BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Konsep 2.1.1. Tipe Kepribadian Menurut Pervin (1989 dalam Alwilson 2006) kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi. Kepribadian seorang investor dapat menentukan pengambilan keputusan dalam berinvestasi, dan juga dapat mempengaruhi tingkat risk tolerance investor. Hasil penelitian Hammer dan Kummerow (1996) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian seseorang dengan tingkat preferensi risikonya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Filbeck et al. (2005) tipe kepribadian dapat menjelaskan tingkat preferensi terhadap risiko dari seseorang, digunakan Myers-Briggs Type Indicator untuk menilai tingkat risk tolerance orang dengan karakteristik kepribadian yang berbeda. Li dan Jiang (2008) juga mengemukakan hal yang sama bahwa tipe kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat preferensi terhadap risiko. Seperti yang diungkapkan Sembel (2007) bahwa setiap orang memiliki risk tolerance yang berbeda-beda berdasarkan tipe kepribadiannya, walaupun dua orang investor memiliki tipe kepribadian yang sama, bisa saja memiliki preferensi risiko yang berbeda. 6 Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian investor yang diamati dengan menggunakan lima tipe kepribadian utama (The big five) yang dikemukakan oleh Paul Costa Jr. dan Robert McCrae dari National Institute of Aging. Taksonomi kepribadian The Big Five umumnya dianggap yang paling komprehensif dan diterima, terutama untuk penelitian terapan (Mayfield et al, 2008). Klasifikasi The Big Five juga telah terbukti menjadi kuat di berbagai negara, untuk tetap stabil sepanjang waktu dan untuk memprediksi berbagai hasil, seperti prestasi kerja, status pekerjaan dan prestasi akademik (Roberts&Robins, 2000). Selain popularitasnya, The Big Five hasilnya mudah dipahami (Sneed et al, 1998). The Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005). Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian the big five sebagai neuroticsm, extraversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness. Neuroticsm adalah ketidakstabilan emosional. Orang dengan peringkat tinggi pada skala ini cenderung mengalami perasaan negatif seperti rasa cemas, gelisah dan kuatir yang berlebihan dan cenderung kepribadian merasa dengan pesimis. karakteristik 7 Extraversion penuh adalah semangat dan energik, optimis, sangat aktif dalam kegiatan dan berani menghadapi ketidakpastian. Openness to experience ditandai oleh orang berpikiran terbuka dan ingin tahu dengan hal-hal yang baru (berkebalikan dengan tradisional dan konservatif), memiliki ide-ide kreatif, inovatif dan imajinatif. Agreebleness memiliki karakteristik cenderung memahami orang lain (bijaksana), lebih mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, suka bekerja sama, patuh dan cenderung menghindari perdebatan (lebih memilih menyatukan pendapat). Conscientiousness ditandai dengan karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir sistematis, perencanaan dan perhitungan matang, teliti dan rapih dalam bertindak. 2.1.2. Risk Tolerance Risiko mungkin adalah melahirkan ketidaktentuan peristiwa (uncertainty) kerugian yang (Salim,1998). Menurut Darmawi (2000) risiko adalah probabilitas suatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan. Banyak peristiwa dapat terjadi yang berimbas pada terjadinya kerugian bagi kegiatan ekonomi. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. 8 Investor perlu memahami bahwa setiap investasi memiliki dua sisi: imbal hasil dan risiko, di mana keduanya memiliki korelasi positif: potensi imbal hasil yang tinggi selalu diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Namun risiko bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus dikelola. Ini berarti investor harus mengambil tingkat risiko tertentu dalam investasinya sesuai dengan profil risikonya. Hal tersebut penting untuk menentukan strategi mengelola risiko. Risk Tolerance merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan produk investasi yang akan dipilih karena terkait langsung dengan tingkat risiko yang dapat diambil. Kebanyakan individu adalah investor yang konservatif, cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang tidak terlalu dianggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko yang berani diambil akan sangat berpengaruh dengan keuntungan potensial yang diinginkan. Oleh karena itu mengukur berapa tingkat risk tolerance menjadi sangat penting sebelum melakukan investasi (Kusumaastuti, 2012) Risk tolerance adalah kondisi seseorang yang mau mengambil risiko dalam rangka untuk mendapatkan return yang lebih digunakan tinggi. untuk Risk tolerance mengelompokkan investor secara luas orang menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Secara umum, seseorang dengan risk tolerance rendah akan bertindak berbeda terhadap risiko dibanding dengan individu yang mempunyai risk tolerance tinggi. Seseorang dengan tingkat risk tolerance tinggi diharapkan menerima eksposur risiko 9 yang lebih tinggi dalam arti mengambil satu-satunya tanggung jawab, bertindak dengan informasi kurang, dan membutuhkan kontrol yang kurang dibanding seseorang dengan tingkat risk tolerance rendah. Individu dengan tingkat risk tolerance rendah umumnya: (a) menerima kemungkinan kerugian lebih rendah, (b) memilih untuk tidak beroperasi dalam situasi yang tidak familier atau asing, (c) mentoleransi ketidakpastian yang kurang, dan (d) memerlukan lebih banyak informasi tentang kinerja investasi (MacCrimmon & Wehrung, 1986). Singkatnya individu dengan risk tolerance tinggi lebih bisa menerima peristiwa volatile atau fluktuasi, sedangkan individu dengan tingkat risk tolerance rendah memerlukan kepastian. 