Strategi Peningkatan Mutu Sekoalh Berdasarkan Analisis SWOT di

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1.1.Manajemen Strategis
Manajemen
Strategis
semakin
penting
arti
dan
manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan organisasi
mengalami perubahan yang semakin cepat dan komplek,
sehingga keberhasilan manajemen strategis ditentukan
oleh
para
Rindaningsih
menejer
(2009)
atau
pimpinannya.
menurut
pengertian manajemen
strategis
adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh,
disertai penetapan cara pelaksanaannya, yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuannya.
Lebih lanjut menurut Akdon (dalam Ridaningsih Ida,
2009) menuturkan manajemen strategik berkaitan dengan
upaya memutuskan persoalan strategi dan perencanaan,
dan bagaimana strategik tersebut dilaksanakan dalam
praktiknya.
Manajemen
strategik
dapat
dipandang
sebagai hal yang mencakup tiga macam elemen utama.
Pertama,
terdapat
adanya
analisis
strategik
dimana
penyusunan strategi yang bersangkutan berupaya untuk
memahami posisi strategik organisasi yang bersangkutan.
Kedua, terdapat pula adanya pilihan strategik yang
berhubungan dengan perumusan aneka macam arah
tindakan, evaluasinya, dan pilihan antara mereka. Ketiga,
terdapat pula implementasi strategi yang berhubungan
dengan merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat
dilaksanakan.
1.2.Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan bagian yang penting
dalam Total Quality Managenen
(TQM). Tanpa adanya
perencanaan baik itu jangka panjang maupun jangka
pendek yang jelas dan terukur, maka institusi atau
lembaga tidak akan bisa merencanakan peningkatan
mutu. Rencana strategis adalah rencana yang dilakukan
oleh para manager paling atas dan menengah untuk
mencapai tujuan organisasi yang lebih luas (Edward
dalam Umar, 2002). Untuk itu dalam penerapannya di
sekolah, kepala sekolah perlu membuat suatu rencana
strategis yang mana dikoordinasikan dengan para guru
dan komite untuk dijalankan bersama demi mencapai
tujuan yang diharapkan.
Sementara itu menurut Tjokroamidjojo
(2000)
rencana strategis adalah suatu cara bagaimana mencapai
tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan sumbersumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan
menetukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Rencana
menerapkan
strategis
suatu
lembaga
sebagai
prinsip-prinsip
pendidikan
berikut:
mampu
memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang
lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi, keterwakilan,
realitas sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan
pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan menyeluruh,
transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara
vertikal dan horizontal dengan rencana-rencana lain
(Tilaar, 2000).
Dari beberapa pendapat diatas maka rencana
strategis pendidikan dalam penelitian ini adalah rencana
yang
dilakukan
memperhatikan
membawa
oleh
stakeholder
prinsip
perbaikan
perubahan
kebutuhan,
yang
partisipasi,
lebih
sekolah
hasil
pendidikan,
baik,
keterwakilan,
dengan
prioritas
realitas
sesuai
dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil
review
dan
evaluasi,
keterpaduan
menyeluruh,
transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara
vertikal dan horizontal dengan rencana-rencana lain.
2.3. Mutu
Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh
sekolah
sebagai
lembaga
pengajaran
tetapi
juga
disesuaikan dengan apa yang menjadi harapan dan
pandangan masyarakat yang cenderung berkembang
seiring dengan kemajuan jaman. Bertitik tolak pada
kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang mutu
lulusan
sekolahpun
sekolah
harus
terus
berkembang.
terus-menerus
Karena
meningkatkan
itu
mutu
lulusannya dengan menyesuaikan dengan perkembangan
tuntutan masyarakat menuju pada mutu pendidikan yang
dilandasi tolok ukur norma ideal (Sumarni, 2011).
Sagala (2010) berpendapat bahwa mutu pendidikan
adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa
pelayanan pendidikan secara internal ataupun eksternal
yang
menunjukkan
kemampuannya
memuaskan
kebutuhan yang diharapkan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah
perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Lewis
dan
Smith
mengatakan
(dalam
bahwa
Tjiptono
pendekatan
&
Diana,
sistem
2003)
terbuka
menekankan kebutuhan kualitas pada ketiga tahap
utama,
yaitu
assessment.
akreditasi,
Akreditasi
proses
berkaitan
transformasi,
dengan
sedangkan assessment berkaitan dengan output.
dan
input,
Input
meliputi kemampuan dasar peserta didik, sumber daya
financial, fasilitas, dan program. Proses meliputi desain
pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem analisis
data. Sedangkan output adalah prestasi peserta didik dan
pasca kelulusan. Berikut adalah bagan penyempurnaan
secara berkesinambungan.
