RASIONALITAS TERAPI ANTIBIOTIK UNTUK TERAPI DIARE PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh : IDA AYU PEBRINA K 100100162 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015 1 RASIONALITAS TERAPI ANTIBIOTIK UNTUK TERAPI DIARE PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD “X” SURAKARTA TAHUN 2014 RATIONALITY TREATMENT OF ANTIBIOTICS FOR TREATMENT OF DIARRHEA IN ADULT PATIENTS IN THE INSTALLATION INPATIENT HOSPITAL “X” SURAKARTA 2014 Ida Ayu Pebrina*, Suharsono dan Suprapto Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Email : [email protected] ABSTRAK Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Terapi antibiotik untuk diare yang tepat agar dapat memperpendek durasi penyakit dan mengurangi morbiditas di beberapa bakteri (kolera, enterotoksigenik E. coli, shigellosis, campilobakteriosis, yersiniosis) infeksi dan dapat menyelamatkan nyawa dalam serangan infeksi (C. difficile, salmonellosis). Penelitian dilakukan secara non eksperimental, dengan rancangan deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengambil data rekam medis sebanyak 46 pasien dengan teknik purposive sampling. Alat yang digunakan yaitu lembar pengumpulan data dan bahan diambil dari data rekam medik yang berisi data-data pasien diare. Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif non analitik, karena penelitian ini menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam suatu komunitas th kemudian dibandingkan dengan Pathophysiologic Approach 7 tahun 2009, World Gastroenterology Organization (WGO) 2012 dan Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition volume 59, No 1, juli. Analisis data menggunakan metode retrospektif dan penggunaan antibiotik dievaluasi dengan parameter tepat obat dan tepat dosis. Dari data yang sudah diambil dan diolah, rasionalitas terapi antibiotik untuk terapi diare meliputi: persentase tepat obat sebanyak 86,95%, dan tepat dosis meliputi besaran dosis, frekuensi dan durasi pemberian obat sebanyak 67,39 %. Kata Kunci : Antibiotik, Diare, RSUD Moewardi, Pasien Dewasa ABSTRACT Diarrheal disease is still a public health problem in developing countries such as Indonesia, due to its morbidity and mortality are still high. Antibiotic therapy for diarrhea that right in order to shorten the duration of the disease and reduce morbidity in some bacteria (cholera, enterotoxigenic E. coli, shigellosis, campilobakteriosis, yersiniosis) infection and could save lives in the attack infection (C. difficile, salmonellosis). The study was conducted in nonexperimental, with descriptive design. The study was conducted by is 46 medical records of patients with purposive sampling technique. The tools used are pieces of data collection and material taken from medical records containing patient data diarrhea. Data were analyzed using descriptive non analytic then compared with Pharmacotherapy a pathophysiologic Approach 7th 2009. Data were analyzed using retrospective method and the use of antibiotics is evaluated with the appropriate parameters and appropriate drug doses. Approach pathophysiologic 7th 2009, the World Gastroenterology Organization (WGO) in 2012 and the Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition volume 59 , No. 1 , july . Using retrospective data analysis and the use of antibiotics is evaluated with the appropriate parameters and appropriate drug doses. From the data that has been captured and processed , the rationality of antibiotic therapy for the treatment of diarrhea include: the exact percentage of the drug is 86.95 % , and the right dose include the frequency and duration of drug administration is 67.39 % . Keywords : Antibiotics , diarrhea , Moewardi Hospital , Adult