PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor seringkali dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan investasi adalah risk tolerance yang berani ditanggung oleh seorang investor. Hal ini dapat terjadi karena dalam pengambilan sebuah keputusan sering kali investor dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak pasti sehingga risk tolerance mulai berperan sebelum sebuah keputusan diambil.Saat ini tidak hanya investor laki-laki yang berinvestasi, namun banyak juga investor perempuan yang melakukan investasi. Investor dalam mengambil setiap keputusan selalu mengedepankan pertimbangan-pertimbangan atas dasar rasionalitas terhadap keputusan yang akan diambil khususnya keputusan berinvestasi. Secara umum pilihan berinvestasi investor terbentuk atas dasar pertimbangan keuntungan dan risiko yang dihadapi. Namun tidak jarang dalam berperilaku investor mengabaikan rasionalitas yang menjadi landasan pengambilan keputusan berinvestasi. Selain itu juga faktor kepribadian investor dapat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang diambil investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010). Perilaku keuangan yaitu mempelajari tentang psikologi investor yang mendorong pilihan keuangan atau investasi dalam lingkungan masa depan yang pasti. Perilaku keuangan sebagian besar berada di bawah sayap civitas akademika 1 yang penelitiannya menjadi cukup produktif untuk menawarkan sumber makna dan arah bagi investor (Kahneman dalam Pompian, 2010). Banyak investor yang tidak menyadari bahwa faktor psikologi dalam dirinya berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Agustina, 2009). Mayfield, Perdue dan Wooten (2008) menjelaskan bahwa ada dua kelompok peneliti yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam menentukan keputusan investasi. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan pendekatan demografi yang berhubungan dengan pengaruh jenis kelamin, etnik, kekayaan, pendapatan dan berbagai faktor lain sebagai penjelasan keputusan pengaturan investasi. Kelompok kedua mendasarkan pemikiran pada karakteristik psikologi investor yang menunjukkan berbagai pilihan dalam pengambilan keputusan investasi. Sembel (2007) menunjukkan bahwa seorang psikolog dan investor bernama Jonathan Myers membagi profil investor berdasarkan 2 ciri-ciri, yaitu tipe kepribadian (personality trait) dan preferensi terhadap risiko (risk preference). Agustina (2009) mengungkapkan bahwa kepribadian digunakan untuk mengurangi kekurangan dari preferensi risiko di dalam pemilihan instrumen investasi, sehingga dengan mengkombinasikan keduanya (tipe kepribadian dan risk tolerance) investor dapat memprediksi arah niat pengambilan keputusan investasi dengan tepat. Mayfield, dkk (2008) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan gender, kecuali dengan dimensi pemikiran atau perasaan dimana sekitar dua pertiga dari laki-laki lebih memilih berpikir dan dua pertiga dari perempuan lebih 2 suka merasa. Byrnes, Miller dan Schafer (1999) menyatakan bahwa perempuan akan lebih takut untuk menghadapi risiko dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian terdahulu oleh Olsen dan Cox (2001) menunjukkan bahwa perempuan tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan. Penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001) memberi bukti bahwa laki-laki lebih memiliki rasa overconvidence yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Overconvidence adalah perasaan percaya diri pada dirinya sendiri secara berlebihan (Supramono, 2007). Overconvidence terkadang membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki dan underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005). Filbeck, Hatfield dan Horvath (2005) mengemukakan gagasan bahwa seorang individu cenderung bertindak normal bukannya rasional ketika membuat keputusan investasi. Perilaku yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak terlepas dari pengaruh perasaan dan sikap seseorang seperti overconvidence, optimis, gengsi, khawatir dan konservatif (Supramono, 2007). Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian yang diamati dengan menggunakan lima tipe kepribadian (big five) yang disebut OCEAN (opennes to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness and neuroticism). Kerangka berpikir big five merupakan suatu model hirarki kepribadian dengan lima variabel yang setiap variabelnya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan sangat luas. Pandangan big five menyatakan bahwa setiap perbedaan individu 3 dalam kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara empiris (Gosling, Rentfrow & Swann, 2003). Istilah big five pertama kali dicetuskan oleh Lew Goldberg (1981). Teori kepribadian “the big five” digunakan karena taksonomi kepribadian dari the big five secara umum dipandang sebagai yang paling mudah dimengerti dan diterima, khususnya untuk riset terapan (Mayfield dkk, 2008). Dalam beberapa penelitian terdahulu, variabel-variabel tersebut ditemukan memiliki hasil yang masih beragam, sehingga masih terdapat kemungkinan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2010) yang menyatakan bahwa untuk extraversion tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan atau keduanya