Pengaruh Conscientiousness, Gender dan suku terhadap Risk

advertisement
PENDAHULUAN
Keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor seringkali
dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi
keputusan investasi adalah risk tolerance yang berani ditanggung oleh seorang
investor. Hal ini dapat terjadi karena dalam pengambilan sebuah keputusan sering
kali investor dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak pasti sehingga risk
tolerance mulai berperan sebelum sebuah keputusan diambil.Saat ini tidak hanya
investor laki-laki yang berinvestasi, namun banyak juga investor perempuan yang
melakukan investasi.
Investor dalam mengambil setiap keputusan selalu mengedepankan
pertimbangan-pertimbangan atas dasar rasionalitas terhadap keputusan yang akan
diambil khususnya keputusan berinvestasi. Secara umum pilihan berinvestasi
investor terbentuk atas dasar pertimbangan keuntungan dan risiko yang dihadapi.
Namun tidak jarang dalam berperilaku investor mengabaikan rasionalitas yang
menjadi landasan pengambilan keputusan berinvestasi. Selain itu juga faktor
kepribadian investor dapat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang
diambil investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang
suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010).
Perilaku keuangan yaitu mempelajari tentang psikologi investor yang
mendorong pilihan keuangan atau investasi dalam lingkungan masa depan yang
pasti. Perilaku keuangan sebagian besar berada di bawah sayap civitas akademika
1
yang penelitiannya menjadi cukup produktif untuk menawarkan sumber makna
dan arah bagi investor (Kahneman dalam Pompian, 2010).
Banyak investor yang tidak menyadari bahwa faktor psikologi dalam
dirinya berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Agustina, 2009). Mayfield,
Perdue dan Wooten (2008) menjelaskan bahwa ada dua kelompok peneliti yang
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam menentukan
keputusan investasi. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan
pendekatan demografi yang berhubungan dengan pengaruh jenis kelamin, etnik,
kekayaan, pendapatan dan berbagai faktor lain sebagai penjelasan keputusan
pengaturan investasi. Kelompok kedua mendasarkan pemikiran pada karakteristik
psikologi investor yang menunjukkan berbagai pilihan dalam pengambilan
keputusan investasi.
Sembel (2007) menunjukkan bahwa seorang psikolog dan investor
bernama Jonathan Myers membagi profil investor berdasarkan 2 ciri-ciri, yaitu
tipe kepribadian (personality trait) dan preferensi terhadap risiko (risk
preference). Agustina (2009) mengungkapkan bahwa kepribadian digunakan
untuk mengurangi kekurangan dari preferensi risiko di dalam pemilihan instrumen
investasi, sehingga dengan mengkombinasikan keduanya (tipe kepribadian dan
risk tolerance) investor dapat memprediksi arah niat pengambilan keputusan
investasi dengan tepat.
Mayfield, dkk (2008) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan
gender, kecuali dengan dimensi pemikiran atau perasaan dimana sekitar dua
pertiga dari laki-laki lebih memilih berpikir dan dua pertiga dari perempuan lebih
2
suka merasa. Byrnes, Miller dan Schafer (1999) menyatakan bahwa perempuan
akan lebih takut untuk menghadapi risiko dibandingkan dengan laki-laki.
Penelitian terdahulu oleh Olsen dan Cox (2001) menunjukkan bahwa perempuan
tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki
dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan.
Penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001)
memberi bukti bahwa laki-laki lebih memiliki rasa overconvidence yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Overconvidence adalah perasaan percaya diri
pada dirinya sendiri secara berlebihan (Supramono, 2007). Overconvidence
terkadang membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki dan
underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal
melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005). Filbeck, Hatfield dan
Horvath (2005) mengemukakan gagasan bahwa seorang individu cenderung
bertindak normal bukannya rasional ketika membuat keputusan investasi. Perilaku
yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak terlepas dari pengaruh perasaan dan
sikap seseorang seperti overconvidence, optimis, gengsi, khawatir dan konservatif
(Supramono, 2007).
Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian yang diamati dengan
menggunakan lima tipe kepribadian (big five) yang disebut OCEAN (opennes to
experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness and neuroticism).
Kerangka berpikir big five merupakan suatu model hirarki kepribadian dengan
lima variabel yang setiap variabelnya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan
sangat luas. Pandangan big five menyatakan bahwa setiap perbedaan individu
3
dalam kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara
empiris (Gosling, Rentfrow & Swann, 2003). Istilah big five pertama kali
dicetuskan oleh Lew Goldberg (1981). Teori kepribadian “the big five”
digunakan karena taksonomi kepribadian dari the big five secara umum dipandang
sebagai yang paling mudah dimengerti dan diterima, khususnya untuk riset
terapan (Mayfield dkk, 2008).
Dalam beberapa penelitian terdahulu, variabel-variabel tersebut ditemukan
memiliki hasil yang masih beragam, sehingga masih terdapat kemungkinan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Indriani (2010) yang menyatakan bahwa untuk extraversion tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan atau keduanya cenderung sama dalam memilih
keputusan investasi. Opennes to experience dan extraversion lebih suka
menghadapi risiko dengan memilih investasi jangka panjang, sedangkan
conscientiousness lebih suka untuk menghindari risiko dengan memilih investasi
jangka pendek. Agreeableness dan neuroticism tidak berinvestasi dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Sementra, Ariani (2011), mengenai pengaruh suku terhadap risk tolerance,
menemukan bahwa suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih
berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang
Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka
memiliki preferensi risiko yang lebih berani.