Patients 1 PENDAHULUAN Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR (Insidensi Ratio) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk, kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih tinggi. Di Indonesia tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (1,74%) (Kemenkes, 2011a). Penanganan diare rawat inap terjadi apabila sebelumnya dengan swamedikasi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kesembuhan. Kebanyakan pasien dengan diare akut mengalami gejala ringan sampai berat, dengan ada / tidaknya dehidrasi sedang hingga berat, disertai demam tinggi, dan terdapat darah atau lendir dalam tinja, penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu 3 – 7 hari. Biasanya pasien hanya rawat jalan dengan diberi rehidrasi oral, dengan mengobati simptomatiknya. Dalam kondisi yang buruk, pemulihan status kesehatan pasien adalah hasil yang paling penting. Pasien diare yang disertai demam, dehidrasi, BAB disertai darah, atau hipotensi memerlukan rawat inap, untuk mendapatkan terapi fluida intravena dan elektrolit, dan terapi antibiotik empiris sambil menunggu hasil kultur dan sensitivitas. Dengan manajemen yang tepat waktu, pasien ini biasanya sembuh dalam beberapa hari (Dipiro et al., 2005). Penelitian dilakukan pada subjek pasien dewasa yang mendapatkan terapi antibiotik. Dipilih pasien dewasa karena pada orang dewasa lebih banyak melakukan aktivitas diluar sehingga daya tahan tubuh cepat turun sehingga mudah terkena diare biasanya dipengaruhi juga oleh faktor personal higienis, dan lingkungannya. Peneliti akan mengevaluasi rasionalitas terapi antibiotik untuk pasien dewasa penderita diare karena sepeti yang diketahui apabila seseorang menderita diare itu menunjukkan bahwa adanya infeksi pada usus yang disebabkan oleh bakteri, parasit, dan virus. Orang yang mengalami infeksi pada usus sebagian besar akan terkena diare sehingga untuk pengobatannya diperlukan terapi antibiotik sesuai dengan bakteri patogen yang sudah diketahui. 2 Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan dan salah satu rumah sakit terbesar di surakarta. Berdasarkan rekapitulasi rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 kasus diare menempati peringkat 10 besar terutama di Instalasi rawat inap. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek samping (Kemenkes, 2011b). Menurut Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th tahun 2009 tentang pemberian antibiotik untuk penderita diare. Tabel 1. Antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare karena infeksi Patogen Vibrio cholera O1 atau O139 Enteroxigenic E. Coli C. difficile Shigella Salmonella 1. Nontyphoidal 2. Enteric fever 3. Campylobact er 4. Yersinia Prophylaxis Treatment Obat Pilihan Pertama Obat Alternatif Enteroxigenic (seperti: Cholera) Diare Doxycline 300 mg p.o 1x sehari, tetracycline 500 mg p.o 4 Cloramphenicol 50 mg/kg i.v setiap 6 jam sekali, jam sekali selama 3 hari, atau trimethoprim-sulfamethoxazole erythromycin 250-500 mg p.o setiap 6-8 jam dan DS (double strenght) tablet 2x sehari selama 3 hari, furazolidone norfloxacin 400 mg p.o 2x sehari selama 3 hari, atau ciprofloxacin 500 mg p.0 2x sehari selama 3 hari atau 1 g p.o 1x sehari Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg 3x sehari Trimethoprim-sulfametoxazole DS (double selama 10 hari strenght) methoxazole tablet setiap 12 jam Metronidazole 250 mg 4x sehari dan 500 mg 3x sehari selama Voncomycin 125 mg p.o 4x sehari selama 10 hari, 10 hari bacitracin 20.000-25.000 unit untuk 4x sehari selama 7-10 hari Invasive (seperti: Disentri) Diare Trimethoprim-sulfametoxazole DS (double strenght) 2x sehari Ofloxacin 300 mg, norfloxacin 400 mg atau selama 3-5 hari