cenderung sama dalam memilih keputusan investasi. Opennes to experience dan extraversion lebih suka menghadapi risiko dengan memilih investasi jangka panjang, sedangkan conscientiousness lebih suka untuk menghindari risiko dengan memilih investasi jangka pendek. Agreeableness dan neuroticism tidak berinvestasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementra, Ariani (2011), mengenai pengaruh suku terhadap risk tolerance, menemukan bahwa suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani. Indriani (2010) juga membuktikan bahwa karakteristik responden yang mengkategorikan conscientiousness pada range 2,91 (dibawah rata-rata) sehingga 4 tingkat conscientiousness responden cenderung rendah dan karena sebagian besar responden berusia 20-22 tahun, sehingga dalam bertindak seringkali tidak melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek. Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya variabel conscientiousness yang signifikan. Itu berarti bahwa variabel conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian, maka dari kelima tipe kepribadian the big five, peneliti hanya menggunakan satu tipe kepribadian yaitu conscientiousness sebagai variabel independent. Berdasarkan uraian di atas, maka persoalan penelitian yang dirumuskan yaitu sebagai berikut: 1) Apakah terdapat pengaruh kepribadian conscientiousnessterhadap risk tolerance ? 2) Apakah terdapat pengaruhgender terhadap risk tolerance ? 3) Apakah terdapat pengaruh suku terhadap risk tolerance ? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dari hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan tentang ilmu keuangan berbasis perilaku yang sudah ada sebelumnya, dan juga sebagai bahan referensi untuk penelitian dibidang study keuangan selanjutnya, tepatnya mengenai pengaruh kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance. 5 TELAAH TEORITIS Risk Tolerance Risk tolerance atau toleransi risiko adalah tingkat kemampuan yang dapat diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142). Menurut cognitive psycology, investor sering membuat kesalahan (cognitive bias) dalam mengolah informasi karena keputusan investor seringkali dipengaruhi oleh keyakinan dan preferensi terhadap risiko (Supramono dkk, 2010). Dilihat dari kesediaannya menanggung risiko investasi, investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok atau tipe (Agustina, 2009) : 1) Tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) Investor tipe ini adalah investor yang berani menanggung risiko.Widoatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor yang memiliki tipe berani mengambil risiko ini sangat menikmati risiko. Beberapa investor dengan tipe risk taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan kerjanya. 2) Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter). Investor dengan tipe ini memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan investasi yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel dalam Putra, 2011).Tidak mau mengambil risiko tambahan yang mereka anggap tidak terlalu diperlukan.Akan merasa senang ditawari investasi yang memiliki risiko yang rendah. 3) Tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate). 6 Semakin besar risiko yang akan dihadapi, semakin tinggi return yang diharapkan, semakin kecil risiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan. Tipe ini juga akan mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya kedalam instrument berisiko hingga porsi tertentu. Tipe ini juga akan cenderung memilih investasi yang memiliki risiko relative rendah. Ketiga jenis investor di atas mempunyai karakteristik dan penilaian yang unik untuk menilai suatu investasi.Pola sifat investor itu terbentuk karena adanya suatu konsep umum dimana kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Disini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.Secara umum banyak orang berpikir dengan pola risk averse. Tidak heran pilihan pertama seseorang menempatkan investasi adalah pada deposito atau instrument fixed rate return lainnya. Namun demikian, hasil deposito kurang memuaskan kebutuhan sebagian pihak.Tingkat suku bunga deposito dinilai terlalu rendah, tidak sebanding sebagai bentuk kompensasi investasi lagi.Hal ini mendorong sebagian pihak untuk melirik pasar modal sebagai bentuk investasi alternatif yang relative memberikan harapan keuntungan lebih tinggi, tentu saja dengan risiko yang lebih besar pula. 7 Conscientiousness Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat pertolongan. Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa kepribadian conscientiousness orangorang yang memiliki sifat sebagai berikut: 1) Optimis Sifat optimis adalah sifat yang penuh dengan pikiran positif dan keyakinan pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat optimis biasanya penuh percaya diri dan berani mengambil keputusan. Meskipun tahu akan banyak rintangan di depan, orang optimis akan tetap mencoba maju. Dan seandainya gagal, orang optimis tidak akan kecewa dan bersedih terlalu lama. Karena mereka yakin akan bisa berhasil jika mau terus berusaha. Sifat optimis inilah yang harus ada dalam diri seseorang setiap kali ingin melakukan sesuatu. 