Indriani (2010) juga membuktikan bahwa karakteristik responden yang
mengkategorikan conscientiousness pada range 2,91 (dibawah rata-rata) sehingga
4
tingkat conscientiousness responden cenderung rendah dan karena sebagian besar
responden berusia 20-22 tahun, sehingga dalam bertindak seringkali tidak
melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan
memilih investasi jangka pendek.
Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya
variabel
conscientiousness
yang signifikan.
Itu berarti bahwa variabel
conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent.
Gufron
(2010) menyebutkan kepribadian
conscientiousness
lebih
kerap
diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian, maka
dari kelima tipe kepribadian the big five, peneliti hanya menggunakan satu tipe
kepribadian yaitu conscientiousness sebagai variabel independent. Berdasarkan
uraian di atas, maka persoalan penelitian yang dirumuskan yaitu sebagai berikut:
1)
Apakah terdapat pengaruh kepribadian conscientiousnessterhadap risk
tolerance ?
2)
Apakah terdapat pengaruhgender terhadap risk tolerance ?
3)
Apakah terdapat pengaruh suku terhadap risk tolerance ?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap
risk tolerance. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dari hasil
penelitian ini bisa menambah pengetahuan tentang ilmu keuangan berbasis
perilaku yang sudah ada sebelumnya, dan juga sebagai bahan referensi untuk
penelitian dibidang study keuangan selanjutnya, tepatnya mengenai pengaruh
kepribadian conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance.
5
TELAAH TEORITIS
Risk Tolerance
Risk tolerance atau toleransi risiko adalah tingkat kemampuan yang dapat
diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142). Menurut
cognitive psycology, investor sering membuat kesalahan (cognitive bias) dalam
mengolah informasi karena keputusan investor seringkali dipengaruhi oleh
keyakinan dan preferensi terhadap risiko (Supramono dkk, 2010).
Dilihat dari kesediaannya menanggung risiko investasi, investor dapat
dikategorikan menjadi 3 kelompok atau tipe (Agustina, 2009) :
1)
Tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker)
Investor tipe ini adalah investor yang berani menanggung risiko.Widoatmojo
dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor yang memiliki tipe berani
mengambil risiko ini sangat menikmati risiko. Beberapa investor dengan tipe risk
taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan kerjanya.
2)
Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).
Investor dengan tipe ini memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan
investasi yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel
dalam Putra, 2011).Tidak mau mengambil risiko tambahan yang mereka anggap
tidak terlalu diperlukan.Akan merasa senang ditawari investasi yang memiliki
risiko yang rendah.
3)
Tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan
return yang akan diperolehnya (risk moderate).
6
Semakin besar risiko yang akan dihadapi, semakin tinggi return yang diharapkan,
semakin kecil risiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan.
Tipe ini juga akan mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan
dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya kedalam
instrument berisiko hingga porsi tertentu. Tipe ini juga akan cenderung memilih
investasi yang memiliki risiko relative rendah.
Ketiga jenis investor di atas mempunyai karakteristik dan penilaian yang
unik untuk menilai suatu investasi.Pola sifat investor itu terbentuk karena adanya
suatu konsep umum dimana kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa
risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil
yang besar juga. Disini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan
hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.Secara umum
banyak orang berpikir dengan pola risk averse. Tidak heran pilihan pertama
seseorang menempatkan investasi adalah pada deposito atau instrument fixed rate
return lainnya. Namun demikian, hasil deposito kurang memuaskan kebutuhan
sebagian pihak.Tingkat suku bunga deposito dinilai terlalu rendah, tidak
sebanding sebagai bentuk kompensasi investasi lagi.Hal ini mendorong sebagian
pihak untuk melirik pasar modal sebagai bentuk investasi alternatif yang relative
memberikan harapan keuntungan lebih tinggi, tentu saja dengan risiko yang lebih
besar pula.
7
Conscientiousness
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa kondisi suasana hati yang
baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain,
sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat pertolongan.
Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa kepribadian conscientiousness orangorang yang memiliki sifat sebagai berikut:
1)
Optimis
Sifat optimis adalah sifat yang penuh dengan pikiran positif dan keyakinan
pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat optimis biasanya penuh percaya diri
dan berani mengambil keputusan. Meskipun tahu akan banyak rintangan di depan,
orang optimis akan tetap mencoba maju. Dan seandainya gagal, orang optimis
tidak akan kecewa dan bersedih terlalu lama. Karena mereka yakin akan bisa
berhasil jika mau terus berusaha. Sifat optimis inilah yang harus ada dalam diri
seseorang setiap kali ingin melakukan sesuatu.