ciprofloxacin 500 mg 2x sehari selama 3 hari, atau nalidixic acid 1 g/hari selama 5 hari, azithromycin 500 mg p.o 1x sehari, kemudian 250 mg 1x sehari selama 4 hari p.o Trimethoprim-sulfametoxazole DS (double strenght) 2x, ofloxacin 300mg, norfloxacin 400 mg, or ciprofloxacin 500 mg 2x sehari selama 5 hari, atau ceftriaxone 2 g i.v sehari atau cefotazime 2 g 3x sehari selama 5 hari i.v ofloxacin 300mg, norfloxacin 400 mg, or ciprofloxacin 500 mg 2x sehari selama 5 hari, atau ceftriaxone 2 g i.v sehari atau ofloxacin 300mg Ciprofloxacin 500 mg Erythromycin 500 mg oral 2x sehari selama 5 hari, azithromycin 1000 mg p.o 1x sehari dilanjutkan dengan 500 mg/hari atau clarithromycin 500 mg p.o 2x sehari Terapi kombinasi dengan doxycycline, aminoglycosides, trimethoprim-sulfomethoxazole DS (double strenght) atau floroquinolone Treveller Diare Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg p.o/hari (di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan) trimethoprimsulfamethoxazole DS (double strenght) tablet p.o 1x sehari (Mexico) Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg p.o 2x sehari selama 3 hari atau trimethoprim-sulfamethoxazole DS (double strenght) tablet oral 2x sehari selama 3 hari (Mexico) atau azithromicin 500 mg oral 1x sehari selama 3 hari (hanya untuk area yang memiliki pravalensi tinggi terhadap resisten quinolone-campylobacter, seperti di Thailand Azithromycin 1000 mg p.o 1x sehari, dilanjutkan dengan 500 mg oral 1x sehari selama 6 hari Azithromycin 1000 mg p.o 1x sehari, dilanjutkan dengan 500 mg 1x sehari selama 5 hari, atau cefixime, cefotaxime, dan Cefuroxime, atau chloramphenicol 500 mg 4x sehari p.o atau i.v selama 14 hari Ciprofloxacin 500 mg atau norfloxacin 400 mg/hari 2x sehari selama 5 hari (Dipiro et al, 2009) 3 Menurut WGO 2012, pedoman pemilihan antibiotik untuk pengobatan penyebab spesifik dari diare. Tabel 2. Pedoman pemilihan antibiotik menurut WGO Penyebab Antibiotik pilihan utama Alternatif (s) Doxycycline Dewasa: 300 mg sekali Anak: 2 mg/kg (tidak disarankan) Cholera Azythromycin Dewasa : 1 g dosis tunggal, 1 x sehari Anak: 20 mg/kg dosis tunggal Ciprofloxacin Dewasa: 500 mg 2xsehari selama 3 hari atau 2 g dosis tunggal 1 x sehari Anak(usia > 18 tahun): 15 mg/kg 2 xsehari selama 3 hari Ciprofloxacin Dewasa: 500 mg 2xsehari selama 3 hari Anak: 15 mg/kg setiap 12 jam selama 3 hari Shigellosis* Pivmecillinam Dewasa: 400 mg 4x sehari selama 5 hari Anak: 20 mg/kg 4xsehari selama 5 hari Amebiasis-invasive intestinal Giardia Campylobacter Ceftriaxon Dewasa: 2-4 g 1 x sehari (dosis sehari) selama 2-5 hari Anak: 50-100 mg/kg 1 x sehari i.m selama 2-5 hari Metronidazole Dewasa: 750 mg 3x sehari Anak: 10 mg/kg 3xsehari selama 5 hari * 10 hari untuk kasus berat Metronidazole Dewasa: 250 mg 3x sehari selama 5 hari Anak: 5 mg/kg 3xsehari selama 5 hari Tinidazole Dapat juga diberikan dalam dosis tunggal 50 mg/kg – 2 g p.o Omidazole Dapat digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrikan, dosis tunggal 2 g. Secnidazole Untuk dewasa (Tidak disediakan di USA) Azythromycin Dewasa : 1 g dosis tunggal, 1 x sehari Anak: 20 mg/kg dosis tunggal Fluoroquinolon seperti ciprofloxacin Dewasa: 500 mg 1 x sehari selama 3 hari (WGO, 2012) Tabel 3. Terapi Antibiotik Untuk Bakteri Gastroenteritis Patogen Shigella spp Indikasi Untuk Terapi Antibiotik Terbukti atau diduga shiggellosis Salmonella spp (Nontyphoidal) Terapi antibiotik diindikasikan hanya untuk anak-anak∞ berisiko tinggi untuk mengurangi risiko bakteremia dan infeksi fokal ekstraintestinal Campylobacter spp Terapi antibiotik yang direkomendasikan utamanya untuk gastroenteritis disentri Campylobacter dan penggunaan paling efektif dimulai dalam waktu 3 hari