Pengaruh Tipe Kepribadaian dan Risk Tolerance sebagai Variabel

advertisement
BAB II
TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.
Konsep
2.1.1. Tipe Kepribadian
Menurut Pervin (1989 dalam Alwilson 2006) kepribadian
adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum
banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam
merespon suatu situasi. Kepribadian seorang investor dapat
menentukan pengambilan keputusan dalam berinvestasi, dan
juga dapat mempengaruhi tingkat risk tolerance investor. Hasil
penelitian Hammer dan Kummerow (1996) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian
seseorang
dengan
tingkat
preferensi
risikonya.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Filbeck et al. (2005) tipe
kepribadian dapat menjelaskan tingkat preferensi terhadap
risiko dari seseorang, digunakan Myers-Briggs Type Indicator
untuk
menilai
tingkat
risk
tolerance
orang
dengan
karakteristik kepribadian yang berbeda. Li dan Jiang (2008)
juga mengemukakan hal yang sama bahwa tipe kepribadian
memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat preferensi
terhadap risiko. Seperti yang diungkapkan Sembel (2007)
bahwa setiap orang memiliki risk tolerance yang berbeda-beda
berdasarkan
tipe
kepribadiannya,
walaupun
dua
orang
investor memiliki tipe kepribadian yang sama, bisa saja
memiliki preferensi risiko yang berbeda.
6
Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian
investor
yang
diamati
dengan
menggunakan
lima
tipe
kepribadian utama (The big five) yang dikemukakan oleh Paul
Costa Jr. dan Robert McCrae dari National Institute of Aging.
Taksonomi kepribadian The Big Five umumnya dianggap yang
paling komprehensif dan diterima, terutama untuk penelitian
terapan (Mayfield et al, 2008). Klasifikasi The Big Five juga
telah terbukti menjadi kuat di berbagai negara, untuk tetap
stabil sepanjang waktu dan untuk memprediksi berbagai
hasil, seperti prestasi kerja, status pekerjaan dan prestasi
akademik (Roberts&Robins, 2000). Selain popularitasnya, The
Big Five hasilnya mudah dipahami (Sneed et al, 1998). The Big
Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam
satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan
sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri
dalam kehidupannya sehari-hari. Di sini, peneliti berusaha
menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis
kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak
hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa
(Pervin, 2005). Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe
kepribadian the big five sebagai neuroticsm, extraversion,
openness to experience, agreeableness dan conscientiousness.
Neuroticsm adalah ketidakstabilan emosional. Orang dengan
peringkat tinggi pada skala ini cenderung mengalami perasaan
negatif seperti rasa cemas, gelisah dan kuatir yang berlebihan
dan
cenderung
kepribadian
merasa
dengan
pesimis.
karakteristik
7
Extraversion
penuh
adalah
semangat
dan
energik, optimis, sangat aktif dalam kegiatan dan berani
menghadapi ketidakpastian. Openness to experience ditandai
oleh orang berpikiran terbuka dan ingin tahu dengan hal-hal
yang baru (berkebalikan dengan tradisional dan konservatif),
memiliki ide-ide kreatif, inovatif dan imajinatif. Agreebleness
memiliki
karakteristik
cenderung
memahami
orang
lain
(bijaksana), lebih mengutamakan kepentingan orang lain di
atas kepentingan pribadi, suka bekerja sama, patuh dan
cenderung
menghindari
perdebatan
(lebih
memilih
menyatukan pendapat). Conscientiousness ditandai dengan
karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh
kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir
sistematis, perencanaan dan perhitungan matang, teliti dan
rapih dalam bertindak.
2.1.2. Risk Tolerance
Risiko
mungkin
adalah
melahirkan
ketidaktentuan
peristiwa
(uncertainty)
kerugian
yang
(Salim,1998).
Menurut Darmawi (2000) risiko adalah probabilitas suatu
hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan. Banyak
peristiwa
dapat
terjadi
yang
berimbas
pada
terjadinya
kerugian bagi kegiatan ekonomi. Risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak
diinginkan,
atau
tidak
terduga.
Dengan
kata
lain,
kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian.
8
Investor
perlu
memahami
bahwa
setiap
investasi
memiliki dua sisi: imbal hasil dan risiko, di mana keduanya
memiliki korelasi positif: potensi imbal hasil yang tinggi selalu
diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Namun risiko bukanlah
hal yang harus dihindari, melainkan harus dikelola. Ini berarti
investor harus mengambil tingkat risiko tertentu dalam
investasinya sesuai dengan profil risikonya. Hal tersebut
penting untuk menentukan strategi mengelola risiko.