2.1.3. Orientasi Investasi Orientasi investasi adalah keputusan investor dalam memilih investasi menurut horizon waktu berinvestasi yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dalam saham. Keputusan investasi pada dasarnya menyangkut masalah pengelolaan dana pada suatu periode tertentu, di mana para investor mempunyai harapan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dari dana yang diinvestasikan selama periode waktu tertentu. Investor menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk investasi jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan untuk jangka panjang. Pendapatan total yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah 10 dividend dan capital gain (Robert Ang, 1997). Total return yang akan diterima pemegang saham merupakan tingkat kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari Dividend Yield dan Capital Gain (Jogiyanto Hartono, 2003). Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi investor dalam berinvestasi yaitu memperoleh tingkat keuntungan yang terbesar dengan risiko tinggi atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil (Suad Husnan,1998). Apabila investor dihadapkan pada dua alternatif investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka investor akan memilih investasi dengan risiko yang terkecil. Dalam perdagangan efek khususnya saham, informasi memiliki peranan yang dominan dan crucial. Suad Husnan (1998) menyebutkan bahwa sebuah pasar modal dikategorikan efisien jika harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi terefleksikan pada harga sekuritas maka pasar modal tersebut semakin efisien. Pasar modal di Indonesia termasuk kedalam pasar modal yang kondisi efisien bentuk lemah (Weak from efficiency) yaitu harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di masa lalu. Para investor sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. keputusan Informasi yang ini diperlukan berkaitan dengan dalam pengambilan pemilihan portofolio investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan tertinggi 11 dengan tingkat risiko tertentu. Investor yang rasional akan selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan melakukan berbagai analisis untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi atau dengan kata lain untuk mengurangi risiko. Informasi kinerja fundamental setiap emiten membantu para pemodal dalam membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan kembalian dari saham yang ada di bursa efek (Sunariyah, 2004). Investor dalam menanamkan modalnya berharap untuk memperoleh return saham yang sebesarbesarnya. Bagi trader yang melakukan transaksi jual beli saham harian memakai analisis teknikal transaksi jual atau beli sahamnya. untuk memutuskan Analisi teknikan adalah analisis yang memperhatikan fluktuasi harga saham yang membentuk trend, dengan melihatnya secara individu dan keseluruhan saham pada pasar modal. Atau dengan kata lain analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat, analisis ini digunakan untuk investasi jangka pendek. Atau analisis yang menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari investor. Para trader menggunakan analisis ini untuk mengambil posisi jual atau beli. Investor yang memakai analisis ini berpendapat bahwa harga pasar tidak bergerak dengan sembarangan angka, tetapi 12 mengikuti suatu ritme atau pola tertentu. Investor akan berusaha menemukan polanya, ketika pola tersebut sudah ditemukan maka bisa diprediksi arah harga selanjutnya. 2.2. Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Orientasi Investasi Hasil penelitian Durand et al (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan keputusan investasi dan kinerja portofolio. Tipe kepribadian seorang investor dapat digunakan untuk memprediksi keputusan investor dalam memilih orientasi investasi saham jangka panjang atau jangka pendek. Durand el al (2008) menemukan bahwa neuroticsm memiliki hubungan yang positif dan signifikan secara statistik dalam pengambilan risiko dan aktifitas trading. Sejalan dengan penelitian tersebut, Durn dan Huberman (2002) menghasilkan penelitian yang menunjukan bahwa investor yang lebih cemas cenderung sering melakukan transaksi jual beli saham lebih banyak. Trading mungkin dianggap sebagai sarana untuk mengurangi perasaan cemas. Dengan demikian investor akan cenderung untuk melakukan trading atau melkukan investasi yang jangka pendek, sehingga hipotesis pertama sebagai berikut : H1 : Individu dengan tipe kepribadian berorentasi investasi jangka pendek 13 neuroticism Menurut Costa dan McRae (1992) pribadi extraversion