Gambar 2.1.
Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan
Penyempurnaan
kualitas
berkesinambungan
Akreditasi
Proses
Transformasi
Input
Assessment
Output
Sumber: Lewis & Smith (dalam Tjiptono & Diana 2003)
Proses
penyempurnaan
kualitas
dalam
sistem
pembelajaran ditentukan oleh:
a. Input
Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena
dibutuhkan
pendidikan.
untuk
berlangsungnya
proses
Input pendidikan meliputi kemampuan
dasar peserta didik, sumber daya finansial, fasilitas,
program, dan jasa pendukung. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik.
Oleh sebab itu, baik atau tidaknya mutu input dapat
diukur dari tingkat kesiapan input. Semakin tinggi
tingkat kesiapan input, maka semakin tinggi pula mutu
input tersebut (Sumarni, 2011).
Scheerens (2003) menyatakan salah satu input
dalam sistem sekolah adalah murid dengan berbagai
karakteristik tertentu yang ada pada mereka. Kesiapan
input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Masyarakat secara umum berasumsi
bahwa
input
yang
berkemampuan
tinggi
akan
menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi juga
dan
sebaliknya.
Akan
tetapi
hal
tersebut
tidak
sepenuhnya benar karena sekolah yang berkualitas
harus mampu mengelola input yang rendah atau
sedang untuk menjadikan lulusan yang berkemampuan
tinggi.
Dari beberapa pendapat diatas input khususnya
dalam pendidikan adalah semua hal yang tersedia dan
dibutuhkan dalam proses pendidikan. Input yang paling
mendapatkan
perhatian
khusus
dari
masyarakat
adalah peserta didik. Jika sebuah sekolah memiliki
input peserta didik dengan nilai atau kemampuan yang
tinggi maka mutu lulusan yang baik atau sebaliknya.
Namun dalam kenyataanya itu tidak sepenuhnya
benar. Ada sekolah yang memiliki input peserta didik
dengan
kemampuan
atau nilai
bagus namun
outputnya tidak bagus, atau dengan kata lain tidak
selalu berbanding lurus.
b. Proses
Proses
untuk
meningkatkan
mutu
sekolah
merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang
lain.
Proses
meliputi
kemampuan
guru,
desain
pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan
evaluasi.
Sanjaya (2006) mengemukakan 4 hal penting
dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik untuk mencapai tujuan. Kedua, proses
pendidikan
yang
terencana
diarahkan
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan
agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah
kemampuan
keagamaan,
anak
memiliki
pengendalian
kekuatan
diri,
spiritual,
kepribadian,
kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan.
Proses pendidikan yang bermutu harus didukung
oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha
dan administrasi yang bermutu dan prosfesional. Hal
tersebut
didukung
oleh
sarana
dan
prasarana
pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang
memadahi
baik
mutu
maupun
jumlahnya
serta
managemen strategi dan lingkungan yang mendukung
(Mulyasa, 2006).
Proses
dikatakan
bermutu
tinggi
apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input dan proses yang dilakukan secara harmonis,
sehingga
menciptakan
menyenangkan,
situasi
pembelajaran
yang
juga mendorong motivasi dan minat
belajar peserta didik sehingga mampu mengembangkan
dirinya (Rozari, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas maka proses
pendidikan
dalam
berubahnya
sesuatu
menjadi
pendidikan
dengan
bidang
penelitian
ini
adalah
sesuatu
lain
proses
dalam
mempertimbangkan
ketercapaian tujuan, mengembangkan potensi peserta
didik dalam berbagai bidang yang didukung oleh
sarana dan prasarana, fasilitas, media, serta sumber
daya pendukung lainnya.
c. Output
Output
merupakan
kinerja
sekolah.