setelah onset penyakit Terapi antibiotik tidak direkomendasikan Shiga toxin-producing Escherichia coli Obat Pilihan* Oral: Azithromycin (12 mg/kg sehari, dilanjutkan dengan 6 mg/kg selama 4 hari); parenteral, IV, IM: ceftriaxone (50 mg/kg selama 2-5 hari) ceftriaxone (50-100 mg/kg selama 2-5 hari) Obat Alternatif Cefixime (8 mg/kg/hari); ciprofloxacin PO (20-30 mg.kg/hari). Untuk strain rentan diketahui: TMP/SMX§ (8 mg/kg/hari dari TMP) atau ampicillin (100 mg/kg/hari) atau asam nalidiksat (55 mg/kg/hari) Azithromycin (10 mg/kg sehari selama 3 hari atau dosis tunggal 30 mg/kg) Doxycycline (>8 tahun) atau ciprofloxacin (>17 tahun ketika rentan) - - Azithromycin (10 mg/kg sehari); ciprofloxacin‡PO (20-30 mg.kg/hari); Untuk strain rentan diketahui: TMP/SMX∞ (8 mg/kg/hari dari TMP) 4 Lanjutan Tabel 3 Patogen Enterotocigenic; Escherichia coli Indikasi Untuk Terapi Antibiotik Terapi antibiotik yang direkomendasikan terutama untuk traveller diare Obat Pilihan* Azithromycin (10 mg/kg sehari selama 3 hari) Vibrio Cholerae Terapi antibiotik dianjurkan untuk konfirmasi atau dugaan terhadap kasus dilihat dari riwayat perjalanan penyakit Azithromycin (10 mg/kg sehari selama 3 hari atau dosis tunggal 20 mg/kg) Clostridium difficile Terapi antibiotik dianjurkan untuk kasus sedang dan berat Metronidazole (30 mg/kg/hari selama 10 hari) Obat Alternatif Cefixime (8 mg/kg/hari); TMP/SMX∞ (8 mg/kg/hari dari TMP); ciprofloxacin∞ PO (20-30 mg.kg/hari); rifaximin (>12 tahun, 600 mg/hari selama 3 hari) Doxycycline (>8 tahun) atau ciprofloxacin (>17 tahun), atau TMP/SMX (ketika rentan) Vancomycin PO (40 mg/kg/hari) Catatan: PO= per os *Tergantung pada kerentanan profile lokal antibiotik yang harus dipantau . §TMP/SMX, trimethoprim-sulfamethoxazole ‡Ciprofloxacin biasanya tidak direkomendasikan untuk kelompok usia pediatrik, tapi dapat digunakan untuk anak-anak usia >17 tahun ketika obat alternatif tidak layak. ∞Lihat teks (Guarino et al, 2014) METODE PENELITIAN Rancangan penelitian Penelitian dilakukan secara non-eksperimental (observasional), yaitu penelitian dengan melakukan observasi terhadap data-data yang sudah tersedia dengan rancangan metode deskriptif. Data diperoleh dari penelusuran data kartu rekam medik secara retrospektif dengan menelusuri catatan pengobatan yang diberikan pada pasien dewasa yang menderita diare di instalasi rawat inap RSUD “X” Surakarta tahun 2014 Populasi dan sampel : Populasi terdiri dari pasien dewasa (20-65 tahun) yang didiagnosis diare (diare akut, diare kronis, disentri dan kolera) dan sampel terdiri dari populasi terpilih untuk dijadikan sampel. Metode pengambilan sampel : Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Alat dan bahan : Alat yang digunakan yaitu lembar pengumpulan data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik yang berisi data-data pasien penderita diare. Analisis data : Hanya terdapat 46 pasien yang memiliki rekam medik dengan data yang lengkap sehingga dapat digunakan untuk evaluasi. Data dikelompokkan dan dianalisa dengan metode deskriptif secara retrospektif meliputi diagnosis penyakit, umur, jenis kelamin, lama perawatan, kondisi pulang, jenis antibiotik, jenis bakteri penyebab, cara pemberian, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis (meliputi frekuensi dan durasi pemberian obat). 