adalah pribadi yang memiliki semangat yang tinggi, optimis dan berani menghadapi ketidakpastian. Individu ini cenderung lebih berani Penelitian menghadapi Williams fluktuasi (1992) harga menunjukkan saham. Hasil bahwa tipe kepribadian extraversion terlalu percaya diri dalam melakukan trading. Investor dengan tipe kepribadian ini sangat cocok menjadi trader karena aktif dalam bertransaksi saham, sedingga dapat dikatakan bahwa individu extraversion ini lebih cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Individu dengan tipe kepribadian extraversion berorentasi investasi jangka pendek Menurut Moghaddam (2009) pribadi openness to experience menunjukkan seseorang yang kreatif, inovatif dan imajinatif dan berani berspekulasi. Sifatnya yang berani berspekulasi (Lin, 2011) cenderung untuk berani menghadapi fluktuasi harga saham. Fluktuasi harga saham ini terjadi pada investasi saham jangka pendek. Hasil penelitian Akhtar et al (2012) menyatakan bahwa individu openness to experience memiliki hubungan yang positif dengan niat investasi saham jangka pendek. Sehingga hipotesis ketiga sebagai berikut: H3 : Individu dengan tipe kepribadian openness experience berorentasi investasi jangka pendek 14 to Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian agreeableness memiliki sifat yang suka bekerja sama dan patuh, sehingga dalam mengambil keputusan investasi, investor dengan tipe kepribadian ini cenderung mengikuti saran dari rekan sesama investor dan kelompoknya atau mengikuti tren saham yang sedang terjadi (Lin, 2011). Investor yang suka mengikuti tren, biasanya melakukan trading harian atau investasi jangka pendek, maka hipotesis keempat sebagai berikut: H4 : Individu dengan tipe kepribadian agreeableness berorentasi investasi jangka pendek Menurut Goldberg (1999) Conscientiousness memiliki karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir sistematis, perencanaan dan perhitungan matang dan teliti. Sifatnya yang sangat hati-hati dan perhitungan matang bagi investor dengan tipe kepribadian Conscientiousness membuatnya lebih sering menganalisis laporan keuangan dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk menilai kinerja emiten sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi saham. Menurut Lin (2011) tipe kepribadian ini sangat percaya akan kemampuan dirinya sendiri dalam memperhitungkan untung rugi berinvestasi saham. Tipe kepribadian ini cenderung mencari investasi yang aman, sehingga lebih memilih orientasi investasi jangka panjang. 15 Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima sebagai berikut: H5 : Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness berorentasi investasi jangka panjang 2.2.2 Pengaruh Risk Tolerance terhadap Orientasi Investasi Hallahan et al (2004) berpendapat bahwa investor dapat menilai tingkat toleransi risiko. Schooley dan Worden ( 1996) dan Bailey dan Kinerson (2005) menyimpulkan ada korelasi positif antara perilaku investasi dan penilaian risiko. Orientasi investasi saham menurut lamanya waktu berinvestasi dibagi atas dua yaitu investasi jangka panjang (investasi) dan investasi jangka pendek (trading). Investor jangka pendek (trader) mengikuti gerakan pasar secara seksama setiap saat. Dengan memanfaatkan informasi teknikal khususnya pada saham-saham yang aktif, investor dapat berpindah dari satu saham yang diprediksi harganya akan turun ke saham yang harganya akan naik. Investor tidak lagi menahan kepemilikan sahamnya lebih lama sebagai kompensasi atas biaya penyimpanan yang harus ditanggung, tetapi investor lebih memperhatikan faktor risiko atas suatu saham. Bagi investor saham jangka panjang, tujuan investasi adalah untuk menciptakan nilai yang berlipat ganda, investor sejati tidak akan puas dengan laba jangka pendek, artinya 16 yang diinginkan adalah pertumbuhan nilai dalam jangka panjang dan dalam skala yang signifikan. Untuk tujuannya tersebut, investor akan memilih saham dengan fundamental yang bagus, artinya perusahaan emiten memiliki prospek usaha dan harga sahamnya di bawah nilai sebenarnya, sehingga harga target saham tersebut untuk beberapa waktu ke depan masih berpotensi lebih tinggi daripada harga saat ini. Investor yang melakukan investasi jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli jangka pendek, bisa dilihat dari pergerakan harga saham ketika baru dibuka, dan biasanya trader ini akan nebeng dengan pergerakan investor besar. Jika investor tersebut yakin bahwa harga saham akan bergerak harganya, berarti ada permintaan besar, namun di sisi lain tidak diketahui investor besar akan memegang saham tersebut dalam jangka panjang, atau kemudian menjual lagi setelah memperoleh keuntungan potensial dan melakukan aksi ambil untung, di sinilah kerap terjadi kerugian bagi investor jangka pendek/trader karena terlambat menjual saham tersebut. Investasi jangka pendek dinilai memiliki risiko yang tinggi karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi (Pratomo&Ubaidillah, 2009). Trader biasanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko. Sedangkan dalam investasi jangka panjang risiko fluktuasi nilai investasi itu rendah. Investor jangka panjang