pengaruh terapi musik ambient terhadap penurunan

advertisement
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
PENGARUH TERAPI MUSIK AMBIENT TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) PADA
CABANG OLAHRAGA PANAHAN
Septyan Pratama, Imas Damayanti
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tentang pengeruh terapi musik ambient terhadap penurunan
tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah terapi musik ambient memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan model penelitian Quasi Eksperiment dengan bentuk nonequivalent control group design dimana penelitian ini melbatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat perlakuan terapi musik
ambient, sedangkan kelopok kontrol mendapat sugesti untuk merilekskan tubuh dan pikiran tanpa
mendengarkan musik. Sampel yang digunakan yaitu atlet cabang olahraga Panahan PPLP Jawa
Barat sebanyak 12 orang yang diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil analisis data
menunjukan penurunan tingkat kecemasan yang siginifikan pada kelompok eksperimen dengan
nilai signifikansi p = 0.002 < 0.05 yaitu mengalami penuruan sebesar 16.94%, maka H0 ditolak
yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi musik ambient terhadap
penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang olahraga panahan.
Kata Kunci : : Kecemasan, Terapi musik, Musik ambient, Olahraga Panahan.
PENDAHULUAN
Panahan masuk dalam jenis cabang
olahraga yang menggunakan alat yaitu berupa
busur dan anak panah. Dalam olahraga ini
pemain atau atlet dituntut untuk bisa
menembakan anak panahnya menggunakan
busur guna mengenai sasaran pada jarak
tertentu. Di Indonesia sendiri panahan sudah
dikenal sejaka lama, walaupum belum bisa
dipastikan kapan tepatnya panahan masuk ke
Indonesia.
Dalam olahraga panahan selain
membutukan kondisi fisik dan penguasaan
teknik dasar yang baik, pemanah juga harus
memiliki kesehatan dan ketahanan mental yang
baik, karena pada saat menentukan sasarannya
pemanah dituntut untuk mampu berkonsentrasi
dan fokus. Maka pemanah di anjurkan untuk
terus melatih pikirannya agar tetap sehat dan
fokus terhadap tugas yang sedang dihadapi.
Komarudin (2013, hlm. 34) mengatakan bahwa:
“pemanah yang kontinu melatih pikirannya
supaya tetap fokus terhadap tugas yang sedang
dihadapi, maka dia akan mendapatkan skor yang
lebih baik tatkala berada dalam kondisi tidak
menentu yang bisa mengganggu pikirannya”.
Salah satu faktor yang bisa mengganggu
pikiran tersebut adalah kecemasan, yang
108
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
biasanya timbul karena tuntutan untuk bisa
memberikan penampilan yang baik dan
mencetak skor yang tinggi guna meraih gelar
juara sehingga menjadikan ketegangan emosi
atau kecemasan yang berlebih terhadap
pemanah. Penelitian sebelumnya oleh (Lim,
2016) mengatakan “....as the anxiety level
increased, performance during the competition
decreased (p < 0.01).” yaitu saat tingkat
kecemasan meningkat, performa selama
kompetisi pun mnurut.
Kecemasan ini akan menyertai disetiap
kehidupan manusia terutama bila dihadapkan
pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah
konflik. Sebenarnya kecemasan merupakan
kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua
orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda.
Menurut Richard Streers & Stewart Black 1994
dalam Ibrahim dan Komarudin (2008: 243).
“kecemasan adalah suatu perasaan tidak mampu
menghadapi suatu bahaya yang mengancam.
Jadi, rasa cemas atau khawatir akan muncul
ketika seseorang tidak memiliki respons yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.”
Masalah kecemasan ini bukan tidak
mungkin untuk diatasi. Banyak cara yang bisa
dilakukan dan tiap-tiap individu memiliki cara
masing-masing untuk mengatasinya. Para
peneliti pun sudah banyak menemukan metodemetode yang bisa dilakukan untuk mengurangi
tingkat kecemasan tersebut. Salah satu dari
banyak metode itu adalah menggunakan terapi
musik.