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelusuran data menggunakan data pasien dewasa diare yang menggunakan antibiotik di Instalasi Rawat Inap RSUD “X” Surakarta tahun 2014. Sampel diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria pasien dewasa (20-65 tahun) menderita diare yang menggunakan antibiotik. Data diperoleh dari hasil rekam medik. Pasien dewasa yang menderita diare pada tahun 2014 sebanyak 135 pasien. Dari populasi 135 pasien, hanya 46 sampel pasien yang dapat diambil, sehingga hanya sampel 46 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sehingga sebanyak 46 pasien itu dapat dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, diagnosis, penggunaan antibiotik, cara pemberian obat, lama perawatan, dan kondisi pulang pasien agar dapat digunakalan untuk mengevaluasi tingkat kerasionalan anibiotik berdasarkan ketepatan pemberian antibiotik, yaitu dapat dilihat dari tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis (meliputi frekuensi dan durasi pemberian obat). A. Karakteristik Pasien Karakteristik pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, diagnosis, lama perawatan, dan keadaan pulang. Tabel 4. Karakteristik Pasien Diare di Instalasi Rawat Inap RSUD “X” Surakarta Tahun 2014 Keterangan Usia 20 – 30 tahun 31 - 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun ≥ 61 tahun Total Jumlah Pasien Persentase (%) 9 12 11 10 4 46 20 25 24 22 9 100 Tabel 4, menunjukkan pada usia dewasa lebih banyak terkena diare akut, diare kronis, disentri, kolera. Tabel 5. Karakteristik Pasien Diare di Instalasi Rawat Inap RSUD “X” Tahun 2014 Keterangan Jumlah Pasien Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 24 52 Perempuan 22 48 Total 46 100 Pada penelitian karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin untuk kasus Diare yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada laki-laki sebanyak 24 kasus (52 %) hampir sama dengan perempuan sebanyak 22 kasus (48%). Aktifitas fisik yang banyak pada laki-laki remaja dan dewasa dapat membuat kondisi fisik tubuh cepat mengalami penurunan termasuk penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih beresiko terkena penyakit termasuk diare akut (Pudjiadi, 2010). 6 B. Diagnosis Pasien Pada penelitian menunjukkan karakteristik pasien berdasarkan diagnosis pasien meliputi diare akut, diare kronis, disentri dan kolera. Tabel 6. Presentasi Diagnosis Pasien Diare di Instalasi Rawat inap RSUD “X” Surakarta tahun 2014 Diagnosis Jumlah pasien Persentase (%) Diare Akut 29 57 Diare Kronis 6 15 Disentri 8 17 Kolera 3 11 Total 46 100 Persentase diagnosis pada pasien diare yang dirawat di RSUD “X” tahun 2014 menunjukkan bahwa diagnosa terbesar pada pasien Diare yang di rawat inap di RSUD “X” tahun 2014 adalah diare akut sebanyak 29 pasien (63%), diare kronis sebanyak 6 pasien (13%), disentri sebanyak 8 pasien (17%) dan kolera sebanyak 3 pasien (7%).Berdasarkan hal penelitian korompis dkk (2012) menunjukkan penderita diare akut merupakan penderita terbanyak yang dirawat di rumah sakit tersebut sebanyak 59,52% (50 penderita). Penderita dengan diare akut merupakan penderita terbanyak yang dirawat inap di rumah sakit karena kemungkinan pasien tersebut menjadi lebih parah cukup besar sehingga perlunya penanganan medis secepatnya (Pramitha, dkk, 2005). Tabel 7. Distribusi Pasien Diare Berdasarkan Lama Perawatan dan Keadaan Pulang di Instalasi Rawat Inap RSUD “X” Surakarta tahun 2014 Lama Perawatan (hari) 1-5 6-10 > 10 hari Total Jumlah Pasien Persentase (%) 23 16 7 46 50 35 15 100 Pasien Sembuh 39 (85%) Pasien Membaik 7 (15%) Lama perawatan pada kasus ini dapat dilihat dari pasien diare yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta mulai dari pasien dirawat sampai diizinkan pulang. Data yang diperoleh adalah lama perawatan 1-5 hari sebanyak 23 pasien (50%), lama perawatan 6-10 hari sebanyak 16 pasien (35%), dan lama perawatan >10 hari sebanyak 7 pasien (15%). Lama tidaknya pasien dirawat dirumah sakit tergantung dengan tingkat dehidrasi dari pasien. Persentase kondisi pulang sembuh sebanyak 39 pasien dan keadaan pulang membaik sebanyak 7 pasien. Kondisi pulang sembuh yang dimaksudkan adalah pasien sudah diizinkan pulang oleh dokter dengan keadaan yang dinyatakan sudah sembuh tanpa pasien meminta pulang, sedangkan kondisi pulang membaik adalah pasien menginginkan pulang karena merasa kondisi sudah membaik sehingga diizinkan pulang oleh dokter (Sadikin, 2011). 