2) Fokus pada prestasi kerja Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalammelaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atasmemiliki perencaanan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. 3) Disiplin Disiplin adalah sikap yang selalu tepat janji, sehingga orang lain mempercayainya, karena modal utama dalam berbisnis adalah memperoleh kepercayaan dari orang lain. Disiplin ialah suatu kebiasaan dalam melakukan sebuah tindakan tertentu. Disiplin diri ialah latihan untuk menghasilkan pola dari 8 perilaku yang diinginkan, kebiasaan yang diharapkan dan sikap yang membawa kepada keberhasilan dalam mengarungi kehidupan. Oleh sebab itu, disiplin merupakan sesuatu yang perlukan untuk membawa seseorang sampai kepada tujuan yang diinginkan. Bisa dikatakan bahwa disiplin adalah Kunci Sukses 4) Kerja keras Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah kewajiban bagi setiap orang untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa bekerja, seseorang tidak akan pernah memperoleh apa yang diharapkan. Jam kerjatidak terbatas pada waktu, dimana adapeluang di situ datang. Kadang-kadang seorang yang pekerja keras sulit untuk mengatur waktu kerjanya, serta memikirkan kemajuannya.Ideidebaru selalu mendorongnya untuk bekerja kerasmerealisasikannya. 5) Teliti Teliti berarti cermat dan saksama. Teliti juga berarti hati-hati. Orang yang teliti adalah orang yang selalu cermat dan hati-hati dalam merencanakan hingga melakukan suatu pekerjaan. Orang yang tidak teliti adalah orang yang ceroboh dan mengerjakan sesuatu dengan semaunya sendiri. Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap fakta, maunya ada bukti. Sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi 9 konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah. 6) Tekun Sifat tekun adalah sifat sungguh-sungguh dalam bekerja. Bersungguh- sungguh dalam berusaha merupakan modal untuk rnemperoleh kesuksesan. Orang yang tekun tak mudah puas dengan hasil kerjanya. Ia akan terus memperbaiki diri. Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah menerima kritik dari orang lain. Kritik yang membangun dapat dijadikan sebagai modal agar kita bisa menjadi lebih baik. Sedangkan secara umum, orang-orang yang mendapat skor tinggi pada variabel conscientiousness merupakan orang yang pekerja keras, teliti, tepat waktu, disiplin dan tekun. Sebaliknya, orang dengan skor rendah cenderung malas, ceroboh, tidak tepat waktu, tidak disiplin, dan cenderung sembrono. Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma. Facet (subfaktor) yang terdapat dalam conscientiousness menurut Costa dan McRae dalam Pervin (2005) sebagai berikut : 1. Competence (kompetensi), kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu. 2. Order (teratur), kemampuan berorganisasi 3. Dutifulness (patuh), memegang erat prinsip hidup 4. Achievement striving (pencapaian prestasi), aspirasi individu dalam mencapai prestasi 10 5. Self-discipline (disiplin), mampu mengatur diri sendiri 6. Deliberation (pertimbangan), selalu berpikir sebelum bertindak Faktor Demografi Variabel demografis menurut Robb dan Sharpe (2009) adalah suatu study yang mempelajari karakteristik, sikap dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, suku, status pendidikan dan pendapatan. Faktor-faktor demografis biasanya mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku keuangan. Faktor lain yang termasuk dalam demografis adalah usia. Faktor demografi adalah bagian yang melekat pada individu dan mampu untuk mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan keuangan (Miranda, 2011). Graham, Harvey dan Huang (2005) menyatakan bahwa demografi seorang investor menjelaskan persepsi kompetensinya dipengaruhi oleh karakteristik dari investor tersebut. Perbedaan karakteristik demografi dari investor menyebabkan investor merasa lebih kompeten dalam memahami informasi keuangan dan peluang yang ada. Demografi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi keputusan yang berisiko (Filbeck dkk, 2005; Bhandari & Deaves, 2006). Gender Gender merupakan sebuah variabel yang mengekspresikan kategori biologis, sehingga merupakan sifat manusia yang terkait oleh budaya dan sering kali dipertimbangkan menjadi penentu sebuah keputusan (Trisnaningsih, 2003). 11 Penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan Cox (2001) memfokuskan pada investor yang telah terlatih secara profesional, menemukan bahwa adanya kecenderungan pengaruh perbedaan gender terhadap persepsi dan respon pada risiko investasi. Watson dan McNaughton (2007) membuktikan bahwa perempuan lebih cenderung memilih investasi yang konservatif dengan pengembalian yang lebih rendah dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling overconfidence dalam pengambilan keputusan. Hal ini juga didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh Charness dan Gneezy (2007) menemukan hasil yang konsisten bahwa perempuan kurang berani berinvestasi, sehingga tampak lebih menolak risiko finansial daripada laki-laki. Suku Kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya yang memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat istiadat dan tradisi. Investor dengan latar belakang suku yang berbeda mempunyai perilaku keuangan yang berbeda juga. Afwah (2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang etnis Tionghoa dalam mencapai kesuksesan yaitu kemampuan subjek dalam menangkap peluang usaha, kegigihan, keuletan, kerja keras, tekun, giat, punya 12 kemampuan, hemat, hidup sederhana dan faktor yang paling berpengaruh besar yaitu keadaan pasar saat ini dan nilai-nilai budaya. Hubungan yang baik dengan sesama pedagang, pemasok maupun pembeli menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang pedagang. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Kepribadian Conscientiousness terhadap Risk Tolerance Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti aturan dan norma. Individu yang memiliki sifat berpikir sebelum bertindak sangat memperhatikan langkah-langkah yang diambil terutama dalam berinvestasi. Individu ini sangat berhati-hati dalam memilih jenis investasi, individu yang berhati-hati lebih memilih menghindari risiko. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, investor lebih menyukai untuk menghindari risiko. Makin rendah tingkat conscientiousness investor lebih memilih untuk menghadapi risiko. Investor yang memiliki skor tinggi cenderung untuk menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh dan bertujuan untuk pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Dari sisi negatif, tipe kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic dan bosan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap tidak disiplin, ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya. Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya variabel conscientiousness yang signifikan. 13 Itu berarti bahwa variabel conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. H1 : Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk tolerance. Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance Barber dan Odean (2001) menyatakan bahwa gender merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang investor dalam mengambil resiko untuk berinvestasi. Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan. Penelitian oleh Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko. Eksperimen ini dilakukan pada mahasiswa dan membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risk attitude dengan karakteristik psikologi dalam mengambil keputusan investasi bahwa secara signifikan wanita lebih risk averse daripada laki-laki. Graham dkk (2005) menemukan bahwa investor laki-laki lebih memiliki keyakinan bahwa mereka merupakan investor yang kompeten dikarenakan tinggi aktivitas investor (competence effect) melakukan perdagangan (trading) jika dibandingkan wanita yang bekerja paruh waktu. H2 : Gender berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance. 14 Pengaruh SukuTerhadap Risk Tolerance Etnis Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang (Maulana, 2007). Penduduk etnis Jawa menjaga keharmonisan, keserasian dan menghindari konflik, sehingga cenderung diam dan tidak mau membantah apabila terjadi perbedaan pendapat, karena sifat itulah penduduk etnis Jawa mudah untuk menyimpan dendam (Soedharmo, 2006). Budaya etnis Tionghoa untuk mengidentifikasi diri sebagai bagian dari sistem masyarakat Tionghoa adalah penggunaan nama keluarga Tionghoa. Etnis Tionghoa cenderung menghindari aktivitas sosial, tetapi hasil penelitian pada etnis Tionghoa dari segi sosial yang dilakukan oleh Kantiningsih (2007) adalah rata-rata etnis Tionghoa yang menyukai aktivitas sosial lebih tinggi daripada yang tidak menyukai kegiatan sosial. Biasanya suku dengan kulit putih akan lebih berani dalam mengambil risiko. Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011). H3 : Suku berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance. 15 Model Penelitian Berdasarkan penjelasan pengaruh antara berbagai variabel di atas, maka penulis merumuskan ke dalam model penelitian sebagai berikut : Conscientiousness Risk Tolerance Faktor Demografi : - Gender - suku Gambar 1. Model Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diartikan bahwa kadarrisk tolerance yang dimiliki oleh seorang investor dapat dipengaruhi oleh dua variabel yaitu conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data diperoleh dengan memberikan kuesioner pertanyaanpertanyaan yang relevan terhadap topik yang diteliti untuk dijawab atau diisi oleh responden seorang investor di kota Salatiga secara langsung. 16 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah para investor yang ada di kota Salatiga. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria investor yang berinvestasi untuk membuka usaha. Karena dalam pengambilan sampel kesulitan untuk menemukan para investor, maka peneliti mentargetkan sebanyak 45 responden yang mengacu pada rules of thumb (Roscoe, 1975), maka ukuran sampel pada penelitian ini yaitu ukuran sampel yang layak adalah sampel yang memiliki jumlah paling sedikit adalah 30 responden. Pengukuran Konsep Setiap pernyataan baik variabel kepribadian conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku) diukur dengan menggunakan 5 point Skala Likert, dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju). Indikator Empirik Berikut indikator empirik dari aspek kepribadian conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku) terhadap risk tolerance. Tabel 1. Variabel, Deskripsi, Sub Variabel dan Indikator Variabel Deskripsi Sub Variabel Merupakan orangorang yang Conscientiousness memiliki sifat Optimis optimis, fokus pada prestasi dan 17 Indikator 1. Mendapatkan keuntungan berinvestasi. 