Risk
Tolerance
merupakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi pilihan produk investasi yang akan dipilih
karena terkait langsung dengan tingkat risiko yang dapat
diambil.
Kebanyakan
individu
adalah
investor
yang
konservatif, cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan
yang tidak terlalu dianggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko
yang
berani
diambil
akan
sangat
berpengaruh
dengan
keuntungan potensial yang diinginkan. Oleh karena itu
mengukur berapa tingkat risk tolerance menjadi sangat
penting sebelum melakukan investasi (Kusumaastuti, 2012)
Risk tolerance adalah kondisi seseorang yang mau
mengambil risiko dalam rangka untuk mendapatkan return
yang
lebih
digunakan
tinggi.
untuk
Risk
tolerance
mengelompokkan
investor
secara
luas
orang
menjadi
dua
kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Secara umum,
seseorang dengan risk tolerance rendah akan bertindak
berbeda terhadap risiko dibanding dengan individu yang
mempunyai risk tolerance tinggi. Seseorang dengan tingkat
risk tolerance tinggi diharapkan menerima eksposur risiko
9
yang lebih tinggi dalam arti mengambil satu-satunya tanggung
jawab,
bertindak
dengan
informasi
kurang,
dan
membutuhkan kontrol yang kurang dibanding seseorang
dengan tingkat risk tolerance rendah. Individu dengan tingkat
risk tolerance rendah umumnya: (a) menerima kemungkinan
kerugian lebih rendah, (b) memilih untuk tidak beroperasi
dalam situasi yang tidak familier atau asing, (c) mentoleransi
ketidakpastian yang kurang, dan (d) memerlukan lebih banyak
informasi tentang kinerja investasi (MacCrimmon & Wehrung,
1986). Singkatnya individu dengan risk tolerance tinggi lebih
bisa menerima peristiwa volatile atau fluktuasi, sedangkan
individu dengan tingkat risk tolerance rendah memerlukan
kepastian.
2.1.3. Orientasi Investasi
Orientasi investasi adalah keputusan investor dalam
memilih investasi menurut horizon waktu berinvestasi yaitu
investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dalam
saham. Keputusan investasi pada dasarnya menyangkut
masalah pengelolaan dana pada suatu periode tertentu, di
mana para investor mempunyai harapan untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan dari dana yang diinvestasikan
selama
periode
waktu
tertentu.
Investor
menanamkan
dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk
investasi
jangka
pendek
tetapi
juga
bertujuan
untuk
memperoleh pendapatan untuk jangka panjang. Pendapatan
total yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah
10
dividend dan capital gain (Robert Ang, 1997). Total return yang
akan diterima pemegang saham merupakan tingkat kembalian
investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari Dividend
Yield dan Capital Gain (Jogiyanto Hartono, 2003).
Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi investor
dalam berinvestasi yaitu memperoleh tingkat keuntungan
yang terbesar dengan risiko tinggi atau tingkat keuntungan
tertentu dengan risiko terkecil (Suad Husnan,1998). Apabila
investor dihadapkan pada dua alternatif investasi yang akan
memberikan
tingkat
keuntungan
yang
sama,
tetapi
mempunyai risiko yang berbeda, maka investor akan memilih
investasi dengan risiko yang terkecil. Dalam perdagangan efek
khususnya saham, informasi memiliki peranan yang dominan
dan crucial. Suad Husnan (1998) menyebutkan bahwa sebuah
pasar modal dikategorikan efisien jika harga sekuritasnya
telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin
cepat informasi terefleksikan pada harga sekuritas maka
pasar modal tersebut semakin efisien. Pasar modal di
Indonesia termasuk kedalam pasar modal yang kondisi efisien
bentuk
lemah
(Weak
from
efficiency)
yaitu
harga
mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di
masa lalu.
Para investor sebelum memutuskan membeli atau
menjual saham, tentunya sangat memerlukan tersedianya
informasi.
keputusan
Informasi
yang
ini
diperlukan
berkaitan
dengan
dalam
pengambilan
pemilihan
portofolio
investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan tertinggi
11
dengan tingkat risiko tertentu. Investor yang rasional akan
selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan melakukan
berbagai analisis untuk mengurangi ketidakpastian dalam
investasi atau dengan kata lain untuk mengurangi risiko.
Informasi kinerja fundamental setiap emiten membantu para
pemodal dalam membuat keputusan yang rasional mengenai
risiko dan kembalian dari saham yang ada di bursa efek
(Sunariyah, 2004). Investor dalam menanamkan modalnya
berharap untuk memperoleh return saham yang sebesarbesarnya.