7 C. Karakteristik Obat Rasionalitas terhadap penggunaan antibiotik pada penyakit diare di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 terdapat 46 pasien dengan data rekam medik yang lengkap untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap tingkat kerasionalan obat dan 89 pasien tidak mempunyai data rekam medik yang lengkap karena pada data rekam medik tidak tercantum jenis bakteri penyebab sehingga tidak dapat dijadikan bahan evaluasi pasien untuk mengukur tingkat kerasionalan obat. Penggunaan antibiotik pada kasus-kasus diare sangat tergantung pada mekanismedan faktor etiologinya. Pada keadaan tertentu, berdasarkan pada pola mekanisme penyakit yang dihadapi dan anamnesis relatif sudah cukup untuk mendeteksi faktor penyebabnya (etiologi) sehingga pemilihan obat telah dapat diperkirakan. Tabel 8. Karakteristik Obat pada Pasien Diare di Instalasi Rawat Inap RSUD “X” tahun 2014 Kelas Terapi Antibiotik Mual–muntah Analgetik-antipiretik Infus Anti diare Vitamin Gastritis Lain-Lain Nama Obat Ceftriaxone Metronidazole Cotrimoxazole Cefixime Cefotaxime Ondansetron Metoklopramide Domperidone Paracetamol Novalgin RL 20 RL 30 Nacl 0,9% Asering New Diatab Neo diaform B-Complex Cernevit Neurobion Antasid Omeprazole Ranitidin Curcuma Jumlah 33 8 3 1 1 7 12 2 22 3 20 3 25 1 41 1 12 1 2 11 16 25 1 Persentase (%) 72 18 7 2 2 15 26 4 48 7 43 7 54 2 89 2 26 2 4 24 35 54 2 Catatan : Sesuai dengan tabel 8, uraian kandungan zat yang terkandung dalam obat yang memakai merk dagang. a) Novalgin: mengandung Metamizol natrium atau antalgin atau metampiron. b) Asering:Setiap 1000 ml mengandung Calcium chloride 2H2O 20 g; Potassium chloride 0,30 g; Sodium chloride 6,00 g; Sodium acetate 3H2O 3,80 g. c) New diatab: mengandung Attapulgit aktif d) Neo-diaform:mengandung kaolin, pectin. e) Cernevit: mengandung Retinol, colecalciferol, Tokoferol, Nicotinamide, pantotenic acid, pyridoxine, riboflavin, thiamin, asam folat, D-biotin, cyanocobalamin, dan bahan lainnya seperti: glisin, asam glikokolat, soybean lecithin, sodium hydroxide. f) Neurobion: mengandung vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12 Pengobatan menggunakan antibiotik dapat mempersingkat durasi penyakit dan mengeluarkan organisme penyebab penyakit (Dipiro et al, 2005). Tabel 8 menunjukkan penggunaan antibiotik cefotaxime sebanyak 1 pasien (2%), cefotaxime merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga; Cotrimoxazole sebanyak 3 pasien (7%), 8 cotrimoxazole merupakan kombinasi antibiotik trimetoprim dan sulfametoxazole. Untuk antibiotik yang lain adalah antibiotik ceftriaxone sebanyak 31 pasien (67%), Metronidazole sebanyak 8 pasien ( 18%), dan cefixime sebanyak 1 pasien (2%). Penelitian yang dilakukan di Polandia tahun 2009 diperoleh bahwa hasil efektifitas (sefalosporin) dalam terapi terhadap infeksi Shigella Sp mencapai 98%. Kasus kekambuhan berkurang jika dibandingkan dengan yang mendapat terapi golongan penicillin (Haczynski, 2009). Muntah pada saat diare menjadi penyebab dehidrasi sehingga pemberian obat antiemetik selain menghentikan rasa mual juga membantu dalam mengurangi kehilangan cairan pada saat diare. Tabel 9. Cara Pemberian Antibiotik di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014 Cara pemberian Intavena Oral Total Jumlah 34 12 46 Persentase (%) 74 26 100 Dari hasil penelitian, pasien yang menderita diare lebih banyak