2. Kegagalan hari merupakan ini disiplin diri (Feist dan Feist, 2009) 3. Fokus prestasi pada 1. 2. 3. 1. 2. Disiplin 3. 1. 2. Kerja keras 3. 1. 2. Teliti 3. Tekun Gender Gender responden 1. Menekuni investasi yang dilakukan. 2. Tidak pernah berhenti belajarkegiatan investasi 3. Belajar dari siapapun tentang kegiatan investasi Kondisi responden terkait dengan gender yang dimiliki saat ini 18 keuntungan yang tertunda. Kecil kemungkinan mengalami kegagalan investasi Mempunyai target Target harus tercapai Mendapatkan keuntungan yang besar. Tepat waktu. Tidak harus mengerjakan sesuatu sesegera mungkin Tidak mudah membatalkan perjanjian. Tidak mudah menyerah Berusahaagar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan Mencari peluang investasi Cermat dalam memilih investasi Berhati-hati dalam berinvestasi Merencanakan, dalam setiap investasi Laki-laki Perempuan Suku Risk Tolerance Suku responden Merupakan tingkat kemampuan yang dapat diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142). Kondisi responden - Jawa terkait dengan - Tionghoa suku yang dimiliki saat ini 1. Berani menanggung risiko dalam berinvestasi 2. Menikmati risiko Risk taker dalam berinvestasi 3. Berani menghadapi risiko yang tinggi dalam berinvestasi 1. Mengutamakan keamanan dalam berinvestasi 2. Tidak mau mengambil risiko Risk averter yang tinggi dalam berinvestasi 3. Merasa senang ditawari investasi yang memiliki risiko yang rendah 1. Berani menanggung risiko yang sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh 2. Mempertimbangkan secara hati-hati jenis Risk moderate investasi sesuai dengan dana yang dimiliki 3. Memilih investasi yang memiliki risiko relative rendah Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang diberikan kepada investor di kota Salatiga. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada 19 responden yang berisi daftar pertanyaan yang menyangkut pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance. Teknik Analisis Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan (Utami & Supramono, 2003). Penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) yang berfungsi untuk menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik maupun non parametrik dengan basis windows (Ghozali, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dan alat analisis menggunakan regresi berganda Uji Validitas dan Reliabilitas Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik deskriptif dan alat analisis menggunakan regresi berganda. Sebelum melangkah ke uji regresi berganda data diuji keabsahannya sehingga dapat diuji lebih lanjut yaitu menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas : Uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah 20 yang diteliti. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3 (Yogianto, 2005). Uji reliabilitas : Uji reliabilitas diperlukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan reliable jika memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan taraf signifikan yang sudah ditemukan yaitu 0,05. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variablevariabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat angka variance inflation factor (VIF) dan tolerance. Model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2005). 3) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah analisis regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil uji glejser yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap 21 variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Persamaan Regresi Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+e Dimana : Y : Keputusan pembelian X1 : Conscientiousnes X2 : Gender X3 : Suku e : Error / Residual a : Konstanta, perpotongan pada garis sumbu X b1,b2,b3 : Koefesien regresi Selanjutnya dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows, akan dihasilkan output regresi yang akan dijelaskan mengenai: R square (R2) yaitu seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Uji t, uji signifikansi apakah variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan p-value dengan tingkat signifikansi. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka H1, H2, dan H3 diterima, demikian sebaliknya. 22 Uji F, uji signifikansi apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Profil Responden Tabel berikut ini memperlihatkan karakteristik dari responden yang dilihat dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan, jenis usaha dan melakukan investasi lain. Berikut adalah tabel yang menyajikan karakteristik responden investor di kota Salatiga yang menjadi responden berdasarkan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: 23 Tabel 3. Karakteristik Responden Sumber: data primer 2014 Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, sebagian besar responden investor lakisebesar 57,78 % dengan usia antara 40 sampai dengan 50 tahun sebesar 35,56 %. Pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan minimal SMA sebesar 42,22 %. Berdasarkan suku responden, didominasi oleh responden dengan suku China (Tionghoa) sebesar 