2)
Fokus pada prestasi kerja
Prestasi
kerja
adalah
suatu
hasil
kerja
yang
dicapai
seseorang
dalammelaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atasmemiliki perencaanan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
3)
Disiplin
Disiplin adalah sikap yang selalu tepat janji, sehingga orang lain
mempercayainya, karena modal utama dalam berbisnis adalah memperoleh
kepercayaan dari orang lain. Disiplin ialah suatu kebiasaan dalam melakukan
sebuah tindakan tertentu. Disiplin diri ialah latihan untuk menghasilkan pola dari
8
perilaku yang diinginkan, kebiasaan yang diharapkan dan sikap yang membawa
kepada keberhasilan dalam mengarungi kehidupan. Oleh sebab itu, disiplin
merupakan sesuatu yang perlukan untuk membawa seseorang sampai kepada
tujuan yang diinginkan. Bisa dikatakan bahwa disiplin adalah Kunci Sukses
4)
Kerja keras
Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi
(semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah kewajiban
bagi setiap orang untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa bekerja, seseorang tidak
akan pernah memperoleh apa yang diharapkan. Jam kerjatidak terbatas pada
waktu, dimana adapeluang di situ datang. Kadang-kadang seorang yang pekerja
keras sulit untuk mengatur waktu kerjanya, serta memikirkan kemajuannya.Ideidebaru selalu mendorongnya untuk bekerja kerasmerealisasikannya.
5)
Teliti
Teliti berarti cermat dan saksama. Teliti juga berarti hati-hati. Orang yang
teliti adalah orang yang selalu cermat dan hati-hati dalam merencanakan hingga
melakukan suatu pekerjaan. Orang yang tidak teliti adalah orang yang ceroboh
dan mengerjakan sesuatu dengan semaunya sendiri. Tipe teliti ini sangat tertarik
pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan).
Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus
terhadap fakta, maunya ada bukti. Sangat menghargai peraturan, mereka tidak
suka melanggar peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan
sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi
9
konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan
selalu mengalah.
6)
Tekun
Sifat tekun adalah sifat sungguh-sungguh dalam bekerja. Bersungguh-
sungguh dalam berusaha merupakan modal untuk rnemperoleh kesuksesan. Orang
yang tekun tak mudah puas dengan hasil kerjanya. Ia akan terus memperbaiki diri.
Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah menerima kritik dari orang
lain. Kritik yang membangun dapat dijadikan sebagai modal agar kita bisa
menjadi lebih baik.
Sedangkan secara umum, orang-orang yang mendapat skor tinggi pada
variabel conscientiousness merupakan orang yang pekerja keras, teliti, tepat
waktu, disiplin dan tekun. Sebaliknya, orang dengan skor rendah cenderung
malas, ceroboh, tidak tepat waktu, tidak disiplin, dan cenderung sembrono.
Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir
sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma. Facet
(subfaktor) yang terdapat dalam conscientiousness menurut Costa dan McRae
dalam Pervin (2005) sebagai berikut :
1. Competence (kompetensi), kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan
dalam melakukan sesuatu.
2. Order (teratur), kemampuan berorganisasi
3. Dutifulness (patuh), memegang erat prinsip hidup
4. Achievement striving (pencapaian prestasi), aspirasi individu dalam
mencapai prestasi
10
5. Self-discipline (disiplin), mampu mengatur diri sendiri
6. Deliberation (pertimbangan), selalu berpikir sebelum bertindak
Faktor Demografi
Variabel demografis menurut Robb dan Sharpe (2009) adalah suatu study
yang mempelajari karakteristik, sikap dan perilaku seseorang yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, suku, status pendidikan dan
pendapatan.
Faktor-faktor
demografis
biasanya
mempengaruhi
perilaku
seseorang, termasuk dalam perilaku keuangan. Faktor lain yang termasuk dalam
demografis adalah usia. Faktor demografi adalah bagian yang melekat pada
individu dan mampu untuk mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan
keuangan (Miranda, 2011). Graham, Harvey dan Huang (2005) menyatakan
bahwa demografi seorang investor menjelaskan persepsi kompetensinya
dipengaruhi oleh karakteristik dari investor tersebut. Perbedaan karakteristik
demografi dari investor menyebabkan investor merasa lebih kompeten dalam
memahami informasi keuangan dan peluang yang ada. Demografi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi
keputusan yang berisiko (Filbeck dkk, 2005; Bhandari & Deaves, 2006).
Gender
Gender merupakan sebuah variabel yang mengekspresikan kategori
biologis, sehingga merupakan sifat manusia yang terkait oleh budaya dan sering
kali dipertimbangkan menjadi penentu sebuah keputusan (Trisnaningsih, 2003).
11
Penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan Cox (2001) memfokuskan pada investor
yang telah terlatih secara profesional, menemukan bahwa adanya kecenderungan
pengaruh perbedaan gender terhadap persepsi dan respon pada risiko investasi.
Watson dan McNaughton (2007) membuktikan bahwa perempuan lebih
cenderung memilih investasi yang konservatif dengan pengembalian yang lebih
rendah dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arano, Parker dan
Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi
investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa
gender laki-laki yang paling overconfidence dalam pengambilan keputusan. Hal
ini juga didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh Charness dan Gneezy
(2007) menemukan hasil yang konsisten bahwa perempuan kurang berani
berinvestasi, sehingga tampak lebih menolak risiko finansial daripada laki-laki.