Djohan (2005: 223) “penggunaan musik
sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki,
memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan
kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal,
kreativitas dan rasa alamiah dari musik menjadi
fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri,
komunikasi, dan pertumbuhan”.
Musik menurut Aizid (2011: 102)
“diyakini dapat digunakan untuk relaksasi,
meringankan stress, dan mengurangi kecemasan
karena musik merupakan sebuah rangsangan
pendengaran yang terorganisasi, yang terdiri
atas melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya”.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
musik mampu mengurangin kecemasan dan
membantu untuk masuk dalam keadaan rileks,
(Chyn-Yng Yang, 2012) “Music therapy can
relieve anxiety in hospitalized psychiatric
patients and help them achieve a state of
relaxation”. (Wiramihardja, 2005)
Beberapa peneliti mengatakan bahwa musik
klasik seperti musik-musik yng dimainkan oleh
Bach, Mozart, Bethoven, dan lainnya bisa
dijadikan sebagai media terapi penurunan stress
dan kecemasan, seperti yang dijelaskan oleh
Aizid (2011: 99) “seseorang yang sering
mendengarkan musik, khususnya musik klasik
atau musik-musik yang menenangkan jiwa,
maka kemungkinan untuk mengalami stress dan
kecemasan sangat kecil”.
Namun dari penjabaran diatas, bisa ditarik
kesimpulan bahwa tidak hanya musik klasik
yang dapat digunakan sebagai media untuk
mengurangi kadar kecemasan, melainkan juga
jenis-jenis musik yang menenangkan jiwa. Salah
satu jenis musik yang memiliki karakteristik
yang hampir sama dengan musik klasik adalah
musik Ambient.
Menurut
(Prendergast, 2001) menjelaskan
bahwa “Ambient music is a genre of music that
puts an emphasis on tone and atmosphere over
traditional musical structure or rhythm”, atau
dalam bahasa Indonesia bisa diartikan bahwa
musik ambient adalah genre atau jenis musik
yang
menempatkan penekanan nada dan
suasana terhadap struktur dan irama music
tradisional. Salah satu lagu dari jenis ini yang
bisa digunakan adalah lagu yang diciptakan
oleh Marconi Union dengan judul “Weightless”,
bahkan lagu ini oleh para peneliti dan media
terkemuka telah diklaim sebagai lagu atau musik
yang paling menenangkan di dunia.
Lagu ini dipercaya mampu memperlambat ritme
pernafasan dan mengurangi aktivitas otak
sehingga
membuat
oarang
yang
mendengarkannya menjadi rileks,“It slows your
breathing and reduces brain activity to such an
extent that Weightless, written by Manchester
band Marconi Union, is said to be the most
relaxing song ever” (The Telegraph, 2011).
109
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa
lagu ini memperlambat ritme pernafasan dan
mengurangi aktivitas otak anda sehingga
“weightless”, yang ditulis oleh band grup musik
dari Manchester Marconi Union dikatakan
sebagai lagu yang paling menenangkan yang
pernah dibuat.
Lagu ini telah diteliti menggunakan
teknologi terkini dan dibandingkan dengan
banyak lagu menenangkan lainnya seperti Enya
dan Mozart, “Scientists played the song to 40
women and found it to be more effective at
helping them relax than songs by Enya, Mozart
and Coldplay. They were then played different
songs as their heart rate, blood pressure,
breathing and brain activity were recorded” (The
Telegraph, 2011), yaitu bahwa para ilmuan telah
memperdengarkan lagu ini kepada 40 wanita
dan menemukan bahwa lagi ini lebih efektif
dalam membantu mereka untuk relax
dibandingkan dengan lagu dari Enya, Mozart,
dan
Coldplay.
Mereka
kemudian
diperdengarkan
beberapa
lagu
berbda
sedangkan secara bersamaan denyut jantung,
tekanan darah, ritme pernafasan dan aktivitas
mereka direkam dan di amati.