mendapatkan obat dengan pemberian secara intravena yaitu sebanyak 34 pasien (74%), dan pasien yang mendapatkan obat secara oral sebanyak 12 pasien (26%). D. Evaluasi Penggunaan Antibiotik 1. Tepat Obat Ketepatan obat yang digunakan harus sesuai diagnosis diare dengan acuan standar yang digunakan adalah Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th tahun 2009 (Dipiro et al, 2009), WGO 2012 (WGO, 2012), dan Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition volume 59, No 1, juli 2014 (Guarino et al, 2014). Pemilihan obat merupakan upaya terapi yang dipilih apabila diagnosis telah ditegakkan dengan benar, agar obat yang dipilih adalah benar obat pilihan utama. Dari data tabel 10, hasil penelititan pada 46 pasien, sebanyak 40 pasien (86,95%) tepat obat dan 6 pasien (13,04%) tidak tepat obat. Pilihan obat yang digunakan adalah ceftriaxone, cotrimoxazole, cefotaxime, metronidazole. Berdasarkan data tabel 10 dapat disimpulkan antibiotik yang digunakan merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan pasien diare karena pada 46 pasien yang menderita diare sudah diketahui secara jelas bakteri patogennya. 9 Tabel 10. Ketepatan obat pada pasien diare yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014 Diagnosa Diare akut Diare kronis Disentri Kolera Bakteri Penyebab Salmonella (Nontyphoidal) E. coli E. coli Shigella* Shigella Shigella* E. coli Salmonella (Nontyphoidal) Salmonella (Nontyphoidal) C. difficile C. difficile E. coli§ Shigella* Shigella C. difficile E. coli Shigella Antibiotik Ceftriaxon No. Responden 1,2,4,5,6,15,16,18,22,28,29,35,38-44 Cotrimoksazole Metronidazole Ceftriaxone* Metronidazole Ceftriaxone* Metronidazole Ceftriaxone 36 7,25 3,13,17,26,30,31 10 21,23,37 27 20,46 1 6 3 2 2 1 1 - 12 1 - Cefotaxim Metronidazole Ceftriaxone Cefixime§ Ceftriaxone* Cotrimoksazole Metronidazole Metronidazole Cotrimoksazole Ketepatan Obat Tepat Tidak tepat 19 - 8,14 34 45 9,24 33 19 11 32 2 1 2 1 1 1 40 86,95 Total Persentase (%) Keterangan: *Menurut WGO 2012 untuk bakteri Shigellosis, antibiotik yang menjadi drug of choice nya adalah ceftriaxon. § Menurut jurnal JPGN vol. 59, no 1, july 2014 untuk bakteri E.coli dengan terapi antibiotik cefixime dibenarkan 1 ‐ 1 ‐ 6 13,04 2. Tepat Dosis, frekuensi dan durasi pemberian obat Ketepatan dosis merupakan ketepatan penggunaan dosis obat meliputi frekuensi dan durasi pemberian obat yang digunakan harus sesuai diagnosis diare dengan acuan Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th tahun 2009 (Dipiro et al, 2009), WGO 2012 (WGO, 2012), dan Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition volume 59, No 1, july 2014 (Guarino et al, 2014).. Ketepatan dosis merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam terapi. Pemberian antibiotik harus sesuai dengan standart pengobatan agar tercapai hasil akhir yaitu kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup dari pasien tersebut. Tabel 11. Evaluasi Tepat Dosis pemberian meliputi Tepat frekuensi dan durasi pemberian obat pada pasien diare yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 Jenis Antibiotik Diare Dosis Sehari Pemberian Obat (mg) Standar Cefotaxime 2000, 2 x 1, 3 hari Dosis Standar (hari) 3 x 1 g, 5 hari Ceftriaxone 2000, 2 x 1, 2-5 hari 2 x 1 g, 2-5 hari 1000, 1 x 1, 5 hari No. Responden 12 Besaran dosis, frekuensi, durasi Tepat Tidak tepat 1 24 - 2 x 1 g, 2-5 hari 4,6,9,13,15-17, 20,21,23,24,26,28,29,30,31,3 5,37,38-42,46 1,2,3,5,18,22,34,43,44 - 9 1500, 3 x 1, 10 hari 3 x 500 mg, 10 hari 8,14,25,27 4 - 1000, 2 x 1, 7 hari 3 x 500 mg, 10 hari 7,10,11,19 - 4 Cotrimoxazole 1920, 2 x 1, 5 hari 2x960 mg, 3-5 hari 32,33,36 3 - Cefixime 600, 2 x 1, 3 hari 1x 520 mg, selama 5 hari 45 - 