Kinerja
sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat
diukur
dari
produktivitasnya,
kualitasnya,
efisiensinya,
efektivitasnya,
inovasinya,
kualitas
kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang
berkaitan
dengan
mutu
output
sekolah,
dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas
/ bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya
prestasi
belajar
peserta
didik,
menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik,
berupa nilai Ujian Semester, Ujian Nasional, karya
ilmiah,
lomba
akademik,
akademik,
seperti
kesopanan,
olahraga,
kegiatan
dan
misalnya
prestasi
IMTAQ,
kesenian,
ektsrakurikuler
(2)
non-
kejujuran,
keterampilan,
lainnya.
Mutu
dan
sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik
(academic, achievement) dan output berupa prestasi
non-akademik
(non-academic
achievement).
Output
prestasi akademi misanya, NEM, lomba karya ilmiah
remaja, lomba mata pelajaran, cara-cara berfikir (kritis,
kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, dedukatif,
dan
ilmiah).
keingintahuan
Output
yang
non-akademik,
tinggi,
harga
diri
misalnya
kejujuran,
kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi,
kedipsiplinan, kerajinan prestasi oleh raga, kesenian,
dan kepramukaan.
2.4 Perencanaan Strategis Peningkatan Mutu
Sekolah
Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu
proses perencanaan. Mutu menjadi bagian penting dari
strategi institusi dan harus didekati secara sistematis
dengan
menggunakan
proses
perencanaan
strategis.
Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sekolah sebagai
sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan
peningkatan mutu (Rozari, 2011).
Oleh sebab itu rencana strategis peningkatan mutu
mutlak
dilakukan
oleh
institusi
pendidikan
untuk
mempertahankan sekolah dari persaingan yang semakin
ketat.
Rencana
strategis
merupakan
rencana
komprehensif dengan melibatkan semua sumber dan
kemampuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar,
mencapai
sasaran
sekolah,
dan
juga
memenangkan persaingan yang ada.
Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dalam
implementasinya tidak lepas dari manajemen peningkatan
mutu sekolah. Berkaitan dengan hal ini, Usman (2002)
menyatakan
bahwa
manajemen
peningkatan
mutu
memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus dijalankan
di
sekolah,
(2)
peningkatan
mutu
hanya
dapat
dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik,
(3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan
fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4)
peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan
semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu
memiliki
tujuan
kepuasan
bahwa
kepada
sekolah
peserta
dapat
didik,
memberikan
orang
tua
dan
masyarakat.
2.5
Strategi
Peningkatan
Mutu
Sekolah
dari
Strengths,
Berdasarkan Analisa SWOT
SWOT
adalah
singkatan
Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Rangkuti (2009)
mejelaskan
Strengths
adalah
beberapa
hal
yang
merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.
Weaknesses adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang
yang
keberhasilan
ingin
dicapai
penyelenggaraan
sekolah.
pendidikan
Opportunity
adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila
potensi-potensi
yang
dikembangkan
secara
kemungkinan
yang
ada
di
sekolah
optimal.
mungkin
terjadi
Threats
atau
mampu
adalah
pengaruh
terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan
penyelenggaraan sekolah. Berikut ini adalah diagram
analisis SWOT.
Gambar 2.2
Diagram Analisis SWOT
BERBAGAI
PELUANG
(O)
2. Mengubah
Strategi
( - , +)
1. Strategi Agresif (+, +)
KUADRAN I
KUADRAN III
KELEMAHAN
INTERNAL(W)
KUADRAN IV
KUADRAN II
KEKUATAN
INTERNAL(S)
4. Strategi
Diversifikasi (+, - )
3. Strategi bertahan (- , - )
BERBAGAI
ANCAMAN
(T)
Sumber: Rangkuti, 2009
Dari
diagram
analisis
SWOT
diatas
yang
dimaksudkan dengan strategi agresif (SO) sebuah strategi
yang digunakan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
sekolah untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi diversifikasi (ST) dilakukan
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki
sekolah untuk mengatasi masalah. Strategi defensif (TW)
dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di
sekolah untuk menghindari ancaman. Sedangkan Strategi
turn – around (WO) dilakukan dengan meminimalkan
kelemahan yang ada di sekolah untuk menangkap
peluang.
Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan
sebuah
organisasi
yang
kuat
dan
berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif,
artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi,
memperbesar
pertumbuhan
dan
meraih
kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif). Posisi ini menandakan
sebuah
organisasi
tantangan
yang
diberikan
adalah
yang
besar.
kuat
namun
Rekomendasi
Diversifikasi
menghadapi
strategi
Strategi,
yang
artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi
sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi
akan
mengalami
kesulitan
untuk
terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh
karenya,
organisasi
disarankan
untuk
segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini menandakan
sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi
strategi
yang
diberikan
adalah
Ubah
Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah
strategi
sebelumnya.
Sebab,
strategi
yang
lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang
yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif). Posisi ini menandakan
sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar.
Rekomendasi
strategi
yang
diberikan
adalah
Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi
berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi
disarankan
untuk
mengendalikan
terperosok.
menggunakan
kinerja
Strategi
internal
ini
strategi
agar
tidak
dipertahankan
bertahan,
semakin
sambil
terus
berupaya membenahi diri.
Jika pihak stakeholder sekolah memahami dan
terbuka dengan strategi tersebut di atas maka sekolah
akan
sangat
tertolong
dalam
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang muncul, baik dari
pihak internal ataupun dari eksternal.
2.6 Langkah-langkah Pengembangan Rencana
Strategis
Menurut
Sugiyono
(2012)
langkah-langkah
pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan
rencana strategis peningkatan mutu sekolah adalah
sebagai berikut ini:
1.
Potensi dan Masalah
Sekolah memiliki potensi internal yang dapat dijadikan
sebagai kekuatan, dan terdapat potensi eksternal yang
dapat dijadikan sebagai peluang bagi sekolah untuk
mengembangkan mutu. Selain itu juga ada masalahmasalah yang muncul di sekolah yaitu masalah internal
yang
dianggap
sebagai
masalah-masalah
kelemahan
eksternal
yang
sekolah,
dianggap
dan
sebagai
ancaman bagi sekolah. Potensi dan masalah dalam
penelitian ini berupa data-data empirik.
2.
Mengumpulkan Informasi
Selanjutnya setelah potensi dan masalah sekolah digali
secara mendalam dan ditunjukkan secara faktual,
selanjutnya
dikumpulkan
berbagai
informasi
yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan
suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi
masalah-maslah yang muncul. Data yang dibutuhkan
bisa berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi
dokumen dan Focus Group Discussions (FGD).
3.
Desain Produk/ Rancangan Produk
Rencana strategis merupakan produk penelitian ini
yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk
meningkatkan mutu sekolah. Rencana strategis ini
masih belum diketahui efektivitasnya, maka diperlukan
suatu
pengujian
untuk
mengetahui
tingkat
efektifitasnya.
4.
Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk
menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem
kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang
lama atau tidak. Dikatakan rasional, karena validasi di
sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran
rasional, belum fakta lapangan.
Validasi
produk
dapat
dilakukan
dengan
cara
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang
menguasai bidang tersebut untuk menilai produk baru
yang dirancang tersebut. Pakar atau ahli diminta untuk
menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat
diketahui kelemahan dan kekuatannya.
5.
Perbaikan Desain
Setelah
rencana
strategis
divalidasi,
maka
akan
diketahui kelemahannya, selanjutnya akan desain akan
diperbaiki
oleh peneliti. Pada akhirnya maka akan
dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan
kepada sekolah sebagai alternatif peningkatan mutu
sekolah.
Sesungguhnya
langkah-langkah
pengembangan
rencana strategis yang dikemukakan oleh Sugiyono tidak
berhenti pada perbaikan desain namun masih berlanjut
yaitu;
6. Uji coba produk;
7. Revisi produk;
8. Uji coba pemakaian;
9 . Revisi produk; dan
10. Pembuatan produk masal.
Namun penulis akan memfokuskan sampai pada
tahap
yang
kelima
yaitu
perbaikan
desain
karena
beberapa keterbatasan yang ada.
Sementara itu menurut Arikunto (2010) ada empat
tahap untuk mengembangkan rencana strategis yaitu:
1. Menyusun Rancangan
Pada tahap ini tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa dan bagaimana penelitian itu akan dilakukan.
Selain itu peneliti perlu menentukan fokus peristiwa
yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat suatu instrumen pengamatan untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama
penelitian berlangsung.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaa adalah implementasi dari isi rancangan
penelitian. Peneliti harus taat pada apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi juga harus berlaku
wajar.