Para peneliti pun mengklaim bahwa
lagu ini adalah lagu paling menenangkan di
dunia ”Studies found Weightless was 11 per cent
more relaxing than any other song and even
made many of the women "drowsy" in the lab. It
induced a 65 per cent reduction in overall
anxiety and brought them to a level 35 per cent
lower than their usual resting rates” (The
Telegraph, 2011). Banyak penelitian telah
menemukan bahwa “weightless” 11 persen lebih
menenangkan dibandingkan dengan lagu yang
lain dan bahkan menyebabkan banyak dari
perempuan didalam lab merasa "mengantuk".
Ini disebabkan penurunan sebesar 65 persen dari
tingkat kecemasan yang membawa mereka pada
35% lebih rendah dari tingkat istirahat biasa
mereka.
“lagu ini dimulai pada 60 bit per menit
(bpm) kemudian secara bertahap melambat
menjadi sekitar 50 bpm, dimana detak
jantung pendengar secara otomatis
menurun sejalan dengan bit lagu. Proses ini
dikenal
sebagai
entrainment
dan
dibutuhkan sekitar lima menit untuk
melakukan proses tersebut, itu menjelaskan
mengapa lagu harus berdurasi cukup lama
yaitu 8 menit. Lyz menambahkan, bahwa
perlambatan lembut tersebut membawa
perasaan tenang untuk tubuh, menstimulasi
jantung, pernapasan, tekanan darah dan
gelombang otak ke dalam keadaan relaks.”
(Lyz cooper dalam Gerges, 2011)
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa musik
Ambient bisa bekerja lebih baik dalam
penurunan kecemasan dibandingkan dengan
musik jenis lain termasuk jenis musik klasik dan
penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian,
khususnya penelitian mengenai terapi musik
Ambient terhadap penurunan kecemasan guna
menunjang performa atlet. Oleh karena itu
penelitian ini pun dilakukan dan mengambil
judul. Pengaruh terapi musik Ambient terhadap
penurunan tingkat kecemasan atlet pada cabang
olahraga panahan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen dengan model penelitian
quasi eksperimen berbentuk non-equivalent
control group design. penelitian quasi
eksperimen ini melibatkan dua kelompok
eksperimen, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kedua kelompok
tersebut sama-sama melakukan pre test daan
post test, akan tetapi mendapat perlakuan yang
berbeda. Kelompok eksperimen mendapat
perlakuan terapi musik ambient, sedangkan
kelompok kontrol hanya diberikan sugesti untuk
merilekskan tubuh dan fikiran tanpa
mendengarkan musik selama durasi yang telah
ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet
panahan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar
Jawa Barat (PPLP Jabar) tahun 2016. Sedangkan
sampel diambil dengan teknik sampling jenuh,
yaitu mengambil seluruh populasi untuk
dijadikan sebagai sampel, yakni atlet panahan
PPLP Jabar tahun 2016 sejumlah 12 atlet (6
110
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
putra dan 6 putri). Pengambilan sampel ini
berdasarkan anggapan bahwa atlet pelatda
panahan PPLP Jabar mempunyai program
latihan yang terencana baik latihan fisik maupun
teknik.
Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah , mp3 player, dan angket
kecemasan Sport sompetition anxiety test oleh
(Marteens, 1977).
Penelitian dilakukan selama 7 hari, yaitu
1 hari pre-test, 5 hari treatment, dan 1 hari posttest. Data dianalisis menggunakan teknik paired
sample t-test dan independent sample t-test
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan selesainya pengujian hipotesis
penelitian, maka bisa di ketahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara atlet yang
mendapat perlakuan terapi musik ambient pada
kelompok eksperimen dan yang tidak mendapat
perlakuan terapi musik pada kelompok kontrol
Penelitian ini terlaksana dalam kurun
waktu 7 hari, yaitu satu hari tes awal, 5 hari
pemberian perlakuan, dan satu hari tes akhir.