58,70 % dan Jawa (41,30 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa, responden dengan suku China merupakan responden yang paling banyak sebagai investor dan menginvestasikan dananya untuk bersama 24 rekannya dalam membangun usaha. Pekerjaan responden, didominasi oleh responden dengan pekerjaan Wiraswasta (55,56 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dengan perkerjaan swasta merupakan responden yang paling bekecimpung dalam dunia usaha, sehingga tidak akan puas jika menjalankan satu usaha. Sehingga dengan kepemilikan dana akan lebih menginvestasikan dananya bersama rekannya untuk membangun usaha bersama. Jenis usaha yang dijalankan sebagian besar adalah usaha counter Handphone (24,44 %), dan usaha toko pakaian (20,00 %). Untuk lebih jelasnya jenis usaha yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Usaha Saat Ini Usaha Saat Ini Counter Handphone Toko Pakaian Bengkel Motor Rental Mobil Makanan (Kuliner) Laundry Pakaian Koperasi Jumlah Sumber: data primer 2014 Jumlah 11 9 8 6 5 4 2 45 Prosentase 24,44% 20,00% 17,78% 13,33% 11,11% 8,89% 4,44% 100,00% Tabel 5. Melakukan Investasi Lain Jenis Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Investasi Lain 13 50,00% Emas Ya 26 57,78% 8 30,77% Tanah 5 19,23% Bangunan 19 42,22% Tidak 45 100,00% 26 100,00% Jumlah Sumber: data primer 2014 Melakukan Investasi Lain Tabel 5 menjelaskan bahwa, sebagian besar responden melakukan investasi lain sebesar 57,78 % dan tidak melakukan investasi lain sebesar 42,22 25 %. Jenis investasi lain yang dimiliki oleh responden adalah emas (50,00 %), tanah (30,77 %) dan bangunan (19,23 %). Deskriptif Statistik Sebelum melangkah ke uji regresi yang mempunyai fungsi menguji hipotesis, maka perlu melihat statistik deskriptif yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 1) Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender dan Suku. Berikut tabel yang menyajikan perhitungan statistik deskriptif variabel concientiousness berdasarkan gender dan suku : Tabel 6. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender Sumber: data primer 2014 26 Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Suku Sumber: data primer 2014 Berdasarkan hasil statistik deskriptif kepribadian Concientiousness Berdasarkan Gender(Tabel 6), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan. Sementara rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel 7). Namun untuk secara keseluruhan para investor di kota Salatiga berdasarkan genderdan suku cenderung berpendapat setuju karena memiliki nilai rata-rata (mean) berada pada interval 3,41 – 4,20. Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai kepribadian dirinya adalah seorang yang memiliki rasa optimis yang tinggi dalam berinvestasi, seorang investor selalu fokus pada prestasi untuk berinvestasi, seorang investor memiliki kedisiplinan yang baik dalam berinvestasi, seorang investor merupakan 27 orang yang pekerja keras, seorang investor merupakan orang yang teliti dan cenderung berhati-hati dalam berinvestasi serta seorang investor merupakan orang yang selalu tekun dalam berinvestasi. 2) Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Gender dan Suku Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif variabel risk tolerance berdasarkan gender dan suku. Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Risk ToleranceBerdasarkan Gender Sumber: data primer 2014 28 Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Suku Sumber: data primer 2014 Berdasarkan hasil statistik deskriptif risk tolerance berdasarkan Gender(Tabel 8), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin lakilaki memiliki rata-rata lebih tinggi dari perempuan. Sementara rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel 9).Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai risk tolerance untuk berinvestasi adalah semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Selain itu, investor mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam instrument berisiko hingga porsi tertentu. 29 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Hasil uji validitas conscientiousness dan risk tolerance diperoleh nilai ItemTotal Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat dianalisis lebih lanjut. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel conscientiousness, gender, suku dan risk tolerance memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variabel conscientiousness dan risk tolerance dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya (Lampiran1). Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov yang diperoleh nilai signifikansi 0,955 yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan normal (lampiran 2). Dengan melihat nilai DW sebesar 1,956 yang berada pada nilai 1,66 sampai dengan 2,34 sehingga tidak ada masalah autokorelasi serta uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF < 10 dan nilai tolerance< 0,1 (Lampiran 3). Uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser yang diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan tidak ada masalah heteroskedastisitas (lampiran 4). 