3. Pengamatan
Pengamatan
dapat
dilakukan
secara
bersama-sama
dengan pelaksanaan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti
bersama-sama dengan orang-orang yang berkepentingan
pada objek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang
sudah terjadi selama penelitian. Tahap ini juga dapat
disebut tahap evaluasi.
Berdasarkan
langkah-langkah
rencana
strategis
dari dua pendapat tersebut di atas, peneliti lebih condong
dengan langkah-langkah yang disampaikan oleh Sugiyono
namun akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh peneliti. Selain itu peneliti akan fokus
sampai dengan tahap yang kelima yaitu perbaikan desain.
Meski
demikian
mempertimbangkan
penulis
juga
langkah-langkah
mencoba
atau
untuk
pendapat
Arikunto untuk dapat dijadikan formulasi. Berikut ini
adalah rumusan peneliti dalam merumuskan langkahlangkah pengembangan rencana strategis yang akan
dilakukan dalam penelitian berikut ini:
1. Menyusun rancangan penelitian
Peneliti
mempersiapkan
instrumen
penelitian
berupa pedoman wawancara, lembar observasi,
instrumen analisis SWOT dan panduan FGD;
2. Potensi dan masalah
Peneliti kebetulan bekerja di tempat penilitian ini
dilakukan, maka setidaknya sudah mengetahui apa
yang menjadi potensi dan masalah disekolah meski
masih perlu digali lebih mendalam lagi.
3. Pengumpulan data
Pada tahap ini penelitian dapat dikatakan sampai
pada
tahap
pelaksanaan
dan
pengamatan.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan FGD,
selanjutnya akan diperoleh analisis SWOT yang
menggambarkan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman sekolah, yang didasarkan pada bobot
dan skor yang diberikan berdasarkan FGD.
4. Desain produk
Penelitian akan menghasilkan rencana strategis
yang belum teruji oleh pakar sehingga belum
diketahui
efektifitasnya.
Maka
pada
tahap
selanjutnya dibutuhkan pengujian oleh pakar atau
ahli.
5. Validasi desain
Data yang sudah diperoleh akan diuji oleh pakar
untuk mengetahui kelemahan-kelemannya, yang
selanjutnya akan diperbaiki dengan mengurangi
kelemahan-kelemahan tersebut.
6. Perbaikan desain
Dari
hasil
didapatkan
perbaikan
rencana
dipertanggung
dari
pakar
strategis
jawabkan.
yang
maka
lebih
Selanjutnya
akan
bisa
rencana
strategis tersebut akan diserahkan kepada sekolah
sebagai alternatif peningkatan mutu.
2.7 Kerangka Pikir
Berikut ini adalah kerangka pikir dari alternatif
Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis
SWOT di SMPN 1 Bawen:
Gambar 2.3
Kerangka Pikir Analisis SWOT
Identifikasi Visi, Misi
dan Tujuan
Analisis
lingkungan
Eksternal
Analisis
lingkungan
Internal
Identifikasi
Kekuatan dan
Kelemahan
Identifikasi
Peluang dan
Ancaman
Rumusan Alternatif
Strategi Peningkatan
Mutu
Implementasi
Strategi
Evaluasi
Strategi peningkatan mutu sekolah adalah suatu
rencana yang komprehensif dengan melibatkan segala
sumber
kemampuan
proses
belajar,
untuk
mencapai
meningkatakan
kualitas
target-target
sekolah,
memenangkan persaingan. Indentifikasi visi, misi dan
tujuan sekolah adalah bagian yang sangat penting untuk
mewujudkan
sekolah.
alternatif
Selanjutnya
strategi
yang
harus
peningkatan
dilakukan
mutu
adalah
mengalisis lingkungan internal dan eksternalnya untuk
mengukur
atau
mengidentifikasi
faktor
kekuatan,
kelemahan dan faktor peluang, ancaman. Dari faktorfaktor tersebut jika dianalisa secara komprehensif maka
akan mengahasilkan informasi yang dapat digunakan
sebagai
dasar
peningkatan
untuk
mutu
menyusun
sekolah.
Jika
alternatif
strategi
alternatif
strategi
tersebut dilaksanakan maka akan ada monitoring dan
evaluasi
yang
berkelanjutan
dengan
tujuan
untuk
memperbaiki strategi dimasa yang akan datang. Dalam
penelitian ini penulis tidak akan membahas sampai
dengan monitoring dan evaluasi namun hanya sampai
pada merumuskan rencana strategis.
Download