Penelitian dilakukan di sekretariat cabang
olahraga panahan KONI Jawa Barat. Pada hari
pertama setelah sesi latihan selesai, atlet
berkumpul untuk diberikan penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan dan diberikan
pengarahan untuk selanjutnya melakukan tes
awal yaitu mengisi angket guna mengetahui
tingkat kecemasan masing-masing sampel.
Setelah melakukan tes awal sampel
dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
kecemasan sampel.
Pemberian perlakuan diberikan kepada
sampel selama periode 5 hari berturut-turut pada
saat sebelum sampel melakukan sesi latihan
rutin. Sampel pada kelompok eksperimen di
berikan terapi musik ambient sedangkan pada
kelompok kontrol diberikan sugesti untuk
merilekskan tubuh dan fikiran selama durasi 8
menit tanpa mendengarkan musik.
Setelah periode pemberian perlakuan
selesai maka atlet di berikan tes akhir untuk
mengetahui
adakah
perbedaan
tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan.
Setelah pengolahan data, didapatkan hasil
bahwa atlet yang berada pada kelompok
eksperimen memiliki kecenderungan penurunan
kecemasan yang lebih baik daripada atlet yang
berada pada kelompok kontrol. Berikut adalah
grafik penurunan kecemasan kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
30
25
20
15
10
5
0
25
25
23
23
21
20
20
20
18 19 18 17
18
18
17
17 18 17
16 16
16
16
14 14
Tes Awal
Tes dan
Akhirtes akhir
Grafik 4. 1 hasil
tes awal
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa
sampel yang berada dalam kelompok
eksperimen
secara
keseluruhan setelah
diberikan perlakuan terapi musik Ambient
mengalami penurunan tingkat kecemasan yang
signifikan, sedangkan sampel pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan terapi
musik ambient melainkan sugesti untuk
merilekskan tubuh dan fikiran dalam ruangan
dengan durasi waktu selama 8 menit tanpa
mendengarkan
musik
juga
mengalami
penurunan tingkat kecemasan tetapi lebih
cenderung rendah jika dibandingkan dengan
sampel pada kelompok eksperimen.
Kelompok
eksperimen
memiliki
kecenderungan penurunan tingkat kecemasan
yang leih besar daripada kelompok kontrol
dikarenakan sampel pada kelompok kontrol
tidak mendapatkan stimulus yang sama seperti
yang didapatkan oleh sampel pada kelompok
eksperimen yang mampu membawa mereka
ketitik dimana mereka merasakan ketenangan
yaitu musik dengan jenis ambient dari grup
111
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
musik
marconi
union
dengan
judul
“weightless”.
“lagu ini dimulai pada 60 bit per menit
(bpm) kemudian secara bertahap melambat
menjadi sekitar 50 bpm, dimana detak
jantung pendengar secara otomatis
menurun sejalan dengan bit lagu. Proses ini
dikenal
sebagai
entrainment
dan
dibutuhkan sekitar lima menit untuk
melakukan proses tersebut, itu menjelaskan
mengapa lagu harus berdurasi cukup lama
yaitu 8 menit. Lyz menambahkan, bahwa
perlambatan lembut tersebut membawa
perasaan tenang untuk tubuh, menstimulasi
jantung, pernapasan, tekanan darah dan
gelombang otak ke dalam keadaan relaks.”
(Lyz cooper dalam Gerges, 2011).