1 Metronidazole Jumlah Persentase (%) 31 67,39 Keterangan Dosis, frekuensi dan durasi kurang Dosis, frekuensi dan durasi tepat Dosis kurang, frekuensi kurang, dan durasi tepat Dosis, frekuensi dan durasi tepat Dosis, frekuensi dan durasi kurang Dosis, frekuensi dan durasi tepat Dosis lebih, frekuensi lebih, dan durasi kurang 15 32,60 10 Berdasarkan jurnal JPGN volume 59, No 1, Juli 2014, dosis cefixim adalah 8 mg/kg/BB. Berat badan (BB) pasien yang menggunakan cefixim adalah 65 kg. Jadi, dosis standar untuk pasien tersebut adalah (dosis standar x Berat badan= 8 x 65= 520 mg), selama 5 hari. Tepat dosis meliputi: tepat besaran dosis, frekuensi dan durasi pemberian obat. Data dari tabel 11, menunjukkan bahwa pasien yang tepat dosis sebanyak 31 pasien (67,39%) dan pasien yang tidak tepat dosis sebanyak 15 pasien (32,60%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang telah diberikan sudah tepat dosis pemberiannya sesuai dengan dosis standart terapihanya saja ada beberapa jenis obat yang belum tepat dalam pemberian dosis dan frekuensinya, salah satu contohnya seperti ceftriaxon yang harusnya diberikan dengan dosis 2x1 g seharimenjadi 1x1 g sehari sehingga pemberian dosisnya kurang. Berdasarkan penelitian di RSUD Dr. Mansyoer Mohamad Dunda Limboto tahun 2012, menunjukkan ketepatan dosis untuk penyakit diare yaitu sebesar 100%. Penyebab ketidaksesuaian dosis terapi mungkin disebabkan karena pembulatan dosis baik melebihi maupun dibawah dosis lazim. Penyebab ketidaksesuaian dosis lainnya bisa berupa ketidaksesuaian dosis berdasarkan berat badan terjadinya pengelompokkan dosis berdasarkan kelompok usis tertentu,ataupun dapat disebabkan karena perbedaan referensi yang digunakan antara peneliti dengan praktisi medis dilapangan. Lama pemakaian antibiotika paling sering adalah 1-5 hari (55,0%). Durasi terapi antibiotika spektrum luas adalah 2-3 hari (Kemenkes RI, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari data yang sudah diambil dan diolah, rasionalitas terapi antibiotik untuk terapi diare meliputi: persentase tepat obat sebanyak 86,95%, dan tepat dosis meliputi besaran dosis, frekuensi dan durasi pemberian obat sebanyak 67,39 %. Saran Perlu penelitian yang lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien dewasa yang diagnosis utamanya diare akut, diare kronis, kolera dan disentri. 11 DAFTAR ACUAN Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M. 2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approac, 6th Ed, New York: The McGraw-Hill Companies, Section 16, Chapter 122. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M. 2009, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approac, 7th Ed, New York: The McGraw-Hill Companies, Section 16, Chapter 122. Guariano, Alfredo., Ashkenazi, Shai., Gendrel, Dominique., Lo Vecchio, Andrea., Shamir, Raanan., Szajewska., 2014. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European society for Pediatric InfectiousDisease Evidence-Based Guidelines for the Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe: Update 2014, volume 59, No I, july 2014. JPGN, p:132-152. Kemenkes RI, 2011a. Buletin data dan Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Jakarta: Kemenkes. Kemenkes RI, 2011b. Modul penggunaan obat rasional, Jakarta: Kemenkes. Sadikin, Z., D., J. (2011). Penggunaan Obat Rasional, J Indo Med Assoe (4th ed., Vol. 61). Jakarta: Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. WGO, 2008. WGO practice guidelines : Acute Diarrhea, WGO. WGO. 2012. Acute Diarrhea in Adults and Children : A Global Perspective .World Gastroenterology Organisation. WHO, 2005. The Treatment Of Diarrhea, A manual for physicians and other senior health workers, USA: WHO. 12