Suku
Kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai
arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan
sebagainya yang memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik
yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat istiadat dan tradisi.
Investor dengan latar belakang suku yang berbeda mempunyai perilaku keuangan
yang berbeda juga.
Afwah (2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang
etnis Tionghoa dalam mencapai kesuksesan yaitu kemampuan subjek dalam
menangkap peluang usaha, kegigihan, keuletan, kerja keras, tekun, giat, punya
12
kemampuan, hemat, hidup sederhana dan faktor yang paling berpengaruh besar
yaitu keadaan pasar saat ini dan nilai-nilai budaya. Hubungan yang baik dengan
sesama pedagang, pemasok maupun pembeli menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seorang pedagang.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kepribadian Conscientiousness terhadap Risk Tolerance
Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial,
berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti aturan dan norma.
Individu yang memiliki sifat berpikir sebelum bertindak sangat memperhatikan
langkah-langkah yang diambil terutama dalam berinvestasi. Individu ini sangat
berhati-hati dalam memilih jenis investasi, individu yang berhati-hati lebih
memilih menghindari risiko. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, investor
lebih menyukai untuk menghindari risiko.
Makin rendah tingkat conscientiousness investor lebih memilih untuk
menghadapi risiko. Investor yang memiliki skor tinggi cenderung untuk
menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh dan bertujuan untuk
pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Dari sisi negatif, tipe
kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic dan bosan.
Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap tidak disiplin,
ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya
variabel
conscientiousness
yang signifikan.
13
Itu berarti bahwa variabel
conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen.
Gufron
(2010) menyebutkan kepribadian
conscientiousness
lebih
kerap
diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya.
H1 : Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk
tolerance.
Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance
Barber dan Odean (2001) menyatakan bahwa gender merupakan faktor
yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang investor dalam mengambil
resiko untuk berinvestasi. Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa
dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan
perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling
overconvidence dalam pengambilan keputusan.
Penelitian oleh Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan
sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko. Eksperimen ini dilakukan
pada mahasiswa dan membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risk attitude
dengan karakteristik psikologi dalam mengambil keputusan investasi bahwa
secara signifikan wanita lebih risk averse daripada laki-laki. Graham dkk (2005)
menemukan bahwa investor laki-laki lebih memiliki keyakinan bahwa mereka
merupakan investor yang kompeten dikarenakan tinggi aktivitas investor
(competence effect) melakukan perdagangan (trading) jika dibandingkan wanita
yang bekerja paruh waktu.
H2 : Gender berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance.
14
Pengaruh SukuTerhadap Risk Tolerance
Etnis Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi juga
terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang (Maulana,
2007). Penduduk etnis Jawa menjaga keharmonisan, keserasian dan menghindari
konflik, sehingga cenderung diam dan tidak mau membantah apabila terjadi
perbedaan pendapat, karena sifat itulah penduduk etnis Jawa mudah untuk
menyimpan dendam (Soedharmo, 2006). Budaya etnis Tionghoa untuk
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari sistem masyarakat Tionghoa adalah
penggunaan nama keluarga Tionghoa.
Etnis Tionghoa cenderung menghindari aktivitas sosial, tetapi hasil
penelitian pada etnis Tionghoa dari segi sosial yang dilakukan oleh Kantiningsih
(2007) adalah rata-rata etnis Tionghoa yang menyukai aktivitas sosial lebih tinggi
daripada yang tidak menyukai kegiatan sosial. Biasanya suku dengan kulit putih
akan lebih berani dalam mengambil risiko. Suku Tionghoa biasanya dalam
melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku
Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam
berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani,
2011).
H3 : Suku berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance.
15
Model Penelitian
Berdasarkan penjelasan pengaruh antara berbagai variabel di atas, maka penulis
merumuskan ke dalam model penelitian sebagai berikut :
Conscientiousness
Risk
Tolerance
Faktor Demografi :
- Gender
- suku
Gambar 1.
Model Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diartikan bahwa kadarrisk
tolerance yang dimiliki oleh seorang investor dapat dipengaruhi oleh dua variabel
yaitu conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti sesuai dengan tujuan
penelitian. Sumber data diperoleh dengan memberikan kuesioner pertanyaanpertanyaan yang relevan terhadap topik yang diteliti untuk dijawab atau diisi oleh
responden seorang investor di kota Salatiga secara langsung.
16
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah para investor yang ada di kota Salatiga.
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan
menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria investor yang
berinvestasi untuk membuka usaha. Karena dalam pengambilan sampel kesulitan
untuk menemukan para investor, maka peneliti mentargetkan sebanyak 45
responden yang mengacu pada rules of thumb (Roscoe, 1975), maka ukuran
sampel pada penelitian ini yaitu ukuran sampel yang layak adalah sampel yang
memiliki jumlah paling sedikit adalah 30 responden.
Pengukuran Konsep
Setiap pernyataan baik variabel kepribadian conscientiousness dan faktor
demografi (gender dan suku) diukur dengan menggunakan 5 point Skala Likert,
dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1=
sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju).