Musik juga diketahui mampu mengubah
persepsi seseorang tentang sesuatu. Penelitian
sebelumnya oleh (Kevin Kantono, 2015)
mengungkapkan bahwa musk bahkan mampu
merubah persepsi seseorang tentang rasa
makana “The TDS difference curves showed
significant differences between gelati samples
and music conditions (p<0.05). Sweetness was
perceived more dominant when neutral and
liked music were played, while bitterness was
more dominant for disliked music” atau dalam
bahasa Indosesia berarti ”Kurva perbedaan TDS
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
sampel Gelati dan kondisi musik (p <0,05). Rasa
manis dianggap lebih dominan ketika musik
netral dan yang disukai dimainkan, sementara
rasa pahit lebih dominan untuk musik yang tidak
disukai”
Persepsi adalah proses atau keadaan
dimana seseorang mengenali, mengorganisasi,
dan menginterpretasikan informasi yang
diterima oleh indra. Suharman (2005: 23)
menyatakan bahwa “persepsi merupakan suatu
proses menginterpretasikan atau menafsir
informasi yang diperoleh melalui sistem alat
indera manusia”
Persepsi seseorang terhadap sesuatu
dipengaruhi oleh banyak hal, dan kecemasan
adalah salah satu faktor yang bisa mendistorsi
persepsi seseorang. Orang dengan tingkat
kecemasan yang tinggi cenderung memandang
realita dengan cara yang berbeda, misal ketika
menghadapi bahaya seperti digigit anjing, orang
dengan kecemasan yang normal atau tanpa
gangguan kecemasan akan mengeneralisasi
memori sehingga tanda-tanda peringatan
muncul saat menghadapi kejadian yang sama di
masa depan, sedangdan orang dengan tingkat
kecemasan tinggi atau gangguan kecemasan
akan cenderung over generalisasi kejadian
tersebut sehingga dengan hanya melihat anjing
saja tanda-tanda peringatan muncul secara
berlebihan.
Seperti yang telah disebutkan bahwa
persepsi seseorang dapat dirubah dengan
berbagai metode terapi seperti terapi musik, dan
karena persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh
kecemasan sehingga dengan menurunkan
tingkat kecemasan ada kemungkinan persepsi
seseorang dimasa lampau yang cenderung
negatif dapat dirubah ke arah yang lebih positif.
Sama halnya dengan kelompok eksperimen
yang mengalami penurunan tingkat kecemasan
secara signifikan dikarenakan sampel dapat
masuk ke dalam keadaan rileks oleh stimulus
musik ambient sehingga mampu dalam rentang
waktu tertentu mampu mengubah persepsi
tentang kecemasan yang mereka hadapi pada
saat pertandingan, kelompok kontrol pun
mengalami hal yang sama dimana stimulus yang
mereka dapat adalah sugesti untuk merilekskan
tubuh dan fikiran. Berbeda dengan terapi musik
ambient yang menstimulus seseorang melalui
irama dan melodi yang menenangkan,
pemberian sugesti memberi stimulus melalui
perintah atau pandangan yang ditanamkan
secara simultan kedalam pikiran bawah sadar
seseorang sehingga jika diberikan dalam rentang
waktu yang cukup lama dan terus-menerus
orang tersebut akan secara tidak sadar mengikuti
apa yang disampaikan oleh pemberi sugesti.
Pemberian sugesti berhubungan dengan
prilaku kognitif seseorang. Beberapa jenis terapi
yang berbasis sugesti antara lain adalah
hipnoterapi dan cognitive behavioral treatment.
Studi seelumnya oleh Ady Irianto dkk pada
tahun 2014 bahwa hipnoterapi bisa digunakan
112
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
sebagai metode untuk menurunkan tingkat
kecemasan “Sedangkan setelah pemberian
hipnoterapi didapatkan hasil tingkat kecemasan
menurun menjadi skala normal sebanyak 20
responden (42,6%)” (Ady Irianto DS, 2014).
Dalam penelitian ini sugesti yang diberikan
tidak cukup kuat seperti yang terjadi dalam
metode hipnoterapi yaitu hanya sugesti untuk
merilekskan tubuh dan fikiran dalam rentang
sesi dan waktu terapi yang sebentar sehingga
penurunan tingkat kecemasan pada kelompok
kontrol cenderung lebih rendah daripada
kelompok eksperimen.
Dari penjelasan tersebut bisa dimengerti
kenapa kelompok kontrol tidak memiliki
kecenderungan penurunan kecemasan yang
tinggi seperti yang dialami oleh sampel pada
kelompok eksperimen karena mereka tidak
mampu mencapai taraf relaks dalam waktu 8
menit tanpa mendapatkan stimulus dalam proses
tersebut seperti yang didapatkan oleh sampel
dalam kelompok eksperimen.