Bagi trader yang melakukan transaksi jual beli saham
harian
memakai
analisis
teknikal
transaksi jual atau beli sahamnya.
untuk
memutuskan
Analisi teknikan adalah
analisis yang memperhatikan fluktuasi harga saham yang
membentuk trend, dengan melihatnya secara individu dan
keseluruhan saham pada pasar modal. Atau dengan kata lain
analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian
pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam
menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari
gambaran yang telah dibuat, analisis ini digunakan untuk
investasi jangka pendek. Atau analisis yang menganggap
bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada
gilirannya,
permintaan
dan
penawarannya
merupakan
manifestasi kondisi psikologis dari investor. Para trader
menggunakan analisis ini untuk mengambil posisi jual atau
beli. Investor yang memakai analisis ini berpendapat bahwa
harga pasar tidak bergerak dengan sembarangan angka, tetapi
12
mengikuti suatu ritme atau pola tertentu. Investor akan
berusaha menemukan polanya, ketika pola tersebut sudah
ditemukan maka bisa diprediksi arah harga selanjutnya.
2.2. Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh
Tipe
Kepribadian
terhadap
Orientasi
Investasi
Hasil penelitian Durand et al (2008) menunjukkan
bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan keputusan
investasi dan kinerja portofolio. Tipe kepribadian seorang
investor dapat digunakan untuk memprediksi keputusan
investor dalam memilih orientasi investasi saham jangka
panjang atau jangka pendek.
Durand el al (2008) menemukan bahwa neuroticsm
memiliki hubungan yang positif dan signifikan secara statistik
dalam pengambilan risiko dan aktifitas trading. Sejalan
dengan penelitian tersebut, Durn dan Huberman (2002)
menghasilkan penelitian yang menunjukan bahwa investor
yang lebih cemas cenderung sering melakukan transaksi jual
beli saham lebih banyak. Trading mungkin dianggap sebagai
sarana untuk mengurangi perasaan cemas. Dengan demikian
investor akan cenderung untuk melakukan trading atau
melkukan investasi yang
jangka pendek, sehingga hipotesis
pertama sebagai berikut :
H1
:
Individu
dengan
tipe
kepribadian
berorentasi investasi jangka pendek
13
neuroticism
Menurut Costa dan McRae (1992) pribadi extraversion
adalah pribadi yang memiliki semangat yang tinggi, optimis
dan berani menghadapi ketidakpastian. Individu ini cenderung
lebih
berani
Penelitian
menghadapi
Williams
fluktuasi
(1992)
harga
menunjukkan
saham.
Hasil
bahwa
tipe
kepribadian extraversion terlalu percaya diri dalam melakukan
trading. Investor dengan tipe kepribadian ini sangat cocok
menjadi trader karena aktif dalam bertransaksi saham,
sedingga dapat dikatakan bahwa individu extraversion ini
lebih cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua sebagai
berikut :
H2
:
Individu
dengan
tipe
kepribadian
extraversion
berorentasi investasi jangka pendek
Menurut
Moghaddam
(2009)
pribadi
openness
to
experience menunjukkan seseorang yang kreatif, inovatif dan
imajinatif dan berani berspekulasi. Sifatnya yang berani
berspekulasi (Lin, 2011) cenderung untuk berani menghadapi
fluktuasi harga saham.
Fluktuasi harga saham ini terjadi
pada investasi saham jangka pendek. Hasil penelitian Akhtar
et
al
(2012)
menyatakan
bahwa
individu
openness
to
experience memiliki hubungan yang positif dengan niat
investasi saham jangka pendek. Sehingga hipotesis ketiga
sebagai berikut:
H3 : Individu dengan tipe kepribadian
openness
experience berorentasi investasi jangka pendek
14
to
Costa
dan
McRae
(1992)
menggambarkan
tipe
kepribadian agreeableness memiliki sifat yang suka bekerja
sama dan patuh, sehingga dalam mengambil keputusan
investasi, investor dengan tipe kepribadian ini cenderung
mengikuti saran dari rekan sesama investor dan kelompoknya
atau mengikuti tren saham yang sedang terjadi (Lin, 2011).
Investor yang suka mengikuti tren, biasanya melakukan
trading harian atau investasi jangka pendek, maka hipotesis
keempat sebagai berikut:
H4 : Individu dengan tipe kepribadian
agreeableness
berorentasi investasi jangka pendek
Menurut Goldberg
(1999) Conscientiousness memiliki
karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh
kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir
sistematis, perencanaan dan perhitungan matang dan teliti.