ini cenderung menghindari risiko dengan mencari sesuatu yang 17 aman. Investor ini bisanya memilih saham dengan nilai fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka waktu yang panjang, dan tidak terlalu suka dengan fluktuasi, atau sesuatu yang bergejolak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keenam sebagai berikut: H6 : Risk tolerance dapat mempengaruhi orientasi investasi jangka pendek 2.2.3 Risk Tolerance Pengaruh Tipe sebagai Variabel Kepribadian terhadap Intervening Orientasi Investasi Hasil penelitian Hunter dan Kemp (2004) menyimpulkan bahwa kepribadian berpengaruh pada preferensi risiko dan keputusan investasi. Pan dan Statman (2012) menemukan, bahwa risk tolerance yang tinggi terdapat di antara orang- orang dengan tipe kepribadian Extraversion dan Openness, tetapi rendah pada orang dengan tipe kepribadian Conscientiousness yang tinggi. Kepribadian neuroticism menggambarkan ketidakstabilan emosi. Orang yang memiliki kepribadian ini merasa cemas dan kuatir dengan investasi yang dilakukannya. Investor dengan tipe kepribadian ini, akan merasakan cemas yang berlebihan saat berinvestasi dalam jumlah yang besar investor harus yang cenderung mengandung resiko yang tinggi. Menurut Durand et al (2008) investor dengan neuroticsm yang lebih tinggi, lebih cenderung mengambil risiko. Sehingga 18 dapat dikatakan bahwa neuroticsm memiliki risk tolerance yang tinggi, dampaknya dapat dikaitkan dengan peningkatan perilaku trading. Trading dilakukan dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hiporesis ketujuh sebagai berikut: H7 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh neuroticsm terhadap orientasi investasi jangka Peterson (2011) pendek Penelitian yang dilakukan oleh mengenai pengambilan keputusan investasi, orang dengan kepribadian ekstraversion cenderung lebih berani menghadapi ketidakpastian, sehingga lebih berani mengambil risiko. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pan dan Statman (2012). Risiko dipandang sebagai suatu konsekuensi dari keputusan dan tindakan yang diambil dalam terkait dengan investasi. Individu dengan kepribadian ekstraversion memiliki semangat yang tinggi dalam berinvestasi, sikapnya yang optimis membuat investor selalu merasa bahwa investasi yang dilakukannya akan memberikan keuntungan sehingga lebih risk tolerance dengan berpegang pada prinsip high risk high return. Risk tolerance yang tinggi membawa pengaruh kepada pemilihan investasi yang berisiko yaitu investasi saham jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedelapan : H8 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh extraversion terhadap orientasi investasi jangka pendek 19 Menurut hasil penelitian Pan dan Statman (2012), individu dengan tipe kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Penelitian mengenai investasi, menyatakan investor dengan tipe kepribadian Openess to experience memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan yang lain, dan tipe seperti ini cenderung senang dengan keuntungan yang tinggi (Peterson, 2011). Untuk mengejar keuntungan yang tinggi, risiko yang diambil juga tinggi sehingga lebih risk tolerance. Hal ini memungkinkan individu dengan kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Dengan risk tolerance yang tinggi, kepribadian ini cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek yang dinilai memiliki risiko tinggi dan menguntungkan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesembilan sebagai berikut: H9 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh openness to experience terhadap orientasi investasi jangka pendek Agreeableness menunjukkan individu yang suka bekerja sama dan memahami orang lain, dengan sikapnya tersebut investor agreeableness cenderung bersikap risk tolerance. Risk tolerance pada yang dimiliki tipe kepribadian ini mengarahkan investasi jangka pendek. Berdasarkan sebelumnya, maka hipotesis kesepuluh : 20 uraian H10 : Risk tolerance menjadi mediasi pengaruh agreeableness terhadap orientasi investasi jangka pendek Penelitian yang dilakukan oleh Pirog dan Roberts (2007), investor dengan tipe kepribadian conscientiousness diharapkan lebih teliti pada penggunaan kartu kreditnya seperti mereview laporan keuangannya setiap bulan. Segala sesuatunya memiliki perencanaan dan terarah, dapat mengatur kredit yang didapat dengan sebaik mungkin dengan perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dan terarah ini untuk mengurangi risiko dalam pengelolaan keuangan. Pan dan Statman (2012) menemukan bahwa risk tolerance rendah pada orang dengan tipe kepribadian Conscientiousness yang tinggi. Investor yang memiliki risk tolerance yang rendah cenderung memilih investasi jangka panjang yang dinilai lebih aman dan tidak terlalu mengalami fluktuasi harga saham. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesebelas sebagai berikut: H11 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh Conscientiousness investasi jangka panjang 21 terhadap orientasi 2.3. Model Hipotesis Tipe Kepribadian Neuroticism Extraversion Risk Tolerance Openness to Experience E Agreeable ness Conscientio usness 22 Orientasi Investasi 23