30 Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,184 dengan tingkat tingkat signifikansi 0,011 dan karena nilai probalilitas 0,011 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi risk tolerance pada investor di kota Salatiga. Selain itu juga, dilihat dari hasil analisis diketahui R Square sebesar 0,534. Hal tersebut mampu menjelaskan perubahan variabel Conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %, sedangkan sisanya sebesar 46,60 % dijelaskan oleh variabel lain. Untuk menguji hipotesis yaitu mengetahui pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance diketahui hasilnya sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Uji Individual (Uji t) Unstandardized Coefficients Model t hitung B Constant 29,890 Conscientiousness 0,113 2,307 Gender 3,533 2,245 Suku 1,684 2,748 Adjusted R Square 0,534 F hitung 4,184 Sig F 0,011 N 45 Sumber: olahan SPSS Sig 0,026 0,034 0,009 Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk Conscientiousness memberikan nilai beta = 0,113 dengan sig 0,026 < 0,05. Hal ini menyatakanbahwa Conscientiousness berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Untuk pengujian gender memberikan nilai beta = 3,533 dengan sig 0,034 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa gender berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Hasil yang sama juga terjadi pada variabel suku memberikan nilai beta = 1,684 dengan sig 31 0,009 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa sukuberpengaruh positif dan signifikan terhadaprisk tolerance. Pembahasan Pengaruh Kepribadian Conscientiousness Terhadap Risk Tolerance Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk tolerance.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepribadian conscientiousness maka investor dalam bertindak seringkali melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek. Selain itu juga investor yang memiliki kepribadian conscientiousnesstinggi akan berani mengambil resiko yang tinggi karena investor yakin akan memiliki target dalam berinvestasi, serta selalu yakin untuk mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Farikha (2011) yang membuktikan bahwa conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance. Berpengaruhnya conscientiousness terhadap risk tolerance mengindikasikan pola sifat investor yang terbentuk karena adanya suatu konsep umum dimana seorang investor tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Di sini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa investor laki-laki merupakan responden yang memiliki nilai tinggi pada conscientiousness ditunjukkan dengan perilaku yang sangat cermat 32 dalam penggunaan anggaran keuangannya.Kepribadian ini dicirikan seperti tertib/teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Umumnya pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah seorang pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu dan tekun.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want). Investor dengan suku China yang memiliki conscientiousness yang tinggi. Mereka akan lebih berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan dan akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Biasanya suku dengan kulit putih akan lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011). Sementara itu seorang investor dengan jenis kelamin perempuan dan investor dengan suku jawa merupakan investor yang memiliki sikap konservatif (hati-hati) dalam memilih investasi karena penyesalan yang timbul akibat kerugian investasi. Sehingga responden beranggapan bahwa memilih investasi dengan dana yang kecil akan lebih aman karena risiko yang ditimbulkan akan lebih kecil. 33 Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance Gender berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil ini sesuai dengan penelitian Barber dan Odean (2001) yang mengemukakan bahwa gender berpengaruh terhadap risk tolerance.Penelitian ini juga diperoleh hasil yang mana jenis kelamin laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arano, Parker dan Terry (2010) yang menyatakan bahwa, gender laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Selain itu juga adanya perbedaan tipe antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko.Investor laki-laki cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,231 dan tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 3,885. Sementara itu investor wanita cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter) dengan rata-rata 4,088 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 4,000. Hasil ini mendukung penelitian Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko, yang mana wanita lebih risk aversedaripada laki-laki. Perempuan tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan (Olsen dan Cox, 2001). 34 Pengaruh Suku Terhadap Risk Tolerance Suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian (Kantiningsih, 2007) dan Ariani (2011), yang mana suku berpengaruh terhadap risk tolerance pada keputusan investasi, yang mana suku Tionghoa yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi selain itu juga adanya perbedaan tipe investorantara suku Tionghoa dan Jawa dalam menghadapi risiko. Investor dari suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,33 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata 3,852. Sementara itu investor dari suku Jawa cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter) dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata sebesar 3,842. Biasanya suku dengan kulit putih (Tionghoa) akan lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011). 