Indikator Empirik
Berikut indikator empirik dari aspek kepribadian conscientiousness dan
faktor demografi (gender dan suku) terhadap risk tolerance.
Tabel 1. Variabel, Deskripsi, Sub Variabel dan Indikator
Variabel
Deskripsi
Sub Variabel
Merupakan orangorang
yang
Conscientiousness memiliki
sifat Optimis
optimis,
fokus
pada prestasi dan
17
Indikator
1. Mendapatkan
keuntungan
berinvestasi.
2. Kegagalan hari
merupakan
ini
disiplin diri (Feist
dan Feist, 2009)
3.
Fokus
prestasi
pada
1.
2.
3.
1.
2.
Disiplin
3.
1.
2.
Kerja keras
3.
1.
2.
Teliti
3.
Tekun
Gender
Gender responden
1. Menekuni investasi
yang dilakukan.
2. Tidak pernah berhenti
belajarkegiatan
investasi
3. Belajar dari siapapun
tentang
kegiatan
investasi
Kondisi
responden
terkait dengan
gender
yang
dimiliki saat ini
18
keuntungan
yang
tertunda.
Kecil kemungkinan
mengalami kegagalan
investasi
Mempunyai target
Target harus tercapai
Mendapatkan
keuntungan
yang
besar.
Tepat waktu.
Tidak
harus
mengerjakan sesuatu
sesegera mungkin
Tidak
mudah
membatalkan
perjanjian.
Tidak
mudah
menyerah
Berusahaagar
kegiatan
investasi
dapat mendatangkan
keuntungan
Mencari
peluang
investasi
Cermat
dalam
memilih investasi
Berhati-hati
dalam
berinvestasi
Merencanakan, dalam
setiap investasi
Laki-laki
Perempuan
Suku
Risk Tolerance
Suku responden
Merupakan tingkat
kemampuan yang
dapat
diterima
dalam mengambil
suatu
risiko
investasi (Jones,
2004: 142).
Kondisi
responden
- Jawa
terkait dengan
- Tionghoa
suku
yang
dimiliki saat ini
1. Berani menanggung
risiko
dalam
berinvestasi
2. Menikmati
risiko
Risk taker
dalam berinvestasi
3. Berani menghadapi
risiko yang tinggi
dalam berinvestasi
1. Mengutamakan
keamanan
dalam
berinvestasi
2. Tidak
mau
mengambil
risiko
Risk averter
yang tinggi dalam
berinvestasi
3. Merasa
senang
ditawari
investasi
yang memiliki risiko
yang rendah
1. Berani menanggung
risiko yang sebanding
dengan
keuntungan
yang akan diperoleh
2. Mempertimbangkan
secara hati-hati jenis
Risk moderate
investasi
sesuai
dengan dana yang
dimiliki
3. Memilih
investasi
yang memiliki risiko
relative rendah
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada investor di kota Salatiga.
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada
19
responden
yang
berisi
daftar
pertanyaan
yang
menyangkut
pengaruh
conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance.
Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan
data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti
memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan (Utami & Supramono,
2003). Penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and
Service Solution) yang berfungsi untuk menganalisis data dan melakukan
perhitungan statistik baik parametrik maupun non parametrik dengan basis
windows (Ghozali, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dan alat analisis menggunakan
regresi berganda
Uji Validitas dan Reliabilitas
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
statistik deskriptif dan alat analisis menggunakan regresi berganda. Sebelum
melangkah ke uji regresi berganda data diuji keabsahannya sehingga dapat diuji
lebih lanjut yaitu menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
Uji Validitas : Uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang
digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan
cara meminta pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah
20
yang diteliti. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation
(r hitung) lebih besar 0.3 (Yogianto, 2005).
Uji reliabilitas : Uji reliabilitas diperlukan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen
dikatakan reliable jika memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov
dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh
dengan taraf signifikan yang sudah ditemukan yaitu 0,05.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variablevariabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinearitas
dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat angka variance inflation
factor
(VIF)
dan
tolerance.
Model
regresi
dikatakan
bebas
dari
multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10 dan
mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2005).
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah analisis regresi berganda
terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang
lain. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil uji
glejser yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap
21
variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi
variabel
dependen,
maka
ada
indikasi
terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Persamaan Regresi
Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini
adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+e
Dimana :
Y
: Keputusan pembelian
X1
: Conscientiousnes
X2
: Gender
X3
: Suku
e
: Error / Residual
a
: Konstanta, perpotongan pada garis sumbu X
b1,b2,b3
: Koefesien regresi
Selanjutnya dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows, akan
dihasilkan output regresi yang akan dijelaskan mengenai:
R square (R2) yaitu seberapa besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen.
Uji t, uji signifikansi apakah variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan p-value dengan tingkat signifikansi. Jika p-value lebih kecil dari
0,05 maka H1, H2, dan H3 diterima, demikian sebaliknya.