Sifatnya yang sangat hati-hati dan perhitungan matang bagi
investor
dengan
tipe
kepribadian
Conscientiousness
membuatnya lebih sering menganalisis laporan keuangan dan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk menilai
kinerja
emiten
sebelum
mengambil
keputusan
untuk
berinvestasi saham. Menurut Lin (2011) tipe kepribadian ini
sangat percaya akan kemampuan dirinya sendiri dalam
memperhitungkan untung rugi berinvestasi saham. Tipe
kepribadian ini cenderung mencari investasi yang aman,
sehingga lebih memilih orientasi investasi jangka panjang.
15
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima sebagai
berikut:
H5 : Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness
berorentasi investasi jangka panjang
2.2.2 Pengaruh
Risk
Tolerance
terhadap
Orientasi
Investasi
Hallahan et al (2004) berpendapat bahwa investor dapat
menilai tingkat toleransi risiko. Schooley dan Worden ( 1996)
dan Bailey dan Kinerson (2005) menyimpulkan ada korelasi
positif antara perilaku investasi dan penilaian risiko.
Orientasi investasi saham menurut lamanya waktu
berinvestasi dibagi atas dua yaitu investasi jangka panjang
(investasi) dan
investasi jangka pendek (trading). Investor
jangka pendek (trader) mengikuti gerakan pasar secara
seksama
setiap
saat.
Dengan
memanfaatkan
informasi
teknikal khususnya pada saham-saham yang aktif, investor
dapat berpindah dari satu saham yang diprediksi harganya
akan turun ke saham yang harganya akan naik. Investor tidak
lagi menahan kepemilikan sahamnya lebih lama sebagai
kompensasi atas biaya penyimpanan yang harus ditanggung,
tetapi investor lebih memperhatikan faktor risiko atas suatu
saham.
Bagi investor saham jangka panjang, tujuan investasi
adalah untuk menciptakan nilai yang berlipat ganda, investor
sejati tidak akan puas dengan laba jangka pendek, artinya
16
yang diinginkan adalah pertumbuhan nilai dalam jangka
panjang dan dalam skala yang signifikan. Untuk tujuannya
tersebut, investor akan memilih saham dengan fundamental
yang bagus, artinya perusahaan emiten memiliki prospek
usaha dan harga sahamnya di bawah nilai sebenarnya,
sehingga harga target saham tersebut untuk beberapa waktu
ke depan masih berpotensi lebih tinggi daripada harga saat
ini.
Investor yang melakukan investasi jangka pendek untuk
mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli jangka
pendek, bisa dilihat dari pergerakan harga saham ketika baru
dibuka,
dan
biasanya
trader
ini
akan
nebeng
dengan
pergerakan investor besar. Jika investor tersebut yakin bahwa
harga saham akan bergerak harganya, berarti ada permintaan
besar, namun di sisi lain tidak diketahui investor besar akan
memegang saham tersebut dalam jangka panjang, atau
kemudian menjual lagi setelah memperoleh keuntungan
potensial dan melakukan aksi ambil untung, di
sinilah kerap
terjadi kerugian bagi investor jangka pendek/trader karena
terlambat menjual saham tersebut. Investasi jangka pendek
dinilai memiliki risiko yang tinggi karena harga-harga saham
yang selalu berfluktuasi (Pratomo&Ubaidillah, 2009). Trader
biasanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko.
Sedangkan
dalam
investasi
jangka
panjang
risiko
fluktuasi nilai investasi itu rendah. Investor jangka panjang ini
cenderung menghindari risiko dengan mencari sesuatu yang
17
aman. Investor ini bisanya memilih saham dengan nilai
fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka waktu yang
panjang, dan tidak terlalu suka dengan fluktuasi, atau
sesuatu yang bergejolak. Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis keenam sebagai berikut:
H6 : Risk tolerance dapat mempengaruhi
orientasi
investasi jangka pendek
2.2.3 Risk
Tolerance
Pengaruh
Tipe
sebagai
Variabel
Kepribadian
terhadap
Intervening
Orientasi
Investasi
Hasil penelitian Hunter dan Kemp (2004) menyimpulkan
bahwa kepribadian berpengaruh pada preferensi risiko dan
keputusan investasi. Pan dan Statman (2012) menemukan,
bahwa risk tolerance yang
tinggi terdapat di antara orang-
orang dengan tipe kepribadian Extraversion dan Openness,
tetapi
rendah
pada
orang
dengan
tipe
kepribadian
Conscientiousness yang tinggi.