Setelah data dianalsis maka selanjutnya
adalah menjawab pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian ini adalah apakah terdapat
pengeruh dari terapi musik ambient terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada cabang
olahtraga panahan. Dari data yang didapat
dilapangan dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tes
awal dan tes akhir kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan terapi musik ambient dalam
periode 5 hari adalah 19.6667 dan 16.3333 yaitu
mengalami penurunan tingkat kecemasan
sebesar 16.94% dengan nilai signifikansi (p) =
0.002 < 0.05, sedangkan rata-rata nilai tes awal
dan tes akhir kelompok kontrol yang tidak diberi
perlakuan terapi musik ambient dalam periode 5
hari adalah 19.8333 dan 18.5000 yaitu
mengalami penurunan tingkat kecemasan
sebesar 6.71% dengan nilai signifikansi (p) =
0.025 < 0.05. Nilai signifikansi (p) uji
independent sample t-test kedua kelompok
adalah 0.017 < 0.05 (H0 ditolak, signifikan).
Dari data tersebut, maka jawaban dari
pertanyaan penelitian ini adalah terdapat
pengeruh yang signifikan dari terapi musik
ambient
terhadap
penurunan
tinggkat
kecemasan dalam cabang olahraga panahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis
data yang telah diuraikan pada BAB IV, dapat
dijabarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan. Adapun simpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Kelompok eksperimen yang mendapat
perlakuan terapi musik ambient mengalami
penurunan tingkat kecemasan sebesar 16.94%
dan kelompok kontrol yang tidak mendapat
perlakuan terapi musik ambient menalami
penurunan tingkat kecemasan sebesar 6.71%
2. Terdapat pengaruh yang signifikan
antara penurunan tingkat kecemasan terhadap
kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
intervensi terapi musik ambient dilakukan.
Terapi musik ambient berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
penurunan
tingkat
kecemasan atlet cabang olahraga panahan PPLP
Jawa Barat tahun angkatan 2016, artinya dengan
melakukan terapi musik ambient secara rutin,
atlet mampu menurunkan tingkat kecemasan
guna performa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
113
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
108-114
Septyan Pratama, Imas Damayanti
Aizid, R. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jogjakarta: Laksana.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chyn-Yng Yang, M. R.-H. (2012). The Effect of Music Therapy on Hospitalized
Psychiatric Patients’ Anxiety, Finger Temperature, and Electroencephalography: A
Randomized Clinical Trial. journal of Biological Research for Nursing, 197-206.
Department of Physical Education & Sport Science, Democritus University of Thrace,
Komotini, Greece. (2015). Psychological skills of elite archery athletes.
Psychological skills of elite archery athletes, 623-628.
Djohan. (2005). Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.
Kevin Kantono, N. H. (2015). Listening to music can influence hedonic and sensory
perceptions of gelati. 34.
Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lim, I. S. (2016). Correlation between salivary alphaamylase, anxiety, and game records in
the archery competition. Journal of exercise nutrition and biochemistry.
Lyz cooper dalam Gerges, D. (2011, Oktober 18). Just don't play it while you're driving!
Warning over 'most relaxing song ever created'. Dipetik Oktober 20, 2016, dari
Mail Online: http://www.dailymail.co.uk
Prendergast, M. (2001). The Ambient Century. Bloomcbury: USA.
Satiadarma, M. P. (2004). Cerdas dengan Musik. Jakarta: Puspa Suara.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
The Telegraph. (2011, Oktober 16). Band creates the 'most relaxing tune ever'. Dipetik
Oktober 20, 2016, dari The Telegraph: www.telegraph.co.uk
Watson, M. (2001). a short history of ambient and down tempo music. Retrieved maret 10,
2016, from ambientmusicguide.com: http://ambientmusicguide.com/history-ofambient/
Wiramihardja, S. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama.
114
Download