22
Uji F, uji signifikansi apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari
0,05 maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Tabel berikut ini memperlihatkan karakteristik dari responden yang dilihat
dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan, jenis usaha
dan melakukan investasi lain. Berikut adalah tabel yang menyajikan karakteristik
responden investor di kota Salatiga yang menjadi responden berdasarkan jenis
kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
23
Tabel 3. Karakteristik Responden
Sumber: data primer 2014
Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, sebagian besar responden investor lakisebesar 57,78 % dengan usia antara 40 sampai dengan 50 tahun sebesar 35,56 %.
Pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan minimal SMA sebesar
42,22 %. Berdasarkan suku responden, didominasi oleh responden dengan suku
China (Tionghoa) sebesar 58,70 % dan Jawa (41,30 %). Hal tersebut
menunjukkan bahwa, responden dengan suku China merupakan responden yang
paling banyak sebagai investor dan menginvestasikan dananya untuk bersama
24
rekannya dalam membangun usaha. Pekerjaan responden, didominasi oleh
responden dengan pekerjaan Wiraswasta (55,56 %). Hal tersebut menunjukkan
bahwa responden dengan perkerjaan swasta merupakan responden yang paling
bekecimpung dalam dunia usaha, sehingga tidak akan puas jika menjalankan satu
usaha. Sehingga dengan kepemilikan dana akan lebih menginvestasikan dananya
bersama rekannya untuk membangun usaha bersama. Jenis usaha yang dijalankan
sebagian besar adalah usaha counter Handphone (24,44 %), dan usaha toko
pakaian (20,00 %). Untuk lebih jelasnya jenis usaha yang dapat dilihat pada Tabel
4 berikut.
Tabel 4. Usaha Saat Ini
Usaha Saat Ini
Counter Handphone
Toko Pakaian
Bengkel Motor
Rental Mobil
Makanan (Kuliner)
Laundry Pakaian
Koperasi
Jumlah
Sumber: data primer 2014
Jumlah
11
9
8
6
5
4
2
45
Prosentase
24,44%
20,00%
17,78%
13,33%
11,11%
8,89%
4,44%
100,00%
Tabel 5. Melakukan Investasi Lain
Jenis
Jumlah Prosentase
Jumlah Prosentase
Investasi Lain
13
50,00%
Emas
Ya
26
57,78%
8
30,77%
Tanah
5
19,23%
Bangunan
19
42,22%
Tidak
45
100,00%
26
100,00%
Jumlah
Sumber: data primer 2014
Melakukan
Investasi Lain
Tabel 5 menjelaskan bahwa, sebagian besar responden melakukan
investasi lain sebesar 57,78 % dan tidak melakukan investasi lain sebesar 42,22
25
%. Jenis investasi lain yang dimiliki oleh responden adalah emas (50,00 %), tanah
(30,77 %) dan bangunan (19,23 %).
Deskriptif Statistik
Sebelum melangkah ke uji regresi yang mempunyai fungsi menguji
hipotesis, maka perlu melihat statistik deskriptif yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1)
Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender dan
Suku. Berikut tabel yang menyajikan perhitungan statistik deskriptif
variabel concientiousness berdasarkan gender dan suku :
Tabel 6. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender
Sumber: data primer 2014
26
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan
hasil
statistik
deskriptif
kepribadian
Concientiousness
Berdasarkan Gender(Tabel 6), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis
kelamin laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan. Sementara
rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada
investor Jawa (Tabel 7). Namun untuk secara keseluruhan para investor di kota
Salatiga berdasarkan genderdan suku cenderung berpendapat setuju karena
memiliki nilai rata-rata (mean) berada pada interval 3,41 – 4,20. Hal ini
mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai kepribadian dirinya
adalah seorang yang memiliki rasa optimis yang tinggi dalam berinvestasi,
seorang investor selalu fokus pada prestasi untuk berinvestasi, seorang investor
memiliki kedisiplinan yang baik dalam berinvestasi, seorang investor merupakan
27
orang yang pekerja keras, seorang investor merupakan orang yang teliti dan
cenderung berhati-hati dalam berinvestasi serta seorang investor merupakan orang
yang selalu tekun dalam berinvestasi.
2)
Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Gender dan Suku
Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif variabel risk tolerance
berdasarkan gender dan suku.
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Risk ToleranceBerdasarkan Gender
Sumber: data primer 2014
28
Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan
hasil
statistik
deskriptif
risk
tolerance
berdasarkan
Gender(Tabel 8), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin lakilaki memiliki rata-rata lebih tinggi dari perempuan. Sementara rata-rata investor
dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel
9).Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai risk tolerance
untuk berinvestasi adalah semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan
hasil yang besar juga. Selain itu, investor mempertimbangkan secara hati-hati
jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan
diinvestasikannya ke dalam instrument berisiko hingga porsi tertentu.
29
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Hasil uji validitas conscientiousness dan risk tolerance diperoleh nilai ItemTotal Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat
dianalisis lebih lanjut. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach
Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel conscientiousness, gender,
suku dan risk tolerance memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha
(α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variabel
conscientiousness dan risk tolerance dapat digunakan dalam pengolahan data
selanjutnya (Lampiran1).