Kepribadian
neuroticism
menggambarkan
ketidakstabilan emosi. Orang yang memiliki kepribadian ini
merasa
cemas
dan
kuatir
dengan
investasi
yang
dilakukannya. Investor dengan tipe kepribadian ini, akan
merasakan
cemas
yang
berlebihan
saat
berinvestasi dalam jumlah yang besar
investor
harus
yang cenderung
mengandung resiko yang tinggi. Menurut Durand et al (2008)
investor dengan neuroticsm yang lebih tinggi, lebih cenderung
mengambil
risiko.
Sehingga
18
dapat
dikatakan
bahwa
neuroticsm memiliki risk tolerance yang tinggi, dampaknya
dapat dikaitkan dengan peningkatan perilaku trading. Trading
dilakukan dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas,
maka hiporesis ketujuh sebagai berikut:
H7 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh
neuroticsm
terhadap
orientasi
investasi
jangka
Peterson
(2011)
pendek
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
mengenai pengambilan keputusan investasi, orang dengan
kepribadian ekstraversion cenderung lebih berani menghadapi
ketidakpastian, sehingga lebih berani mengambil risiko. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pan dan Statman
(2012). Risiko dipandang sebagai suatu konsekuensi dari
keputusan dan tindakan yang diambil dalam terkait dengan
investasi. Individu dengan kepribadian ekstraversion memiliki
semangat yang tinggi dalam berinvestasi, sikapnya yang
optimis membuat investor selalu merasa bahwa investasi yang
dilakukannya akan memberikan keuntungan sehingga lebih
risk tolerance dengan berpegang pada prinsip high risk high
return. Risk tolerance yang tinggi membawa pengaruh kepada
pemilihan investasi yang berisiko yaitu investasi saham jangka
pendek.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
hipotesis
kedelapan :
H8 : Risk
tolerance
menjadi
variabel
intervening
pengaruh extraversion terhadap orientasi investasi
jangka pendek
19
Menurut hasil penelitian Pan dan Statman (2012),
individu dengan tipe kepribadian openness to experience
memiliki risk tolerance yang tinggi. Penelitian mengenai
investasi,
menyatakan
investor
dengan
tipe
kepribadian
Openess to experience memiliki kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, dan tipe seperti ini cenderung
senang dengan keuntungan yang tinggi (Peterson, 2011).
Untuk mengejar keuntungan yang tinggi, risiko yang diambil
juga
tinggi
sehingga
lebih
risk
tolerance.
Hal
ini
memungkinkan individu dengan kepribadian openness to
experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Dengan risk
tolerance yang tinggi, kepribadian ini cenderung memilih
orientasi investasi jangka pendek yang dinilai memiliki risiko
tinggi dan menguntungkan. Berdasarkan uraian sebelumnya,
maka hipotesis kesembilan sebagai berikut:
H9 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh
openness to experience terhadap orientasi investasi
jangka pendek
Agreeableness menunjukkan individu yang suka bekerja
sama dan memahami orang lain, dengan sikapnya tersebut
investor agreeableness cenderung bersikap risk tolerance. Risk
tolerance
pada
yang dimiliki tipe kepribadian ini mengarahkan
investasi
jangka
pendek.
Berdasarkan
sebelumnya, maka hipotesis kesepuluh :
20
uraian
H10 :
Risk
tolerance
menjadi
mediasi
pengaruh
agreeableness terhadap orientasi investasi jangka
pendek
Penelitian yang dilakukan oleh Pirog dan Roberts (2007),
investor
dengan
tipe
kepribadian
conscientiousness
diharapkan lebih teliti pada penggunaan kartu kreditnya
seperti mereview laporan keuangannya setiap bulan. Segala
sesuatunya
memiliki
perencanaan
dan
terarah,
dapat
mengatur kredit yang didapat dengan sebaik mungkin dengan
perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dan
terarah ini untuk mengurangi risiko dalam pengelolaan
keuangan. Pan dan Statman (2012) menemukan bahwa risk
tolerance
rendah
pada
orang
dengan
tipe
kepribadian
Conscientiousness yang tinggi. Investor yang memiliki risk
tolerance
yang rendah cenderung memilih investasi jangka
panjang yang dinilai lebih aman dan tidak terlalu mengalami
fluktuasi harga saham. Berdasarkan uraian sebelumnya,
maka hipotesis kesebelas sebagai berikut:
H11
:
Risk tolerance menjadi variabel intervening
pengaruh
Conscientiousness
investasi jangka panjang
21
terhadap
orientasi
2.3. Model Hipotesis
Tipe Kepribadian
Neuroticism
Extraversion
Risk
Tolerance
Openness to
Experience
E
Agreeable
ness
Conscientio
usness
22
Orientasi
Investasi
23
Download