35 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kepribadian conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hal ini berarti.seorang investor yang memiliki conscientiousness yang tinggi cenderung akan berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan, seorang investor juga akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Investor laki-laki dan suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) daninvestor perempuan bersuku Jawa cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter). Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang ingin dicapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut seperti koefisien determinasi (R Square) hanya sebesar 0,534 artinya bahwa sumbangan efektif variabel conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %. Sisanya sebesar 46,60 % adalah faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat risk tolerance. Saran Saran untuk penelitian yang akan datang, diharapkan bagi peneliti untuk menambahkan variabel lain diluar observasi seperti usia, pendidikan, pekerjaan derta pendapatan. 36 Daftar Pustaka Agustina, A. 2009. Profil Kepribadian dan Preferensi Investor dalam Investasi di Aset Finansial. Skripsi : Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (tidak dipublikasikan). Arano, C., Parker., and Terry. 2010. Gender-Based Risk Aversion and Retirement Asset Allocation. Economic Inquiry Volume 48, Issue, pages 147-155. Ariani, L. 2011. Pengaruh Faktor Biopsychosocial dan Faktor Lingkungan terhadap Risk Aversion Investor. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XVI (1), 57-65. Barber, M dan Odean, T. 2001. Boys Will be Boys: Gender, Overconfidence and Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics, 2: 261292. Baron dan Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Bandhari, Gokul and Deaves, R.2006. The Demographics of Overconfidence. Journal of Behavioral Finance. Vol. 7, No.1 : 5-11. Byrnes, J. P., Miller, D. C., and Schafer, W, D. 1999. Gender Difference in Risk Taking: A Meta Analysis, Psychological Bulletin. Vol.125, No.3 : 367383. Cooper, D. R and P. S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Vol.2, No.9: 8-9 Eckel., Catherine, C., and Grossman, P. J. 2008. Forecasting Risk Attitude: An Experimental Study Using Actual and Forecast Gamble Choices. Journal of Economic Behavior and Organization. Vol.68, Hal 1-17. Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Farikha, R. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang. Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Filbeck, G., Hatfield, P., and Horvath, P. 2005. Risk Aversion and Personality Type. The Journal of Behavioral Finance. Vol.6, No.4, Hal 170-180. Feist, J., dan Feist, J. G. 2009. Theories of Personality. New York: McGraw-Hill. 37 Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Graham, J., Harvey, C., and Hung, H. 2005. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam Pengambilan Keputusan. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi). Jones, C.P. 2004. Investment Analysisand Management: Ninth Edition. John Weley And Sons, Inc. Mayfield, C., Perdue, G., and Wooten, K. 2008. Investment Management and Personality Type. Financial Service Review. Vol.17, 219-236. Miranda, G. M. 2011. Overconfidence dalam Pengambilan Keputusan Keuangan berdasarkan Faktor Demografi. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi). Mischel, W. 2003. Introduction to Personality. New York: Lehigh Press. Nofsinger, J. R. 2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey. Precentice-Hall Inc. Olsen, R. A., and Cox, C. M. 2001. The Influence of Gender on The Perception and Response to Investment Risk: The Case of Professional Investors. The Journal of Psychology and Financial Markets. Vol.2, 29-36. Pervin, C. J. 2005. Personality Theory and Research. 9nd Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Pompian, Michael, M. 2012. Behavioral Finance and Investor Type. New York: John Wiley & Sons, Inc. Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Robb, C., and Sharpe, D. L. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on College Student’s Credit Card Behavior. Journal of Financial and Planning. Vol 20. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussines. Fourth Edition. New York: Jhon Willy & Sons, Inc. Sembel, R. 2007. Energixe Your Life. Jakarta: Elex Media Komputindo. 38 Supramono. 2007. Dari Keuangan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Supramono, Kaudin, A, Mahastanti L. A, Damayanti T. W. 2010. Desain Penelitian Keuangan Berbasis Perilaku. Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Press. Trisnaningsih, S. 2003. Perbedaan Kinerja auditor Dilihat Dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1. Utami, Intiyas dan Supramono. 2003. Desain Proposal Penelitian studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Watson, J., and McNaughton, M. 2007. Gender Difference in Risk Aversion and Expected Retirement Benefits. Financial Analysts Journal, Vol. 63, No. 4, p52-62. 39 40