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas
menggunakan uji kolmogorov-smirnov yang diperoleh nilai signifikansi 0,955
yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan normal (lampiran 2). Dengan
melihat nilai DW sebesar 1,956 yang berada pada nilai 1,66 sampai dengan 2,34
sehingga tidak ada masalah autokorelasi serta uji multikolinearitas diperoleh nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance< 0,1 (Lampiran 3). Uji heteroskedastisitas
menggunakan uji glejser yang diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari
0,05 sehingga data dikatakan tidak ada masalah heteroskedastisitas (lampiran 4).
30
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,184
dengan tingkat tingkat signifikansi 0,011 dan karena nilai probalilitas 0,011 lebih
kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi risk
tolerance pada investor di kota Salatiga. Selain itu juga, dilihat dari hasil analisis
diketahui R Square sebesar 0,534. Hal tersebut mampu menjelaskan perubahan
variabel Conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance sebesar
53,40 %, sedangkan sisanya sebesar 46,60 % dijelaskan oleh variabel lain. Untuk
menguji hipotesis yaitu mengetahui pengaruh conscientiousness, gender dan suku
terhadap risk tolerance diketahui hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Individual (Uji t)
Unstandardized
Coefficients
Model
t hitung
B
Constant
29,890
Conscientiousness
0,113
2,307
Gender
3,533
2,245
Suku
1,684
2,748
Adjusted R Square
0,534
F hitung
4,184
Sig F
0,011
N
45
Sumber: olahan SPSS
Sig
0,026
0,034
0,009
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk Conscientiousness
memberikan nilai beta = 0,113 dengan sig 0,026 < 0,05. Hal ini menyatakanbahwa
Conscientiousness berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Untuk pengujian
gender memberikan nilai beta = 3,533 dengan sig 0,034 < 0,05. Hal ini
menyatakan bahwa gender berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Hasil yang
sama juga terjadi pada variabel suku memberikan nilai beta = 1,684 dengan sig
31
0,009 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa sukuberpengaruh positif dan signifikan
terhadaprisk tolerance.
Pembahasan
Pengaruh Kepribadian Conscientiousness Terhadap Risk Tolerance
Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk
tolerance.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepribadian conscientiousness
maka investor dalam bertindak seringkali melakukan pemikiran terlebih dahulu,
hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek.
Selain itu juga investor yang memiliki kepribadian conscientiousnesstinggi akan
berani mengambil resiko yang tinggi karena investor yakin akan memiliki target
dalam berinvestasi, serta selalu yakin untuk mendapatkan keuntungan dalam
berinvestasi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Farikha (2011) yang
membuktikan bahwa conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap risk
tolerance.
Berpengaruhnya
conscientiousness
terhadap
risk
tolerance
mengindikasikan pola sifat investor yang terbentuk karena adanya suatu konsep
umum dimana seorang investor tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa
risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil
yang besar juga. Di sini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan
hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa investor laki-laki merupakan
responden yang memiliki nilai tinggi pada conscientiousness ditunjukkan dengan
perilaku
yang
sangat
cermat
32
dalam
penggunaan
anggaran
keuangannya.Kepribadian ini dicirikan seperti tertib/teratur, penuh pengendalian
diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Umumnya
pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah seorang pekerja keras, peka terhadap
suara hati, tepat waktu dan tekun.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan
terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu
membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan
belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada
keinginan (want).
Investor dengan suku China yang memiliki conscientiousness yang tinggi.
Mereka akan lebih berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat
mendatangkan keuntungan dan akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan
keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Biasanya suku dengan kulit putih akan
lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa
biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan
dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah,
gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih
berani (Ariani, 2011).
Sementara itu seorang investor dengan jenis kelamin perempuan dan
investor dengan suku jawa merupakan investor yang memiliki sikap konservatif
(hati-hati) dalam memilih investasi karena penyesalan yang timbul akibat
kerugian investasi. Sehingga responden beranggapan bahwa memilih investasi
dengan dana yang kecil akan lebih aman karena risiko yang ditimbulkan akan
lebih kecil.
33
Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance
Gender berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Barber dan Odean (2001) yang mengemukakan bahwa gender
berpengaruh terhadap risk tolerance.Penelitian ini juga diperoleh hasil yang mana
jenis kelamin laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan
untuk berinvestasi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arano, Parker
dan Terry (2010) yang menyatakan bahwa, gender laki-laki yang paling
overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Selain itu juga
adanya perbedaan tipe antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko.Investor
laki-laki cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk
taker) dengan nilai rata-rata 4,231 dan tipe investor yang hanya berani
menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk
moderate) dengan rata-rata 3,885. Sementara itu investor wanita cenderung
memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter)
dengan rata-rata 4,088 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding
dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 4,000.
Hasil ini mendukung penelitian Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya
perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko, yang mana
wanita lebih risk aversedaripada laki-laki. Perempuan tidak mungkin untuk
berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik
pribadi serupa secara signifikan (Olsen dan Cox, 2001).
