebesar 6.71% 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara penurunan tingkat kecemasan terhadap kelompok eksperimen sebelum dan sesudah intervensi terapi musik ambient dilakukan. Terapi musik ambient berpengaruh positif dan signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan atlet cabang olahraga panahan PPLP Jawa Barat tahun angkatan 2016, artinya dengan melakukan terapi musik ambient secara rutin, atlet mampu menurunkan tingkat kecemasan guna performa yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 113 Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114 Septyan Pratama, Imas Damayanti Aizid, R. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jogjakarta: Laksana. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Chyn-Yng Yang, M. R.-H. (2012). The Effect of Music Therapy on Hospitalized Psychiatric Patients’ Anxiety, Finger Temperature, and Electroencephalography: A Randomized Clinical Trial. journal of Biological Research for Nursing, 197-206. Department of Physical Education & Sport Science, Democritus University of Thrace, Komotini, Greece. (2015). Psychological skills of elite archery athletes. Psychological skills of elite archery athletes, 623-628. Djohan. (2005). Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik. Kevin Kantono, N. H. (2015). Listening to music can influence hedonic and sensory perceptions of gelati. 34. Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Lim, I. S. (2016). Correlation between salivary alphaamylase, anxiety, and game records in the archery competition. Journal of exercise nutrition and biochemistry. Lyz cooper dalam Gerges, D. (2011, Oktober 18). Just don't play it while you're driving! Warning over 'most relaxing song ever created'. Dipetik Oktober 20, 2016, dari Mail Online: http://www.dailymail.co.uk Prendergast, M. (2001). The Ambient Century. Bloomcbury: USA. Satiadarma, M. P. (2004). Cerdas dengan Musik. Jakarta: Puspa Suara. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: Alfabeta. The Telegraph. (2011, Oktober 16). Band creates the 'most relaxing tune ever'. Dipetik Oktober 20, 2016, dari The Telegraph: www.telegraph.co.uk Watson, M. (2001). a short history of ambient and down tempo music. Retrieved maret 10, 2016, from ambientmusicguide.com: http://ambientmusicguide.com/history-ofambient/ Wiramihardja, S. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama. 114