34
Pengaruh Suku Terhadap Risk Tolerance
Suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian (Kantiningsih, 2007) dan Ariani (2011), yang mana suku berpengaruh
terhadap risk tolerance pada keputusan investasi, yang mana suku Tionghoa yang
paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi selain itu
juga adanya perbedaan tipe investorantara suku Tionghoa dan Jawa dalam
menghadapi risiko. Investor dari suku China cenderung memiliki tipe investor
yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,33 dan hanya
berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya
(Risk Moderate) dengan rata-rata 3,852. Sementara itu investor dari suku Jawa
cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk
averter) dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang
akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata sebesar 3,842. Biasanya suku
dengan kulit putih (Tionghoa) akan lebih berani dalam mengambil risiko
(Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih
berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang
Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka
memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).
35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kepribadian conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap
risk tolerance. Hal ini berarti.seorang investor yang memiliki conscientiousness
yang tinggi cenderung akan berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan
investasi dapat mendatangkan keuntungan, seorang investor juga akan senantiasa
yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi.
Investor laki-laki dan suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani
mengambil risiko (risk taker) daninvestor perempuan bersuku Jawa cenderung
memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi
hasil penelitian yang ingin dicapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut seperti
koefisien determinasi (R Square) hanya sebesar 0,534 artinya bahwa sumbangan
efektif variabel conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk
tolerance sebesar 53,40 %. Sisanya sebesar 46,60 % adalah faktor-faktor lain
yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat risk tolerance.
Saran
Saran untuk penelitian yang akan datang, diharapkan bagi peneliti untuk
menambahkan variabel lain diluar observasi seperti usia, pendidikan, pekerjaan
derta pendapatan.
36
Daftar Pustaka
Agustina, A. 2009. Profil Kepribadian dan Preferensi Investor dalam Investasi di
Aset Finansial. Skripsi : Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga (tidak dipublikasikan).
Arano, C., Parker., and Terry. 2010. Gender-Based Risk Aversion and Retirement
Asset Allocation. Economic Inquiry Volume 48, Issue, pages 147-155.
Ariani, L. 2011. Pengaruh Faktor Biopsychosocial dan Faktor Lingkungan
terhadap Risk Aversion Investor. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XVI (1),
57-65.
Barber, M dan Odean, T. 2001. Boys Will be Boys: Gender, Overconfidence and
Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics, 2: 261292.
Baron dan Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Bandhari, Gokul and Deaves, R.2006. The Demographics of Overconfidence.
Journal of Behavioral Finance. Vol. 7, No.1 : 5-11.
Byrnes, J. P., Miller, D. C., and Schafer, W, D. 1999. Gender Difference in Risk
Taking: A Meta Analysis, Psychological Bulletin. Vol.125, No.3 : 367383.
Cooper, D. R and P. S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Vol.2, No.9: 8-9
Eckel., Catherine, C., and Grossman, P. J. 2008. Forecasting Risk Attitude: An
Experimental Study Using Actual and Forecast Gamble Choices. Journal
of Economic Behavior and Organization. Vol.68, Hal 1-17.
Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Farikha, R. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi
terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang.
Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Filbeck, G., Hatfield, P., and Horvath, P. 2005. Risk Aversion and Personality
Type. The Journal of Behavioral Finance. Vol.6, No.4, Hal 170-180.
Feist, J., dan Feist, J. G. 2009. Theories of Personality. New York: McGraw-Hill.
37
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro.
Graham, J., Harvey, C., and Hung, H. 2005. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam Pengambilan
Keputusan. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Jones, C.P. 2004. Investment Analysisand Management: Ninth Edition. John
Weley And Sons, Inc.
Mayfield, C., Perdue, G., and Wooten, K. 2008. Investment Management and
Personality Type. Financial Service Review. Vol.17, 219-236.
Miranda, G. M. 2011. Overconfidence dalam Pengambilan Keputusan Keuangan
berdasarkan Faktor Demografi. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Mischel, W. 2003. Introduction to Personality. New York: Lehigh Press.
Nofsinger, J. R. 2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey.
Precentice-Hall Inc.
Olsen, R. A., and Cox, C. M. 2001. The Influence of Gender on The Perception
and Response to Investment Risk: The Case of Professional Investors.
The Journal of Psychology and Financial Markets. Vol.2, 29-36.
Pervin, C. J. 2005. Personality Theory and Research. 9nd Ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Pompian, Michael, M. 2012. Behavioral Finance and Investor Type. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Robb, C., and Sharpe, D. L. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on
College Student’s Credit Card Behavior. Journal of Financial and
Planning. Vol 20.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussines. Fourth Edition. New York:
Jhon Willy & Sons, Inc.
Sembel, R. 2007. Energixe Your Life. Jakarta: Elex Media Komputindo.
38
Supramono. 2007. Dari Keuangan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan.
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Supramono, Kaudin, A, Mahastanti L. A, Damayanti T. W. 2010. Desain
Penelitian Keuangan Berbasis Perilaku. Salatiga: Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Trisnaningsih, S. 2003. Perbedaan Kinerja auditor Dilihat Dari Segi Gender.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1.
Utami, Intiyas dan Supramono. 2003. Desain Proposal Penelitian studi Akuntansi
dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Watson, J., and McNaughton, M. 2007. Gender Difference in Risk Aversion and
Expected Retirement Benefits. Financial Analysts Journal, Vol. 63, No.
4, p52-62.
39
40
Download